Refleksi Kebijakan AKIP Dan Percepatan Reformasi Birokrasi
Refleksi Kebijakan AKIP
Dan Percepatan Reformasi Birokrasi
Diklat RLA
LAN-Samarinda
8 Juni 2017
Wahyudi Kumorotomo, PhD
Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada
www.kumoro.staff.ugm.ac.id
Agenda Paparan
1. Sistem Evaluasi Kinerja dalam Kerangka RB
2. Korupsi dan Penyimpangan dalam Birokrasi:
Refeksi tentang Akuntabilitas Kinerja
3. Melawan Formalisme dalam RB di Indonesia
4. Daya-saing nasional: Tantangan Riil RB.
LAKIP Sebagai Sistem Evaluasi dan
Akuntabilitas
AKUNTABILITAS (accountability):
Ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas lembaga
publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah
sudah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang dianut
oleh rakyat, dan apakah pelayanan tersebut mampu
mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.
A good synonym for the term accountability is
answerability. An organisation must be
answerable to someone or something outside
itself. When things go wrong, someone must be
held responsible. (Starling, 1998:164)
JENIS-JENIS AKUNTABILITAS
(Stewart, 1989)
1. Policy Accountability, akuntabilitas atas pilihanpilihan kebijakan yang dibuat
2. Program Accountability, akuntabilitas atas
pencapaian tujuan/hasil dan efektiftas yang
dicapai
3. Performance Accountability, akuntabilitas terhadap
kinerja atau pelaksanaan tugas sebagai pelayan
masyarakat
4. Process Accountability, akuntabilitas atas proses,
prosedur atau ukuran yang layak dalam
melaksanakan tindakan-tindakan yang ditetapkan.
5. Probity and Legal Accountability, akuntabilitas atas
penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang
disetujui atau ketaatan terhadap undang-undang
yang berlaku.
KINERJA (performance):
Hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan
tujuan organisasi, transparan dalam
pertanggungjawaban, efsien, sesuai dengan
kehendak pengguna jasa organisasi, sesuai dengan
visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta
diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang
memadai.
Kinerja (menurut Pedoman LAKIP dari LAN):
Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi.
Keterkaitan Penetapan Kinerja
dengan Sistem AKIP
Penyusunan
Key Performance Indicators (KPI)
1. Untuk diri sendiri: sebagai pimpinan;
sebagai inovator (as a leader; as an
innovator)
2. Untuk organisasi: sebagai bahan
penelusuran kinerja dan
perencanaan aksi berikutnya (Track
& Act)
Memahami KPI
Contoh umum KPI: Suhu tubuh manusia sebagai KPI
Diakui secara luas dan mudah dipahami
Dapat diukur dengan metode/teknik yg sama oleh
setiap evaluator
Mudah diukur
Indikator penting untuk kesehatan seseorang
Membantu diagnosis: untuk awan maupun ahli
Hasilnya: Jika deman, selanjutnya: mengapa
demam? Jika tidak demam, mencari alasan lain,
mengapa?
Definisi Performance (Kinerja)
Gambaran tentang tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, dan visi
organisasi .
Untuk dapat mengetahui bagaimana
kinerja organisasi, unit kerja, maupun
individu maka diperlukan indikator kinerja.
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif
dan atau kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan.
Mengapa KPI penting?
• Merefleksikan ukuran sukses
• Mengukur keberhasilan menuju
pencapaian tujuan
• Salah satu alat ukur manajemen dlm
organisasi
• Data mudah dicari dari sumber yang
reliabel
• Bisa dihitung
• Dapat dipantau secara berkelanjutan
Beberapa Komponen KPI
•
•
•
•
•
Volume (termasuk jumlah)
Biaya
Waktu
Kualitas
Kepuasan pelanggan
User (Pengguna) KPI
• Secara umum untuk pimpinan atau
pengambil keputusan (senior
management)
• Pimpinan atau pengambil keputusan
memperoleh info capaian terbaru
dalam waktu yang cepat, sehingga
bisa bergerak cepat untuk strategi
pencapaian berikutnya.
Contoh Indikator Kinerja
dalam RPJMD (1)
1. Infrastruktur semakin baik (listrik 90% RT)
2. Kesenjangan berkurang (Indeks Gini turun)
3. Kualitas hidup masyarakat meningkat (HDI
menjadi 80)
4. Lingkungan hidup (rehab 2.000 Ha lahan kritis)
5. Kapasitas pemerintah daerah (tk.pendidikan
SDM meningkat 10%, keuangan daerah 10%)
6. Partisipasi masyarakat dan swasta (Pemilu
83%; investasi swasta naik 10%).
