Mata Naga (Pemanfaatan Alat dan Bahan Rumah Tangga) Produksi Jamur tiram Generasi F0 Sampai F2 Sebagai Bahan Ajar ekstrakurikuler Budidaya Jamur tiram di SMK Raudlatul Ulum

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

Mata Naga (Pemanfaatan Alat dan Bahan Rumah
Tangga) Produksi Jamur tiram Generasi F0 Sampai
F2 Sebagai Bahan Ajar ekstrakurikuler Budidaya
Jamur tiram di SMK Raudlatul Ulum
Rudi Wardana#1, Iqbal Erdiansyah#2
#

Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember
Jl. Mastrip Jember Kotak Pos 164 Kode Pos 68101
[email protected]
[email protected]

Abstract
The tiram mushroom (Pleurotus ostreatus) has many benefits. Nutrient content of the tiram mushrooms is very complete including
carbohydrates, protein, fat, crude fiber, as well as other minerals such as Ca and Fe, became one of the attractions for farmers to
make the cultivation of the tiram mushrooms. The tiram mushroom cultivation is a business that is highly prospective, so the
introduction of the the tiram mushroom cultivation techniques need to be introduced since the start early example by making it an
extracurricular training or high school / vocational school. Outcomes of this devotion is to increase the knowledge partner to create
a module for extracurricular kegitatan the tiram mushroom cultivation techniques for the generation F0. The method used is to

make media F0 to F2 generation by utilizing the tools and household materials. Devotion to the implementation of the public were
conducted three meetings, namely: the first meeting of the seminar, the second and third meeting of the training techniques of
making the tiram mushroom seeds. Utilization of household tools and materials (Mata Naga) in the the tiram mushroom cultivation
increased the interest in the audience. Some tips to avoid contamination, namely: spraying hands and tools as well as materials with
70% Alcohol evenly and regularly, all jobs inoculation must be done near a Bunsen flame, forbidden to speak while working, and
using masks.
Keywords— Cultivation techniques , Generation F0, F1, and F2, SMK Raudlatul Ulum, The tiram mushrooms.

I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Jamur tiram (Pleurotus Ostreatus) banyak dibudidayakan
di Indonesia, sebab budidaya jamur tiram relatif mudah
untuk dikerjakan. Berbagai manfaat jamur tiram selain
sebagai bahan pangan diantaranya yaitu sebagai obat untuk
menurunkan hipertensi, kolesterol dalam darah,
meningkatkan kadar gula darah, meningkatkan daya tahan
tubuh, serta mencegah dari penyakit kanker dan tumor [5].
Media tempat tumbuh jamur tiram bisa secara alami
seperti batang pohon, serbuk kayu, jerami, ampas tebu dan
lain-lain, atau bisa tumbuh pada media buatan seperti media

serbuk kayu atau jerami yang ditambah bahan-bahan lain
seperti kapur, bekatul, gips dan bahan lain [10]. Media
jamur buatan tersebut lebih dikenal sebagai baglog.
Komposisi dan formulasi dari baglog bermacam-macam
pada setiap pembudidaya jamur tiram. Para petani biasaya
memiliki formula rahasia, baik dari segi bahan dasarnya,
bahan tambahan, maupun dosis komposisi dari
campurannya [9].
Budidaya jamur tiram terkendala oleh ketersediaan bibit
jamur tiram generasi F0, sehingga petani biasanya membeli

kepanangkar untuk memperoleh bibit tersebut dengan harga
yang mahal. Mahalnya harga bibit generasi F0 tersebut
disebabkan oleh alat dan bahan yang digunakan juga mahal,
sehingga perlu alternatif lain untuk mengganti oleh alat dan
bahan media bibit generasi F0 jamur tiram agar bisa
menekan harga dari bibit tersebut.
Ketersediaan bahan baku seperti serbuk kayu sengon
sangat melimpah di sekitar lokasi pengabdian yaitu desa
Suren kecamatan Ledokombo, pemanfaatannya masih

belum optimal, sebab masyarakat sekitar memanfaatkan
serbuk kayu tersebut hanya untuk bahan bakar tungku,
sehingga pengenalan teknik budidaya jamur tiram di lokasi
tersebut sangat prospektif.
Pengenalan mengenai teknik budidaya jamur tiram perlu
dikenalkan sejak dini misalnya dengan menjadikannya
sebagai pelatihan atau ekstrakurikuler di tingkat
SMA/SMK. Berdasarkan situasi di atas, maka kegiatan
pengabdian untuk membantu memberikan pelatihan
mengenai teknik budidaya jamur tiram di SMK Raudlatul
Ulum dinilai relevan untuk dilakukan.

