Pengembangan Modul Elektronik Ekosistem pdf
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI
Volume...,Nomor…
Halaman …
ISSN: XXXX-XXXX
Desember 2014
Pengembangan E-Modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning pada Sub Pokok
Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran 2014/2015
The Development of E-modul Ecosystem Based on Problem Based Learning in Energy Flow
Subject for High School in Academic Year 2014/2015
Isma Aziz Fakhrudin a, Puguh Karyantob, Baskoro Adi Prayitnoc
a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
b)
Diterima… disetujui… 2014
Abstract: .The purpose of this research is to know characteristic of e-module and the
useability to be applied for high school. This research aims to develop a module that is able to
facilitate the contextual and self-learning teaching and learning process, the Problem-Based
Learning. This high scholl e-module restricted its scoope in the discussion of energy flows in the
ecosystem due to the importance of the discussion towards the goal of saintific approach. Borg
and Gall’s procedures was followed in creating the e-module. The steps namely defining,
designing, and developing were performed consecutivelly. The created e-module is considered
appropriate according to the results of validation, pilot test and small-scaled field test. Yet, the
developed e-module is able to use and potentially able to enhance student’s science skill. The
conclution of this research explain that e-module ecosystem has characteristic of problem based
learning influences, and it is can be applied for high school.
Keywords : e-module, problem based learning
nasional yang dirumuskan dalam undangundang sistem pendidikan nasional tersebut
dijalankan dengan melakukan implementasi
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik.
Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik
memiliki potensi untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Penerapan pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik yang ideal adalah
pembelajaran yang berparadigma student
PENDAHULUAN
Undang-Undang Sisdiknas No.20
tahun 2003 pasal 3 telah memberikan
landasan yuridis bahwa pendidikan nasional
di Indonesia ditujukan untuk dapat
mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan
1
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
pelajaran di sekolah telah menggeser
paradigma pembelajaran teacher centered
menuju students centered (Sutrisno, 2011).
Terintegrasinya teknologi informasi/TI dalam
pembelajaran mempermudah pembelajaran
dalam basis pendekatan saintifik. Melalui
pengembangan modul berbasis PBL, proses
pembelajaran di sekolah dapat diperbaiki.
Pengembangan materi yang diajarkan
merupakan salah satu cara untuk menunjang
modul sebagai bahan ajar yang berkualitas.
Salah satu cara mengembangkan materi
adalah dengan mengolah materi sebagai
sumber belajar. Materi hasil riset dalam
pembelajaran
membuat
siswa
dapat
memperoleh berbagai manfaat dalam konteks
pengembangan keterampilan berpikir dan
pencapaian kompetensi yang dapat dipetik.
Materi yang dikaji dalam modul yang
dikembangkan adalah ekosistem pada sub
pokok bahasan aliran energi dengan
menyisipkan materi dari hasil penelitian yang
telah dilakukan. Materi hasil riset yang
diberikan adalah “Karakteristik Ekofisiologi
Hama Tikus Sawah (Rattus Argentiventer
Rob & Kloss).
Pengembangan modul terintegrasi TI
pada materi ekosistem berbasis masalah
dengan menyisipkan materi hasil riset
mengharapkan siswa dapat belajar secara
mandiri, kreatif, aplikatif, efektif, efisien, dan
berpikir kritis.
centered (Ogawa, 1995; Hodson, 1993;
Rustaman et al, 2005). Paradigma
pembelajaran student centered dapat dibentuk
dengan melakukan implementasi model
pembelajaran problem based learning dipadu
dengan media pembelajaran yang relevan
dengan basis saintifik..
Problem based learning merupakan
model pembelajaran yang menjadikan
masalah
sebagai
dasar
untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, materi, konten, dan pengendalian
diri (Ibrahim, 2000). Penerapan PBL dalam
pembelajaran biologi memiliki kelebihan
terutama
terkait
dengan
melatihkan
keterampilan
berpikir,
keterampilan
menyelesaikan masalah, dan keterampilan
intelektualnya (Arends, 2008).
Problem based Learning telah
dianggap sebagai model yang ideal dalam
pembelajaran
sains
(Paulina,
2001).
Implementasi
model
ideal
tersebut
memerlukan dukungan bahan ajar yang
relevan,
sementara
implementasi
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik
yang relatif baru masih terkendala dengan
ketersediaan bahan ajar berbasis PBL di
sekolah.
Salah satu jenis bahan ajar yang dapat
dikembangkan adalah modul. Modul
merupakan seperangkat bahan ajar yang
disajikan
secara
sistematis,
sehingga
penggunanya dapat belajar secara mandiri
dengan atau tanpa fasilitator/ guru (Hamdani,
2011). Modul sangat menunjang efektivitas
model pembelajaran PBL karena relevan
dengan salah satu karakteristik PBL yaitu
pada pemberdayaan kemandirian belajar.
Penggunaan teknologi informasi/TI
dalam pembelajaran terkait dengan mata
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2
Sukoharjo dan pengembangan e-modul
dilakukan
secara
mandiri.
Prosedur
pengembangan e-modul merujuk pada Borg
dan Gall termodifikasi merupakan model
yang digunakan dalam penelitian. Modifikasi
2
Isma Aziz Fakhrudin - Pengembangan E-modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning
pada Sub Pokok Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran
2014/2015
Data yang diperoleh berupa data uji
validitas, uji coba kecil, dan uji coba besar
terbatas. Data yang terkumpul berupa data
kuantitatif berupa poin dan data kualitatif
berupa kritik dan saran dari subjek uji coba.
Data didapatkan dari pengisian angket oleh
responden. Teknik analisis data yang
digunakan dalam uji validitas e-modul adalah
summative ratting scale yang terdiri dari
empat alternatif skala. Teknik skala Guttman
dengan alternatif jawaban Ya (Y) dan Tidak
(T) digunakan dalam uji coba kecil dan besar
terbatas. Data kuantitaif kemudian diolah dan
dikonversi menjadi data interval sehingga
didapatkan kategori untuk kelayakan emodul.
