BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian laporan Keuangan - Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian laporan Keuangan

  Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses identifikasi, pencatatan dan pengkomunikasian kejadian kejadian yang bersifat keuangan dengan setepat-tepatnya sebagai alat komunikasi antara data keuangan suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan disusun secara periodik.

  Periode yang biasa digunakan adalah tahun yang dimulai dari misalnya 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode seperti ini disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari. Istilah periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan, atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek misalnya bulanan, triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.

  Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan, distribusi aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang telah dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk kepentingan kompensasi. Dari laporan keuangan akan terlihat kemampuan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik, Tenaga Kerja) agar karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.

  Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan, selain itu laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Menurut PSAK No. 1, Laporan keuangan terdiri atas : a.

  Neraca Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yaitu pada tanggal pelaporan, jadi kondisi yang dijelaskan pada neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. Neraca terdiri atas hak (sumber daya) perrtusahaan dan kewajiban (asal sumber daya) perusahaan. Akun – akun neraca dicatat berdasarkan akrual, artinya transaksi dicatat jika telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun kasnya belum diterima.

  Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapataan dan biaya selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan. SAK menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional perusahaan yang dicatat dengan dasar akrual.

  c.

  Laporan Arus Kas Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan, meliputi arus kas dari/untuk kegiatan operasional, kas dari/untuk kegiatan investasi serta kas dari/untuk kegiatan pendanaan.

  d.

  Laporan Perubahan Ekuitas

  Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.

  e.

  Catatan atas Laporan Keuangan Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap – tiap akun neraca dan laba rugi.

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan

  untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial yang sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

  Menurut Kasmir (2008:25) arti penting analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

  1. Bagi pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta dividen yang diperolehnya,

  2. Bagi manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu.

  3. Bagi kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.

  4. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggungperusahaan tersebut, dan untuk persetujuan untuk go

  5. Bagi investor, untuk menilai prospek usaha tersebut kedepan, apakah mampu memberikan dividend an nilai saham seperti yang diinginkan.

  Menurut Munawir (2010:35) analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan tersebut. Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan pos-pos keuangan pada laporan tahunan berjalan dengan pos-pos terkait pada periode sebelumnya.

  Analisis laporan keuangan juga digunakan secara luas untuk memeriksa keterkaitan dalam laporan keuangan. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Harahap (2010 : 189) tentang pengertian analisis laporan keuangan dapat disimpulkan sebagai sebuah uraian tentang pos- pos dalam laporan keuangan secara lebih detail. Uraian ini berguna untuk melihat hubungan yang signifikan antara satu pos dengan pos lainnya.

  Dari uraian itu diharapkan dapat diambil kesimpulan.

  Analisis laporan keuangan juga mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan dan intuisis dalam pengambilan keputusan, serta mengurangi ketidakpastian analisis bisnis. Secara legkap menurut Harahap (2006:195) manfaat analisis laporan keuangan sebagai berikut: a.

  

Dapat memberikan dan menggali informasi yang tidak tampak secara

kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada

b.

  

Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya

dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

  c.

  

Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi

dan peningkatan (rating).

  d.

  

Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria

tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

  e.

  

Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain

dengan periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau standar ideal. f.

  Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan.

  g.

  Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan perusahaan di masa yang akan datang.

  h.

  Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan

  Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada semua pihak yang berkepentingan dan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan. Menurut IAI dalam PSAK No. 1 (2008:1.2) :Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yangbermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangkamembuat keputusan – keputusn ekonomi serta menunjukkanpertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber –sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapaitujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenaiperusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4)pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas. Sedangkan menurut Accounting Principle Board (APB) statement no. 4, tujuan laporan keuangan terdiri dari : a.

  Tujuan khusus Untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar sesuai dengan GAAP.

  b.

  Tujuan umum

  • Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan,
  • Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaaan bersih yang berasal dari kergiatan usaha dalam mencari laba,
  • Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba,
  • Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban,
  • Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan pada pemakai laporan c.

