Genetika Populasi Berdasarkan Sifat Domi

Laporan Praktikum Genetika
Program Studi Biologi Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2014

Genetika Populasi Berdasarkan Sifat Dominan atau Resesif yang Muncul dari
Suku Jawa, Suku Batak, Suku Tionghoa, Suku Papua, dan Suku Sulawesi

Lapoaran Praktikum Genetika
Oleh:
Rizky Dewi Darma Kusuma

412012003

Mita Mirjanah Ramadhanisa

432012011

Abstrak
Genetika populasi merupakan cabang ilmu genetika yang mempelajari tentang komposisi
genetik pada suatu populasi. Genetika populasi sulit untuk dilakukan percobaan persilangan karena
polanya tidak selalu bisa memalui percobaan buatan. Dalam mempelajari genetika populasi, perlu

diperhatikan prinsip keseimbangan Hardy-Weinberg beserta kondisi-kondisi berlakunya prinsip
keseimbangan tersebut. Pada praktikum genetika populasi dilakukan pengamatan pada mahasiswa
UKSW secara random yang berasal dari suku Papua, suku Jawa, suku Batak, suku Tionghoa, dan suku
Sulawesi yang berkaitan dengan sifat fenotip lesung pipi, Ibu jari yang dapat melengkung keluar,
roller tongue, ear lobe dan widow’s peak, dominan atau resesif. Hasil dari pengamatan
menunujukkan bahwa alel yang memiliki sifat resesif lebih banyak dari pada alel dominan.
Kata kunci: Genetika populasi, Hardy-Weinberg, alel, dominan, resesif.

Pendahuluan
Dalam mempelajari pola pewarisan sifat tertentu pada manusia sulit untuk dilakukan
percobaan persilangan karena pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui
percobaan persilangan buatan. Seluk-beluk pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari pada
cabang genetika yang disebut genetika populasi. Populasi mendelian ialah sekelompok individu suatu
spesies yang bereproduksi secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang sama, dan di
antara mereka terjadi perkawinan (interbreeding) sehingga masing-masing akan memberikan
kontribusi genetik ke dalam lungkang gen (gene pool), yaitu sekumpulan informasi genetik yang
dibawa oleh semua individu di dalam populasi (Suryo, 2012).
Genetika populasi merupakan cabang ilmu genetika yang mempelajari mengenai komposisi
gen-gen dalam populasi, serta menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat
populasi yang dihasilkan dari berbagai faktor (Campbell et al., 2002).Genetika populasi bertujuan

dengan mengembangkan model matematis frekuensi gen, mencoba untuk mengambil kesimpulan
dari model-model tentang pola-pola kemungkinan variasi genetik dalam populasi yang sebenarnya,
dan menguji kesimpulan terhadap data empiris. Suatu masyarakat merupakan hasil dari perkawinan
antar spesies dan memiliki lengkang gen yang sama. Lengkang gen adalah jumlah dari semua alel
yang berlainan atau keterangan genetik dalam anggota dari suatu populasi yang berkembang biak

Laporan Praktikum Genetika
Program Studi Biologi Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2014
secara kawin. Faktor-faktor lingkungan, seperti seleksi memiliki kecenderungan untuk mengubah
frekuensi gen, sehingga akan menyebabkan perubahan evolusi dalam populasi (Suryo, 2012).
Susunan genetik suatu populasi ditinjau dari gen-gen yang ada dinyatakan sebagai frekuensi gen atau
disebut juga sebagai frekuensi alel, yaitu proporsi atau persentase alel tertentu pada suatu lokus
yang berbeda (Sitohang, 2013).
G.H. Hardy dan W. Weinberg di tahun 1908 menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya
dengan frekuensi gen di dalam populasi secara terpisah. Prinsip yang dinyatangan secara teoritis
tersebut dikenal sebagai prinsip ekuilibrum Hardy-Weinberg. Pada pernyataan tersebut ditegaskan
bahwa di dalam populasi yang dalam keadaan seimbang (ekuilibrum), maka baik frekuensi gen
maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi seterusnya (Suryo, 2012). Hal
seperti ini dapat ditemukan dalam populasi yang besar, dimana perkawinan berlangsung secara acak

