BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Laporan Keuangan untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaaan dengan Membandingkan Model Altman Z-Score dan Model Springate pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang T

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Laporan Keuangan

  Pengelolaan keuangan yang baik dan transparan memerlukan pengetahuan dan ketrampilan akuntansi secara baik. Akuntansi merupakan kumpulan prosedur-prosedur untuk mencatat, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan dan melaporkan dalam bentuk laporan keuangan.

  Kemampuan pelaku bisnis dalam memberikan informasi keuangan yang akurat akan sangat berdampak terhadap stakeholder bisnis itu sendiri. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan.

  Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2010:2): Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

  Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

  Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992 : 17) “laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi- transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan.” Menurut Munawir (1991 : 2) “laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan.” Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan laporan akuntansi utama yang mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Beberapa pihak yang membutuhkan laporan keuangan perusahaan diantaranya :

1. Pemilik Perusahaan

  Pemilik perusahaan dapat mengetahui kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan melalui laporan keuangan yang ada sehingga hal tersebut dapat menjadi alat untuk mengetahui prestasi para karyawan, menentukan perkembangan perusahaan di masa mendatang, dan mengetahui mengenai perkiraan laba yang akan diperoleh pada masa waktu tertentu serta mengetahui perkembangan harga saham bagi perusahaan yang telah go public.

  2. Manajer serta Pimpinan Perusahaan Laporan keuangan merupakan alat pertanggungjawaban manajer kepada pemilik perusahaan. Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas biaya dari berbagai aktivitas perusahaan, mengetahui efisiensi dari setiap divisi perusahaan, sebagai alat ukur atas kinerja masing-masing iindividu, media untuk menentukan perlu tidaknya sebuah kebijaksanaan di masa mendatang, dan memperkirakan besarnya tingkat pengembalian yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.

  3. Investor Seorang investor akan mempelajari laporan keuangan suatu perusahaan sebelum berinvestasi dalam perusahaan tersebut. Jika sebuah perusahaan memiliki laporan keuangan yang menjanjikan, maka akan memberikan daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasinya dalam perusahaan tersebut.

  4. Kreditor Ketika kreditor memutuskan untuk memberikan bantuan berupa hutang kepada suatu perusahaan, kreditor terlebih dahulu akan melihat kemampuan perusahaan dalam mengembalikan pinjamannya. Kemampuan perusahaan tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang di dalamnya terdapat laporan arus kas, jumlah modal serta asset yang dimiliki. Dengan demikian, kreditor akan merasa lebih aman ketika memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan.

  5. Pemerintah Laporan keuangan perusahaan yang dilaporkan digunakan sebagai dasar untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan kepada pemerintah. Dengan demikian, pemerintah dapat memperkirakan besarnya pajak yang diterima dari perusahaan-perusahaan sebagai dasar pembuatan perencanaan kebijakan dari proses pembangunan.

  6. Masyarakat Laporan keuangan perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan perusahaan dan memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian dan proses pembelajaran di bidang keuangan.

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

  Tujuan laporan keuangan menurut A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dalam Harahap (2000 : 6), merumuskan empat tujuan laporan keuangan sebagai berikut : a.

  Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan.

  b.

  Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya.

  c.

  Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan.

  d.

  Membantu fungsi dan pengawasan sosial. Menurut IAI No. 1, “Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.” Menurut APB Statement No. 4 dalam Harahap (2000 : 99), tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:

  a.

  Tujuan Khusus Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.

b. Tujuan Umum

  Tujuan umum adalah memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonpmi, dan kewajiban perusahaan; memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba; menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.

  c.

  Tujuan Kualitatif Tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4 adalah :

  • Relevance

  Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan.

  • Understandability

  Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.

  • Verifiability

  Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama.

  • Neutrality

  Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

  • Timeliness

  Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.

  • Comparability

  Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artiya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.

  • Completeness

  Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.

2.1.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan

  • Neraca atau Laporan Posisi Keuangan Neraca atau laporan posisi keuangan (balance sheet atau

  statement of financial position ) adalah bagian dari laporan keuangan

  suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas pada akhir periode tersebut.

  Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan, terdiri dari: kas atau setara kas, benda tak bergerak (seperti tanah, gedung) dan juga barang bergerak seperti kendaraan, serta harta non fisik (seperti nilai yang dibayar untuk akuisisi anak perusahaan). Aset juga meliputi piutang perusahaan, pajak yang sudah dibayar di muka, serta biaya- biaya yang sudah dibayar di muka.

  Kewajiban terdiri dari: hutang perusahaan pada pihak lain, pajak yang belum dibayar, uang muka dari pihak lain, biaya sewa yang masih berjalan. Ekuitas sendiri menunjukkan hak milik dari pemegang saham yang terdiri dari dua komponen, yaitu: modal usaha dan nilai laba usaha (atau kerugian usaha).

  • Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi (Income Statement atau Profit and Loss

  Statement ) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan

  yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih. Laporan tersebut menggunakan konsep perbandingan (matching concept) yaitu dengan membandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut.

  • Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Ekuitas yaitu bagian dari laporan keuangan yang memberikan informasi tentang perubahan ekuitas pemilik atau modal selama kurun waktu (periode) tertentu. Laporan ini mencatat perkembangan modal yang disetor oleh pemegang saham dalam suatu perusahaan. Laporan tersebut berisi saldo ekuitas awal tahun, jumlah
laba bersih, jumlah dana yang dicadangkan apakah untuk modal usaha atau lainnya, dan jumlah dana yang dibagikan sebagai dividen.

  • Laporan Arus Kas Laporan arus kas (cash flow statement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian, yaitu:

  a) Aktivitas operasi, berupa penerimaan/pengeluaran uang yang didapat dari jual/beli barang atau jasa, juga pembayaran kas untuk pemasok, karyawan, dll.

  b) Aktivitas investasi, berupa penerimaan/pengeluaran uang dari komponen yang dianggap sebagai unsur investasi. Unsur yang dianggap investasi biasanya kegiatan keuangan lain guna mendapatkan imbal balik baik langsung atau tidak langsung.

  Kegiatan investasi misalnya pembelian tanah, pembangunan pabrik, atau juga penyertaan modal di perusahaan lain.

  c) Aktivitas pendanaan, berupa penerimaan/pengeluaran uang dari komponen yang dianggap sebagai pendanaan (financing).

  a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,

  Manfaat laporan arus kas yaitu :

  • Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
  • Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.
  • Laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
    • Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan merupakan catatan tambahan dan informasi yang ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada pembaca. Catatan atas Laporan Keuangan membantu menjelaskan perhitungan item tertentu dalam laporan keuangan serta memberikan penilaian yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan perusahaan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI, 2004) :

  b) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar

  Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, c)

  Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.

2.1.4 Analisis Laporan Keuangan

  Analisa laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu. Melalui hasil evaluasi tersebut, pihak manajemen dapat menggunakannya untuk mengambil keputusan dalam hal perencanaan, pendanaan, investasi, dan operasi. Oleh karena laporan keuangan sangat penting dan dibutuhkan oleh banyak pihak, maka dalam proses akuntansinya harus didasarkan pada konsep dasar dan prinsip-prinsip yang berterima umum, serta data yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan kelayakannya. Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan manajemen, seperti :

  • Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian dari suatu usaha.
  • Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi
  • Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi
  • Melakukan penerbitan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjaman bank guna meningkatkan modal kerja perseroan.
  • Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang tepat terhadap berbagai alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan Dari sudut lain tujuan analisis Laporan Keuangan menurut Bernstein (1983) adalah sebagai berikut: 1.

  Screening Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger 2. Forcasting

  Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

  3. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain.

  4. Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-lain.

  5. Understanding Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Ada beberapa jenis analisa yang dapat digunakan dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, (Supardi dan Mastuti, 2003; 78) yaitu: 1.

  Analisa Internal Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkanlaporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.

  2. Analisa Eksternal Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.

  3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis) Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan.