  Tujuan Kualitatif

  • Relevance Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan,
  • Understandability

  Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting, tetapi juga harus informasi dimengerti pemakai,

  • Verifiability Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama,
  • Neutrality Laporan keuangan itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan,
  • Timelines Laporan keuangan itu hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat,
  • Comparability Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya ada kekonsistenan dalam menjalankan prinsip akuntansi,
  • Completeness Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan

  Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan, tersedia beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik, salah satu alat bantu yang digunakan adalah analisis rasio. Rasio memperlihatkan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.

  Sama dengan pendapat yang dikemukakan Jumingan (2006:118) rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang dinyatakan dalam bentuk sistematis. Perbandingan rasio ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal (Harahap,

  Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama.

  Dengan membandingkan rasio dari setiap periode yang ada, maka akan terlihat kecenderungan apakah rasio tersebut bergerak meningkat atau menurun, dari analisi tersebut dapat menunjukkan kinerja dan kondisi perusahaan. Sedangkan perbandingan eksternal yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan lainnya yang sejenis atau rata-rata industri pada titik yang sama.

  Namun terdapat masalah dalam pemakain analisis rasio karena masing-masing rasio memiliki kegunaan dam memberikan indikasi yang berbeda mengenai keadaan keuangan perusahaan. Menurut Harahap (2009:298) kelemahan-kelamahan dari analisis rasio sebagai berikut : a.

  Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

  c.

  Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan menurut Weston dan Copeland dalam Deviasri (2008:19), antara lain:

  Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa akan datang.

  e.

  Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

  d.

  Lebih mudah membandingkan dengan perusahaan lain.

  Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

  b.

  b.

  Lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

  Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan akan menimbulkan kesalahan. Disamping memiliki kelemahan, analisis rasio juga memiliki a.

  d.

  Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam perhitungannya.

  c.

  Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.

2.1.4.1 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

  1. Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan perilaku manajemen yang mungkin melakukan window dressing (suatu teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.

  2. Rasio keuangan tidak selalu menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya, khususnya cash inflow dan

  3. Metode analisis rasio keuangan bersifat suatu penyimpangan, yaitu setiap rasio diuji secara terpisah sehingga tidak dapat menggambarkan secara keseluruhan.

2.1.5 Kebangkrutan Perusahaan

2.1.5.1 Pengertian Kebangkrutan Perusahaan

  Salah satu aspek pentingnya analisis laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah manfaatnya untuk meramalkan kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi ini sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan kebangkrutan. Kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannnya pada saat jatuh tempo. Kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan yang didefenisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam Fakhrurozie (2007:15) : 1)

  Kegagalan ekonomi (Economy failure) Kegagalan dalam arti ekonomi jika perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaaan tidak menutup biayanya sendiri, kas perusahaan lebih kecil dari pada biaya modal. 2)

  Kegagalan Keuangan (Financial failure) Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara aruskas dan dasar saham.

  a.

  Insolvensi teknis (technihcal insolvency) Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat memenuhikewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utangatau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisidalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancer yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yangdisyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untukmemenuhi pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu.

  b.

  Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagaikekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari aruskas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. Likuidasi merupakan suatuproses yang berakhir pada pembubaran perusahaan sebagai suatu perusahaan. Likuidasi lebih menekankan pada aspek status yuridis dan kewajiban. Likuidasi atau pembubaranperusahaan senantiasa berakibat penutupan usaha akan tetapi likuidasi tidakselalu berarti perusahaan bangkrut.

  c.

  Indikator Terjadinya Kebangkrutan Menurut Hanafi (2005:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :

  1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang. 2)

  Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan. 3) Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya.

  4) Kualitas manajemen. 5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya. Ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan antara lain : a.

  Indikator dari lingkungan bisnis Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang mengecilnya perusahaan yang lain.

  b.

  Indikator internal Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.

  c.

  Indikator kombinasi Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkunganperusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.

  Selain itu jika perusahaan mengandalkan hutang di dalam melakukan aktivitas operasinya dan investasinya juga akan berada dalam keadaan kritis karena jika perusahaan tersebut mengalami penurunan hasil produksinya maka perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan kewajibannya.

