DIFFERENT CONCENTRATION OFRUBBER SEED EXTRACT (Hevea brasiliensi) FOR ANESTHETIC TO THE SURVIVAL OF PROSPECTIVE BROODSTOCK MILKFISH BY USING CLOSED TRANSPORTATION

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .2. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

KONSENTRASI PEMBERIAN EKSTRAK BIJI KARET (Hevea
brasiliensis) YANG BERBEDA UNTUK ANESTESI TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP CALON INDUK IKAN BANDENG (Chanos
chanos Forskal) DENGAN METODE TRANSPORTASI TERTUTUP
DIFFERENT CONCENTRATION OFRUBBER SEED EXTRACT (Hevea brasiliensi)
FOR ANESTHETIC TO THE SURVIVAL OF PROSPECTIVE BROODSTOCK
MILKFISH BY USING CLOSED TRANSPORTATION
Hastiadi Hasan1, Farida 2, Guruh Ertiyasa3
1. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
2. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
3. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
hasiadi.hasanbasri@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi ekstrak biji karet untuk anestesi calon induk ikan bandeng.
Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dilakukan terdiri dari empat perlakuan

ke dalaman air yaitu A (kontrol), B (5 mL/L), C (10 mL/L) dan D (15 mL/L)dengan tiga kali ulangan. Analisis statistic
menggunakan ANAVA (Analysis of Varians) dan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan satu dengan perlakuan
yang lainnya dilakukan Uji Lanjutan yaitu Uji Beda Nyata jujur (BNJ) dan Uji Beda NyataTerkecil (BNT). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak biji karet yang berbeda memberikan pengaruh terhadap kelangsungan
hidup calon induk ikan bandeng yang berbeda sangat nyata. Dari hasil penelitian diperoleh data konsentrasi ekstrak biji
karet untuk kelangsungan hidup yang terbaik pada perlakuan B (5 mL/L) yaitukelangsungan hidupsebesar100 %.
Kata Kunci :Ekstrak biji karet, KelangsunganHidup, ikan bandeng

ABSTRACT
This study aimed at determining the concentration of rubber seed extract for anesthetic broodstock milkfish.
Using Completely Randomized Design, this study employed four water depth treatments (A:control, B:5 mL/mL, C: 10
mL/L, D: 15 mL/L) with three repetitions. The data were statistically analyzed by using ANAVA (Analysis of Varian).
To find out the difference of the treatments, this study used Honest Significance Difference test and Least Significant
Difference test. The study revealed that the different rubber seed extract treatments significantly influenced the survival
of the prospective brood stock milkfish. The data indicated that the best survival was at treatment B (5mL/L) with the
survival level of 100%.
Keywords: rubber seed extract, survival, Milkfish

55


JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .2. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

PENDAHULUAN
Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal)
merupakan salah satu jenis ikan air payau yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis ikan ini sudah
dikenal oleh masyarakat luas karena merupakan salah
satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi
yang cukup tinggi serta ditunjang dengan rasanya yang
enak dan memiliki kandungan kolesterol yang rendah
sehingga aman untuk kesehatan. Permintaan pasar akan
ikan bandeng akhir-akhir ini terus meningkat, terutama
produk olahan ikan bandeng seperti bandeng presto.
Kondisi ini memberikan peluang kepada pembudidaya
untuk mengembangkan usaha budidaya bandeng di
seluruh wilayah Indonesia yang berpotensi sehingga
dapat memenuhi ketersediaan pasokan ikan bandeng.
Salah satu kendala dalam pemasaran benih
ikan bandeng adalah permintaan benih yang banyak

namun persediaan c a l o n indukdari ikan bandeng itu
masih sangat kurang memadai. Persediaan calon
induk yang hanya mengandalkan dari alam merupakan
salah satu permasalahan untuk memenuhi permintaan
benih ikan bandeng tersebut.
Pada saat diangkutakan mengalami kesulitan
dikarenakan caloni nduk dari alam masih memiliki
sifat alami yang sangat mudah stress dan akan
mengalami kematian pada saat ditransportasikan.
Kematian ikan disebabkan karena calon indukdari
alam yang stress pada saat diangkut mengalami
peningkatan metabolisme yang tinggi di dalam tubuh
y a n g d i s e b a b k a n calon induk mengalami
goncangan pada saat di transportasikan. Salah satu
usaha untuk mengurangi kematian calon induk
bandeng yang disebabkan stress adalah dengan upaya
pembiusan atau anestesi pada ikan selama
transportasi.
Tujuan dari penelitian adalah untuk
memperoleh konsentrasi ekstrak biji karet yang tepat

sebagai anestesi calon induk ikan bandeng dengan
metode transportasi tertutup. Sedangkan manfaat dari
penelitiaan ini ialah Sebagai informasi bagi
pembudidaya dalam menurunkan tingkat mortalitas
selama pengirimanikan.