  4. Analisa Vertikal (Analisa Statis) Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.

2.1.5 Analisis Rasio Keuangan

  merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk

  menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuanga

  

menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara

  suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek pada masa datang. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang.

  Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Menurut Munawir (2004:37) “Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.” Menurut Hanafi (2005:77) “Analisis rasio adalah penggabungan yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan, hubungan antara unsur laporan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.” Terdapat dua metode dalam pendekatan analisis rasio keuangan, yaitu : 1)

  Pendekatan Lintas Seksi (Cross Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada dibawah rata-rata industri. 2)

  Pendekatan Runtut Waktu (Time Series Analysis). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan ''(trend)'' dari tahun ke tahunnya, dan dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.

  Menurut Riyanto (2001:330) angka rasio digolongkan berdasarkan sumber datanya sebagai berikut: 1)

  Rasio neraca (balance sheet ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current

  ratio, acid test ratio, cash ratio , dan sebagainya.

  2) Rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari laporan laba rugi misalnya groos profit margin, net operating margin, operating ratio dan sebagainya.

  3) Rasio antar laporan (interestatement ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turnover), tingkat perputaran piutang (accounting receivable turnover), assets turnover dan sebagainya.

  Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian adalah:

  a) Rasio Likuiditas

  Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.

  Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu: 1)

  Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar( kewajiban Lancar). Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar

  2) Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar persediaan.

  Rasio Cepat = (Aktiva Lancar – Persediaan) / Kewajiban Lancar 3)

  Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar (kewajiban lancar). Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva = (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar) / Total Aktiva

  b) Rasio Aktivitas

  Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya: 1)

  Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai. Rasio Periode Pengumpulan Piutang = (Piutang x 360 hari) / Penjualan Kredit

  2) Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.

  Rasio Tingkat Perputaran Piutang = Penjualan Kredit / Piutang

  3) Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam persediaan.

  Rasio Tingkat Perputaran Persediaan = Harga pokok penjualan / Rata- rata persediaan 4)

  Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya. Rasio Tingkat Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan / Aktiva tetap

  c) Rasio Laverage atau Solvabilitas

  Rasio laverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban-kewajiban jangka panjangnya.

  Yang termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya: 1)

  Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

  Rasio Hutang = Total Hutang / Total Aktiva 2)

  Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Rasio Kewajiban terhadap Modal = Total Hutang / Total Modal Sendiri

  3) Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga.

  Time Interest Earned Ratio = Laba Operasi / Beban bunga per tahun 4)

  Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.

  Rasio Kewajiban Lancar Terhadap Total Aktiva = Hutang Lancar / Total Aktiva

  5) Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar.

  Rasio Kewajiban Tidak Lancar Terhadap Total Aktiva = Hutang tidak lancar / Total aktiva d)

  Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas diantaranya: 1)

  Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.

  Marjin Laba Kotor = Laba Kotor / Penjualan Bersih 2)

  Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan. Marjin Laba Usaha = Laba Usaha / Penjualan Bersih

  3) Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan.

  Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah pajak / Penjualan Bersih 4)

  Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. ROI = EBIT / Total Aktiva

  5) ROA (Return on Assets) = (Laba bersih setelah pajak / Total Aktiva) x

  100% 6)

  ROE (Return on Equity) = Laba bersih setelah pajak / Rata-rata ekuitas e) Rasio Pasar

  Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan.

2.1.6 Analisis Potensi Kebangkrutan a.

  Definisi Kebangkrutan “Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba” (Supardi, 2003:79). Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam Supardi dan Mastuti (2003:79) yaitu :

  • Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)

  Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan dan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. Hal ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.

  • Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)

  Pengertian financial distressed menurut Supardi dan Mastuti (2003:79) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.

  b.

  Sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan Menurut Hanafi (2003:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :

  1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang. 2)

  Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan. 3) Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya. 4) Kualitas manajemen. 5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.

  Menurut Suwarsono (1995), ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan antara lain:

  a) Indikator dari lingkungan bisnis

  Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab mengecilnya perusahaan yang lain.

  b) Indikator internal

  Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.

  c) Indikator kombinasi

  Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.

  c.