  Kebangkrutan akan cepat tercapai pada perusahaan yang berada di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan yang mungkin tadinya sudah tidak sehat, yang kemudian semakin tidak sehat dan akhirnya bangkrut. Perusahaan yang belum sakit pun akan mengalami kesulitan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tidak hanya disebabkan faktor ekonomi saja, tetapi bisa disebabkan faktor non ekonomi.

  Secara garis besar faktor penyebab kebangkrutan sebuah perusahaan dibagi tiga yaitu : 1)

  Sistem Perekonomian

  Dalam sistem perekonomian bebas, dunia usaha terbagi menjadi dua golongan, yaitu perusahaan tradisonal dan perusahaan yang memanfaatkan teknologi. Kemampuan bersaing ini yang menjadi faktor penyebab kebangkrutan, sehingga efisiensi manajemen sangat berperan dalam menangkal terhadap persaingan ini.

  2) Faktor Eksternal Perusahaan

  Eksternal perusahaan selain dapat membantu kinerja perusahaan dan terkadang hal-hal ini berada di luar jangkauan manajemen. Berbagai faktor tersebut antara lain : a.

  Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan.

  b.

  Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk diproduksi.

  c.

  Bencana alam dan kecelakaan yang menimpa perusahaan.

  d.

  Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor. 3)

  Faktor Internal Perusahaan

  Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan, yaitu : a.

  Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.

  b.

  Manajemen yang tidak efisien yang akan mengakibatkan pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

  c.

  Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan

2.1.6 Metode Altman

  Analisis model Altman telah mengalami perkembangan sebanyak tiga kali yaitu Z-Score model pertama (Z-Score), Z-Score revisi (Z’-Score), dan Z-Score modifikasi (Z’’-Score). Z-Score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan.

2.1.6.1 Model Z-Score Pertama (Z-Score)

  Model Z-Score diciptakan pertama kali lewat penelitian yang dilakukan oleh Edward I Altman pada tahun 1968. Metode ini diciptakan menggunkan metode analisis diskriminan berganda (Mulitiple Diskriminant Analyisis).

  Dalam penelitian tersebut,Altman mengambil sampel yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan keadaan itu perusahaan pada tahun-tahun yang sama (Bangkrut dan tidak bangkrut), berdasarkan industrinya, dan berdasarkan ukuran perusahaan yang tercermin pada besarnya asset yang dimiliki. Sedangkan variabel yang diambil dikelompokkan ke dalam lima katagori standar yaitu profitabilitas, likuiditas, leverage, solvabilitas, dan aktivitas.

  Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel pertama sebagai berikut :

  Z = 0,012 + 0,014 + 0,033 + 0,006 + 0,999 Sumber: wikipedia.org

  Keterangan : X1 : modal kerja / total asset X2 : laba ditahan / total asset X3 : laba usaha (EBIT) / total asset X4 : nilai pasar ekuitas / nilai buku total hutang X5 : penjualan / total asset Z : nilai Z-Score

  Untuk dapat menyatakan dan mengelompokkan perusahaan tersebut bangkrut atau tidak bangkrut pada masa yang akan datang, maka Almant membuat suatu daerah pembatas (discriminat area) sebagai berikut : : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

  • Z > 2,99

  : kemungkinan bangkrut perusahaan besar

  • Z < 1,81
  • 1,81 < Z < 2,99 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)

  Model kebangkrutan ini hanya bisa diterapkan pada perusahaan publik berukuran besar dan bergerak dalam sektor manufaktur.