3D (define, design, develop) ditetapkan
dengan
prosedur
diseminasi
yang
direncanakan untuk dilanjutkan pada tahapan
penelitian
berikutnya.
Pada
tahap
pendefinisian (define) analisis dilakukan atas
kurikulum, peserta didik, materi, dan tujuan
pengembangan. Tahap perancangan (define)
terdiri dari penyusunan materi, pemilihan
media, pemilihan bentuk media, dan desain
produk awal. Tahap pengembangan (develop)
merupakan tahapan pengembangan untuk
menyusun e-modul yang layak digunakan.
Tahap pengembangan yang dilaksanakan
meliputi pemilihan model pengembangan,
validasi desain, revisi desain, uji coba
produk, revisi produk, evaluasi dan
penyempurnaan. Draft awal modul divalidasi
untuk menilai kelayakan produk sebelum
diujikan. Aspek yang divalidasi berupa aspek
substansi (isi modul), konstruk (tahapan
PBL), dan media (rekayasa perangkat lunak
dan komunikasi visual). Revisi desain
dilakukan apabila nilai uji validitas
menyatakan kurang layak untuk diuji di
lapangan. Uji coba produk dilakukan melalui
uji coba skala kecil dan uji coba besar
terbatas. Uji coba kecil terdiri dari satu guru
dan tiga siswa. Uji coba besar terbatas terdiri
dari dua guru dan empat puluh siswa. Revisi
produk dilakukan apabila nilai uji coba kecil
dan uji coba besar menyatakan kurang layak
untuk dijadikan media pembelajaran.
Evaluasi dan penyempurnaan dilakukan
untuk
mengetahui
kesalahan
yang
menyebabkan produk kurang optimal.
Evaluasi dan penyempurnaan dilakukan
berdasarkan data yang diperoleh dari uji
validasi dan uji lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik dan kelayakan emodul ekosistem berbasis PBL pada sub
pokok bahasan aliran energi. Hasil dan
pembahasan adalah sebagai berikut.
1.
Karakteristik E-Modul Ekosistem
Berbasis PBL pada Sub Pokok
Bahasan Aliran Energi
Prosedur pengembangan e-modul
berbasis PBL menggunakan model 3D
(deine, design, dan develop). E-modul
yang dikembangkan berisikan materi
aliran energi yang disusun berdasarkan
penelitian ekologi populasi hama tikus
sawah (Rattus argentiventer ). E-modul
dikembangkan dengan bantuan perangkat
keras dna perangkat lunak. Perangkat
keras berupa laptop, mouse, dan speaker
active. Perangkat lunak yang digunakan
3
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
berupa adobe flash cs6, corel draw x6,
adobe photoshop cs4, corel videostudio
pro x4, bandicam, audacity 2.0.5,
mp3doctor, jetaudio, format factory, dan
inno setup5.
4.9
Mendesain
bagan tentang
interaksi
antar
komponen
ekosistem
dan jejaring
makanan
yang
berlangsung
dalam
ekosistem
dan
menyajikan
hasilnya
dalam
berbagai
bentuk media.
Desain produk e-modul terdiri
dari empat menu utama yaitu menu
pendahuluan, demo video, materi, dan
keluar. Menu pendahuluan berisikan
tentang kompetensi inti, kompetensi
dasar,
indikator,
dan
tujuan
pembelajaran. Hubungan kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator, dan
tujuan pembelajaran dengan materi aliran
energi ditunjukkan oleh Tabel 1
Tabel 1. Hubungan kompetensi
pembelajaran, dan isi e-modul
Kompetensi
dasar
3.9
Menganalisis
informasi/dat
a dari
berbagai
sumber
tentang
ekosistem
dan semua
interaksi yang
berlangsung
didalamnya.
Indikator
Mendeskripsik
an komponen
penyusun
ekosistem
yang berperan
dalam aliran
energi
berdasarkan
fungsinya.
dasar,
indikator,
Tujuan
pembelajaran
Siswa mampu
mendeskripsika
n komponen
penyusun
ekosistem yang
berperan dalam
aliran energi
berdasarkan
fungsinya.
primer, padi
sebagai
produsen.
Menjelaskan
konsep aliran
energi.
Siswa mampu
menjelaskan
konsep aliran
energi.
Menjelaskan
konsep rantai
makanan,
jaring-jaring
makanan, dan
piramida
ekologi.
Siswa mampu
menjelaskan
konsep rantai
makanan,
jaring-jaring
makanan, dan
piramida
ekologi.
tujuan
Isi e-module
E-module
memberikan
video
permasalahan
yang dapat
ditarik rumusan
masalah
mengenai peran
petani, tikus
sawah, padi,
tanah, sebagai
indikator untuk
mengetahui
komponen
penyusun
ekosistem yang
berperan dalam
aliran energi.
Contoh
permasalahan :
Pertanyaan :
Apa peran
petani, tikus
sawah, dan padi
dalam ekosistem
sawah?
Jawaban : petani
sebagai
konsumen
primer /
konsumen
sekunder /
konsumen
tersier. Tikus
sawah sebagai
konsumen
4
E-module
memberikan
video
permasalahan
yang dapat
ditarik rumusan
masalah
mengenai
hubungan antara
petani, tikus
sawah, padi, dan
tanah sebagai
perantara untuk
menjelaskan
konsep aliran
energi. Contoh
permasalahan :
Pertanyaan :
Apa yang akan
terjadi apabila
padi mengalami
kepunahan ?
bagaimana cara
menanggulangin
ya ?
Jawaban : Padi
merupakan
bahan makanan
utama bagi
manusia.
Apabila padi
mengalami
penurunan, maka
tingkat konsumsi
manusia akan
berkurang dan
menyebabkan
penurunan siklus
aliran energi.