Metode Penelitian
Penelitian ini ditransportasikandari SambasPontianak dengan membawa calon induk ikan bandeng
pada bulan Febuari 2016.
Alat yang digunakan selama penelitian ini
adalah: untuk mengukur kualitas air terdiri dari
Thermometer, pH indikator, water testkit untuk
mengukur oksigen terlarut. Sedangkan alat penunjang
dipergunakan seperti timbangan, serokan kecil, ember,
akuarium, plastik packing. Wadah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kantong plastik berukuran
50cm x 35cm yang diisi dengan 2 liter air. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah etanol, biji
karet, dan ikan uji yang akan digunakan dengan berat
300 g/ekor dan jumlah keseluruhan sebanyak 24 ekor


ISSN 2541 - 3155

calon induk ikan bandeng , tiap kantong diisi 2 ekor
calon induk dengan volume air 2 liter (Suherman
2013).

Pembuatan ekstrak biji karet
Prosesekstraksiyangdilakukandengan cara biji
karet dilepaskan dari kulit bagian kerasnya, biji karet
yang telah dilepas dari kulit kerasnya kemudian di
potong kecil-kecil dan digiling dengan blender ± 10
menit. Sebanyak 250 gram bubur biji karet tersebut
kemudian ditambah etanol sebanyak 500ml, setelah itu
di rendam selama 24 jam, kemudian diekstrak dengan
proses destilasi selama 1 jam, setelah selesai
diekstraksi ekstrak biji karet tersebut disaring dengan
menggunakan kain blacu dan kertas saring untuk
memperoleh filtrat yang terbebas dari kotoran
danampas, setelah proses tersebut ekstrak biji karet

bisa digunakan sebagai bahan anestesi pada ikan uji
(Suherman 2013).

Pemberokan
Pemberokan adalah pemeliharaan ikan tanpa
diberi makanan selama 24 jam sebelum ikan
ditransportasikan, pemberokan bermaksud untuk
mengurangi kotoran yang ada didalam perut ikan
sehingga pada saat ikan diangkut tidak banyak
mengeluarkan kotoran yang dapat menurunkan
kualitas air.
Pemberokan dilakukan pada bak pemberokan
dengan air yang mengalir sehingga ikan memperoleh
oksigen yang cukup dan ikan tetap pada kondisi baik.

Pelaksanaan
Setelah dilakukan pemberokan selama 24jam,
kemudian perhitungan konsentrasi Ekstrak biji karet
berdasarkan banyak air dalam plastik. Sehingga bila
percobaan ini menggunakan air sebanyak 2 liter, maka

konsentrasi Ekstrak biji karet dikalikan dengan
jumlah liter air dalam wadah. Setelah itu memasukan
ikan uji kedalam wadah plastik (Suherman, 2013).
Ekstark biji karet yang sudah disiapkan sesuai
dengan dosis perlakuan kemudian dimasukan kedalam
plastik packing yang berisi 2 liter air, kemudian ikan
uji sebanyak 2 ekor perunit perlakuan dimasukan
kedalam plastik packing yang telah berisi ekstrak biji
karet kemudian ditransportasikan dari Sambas ke
Pontianak selama 7 jam, pengamatan tingkah laku
ikan pada saat pembiusan sekali diangkut
menggunakan mobil. pengamatan ini dilakukan untuk
melihat seberapa jauh respon tingkah laku ikan dari
setiap perlakuan yang digunakan.
Metode penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah rancang acak lengkap (RAL),
yaitu 4 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan
yang digunakan mengacu pada Ongge (2001) adalah
sebagai berikut :
• Perlakuan A = 0 mL/L (kontrol)


56

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .2. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

• Perlakuan B = 5 mL/L
• Perlakuan C = 10 mL/L
• Perlakuan D = 15 mL/L

Parameter Pengamatan
Tingkah Laku Ikan
Pengamatan tingkah laku ikan selama
pembiusan dimulai dari setelah pemberian ekstrak biji
karet sampai ikan pingsan (induksi) dan waktu yang
diamati sejak ikan pingsan sampai ikan sadar kembali
(sedatif).
Pengamatan tingkah laku bertujuan untuk
melihat reaksi ikan dan ketahanan ikan selama
pembiusan menggunakan ekstrak biji karet yang

berbeda.

