Pengaruh Rasio Keuangan Model Altman dan Ukuran Perusahaan dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH RASIO KEUANGAN MODEL ALTMAN DAN UKURAN PERUSAHAAN DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

YARVINCE FIDELIT IMAN SARO NDRURU 070503012

PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Pengaruh Rasio Keuangan Model Altman dan Ukuran Perusahaan dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2011

Yang Membuat Pernyataan,

Yarvince Fidelit Iman Saro Ndruru NIM: 070503012


(3)

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan penyembahan hanya bagi Allah di dalam Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dan Juruselamat Penulis secara pribadi di tempat yang Maha Tinggi atas limpahan kasih karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan Model Altman dan Ukuran Perusahaan dalam Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya dukungan berupa doa, motivasi, bimbingan, kerjasama, pengarahan dari berbagai pihak yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberi


(4)

petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal sampai selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I Penulis dan Bapak Abdillah Arif Nasution, SE, M.Si, Ak selaku dosen Pembanding/Penguji II Penulis yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Secara khusus kepada kedua orangtua Penulis yang sangat Penulis sayangi, Ayahanda Be’ebalazi Ndruru dan Ibunda Masnin Halawa yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moral maupun materi, dan doanya kepada Penulis. Dan juga kepada kedua adik Penulis yaitu Efita Dwi Jayanti Ndruru dan Eltrisman Adil Setiawan Ndruru, terimakasih untuk dukungan dan doa kalian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi Pembaca.

Medan, Juni 2011 Penulis,

Yarvince Fidelit Iman Saro Ndruru NIM : 070503012


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling dan diperoleh sampel sebanyak 16 perusahaan yang akan menjadi objek

penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2006 sampai dengan 2009. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan dapat memprediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai R square adalah 0,222 atau sebesar 22,2% , mengindikasikan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini dapat menjelaskan kebangkrutan. Sedangkan sisanya sebesar 77,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.


(6)

ABSTRACT

This study aims to determine the company's prediction of bankruptcy using financial ratios model Altman and company size on manufacturing companies listed In Indonesia StockExchange.

The sampling method used was purposive sampling method and obtained a sample of 16 companies that will become the object of research. Research was conducted for the period 2006 to 2009. The data used are the financial statements of each sample company, published online www.idx.co.id.

Research shows that financial ratios and firm size Altman model to predict the bankruptcy of companies listed in Indonesia Stock Exchange. R square value is 0.222 or equal to 22.2%, indicating that these variables in this study may explain the bankruptcy. While the rest of 77.8% explained by other factors not included in the regression model.

The process of data analysis is done first and then test the assumption of classical hypothesis testing. Statistical methods used are simple linear regression.


(7)

DAFTAR ISI SKRIPSI

PERNYATAAN……… i

KATA PENGANTAR……….. ii

ABSTRAK………. v

ABSTRACT……….. vi

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR……… xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….………... 1

B. Batasan Masalah……….... 5

C. Perumusan Masalah...……… 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis……… 7


(8)

b. Tujuan Laporan Keuangan……… 8

c. Jenis-jenis Laporan Keuangan……….. 8

d. Pengguna Laporan Keuangan….……….. 10

2. Kebangkrutan Perusahaan………... 12

a. Pengertian Kebangkrutan Perusahaan………... 12

b. Sumber-sumber Informasi Kebangkrutan Perusahaan………. 12

c. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan Perusahaan……… 13

3. Metode Altman Z-Score…………...………... 14

a. Menilai Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman………. 14

b. Rasio-rasio Prediksi Kebangkrutan Perusahaan………. 15

4. Ukuran Perusahaan……….. 17

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu……….. 19

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis………. 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………... 28

B. Populasi dan Sampel Penelitian………. 28

C. Jenis dan Sumber Data……….. 30

D. Metode Pengumpulan Data………... 31


(9)

F. Metode Analisis Data……….... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian………. 43

B. Analisis Hasil Penelitian……….. 45

1. Analisis Statistik Deskriptif……….. 44

2. Uji Asumsi Klasik………. 46

3. Analisis Regresi……… 56

C. Pembahasan Hasil Penelitian……… 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 64

B. Saran……….. 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nama Judul Halaman

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………. 21

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Penelitian………... 29

Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian………..….. 30

Tabel 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……... 35

Tabel 4.1 Tabel Nilai Z-Score Altman ……….. 44

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif………. 45

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ………..……….. 47

Tabel 4.4 Coefficients untuk Kebangkrutan ……….…… 50

Tabel 4.5 Coefficient Correlations untuk Kebangkrutan…….…. 51

Tabel 4.6 Uji Statistik Durbin-Watson………..……… 55

Tabel 4.7 Hasil Uji Durbin-Watson (Sebelum Data Ditransformasi)………..…… 56

Tabel 4.8 Hasil Uji Durbin-Watson (Setelah Data Ditransformasi)………... 57

Tabel 4.9 Analisis Hasil Regresi ……… 58

Tabel 4.10 Hasil Analisa Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi………. 61


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nama Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual……….. 24 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram……….. 48 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik Normal P-Plot…………... 49 Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)

Sebelum Data Ditransformasikan………... 53 Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel………. 73

Lampiran ii Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1) ……… 74

Lampiran iii Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) ……… 75

Lampiran iv Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (X3) ………. 76

Lampiran v Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio(X4) ……….. 77

Lampiran vi Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) ……… 78

Lampiran vii Tabel Total Assets ………... 79


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling dan diperoleh sampel sebanyak 16 perusahaan yang akan menjadi objek

penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2006 sampai dengan 2009. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan dapat memprediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai R square adalah 0,222 atau sebesar 22,2% , mengindikasikan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini dapat menjelaskan kebangkrutan. Sedangkan sisanya sebesar 77,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.


(14)

ABSTRACT

This study aims to determine the company's prediction of bankruptcy using financial ratios model Altman and company size on manufacturing companies listed In Indonesia StockExchange.

The sampling method used was purposive sampling method and obtained a sample of 16 companies that will become the object of research. Research was conducted for the period 2006 to 2009. The data used are the financial statements of each sample company, published online www.idx.co.id.

Research shows that financial ratios and firm size Altman model to predict the bankruptcy of companies listed in Indonesia Stock Exchange. R square value is 0.222 or equal to 22.2%, indicating that these variables in this study may explain the bankruptcy. While the rest of 77.8% explained by other factors not included in the regression model.