Manusia akan
melakukan
berbagai cara
untuk
menanggulangi
penurunan
produktivitas
padi, salah satu
cara adalah
dengan
menggunakan
Trap Barrier
System (TBS).
E-module
memberikan
video
permasalahan
yang dapat
ditarik rumusan
masalah
mengenai siklus
rantai makanan,
jaring-jaring
makanan, dan
Isma Aziz Fakhrudin - Pengembangan E-modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning
pada Sub Pokok Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran
2014/2015
piramida
ekologi. Contoh
permasalahan :
Pertanyaan :
Mengapa
populasi tikus
sawah cepat
bertambah
banyak ?
Jawaban :
Hal ini
dikarenakan
predator murni
tikus sawah
mengalami
penurunan.
Sehingga siklus
rantai makanan,
jaring-jaring
makanan, dan
piramida ekologi
menjadi tidak
stabil.
4
terhadap masalah
terhadap masalah yang sudah
dirumuskan dengan bantuan
informasi-informasi berupa gambar,
video, materi hasil riset, dan link
untuk menuju ke google/youtube.
Penyajian hasil
karya
Siswa diberikan kesempatan untuk
menyajikan data dari hasil
penyelidikan.
Siswa diberikan kesempatan untuk
mempresentasikan hasil analisis dari
data yang sudah ditampilkan pada
scene penyajian data.
Menu demo video berisikan video
turotial yang memberikan penjelasan
mengenai cara mengoperasikan e-moduk.
Menu
materi
berisikan
materi
pembelajaran yang disampaikan dalam
bentuk video, gambar, link to google/
youtube, dan jurnal hasil riset. Materi
pembelajaran disampaikan dengan model
pembelajaran PBL (lihat Tabel 2).
Siswa diberikan kesempatan untuk
menyimpulkan hasil penyelidikan
berdasarkan analisis data dan
informasi yang sudah dikumpulkan.
Tabel 2. Tahapan PBL dalam E-modul Aliran Energi
No
1
Tahapan dalam
Problem Based
Learning
Orientasi masalah
Scene dalam e-module
5
Siswa mengamati video
permasalahan yang diberikan.
2
Organisasi masalah
Siswa merumuskan permasalahan
dari video permasalahan.
3
Penyelidikan
Siswa melakukan penyelidikan
Analisis dan
evaluasi proses
pemecahan
masalah
Siswa diberikan kesempatan untuk
membuat rangkuman dalam
pembelajaran.
Siswa diberikan kesempatan untuk
melakukan evaluasi proses
pembelajaran dan hasil belajar.
5
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
bantuan untuk menyusun hipotesis.
Penerapan materi hasil riset pada e-modul
dijadikan sumber belajar untuk dapat lebih
memahamkan guru untuk berhati-hati
dalam memberikan kesimpulan yang
linear (Karyanto et al, 2014)
Menu
keluar
memberikan
perintah untuk menutup aplikasi. E-modul
yang dibuat dikemas dalam bentuk
aplikasi (.exe) yang harus diinstal terlebih
dahulu
sebelum
dioperasikan.
Pengoperasian e-modul membutuhkan
perangkat
laptop/komputer
dengan
spesifikasi sistem operasi minimal berupa
Intel pentium 4 atau AMD prosesor yang
setara atau diatasnya, 128 MB RAM, 64
MB memori grafis, mouse dan keyboard,
serta perangkat penunjang seperti speaker
dan headset.
2.
Kelayakan
E-Modul
Ekosistem
Berbasis PBL pada Sub Pokok
Bahasan Aliran Energi
Nilai Validasi
Hasil yang didapatkan dari uji
validasi mendapatkan nilai di atas batas
minimal. Hasil uji validasi meliputi
aspek substansi, aspek konstruk, dan
aspek media (lihat Gambar 1)
Integrasi PBL dalam e-modul
terlihat pada tahapan belajar yang
memungkinkan munculnya keterampilan
berpikir, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan keterampilan intelektual
akibat dari proses belajar siswa dalam
memecahkan masalah. Keterampilan
tersebut berpotensi muncul pada saat
siswa melakukan orientasi masalah
terhadap video masalah yang bersifat
kontekstual, membuat hipotesis dengan
menganalisis berbagai informasi yang
disediakan, dan melakukan evaluasi diri
terhadap proses belajar yang didapatkan.
Kegiatan
memecahkan
masalah
merangsang siswa untuk berpikir secara
luas, sistematis, analisis, dan berpikir kritis
(Tan, 2003).
60
50
40
30
20
10
0
Nilai
Maksimal
Nilai Hasil
validasi
Aspek
Aspek
Substansi Konstruk
Aspek
Media
Aspek Validasi
Gambar 1.Histogram Perbandingan Nilai Maksimal Validasi
dan Nilai Hasil Validasi
Dari gambar di atas dijelaskan
bahwa aspek substansi mendapatkan
nilai 32 dengan prosentase 100 %, aspek
konstruksi mendapatkan nilai 16 dengan
prosentase 80 % dan aspek media
mendapatkan nilai 44 dengan prosentase
84,62 %. Hasil tersebut menjelaskan
bahwa
Integrasi materi hasil riset dalam
e-modul
ditunjukkan
dalam
scene
hipotesis masalah sebagai informasi
e-modul
ekosistem
berbasis
problem based learning pada sub pokok
6
Isma Aziz Fakhrudin - Pengembangan E-modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning
pada Sub Pokok Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran
2014/2015
bahasan aliran energi layak diterapkan
Hasil uji coba besar dapat dilihat pada
dalam uji coba lapangan.
Gambar 3.