  Faktor-faktor penyebab kebangkrutan Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan(2000:139) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah : a) Faktor Umum

  1) Sektor ekonomi

  Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. 2)

  Sektor sosial Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.

  3) Teknologi

  Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadudan para manajer pengguna kurang profesional. 4)

  Sektor pemerintah Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.

  b) Faktor Eksternal Perusahaan

  1) Faktor pelanggan atau nasabah

  Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.

  2) Faktor pemasok/kreditur

  Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank. 3)

  Faktor pesaing/bank lain Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah, perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan nasabah dan mengurangi pendapatan yang diterima.

  c) Faktor Internal Perusahaan Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut Harnanto dalam Adnan

  (2000:140) sebagai berikut : 1)

  Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar. 2)

  Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen. 3)

  Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.

  d.

  Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi beberapa kalangan. Menurut Hanafi (2000:261) informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk : a.

  Pemberi pinjaman Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk pengambilan keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk mengambil kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

  b.

  Investor Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda–tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

  c.

  Pemerintah Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi jalannya usaha tersebut.

  Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

  d.

  Akuntan Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatuusaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

  e.

  Manajemen Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah- langkah preventif sehinggga biaya kebangkrutan bisa dihindari atau dapat diminimalisir.

2.1.7 Analisis Model Altman Z-Score

  Altman Z-score merupakan model yang dibuat oleh Altman pada tahun 1968 yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan sampai dua tahun sebelum saatnya tiba. Model ini menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis (MDA) dengan menghitung rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas perusahaan seperti rasio lancar, rasio leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya, rasio profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi laba ditahan, rasio uji pasar dan aktivitas. Model Altman Z-Score dapat mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang memiliki kemungkinan bangkrut yang rendah. Rumus Altman Z-Score mengalami beberapa perubahan, yang pertama adalah rumus yang digunakan

  1

  • untuk perusahaan manufaktur yang telah go public, yaitu Z-Score = 1,2 X 1,4 X

  2 + 3,3 X 3 + 0,6 X 4 + 0,999 X 5 . Kemudian untuk perusahaan pribadi,

  terdapat perubahan pada nilai X

  4 di mana X 4 = book value of equity/liabilities

  sehingga rumusnya menjadi Z-Score = 0.717 X +

  1 + 0.847 X 2 + 3.107 X

  3

  0.420 X + 0.998 X . Untuk perusahaan non-manufaktur, formulanya

  4

  5

  dimodifikasi menjadi Z-Score = 6.56

  X

  1 + 3.26 X 2 + 6.72 X 3 + 1.05 X 4 .

  Karena sampel penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang telah go public, maka formula yang digunakan untuk menghitung nilai Z-Score adalah (Altman, 2005:299):

  Z-Score = 1,2 X + 1,4 X + 3,3 X + 0,6 X + 0,999 X

  1

  2

  3

  4

  5 Keterangan :

  X

  1 : Working Capital / Total Assets

  X : Retained Earnings / Total Assets

  2 X

  3 X

  : Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets

  4 X

  : Market Value of Equity / Total Liabilities

  5

  : Sales / Total Assets Penafsiran dari nilai Z yang didapatkan adalah sebagai berikut:

  • Z-Score ≥ 2,99 – Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan dianggap aman
  • 2,70 ≤ Z-Score < 2,99 – Terdapat kondisi keuangan di suatu bagian yang membutuhkan perhatian khusus
  • 1,80 ≤ Z -Score < 2,70 – Ada kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan dalam 2 tahun ke depan
  • Z < 1,80 – Perusahaan berpotensi kuat akan mengalami kebangkrutan

2.1.7.1 Working Capital To Total Assets

  Rasio pertama yang digunakan adalah rasio modal kerja terhadap total aktiva, ini adalah ukuran bersih pada aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Karakteristik likuiditas benar-benar ditentukan secara jelas karena biasanya sebuah perusahaan yang mengalami kerugian operasi yang terus menerus akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total aktiva. Rumus untuk menghitung rasio ini yaitu :