(random) dan tidak ada pilihan atau pengaturan yang dapat merubah frekuensi gen (Anonim 1, 2012).
Kemudian faktor lainnya adalah tidak terjadinya migrasi pada individu dalam suatu populasi tersebut
sehingga menyebabkan populasi tersebut menjadi populasi tertutup dimana hal ini merupakan hal
yang sangat jarang terjadi dalam kehidupan nyata. Lalu tidak terlibat dalam seleksi alam, tidak terjadi
mutasi dan terjadi meiosis (Anonim 2, 2011).
Ada beberapa genotipe yang bisa diamati pada praktikan secara langsung, yaitu widow’s
peak yaitu munculnya kontur meruncing dari garis rambut di dahi yang disebabkan oleh alel
dominan, W. Karena alel widow’s peak dominan, semua individu yang tidak memiliki widow’s peak
pastilah homozigot resesif (ww) (Campbell et al., 2002).Sebagian manusia bisa menggulungkan
lidahnya yang disebut roller tongueyang disebabkan oleh gen dominan yang disimbolkan dengan T.
Manusia yang bisa menggulungkan lidahnya memiliki gen homozigot dominan, TT dan heterozigot,
Tt. Manusia yang tidak bisa menggulungkan lidahnya memiliki gen homozigot resesif, tt (Sitohang,
2013).Ear-lobe merupakan salah satu contoh dari alel dominan dan resesif dimana attached ear-lobe
merupakan sisat resesif dan unattach ear-lobe merupakan sifat dominan (Anonim 1, 2012). Dan sifat
dominan lainnya berupa lesung pipi dan ibu jari yang dapat melengkung ke arah luar (Campbellet al.,
2002).
Bahan dan Metode
Praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2014, di Laboratorium Biologi Dasar,
Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana mengenai populasi genetik dengan
memperhatikan sifat dominan dan resesif pada individu yang memiliki keturunan dari suku Jawa,

suku Batak, suku Tionghoa, suku Sulawesi, dan suku Papua. Praktikum kali ini difokuskan kepada
sifatyang dimiliki oleh morfologi manusia, misalnya arah putaran rambut, kemampuan melipat lidah,
dan lainnya.
Metode yang digunakan yaitu, Mengamati fenotip dari tiap individu dengan dipilih salah
satu sifat dari masing-masing suku (Jawa, Batak, Papua, Tionghoa, dan Sulawesi) yang berbeda.
Dilakukan pengamatan fenotip dari satu sifatpada 25 orang suku yang berbeda. Pertama, dibuat
tabel dengan pena, kertas, dan penggaris, tabel di isi dengan keterangan hair line, lesung pipi atau
dagu, lidah, cuping telinga, dan ibu jari beserta keterangan dominan dan resesif. Dicari orang-orang
dari suku papua, kemudian diamati hair linenya. Pada individu dari suku papua yang memiliki hair
line yang terdapat widows peak merupakan sifat dominan lalu individu yang tidak di dapati widows

Laporan Praktikum Genetika
Program Studi Biologi Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2014
peakpada hair line nya merupakan sifat resesif. Setelah itu, diamati lesung pipi atau dagu yang
merupakan sifat dominan. Kemudian diamati bagian lidah, lidah yang dapat menggulung merupakan
sifat dominan sedangkan yang tidak dapat menggulung merupakan sifat resesif. Lalu diamati bagian
cuping telinga, cuping yang menggantung merupakan sifat dominan jika tidak menggantung
merupakan sifat resesif. Sifat terakhir yang diamati yaitu pada bagian ibu jari, ibu jari yang dapat
melengkung keluar merupakan sifat dominan sedangkan yang tidak dapat melengkung merupakan

sifat resesif. Data yang diperoleh dari pengamatan fenotip dari suku papua, kemudian dihitung
dengan perhitungan frekuensi alel dominan dan resesif.
Hasil
Berdasarkan data kelas dari hasil pengamatan, ditampilkan dalam bentuk gambar diagram
batang sebagai berikut :

Frekuensi Fenotipe dari Berbagai Suku
1.2
1
Frekuensi

0.8

resesif
dominan

0.6
0.4
0.2
0


Papua

Tionghoa

Sulawesi

Batak

Jawa

Suku
Gambar 1. Diagram batang dari pengamatan fenotipe dari suku yang berbeda

Dari hasil pengamatan didapatkan hasil seperti pada Gambar 1. Diagram batang ini
menunjukan perbedaan sifat dominan dan resesif dari berbagai suku (Papua, Tionghoa, Sulawesi,
Batak, dan Jawa). Sifat dominan ditandai dengan warna biru pada diagram dan sifat resesif berwarna
merah. Dari diagram tersebut didapatkan hubungan antar frekuensi dari tiap sifat.