Hasil yang didapatkan dari uji
Nilai Uji Coba Besar
Terbatas
25
coba kecil mendapatkan nilai di atas
batas minimal. Uji coba kecil dilakukan
dengan menggunakan 3 siswa dan 1 guru
sebagai responden. Hasil uji coba kecil
20
Nilai maksimal
15
Nilai hasil
penilaian
angket
10
5
0
Siswa
Nilai Uji Coba Kecil
dapat dilihat pada Gambar 2.
Guru
Responden Uji Coba Besar Terbatas
25
Gambar 3. Histogram Perbandingan Nilai Maksimal Uji Coba
20
Besar Terbatas dan Nilai Hasil Penilaian Angket.
Nilai
maksimal
15
10
Dari gambar di atas dijelaskan
Nilai hasil
penilaian
angket
5
0
Siswa
bahwa hasil uji coba besar terbatas dari
Guru
responden
Responden Uji Coba Kecil
siswa
mendapatkan
nilai
17,63 dengan prosentase 88,15 % dan
Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Maksimal Uji Coba
responden guru mendapatkan nilai 14,5
Kecil dan Nilai Hasil Penilaian Angket.
dengan
Dari gambar di atas dijelaskan
prosentase
96,67
%.
Hasil
tersebut menunjukan bahwa media layak
bahwa hasil uji coba kecil dari responden
untuk didiseminasikan.
siswa mendapatkan nilai 18,67 dengan
Secara
umum
e-modul
prosentase 93,35 %. Responden guru
ekosistem berbasis PBL pada sub pokok
mendapatkan nilai 15 dengan prosentase
bahasan aliran energi dinyatakan layak
100 %. Hasil tersebut menjelaskan
untuk
bahwa media layak untuk diterapkan
pembelajaran pada sub pokok bahasan
dalam uji coba besar terbatas.
aliran
Hasil yang didapatkan dari uji
digunakan
energi
di
sebagai
SMA
media
Negeri
2
Sukoharjo. Diseminasi kemudian layak
coba besar terbatas mendapatkan nilai di
dilakukan
atas batas minimal. Uji coba besar
penggunaan modul pada skala lebih luas.
terbatas dilakukan dengan menggunakan
Adolphus et al, 2012 menyatakan bahwa
40 siswa dan 12 guru sebagai responden.
pemanfaatn ICT dapat memperbaiki
7
untuk
menilai
kelayakan
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
literasi sains. Implementasi multimedia
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Adolphus., Telima, A.A., & Arokoyu, D.
memberikan
(2012). Improving scientific literacy
peningkatan terhadap peningkatan hasil
among secondary school students
kognitif
through integration of information
yang
dipadu
pendekatan
saintifik
dan
(Wahyudin
pembelajaran
et
pemahaman
al,
2010).
siswa
and
Dengan
communication
technology.
demikian pemanfaatn ICT yang dominan
ARPN Journal
pada modul elektronik berbasis PBL
Technology, Vol 2 NO.5, June 2012.
yang
444-448.
dikembangkan
menunjang
ketertarikan
berpotensi
of Science
and
Arends, R. (2008). Learning to Teach.
siswa,
meningkatkan hasil kognitif, pemahaman
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
siswa, dan merangsang siswa untuk
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar .
Bandung: CV Pustaka Setia.
mencari informasi dan belajar.
Hodson, D. (1993). Going beyond cultural
pluralism: Science education for
SIMPULAN
E-modul ekosistem berbasis PBL
pada sub pokok bahasan aliran energi
dikembangkan
menggunakan
model
pengembangan Borg and Gall termodifikasi
3D (define, design, develop). Karakteristik
yang dimiliki terdapat pada tahapan PBL
yang terdiri petunjuk pemecahan masalah,
pengamatan
video
permasalahan,
merumuskan
masalah,
memunculkan
hipotesis masalah dengan dibantu informasi
fisiologi dan ekologi hasil riset “Karakteristik
Ekofisiologi Reproduksi Hama Tikus Sawah
(Rattus Argentiventer Robb & Kloss)”,
menyajikan data, presentasi hasil analisis
data, penyajian kesimpulan, rangkuman
belajar, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.
E-modul ekosistem berbasis PBL
pada sub pokok bahasa aliran energi layak
menjadi media pembelajaran yang sesuai
untuk menunjang pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik.
sociopolitical
action.
Science
Education, 83: 151-161.
Ibrahim. (2000). Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: Unesa-University Press.
Karyanto, P., Sajidan., Prayitno, B.A., &
Suwarno.
2014.
Ekofisiologi Hama
sebagai
Sumber
Pembelajaran
Karakteristik
Tikus Sawah
Belajar
Sains-Ekologi
dalam
dan
Lingkungan Berbasis Pembelajaran
Saintifik
di
Sekolah.
Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ogawa, M. (1995). Science education in a
multiscience perspective. Science
Education, 79, 593-593.
8
Isma Aziz Fakhrudin - Pengembangan E-modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning
pada Sub Pokok Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran
2014/2015
Paulina, Pannen. (2001). Konstruktivisme
21st
dalam Pembelajaran. Jakarta: PAU-
Century.
Singapore:
UIC
Building.
PPAI, Universitas Terbuka.
Wahyudin., Sutikno., & Isa, A. 2010.
Rustaman, N., Dirjosoemarto, S., Yudianto,
Keefektifan
Pembelajaran
S.A., Achmad, Y., Subekti, R.,
Berbantuan
Multimedia
Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M.
Menggunakan
2005. Strategi Belajar Mengajar
Terbimbing
Biologi. Bandung: UPI Press.
Minat
dan
Sutrisno, E. (2011). Manajemen Sumber
Semarang:
Daya Manusia. Jakarta: Prenada
Semarang.
Media Group.
Tan, O.S. (2003). PBL innovation: Using
Problems to Power Learning in the
.
9
Metode
untuk
Inkuiri
Meningkatkan
Pemahaman
Siswa.