2.1.6.2 Model Z-Score Revisi (Z’-Score)

  Setelah menciptakan model kebangkrutan yang pertama, Altman melakukan revisi, dengan tujuan menyesuaikan model prediksi kebangkrutan tersebut jika diterapkan pada perusahaan yang tidak mempunyai nilai ekuitas, atau perusahaan non publik. Revisi yang dilakukan terhadap ,dimana Altmanmengganti rasio

  4

  nilai pasar ekuitas terhadap total asset menjadi nilai buku ekuitas terhadap total asset. Berikut adalah persamaan Altman:

  Z’ = 0,717 + 0,847 + 3,107 + 0,420 + 0,998 Sumber: wikipedia.org

  Selain yang mengalami perubahan, nilai koefisien pada

  4

  variabel juga mengalami perubahan terutama pada dan . Model

  1

  4 Z’-Score ini mempunyai rata-rata skor kelompok perusahaan tidak

  bangkrut yang lebih rendah dibandingkan dengan model kebangkruta yang pertama. Tetapi daerah abu-abu menjadi lebih lebar karena batas terndahnya sekarang menjadi 1,23 yang sebelumnya 1,81.

  Rasio-rasio yang digunakan pada model Z-Score ini juga berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, dimana rasio yang digunakan : a.

   Working Capital to Total Assets

  menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih antara aktiva lancer dengan hutang lancar. Modal kerja yang negatif kemingkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.

  b.

   Retained Earning to Total Assets

  Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu. Retained earnings di sini adalah laba ditahan. Perbandingan retained earning terhadap

  total assets merupakan rasio profitabilitas yang dapat

  mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.

  c.

   Earning Before Interest and Tax to Total Assets

  Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan digunakan. Rasio Earning Before Interest and Tax di sini adalah operating income. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.

  d.

   Book Value of Equity to Total Liability

  Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dari nilai pasar modal sendiri.

  e.

   Sales to Total Assets

  Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan adalah revenue.

  Berikut discriminant area dari metode Z’ –Scoresebagai berikut : : kemungkinan bangkrut perusahaan

  • Z’ > 2,90 kecil

  : kemungkinan bangkrut perusahaan

  • Z’ < 1,23 besar
  • 1,23 < Z’ < 2,90 : kemungkinan bangkrut meragukan

  (grey area)

2.1.6.3 Model Z-Score Modifikasi (Z”-Score)

  Seiring berjalannya waktu, perkembangan pasar obligasi dan investasi pada obligasi sudah menjalar ke negara-negara berkembang. Maka Altman memodifikasi kembali model ini. Dalam Z’’-Score ini, Altman mengeliminasi variabel , yaitu rasio

  5

  penjualan terhadap total aset. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan potensi dampak industri yang kemungkinan terjadi pada variabel yang sensitif terhadap industry sebagaimana jika perputaran aset dimasukkan dan nilai pasar ekuitas menjadi nilai buku ekuitas. Persamaan Z”-Score adalah sebagai berikut “

  Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4 Sumber: wikipedia.org

  Keterangan : X1 : modal kerja / total aset X2 : laba ditahan / total aset X3 : laba usaha (EBIT) / total aset X4 : nilai pasar ekuitas / total aset Z : nilai Z-Score

  Maka discriminant area yang ditetapkan Altman, adalah : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

  • Z’ > 2,60

  : kemungkinan bangkrut perusahaan besar

  • Z’ < 1,21
  • 1,21 < Z’ < 2,60 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)

  Model kebangkrutan modifikasi ini diterapkan pada perusahaan publik dan non publik, pada semua jenis ukuran perusahaan, dan untuk semua perusahaan dalam industri yang berbeda.

  Jadi, karena penelitian mengguanakan sampel perusahaan manufaktur yang khususnya pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penelitian ini menggunakan formula Altman yaitu :

  Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Sumber: wikipedia.org

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan membuat skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu :

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Tommy saragih Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-

  Score Altman

  Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

  Dependen = Prediksi kebagkrutan perusahaan.

  Independen = model disktriminan Altman.

  Analisis terhadap perusahaan farmasi dengan model Altman menunjukkan bahwa 22,2% atau 2 perusahaan yang berpotensi kebangkrutan pada tahun 2005, 11,1% atau 1 perusahaan pada tahun 2006, 22,2% atau 2 perusahaan pada tahun 2007 dan 22,2% atau 2 perusahaan pada tahun 2008

  Harry Sibarani

  Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z- score Altman Pada Perusahaan Makanan dan

  Dependen = Prediksi kebagkrutan perusahaan.