The process of data analysis is done first and then test the assumption of classical hypothesis testing. Statistical methods used are simple linear regression.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun mengalami perkembangan setiap tahunnya. Dengan perkembangan bisnis yang semakin meningkat, perusahaan harus berusaha untuk membentuk perusahaannya menjadi perusahaan yang kuat dan tangguh. Usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk memajukan perusahaan sangatlah tidak mudah. Perusahaan selalu diperhadapkan pada permasalahan dan risiko dalam setiap keputusan yang diambil. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, perusahaan harus menentukan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang cukup ketat. Salah satu strategi yang bisa diterapkan perusahaan adalah menciptakan produk yang mampu menguasai pasar dan mampu bersaing dengan produk kompetitor agar perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidup (going

concern). Strategi perusahaan ini didukung oleh keadaan krisis yang menuntut

perusahaan agar dapat bertahan dalam persaingan. Hasil dari persaingan yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan penjualan di laporkan dalam laporan keuangan.

Fase kedua dari krisis global berupa kejatuhan manufaktur telah berlangsung dan mulai dirasakan dampaknya di berbagai Negara (Investor Daily, 2009). Pada


(16)

kuartal terakhir 2008, output manufaktur di Amerika Serikat mengalami kejatuhan sebesar 3,6%. Begitu juga, produksi di Jerman dan Inggris mengalami kejatuhan sebesar 6,8% dan 4,4%. Pada kurun waktu yang sama, tingkat produksi manufaktur juga turun di negara-negara industri Asia. Taiwan mengalami kejatuhan sebesar 21,7%, Jepang 12%, dan Korea 5,9%. Sementara produksi manufaktur di Indonesia anjlok sebesar 5,8%. Selain penurunan produksi manufaktur Indonesia, ditahun yang sama gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi dimana-mana yaitu sebanyak 10.306 orang (Outlook Bank Indonesia). Kedua hal ini merupakan indikasi adanya masalah going concern perusahaan karena menurunnya produksi perusahaan yang berdampak pada menurunnya sumber dana perusahaan dan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menunjukkan adanya ketidakmampuan perusahaan membiayai tenaga kerja mereka.

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia seperti perusahaan tekstil, sepatu, semen, bahan galian, dan baja mengalami pertumbuhan negatif dan mengalami penurunan ekspor hampir 20% pada kuartal pertama 2009 karena berkurangnya negara tujuan ekspor. Kedua hal ini disebabkan oleh krisis finansial global tahun 2008. Oleh karena kondisi tersebut, perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai objek penelitian ini.

Kondisi yang dialami perusahaan manufaktur perlu dianalisis apakah perusahaan manufaktur Indonesia mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam persaingan perusahaan manufaktur di Indonesia. Karena apabila tidak mampu bersaing, maka dapat menyebabkan financial distress. Financial


(17)

distress yang ditandai dengan menurunnya penjualan akan mengakibatkan

penuruna pendapatan perusahaan juga. Rendahnya pendapatan perusahaan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar utang-utangnya kepada pihak lain. Sehingga financial distress menjadi awal yang mengakibatkan perusahaan mengalami kebangkrutan.

Risiko kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwasapadai oleh perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan tersebut mengalami kegagalan usaha, dengan demikian perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Analisis ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan.

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan perusahaan diketahui, semakin baik manajemen untuk melakukan perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut tidak benar-benar terjadi pada perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi dan membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan.

Secara empiris prediksi kebangkrutan dapat dibuktikan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan peneliti dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Analisis yang banyak digunakan saat ini adalah analisis diskriminan Altman dimana analisis ini mengacu pada analisis rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau


(18)

perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Alat analisis berupa rasio ini digunakan untuk menjelaskan atau memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan, terutama apabila angka rasio itu dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Analisis diskriminan Altman merupakan satu model statistik yang dikembangkan oleh Altman yang kemudian berhasil merumuskan rasio-rasio keuangan terbaik dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan. Rasio keuangan tersebut kemudian dirumuskan dalam Z-Score kebangkrutan perusahaan dimana perusahaan yang diteliti mendekati kebangkrutan.

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

Berdasarkan gambaran dan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score dan ukuran perusahaan dalam sebuah skripsi dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan Model Altman dan Ukuran Perusahaan dalam Memprediksi


(19)

Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

B. Batasan Masalah

Adapun keterbatasan penulis dalam waktu, pengetahuan, dan tenaga maka dibuatlah batasan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Faktor-faktor di luar rasio keuangan seperti kondisi hukum, politik, dan lain-lain tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena kesulitan pengukurannya.

2. Periode penelitian dibatasi pada tahun 2006 s/d 2009

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis, merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan dapat memprediksi kebangkrutan secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disajikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan dapat


(20)

memprediksi kebangkrutan secara simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan dalam bidang akuntansi mengenai rasio keuangan model Altman, ukuran perusahaan, kebangkrutan perusahaan, dan prediksi rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan memprediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Bagi perusahaan, untuk memberikan informasi atas penelitian yang

dilakukan penulis agar dapat dijadikan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan.

c. Bagi investor, sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi calon investor untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan investasi yang dilakukan saat ini dan di masa yang akan datang khususnya dalam mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan. d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan

pemikiran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan, ukuran perusahaan dan kebangkrutan perusahaan.


(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis

1. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan berisi tentang posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu. Akan tetapi, nilai ril dari laporan keuangan adalah fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan deviden masa depan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang bertanggung jawab atas laporan keuangan adalah pihak manajemen perusahaan, dimana laporan keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2003).

Kemampuan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan,


(22)

distribusi aktiva, efektivitas penggunaan aktiva dalam hasil atau pendapatan yang telah dicapai serta nilai buku tiap lembar saham perusahaan. Karyawan perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk kepentingan kompensasi. Laporan keuangan digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan yang tertuang di dalam PSAK (2004) yaitu memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan.

c. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain. Adapun jenis-jenis laporan keuangan adalah:

a. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau satu tahun.


(23)

b. Laporan laba rugi

Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara sistematis tentang pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiapa kuartal atau satu tahun.

c. Laporan Ekuitas Pemilik

Laporan ekuitas pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode akuntansi tertentu, yaitu satu kuartal atau satu tahun.

d. Laporan arus kas

Laporan arus kas berguna untuk meringkas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan yang dilakukan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan melengkapi penjelasan perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan informasi tentang dasar penyususnan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting, informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, informasi tambahan yang tidak


(24)

disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

d. Pengguna Laporan Keuangan dan Kegunaan Informasi a. Investor

Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dengan memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja, dan kesempatan kerja.

c. Pemberi Pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dibayar pada saat jatuh tempo.


