Mobilisasi Dan Imobilisasi id. pptx
Mobilisasi dan
Imobilisasi
Tirolyn Panjaitan, S.Kep, Ns
Tujuan Khusus
Setelah menyeesaikan pokok bahasan ini, peserta didik mampu:
Mendefinisikan beberapa terminasi kunci terkait mobilisasi
Menggambarkan konsep dasar dalam mobilisasi: fungsi skletal, otot
skletal, dan sistem saraf dalam mengatur pergerakan; pengaruh
fungsi fisiologik, dan patologik pada kesegarisan tubuh dan
mobilisasi sendi; perubahan fungsi fisiologik dan psikososial yang
berhubungan dengan mobilisasi
Mengkaji klien dengan gangguan mobilisasi
Merumuskan diagnosa keperawatan yang benar untuk mobilisasi
Melakukan latihan rentang pergerakan aktif/pasif (pratikum)
Mengevaluasi rencana keperawatan untuk masalah mobilisasi
Kata Kunci
Mekanika
Body
tubuh
alignment kesegarisan tubuh atau postur
Keseimbangan
Berat
Friksi
Propioseps
tubuh
Mekanika Tubuh
Suatu usaha sistem muskuloskletal dan sistem saraf
terkoordinasi untuk mempertahankan
keseimbangan, postur, dan kesegarisan tubuh
selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan
melakukan aktifitas sehari-hari.
Penggunaan mekanika tubuh yang sesuai dapat
mengurangi risiko injuri sistem muskuloskletal dan
memfasilitasi pergerakan tubuh yang
memungkinkan mobilisasi fisik tanpa ketegangan
otot, dan menggunakan energi otot yang berlebihan
Kesegarisan Tubuh/Postur
Berhubungan dengan posisi sendi, tendon,
ligament, dan otot ketika posisi berdiri, duduk, dan
berbaring.
Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi
ketegangan
pada struktur muskuloskletal
Mempertahankan
Menunjang
tonus otot secara adekuat
keseimbangan
Keseimbangan diatur oleh serebelum dan telinga
dalam (kanalis semisirkuler)
Friksi (Gaya Gesek)
Gaya
yang terjadi pada gerakan benda yang
berlawanan.
Perawat
dapat mengurangi friksi dengan
mengikuti beberapa friksi dasar:
meminimalkan permukaan tubuh
(menyilangkan lengan klien di dada),
meminimalkan beban, menggunakan
kekuatan dan gerakan klien saat
mengangkat (ajak klien berpartisipasi),
mengangkat menggunakan pull sheet.
Konsep Dasar Mobilisasi
Mobilisasi
atau kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi
Tujuan:
memenuhi
kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi)
mempertahankan
konsep diri
Mengekspresikan
emosi dengan gerakan
Imobilisasi
suatu keadaan di mana individu
mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerak fisik
Immobilisasi
dapat berbentuk tirah baring
yang bertujuan
mengurangi
aktivitas fisik dan kebutuhan
oksigen tubuh
mengurangi
untuk
Individu
nyeri
mengembalikan kekuatan
normal yang mengalami tirah baring
akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3%
sehari (atropi disuse)
Mobilisasi
Dipengaruhi
Oleh:
sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi,
ligament, tendon, kartilago, dan
saraf
Otot Skelet
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik.
Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot
atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif
dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal
adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.
Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri
dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan
ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi
dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
Sendi
adalah
hubungan
diklasifikasikan menjadi:
Sendi
di
antara
tulang,
sinostotik mengikat tulang dengan tulang
mendukung kekuatan dan stabilitas.
Tidak ada
pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum,
pada sendi vertebra
Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan,
tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan
permukaannya.
Sendi kartilago terdapat pada tulang yang
mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal
antara sternum dan iga.
Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua
permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran.
Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat
bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang
pada kaki bawah (tibia dan fibula)
Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang
dapat digerakkan secara bebas di mana permukaan tulang yang
berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh
ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi
pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada
jari.
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang
berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi
menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang
dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu
fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif.
Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non
elastis,
dan
ligamentum
flavum
mencegah
kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat
punggung bergerak.