Universitas
Negeri
Volume...,Nomor…
Halaman …
ISSN: XXXX-XXXX
Desember 2014
Pengembangan E-Modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning pada Sub Pokok
Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran 2014/2015
The Development of E-modul Ecosystem Based on Problem Based Learning in Energy Flow
Subject for High School in Academic Year 2014/2015
Isma Aziz Fakhrudin a, Puguh Karyantob, Baskoro Adi Prayitnoc
a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
b)
Diterima… disetujui… 2014
Abstract: .The purpose of this research is to know characteristic of e-module and the
useability to be applied for high school. This research aims to develop a module that is able to
facilitate the contextual and self-learning teaching and learning process, the Problem-Based
Learning. This high scholl e-module restricted its scoope in the discussion of energy flows in the
ecosystem due to the importance of the discussion towards the goal of saintific approach. Borg
and Gall’s procedures was followed in creating the e-module. The steps namely defining,
designing, and developing were performed consecutivelly. The created e-module is considered
appropriate according to the results of validation, pilot test and small-scaled field test. Yet, the
developed e-module is able to use and potentially able to enhance student’s science skill. The
conclution of this research explain that e-module ecosystem has characteristic of problem based
learning influences, and it is can be applied for high school.
Keywords : e-module, problem based learning
nasional yang dirumuskan dalam undangundang sistem pendidikan nasional tersebut
dijalankan dengan melakukan implementasi
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik.
Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik
memiliki potensi untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Penerapan pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik yang ideal adalah
pembelajaran yang berparadigma student
PENDAHULUAN
Undang-Undang Sisdiknas No.20
tahun 2003 pasal 3 telah memberikan
landasan yuridis bahwa pendidikan nasional
di Indonesia ditujukan untuk dapat
mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan
1
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
pelajaran di sekolah telah menggeser
paradigma pembelajaran teacher centered
menuju students centered (Sutrisno, 2011).
Terintegrasinya teknologi informasi/TI dalam
pembelajaran mempermudah pembelajaran
dalam basis pendekatan saintifik. Melalui
pengembangan modul berbasis PBL, proses
pembelajaran di sekolah dapat diperbaiki.
Pengembangan materi yang diajarkan
merupakan salah satu cara untuk menunjang
modul sebagai bahan ajar yang berkualitas.
Salah satu cara mengembangkan materi
adalah dengan mengolah materi sebagai
sumber belajar. Materi hasil riset dalam
pembelajaran
membuat
siswa
dapat
memperoleh berbagai manfaat dalam konteks
pengembangan keterampilan berpikir dan
pencapaian kompetensi yang dapat dipetik.
Materi yang dikaji dalam modul yang
dikembangkan adalah ekosistem pada sub
pokok bahasan aliran energi dengan
menyisipkan materi dari hasil penelitian yang
telah dilakukan. Materi hasil riset yang
diberikan adalah “Karakteristik Ekofisiologi
Hama Tikus Sawah (Rattus Argentiventer
Rob & Kloss).
Pengembangan modul terintegrasi TI
pada materi ekosistem berbasis masalah
dengan menyisipkan materi hasil riset
mengharapkan siswa dapat belajar secara
mandiri, kreatif, aplikatif, efektif, efisien, dan
berpikir kritis.
centered (Ogawa, 1995; Hodson, 1993;
Rustaman et al, 2005). Paradigma
pembelajaran student centered dapat dibentuk
dengan melakukan implementasi model
pembelajaran problem based learning dipadu
dengan media pembelajaran yang relevan
dengan basis saintifik..
Problem based learning merupakan
model pembelajaran yang menjadikan
masalah
sebagai
dasar
untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, materi, konten, dan pengendalian
diri (Ibrahim, 2000). Penerapan PBL dalam
pembelajaran biologi memiliki kelebihan
terutama
terkait
dengan
melatihkan
keterampilan
berpikir,
keterampilan
menyelesaikan masalah, dan keterampilan
intelektualnya (Arends, 2008).
Problem based Learning telah
dianggap sebagai model yang ideal dalam
pembelajaran
sains
(Paulina,
2001).
Implementasi
model
ideal
tersebut
memerlukan dukungan bahan ajar yang
relevan,
sementara
implementasi
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik
yang relatif baru masih terkendala dengan
ketersediaan bahan ajar berbasis PBL di
sekolah.
Salah satu jenis bahan ajar yang dapat
dikembangkan adalah modul. Modul
merupakan seperangkat bahan ajar yang
disajikan
secara
sistematis,
sehingga
penggunanya dapat belajar secara mandiri
dengan atau tanpa fasilitator/ guru (Hamdani,
2011). Modul sangat menunjang efektivitas
model pembelajaran PBL karena relevan
dengan salah satu karakteristik PBL yaitu
pada pemberdayaan kemandirian belajar.
Penggunaan teknologi informasi/TI
dalam pembelajaran terkait dengan mata
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2
Sukoharjo dan pengembangan e-modul
dilakukan
secara
mandiri.
Prosedur
pengembangan e-modul merujuk pada Borg
dan Gall termodifikasi merupakan model
yang digunakan dalam penelitian. Modifikasi
2
Isma Aziz Fakhrudin - Pengembangan E-modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning
pada Sub Pokok Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran
2014/2015
Data yang diperoleh berupa data uji
validitas, uji coba kecil, dan uji coba besar
terbatas. Data yang terkumpul berupa data
kuantitatif berupa poin dan data kualitatif
berupa kritik dan saran dari subjek uji coba.
Data didapatkan dari pengisian angket oleh
responden. Teknik analisis data yang
digunakan dalam uji validitas e-modul adalah
summative ratting scale yang terdiri dari
empat alternatif skala. Teknik skala Guttman
dengan alternatif jawaban Ya (Y) dan Tidak
(T) digunakan dalam uji coba kecil dan besar
terbatas. Data kuantitaif kemudian diolah dan
dikonversi menjadi data interval sehingga
didapatkan kategori untuk kelayakan emodul.