(25)

d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dibayar pada saat jatuh tempo.

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dangan alokasi sumber daya dank arena itu berkepentingan dengan kepentingan perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan terhadap penanaman modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan


(26)

menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 2. Kebangkrutan Perusahaan

a. Pengertian Kebangkrutan Perusahaan

Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba (Supardi, 2003). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998 adalah dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan ataupun insolvibilitas.

b. Sumber-sumber Informasi Kebangkrutan Perusahaan

Menurut Beaver dalam Titi Aryati (1999) rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan adalah :

1. Cash flow to total debt (arus kas terhadap total utang)

2. Net income to total assets (keuntungan bersih terhadap total

aktiva)

3. Current assets to current liabilities (aktiva lancar terhadap

kewajiban lancar)

4. Total debt to tatal assets (total utang terhadap total assets) 5. Working capital to total assets (modal kerja terhadap total


(27)

Ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan (Suwarsono, 1995) antara lain :

1. Indikator dari lingkungan bisnis

Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab mengecilnya perusahaan yang lain.

2. Indikator internal

Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.

3. Indikator kombinasi

Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.

c. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan Perusahaan

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan (Jauch dan Glueck, 2000 dalam Adnan) adalah :

1. Sektor ekonomi

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.

2. Sektor sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial


(28)

yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.

3. Teknologi

Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.

4. Sektor pemerintah

Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.

3. Metode Altman Z-Score

a. Menilai Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Altman Analisis Z-Score Altman, penerapan analisis rasio keuangan masih terbatas karena dilakukan secara terpisah, artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Untuk mengatasi keterbatasan analisa rasio tersebut, Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik yaitu analisis diskriminan yang digunakan untuk memprediksi kabangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003). Ketepatan prediksi masa depan berlaku selama emiten mempunyai kondisi keuangan yang sama dengan pada saat prediksi dilakukan (Fifi Suwandi, 2003). Apabila emiten melakukan perbaikan kerja melalui


(29)

strategi yang tepat, kemungkinan besar ada ketidaktepatan prediksi. Namun kelemahan apapun yang dihadapi pada kenyataannya prediksi masih selalu digunakan untuk pengambilan keputusan.

b. Rasio-rasio Prediksi Kebangkrutan Perusahaan

Edward.L.Altman merumuskan formula Z-score yang secara umum dapat untuk mengukur kesehatan keuangan suatu perusahaan pada tahun 1968. Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan menggunakan perhitungan score. Nilai Z-score akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan manufaktur yang dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu :

1. Untuk nilai Z-score lebih kecil atau sama dengan 1,20 (Z-score ≤1,20), berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi.

2. Apabila diperoleh nilai Z-score antara 1,20 sampai 2,90 (1,20 < Z-score≤ 2,90), perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat.

3. Untuk nilai Z-score lebih besar dari 2,90 (Z-score > 2,90) memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat.


(30)

Prediksi kebangkrutan yang diformulasikan Altman dalam bentuk persamaan Z-score:

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Rasio-rasio yang ada dalam formula tersebut, terdiri dari : 1. Working Capital / Total Assets (X1)

Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Indikator untuk mendeteksi adanyamasalah pada tingkat likuiditas perusahaan. adalah indikator-indikator internal, seperti kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya.

2. Retairned Earnings / Total Assets (X2)

Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba.

3. Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (X3)

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Indikator masalah kemampuan profitabilitas perusahaan adalah tingginya piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya


(31)

persediaan, rendahnya perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan.

4. Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4)

Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri.

5. Sales / Total Assets (X5)

Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston, 2001). Sedangkan menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto (2001) berpendapat bahwa ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan.


(32)

Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai kedewasaan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang lama. Selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding dengan perusahaan yang memiliki asset yang kecil (Daniati, 2006). Kemudian, Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri jika dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran yang kecil.

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, ukuran perusahaan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yakni :

1. Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau


(33)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

B. TINJAUAN PENELITI TERDAHULU

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan analisis kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman adalah Fakhrurozie pada tahun 2007 dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank dengan Metode Altman Z-Score terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”, dengan variabel penelitian adalah Working Capital / Total Assets,

Retained Earning / Total Assets, Earning before Interest and Tax / Total Assets,

Market Value Equity / Book Value of Debt, Sales / Total Assets. Dan yang menjadi


(34)

Z-Score berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Besar pengaruhnya adalah sebesar 21,50% sedangkan sisanya 78,50% (100%-21,50%) adalah dipengaruhi oleh variabel lainnya selain Z-Score. Kemudian pada tahun 2010, Joseph Hasiholan Sianturi melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, dengan variabel penelitian adalah Working Capital / Total Assets

(X1), Retairned Earnings / Total Assets (X2), Earning Before Interest and Taxes /

Total Assets (X3), Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4),

Sales / Total Assets (X5). Dan yang menjadi hasil penelitiannya adalah bahwa

metode Altman dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan otomotif.


(35)

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian Fakhrurozie (2007) Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank dengan Metode Altman Z-Score terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta

Working Capital / Total Assets, Retained

Earning / Total Assets, Earning before Interest and Tax / Total Assets, Market Value Equity / Book Value of Debt, Sales / Total Assets

Kebangkrutan bank dengan metode Altman berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta Joseph Hasiholan Sianturi (2010) Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Working Capital / Total Assets (X1), Retairned Earnings / Total Assets (X2), Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (X3), Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4), Sales / Total Assets (X5)

Laporan keuangan sebelum terjadi kebangkrutan dapat digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan menggunakan model Altman pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008

C. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara varibel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel terikat. Pengukuran rasio Altman yaitu untuk


(36)

mengetahui potensi kebangkrutan menggunakan perhitungan score. Nilai Z-score akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan manufaktur yang dibagi dalam beberapa tingkatan. Metode Altman Z Score memiliki rasio yang terdiri dari: working capital / total assets, retairned earnings / total assets, earning

before interest and taxes / total assets, market value of equity / book value of

total liabilities, sales / total assets.

Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian tambah sakit dan bangkrut. Selain kesulitan ekonomi, pemacu kebangkrutan dapat berasal dari adanya permasalahan yang timbul mempengaruhi operasi utama dari perusahaan seperti kekurangan bahan baku. Kebangkrutan tidaklah terjadi secara tiba-tiba dan dapat diramalkan sebelumnya. Sebelum perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh berbagai situasi atau keadaan khususnya berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasinya, seperti volume penjualan yang relatif rendah atau adanya trend penjualan yang menurun, cash flow yang negatif, kerugian yang terus- menerus,dan hutang yang semakin membengkak. Keadaan ini dapat dilihat di laporan keuangan perusahaan.

Penyusunan laporan keuangan merupakan hal penting bagi perusahaan, laporan keuangan sendiri merupakan hal mutlak bagi perusahaan yang

go-public. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan


(37)

perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan. Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Formula Altman Z-Score merupakan sebuah

multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari

sebuah perusahaan. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini :


(38)

H1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kebangkrutan Perusahaan (Y)

Ukuran Perusahaan (X6)

Working Capital / Total Assets (X1)

Retained Earning / Total Assets (X2)

Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities (X4)

Earning Before Interest and Tax / Total Assets

(X3)

Sales / Total Assests


(39)

Semakin tinggi modal kerja (working capital) suatu perusahaan, maka dalam perjalanannya perusahaan tersebut akan semakin bisa mencegah terjadinya kebangkrutan perusahaan karena memiliki dana yang cukup untuk mencegah hal-hal yang memungkinkan akan terjadinya kebangkrutan. Begitu juga halnya dengan tingginya laba ditahan (retained earnings) suatu perusahaan. Tingginya laba ditahan perusahaan menunjukkan bahwa perusahan tersebut memperoleh laba dalam operasinya. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan, maka semakin tinggi juga sumber pembiayaan perusahaan. Dan itu berarti bahwa, kondisi tersebut akan membuat perusahaan bisa mencegah terjadinya kebangkrutan perusahaan dengan dana yang diperolehnya. Sama halnya dengan laba ditahan, laba sebelum pajak dan bunga (earnings before interest and tax) pun memiliki pengaruh yang positif terhadap kebangkrutan perusahaan. Dalam arti, semakin tinggi laba sebelum bunga dan pajak, maka kemampuan perusahaan untuk mencegah terjadinya kebangkrutan semakin besar. Sedangkan kaitan market value of equity / book

value of total liabilities dengan kebangkrutan perusahaan adalah semakin tinggi

nilai market value of equity / book value of total liabilities maka perusahaan

bisa mencegah terjadinya kebangkrutan perusahaan, karena market value of

equity / book value of total liabilities merupakan rasio aktivitas yang

mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri. Jadi, semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar utangnya maka semakin besar peluang perusahaan tersebut untuk terhindar dari kebangkrutan perusahaan. Penjualan juga memiliki pengaruh


(40)

yang positif terhadap kebangkrutan perusahaan. Semakin tinggi penjualan, maka semakin tinggi juga pendapatan perusahaan. Semakin tinggi pendapatan perusahaan, maka semakin besar juga sumber pembiayaan perusahaan. Semakin tinggi sumber pembiayaan perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk mencegah terjadinya kebangkrutan semakin tinggi juga. Sedangkan kaitan kebangkrutan perusahaan dengan ukuran perusahaan adalah perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri dan dalam mencegah terjadinya kebangkrutan perusahaan. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2009. Selanjutnya, penelitian ini membahas tentang pengaruh rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Yang menjadi variabel independen adalah rasio keuangan model Altman yang terdiri dari : Working Capital / Total Assets, Retairned Earnings / Total


(41)

Assets, Earning Before Interest and Taxes / Total Assets), Market Value of

Equity / Book Value of Total Liabilities, Sales / Total Assets dan ukuran

perusahaan yang mengacu pada total aktiva yang dimiliki perusahaan, sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah kebangkrutan perusahaan. Variabel-variabel inilah yang menjadi indikator untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di awal maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: rasio keuangan model Altman (working capital / total assets, retairned

earnings / total assets, earning before interest and taxes / total assets, market

value of equity / book value of total liabilities, sales / total assets) dan ukuran

perusahaan mampu untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain kausal. Desain kausal adalah desain penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen dan variabel dependen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009, terdapat 151 perusahaan setiap tahunnya.

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005). Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, jadi sampel yang diambil bukan berdasarkan random, melainkan dengan tujuan tertentu. Adapun yang menjadi kriteria sampel yang digunakan, antara lain :


(43)

1. Perusahaaan tersebut adalah perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009 dan sudah terdaftar sebelum 1 Januari 2006.

2. Perusahaan tidak sedang berada pada proses delisting pada periode penelitian.

3. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan diaudit selama tahun 2006-2009.

4. Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya 2 periode laporan keuangan selama periode tahun penelitian.

Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria diatas, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1

Proses Seleksi Perusahaan Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah Akumulasi

1 Total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (2006-2009)

151 2 Perusahaan telah terdaftar sebelum 1

Januari 2006

(11) 140 3 Perusahaan tidak delisting (2006-2008) (8) 132 4 Mengalami rugi bersih setelah pajak

sekurang-kurangnya dua periode laporan keuangan

(106) 24


(44)

Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 16, yaitu: Tabel 3.2

Perusahaan Sampel

No. Nama Perusahaan Kode

1 PT Ades Waters Indonesia Tbk ADES

2 PT Ever Shine Tex Tbk ESTI

3 PT Hanson Internasional Tbk MYRX 4 PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk JKSW

5 PT Karwell Indonesia Tbk KARW

6 PT Kedaung Indah Can Tbk KICI 7 PT Mulia Industrindo Tbk MLIA 8 PT Perdana Bangun Pustaka Tbk KONI 9 PT Polysindo Eka Perkasa Tbk POLY 10 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI 11 PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk SAIP 12 PT Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM 13 PT Panasia Filamen Inti Tbk PAFI 14 PT Teijen Indonesia Fiber Coorporation Tbk TFCO 15 PT Asiaplast Industries Tbk APLI 16 PT Century Textile Industri Tbk CNTX

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan berupa data sekunder dan pooled data. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tesusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Pooled data merupakan gabungan dari data times series dan

cross section. Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu

fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, dan data cross section merupakan sekumpulan data fenomena tertentu dalam


(45)

satu kurun waktu saja (Umar, 2003). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia, dengan cara mengunduh melalui situs Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang berupa laporan keuangan perusahaan yang diamati.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data eksternal. Pola penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Agar diperoleh data dan keterangan yang lengkap maka harus digunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada benda-benda tertulis (Arikunto, 2002). Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari dokumen-dokumen serta mencatat data tertulis yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengambil data laporan keuangan perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Indonesia dari internet dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).


