Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Sekolah Dasar

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Kajian teori ini, akan membahas tentang hakikat IPA, tujuan pembelajaran
IPA, ruang lingkup IPA, pembelajaran IPA di SD, model pembelajaran Team
Game Tournament (TGT) secara urut, langkah-langkah model pembelajaran
(TGT), komponen-komponen pembelajaran (TGT), kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran Team Game Tournament (TGT), pengertian hasil belajar, dan
pengertian keterampilan proses sains.
2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris „science‟. Kata
„science‟ itu sendiri merupakan singkatan dari kata “natural science”. Natural
artinya alamiah, berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya adalah
pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science dapat disebut
sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi
di alam.

Susanto (2012) Sains atau IPA ialah suatu usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui sebuah pengamatan yang tepat pada sasaran,

serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran-penalaran sehingga
mendapatkan sebuah kesimpulan.
Menurut Triyanto (2013) hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun
dengan dasar sikap ilmiah dan menghasilkan produk ilmiah. Tiga komponen
penting dalam produk ilmiah adalah berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku
secara universal.
Menurut Asih dan Sulistyawati (2014) IPA merupakan rumpun ilmu,
memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual
(factual), baik berupa kanyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan
sebab-akibatnya. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, pendidikan
IPA sangat bermanfaat karena memiliki karakteristik khusus sehingga siswa dapat
mengembangkan kompetensi untuk menjelajah dan memahami alam sekitar

5

6

secara faktual dan nyata dengan hubungan sebab-akibatnya serta dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu.

2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menurut Trianto (2012) antara
lain:
1. Memberikan pengehauan kedapa siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagimana bersikap.
2. Menanamkan sikap hidup ilmiah.
3. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
4. Mendidik siswa untuk menangani, mengetahui cara kerja serta
menghargai para ilmuwan penemunya.
5. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
2.1.1.2 Ruang Lingkup IPA
Adapun ruang lingkup IPA di SD menurut BSNP (2006) meliputi aspekaspek sebagai berikut :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan
gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda langit

lainnya.
2.1.1.3 Pembelajaran IPA di SD
Ilmu

Pengetahuan

Alam

(IPA)

didefinisikan

sebagai

kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Sejalan dengan kurikulum KTSP
(Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tau tentang
alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan

7

membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut
menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini
menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk mencipkan
pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses
diwujudkan dengan melaksanakan pelajaran yang melatih keterampilan proses.
Untuk anak Sekolah Dasar, menurut Marjono (1996) dalam (Susanto,
2013) hal yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin
tahu dan daya berfikir kritis mereka terhadap suatu masalah.
Pembelajaran IPA merupakan suatu pembelajaran yang erat hubungannya
dengan peristiwa yang dialami sehari-hari oleh siswa, pembelajaran menyajikan
hal-hal nyata seperti pembelajaran IPA akan memberikan pemahaman yang baik
kepada siswa karena siswa mengalami langsung peristiwa tersebut. Sesuai dengan
hal itu pembelajaran IPA untuk dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan beberapa model pembelajaran
memiliki karakteristik yang sesuai terhadap pembelajaran IPA.
Demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD adalah

keterampilan proses pembelajaran untuk melatih siswa agar dapat menyelesaikan
penemuan atau masalah secara ilmiah untuk menghasilkan suatu produk IPA yaitu
konsep, fakta, dan teori-teori baru yang mereka temukan. Sehingga dapat
menciptakan kondisi pada saat pembelajaran IPA di SD yang bisa mendorong
siswa untuk aktif dan ingin tau. Untuk itu siswa perlu dibimbing dalam proses
berpikir agar siswa dapat menunjukkan bahwa, pembelajaran IPA sebagai proses
empirik dan faktual.
2.1.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Diteliti
Kurikulum KTSP memuat beberapa hal yaitu standar kompetensi dan
kompetensi dasar, indikator. Peneliti menggunakan Standar Kompetensi 7 dan
Kompetensi Dasar 7.1 dan 7.2 sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas IV semester II di SDN Klero 02
Kecamatan Tengaran. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diuraikan pada
tabel berikut ini.