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,
mengkilat, yang menghubungkan otot dengan
tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis,
serta mempunyai panjang dan ketebalan yang
bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.
Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung
yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di
sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan
telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago
temporer.
Kartilago permanen tidak mengalami
osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit,
seperti osteoarthritis.
Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur
tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di
konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur
motorik.
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui
stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas
otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan
posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya:
proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk
memberi postur yang benar ketika berdiri atau
berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak
kaki secara terus menerus.
Proprioseptor
memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini
sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
Faktor yang Mempengaruhi
Mobilisasi
Sistem neuromuskular
Gaya hidup
Ketidakmampuan
Tingkat energi
Tingkat perkembangan
Kondisi Patologi
Kelainan Abnormal
Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana
adanya kontraktur pada otot sternoklei
domanstoid
Lordosis:
kurva spinal lumbal yang terlalu
cembung ke depan/ anterior
Kifosis:
peningkatan kurva spinal torakal
Kipolordosis:
kombinasi dari kifosis dan lordosis
Skolioasis:
kurva spinal yang miring ke samping,
tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan bahu
Kiposkoliosis:
tidak normalnya kurva spinal
anteroposterior dan lateral
Footdrop:
plantar fleksi, ketidakmampuan
menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal
Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi
muskular, terjadi karena gangguan yang disebabkan
oleh degenerasi serat otot skeletal
Kerusakan sistem saraf pusat
Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal:
kontusio, salah urat, dan fraktur.
Respon Fisiologi dari Perubahan
Mobilisasi
muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan,
penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya
sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium
kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik,
peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan
thrombus
pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia
hipostatik
metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic;
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein;
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan
pencernaan (seperti konstipasi)
eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko
infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal
integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat
iskhemia dan anoksia jaringan
neurosensori: sensori deprivation
Respon Psikososial
meningkatkan
respon
emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural.
Perubahan
emosional yang paling umum
adalah
depresi,
perubahan
perilaku,
perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan
gangguan koping.
Terima Kasih
Imobilisasi
Tirolyn Panjaitan, S.Kep, Ns
Tujuan Khusus
Setelah menyeesaikan pokok bahasan ini, peserta didik mampu:
Mendefinisikan beberapa terminasi kunci terkait mobilisasi
Menggambarkan konsep dasar dalam mobilisasi: fungsi skletal, otot
skletal, dan sistem saraf dalam mengatur pergerakan; pengaruh
fungsi fisiologik, dan patologik pada kesegarisan tubuh dan
mobilisasi sendi; perubahan fungsi fisiologik dan psikososial yang
berhubungan dengan mobilisasi
Mengkaji klien dengan gangguan mobilisasi
Merumuskan diagnosa keperawatan yang benar untuk mobilisasi
Melakukan latihan rentang pergerakan aktif/pasif (pratikum)
Mengevaluasi rencana keperawatan untuk masalah mobilisasi
Kata Kunci
Mekanika
Body
tubuh
alignment kesegarisan tubuh atau postur
Keseimbangan
Berat
Friksi
Propioseps
tubuh
Mekanika Tubuh
Suatu usaha sistem muskuloskletal dan sistem saraf
terkoordinasi untuk mempertahankan
keseimbangan, postur, dan kesegarisan tubuh
selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan
melakukan aktifitas sehari-hari.
Penggunaan mekanika tubuh yang sesuai dapat
mengurangi risiko injuri sistem muskuloskletal dan
memfasilitasi pergerakan tubuh yang
memungkinkan mobilisasi fisik tanpa ketegangan
otot, dan menggunakan energi otot yang berlebihan
Kesegarisan Tubuh/Postur
Berhubungan dengan posisi sendi, tendon,
ligament, dan otot ketika posisi berdiri, duduk, dan
berbaring.
Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi
ketegangan
pada struktur muskuloskletal
Mempertahankan
Menunjang
tonus otot secara adekuat
keseimbangan
Keseimbangan diatur oleh serebelum dan telinga
dalam (kanalis semisirkuler)
Friksi (Gaya Gesek)
Gaya
yang terjadi pada gerakan benda yang
berlawanan.