(46)

2. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka yaitu metode yang digunakan dengan memahami literatur-literatur yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian dan juga pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan sumber bacaan yang relevan, seperti buku-buku manajemen keuangan, analisa laporan keuangan, dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, dan sebagainya.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2006). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Modal Kerja Terhadap Total Harta (Working Capital / Total Assets

(X1))

Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Dimana modal kerja (Working Capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah


(47)

pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal, seperti kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya (Altman, 1968) .

b. Laba yang Ditahan Terhadap Total Harta (Retairned Earnings / Total Assets (X2))

Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba (Altman, 1968).

c. Pendapatan Sebelum Pajak dan Bunga Terhadap Total Harta (Earning

Before Interest and Taxes / Total Assets (X3))

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah tingginya piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan, rendahnya perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan, serta kesediaan member kredit pada konsumen yang tidak dapat membayar tepat pada waktunya (Altman, 1968).


(48)

d. Nilai Pasar Ekuitas Terhadap Nilai Buku dari Hutang (Market Value of

Equity / Book Value of Total Liabilities (X4)

Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri (Altman, 1968).

e. Penjualan Terhadap Total Harta (Sales / Total Assets (X5)

Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue (Altman, 1968).

f. Ukuran Perusahaan (X6)

Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva. Ukuran perusahaan akan diukur dengan menggunakan total aktiva. Penggolongan ukuran perusahaan mengacu pada Undang-Undang No.20 tahun 2008.

2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebangkrutan.


(49)

Tabel 3.3

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Variabel Penelitian Definisi Operasional Pengukuran Skala

Independen Modal Kerja

Terhadap Total Harta (Working Capital/ Total Assets)

Rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Dimana modal kerja (Working Capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar.

Total Aktiva

Aktiva Lancar-Kewajiban Rasio

Laba yang Ditahan Terhadap Total Harta (Retairned Earnings / Total Assets)

Rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba Total Aktiva

Laba Ditahan Rasio

Pendapatan Sebelum Pajak dan Bunga Terhadap Total Harta (Earning Before Interest and Taxes / Total Assets)

Rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan bagi semua investor.

Total Aktiva

Earning Before Interest and Tax Rasio

Nilai Pasar Ekuitas Terhadap Nilai Buku dari Hutang (Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities)

Rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri.

Market Value of Equity Book value of Total Liabilities

Rasio

Penjualan Terhadap Total Harta (Sales / Total Assets)

Rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue Penjualan Total Aktiva Rasio

Ukuran Perusahaan Besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan.

Undang-undang No. 20 Tahun 2008 Nominal

Dependen Kebangkrutan Kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5


(50)

F. Metode Analisis Data

Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS 18. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik.

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina,2008). Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis statistik dan analisis grafik (Ghozali, 2005).

1) Analisis Statistik

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov

Smirnov dapat dilihat dari:

a. nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,


(51)

b. nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal (Ghozali:2006).

Hasil uji normalitas dalam regresi logistik hanya sebagai pedoman atau dasar untuk menentukan analisis hipotesis yang akan digunakan. Analisis yang dapat digunakan ada 2 yaitu analisis regresi logistik dan analisis diskriminan. Analisis regresi logistik dapat digunakan jika sampel yang digunakan terdistribusi tidak normal sedangkan analisis diskriminan dapat digunakan jika sampel yang digunakan terdistribusi normal.

2) Analisis Grafik

Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garfik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(52)

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance

Inflation Factor (VIF). Batasan yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau VIF > 10 (Ghozali, 2006).

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu situasi dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (variance) dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Erlina menyatakan bahwa “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heteskedastisitas.” Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:


(53)

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempti), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktuberkaitan satu sama lain. Masalah timbul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari observasi ke observasi lainnya. Hal ini paling sering ditemukan pada data runtut waktu atau

time series karena gangguan pada seorang individu/kelompok

cenderung mempengaruhi gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokolerasi.


(54)

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model analisis linear berganda. Model persamannya dalah sebagai berikut :

Y = α + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) + β5(X5) + β6(X6)+ e

Keterangan :

Y = Probabilitas perusahaan mengalami financial bankcruption

α = Konstanta

βi = Koefisien regresi

X1 = Working Capital / Total Assets

X2 = Retairned Earnings / Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Taxes / Total Assets

X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities

X5 = Sales / Total Assets

X6= Ukuran Perusahaan

e = Tingkat kesalahan variabel pengganggu

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan digunakan uji F. berikut adalah penjelasan analisis data :

Uji F (Uji Secara Tematik)

Uji F dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Bentuk pengujuannya adalah :


(55)

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0, artinya Working Capital / Total

Assets, Retairned Earnings / Total Assets, Earning Before Interest and

Taxes / Total Assets, Market Value of Equity / Book Value of Total

Liabilities, Sales / Total Assets dan ukuran perusahaan secara bersama-sama

tidak dapat memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ 0, artinya Working Capital / Total Assets, Retairned Earnings / Total Assets, Earning Before Interest and

Taxes / Total Assets, Market Value of Equity / Book Value of Total

Liabilities, Sales / Total Assets dan ukuran perusahaan secara bersama-sama

dapat memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Pengujian signifikansi dilakukan dengan mengamati Fhitung pada nilai

signifikansi (alpha) 5%. Apabila Fhitung > Ftabel, maka ho ditolak. Nilai

Fhitung dapat dicari dengan rumus :

Fhitung= R2/(k-1)


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi linear berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilanjutkan pengujian asusmsi klasik dan pengujian menggunakan regresi logistik. Pengujian asumsi klasik dan regresi logistik dilakukan dengan menggunakan software SPSS 18. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke dalam program SPSS, sehingga menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, didapat 16 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2006-2009. Sampel sebanyak 16 perusahaan tersebut terlebih dahulu dihitung nilai Z-Score Altman masing-masing dengan rumus :

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Dimana :

X1 = Working Capital / Total Assets X2 = Retairned Earnings / Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Taxes / Total Assets

X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities X5 = Sales / Total Assets


(57)