7. Pelayanan masyarakat semakin baik
(penyelewengan turun 10%; SPM tercapai 80%)
Contoh Indikator Kinerja
dalam RPJMD (2)
8. Keadilan dan penegakan hukum (kriminalitas turun 5%,
konsistensi Perda 100%)
9. Kesetaraan gender (peningkatan peran perempuan,
KDRT turun 5%)
10. Kecukupan pangan (gabah kering pungut 64,76 kw/ha;
bawang merah 11,49 ton/ha)
11. Dunia usaha dan koperasi (TDI 350 unit usaha,
PMA/PMDN: 15 usaha & 350 usaha non-fasilitas)
12. Pariwisata (peningkatan kunjungan 10%)
13. Tata-ruang dan permukiman (mitigasi bencana 80%,
penataan kawasan kumuh 50%).
Perbedaan indikator:
output (keluaran) dan outcome (hasil/dampak)
OUTPUT (KELUARAN)
OUTCOME (HASIL/DAMPAK)
1. Jumlah pasien yang
dilayani
2. Panjang jalan yang
diperbaiki
3. Jumlah pelatihan
yang diberikan
4. Jumlah kasus
kriminal yang
diselidiki
5. Jumlah panggilan
telpon yang dijawab.
1. Jumlah pasien yang
keadaannya membaik
2. % panjang jalan dalam
keadaan baik
3. Jumlah calon tenaga kerja
yang terbantu oleh
pelatihan yang diberikan
4. Tingkat keberhasilan
pembuktian kesalahan
kasus kriminal yang berat
5. Jumlah panggilan telpon
yang mendapat respon
yang tepat
Karakteristik Indikator Yang Baik
• Relevan dengan program yang
akan diukur
• Relevan dengan standar nasional
yang ada
• Mungkin untuk diperoleh datanya
di lapangan
• Mudah untuk diinterpretasikan
• Dapat dilacak jika ada perubahan
dari waktu ke waktu
Mengukur Kualitas Indikator
• Direct: mampu mengukur
perubahan yang terjadi
• Objective: tidak meragukan
• Practical: tidak memerlukan biaya
mahal untuk mengumpulkannya
• Adequate (Memadai): memenuhi
kriteria dilihat dari segi jumlah
sehingga mampu menangkap
perkembangan yang ingin
diamati.
Jenis-Jenis Indikator
• Kuantitatif:
–
–
–
–
Jumlah
Persentase
Rata-rata
Rasio
• Kualitatif
– Sesuai dengan
– Kualitas
– Tingkatan
• Efisiensi
– Biaya per unit kegiatan
– Waktu per unit kegiatan
Sumber Perencanaan dan penyusunan
KPI:
1. Capaian pelaksanaan kegiatan masa
sebelumnya (mengindentifikasi indikator input)
2. Ketersediaan sumber daya yang ada
(mengindentifikasi indikator input)
3. Disesuaikan dengan tahap-tahap pelaksanaan
program yang telah ditetapkan.
4. Melihat keterkaitan antara strategi dan
sasaran yang hendak dicapai.
5. Menyesuaikan perkiraan capaian dengan
perkiraan kemajuan program atau kegiatan.
“TRIPLE ACCOUNTABILITY” UNTUK KEPALA
DAERAH
(PP No. 3 tahun 2007)
1.
Bupati wajib menyusun LPPD (Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah), ditujukan
kpd Mendagri melalui Gub (akuntabilitas ke atas):
1. 26 urusan wajib
2. 8 urusan pilihan
3. Urusan desentralisasi
2.
Bupati wajib menyusun LKPJ (Lap Keterangan
Pertanggungjawaban) untuk DPRD (akuntabilitas ke
samping):
1. LKPJ akhir tahun anggaran
2. LKPJ akhir masa jabatan
3. Tidak ada ket diterima/ditolak (?)
3.
Bupati wajib memberi Informasi LPPD kepada masy
melalui media cetak/elektronik (akuntabilitas ke luar):
1. Mengapa materinya sama dg LPPD (pasal 27)?
2. Informasi kepada publik seharusnya selengkap mungkin
(berbagai media), tanggapan masy dibuka seluas
mungkin.