Perawat
dapat mengurangi friksi dengan
mengikuti beberapa friksi dasar:
meminimalkan permukaan tubuh
(menyilangkan lengan klien di dada),
meminimalkan beban, menggunakan
kekuatan dan gerakan klien saat
mengangkat (ajak klien berpartisipasi),
mengangkat menggunakan pull sheet.
Konsep Dasar Mobilisasi
Mobilisasi
atau kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi
Tujuan:
memenuhi
kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi)
mempertahankan
konsep diri
Mengekspresikan
emosi dengan gerakan
Imobilisasi
suatu keadaan di mana individu
mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerak fisik
Immobilisasi
dapat berbentuk tirah baring
yang bertujuan
mengurangi
aktivitas fisik dan kebutuhan
oksigen tubuh
mengurangi
untuk
Individu
nyeri
mengembalikan kekuatan
normal yang mengalami tirah baring
akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3%
sehari (atropi disuse)
Mobilisasi
Dipengaruhi
Oleh:
sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi,
ligament, tendon, kartilago, dan
saraf
Otot Skelet
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik.
Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot
atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif
dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal
adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.
Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri
dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan
ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi
dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu
mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
Sendi
adalah
hubungan
diklasifikasikan menjadi:
Sendi
di
antara
tulang,
sinostotik mengikat tulang dengan tulang
mendukung kekuatan dan stabilitas.
Tidak ada
pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum,
pada sendi vertebra
Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan,
tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan
permukaannya.
Sendi kartilago terdapat pada tulang yang
mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal
antara sternum dan iga.
Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua
permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran.
Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat
bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang
pada kaki bawah (tibia dan fibula)
Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang
dapat digerakkan secara bebas di mana permukaan tulang yang
berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh
ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi
pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada
jari.
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang
berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi
menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang
dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu
fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif.
Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non
elastis,
dan
ligamentum
flavum
mencegah
kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat
punggung bergerak.
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,
mengkilat, yang menghubungkan otot dengan
tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis,
serta mempunyai panjang dan ketebalan yang
bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.
Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung
yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di
sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan
telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago
temporer.
Kartilago permanen tidak mengalami
osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit,
seperti osteoarthritis.
Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur
tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di
konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur
motorik.
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui
stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas
otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan
posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya:
proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk
memberi postur yang benar ketika berdiri atau
berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak
kaki secara terus menerus.
Proprioseptor
memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini
sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
Faktor yang Mempengaruhi
Mobilisasi
Sistem neuromuskular
Gaya hidup
Ketidakmampuan
Tingkat energi
Tingkat perkembangan
Kondisi Patologi
Kelainan Abnormal
Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana
adanya kontraktur pada otot sternoklei
domanstoid
Lordosis:
kurva spinal lumbal yang terlalu
cembung ke depan/ anterior
Kifosis:
peningkatan kurva spinal torakal
Kipolordosis:
kombinasi dari kifosis dan lordosis
Skolioasis:
kurva spinal yang miring ke samping,
tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan bahu
Kiposkoliosis:
tidak normalnya kurva spinal
anteroposterior dan lateral
Footdrop:
plantar fleksi, ketidakmampuan
menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal
Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi
muskular, terjadi karena gangguan yang disebabkan
oleh degenerasi serat otot skeletal
Kerusakan sistem saraf pusat
Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal:
kontusio, salah urat, dan fraktur.
Respon Fisiologi dari Perubahan
Mobilisasi
muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan,
penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya
sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium
kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik,
peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan
thrombus
pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia
hipostatik
metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic;
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein;
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan
pencernaan (seperti konstipasi)
eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko
infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal
integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat
iskhemia dan anoksia jaringan
neurosensori: sensori deprivation
Respon Psikososial
meningkatkan
respon
emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural.
Perubahan
emosional yang paling umum
adalah
depresi,
perubahan
perilaku,
perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan
gangguan koping.
Terima Kasih