307

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

B. Permasalahan Mitra
Permasalahan yang dihadapi SMK Raudlatul Ulum
adalah sebagai berikut:
a. Siswa SMK Raudlatul Ulum masih banyak yang belum

mengerti mengenai jamur tiram baik teknik budidayanya
dan juga nilai ekonomisnya
b. Belum pernah ada kegitan pelatihan teknik budidaya
jamur tiram
c. Ketarampilan yang dimiliki oleh SMK Raudlatul Ulum
perlu ditambah agar siswa memiliki bakal yang cukup
untuk terjun langsung ke lapangan
C. Justifikasi Pengusul Bersama Mitra dalam Menentukan
Persoalan Prioritas yang Disepakati untuk Diselesaikan
Tim pengusul pengabdian bersama SMK Raudlatul Ulum
sebagai mitra telah bersepakat bahwa :
1) Pihak Pengusul (Politeknik Negeri Jember) :
a. Pihak mengusul memberikan pelatihan mengenai teknik
budidaya jamur tiram pada generasi F0 dengan
menggunakan alat dan bahan rumah tangga
b. Pihak pengusul memberikan modul untuk dijadikan
acuan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya
2) Pihak Mitra (SMK Raudlatul Ulum) :
a. SMK Raudlatul Ulum wajib menghasilkan bibit jamur
tiram generasi F0 secara benar sesuai dengan yang telah

disosialisasikan oleh tim pengusul.
b. SMK Raudlatul Ulum wajib menerapkan teknik budidaya
jamur tiram sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler
sekolah dengan baik, agar mampu menjaga
keberlangsungan usaha.
II. TARGET DAN LUARAN
A. Target dari kegiatan program pengabdian ini adalah:
a. Mengenalkan kepada siswa SMK Raudlatul Ulum
mengenai teknik budidaya jamur tiram pada generasi F0
dengan menggunakan alat dan bahan rumah tangga
b. Menghasilkan produk jamur tiram pada generasi F0
dengan kualitas baik
c. Membuka kegiatan ekstrakurikuler baru di sekolah
B. Luaran dari kegiatan pengabdian ini adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan mitra dalam melakukan
teknik budidaya jamur tiram pada generasi F0 dengan
menggunakan alat dan bahan rumah tangga
b. Menerbitkan laporan ini ke dalam jurnal nasional
c. Adanya
modul

untuk
mendukung
kegiatan
ekstrakurikuler mengenai teknik budidaya jamur tiram
pada generasi F0 dengan menggunakan alat dan bahan
rumah tangga
III. METODE PELAKSANAAN
Pembibitan adalah suatu proses awal dari serangkaian
teknik budidaya jamur tiram. Pembibitan jamur tiram
memerlukan substrat dasar yaitu berupa media PDA (potato
dextrosa agar) atau kentang dekstrosa agar (Suriawira 2002).
Nutrisi seperti vitamin dan mineral juga perlu ditambahkan
dalam media PDA untuk menyokong pertumbuhan jamur

tiram. Nutrisi yang tambahkan kedalam media PDA tersebut
berasal dari ekstrak wortel. Kandungan nutrisi wortel terdiri
dari karbohidrat, protein, lemak, kalsium dan vitamin [3],
yang penting untuk pertumbuhan dari jamur tiram.
Cara pembuatan bibit jamur tiram generasi F0-F2 sebagai
berikut:

a. Pembuatan media PDA (generasi F0)
 Siapkan kentang dan wortel masing-masing sebanyak
300 g kemudian kupas dan bersihkan
 Rebus kentang dan wortel pada panci sampai
teksturnya agak hancur
 Ambil air rebusan kentang dan wortel sebanyak 500
ml lalu campur dengan 7 gram agar putih
 Masukkan larutan media kedalam botol kaca
sebanyak 15 ml, kemudian disterilisasi dengan panci
presto selama 45 menit
 Dinginkan media dengan posisi merebah, dan
diamkan selama 1 minggu
b. Inokulasi planlet jamur tiram
 Ambil jamur tiram dengan kondisi bagus dan sudah
menghasilkan sp
 Cuil
sebagian
kecil
miseliumnya
dengan

menggunakan pinset kemudian letakkan pada media
PDA
 Lakukan secara aseptis dan inkubasi pada suhu ruang
sampai tumbuh hifa
c. Pembuatan media F1 (generasi F1)
 Kukus jagung sampai empuk, kemudian ditiriskan
 Masukkan jagung kukus kedalam botol steril sampai
penuh, lalu disterilisasi dengan panci presto selama 45
menit
 Ambil secara aseptis biakan F0 dengan pinset
sebanyak 1 cuil lalu masukkan kedalam media F1
steril, inkubasi selama 1 minggu
d. Pembuatan media F2 (generasi F2)
 Campurkan serbuk kayu sengon, bekatul padi, bekatul
jagung dan juga kapur kemudian diberi air
secukupnya
 Masukkan kedalam botol dan tutup dengan kapas
kemudian sterilisasi dengan panci presto selama 45
menit
 Ambil biakan F1 dengan pinset kemudian masukkan

kedalam media F2
 Lakukan secara aseptis dan inkubasi pada suhu ruang
sampai tumbuh miselium
IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Program ini diusulkan oleh Politeknik Negeri Jember
melalui Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(PPPM). Tim pengusul program pengabdian masyarakat
terdiri dari 2 (dua) orang yang berpendidikan S2 dengan latar
belakang dari kepakaran Biologi Tanaman dan Hama
Penyakit Tumbuhan yang mendukung kegiatan program
pengabdian pada masyarakat tersebut.

308

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

Ketua pelaksana dan anggota pelaksana merupakan staf
pengajar di Jurusan Pertanian Politeknik Negeri Jember.
Ketua tim peneliti, memiliki track record penelitian dan
pengajaran di bidang botani dan biologi tanaman, serta

mengampu mata kuliah botani, biokimia, genetika dan
fisiologi tumbuhan, sedangkan anggota tim pelaksana,
memiliki Track record penelitian dan pengajaran dalam
bidang perlindungan tanaman dan pengendalian hayati
sehingga membantu di bidang Mikologi/Penggunaan Jamur
Berguna.

V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Pengabdianan kepada masyarakat ini dilaksanakan di
SMK Raudlatul Ulum desa Suren Kecamatan Ledokombo,
Kabupaten Jember. Pelaksanaannya dilakukan sebanyak 3
kali pertemuan dengan rincian pertemuan pertama yaitu
sosialisasi dan seminar tentang pengabdian kepada
masyaratkat mengenai teknik budidaya Jamur tiram dari
biakan murni (F0) sampai dengan biakan F2. Kegiatan ini
dihadiri oleh siswa-siswi serta dewan guru SMK Raudlatul
Ulum. Peserta sangat antusias dalam menyimak seminar, hal
ini ditandai dengan banyaknya pertanyaan mengenai
bagaimana teknik budidaya jamur tiram tersebut. Faktor lain
yang menyebabkan para peserta seminar tersebut tertarik

adalah nilai ekonomis jamur tiram yang tinggi, budidaya
yang mudah, serta memerlukan biaya yang murah.