8

Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA
Kelas 4 Semester II KTSP 2006

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1. Memahami gaya dapat mengubah 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan
gerak dan/atau bentuk suatu bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat
benda.
mengubah gerak suatu benda.
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan
bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah bentuk suatu benda.

2.1.2 Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT)
Teams Games Tournament (TGT) pada awalnya dikembangkan oleh
Davied Devries dan Keith Edward, metode pembelajaran pertama dari Johns
Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi atas kelompok-kelompok kecil di
dalamnya beranggotakan 4 sampai 5 siswa yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang suku atau ras, kemudian
digabungkan dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam kerja
kelompok guru memberikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok. Tugas

yang diberikan dikerjakan bersama dengan anggota kelompoknya. Pembelajaran
dalam Teams Games Tournament (TGT) hampir sama dengan STAD dalam setiap
hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT
menggunakan tournamen permainan akademik.

Dalam turnament itu siswa

bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja
akademik mereka yang lalu.
Menurut Slavin (2008) dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game Tournament) menggunakan turnamen akademik. Siswa berkompetisi
sebagai wakil dari kelompoknya melawan anggota dari kelompok yang mencapai
hasil atau presentasi serupa pada waktu lalu. Anggota dalam satu kelompok akan
saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dengan mempelajari
lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain dan
memastikan telah terjadi tanggung jawan individual.

9

2.1.2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Team Game Tournament

(TGT)
Ada banyak ahli yang mengemukakan bagaimana langkah-langkah
pembelajaran model TGT namun peneliti akan menggunakan langkah-langkah
atau sintak dari (Sutirman, 2013:34) yang mempunyai 4 komponen utama yaitu
presentasi materi, pembentukan kelompok, game turnamen, dan penghargaan
kelompok. Adapun penjabaran dari 4 komponen tersebut dapat kita lihat di bawah
ini.
1. Presentasi Materi
Sebagaimana pada pembelajaran langsung lainnya, pada awal pembelajaran
guru hendaknya memberikan motivasi, apersepsi, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan materi pelajaran yang sesuai
dengan indikator kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Penyampaian
materi dapat secara langsung melalui ceramah oleh guru, dapat pula dengan
paket media pembelajaran audiovisual yang berisi materi yang sesuai.
2. Pembentukan Kelompok
Materi telah disampaikan oleh guru di depan kelas dan selanjutnya dibentuk
kelompok-kelompok siswa. Kelompok terdiri dari empat sampai lima orang
yang bersifat heterogen dalam hal presentasi belajar, jenis kelamin, suku,
maupun lainnya. Setiap kelompok diberi lembar kerja atau materi dan tugas
lainnya untuk mendiskusikan dan dikerjakan oleh kelompok. Melalui

kelompok ini harus dipastikan bahwa semua anggota kelompok sungguhsungguh belajar agar nantinya dapat mengerjakan soal dengan baik. Anggota
kelompok satu sama lain dapat saling memberi pemahaman tentang materi
yang dipelajarainya.
Kesuksesan setiap anggota kelompok akan menjadi faktor keberhasilan
kelompok.
a. Game Turnamen

10

Setelah siswa belajar dan berdiskusi dalam kelompok, selanjutnya
dilakukan permainan lomba (turnamen) yang bersifat akademik untuk
mengukur penguasaan materi oleh siswa. Permainan yang dilakukan
adalah semacam lomba cerdas cermat, dengan peserta perwakilan dari
setiap kelompok. Soal dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan lisan atau
dalam bentuk kartu soal yang dipilih secara acak.
Teknis pelaksanaan permainan turnamen ini dimulai dengan guru
merangkin siswa dalam setiap kelompok. Selanjutnya menyiapkan meja
turnamen sebanyak jumlah anggota dalam kelompok. Jika tiap kelompok
beranggotakan empat orang, maka disiapkan empat meja. Meja pertama
diisi oleh siswa dengan rangking pertama di setiap kelompok, meja kedua

diisi oleh siswa dengan rangking kedua, meja ketiga diisi oleh siswa
dengan rangking ketiga di setiap kelompok, dan meja keempat diisi oleh
siswa dengan rangking keempat di setiap kelompok.
b. Penghargaan Kelompok
Skor anggota kelompok rata-rata menjadi skor kelompok. Individu dan
kelompok yang mencapai kriteria skor tertentu mendapat penghargaan.
Kelompok yang mendapat skor ≥45 mendapat julukan Super Team, ratarata skor 40-45 mendapat julukan Great Team, dan rata-rata skor 30-40
mendapat julukan Good Team.