3D (define, design, develop) ditetapkan
dengan
prosedur
diseminasi
yang
direncanakan untuk dilanjutkan pada tahapan
penelitian
berikutnya.
Pada
tahap
pendefinisian (define) analisis dilakukan atas
kurikulum, peserta didik, materi, dan tujuan
pengembangan. Tahap perancangan (define)
terdiri dari penyusunan materi, pemilihan
media, pemilihan bentuk media, dan desain
produk awal. Tahap pengembangan (develop)
merupakan tahapan pengembangan untuk
menyusun e-modul yang layak digunakan.
Tahap pengembangan yang dilaksanakan
meliputi pemilihan model pengembangan,
validasi desain, revisi desain, uji coba
produk, revisi produk, evaluasi dan
penyempurnaan. Draft awal modul divalidasi
untuk menilai kelayakan produk sebelum
diujikan. Aspek yang divalidasi berupa aspek
substansi (isi modul), konstruk (tahapan
PBL), dan media (rekayasa perangkat lunak
dan komunikasi visual). Revisi desain
dilakukan apabila nilai uji validitas
menyatakan kurang layak untuk diuji di
lapangan. Uji coba produk dilakukan melalui
uji coba skala kecil dan uji coba besar
terbatas. Uji coba kecil terdiri dari satu guru
dan tiga siswa. Uji coba besar terbatas terdiri
dari dua guru dan empat puluh siswa. Revisi
produk dilakukan apabila nilai uji coba kecil
dan uji coba besar menyatakan kurang layak
untuk dijadikan media pembelajaran.
Evaluasi dan penyempurnaan dilakukan
untuk
mengetahui
kesalahan
yang
menyebabkan produk kurang optimal.
Evaluasi dan penyempurnaan dilakukan
berdasarkan data yang diperoleh dari uji
validasi dan uji lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik dan kelayakan emodul ekosistem berbasis PBL pada sub
pokok bahasan aliran energi. Hasil dan
pembahasan adalah sebagai berikut.
1.
Karakteristik E-Modul Ekosistem
Berbasis PBL pada Sub Pokok
Bahasan Aliran Energi
Prosedur pengembangan e-modul
berbasis PBL menggunakan model 3D
(deine, design, dan develop). E-modul
yang dikembangkan berisikan materi
aliran energi yang disusun berdasarkan
penelitian ekologi populasi hama tikus
sawah (Rattus argentiventer ). E-modul
dikembangkan dengan bantuan perangkat
keras dna perangkat lunak. Perangkat
keras berupa laptop, mouse, dan speaker
active. Perangkat lunak yang digunakan
3
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
berupa adobe flash cs6, corel draw x6,
adobe photoshop cs4, corel videostudio
pro x4, bandicam, audacity 2.0.5,
mp3doctor, jetaudio, format factory, dan
inno setup5.
4.9
Mendesain
bagan tentang
interaksi
antar
komponen
ekosistem
dan jejaring
makanan
yang
berlangsung
dalam
ekosistem
dan
menyajikan
hasilnya
dalam
berbagai
bentuk media.
Desain produk e-modul terdiri
dari empat menu utama yaitu menu
pendahuluan, demo video, materi, dan
keluar. Menu pendahuluan berisikan
tentang kompetensi inti, kompetensi
dasar,
indikator,
dan
tujuan
pembelajaran. Hubungan kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator, dan
tujuan pembelajaran dengan materi aliran
energi ditunjukkan oleh Tabel 1
Tabel 1. Hubungan kompetensi
pembelajaran, dan isi e-modul
Kompetensi
dasar
3.9
Menganalisis
informasi/dat
a dari
berbagai
sumber
tentang
ekosistem
dan semua
interaksi yang
berlangsung
didalamnya.
Indikator
Mendeskripsik
an komponen
penyusun
ekosistem
yang berperan
dalam aliran
energi
berdasarkan
fungsinya.
dasar,
indikator,
Tujuan
pembelajaran
Siswa mampu
mendeskripsika
n komponen
penyusun
ekosistem yang
berperan dalam
aliran energi
berdasarkan
fungsinya.
primer, padi
sebagai
produsen.
Menjelaskan
konsep aliran
energi.
Siswa mampu
menjelaskan
konsep aliran
energi.
Menjelaskan
konsep rantai
makanan,
jaring-jaring
makanan, dan
piramida
ekologi.
Siswa mampu
menjelaskan
konsep rantai
makanan,
jaring-jaring
makanan, dan
piramida
ekologi.
tujuan
Isi e-module
E-module
memberikan
video
permasalahan
yang dapat
ditarik rumusan
masalah
mengenai peran
petani, tikus
sawah, padi,
tanah, sebagai
indikator untuk
mengetahui
komponen
penyusun
ekosistem yang
berperan dalam
aliran energi.
Contoh
permasalahan :
Pertanyaan :
Apa peran
petani, tikus
sawah, dan padi
dalam ekosistem
sawah?
Jawaban : petani
sebagai
konsumen
primer /
konsumen
sekunder /
konsumen
tersier. Tikus
sawah sebagai
konsumen
4
E-module
memberikan
video
permasalahan
yang dapat
ditarik rumusan
masalah
mengenai
hubungan antara
petani, tikus
sawah, padi, dan
tanah sebagai
perantara untuk
menjelaskan
konsep aliran
energi. Contoh
permasalahan :
Pertanyaan :
Apa yang akan
terjadi apabila
padi mengalami
kepunahan ?
bagaimana cara
menanggulangin
ya ?
Jawaban : Padi
merupakan
bahan makanan
utama bagi
manusia.
Apabila padi
mengalami
penurunan, maka
tingkat konsumsi
manusia akan
berkurang dan
menyebabkan
penurunan siklus
aliran energi.
Manusia akan
melakukan
berbagai cara
untuk
menanggulangi
penurunan
produktivitas
padi, salah satu
cara adalah
dengan
menggunakan
Trap Barrier
System (TBS).