  X = Current Assets – Current Liabilities

1 Total Assets

2.1.7.2 Retained Earning To Total Assets

  Rasio ini berguna untuk mengukur profitabilitas suatu bisnis tanpa memandang seberapa besar utang dari perusahaan. Usia perusahaan dinyatakan secara implisit dalam rasio ini, sebagai contoh, sebuah perusahaan baru relatif mungkin akan menunjukan rasio laba ditahan/total aktiva yang rendah karena tidak adanya waktu untuk menambah laba kumulatifnya. Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak berbeda dari analisis ini, dan kesempatan/peluang untuk diklasifikasikan dalam golongan bangkrut relatif lebih tinggi, dari pada perusahaan-perusahaan yang lebih tua. Rumus untuk menghitung rasio ini yaitu :

  X = Retained Earnings

2 Total Assets

  2.1.7.3 Earning Before Interest and Taxes To Total Assets

  Rasio ini dihitung dangan membagi total aktiva perusahaan dengan penghasilan sebelum bunga dan potongan pajak. Rasio ini merupakan ukuran produktivitas dari aktiva perusahaan yang benar-benar terlepas dari pajak atau faktor leverage. Keadaan bangkrut terjadi saat total kewajiban melebihi penilaian wajar terhadap aktiva perusahaan yang ditentukan oleh kemampuan aktiva dalam menghasilkan laba. Rumus untuk menghitung rasio ini yaitu :

  X 3 = Earnings Before Interest and Taxes Total Assets

  2.1.7.4 Market Value of Equity to Total Liabilities

  Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat leverage dari suatu perusahaan. Utang yang terlalu besar akan berbahaya bagi kelangsungan perusahaan, terutama apabila terdapat bunga yang harus dibayar. Dalam rasio ini, modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan keseluruhan lembar saham preferen dan biasa. Sementara hutang meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukan seberapa banyak aktiva perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari nilai pasar modal ditambah hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi aktiva dan perusahaan menjadi bangkrut. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah :

  X = Market Value of Equity

4 Total Liabilities

2.1.7.5 Sales To Total Assets

  Rasio ini disebut juga assets turnover dan biasanya digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu bisnis dalam memanfaatkan aset yang dimiliki. Rasio perputaran modal adalah standar rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan dan merupakan suatu ukuran kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rumus untuk menghitung rasio ini yaitu :

  X = Sales

5 Total Assets

2.1.8 Analisis Model Springate

  Model Springate adalah model rasio yang menggunakan Multiple Discriminant Analysis (MDA), metode ini menggunakan lebih dari satu rasio keuangan yang berkaitan dengan kebangkrutan perusahaan agar membentuk suatu model yang baik. Springate menggunakan MDA untuk memililh 4 rasio dari 19 rasio keuangan yang populer, yang mampu memprediksi business yang pailit dan tidak pailit. Formula untuk menghitung model Springate (Boritz, et al, 2007:5) :

  Z = 1,03X + 3,07X +0,4X + 0,66X

  1

  3

  5

  6 Keterangan :

  X : Working Capital / Total Assets

  1 X 3 : Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets

  X

  5 : Sales / Total Assets

  X

  6 : Net Profit before Taxes / Current Liabilities

  Penafsiran dari nilai Z yang didapatkan adalah jika Z < 0,862 maka perusahaan diklasifikasikan akan bangkrut.

2.1.8.1 Net Profit Before Taxes to Current Liabilities

  Rasio ini dihitung dengan membagi kewajiban lancar perusahaan dengan penghasilan sebelum potongan pajak dibagi dengan total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban lancarnya dengan menggunakan laba bersih sebelum dipotong pajak. Rumus untuk menghitung rasio ini yaitu :

  X 6 = Net Profit before Taxes Current Liabilities

2.2 Penelitian Terdahulu

  Sibarani (2010)

  Metode Alltman Z- Score dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan farmasi

  Variabel Independen : Analisis Diskriminan Altman Variabel dependen : Kebangkrutan Perusahaan