Sebagai sistem evaluasi & akuntabilitas,
mengapa LAKIP Gagal?
1. Tidak mencerminkan kondisi riil. Sebagai
laporan Monev, LAKIP tidak berbasis fakta &
data objektif.
2. LAKIP kurang terintegrasi dengan sistem
perencanaan dan penganggaran.
3. Belum berhasil mencegah penyimpangan,
korupsi dan pemborosan.
4. Pemanfaatan cenderung formalistis, sulit
dijadikan pedoman evaluasi yg valid.
Penyerapan DIPA lebih Lambat dari
Negara Lain
Source: CEIC, World Bank
Mengapa Kegiatan SKPD Menumpuk di
Akhir Tahun?
Jumlah
Progra
m
Jumlah
Kegiatan
% Penyelesaian Kegiatan
TW 1
TW 2
TW 3
215
1283
0,25
3,10
11,05
(3 kegiatan)
(41
(142
Catatan :
kegiatan)
kegiatan)
1. Sumber data Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan
Daerah Provinsi DIY
2. Pada Triwulan 4 harus menyelesaikan 1141 kegiatan
3. Kondisi yang demikian apakah sudah cukup baik dari sisi
perencanaan?
Komposisi Belanja Daerah Secara
Nasional
50
45
46.52
46.16
42.25
42.2
40.11
40
37.99
35
30
26.83
22.53
25
23.14
22.21
23.82
24.82
20
15
10
5
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Belanja
Belanja
Jasa
Belanja
Belanja
Pegawai
Barang &
Modal
Lainnya
Indeks Persepsi Korupsi:
Trend Meningkat, Tetapi Sangat
Lambat…
Sumber: GDS,
2007
CATATAN KELEMAHAN REFORMASI
BIROKRASI
Terjadi penekanan kepada kebijakan renumerasi Sebelum
pelaksanaan GDRB, belanja pegawai mencapai Rp 127 triliun
pada tahun 2009 dan setelah pelaksanaan kebijakan RB
terkait remunerasi baru, belanja pegawai mencapai Rp 263
triliun pada tahun 2014
Terjadi formalisme proses RB yang berlebihan, sehingga RB
cenderung membebani pekerjaan internal birokrasi karena
tuntutan paperwork terkait dengan kelengkapan dokumen
meningkat.
Delapan area perubahan yang dilakukan K/L sering tidak
sesuai dengan substansi perencanaan yang sedang berjalan.
Kegiatan reformasi birokrasi bukan menjadi bagian integral
dari pengganggaran kegiatan seperti yang tercantum di
dokumen perencanaan. Kegiatan-kegiatan RB pada gilirannya
dipahami sebagai beban tambahan.
8 Program Akselerasi Menpan & RB
Manajemen dan Organisasi
Distribusi Layanan Publik yg
Berkualitas
Profesionalisasi Layanan Publik
E-Government
Deregulasi Perijinan dan
Debirokratisasi
Sistem Pelaporan Aset dan Kekayaan
Negara
Sistem Remunerasi
Efsiensi Lembaga Pemerintah
Klasifikasi Umum Kegiatan Pemda
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pelatihan.
Diklat;
Fasilitasi, pendampingan;
Pemberdayaan;
Pembinaan;
Penyuluhan;
Sosialisasi & diseminasi;
Pelayanan langsung
masyarakat;
Koordinasi;
Penyusunan dokumen;
Pendataan. pemetaan;
Penelitian/studi/kajian;
Monev. inspeksi dan pelaporan;
Pengawasan. pengendalian;
Pemberian bantuan;
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Event Organizer (lomba.
kontes. pameran. dll)
Pembentukan/pendirian
lembaga/badan/dll;
Penataan lokasi. kawasan.
dsb
Pengelolaan kawasa, limbah.
ekosistem. dll
Pembangunan fsik: jalan.
Jembatan, gedung. ruang.
rumah, pagar, taman, irigasi.
dll;
Pengadaan barang modal
lainnya;
Pemeliharaan rutin/berkala
aset daerah;
Rehabilitasi aset daerah;
Penyediaan barang & jasa;
Dll
Ruled-Based
Bureaucracy
(2010-2014)
Performance-based
Dynamic Governance
Bureaucracy (2015(2020-2024)
2019)
Patologi Birokrasi, Kegagalan
Birokrasi Weberian (Dwiyanto, 2015)
1.
2.
3.
4.
5.