E-module
memberikan
video
permasalahan
yang dapat
ditarik rumusan
masalah
mengenai siklus
rantai makanan,
jaring-jaring
makanan, dan
Isma Aziz Fakhrudin - Pengembangan E-modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning
pada Sub Pokok Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran
2014/2015
piramida
ekologi. Contoh
permasalahan :
Pertanyaan :
Mengapa
populasi tikus
sawah cepat
bertambah
banyak ?
Jawaban :
Hal ini
dikarenakan
predator murni
tikus sawah
mengalami
penurunan.
Sehingga siklus
rantai makanan,
jaring-jaring
makanan, dan
piramida ekologi
menjadi tidak
stabil.
4
terhadap masalah
terhadap masalah yang sudah
dirumuskan dengan bantuan
informasi-informasi berupa gambar,
video, materi hasil riset, dan link
untuk menuju ke google/youtube.
Penyajian hasil
karya
Siswa diberikan kesempatan untuk
menyajikan data dari hasil
penyelidikan.
Siswa diberikan kesempatan untuk
mempresentasikan hasil analisis dari
data yang sudah ditampilkan pada
scene penyajian data.
Menu demo video berisikan video
turotial yang memberikan penjelasan
mengenai cara mengoperasikan e-moduk.
Menu
materi
berisikan
materi
pembelajaran yang disampaikan dalam
bentuk video, gambar, link to google/
youtube, dan jurnal hasil riset. Materi
pembelajaran disampaikan dengan model
pembelajaran PBL (lihat Tabel 2).
Siswa diberikan kesempatan untuk
menyimpulkan hasil penyelidikan
berdasarkan analisis data dan
informasi yang sudah dikumpulkan.
Tabel 2. Tahapan PBL dalam E-modul Aliran Energi
No
1
Tahapan dalam
Problem Based
Learning
Orientasi masalah
Scene dalam e-module
5
Siswa mengamati video
permasalahan yang diberikan.
2
Organisasi masalah
Siswa merumuskan permasalahan
dari video permasalahan.
3
Penyelidikan
Siswa melakukan penyelidikan
Analisis dan
evaluasi proses
pemecahan
masalah
Siswa diberikan kesempatan untuk
membuat rangkuman dalam
pembelajaran.
Siswa diberikan kesempatan untuk
melakukan evaluasi proses
pembelajaran dan hasil belajar.
5
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
bantuan untuk menyusun hipotesis.
Penerapan materi hasil riset pada e-modul
dijadikan sumber belajar untuk dapat lebih
memahamkan guru untuk berhati-hati
dalam memberikan kesimpulan yang
linear (Karyanto et al, 2014)
Menu
keluar
memberikan
perintah untuk menutup aplikasi. E-modul
yang dibuat dikemas dalam bentuk
aplikasi (.exe) yang harus diinstal terlebih
dahulu
sebelum
dioperasikan.
Pengoperasian e-modul membutuhkan
perangkat
laptop/komputer
dengan
spesifikasi sistem operasi minimal berupa
Intel pentium 4 atau AMD prosesor yang
setara atau diatasnya, 128 MB RAM, 64
MB memori grafis, mouse dan keyboard,
serta perangkat penunjang seperti speaker
dan headset.
2.
Kelayakan
E-Modul
Ekosistem
Berbasis PBL pada Sub Pokok
Bahasan Aliran Energi
Nilai Validasi
Hasil yang didapatkan dari uji
validasi mendapatkan nilai di atas batas
minimal. Hasil uji validasi meliputi
aspek substansi, aspek konstruk, dan
aspek media (lihat Gambar 1)
Integrasi PBL dalam e-modul
terlihat pada tahapan belajar yang
memungkinkan munculnya keterampilan
berpikir, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan keterampilan intelektual
akibat dari proses belajar siswa dalam
memecahkan masalah. Keterampilan
tersebut berpotensi muncul pada saat
siswa melakukan orientasi masalah
terhadap video masalah yang bersifat
kontekstual, membuat hipotesis dengan
menganalisis berbagai informasi yang
disediakan, dan melakukan evaluasi diri
terhadap proses belajar yang didapatkan.
Kegiatan
memecahkan
masalah
merangsang siswa untuk berpikir secara
luas, sistematis, analisis, dan berpikir kritis
(Tan, 2003).
60
50
40
30
20
10
0
Nilai
Maksimal
Nilai Hasil
validasi
Aspek
Aspek
Substansi Konstruk
Aspek
Media
Aspek Validasi
Gambar 1.Histogram Perbandingan Nilai Maksimal Validasi
dan Nilai Hasil Validasi
Dari gambar di atas dijelaskan
bahwa aspek substansi mendapatkan
nilai 32 dengan prosentase 100 %, aspek
konstruksi mendapatkan nilai 16 dengan
prosentase 80 % dan aspek media
mendapatkan nilai 44 dengan prosentase
84,62 %. Hasil tersebut menjelaskan
bahwa
Integrasi materi hasil riset dalam
e-modul
ditunjukkan
dalam
scene
hipotesis masalah sebagai informasi
e-modul
ekosistem
berbasis
problem based learning pada sub pokok
6
Isma Aziz Fakhrudin - Pengembangan E-modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning
pada Sub Pokok Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran
2014/2015
bahasan aliran energi layak diterapkan
Hasil uji coba besar dapat dilihat pada
dalam uji coba lapangan.
Gambar 3.
Hasil yang didapatkan dari uji
Nilai Uji Coba Besar
Terbatas
25
coba kecil mendapatkan nilai di atas
batas minimal. Uji coba kecil dilakukan
dengan menggunakan 3 siswa dan 1 guru
sebagai responden. Hasil uji coba kecil
20
Nilai maksimal
15
Nilai hasil
penilaian
angket
10
5
0
Siswa
Nilai Uji Coba Kecil
dapat dilihat pada Gambar 2.