Masa Induksi
Waktu induksi merupakan waktu yang diamati
sejak ikan diberi Ekstrak Biji Karet sampai ikan
pingsan.

Masa Sedatif
Waktu sedatif adalah waktu yang diamati sejak
ikan akan disadarkan sampai sampai ikan sadar
kembali.

Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup di amati selama masa
pemeliharaan dan dilakukan penghitungan pada akhir
penelitian dengan cara mempersentasekan.

Kualitas Air
Sebagai data pendukung pengukuran kualitas
dilakukan seperti pengukuran suhu dengan

thermometer,
pengukuran
pH
air
dengan
menggunakan pH indikator, dan oksigen terlarut
dengan DO meter. Pengamatan pH, suhu, amoniak
dan oksigen terlarut dalam air dilakukan sebanyak 2
kali sebelum dan sesudah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
diperoleh data yang meliputi tingkah laku ikan, masa
induksi, masa sedatif, kelangsungan hidup serta
pengukuran kualitas air sebagai data penunjang
penelitian.
• Tingkah laku ikan
Hasil penelitian menunjukan bahwa, ikan
bandeng yang dimasukan kedalam kantong plastik
yang berisi media air yang telah dicampur ekstrak biji

karet yang berbeda, memperlihatkan tingkah laku
yang sama pada setiap perlakuan kecuali perlakuan
kontrol. Pada perlakuan A ( kontrol) ikan bandeng
sampai menit ke60 tingkah laku ikan masih tetap sama

ISSN 2541 - 3155

ditandai dengan pergerakan overculum normal, respon
terhadap rangsangan dari luar cukup tinggi dan gerak
renang aktif. Untuk perlakuan B dengan konsentrasi
5mL/L pada kisaran menit ke 0-10 ikan masih
menunjukan tingkah laku normal di tandai dengan
pergerakan overculum normal. Respon terhadap
rangsangan dari luar cukup tinggi dan gerak renang
aktif, namun pada kisaran menit ke 11-20 terjadi
perubahan tingkah laku ikan yang ditandai dengan
ikan kelihatan mulai panik, sering muncul
kepermukaan dan respon ikan mulai melemah.Terlihat
ekstrak biji karet yang diberikan telah berpengaruh
terhadap anestesi ikan bandeng pada menit 21- 30
aktifitas ikan mulai melambat, pergerakan overculum
melambat, ikan masih sering muncul ke permukaan
dan keseimbangan renang ikan mulai hilang. Pada
menit 31-35 aktifitas ikan sangat lambat, pergerakan
overculum sangat lemah dan keseimbangan renang
ikan hilang total atau ikan sudah pingsan semua.
Perlakuan Cdengan konsentrasi 10 mL/L
pada kisaran 0-10 menit tingkah laku ikan normal,
namun pada menit 11-18 biji karet mulai berpengaruh
terhadap ikan, terlihat ikan mulai panik dengan
overculum yang agak cepat, ikan sering muncul ke
permukaan dan keseimbangan renang hilang sebagian.
Padamenit 19-25ikantelahmengalami fase pingsan
yaitu ditandai dengan overkulum sangat lambat
keseimbangan renang ikan mulai hilang total dan ikan
tidak merespon rangsangan dari luar. Perlakuan
Dkonsentrsi 15mL/L, pada waktu 0-10 menit
langsung mengalami perubahan yang di tandai ikan
kelihatan mulai panik dengan gerak overculum yang
agak cepat. Selanjutnya pada menit ke11-19 gerak
overculum sangat lambat, ikan sering melompat ke
permukaan, keseimbangan ikan hilang total dan
sebagian ikankelihatan mulai pingsan. Perbedaan
antara perlakuan yang diberiekstrak biji karet hanya
pada waktu induksi yang merupakan lamanya waktu
sampai pingsan, perlakuan yang memiliki konsentrasi
ekstrak biji karet tinggi cenderung memiliki waktu
induksi yangcepat.
• Masa Induksi
Hasil penelitian pembiusan menggunakan
ekstrak biji karet selama 7 jam hasil yangdi peroleh
menunjukan bahwa pada perlakuan D dengan dosis15
mL/L memiliki waktu induksi yanglebihcepat, hanya
dalam waktu 10 menit bahan pembiusan sudah mulai
bereaksi dan pada menit ke 19 ikan bandeng yang diuji
telah pingsan semua. Pada perlakuan C dengan dosis
10 mL/L lama waktu induksi terjadipada19 menit ikan
mulai pingsan, dan ikan pingsan semua pada menit ke
25. Pada perlakuan B dengan dosis 5 mL/L ikan mulai
pingsan pada menit ke 31 dan pingsan total pada menit
ke 33