Gambar 1. Seminar dan Sosialisasi Teknik Budidaya Jamur Tiram

Nilai ekonomis jamur tiram tinggi disebabkan oleh harga
jamur tiram yang cukup mahal yaitu sekitar Rp. 8000/ Kg,
sedangkan untuk harga indukan jamur tiram generasi F0
memiliki kisaran harga Rp. 125.000/ botol, untuk generasi F1
Rp. 25.000/ botol dan untuk generasi F2 sekitar Rp. 8.000/
botol [6]. Berdasarkan harga tersebut tentu saja akan
membuat para peserta tertarik dan juga antusias dalam
mengikuti acara seminar tersebut. Pemanfaatan alat dan
bahan rumah tangga (Mata Naga) dalam budidaya jamur
tiram semakin menambah ketertarikan peserta seminar, sebab
akan membuat budidaya jamur tiram menjadi lebih mudah
dilakukan tanpa biaya yang besar dan juga tidak memerlukan
persiapan khusus. Ketertarikan paserta seminar tentang

budidaya jamur tiram dapat disalurkan dalam kegiatan kedua
yaitu pelatihan teknik budidaya jamur tiram.
Pertemuan kedua berisi pelatihan mengenai teknik
budidaya jamur tiram generasi F0 sampai F2. Kegiatan ini
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama diisi dengan kegiatan persiapan dan juga pembuatan
media untuk generasi F0, F1, dan F2, sedangkan untuk hari
kedua berisi kegiatan inokulasi biakan F0, F1, dan F2.
Kegiatan persiapan meliputi penyiapan alat yaitu pencucian
botol dengan cara merendam botol dalam larutan detergen
selama 1 jam kemudian dicuci bersih. Perandaman pada
larutan detergen ini bertujuan untuk membunuh bakteri dan
juga jamur, selanjutnya yaitu sterilisasi alat dengen
menggunakan panci presto selama 45 menit. Pemakaian
panci presto untuk sterilisasi merupakan pengganti dari
autoclave, sebab prinsip kerjanya sama namun
keterbatasannya terletak pada kapasitas yang kecil dan juga
cara kerjanya yang masih manual.
Langkah selanjutnya yaitu membuat media jamur tiram
untuk generasi F0 sampai F2. Pembuatan media generasi F0,
media ini merupakan media PDA (Potato Dextrose Agar)
yang mengandung sumber karbohidrat yaitu 20% ekstrak
kentang dan 2% gula [7], sehingga media ini sesuai untuk
pertumbuhan fungi seperti kapang dan khamir tetapi untuk
pertumbuhan bakteri tidak sesuai, sebab media PDA memilki
pH asam (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga kondisi ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan
kondisi lingkungan netral (pH 7,0) (Cappucino, 2014).
Media PDA instan memilii keuntungan yaitu sudah siap
pakai, dan kandungan nutrisinya jelas, sedangkan
kekurangannya adalah mudah rusak sebab media PDA
bersifat higroskopis, harganya cukup mahal, dan hanya
terdapat di tempat tertentu, oleh sebab itu, untuk
meminimalkan pengeluaran maka media ini dapat digantikan
dengan menggunakan air rebusan kentang dan wortel yang
dicampur dengan agar putih. Wortel digunakan sebagai
sumber nutrisi dan gula (sumber energi) yang dibutuhkan
oleh pertumbuhan jamur [7].
Banyaknya kentang dan wortel yang digunakan yaitu 1:1.
Meskipun belum ada takaran yang sesuai penggunaan
kentang dan wortel dengan berat masing-masing 300 gram
diperkirakan cukup untuk membuat media sebanyak 500 ml.
Media yang sudah jadi kemudian dimasukkan kedalam botol
sebanyak 15 ml dan disterilisasi selama 45 menit, kemudian
botol disimpan dalam suhu ruang dengan posisi botol miring,
hal ini bertujuan untuk memperluas permukaan media.
Media generasi pertama yaitu media F1, media ini berasal
dari biji-bijian baisanya biji jagung, dan sorgum. Media
untuk budidaya jamur harus mengandung karbohidrat
sebagai sumber C dan protein sebagai sumber N sehingga
diperoleh nilai C/N optimal yang dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan miselium [8].
Media F1 dengan menggunakan sorgum lebih bagus
dibandingkan dengan jagung, hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fitri [4], yang menyebutkan bahwa rata-