Paternalistik Asal Bapak Senang
Pembengkakan anggaran
Prosedur yg berlebihan
Proliferasi, pembengkakan birokrasi
Fragmentasi sulit melakukan
koordinasi kebijakan.
Kabinet dan Lembaga Kerja di Beberapa
Negara
Negara
Kementer LPNK
ian
Australia
37
NA
NA
GDP
Perkapita
US $
40.800
China
(RRC)
Jepang
22
NA
NA
8.500
11
19
13
35.200
Indonesia
34
28
88
4.700
Korea
Selatan
Perancis
15
19
13
32.100
31
NA
NA
33.509
Sumber : Kemenpan dan RB 2012
IB/LNS
Business Climate Ranking
Singapura
Malaysia
1
18
49
Thailand
84
Brunei Darussalam
90
Vietnam
109
Indonesia
127
Kamboja
103
Filipina
0
20
40
2012
60
2013
80
2014
100
2015
120
140
160
Topics
Doing Business Ranking:
Indonesia
*)
2015
Rank
2016 Rank
Change in
Rank
Starting a
business
163
173
-10
Dealing with
construction
permits
110
107
3
45
46
-1
131
131
No change
Getting credit
71
70
1
Protecting
investors
87
88
-1
Paying taxes
160
148
12
Trading across
borders
104
105
-1
Getting
electricity
Registering
property
Enforcing
170
170
*) Peringkat dari 185 negara. Sumber: www.doingbusiness.org
contracts
No change
Kesimpulan
1. Sistem AKIP belum memadai untuk terciptanya Monev
yang efisien dan efektif dalam birokrasi pemerintah.
2. Masih banyaknya penyimpangan, korupsi dan
penyalahgunaan wewenang perlu diatasi dengan sistem
akuntabilitas publik yang efektif. Akuntabilitas harus
dikembalikan pada konsep yang seharusnya.
3. Strategi RB di Indonesia cenderung formalistik. Perlu
strategi implementasi yang jelas, terukur dan
berkelanjutan.
4. Urgensi RB: mengaitkan reformasi dengan kebutuhan
peningkatan daya-saing nasional. Harus disadari bahwa
birokrasi publik bukan merupakan entitas yg terpisah dari
lingkungan sosial masyarakat.
THANK YOU
Dan Percepatan Reformasi Birokrasi
Diklat RLA
LAN-Samarinda
8 Juni 2017
Wahyudi Kumorotomo, PhD
Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada
www.kumoro.staff.ugm.ac.id
Agenda Paparan
1. Sistem Evaluasi Kinerja dalam Kerangka RB
2. Korupsi dan Penyimpangan dalam Birokrasi:
Refeksi tentang Akuntabilitas Kinerja
3. Melawan Formalisme dalam RB di Indonesia
4. Daya-saing nasional: Tantangan Riil RB.
LAKIP Sebagai Sistem Evaluasi dan
Akuntabilitas
AKUNTABILITAS (accountability):
Ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas lembaga
publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah
sudah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang dianut
oleh rakyat, dan apakah pelayanan tersebut mampu
mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.
A good synonym for the term accountability is
answerability. An organisation must be
answerable to someone or something outside
itself. When things go wrong, someone must be
held responsible. (Starling, 1998:164)
JENIS-JENIS AKUNTABILITAS
(Stewart, 1989)
1. Policy Accountability, akuntabilitas atas pilihanpilihan kebijakan yang dibuat
2. Program Accountability, akuntabilitas atas
pencapaian tujuan/hasil dan efektiftas yang
dicapai
3. Performance Accountability, akuntabilitas terhadap
kinerja atau pelaksanaan tugas sebagai pelayan
masyarakat
4. Process Accountability, akuntabilitas atas proses,
prosedur atau ukuran yang layak dalam
melaksanakan tindakan-tindakan yang ditetapkan.
5. Probity and Legal Accountability, akuntabilitas atas
penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang
disetujui atau ketaatan terhadap undang-undang
yang berlaku.
KINERJA (performance):
Hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan
tujuan organisasi, transparan dalam
pertanggungjawaban, efsien, sesuai dengan
kehendak pengguna jasa organisasi, sesuai dengan
visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta
diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang
memadai.
Kinerja (menurut Pedoman LAKIP dari LAN):
Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi.