57

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .2. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

Tabel 1. Rata – Rata Simpangan Baku Waktu Induksi (menit) Ikan Bandeng Selama Penelitian
Perlakuan
Rata –rata waktu induksi
Rata – rata waktu induksi setelah di
sebelum di transformasi ± SD
transformasi ± SD
A ( kontrol )

0,00 ± 0

0,71 ± 0 (a)

B ( 5 mL/L )

31,67 ± 1,53

5,67 ± 0,13 (b)

C ( 10 mL/L )

23,67 ± 1,53

4,91 ± 0,15 (c)

D ( 15 mL/L )
17,33 ± 1,53
4,22 ± 0,18 (d)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan
5%

Waktu Induksi (menit)

35,00

31,67±1,53

30,00
23,67±1,53

25,00

17,33±1,53

20,00
15,00
10,00
5,00

0,00±0,00

0,00
A (Kontrol)

B (5 mL/L)

C (10 mL/L)

D (15 mL/L)

Konsentrasi Ekstrak Biji Karet

Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji karet dan waktu induksi
Gambar 1 menunjukkan bahwa konsentrasi
ekstrak biji karet, pada perlakuan D 15mL/L
memberikan hasil yang tercepat dalam kurun waktu 19
menit ikan bandeng sudah pingsan. Diikuti dengan
perlakuan C 10 mL/L pada kurun waktu 25 menit ikan
sudah pingsan, kemudian pada perlakuan B 5 mL/L
menunjukkan waktu terlama dengan kurun waktu 33
menit ikan bandeng baru pingsan. Perlakuan A

(kontrol) sampai waktu 60 menit ikan bandeng tidak
ada yang pingsan.
• Masa Sedatif
Hasil dari penelitian masa sedatif menunjukkan
bahwa konsentrasi 15 mL/L memiliki waktu
penyadaran yang cukup lama yaitu 42 menit,
sedangkan konsentrasi 10 mL/L memiliki waktu
penyadaran 35 menit. Pada konsentrasi 5 mL/L
memiliki waktu penyadaran yang cepat yaitu 25
menit.

Tabel 2. Rata – Rata Simpangan Baku Waktu Sedatif Ikan Bandeng Selama Penelitian
Perlakuan

Rata–rata waktu sedatif
sebelum di transformasi ± SD

Rata – rata waktu sedatif setelah di
transformasi ± SD

A ( kontrol )

0,00 ± 0

0,71 ± 0 (a)

B ( 5 mL/L )

26,33 ± 1,53

5,18 ± 0,15 (b)

C ( 10 mL/L)

33,33 ± 2,08

5,81 ± 0,18 (c)

D ( 15 mL/L)

40,67 ± 1,53

6,42 ± 0,12 (d)

58

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .2. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

50,00
Waktu Sedatif (menit)

40,67±1,53
40,00

33,33±1,53
26,33±1,53

30,00
20,00
10,00
0,00±0,00
0,00
A(Kontrol)

B(5 mL/L)

C(10 mL/L)

D(15 mL/L)