Dari nilai Z-Score yang didapat sampel perusahaan kemudian dikelompokkan ke kategori financial bankcruption, gray area atau non financial bankcruption, dengan interval:

a. Z-Score ≤1,20, perusahaan dikategorikan mengalami financial bankcruption

b. Z-Score 1,20 – 2,90, perusahaan dikategorikan berada di posisi gray area c. Z-Score >2,90, perusahaan dikategorikan tidak mengalami financial

bankcruption

Berdasarkan perhitungan analisa prediksi kebangkrutan Z-Score Altman diperoleh hasil seperti dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Nilai Z-Score Altman N

o Nama Perusahaan

2006 2007 2008 2009

Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi

1 PT Ades Waters

Indonesia Tbk. -3.52 Bangkrut -2.44 Bangkrut -0.66 Bangkrut 0.98 Bangkrut 2 PT Ever Shine Tex

Tbk. 1.11 Bangkrut 1.30

Rawan

Bangkrut 1.31

Rawan

Bangkrut 1.58

Rawan Bangkrut

3 PT Hanson

Internasional Tbk. -0.29 Bangkrut -1.36 Bangkrut -860.79 Bangkrut -1199.80 Bangkrut 4 PT Jakarta Kyoei

Steel Works Tbk. 0.93 Bangkrut -1.01 Bangkrut -1.53 Bangkrut -0.42 Bangkrut

5 PT Karwell

Indonesia Tbk. -0.75 Bangkrut 0.58 Bangkrut -1.66 Bangkrut -2.75 Bangkrut 6 PT Kedaung Indah

Can Tbk. 0.47 Bangkrut 2.49

Rawan

Bangkrut 3.07

Tidak

Bangkrut 2.61

Rawan Bangkrut 7 PT Mulia Industrindo

Tbk. -1.68 Bangkrut -2.40 Bangkrut -1311.94 Bangkrut -1133.04 Bangkrut 8 PT Perdana Bangun

Pustaka Tbk. 0.84 Bangkrut 0.79 Bangkrut -0.01 Bangkrut 0.37 Bangkrut 9 PT Polysindo Eka

Perkasa Tbk. -2.73 Bangkrut -3.55 Bangkrut -5.20 Bangkrut -3.14 Bangkrut 10 PT Sumalindo

Lestari Jaya Tbk. 0.38 Bangkrut 0.62 Bangkrut -0.77 Bangkrut -0.53 Bangkrut 11 PT Surabaya Agung

Industri Pulp & Kertas Tbk.

-1.98 Bangkrut -0.69 Bangkrut -1.22 Bangkrut 0.14 Bangkrut 12 PT Surya Intrindo

Makmur Tbk. 0.63 Bangkrut 1.06 Bangkrut -4.00 Bangkrut -1.69 Bangkrut 13 PT Panasia Filamen

Inti Tbk. 0.39 Bangkrut 0.23 Bangkrut -0.54 Bangkrut -0.05 Bangkrut 14 PT Teijen Indonesia

Fiber Coorporation Tbk.

9.01 Tidak

Bangkrut 0.13 Bangkrut -6.31 Bangkrut -6.50 Bangkrut 15 PT Asiaplast

Industries Tbk. 0.94 Bangkrut 0.86 Bangkrut 1.30 Bangkrut 1.92 Bangkrut 16 PT Century Textile


(58)

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Stastistik Deskriptif

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Market Directory (ICMD) berupa data keuangan sampel perusahaan maufaktur dari tahun 2006 sampai 2009 yang dijabarkan dalam bentuk statistik. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio keuangan model Altman dan ukuran perusahaan sebagai variabel bebas (independent

variable) dan kebangkrutan sebagai variabel terikat (dependent variable).

Statistik deskriptif dari perusahaan manufaktur selama periode 2006 sampai 2009 disajikan dalam table berikut.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2006 sampai

Tahun 2009

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

X1 64 -4.0328 22.04072 -162.59 .54

X2 64 -75.6830 306.23868 -1547.90 .32

X3 64 -1.6038 14.14601 -111.93 15.48

X4 64 1.0238 1.20089 .03 5.36

X5 64 .8263 1.24946 .00 10.21

X6 64 12.7524 1.85206 6.80 15.58

Y 64 -116.7347 460.02446 -2169.77 8.54

Tabel diatas menunjukkan bahwa working capital / total assets,

retairned earnings / total assets, earning before interest and taxes / total

assets dan kebangkrutan memiliki nilai minimum negatif. Sedangkan


(1)

Lampiran iii

Perhitungan Retained Earnigs to Total Assets (X

2

)

Tahun 2006-2009

(Dalam Jutaan Rupiah)

NO NAMA PERUSAHAAN

RETAINED EARNING TOTAL ASSETS X2

2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 1 PT Ades Waters Indonesia Tbk. -373008 -527859 -543067 -526746 233253 178761 185015 178287 -1.60 -2.95 -2.94 -2.95 2 PT Ever Shine Tex Tbk. 42625 27314 5291 13011 530647 541722 530247 518857 0.08 0.05 0.01 0.03 3 PT Hanson Internasional Tbk. -831864 -969031 -1218446 -1204499 669270 524778 2232 901 -1.24 -1.85 -545.90 -1336.85 4 PT Jakarta Kyoei Steel Works

Tbk. -43486 -468488 -498365 -491644 263493 290140 300344 290966 -0.17 -1.61 -1.66 -1.69 5 PT Karwell Indonesia Tbk. -327043 -320463 -380855 -387804 321196 302517 152433 101933 -1.02 -1.06 -2.50 -3.80 6 PT Kedaung Indah Can Tbk. -13715 -9462 -6404 -11619 140214 80262 86218 84276 -0.10 -0.12 -0.07 -0.14 7 PT Mulia Industrindo Tbk. -4005955 -5019603 -5778324 -4336304 3780131 3822944 3733 3238 -1.06 -1.31 -1547.90 -1339.19 8 PT Perdana Bangun Pustaka Tbk. -25188 -26665 -29473 -23990 66230 62924 53557 93116 -0.38 -0.42 -0.55 -0.26 9 PT Polysindo Eka Perkasa Tbk. -13918218 -14947398 -16936764 -15749813 5848629 5448182 4912990 4569263 -2.38 -2.74 -3.45 -3.45 10 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk. -969133 -951529 -1204072 -1307886 1520603 1895845 2169944 2009536 -0.64 -0.50 -0.55 -0.65 11 PT Surabaya Agung Industri

Pulp & Kertas Tbk. -2654056 -2450209 -2687364 -2351801 2206306 2661804 2523434 2413702 -1.20 -0.92 -1.06 -0.97 12 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. -59269 -60867 -119147 -127400 145922 117679 80638 60038 -0.41 -0.52 -1.48 -2.12 13 PT Panasia Filamen Inti Tbk. -124637 -180734 -326598 -340254 664011 606248 581841 463571 -0.19 -0.30 -0.56 -0.73 14 PT Teijen Indonesia Fiber