  Independen = model tingkat signifikansi yang dimiliki masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa rasio keuangan tidak dapat digunakan memprediksi kondisi financial distress perusahaan, karena tingkat Minuman di BEI disktriminan Altman. signifikansi masing-masing variabel independen berada di atas 5%.

  Ardani, Sarifah Vesselina

  Analisis Rasio Keuangan dengan Menggunakan Metode Altman untuk Mengukur Kesehatan Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  Dependen = Prediksi kebagkrutan perusahaan.

  Independen = model disktriminan Altman

  Almant Z – Score menunjukkan hubungan yang parsial dan simultan terhadap kesehatan perusahaan.

  Putri Siregar

  Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007- 2009

  Dependen = Kebangkrutan Perusahaan.

  Independen = Model disktriminan Altman

  Hasil Penelitian : Penilaian terhadap 6 (enam) perusahaan kontruksi bangunan dengan menggunakan model Altman menunjukkan 16.66 % atau 1 perusahaan dikategori bangkrut pada tahun 2007,2008 dan 2009. Sedangkan yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 66.66 % atau 4 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan 2009, serta 16.66% atau 1 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan 2009 dikategori perusahaan tidak bangkrut.

2.3 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai tingkat kebangkrutan perusahaan dengan berbagai macam metode Alman Z- Score. Kerangka konseptual ini adalah adanya pengaruh positif dari rasio Net

  Working Capital to Total Assets ( ), Retained Earning to Total Assets( ),

  1

  2 Earnings Before Interest Before Interest and Tax to Total Assets ( ), rasio

  3

  ( ), dan rasio Sales to Total Assets

  Book Value of Equity to Total Liability

  4

  terhadap kebangkrutan perusahaan. Maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :

  Working Capital / Total Asset

  H1 (X1)

  H2

  Retained Earnings / Total Assets

  (X2) Prediksi

  H3 H6

  EBIT / Total Asset

  Kebangkrutan (X3)

  Perusahaan (Y)

  Book Value of Equity / Total H4

  Liability

  (X4)

  Sales / Total Asset

  H5 (X5)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 1) Perbandingan antara modal kerja terhadap total aktiva (X1).

  Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Dimana modal kerja (working capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal, seperti kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya (Altman, 1968).

  2) Perbandingan laba ditahan terhadap total aktiva (X2).

  Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba (Altman, 1968). 3) Perbandingan antara pendapatan sebelum dikurangi biaya bunga, pinjaman dan pajak terhadap total aktiva (X3).

  Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.

  Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah tingginya perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan, serta kesediaan member kredit pada konsumen yang tidak dapat membayar tepat pada waktunya (Altman, 1968).

  4) Perbandingan antara total nilai saham terhadap nilai pembukuan total hutang atau modal sendiri terhadap total hutang.

  Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri (Altman, 1968).

  5) Perbandingan antara penjualan terhadap total aktiva.

  Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue (Altman, 1968).

  6). Prediksi Kebangkrutan Prusahaan

  Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah prediksi kebangkrutan perusahaan dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel.

  Kesehatan perusahaan merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam mengelola usahanya agar tidak terancam kebangkrutan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan perusahaan.

2.4 Hipotesis

  1

  : Net Working Capital to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan H

  2

  : Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan H

  3

  : Earning Before Interest and Tax to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan H

  Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu mengenai prediksi kebangkrutan dengan menggunakn Almant Z-Score, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : H

  : Book Value of Equity to Total Liability berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan H

  5

  : Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan.

  H

  6

  : Net Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Asset,

  Earning Before Interest and Tax to Total Assets, Book Value of Equity to

  4

  

Total Liability, Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi

tingkat kebangkrutan secara simultan.

Dokumen yang terkait

Penilaian Kesehatan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score

0 53 98

Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

5 96 95

Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

9 104 86

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Laporan Keuangan dengan Model Springate dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan - Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Garmen Dan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei Dengan Menggunakan Metode Altman’s Z-Score

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan 1. Pengertian Kebangkrutan - Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan - Analisa Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indo

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketepatan Waktu Laporan Keuangan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010

0 0 27