Tabel 2.2
Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok
Skor Kelompok

Kriteria Penghargaan

30-40
40-45
45-50

Tim Baik (Good Team)

Tim Sangat Baik (Great Team)
Tim Super (Super Team)

11

Gambar 2.1 Model Pembelajaran TGT
Sumber : Slavin (1995: 168)
2.1.2.2 Kelebihan Model TGT
1) Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan
menggunakan pendapatnya.
2) Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.
3) Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.
4) Motivasi belajar siswa bertambah.
5) Meningkatkan budi pekerti, kepekaan, toleransi anatar siswa dengan siswa
dan antara siswa dengan guru.
2.1.2.3 Kekurangan Model TGT
a) Sering menjadi kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta
menyumbangkan pendapat.
b) Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran.
c) Kemungkinan terjadi kegaduhan jika guru tidak dapat mengelola kelas.

12

2.1.3 Pengertian Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Rustaman (2003),
keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan aspek kognitif atau
intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan
melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan
manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan
penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat.
Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka
berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar,
misalnya

mendiskusikan

hasil

pengamatan.

Keterampilan

proses

perlu

dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman
belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat lebih menghayati proses
atau kegiatan yang sedang dilakukan.
Pembelajaran sains yang dilakukan guru akan melatih banyak keterapilan
kepada siswa yaitu berupa keterampilan proses sains (KPS). Hal ini sesuai dengan
pendapat

Sutiadi

(2013)

bahwa

keterampilan

proses

sains

merupakan

keterampilan terarah yang dapat digunakan untuk menentukan konsep tertentu dan
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya serta digunakan untuk
menyangkal sebuah penemuan.
Jadi, keterampilan proses sains (KPS) merupakan strategi siswa untuk
memperoleh pengetahuan melalui pembelajaran melalui kemampuan mental,
fisik, dan sosial. Keterampilan proses ini menekankan pada bagaimana siswa
belajar, bagaimana siswa mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat
dipakai sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya.
Beberapa keterampilan proses sains dan indikator menurut Rustaman (2005, 8687) dijabarkan dalam Tabel 2.3

.

13

Tabel 2.3
Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya
No
1

KPS
Mengamati (observasi)

2

Mengelompokkan (klasifikasi)

3

Menafsirkan (interpretasi)

4

Meramalkan (prediksi)

5

Mengajukan pertanyaan





6

Berhipotesis



















7

Merencanakan
penelitian

percobaan/






8

Menggunakan alat/ bahan

9

Menerapkan konsep







10

Berkomunikasi








11

Melakukan percobaan/ bereksperimen

Indikator
Menggunakan sebanyak mungkin indera
Mengumpulkan/ menggunakan fakta yang relevan
Mencacat setiap pengamatan secara terpisah
Mencari perbedaan dan persamaan
Mengontraskan ciri-ciri
Membandingkan
Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan
Menguhubungkan hasil-hasil pengamatan
Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan
Menyimpulkan
Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati
Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
Bertanya untuk meminta penjelasan
Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang
hipotesis
Mengetahui bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian
Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih
banyak atau melakukan cara pemecahan masalah
Menentukan alat/ bahan/ sumber yang digunakan
Menentukan variabel/ faktor penentu
Menentukan apa yang akan diukur, diamati,
dicacat
Menentukan apa yang dilaksanakan berupa
langkah kerja
Memakai alat/ bahan
Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/
bahan
Mengetahui bagaimana menggunakan alat/ bahan
Menggunakan konsep yang telah dipelajari pada
situasi baru
Menggunakan konsep pada pengalaman baru
untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi
Mengubah bentuk penyajian
Memberikan/ menggambarkan data empiris hasil
percobaan atau pengamatan dengan grafik atau
tabel atau diagram
Menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistematis
Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian
Membaca grafik atau diagram
Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau
suatu peristiwa