Konsentrasi Ekstrak Biji Karet

Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji karet dan waktu sedatif
Tingkah laku ikan bandeng pada saat proses
penyadaran memperlihatkan tingkah laku yang sama
pada setiap perlakuan. Untuk perlakuan B dengan
konsentrasi 5 mL/L pada kisaran menit 0-10 ikan
memperlihatkan tingkah laku yaitu mulut, sirip dan
overculum bergerak menuju normal, namun pada
kisaran menit 11-20 ikan mulai bergerak dengan
sangat lambat, pada menit ke 21-28 ikan mulai aktif
bergerak dengan normal. Pada perlakuan C dengan
konsentrasi 10 mL/L memperlihatkan tingkah laku
yaitu pada kisaran menit 0-9 tingkah laku ikan sama
pada konsentrasi sebelumnya ditandai dengan mulut,
sirip dan overkulum bergerak menuju normal, pada
menit 10-18 ikan mulai memperlihatkan tingkah laku

dengan mulai bergerak dengan sangat lambat, pada
menit 19-29 ikan bergerak namun dengan gerakan
yang masih belum stabil, pada menit 30-35 ikan sudah
mulai aktif berenang dengan normal. Pada perlakuan
D dengan konsentrasi 15 mL/L kisaran menit 0-15
tingkah laku ikan masih sama dengan tingkah laku
konsentrasi–konsentrasi sebelumnya yaitu dengan
memperlihatkan mulut, sirip dan overculum mulai
bergerak menuju normal, pada menit 16-30 ikan mulai
bergerak dengan gerakan yang sangat lambat, pada
menit 31-36 ikan bergerak dengan gerakan yang tidak
stabil, menit ke 37-42 ikan mulai aktif berenang dan
memberikan respon dari luar.

• Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup dinyatakan sebagai
persentase jumlah ikan yang hidupselama jangka waktu
pemeliharaan dibagi dengan jumlah yang ditebar
(Effendi, 1997), dan tingkat kelangsungan hidup
merupakan kebalikan dari tingkat mortalitas.
Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng di

pengaruhi oleh konsentrasi ekstrak bijikaret.
Kelangsungan hidup ikan terendah dihasilkan oleh
media transportasi yaitu pada perlakuan A control
0,00%, namun hampir sarna dengan perlakuan
Ddengan konsentrasi 15 mL/L dengan persentasi
16,67 %,dan persentasiyang tertinggi 100 %
dihasilkan oleh campuran ekstrak biji karet 5 mL/L.

Tabel 3. Rata – Rata Simpangan Baku Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Bandeng Selama Penelitian
Perlakuan
Tingkat kelangsungan hidup (%)
Tingkat kelangsungan hidup
sebelum di transformasi ± SD
setelah di transformasi ± SD
A ( kontrol )

0,00 ± 0

0,71 ± 0,00 (a)

B ( 5 mL/L )

100,0 ± 0,00

10,02 ± 0,00 (b)

C ( 10 mL/L )

66,76 ± 28,87

8,08 ± 1,68 (c)

D ( 15 mL/L )

33,33± 28,87

4,97 ± 3,69 (d)

59

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .2. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

120,00

100,00±0,00

100,00
80,00

66,67±28,87

60,00
33,33±28,87

40,00
20,00

0,00±0,00

0,00
A(Kontrol)

B(5 mL/L)
C(10 mL/L)
Konsentrasi Ekstrak Biji Karet

D(15 mL/L)

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi ekstrak biji karet dan kelangsungan hidup
Gambar 3 menunjukan bahwa tingkat
kelangsungan hidup tertinggi yaitu padadosis 5 mL/L
dan kelangsungan hidup terendah pada perlakuan
kontrol (0) mL/L. Konsentrasi 5 mL/L memberikan
tingkat kelangsungan hidup mencapai 100%. Pada
konsentrasi 10 mL/L mencapai 66,67 % dan pada
konsentrasi 15 mL/L tingkat kelangsungan hidup
hanya mencapai 33,33%. Hal ini menunjukan bahwa
semakin rendah konsentrasi ekstrak biji karet yang
digunakan maka kelangsungan hidup hewan uji akan
tinggi. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji karet
yang digunakan maka kelangsungan hidup ikan uji
semakin rendah. Konsentrasi ekstrak biji karet yang
terbaik untuk transportasi selama 7 jam calon induk
ikan bandeng adalah 5 mL/L.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji karet
yang digunakan maka tingkat kelangsungan hidup
ikan akan semakin kecil, hal ini dikarenakan ikan uji
tidak mampu mentoleransi kandungan senyawa lina
marin pada ekstrak biji karet yang terlalu tinggi,
karena kematian ikan terutama pada perlakuan kontrol
diakibatkan karena tingginya konsentrasi NH3,
perubahan kualitas air dan tingkat stress yang terjadi
.