Keterkaitan Penetapan Kinerja
dengan Sistem AKIP
Penyusunan
Key Performance Indicators (KPI)
1. Untuk diri sendiri: sebagai pimpinan;
sebagai inovator (as a leader; as an
innovator)
2. Untuk organisasi: sebagai bahan
penelusuran kinerja dan
perencanaan aksi berikutnya (Track
& Act)
Memahami KPI
Contoh umum KPI: Suhu tubuh manusia sebagai KPI
Diakui secara luas dan mudah dipahami
Dapat diukur dengan metode/teknik yg sama oleh
setiap evaluator
Mudah diukur
Indikator penting untuk kesehatan seseorang
Membantu diagnosis: untuk awan maupun ahli
Hasilnya: Jika deman, selanjutnya: mengapa
demam? Jika tidak demam, mencari alasan lain,
mengapa?
Definisi Performance (Kinerja)
Gambaran tentang tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, dan visi
organisasi .
Untuk dapat mengetahui bagaimana
kinerja organisasi, unit kerja, maupun
individu maka diperlukan indikator kinerja.
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif
dan atau kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan.
Mengapa KPI penting?
• Merefleksikan ukuran sukses
• Mengukur keberhasilan menuju
pencapaian tujuan
• Salah satu alat ukur manajemen dlm
organisasi
• Data mudah dicari dari sumber yang
reliabel
• Bisa dihitung
• Dapat dipantau secara berkelanjutan
Beberapa Komponen KPI
•
•
•
•
•
Volume (termasuk jumlah)
Biaya
Waktu
Kualitas
Kepuasan pelanggan
User (Pengguna) KPI
• Secara umum untuk pimpinan atau
pengambil keputusan (senior
management)
• Pimpinan atau pengambil keputusan
memperoleh info capaian terbaru
dalam waktu yang cepat, sehingga
bisa bergerak cepat untuk strategi
pencapaian berikutnya.
Contoh Indikator Kinerja
dalam RPJMD (1)
1. Infrastruktur semakin baik (listrik 90% RT)
2. Kesenjangan berkurang (Indeks Gini turun)
3. Kualitas hidup masyarakat meningkat (HDI
menjadi 80)
4. Lingkungan hidup (rehab 2.000 Ha lahan kritis)
5. Kapasitas pemerintah daerah (tk.pendidikan
SDM meningkat 10%, keuangan daerah 10%)
6. Partisipasi masyarakat dan swasta (Pemilu
83%; investasi swasta naik 10%).
7. Pelayanan masyarakat semakin baik
(penyelewengan turun 10%; SPM tercapai 80%)
Contoh Indikator Kinerja
dalam RPJMD (2)
8. Keadilan dan penegakan hukum (kriminalitas turun 5%,
konsistensi Perda 100%)
9. Kesetaraan gender (peningkatan peran perempuan,
KDRT turun 5%)
10. Kecukupan pangan (gabah kering pungut 64,76 kw/ha;
bawang merah 11,49 ton/ha)
11. Dunia usaha dan koperasi (TDI 350 unit usaha,
PMA/PMDN: 15 usaha & 350 usaha non-fasilitas)
12. Pariwisata (peningkatan kunjungan 10%)
13. Tata-ruang dan permukiman (mitigasi bencana 80%,
penataan kawasan kumuh 50%).
Perbedaan indikator:
output (keluaran) dan outcome (hasil/dampak)
OUTPUT (KELUARAN)
OUTCOME (HASIL/DAMPAK)
1. Jumlah pasien yang
dilayani
2. Panjang jalan yang
diperbaiki
3. Jumlah pelatihan
yang diberikan
4. Jumlah kasus
kriminal yang
diselidiki
5. Jumlah panggilan
telpon yang dijawab.
1. Jumlah pasien yang
keadaannya membaik
2. % panjang jalan dalam
keadaan baik
3. Jumlah calon tenaga kerja
yang terbantu oleh
pelatihan yang diberikan
4. Tingkat keberhasilan
pembuktian kesalahan
kasus kriminal yang berat
5. Jumlah panggilan telpon
yang mendapat respon
yang tepat
Karakteristik Indikator Yang Baik
• Relevan dengan program yang
akan diukur
• Relevan dengan standar nasional
yang ada
• Mungkin untuk diperoleh datanya
di lapangan
• Mudah untuk diinterpretasikan
• Dapat dilacak jika ada perubahan
dari waktu ke waktu
Mengukur Kualitas Indikator
• Direct: mampu mengukur
perubahan yang terjadi
• Objective: tidak meragukan
• Practical: tidak memerlukan biaya
mahal untuk mengumpulkannya
• Adequate (Memadai): memenuhi
kriteria dilihat dari segi jumlah
sehingga mampu menangkap
perkembangan yang ingin
diamati.