309

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

rata kecepatan pertumbuhan miselium pada media sorgum
yaitu 0,43 cm/harisedangkan media jagung yaitu 0,29
cm/hari. Alasan menggunakan biji jagung pada budidaya ini
adalah lebih mudahnya untuk mendapatkan jagung daripada
biji sorgum, selain itu harga jagung lebih murah
dibandingkan dengan sorgum. Biji jagung direndam satu
malam untuk membuat jagung lebih lunak sehingga lebih
cepat dalam pemasakan. Jagung yang sudah direndam
kemudian dikukus untuk menghindari kerusakan pada
permukaan jagung, dan juga untuk menghindari kandungan
air yang berlebih pada biji jagung yang direbus.
Media selanjutnya yaitu media F2, media ini merupakan
media aklimatisasi sebelum diinokulasi pada baglog. Media
ini komposisinya sama dengan media pada baglog yaitu
terdiri dari serbuk kayu sengon, dedak padi, dedak jagung,
dan kapur, dengan perbandingan 20% dedak padi, 10% dedak
jagung, 1% kapur dari jumlah serbuk kayu sengon yang
dipakai. Jamur tiram termasuk pada organisme saprofit yang
tidak bisa melakukan fotosintesis, sehingga nutrisi yang
dibutuhkan berasal dari substratnya yaitu kayu yang
mengalami pelapukan, sehingga media untuk generasi F2
dibuat berdasarkan habitat alami dari jamur tersebut.
Media selanjutnya yaitu media F2, media ini merupakan
media aklimatisasi sebelum diinokulasi pada baglog. Media
ini komposisinya sama dengan media pada baglog yaitu
terdiri dari serbuk kayu sengon, dedak padi, dedak jagung,
dan kapur, dengan perbandingan 20% dedak padi, 10% dedak
jagung, 1% kapur dari jumlah serbuk kayu sengon yang
dipakai. Jamur tiram termasuk pada organisme saprofit yang
tidak bisa melakukan fotosintesis, sehingga nutrisi yang
dibutuhkan berasal dari substratnya yaitu kayu yang
mengalami pelapukan, sehingga media untuk generasi F2
dibuat berdasarkan habitat alami dari jamur tersebut.
Campuran serbuk kayu sengon, dedak padi, dedak jagung
dan juga kapur diberi air secukupnya hingga mencapai kadar
air 60-65%, dapat ditandai bila dikepal hanya mengeluarkan
satu tetes air dan bila dibuka gumpalan serbuk kayu tidak
mudah pecah. Media F0, F1 dan F2 yang sudah dibuat
kemudian disterilisasi dengan menggunakan panci presto
selama 45 menit, sebelum disterilisasi, tutup botol harus
dibungkus dengan plastik agar air tidak masuk ke dalam
media.
Pertemuan ketiga yaitu inokulasi jamur tiram generasi F0,
F1, dan F2. Langkah pertama sebelum palaksaaan inokulasi
yaitu persiapan alat dan bahan. Alat tanam dan juga media
yang sudah dibuat dan disterilisasi pada pertemun
sebelumnya kemudian disemprot dengan alkohol 70%. Hal
ini bertujuan untuk membunuh bakteri dan juga spora jamur.
Tampat untuk inokulasi harus juga steril, serta meja inokulasi
harus terbuat dari kaca, agar mudah untuk disterilisasi dengan
alkohol 70%. Inokulasi jamur tiram generasi F0 memerlukan
planlet dengan kriteria yaitu : jamur yang matang dan dari
panen pertama, ukuran jamur paling besar dan berkoloni
tunggal, Keadaan masih segar dan sehat, tidak mengandung
penyakit, Jamur yang dipilih berasal dari baglog yang tidak

terkontaminasi dan direncanakan untuk Indukan dan
dipelihara secara khusus [2].
Planlet yang diinokulasi pada media F0 yaitu sebagian
kecil miselium pada bagian pangkal jamur atau dekat tangkai
jamur, sebab pada bagian tersebut merupakan tempat kotak
spora yang paling banyak [1], selain itu pada bagian tersebut
juga lebih aman dari kontaminasi.
Inokulasi dapat dikatakan berhasil jika biakan F0 akan
tumbuh hifa (benang-benang halus seperti kapas berwarna
putih) pada permukaan media.