pada saat pengangkutan disebabkan pengaruh
goncangan karena ikan dalam keadaan sadar selama
transportasi. Sumartini et al(2009) menyatakan
bahwastress pada ikan menyebabkan respirasi dan
metabolisme meningkat. Peningkatan metabolisme
menyebabkan hipoksia pada ikan. Hipoksia adalah
kondisi dimana terjadi kekurangan oksigen pada
jaringan tubuh. Hipoksia dapat menyebabkan hormon
katekolamin merangsang peningkatan membukadan
menutupnya overculum dan meningkatnya gerakan
peristaltik usus pada ikan (Sumartini et al. , 2009).


Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air sesudah
pengangkutan dibandingkan sebelum pengangkutan
mengalami perubahan untuk semua variabel,
perubahan tersebut diakibatkan oleh bahan pembius
ekstrak bijin karet dimedia air dan sisa metabolisme
ikan sebagai akibat aktivitasnya selama transportasi
(Clucal dan Ward 1996 dalam Yanto 2008). H asil
pengukuran kualitas air sebelum dan sesudah proses
transportasi ikan bandeng selama 7 jam

Tabel 9. Data Parameter Kualitas Air Induksi
Parameter
kualitas air
Suhu
pH
DO
NH3

Perlakuan
A
31 oC
6
3 ppm
0,5 mg

B
31 oC
6
3,5 ppm
0,1 mg

C
31 oC
6
3,5 ppm
0,1 mg

D
31 oC
5,5
4 ppm
0,1 mg

60

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .2. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

Tabel 10. Data Parameter Kualitas Air Sedatif
Parameter kualitas air

Perlakuan

Suhu

A
30 oC

B
30 oC

C
30 oC

D
30 oC

pH
DO
NH3

6
6 ppm
< 0,02 mg

6
6 ppm
< 0,02 mg

6
6 ppm
< 0,02 mg

6
6 ppm
< 0,02 mg

Berdasarkan hasil pengamatan suhu, terjadi
kenaikan peningkatan suhu pada kontrol maupun
perlakuan dengan ekstrak biji karet setelah
transportasi. Hasil pengamatan suhu selama penelitian
berkisar 30°C pada saat masa induksi sedangkan pada
masa sedatif suhu berkisar 31°C, derajat keasaman
atau pH air pada waktu induksi berkisar 6 sedangkan
pada masa sedatif berkisar 5,5, terjadi penurunan pada
perlakuan D, penurunan pH berkaitan dengan
peningkatan hasil eksresi ikan dan penambahan
konsenstrasi ekstrak biji karet kedalam media
transportasi. Ada kecenderungan semakin tinggi obat
bius yang diberikan semakin rendah pH air. Oksigen
terlarut mengalami penurunan setelah transportasi
dibandingkan sebelum transportasi, DO sebelum
transportasi masih berkisar 6 ppm, sedangkan setelah
tranportasi DO berkisar 3 sampai dengan 4 ppm.
Penurunan oksigen terlarut disebabkan terbatasnya

oksigen didalam plastik, kurangnya difusi dari udara
dan permukaan air karena sempitnya luas permukaan
dan tekanan parsial yang rendah serta tingginya suhu
yang membuat kelarutan oksigen rendah (Haryanto et
al., 2008). Untuk ikan bandeng suhu air o p timal
untuk hidup normal dan turnbuh baik, ikan ini
memerlukan suhu 30-32,5o C dan oksigen terlarut 5-7
ppm dan pH air 7,0-7,5. Nilai pH optimal untuk
transportasi ikan hidup adalah 6-7 sedangkan nilai pH
yang lebih rendah dari 4 dan lebih besar dari 9 dapat
mematikan ikan (Praseno,1990). Berdasarkan hasil
penelitian kondisi air selama pengangkutan cukup
layak dan mendukung, sehingga kondisi ikan tetap
stabil walaupun masih terdapat ikan mati, hal ini
dikarenakan dosis bahan pembiusan yang tinggi,
untuk ikan yang pingsan hal tersebut menunjukan
bahwa penyebab ikan bandeng pingsan didugadari
bahan anestesi ekstrak biji karet yang ditambahkan.