Jenis-Jenis Indikator
• Kuantitatif:
–
–
–
–
Jumlah
Persentase
Rata-rata
Rasio
• Kualitatif
– Sesuai dengan
– Kualitas
– Tingkatan
• Efisiensi
– Biaya per unit kegiatan
– Waktu per unit kegiatan
Sumber Perencanaan dan penyusunan
KPI:
1. Capaian pelaksanaan kegiatan masa
sebelumnya (mengindentifikasi indikator input)
2. Ketersediaan sumber daya yang ada
(mengindentifikasi indikator input)
3. Disesuaikan dengan tahap-tahap pelaksanaan
program yang telah ditetapkan.
4. Melihat keterkaitan antara strategi dan
sasaran yang hendak dicapai.
5. Menyesuaikan perkiraan capaian dengan
perkiraan kemajuan program atau kegiatan.
“TRIPLE ACCOUNTABILITY” UNTUK KEPALA
DAERAH
(PP No. 3 tahun 2007)
1.
Bupati wajib menyusun LPPD (Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah), ditujukan
kpd Mendagri melalui Gub (akuntabilitas ke atas):
1. 26 urusan wajib
2. 8 urusan pilihan
3. Urusan desentralisasi
2.
Bupati wajib menyusun LKPJ (Lap Keterangan
Pertanggungjawaban) untuk DPRD (akuntabilitas ke
samping):
1. LKPJ akhir tahun anggaran
2. LKPJ akhir masa jabatan
3. Tidak ada ket diterima/ditolak (?)
3.
Bupati wajib memberi Informasi LPPD kepada masy
melalui media cetak/elektronik (akuntabilitas ke luar):
1. Mengapa materinya sama dg LPPD (pasal 27)?
2. Informasi kepada publik seharusnya selengkap mungkin
(berbagai media), tanggapan masy dibuka seluas
mungkin.
Sebagai sistem evaluasi & akuntabilitas,
mengapa LAKIP Gagal?
1. Tidak mencerminkan kondisi riil. Sebagai
laporan Monev, LAKIP tidak berbasis fakta &
data objektif.
2. LAKIP kurang terintegrasi dengan sistem
perencanaan dan penganggaran.
3. Belum berhasil mencegah penyimpangan,
korupsi dan pemborosan.
4. Pemanfaatan cenderung formalistis, sulit
dijadikan pedoman evaluasi yg valid.
Penyerapan DIPA lebih Lambat dari
Negara Lain
Source: CEIC, World Bank
Mengapa Kegiatan SKPD Menumpuk di
Akhir Tahun?
Jumlah
Progra
m
Jumlah
Kegiatan
% Penyelesaian Kegiatan
TW 1
TW 2
TW 3
215
1283
0,25
3,10
11,05
(3 kegiatan)
(41
(142
Catatan :
kegiatan)
kegiatan)
1. Sumber data Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan
Daerah Provinsi DIY
2. Pada Triwulan 4 harus menyelesaikan 1141 kegiatan
3. Kondisi yang demikian apakah sudah cukup baik dari sisi
perencanaan?
Komposisi Belanja Daerah Secara
Nasional
50
45
46.52
46.16
42.25
42.2
40.11
40
37.99
35
30
26.83
22.53
25
23.14
22.21
23.82
24.82
20
15
10
5
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Belanja
Belanja
Jasa
Belanja
Belanja
Pegawai
Barang &
Modal
Lainnya
Indeks Persepsi Korupsi:
Trend Meningkat, Tetapi Sangat
Lambat…
Sumber: GDS,
2007
CATATAN KELEMAHAN REFORMASI
BIROKRASI
Terjadi penekanan kepada kebijakan renumerasi Sebelum
pelaksanaan GDRB, belanja pegawai mencapai Rp 127 triliun
pada tahun 2009 dan setelah pelaksanaan kebijakan RB
terkait remunerasi baru, belanja pegawai mencapai Rp 263
triliun pada tahun 2014
Terjadi formalisme proses RB yang berlebihan, sehingga RB
cenderung membebani pekerjaan internal birokrasi karena
tuntutan paperwork terkait dengan kelengkapan dokumen
meningkat.