Gambar 2. Biakan Generasi F0

Inokulasi generasi F1 dan F2 lebih mudah jika
dibandingkan dengan inokulasi pada generasi F0. Inokulasi
generasi F1 dan F2 hanya menurunkan dari generasi
sebelumnya pada media biakan. Hasil inokulasi kemudian
disimpan untuk diinkubasi agar pertumbuhannya optimal.
Tempat inkubasi harus steril dengan suhu ruang sekitar 24 oC
sampai 30oC.

Gambar 3.Biakan Generasi F1

Terdapat beberapa tips untuk menghindari kontaminasi
pada pembuatan bibit jamur tiram, diantaranya adalah :
menyemprot tangan dan alat serta bahan dengan Alkohol
70% secara merata dan berkala, semua perkerjaan inokulasi
harus dikerjakan didekat api bunsen, dilarang berbicara saat
bekerja, dan menggunakan masker.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas berikut adalah
kesimpulan yang pada laporan ini:
a. Pelaksanaan Pengabdian kepada masyarakat dilakukan
sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu : pertemuan pertama
seminar, pertemuan kedua dan ketiga pelatihan teknik
pembuatan bibit jamur tiram.

310

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

b. Pemanfaatan alat dan bahan rumah tangga (Mata Naga)
dalam budidaya jamur tiram semakin menambah
ketertarikan peserta seminar.
c. Beberapa tips untuk menghindari kontaminasi yaitu:
menyemprot tangan dan alat serta bahan dengan Alkohol
70% secara merata dan berkala, semua perkerjaan
inokulasi harus dikerjakan didekat api bunsen, dilarang
berbicara saat bekerja, dan menggunakan masker.
Adapun saran pada kegiatan pengabdian masyarakat ini
yaitu perlu dilakukan pengkajian mengenai komposisi media
F0 yang tepat agar pertumbuhan hifa jamur tiram optimal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kapala Pusat
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)
Politeknik Negeri Jember yang telah memberikan dana DIPA
dengan Nomor : SP DIPA-042.01.2.401005/2016 Tanggal 7
Desember 2015.

[1]

[2]

[3]
[4]

[5]

[6]

[7]

[8]

[9]
[10]

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2011). Memilih indukan jamur untuk PDA / F0. [Online].
Tersedia:
http://kampungjamur.
weebly.com/blog/category/
artikel%20jamur/2.
Anonim. (2014). Budidaya jamur tiram ; Cara membuat bibit jamur
F0. http://jamurpedia.blogspot.co.id/2014/03/budidaya-jamur-tiramcara-membuat-bibit.html.
Cahyono, B. Wortel. Kanisius: Yogyakarta. 2002.
Fitri. Pertumbuhan Miselia Jamur Tiram Pleurotus ostreatus Pada
Tiga Macam Biji Serealia Sebagai Substrat Bibit Dengan
Penambahan Larutan Mineral. ITB. 2008.
Hedritomo, H.I., D. Tjokrokusumo, dan I. Djajanegara. Pengaruh
Mutasi Radiasi Sinar Gamma (Co60) terhadap Produksi Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jack). Jurnal Biotika. (6): 8-14.
2008.
Jatayu. (2014). Harga Bibit Jamur Tiram (F0, F1, F2, dan baglog).
[Online]. Tersedia: http://www. jatayutm.com/2014/04/harga-bibitjamur-tiram-fo-f1-f2-dan.html.
Muracman., A. Soewarso., dan H. Nursyam. Buku Panduan
Praktikum mikrobiologi jilid 2. FPIK. Universitas Brawijaya, Malang.
1995.
Sumiati, E dan G. A. Shopa. Aplikasi Jenis Bahan Baku dan Bahan
Aditif Terhadap Kualitas Media Bibit Induk Jamur Shiitake. Jurnal
Hortikultura. 19(1): 49-58. 2009.
Warisno dan K. Dahana. Tiram Menabur Jamur Menuai Rupiah. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2010.
Widyastuti, N dan S. Istini. Optimasai Proses Pengeringan Tepung
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia (2): 1-4. 2004.

311

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24