Pembahasan

Berdasarkan prinsip hardy-weinbergh dinyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotip
tersebut genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam kesetimbangan dari
satu generasi ke generasi selanjutnya kecuali terdapat pengaruh tertentu yang mengganggu
kesetimbangan tersebut (Suryo, 2012). Berdasarkan hasil yang telah didapatkan melalui pengamatan
dan wawancara secara langsung pada mahasiswa Papua yang dipilih secara random, diketahui bahwa
sifat dominan yang paling banyak muncul adalah ibu jari yang dapat melengkung keluar dan lesung

Laporan Praktikum Genetika
Program Studi Biologi Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2014
pipi. Namun sifat resesif pada mahasiswa keturunan dari suku Papua ini yang paling sering muncul
adalah seperti garis rambut yang rata (tanpa widow’s peak), lidah tidak dapat menggulung (roller
togue) dan cuping telinga yang menempel (attached ear-lobe). Perbandingan jumlah pada masingmasing sifat pada mahasiswa Papua dapat diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 6
mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 19 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 5
mahasiswa berlesung pipi dan 20 mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 10 mahasiswa
yang dapat menggulung lidah dan 15 mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 6 mahasiswa juga
memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe dan 19 lainnya memiliki attached ear-lobe, dan
sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang
memilikinya berjumlah 13 mahasiswa dan 12 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari.
Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 1,6 dan frekuensi resesif nya sebanyak 3,4.

Kemudian pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 25 mahasiswa yang berasal dari suku
Tionghoa dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada lidah yang
dapat menggulung (roller togue) dan adanya lesung pipi. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang
merupakan keturunan dari suku Tionghoa ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut yang rata
(tanpa widow’s peak), ibu jari yang tidak dapat melengkung, dan cuping telinga yang menempel
(attached ear-lobe). Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Tionghoa dapat
diketahui dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 3 mahasiswa dan tanpa widow’s peak
berjumlah 22 mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 12 mahasiswa berlesung pipi dan 13
mahasiswa tanpa lesung pipi, kemudian terdapat 13 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 12
mahasiswa yang tidak bisa menggulung lidah, 8 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa
unattached ear-lobe dan 17 lainnya memiliki attached ear-lobe, dan sifat terakhir yang diamati
berupa ibu jari yang dapat melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 8
mahasiswa dan 17 mahasiswa yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan
yang didapat yaitu sebanyak 1,76 dan frekuensi resesif nya sebanyak 3,24.
Lalu pada hasil kelompok lainnya, yaitu pada 25 mahasiswa yang berasal dari Sulawesi dapat
diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada lidah yang dapat menggulung
(roller togue)dan ibu jari yang dapat melengkung keluar. Namun sifat resesif pada mahasiswa yang
merupakan keturunan dari suku-suku di Sulawesi ini lebih banyak muncul, seperti garis rambut yang
rata (tanpa widow’s peak), tidak adanya lesung pipi, dan cuping telinga yang menempel (attached
ear-lobe). Perbandingan jumlah pada masing-masing sifat pada mahasiswa Sulawesi dapat diketahui

dimana garis rambut widow’s peak berjumlah 11 mahasiswa dan tanpa widow’s peak berjumlah 14
mahasiswa, pada sifat lesung pipi terdapat 4 mahasiswa berlesung pipi dan 16 mahasiswa tanpa
lesung pipi, kemudian terdapat 16 mahasiswa yang dapat menggulung lidah dan 4 mahasiswa yang
tidak bisa menggulung lidah, 9 mahasiswa juga memiliki sifat dominan berupa unattached ear-lobe
dan 16 lainnya memiliki attached ear-lobe, dan sifat terakhir yang diamati berupa ibu jari yang dapat
melengkung keluar dengan mahasiswa yang memilikinya berjumlah 17 mahasiswa dan 8 mahasiswa
yang tidak dapat melengkungkan ibu jari. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 2,28
dan frekuensi resesif nya sebanyak 2,76.
Setelah itu, hasil pada kelompok yang mengamati sifat dominan dan resesif pada suku Batak
atau suku lainnya di Sumatra, didapatkan hasil berupa 25 mahasiswa yang dipilih secara
randomterlihat sifat dominan yang muncul lebih sedikit, yaitu hanya satu sifat saja pada lidah yang