Guru
Responden Uji Coba Besar Terbatas
25
Gambar 3. Histogram Perbandingan Nilai Maksimal Uji Coba
20
Besar Terbatas dan Nilai Hasil Penilaian Angket.
Nilai
maksimal
15
10
Dari gambar di atas dijelaskan
Nilai hasil
penilaian
angket
5
0
Siswa
bahwa hasil uji coba besar terbatas dari
Guru
responden
Responden Uji Coba Kecil
siswa
mendapatkan
nilai
17,63 dengan prosentase 88,15 % dan
Gambar 2. Histogram Perbandingan Nilai Maksimal Uji Coba
responden guru mendapatkan nilai 14,5
Kecil dan Nilai Hasil Penilaian Angket.
dengan
Dari gambar di atas dijelaskan
prosentase
96,67
%.
Hasil
tersebut menunjukan bahwa media layak
bahwa hasil uji coba kecil dari responden
untuk didiseminasikan.
siswa mendapatkan nilai 18,67 dengan
Secara
umum
e-modul
prosentase 93,35 %. Responden guru
ekosistem berbasis PBL pada sub pokok
mendapatkan nilai 15 dengan prosentase
bahasan aliran energi dinyatakan layak
100 %. Hasil tersebut menjelaskan
untuk
bahwa media layak untuk diterapkan
pembelajaran pada sub pokok bahasan
dalam uji coba besar terbatas.
aliran
Hasil yang didapatkan dari uji
digunakan
energi
di
sebagai
SMA
media
Negeri
2
Sukoharjo. Diseminasi kemudian layak
coba besar terbatas mendapatkan nilai di
dilakukan
atas batas minimal. Uji coba besar
penggunaan modul pada skala lebih luas.
terbatas dilakukan dengan menggunakan
Adolphus et al, 2012 menyatakan bahwa
40 siswa dan 12 guru sebagai responden.
pemanfaatn ICT dapat memperbaiki
7
untuk
menilai
kelayakan
Jurnal Pendidikan Biologi Vol…., No…, hal …
literasi sains. Implementasi multimedia
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Adolphus., Telima, A.A., & Arokoyu, D.
memberikan
(2012). Improving scientific literacy
peningkatan terhadap peningkatan hasil
among secondary school students
kognitif
through integration of information
yang
dipadu
pendekatan
saintifik
dan
(Wahyudin
pembelajaran
et
pemahaman
al,
2010).
siswa
and
Dengan
communication
technology.
demikian pemanfaatn ICT yang dominan
ARPN Journal
pada modul elektronik berbasis PBL
Technology, Vol 2 NO.5, June 2012.
yang
444-448.
dikembangkan
menunjang
ketertarikan
berpotensi
of Science
and
Arends, R. (2008). Learning to Teach.
siswa,
meningkatkan hasil kognitif, pemahaman
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
siswa, dan merangsang siswa untuk
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar .
Bandung: CV Pustaka Setia.
mencari informasi dan belajar.
Hodson, D. (1993). Going beyond cultural
pluralism: Science education for
SIMPULAN
E-modul ekosistem berbasis PBL
pada sub pokok bahasan aliran energi
dikembangkan
menggunakan
model
pengembangan Borg and Gall termodifikasi
3D (define, design, develop). Karakteristik
yang dimiliki terdapat pada tahapan PBL
yang terdiri petunjuk pemecahan masalah,
pengamatan
video
permasalahan,
merumuskan
masalah,
memunculkan
hipotesis masalah dengan dibantu informasi
fisiologi dan ekologi hasil riset “Karakteristik
Ekofisiologi Reproduksi Hama Tikus Sawah
(Rattus Argentiventer Robb & Kloss)”,
menyajikan data, presentasi hasil analisis
data, penyajian kesimpulan, rangkuman
belajar, evaluasi proses, dan evaluasi hasil.
E-modul ekosistem berbasis PBL
pada sub pokok bahasa aliran energi layak
menjadi media pembelajaran yang sesuai
untuk menunjang pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik.
sociopolitical
action.
Science
Education, 83: 151-161.
Ibrahim. (2000). Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: Unesa-University Press.
Karyanto, P., Sajidan., Prayitno, B.A., &
Suwarno.
2014.
Ekofisiologi Hama
sebagai
Sumber
Pembelajaran
Karakteristik
Tikus Sawah
Belajar
Sains-Ekologi
dalam
dan
Lingkungan Berbasis Pembelajaran
Saintifik
di
Sekolah.
Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ogawa, M. (1995). Science education in a
multiscience perspective. Science
Education, 79, 593-593.
8
Isma Aziz Fakhrudin - Pengembangan E-modul Ekosistem Berbasis Problem Based Learning
pada Sub Pokok Bahasan Aliran Energi untuk Sekolah Menengah Atas Tahun Pelajaran
2014/2015
Paulina, Pannen. (2001). Konstruktivisme
21st
dalam Pembelajaran. Jakarta: PAU-
Century.
Singapore:
UIC
Building.
PPAI, Universitas Terbuka.
Wahyudin., Sutikno., & Isa, A. 2010.
Rustaman, N., Dirjosoemarto, S., Yudianto,
Keefektifan
Pembelajaran
S.A., Achmad, Y., Subekti, R.,
Berbantuan
Multimedia
Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M.
Menggunakan
2005. Strategi Belajar Mengajar
Terbimbing
Biologi. Bandung: UPI Press.
Minat
dan
Sutrisno, E. (2011). Manajemen Sumber
Semarang:
Daya Manusia. Jakarta: Prenada
Semarang.
Media Group.
Tan, O.S. (2003). PBL innovation: Using
Problems to Power Learning in the
.
9
Metode
untuk
Inkuiri
Meningkatkan
Pemahaman
Siswa.
Universitas
Negeri