Coorporation Tbk. -950474 -1246990 -16939764 -15749813 2523042 2507594 2180988 1745620 -0.38 -0.50 -7.77 -9.02 15 PT Asiaplast Industries Tbk. 521 -4064 -8886 21257 267424 295234 276082 302381 0.00 -0.01 -0.03 0.07 16 PT Century Textile Industri Tbk. 126574 68475 -108221 -142063 390777 424739 518831 358537 0.32 0.16 -0.21 -0.40


(2)

Lampiran iv

Perhitungan Earning Before Interest and Tax to Total Assets (X

3

)

Tahun 2006-2009

(Dalam Jutaan Rupiah)

NO NAMA PERUSAHAAN EARNING BEFORE INTEREST AND TAX TOTAL ASSETS X3

2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

1 PT Ades Waters Indonesia Tbk. -129122 -151986 -30633 17395 233253 178761 185015 178287 -0.55 -0.85 -0.17 0.10

2 PT Ever Shine Tex Tbk. -70010 -21164 -29675 15001 530647 541722 530247 518857 -0.13 -0.04 -0.06 0.03

3 PT Hanson Internasional Tbk. -90271 -136955 -249837 13946 669270 524778 2232 901 -0.13 -0.26 -111.93 15.48

4 PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 25194 -32209 -42024 1503 263493 290140 300344 290966 0.10 -0.11 -0.14 0.01

5 PT Karwell Indonesia Tbk. -74348 9753 -55046 7107 321196 302517 152433 101933 -0.23 0.03 -0.36 0.07

6 PT Kedaung Indah Can Tbk. -18083 -5214 6720 3936 140214 80262 86218 84276 -0.13 -0.06 0.08 0.05

7 PT Mulia Industrindo Tbk. -504330 -1031985 -580 1436 3780131 3822944 3733 3238 -0.13 -0.27 -0.16 0.44

8 PT Perdana Bangun Pustaka Tbk. -821 -909 -2166 6971 66230 62924 53557 93116 -0.01 -0.01 -0.04 0.07

9 PT Polysindo Eka Perkasa Tbk. -77031 -1073010 -2188689 1113898 5848629 5448182 4912990 4569263 -0.01 -0.20 -0.45 0.24 10 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk. 1638 31668 -327367 -82490 1520603 1895845 2169944 2009536 0.00 0.02 -0.15 -0.04 11 PT Surabaya Agung Industri Pulp &

Kertas Tbk. 53576 -218775 -608960 451673 2206306 2661804 2523434 2413702 0.02 -0.08 -0.24 0.19

12 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. -15115 -5832 -83346 -4654 145922 117679 80638 60038 -0.10 -0.05 -1.03 -0.08

13 PT Panasia Filamen Inti Tbk. -48544 -80261 -145864 -13655 664011 606248 581841 463571 -0.07 -0.13 -0.25 -0.03 14 PT Teijen Indonesia Fiber

Coorporation Tbk. -496958 -317903 -643484 -208806 2523042 2507594 2180988 1745620 -0.20 -0.13 -0.30 -0.12

15 PT Asiaplast Industries Tbk. 40 -6571 -1936 45814 267424 295234 276082 302381 0.00 -0.02 -0.01 0.15


(3)

Lampiran v

Perhitungan Market Value Equity to Total Liabilities (X

4

)

Tahun 2006-2009

(Dalam Jutaan Rupiah)

NO NAMA PERUSAHAAN MARKET VALUE EQUITY TOTAL LIABILITIES X4

2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

1 PT Ades Waters Indonesia Tbk. 149720 589897 589897 589897 449948 111655 133117 110068 0.33 5.28 4.43 5.36

2 PT Ever Shine Tex Tbk. 201521 201521 201521 201521 244235 269621 281170 262059 0.83 0.75 0.72 0.77

3 PT Hanson Internasional Tbk. 986982 986982 350000 350000 442812 435486 162355 147077 2.23 2.27 2.16 2.38

4 PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 75000 75000 75000 75000 617095 678743 718863 682764 0.12 0.11 0.10 0.11

5 PT Karwell Indonesia Tbk. 293576 293576 293576 293576 335525 323759 234067 190632 0.87 0.91 1.25 1.54

6 PT Kedaung Indah Can Tbk. 69000 69000 69000 69000 81629 17424 20322 23595 0.85 3.96 3.40 2.92

7 PT Mulia Industrindo Tbk. 661500 661500 661500 661500 6969786 8026247 8702670 6758595 0.09 0.08 0.08 0.10

8 PT Perdana Bangun Pustaka Tbk. 38000 38000 38000 38000 45337 43508 36788 70896 0.84 0.87 1.03 0.54

9 PT Polysindo Eka Perkasa Tbk. 2283248 2283248 2283248 2283248 11897173 12525826 13979999 12449680 0.19 0.18 0.16 0.18 10 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk. 1089994 1228466 1236022 1236022 1079649 1277047 1795918 1735463 1.01 0.96 0.69 0.71 11 PT Surabaya Agung Industri Pulp &

Kertas Tbk. 294000 1540840 1540840 1540840 4364815 3373606 3669938 3224643 0.07 0.46 0.42 0.48

12 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 100000 100000 100000 100000 100015 77089 98908 151514 1.00 1.30 1.01 0.66

13 PT Panasia Filamen Inti Tbk. 261107 261107 261107 261107 486048 484382 605840 501225 0.54 0.54 0.43 0.52

14 PT Teijen Indonesia Fiber

Coorporation Tbk. 811758 988481 1477653 1794887 2618483 2767903 2787759 1902346 0.31 0.36 0.53 0.94

15 PT Asiaplast Industries Tbk. 130000 130000 130000 130000 132536 164930 150600 146756 0.98 0.79 0.86 0.89


(4)

Lampiran vi

Perhitungan Sales to Total Assets (X

5

)

Tahun 2006-2009

(Dalam Jutaan Rupiah)

NO NAMA PERUSAHAAN SALES TOTAL ASSETS X5

2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

1

PT Ades Waters Indonesia Tbk.

135043 131549 129842 134438 233253 178761 185015 178287 0.58 0.74 0.70 0.75

2

PT Ever Shine Tex Tbk.