14

2.2

Kajian Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian tentang model pembelajaran Team Game Tournament (TGT)

sebelumnya pernah diuji atau diteliti oleh beberapa orang. Penelitaian ini relevan
dengan penelitian. Penelitian Tindakan Kelas oleh Dewi Indrajati yang berjudul
“Upaya meningkatkan hasil belajar IPA tentang bumi dan alam semesta melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) bagi kelas
5 di SD Negeri Jogosuran 68 Kecamatan Pasarkliwon Surakarta Semester II
Tahun Pelajaran 2012/2013”. Peningkatan hasil belajar dilihat dari persentase
ketuntasan pra siklus sebesar 36,4% dengan siswa yang tuntas sebanyak 16, pada
siklus I sebesar 68,18% dengan siswa yang tuntas sebanyak 30, dan pada siklus II
sebesar 93,18% dengan siswa yang tuntas sebanyak 41. Jumlah siswa di kelas 5
secara keseluruhan sebanyak 44 siswa.
Kemudian jurnal dari Tri Wahyuni tahun 2012/2013 yang berjudul
“Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT Dalam Peningkatan Pembelajaran IPA
Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam Tahun Ajaran
2012/2013”. Hasil penelitiannya adalah setelah diadakan game/tournament siswa
selalu diberikan penghargaan atau hadiah sehingga siswa lebih semangat untuk
belajar. Pada saat evaluasi, secara otomatis pada diri siswa telah ditanamkan
untuk giat belajar sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Maka dengan
menggunakan model kooperatif tipe TGT pada pembelajaran IPS siswa kelas IV
SD Negeri I Giritirto, mengalami peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus
II. Peningkatan ini telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
oleh peneliti yaitu 85% siswa harus tuntas dalam belajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunita Nurmalasari tahun 2015 dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Model Kooperatif Tipe TGT di
Kelas IV SDN Paraksari”. Hasil penelitiannya yaitu menjelaskan bahwa aktivitas
siswa dalam pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe TGT,
persentase aktivitas rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I yaitu 66,38% dan
berada pada kategori baik. Pada siklus II, persentase aktivitas rata-rata kelas
mengalami peningkatan menjadi 88,05% dan berada pada kategori sangat baik.

15

Persentase tersebut sudah memenuhi kriteri keberhasilan yang ditetapkan yaitu
sebesar 80%.hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan
yaitu pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT pada pelajaran matematika
materi simetri dan pencerminan bangun datar di kelas IV SDN Paraksari dapat
meningkatkan aktivitas belajara siswa. Oleh karena itu, model ini dapat dikatan
berhasil.
Dari beberapa penelitian di atas diketahui bahwa model Team Game
Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian
berbeda dengan peneliti sebelumnya, pada penelitian ini mata pelajaran yang
digunakan adalah IPA tentang Gaya Peneliti ini melakukan secara tindakan kelas
(PTK) pada siswa kelas IV dengan menggunakan model TGT yang diharapkan
dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar di SDN Klero 02
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

16

2.3

Kerangka Berpikir
Kerangka pikir Model Pembelajaran Team Game Tournamen (TGT) dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2
Kerangka Pikir Penelitian

2.4

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan, dapat diajukan

hipotesis tindakan sebagai berikut, diduga melalui penggunaan Model
Pembelajaran

Kooperatif

tipe

Team

Games

Tournament

(TGT)

dapat

meningkatkan keterampilan proses sains kelas IV di SDN Klero 02 Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

IbM Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari

5 96 57

Integrated Food Therapy Minuman Fungsional Nutrafosin Pada Penyandang Diabetes Mellitus (Dm) Tipe 2 Dan Dislipidemia

5 149 3