  Prediksi kebangkrutan perusahaan berdasarkan analisa Model Z-Score Altman pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  Hasil penelitian menunjukkkan bahwa rasio keuangan tidak dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan makanan dan minuman 3. Tommy D. Saragih (2010)

  Variabel Independen : Analisis Diskriminan Altman Variabel dependen : Kebangkrutan Perusahaan

  Prediksi kebangkrutan perusahaan berdasarkan analisa Model Z-Score Altman pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis prediksi kebangkrutan perusahaan yaitu :

  Tabel 2.1

  Metode Alltman Z- Score dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan textile dan garment

  Variabel Independen : Analisis Diskriminan Altman Variabel dependen : Financial Distress

  Analisa Model Z-Score Altman untuk memprediksi gejala financial distress pada perusahaan textile dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  1. Magdalena Hasibuan (2010)

  Penelitian Hasil Penelitian

  No. Peneliti Judul Penelitian Variabel

  2. Harry J.K.P.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep- konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konseptual secara teoritis menggambarkan hubungan antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel terikat yakni nilai dari model Altman Z-Score dan model Springate, dan terdapat 6 variabel bebas, yakni Working Capital / Total Assets, Retained Earnings / Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes / Total Assets, Market Value of Equity / Total Liabilities, Sales / Total Assets, dan Net Profit before Taxes / Current Liabilities. Kemudian melalui variabel-variabel tersebut akan diamati apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil analisis Model Altman Z-score dan Model Springate dalam memprediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Berdasarkan kerangka teori yang ada maka kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

  Kerangka Konseptual Gambar 2.1

  Working Capital To Total Assets (X )

  1 Retained Earning To Total Assets (X 2 )

  Kebangkrutan Earning Before Interest and Taxes To

  Perusahaan Total Assets (X

  3 )

  Model Altman Z-Score (Y

  1 )

  Market Value of Equity to Total Liabilities (X

  4 )

  Sales To Total Assets (X

  5 ) H 1 , H

  2 H H 3,

  4 Working Capital To Total Assets (X 1 )

  Earning Before Interest and Taxes To Kebangkrutan

  Total Assets (X

  3 )

  Perusahaan Model Springate

  (Y ) Sales To Total Assets (X

  5 )

  2 Net Profit Before Taxes to Current

  Liabilities (X )

  6

2.3.2 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang masih lemah dan harus diuji lagi kebenarannya. Menurut Kerlinger (1973:18) “hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variable atau lebih.” Kemudian Sudjana (2005:219) mengartikan “hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.” Hipotesis penelitian yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya (relevan) dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data yang nyata di lapangan.

  Berdasarkan tinjauan teoritis dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah : H

  1 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil analisis

  kebangkrutan Model Altman Z-score dan Model Springate pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. H : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil analisis

  2

  kebangkrutan Model Altman Z-score dan Model Springate pada perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. H

  

3 : Model Altman Z-Score memilliki tingkat keakuratan yang lebih baik

  dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan daripada Model Springate.

  H

  

4 : Model Springate memilliki tingkat keakuratan yang lebih baik dalam

  memprediksi kebangkrutan perusahaan daripada Model Altman Z- Score.

Dokumen yang terkait

Analisis Laporan Keuangan dengan Model Springate dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 85 111

Pengaruh Rasio Keuangan Model Altman dan Ukuran Perusahaan dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 63 93

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Laporan Keuangan dengan Model Springate dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan - Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Garmen Dan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei Dengan Menggunakan Metode Altman’s Z-Score

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z”-Score, Grover, Springate, Dan Zmijewski Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap pajak Penghasilan Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Studi Kasus pada PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel)

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian laporan Keuangan - Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 31

Analisis Laporan Keuangan untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaaan dengan Membandingkan Model Altman Z-Score dan Model Springate pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 11

Analisis Laporan Keuangan untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaaan dengan Membandingkan Model Altman Z-Score dan Model Springate pada Perusahaan Manufaktur Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14