Laporan Praktikum Genetika
Program Studi Biologi Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2014
dapat menggulung, sedangkan sifat lainnya merupakan sifat resesif. Perbandingan jumlah sifat yang
didapatkan adalah 6 mahasiswa yang memiliki widow’s peak dan 19 mahasiswa tidak memiliki
widow’s peak. Kemudian pada sifat lesung pipi terdapat 8 mahasiswa berlesung pipi dan 17 lainnya
tidak memiliki lesung pipi. Selain itu, pada sifat lidah yang dapat menggulung terdapat 14 mahasiswa
roller togue dan 11 mahasiswa lain tidak dapat menggulung lidah. Pada 10 mahasiswa Sumatra

memiliki sifat dominan cuping telinga yang menggantung (unattached ear-lobe), sedangkan lainnya
yaitu 15 mahasiswa memiliki attached ear-lobe. Dan terdapat 9 mahasiswa dapat mahasiswa yang
memiliki ibu jari yang dapat melengkung ke luar sedangkan 16 mahasiswa yang lain tidak memiliki
ibu jari yang dapat melengkung ke luar. Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 1,88
dan frekuensi resesif nya sebanyak 3,12.
Kemudian dari hasil kelompok lainnya, yaitu pada 25 mahasiswa yang berasal dari suku Jawa
dapat diketahui bahwa sifat dominan yang paling banyak muncul adalah pada dominan yang muncul
lebih sedikit, yaitu hanyawidow’s peak satu sifat saja pada lidah yang dapat menggulung, sedangkan
sifat lainnya merupakan sifat resesif. Perbandingan jumlah sifat yang didapatkan adalah 6 mahasiswa
yang memiliki widow’s peak dan 19 mahasiswa tidak memiliki widow’s peak. Kemudian pada sifat
lesung pipi terdapat 8 mahasiswa berlesung pipi dan 17 lainnya tidak memiliki lesung pipi. Selain itu,
pada sifat lidah yang dapat menggulung terdapat 14 mahasiswa roller togue dan 11 mahasiswa lain
tidak dapat menggulung lidah. Pada 10 mahasiswa Sumatra memiliki sifat dominan cuping telinga
yang menggantung (unattached ear-lobe), sedangkan lainnya yaitu 15 mahasiswa memiliki attached
ear-lobe. Dan terdapat 9 mahasiswa dapat mahasiswa yang memiliki ibu jari yang dapat melengkung
ke luar sedangkan 16 mahasiswa yang lain tidak memiliki ibu jari yang dapat melengkung ke luar.
Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 1,88 dan frekuensi resesif nya sebanyak
3,12.Frekuensi sifat dominan yang didapat yaitu sebanyak 2,36 dan frekuensi resesif nya sebanyak
2,64.
Dari data frekuensi yang didapatkan, semua frekuensi dominan selalu lebih kecil dari pada

frekuensi resesif, hal ini tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Ketidaksesuaian data tersebut
bisa jadi diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya populasi dengan jumlah sedikit, dan faktorfaktor yang tidak sesuai dengan kondisi syarat Hardy-Weinberg (Campbell et al., 2002).
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada setiap
mahasiswa dari suku yang berbeda (Batak, Sulawesi, Jawa, Papua, dan Tionghoa) memiliki sifat
fenotipe yang berbeda-beda pula. Diketahui bahwa frekuensi alel mahasiswa dari setiap suku yang
berbeda mengenai sifatwidow’s peak, roller togue , cuping telinga, lesung pipi, dan ibu jari ternyata
tidak sesuai dengan frekuensi pada hukum Hardy-Weinbergh. Hasil dari praktikum ini menunjukan
bahwa data yang diperoleh tidak sesuai dengan hukum Hardy-Weinbergh, hal ini disebabkan oleh
jumlah populasi yang terbatas atau sedikit dan berbagai syarat Hardy-Weinbergh yang tidak
terpenuhi maka dari itu hasil dari pengamatan gagal.

Laporan Praktikum Genetika
Program Studi Biologi Fakultas Biologi
Universitas Kristen Satya Wacana 2014
Daftar Pustaka
Anonim1.
2012.
Hukum
Hardy-Wienberg.
(http://www.ut.ac.id/html/suplemen/biol4219/biol4219a/hukum_hardy/hukum_hardy1.htm
). Diakses pada tanggal 06 Maret 2014.
Anonim2. 2011. Sifat Resesif. (http://id.swewe.com/word_show.htm/?197969_1&Sifat%7Cresesif).
Diakses pada tanggal 06 Maret 2014.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Sitohang,
Heri.
2013.
Segregasi
Bebas
dan
Hukum
(http://www.cnslearning.net/2013/04/Makalah-Segregasi-Bebas-dan-GenetikaPopulasi.html). Diakses pada tanggal 07 Maret 2014.
Suryo. 2012. Genetika Untuk Strata I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mendel.