Kesimpulan

dengan kelangsungan hidup 100 %. Ekstrak biji karet
berpengaruh terhadap kualitas air seperti peningkatan
suhu, penurunan pH, penurunan DO dan amoniak.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
ekstrak biji karet cukup efektif untuk memingsankan
ikan bandeng, dalam pengangkutan sistem tertutup.
Konsentrasi tercepat untuk memingsankan ikan
bandeng adalah perlakuan D menggunakan dosis
15mL/L denganlamawaktuinduksi19menit.sedangkan
waktusedatiftercepatpada
perlakuan
B
menggunakandosis5 mL/L dengan waktu25menit.
Konsentrasi ekstrak biji karet 5 mL/L adalah
konsentrasi yang terbaik dalam anestesi ikan bandeng,

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1993. Pedoman Teknis Pembenihan Ikan
Bandeng. Departemen Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Perikanan
Jakarta. Jakarta. hal 37.
Berka, R . 1986. The Transportation of Live Fish. A
Review. FAO of the United Nations.
Roma,52p.
Effendie, H. 2008. Telaah Kualitas Bagi Pengelolaan
Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kansius. Yogyakarta.
Gaffar, A. K. Dan Nasution.1990. Upaya Domestikasi
Ikan Perairan Umum Indonesia.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat
disarankan pengangkutan ikan dengan sistem basah
sebaiknya menggunakan konsentrasi ekstrak biji karet
5 mL/L karena memberikan tingkat kelangsungan
hidup yg tinggi. Dalam pengangkutan ikan bandeng
yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah kualitas
air.
Hanafiah. K.A. 2012. Rancangan Percobaan Teori dan
Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta. xiv, 260
hlm. 21cm.
Hariyanto, S,E. Pranata. F.S. Aida.Y. 2008.
Pemanfaatan
Daun
Kecubung
(DaturaMetelL.) Sebagai Pembius Ikan
Mas koi (Cyprinus carpio L) pada Saat
pengangkutan. Universitas AtmaJaya
Yogyakarta.
Kurniawan,A. 2012. Transportasi Ikan Hidup, Fakultas
Pertanian, Perikanan dan Biologi.
Universitas Bangka Belitung. Bangka
Belitung.,Inc. NY. Chichester, Brisbane,
Toronto, Singapur.
Ongge, D. 2001. Penggunaan Ekstrak Biji Karet

61

JURNAL RUAYA VOL. 4. NO .2. TH 2016
FPIK UNMUH-PNK

ISSN 2541 - 3155

(Hevea brasiliensis Muell, Arg) Sebagai
Bahan Pemingsan dalam Transportasi
IkanNila GIFT (Oreochromissp) Hidup
Sistem Kering. Institut Pertanian Bogor.
Pramono,V. 2002. Penggunaan Ekstrak (Caulerpa
racemosa) Sebagai Bahan Pembiusan
pada Pra Transportasi Ikan Nila
(Oreocrhomis niloticus) Hidup. Institut
Pertanian Bogor. Dalam Skripsi hal. 150.
Purnomowati, I., Hidayati, D., dan Saparinto, C. 2007.
Ragam Olahan Bandeng. Kanisius.
Yogyakarta.
Suherman, A. 2013, Respon Pemberian Ekstrak Biji
Karet (Hevea brasiliensis) Untuk
Anastesi Calon Induk Ikan Jelawat
(Leptobarsus hoevani) Dengan Metode
Transportasi Tertutup. Universitas
Muhhammadiyah
Pontianak.
Pontianak. 1-7.
Sukmiwati. Ira. 2007. Pengaruh Kosentrasi Ekstrak
Biji Karet (Havae brancilliensis) Sebagai
Pembius Terhadap Aktivitas Dan
Kelangsungan Hidup Ikan Mas (Cprynus
carpio, L) Selama Transportasi. UNRI.
Riau. 23-29.
Syauqi, A. 2009. Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Bawal
Air
Tawar
(Colossoma
macropomum) Cuvier. Pada Sistem
Pengangkutan Tertutup dengan Padat
Penebaran 43, 83, dan 129 Ekor/Liter.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yanto, H. 2008. Penggunaan MS-222 dan Larutan
Garam pada Transportasi Ikan Jelawat
(Leptobarbushoevenii
Blkr.)
Ukuran
Sejari. Jumal Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia, Juni 2009. Jilid 16.
Nomor 1:47-54.

62