478016 507513 569121 539808 530647 541722 530247 518857 0.90 0.94 1.07 1.04

3

PT Hanson Internasional Tbk.

391856 288196 0 0 669270 524778 2232 901 0.59 0.55 0.00 0.00

4

PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.

125853 131285 19056 205653 263493 290140 300344 290966 0.48 0.45 0.06 0.71

5

PT Karwell Indonesia Tbk.

273123 341051 277173 70550 321196 302517 152433 101933 0.85 1.13 1.82 0.69

6

PT Kedaung Indah Can Tbk.

75092 64064 93194 83010 140214 80262 86218 84276 0.54 0.80 1.08 0.98

7

PT Mulia Industrindo Tbk.

2464573 2775877 3346 3164 3780131 3822944 3733 3238 0.65 0.73 0.90 0.98

8

PT Perdana Bangun Pustaka Tbk.

58720 53771 7675 9931 66230 62924 53557 93116 0.89 0.85 0.14 0.11

9

PT Polysindo Eka Perkasa Tbk.

3079828 3643745 3740569 2511506 5848629 5448182 4912990 4569263 0.53 0.67 0.76 0.55

10 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk.

703992 1073890 57965 34979 1520603 1895845 2169944 2009536 0.46 0.57 0.03 0.02

11 PT Surabaya Agung Industri Pulp

& Kertas Tbk.

438659 673176 653100 452651 2206306 2661804 2523434 2413702 0.20 0.25 0.26 0.19

12 PT Surya Intrindo Makmur Tbk.

137624 132129 45704 4218 145922 117679 80638 60038 0.94 1.12 0.57 0.07

13 PT Panasia Filamen Inti Tbk.

355162 388569 327826 247055 664011 606248 581841 463571 0.53 0.64 0.56 0.53

14 PT Teijen Indonesia Fiber

Coorporation Tbk.

25757543 2878583 3272236 2684016 2523042 2507594 2180988 1745620 10.21 1.15 1.50 1.54

15 PT Asiaplast Industries Tbk.

161450 192974 300785 284538 267424 295234 276082 302381 0.60 0.65 1.09 0.94

16 PT Century Textile Industri Tbk.

307486 268182 421043 297797 390777 424739 518831 358537 0.79 0.63 0.81 0.83


(5)

Total Assets Perusahaan

Tahun 2006-2009

(Dalam Jutaan Rupiah)

NO NAMA PERUSAHAAN TOTAL ASSETS

2006 2007 2008 2009

1

PT Ades Waters Indonesia Tbk.

233253 178761 185015 178287

2

PT Ever Shine Tex Tbk.

530647 541722 530247 518857

3

PT Hanson Internasional Tbk.

669270 524778 2232 901

4

PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.

263493 290140 300344 290966

5

PT Karwell Indonesia Tbk.

321196 302517 152433 101933

6

PT Kedaung Indah Can Tbk.

140214 80262 86218 84276

7

PT Mulia Industrindo Tbk.

3780131 3822944 3733 3238

8

PT Perdana Bangun Pustaka Tbk.

66230 62924 53557 93116

9

PT Polysindo Eka Perkasa Tbk.

5848629 5448182 4912990 4569263

10 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk.

1520603 1895845 2169944 2009536

11 PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk.

2206306 2661804 2523434 2413702

12 PT Surya Intrindo Makmur Tbk.

145922 117679 80638 60038

13 PT Panasia Filamen Inti Tbk.

664011 606248 581841 463571

14 PT Teijen Indonesia Fiber Coorporation Tbk.

2523042 2507594 2180988 1745620

15 PT Asiaplast Industries Tbk.

267424 295234 276082 302381


(6)

Lampiran viii

Tingkat Kebangkrutan Model Altman

Tahun 2006-2009

(Dalam Jutaan Rupiah)

No

Nama Perusahaan 2006 2007 2008 2009

Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi

1 PT Ades Waters Indonesia Tbk. -3.52 Bangkrut -2.44 Bangkrut -0.66 Bangkrut 0.98 Bangkrut

2 PT Ever Shine Tex Tbk. 1.11 Bangkrut 1.30 Rawan

Bangkrut 1.31

Rawan

Bangkrut 1.58

Rawan Bangkrut 3 PT Hanson Internasional Tbk. -0.29 Bangkrut -1.36 Bangkrut -860.79 Bangkrut -1199.80 Bangkrut 4 PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 0.93 Bangkrut -1.01 Bangkrut -1.53 Bangkrut -0.42 Bangkrut

5 PT Karwell Indonesia Tbk. -0.75 Bangkrut 0.58 Bangkrut -1.66 Bangkrut -2.75 Bangkrut

6 PT Kedaung Indah Can Tbk. 0.47 Bangkrut 2.49 Rawan

Bangkrut 3.07

Tidak

Bangkrut 2.61

Rawan Bangkrut 7 PT Mulia Industrindo Tbk. -1.68 Bangkrut -2.40 Bangkrut -1311.94 Bangkrut -1133.04 Bangkrut

8 PT Perdana Bangun Pustaka Tbk. 0.84 Bangkrut 0.79 Bangkrut -0.01 Bangkrut 0.37 Bangkrut

9 PT Polysindo Eka Perkasa Tbk. -2.73 Bangkrut -3.55 Bangkrut -5.20 Bangkrut -3.14 Bangkrut

10 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk. 0.38 Bangkrut 0.62 Bangkrut -0.77 Bangkrut -0.53 Bangkrut

11 PT Surabaya Agung Industri Pulp &

Kertas Tbk. -1.98 Bangkrut -0.69 Bangkrut -1.22 Bangkrut 0.14 Bangkrut

12 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 0.63 Bangkrut 1.06 Bangkrut -4.00 Bangkrut -1.69 Bangkrut

13 PT Panasia Filamen Inti Tbk. 0.39 Bangkrut 0.23 Bangkrut -0.54 Bangkrut -0.05 Bangkrut

14 PT Teijen Indonesia Fiber

Coorporation Tbk. 9.01

Tidak

Bangkrut 0.13 Bangkrut -6.31 Bangkrut -6.50 Bangkrut

15 PT Asiaplast Industries Tbk. 0.94 Bangkrut 0.86 Bangkrut 1.30 Bangkrut 1.92 Bangkrut


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Bank terhadap Tingkat Penyaluran Kredit Bank Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 58 103

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 6

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 4 15

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2007-2009).

0 0 13

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN (Kasus Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 6

Pengaruh Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia.

0 0 25