Delapan area perubahan yang dilakukan K/L sering tidak
sesuai dengan substansi perencanaan yang sedang berjalan.
Kegiatan reformasi birokrasi bukan menjadi bagian integral
dari pengganggaran kegiatan seperti yang tercantum di
dokumen perencanaan. Kegiatan-kegiatan RB pada gilirannya
dipahami sebagai beban tambahan.
8 Program Akselerasi Menpan & RB
Manajemen dan Organisasi
Distribusi Layanan Publik yg
Berkualitas
Profesionalisasi Layanan Publik
E-Government
Deregulasi Perijinan dan
Debirokratisasi
Sistem Pelaporan Aset dan Kekayaan
Negara
Sistem Remunerasi
Efsiensi Lembaga Pemerintah
Klasifikasi Umum Kegiatan Pemda
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pelatihan.
Diklat;
Fasilitasi, pendampingan;
Pemberdayaan;
Pembinaan;
Penyuluhan;
Sosialisasi & diseminasi;
Pelayanan langsung
masyarakat;
Koordinasi;
Penyusunan dokumen;
Pendataan. pemetaan;
Penelitian/studi/kajian;
Monev. inspeksi dan pelaporan;
Pengawasan. pengendalian;
Pemberian bantuan;
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Event Organizer (lomba.
kontes. pameran. dll)
Pembentukan/pendirian
lembaga/badan/dll;
Penataan lokasi. kawasan.
dsb
Pengelolaan kawasa, limbah.
ekosistem. dll
Pembangunan fsik: jalan.
Jembatan, gedung. ruang.
rumah, pagar, taman, irigasi.
dll;
Pengadaan barang modal
lainnya;
Pemeliharaan rutin/berkala
aset daerah;
Rehabilitasi aset daerah;
Penyediaan barang & jasa;
Dll
Ruled-Based
Bureaucracy
(2010-2014)
Performance-based
Dynamic Governance
Bureaucracy (2015(2020-2024)
2019)
Patologi Birokrasi, Kegagalan
Birokrasi Weberian (Dwiyanto, 2015)
1.
2.
3.
4.
5.
Paternalistik Asal Bapak Senang
Pembengkakan anggaran
Prosedur yg berlebihan
Proliferasi, pembengkakan birokrasi
Fragmentasi sulit melakukan
koordinasi kebijakan.
Kabinet dan Lembaga Kerja di Beberapa
Negara
Negara
Kementer LPNK
ian
Australia
37
NA
NA
GDP
Perkapita
US $
40.800
China
(RRC)
Jepang
22
NA
NA
8.500
11
19
13
35.200
Indonesia
34
28
88
4.700
Korea
Selatan
Perancis
15
19
13
32.100
31
NA
NA
33.509
Sumber : Kemenpan dan RB 2012
IB/LNS
Business Climate Ranking
Singapura
Malaysia
1
18
49
Thailand
84
Brunei Darussalam
90
Vietnam
109
Indonesia
127
Kamboja
103
Filipina
0
20
40
2012
60
2013
80
2014
100
2015
120
140
160
Topics
Doing Business Ranking:
Indonesia
*)
2015
Rank
2016 Rank
Change in
Rank
Starting a
business
163
173
-10
Dealing with
construction
permits
110
107
3
45
46
-1
131
131
No change
Getting credit
71
70
1
Protecting
investors
87
88
-1
Paying taxes
160
148
12
Trading across
borders
104
105
-1
Getting
electricity
Registering
property
Enforcing
170
170
*) Peringkat dari 185 negara. Sumber: www.doingbusiness.org
contracts
No change
Kesimpulan
1. Sistem AKIP belum memadai untuk terciptanya Monev
yang efisien dan efektif dalam birokrasi pemerintah.
2. Masih banyaknya penyimpangan, korupsi dan
penyalahgunaan wewenang perlu diatasi dengan sistem
akuntabilitas publik yang efektif. Akuntabilitas harus
dikembalikan pada konsep yang seharusnya.
3. Strategi RB di Indonesia cenderung formalistik. Perlu
strategi implementasi yang jelas, terukur dan
berkelanjutan.
4. Urgensi RB: mengaitkan reformasi dengan kebutuhan
peningkatan daya-saing nasional. Harus disadari bahwa
birokrasi publik bukan merupakan entitas yg terpisah dari
lingkungan sosial masyarakat.
THANK YOU