BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

  lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan.

  Dalam Susanto (2009 : 3) tertulis UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang berbunyi :

  1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

  2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

  3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

  Di tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang dan menjungjung nilai-nilai etika, tanggung jawab sosial menjadi keharusan bagi perusahaan. Apalagi perusahaan memperoleh manfaat dalam kegiatan tanggung jawab sosial ini yang berkaitan dengan manajemen reputasi. Jadi tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas pada kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan.

B. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Pengungkapan tangggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang memiliki kepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini perusahaan, di luar perannya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham.

  Siagian dan Suriadi (2010 : 29) menyatakan bahwa Disatu sisi, implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia masih dijalankan (dengan relatif baik) oleh segelintir perusahaan. Artinya, masih jauh lebih panjang daftar perusahaan yang sama sekali belum melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, walaupun mereka sudah mengetahui bahwa kewajiban tersebut telah diatur dalam peraturan perundang- undangan. Di sisi lain, hingga saat ini belum pernah terdengar dimana perusahaan yang sama sekali belum menjalankan tanggung jawab sosialnya dikenakan sanksi. Bahkan mekanisme memberikan sosialnya pun tampak nya belum diatur dan disosialisasikan secara baku dan transparan. Dalam pengungkapan tanggung jawab sosial, akuntansi sosial digunakan sebagai serangkaian teknik pengumpulan dan pengungkapan data sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengevaluasi kinerja sosial organisasi dalam memberi penilaian mengenai kelayakan operasi organisasi. Di samping itu, pertanggungjawaban perusahaan diperlukan untuk menilai apakah kegiatan perusahaan telah memenuhi ketentuan, standar, dan peraturan yang berlaku.

  Misalnya mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan, bahaya penggunaan bahan-bahan yang beracun.

  Pada saat perusahaan mulai berinteraksi dan dekat dengan lingkungan luarnya (masyarakat), maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada. Interaksi ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat keputusan atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihaknya saja. Tetapi perusahaan juga harus memikirkan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Jika tekanan dari stakeholder berpengaruh kuat terhadap kontinuitas dan kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun kebijakan sosial dan lingkungan yang terarah.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial

  Aktivitas sosial perusahaan merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam laporan tahunan. Belum adanya standar baku yang mengatur tentang pelaporan aktivitas sosial perusahaan menyebabkan adanya keanekaragaman bentuk pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan.

  Menurut Untung (2008 : 32) “dari Corporate Social Responsibility, perusahaan memang tidak akan mendapat profit atau keuntungan, yang diharapkan dari kegiatan ini adalah benefit berupa citra perusahaan”. Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda mengenai pengungkapan sosial sesuai dengan karakteristik perusahaan. Hal ini menimbulkan masalah dalam pengukuran pengungkapan sosial. Oleh sebab pengukuran pengungkapan sosial dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar item pengungkapan sosial.

  Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertanggungjawaban sosial yang dapat digunakan sebagai variabel penduga dalam pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi pertangggungjawaban sosial, maka penelitian ini akan melihat apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan akan berpengaruh atau tidak terhadap pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan.

1. Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Menurut Sulfiyah (2010) “ukuran perusahaan umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan menengah atau kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan lebih disorot daripada perusahaan menengah atau kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan.

  Susanto (2009 : 5) menyatakan bahwa Kritik lain terhadap pelaksanaan CSR adalah bahwa program ini seringkali diselenggarakan dengan jumlah biaya yang tidak sedikit, maka CSR identik dengan perusahaan besar yang ternama. Masalahnya, dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya, perusahaan-perusahaan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang mengesankan seolah-olah mereka telah melaksanakan CSR. Padahal yang dilakukannya hanya semata- mata aktivitas filantropis, bahkan boleh jadi dilakukan untuk menutupi perilaku-perilaku yang tidak etis serta perbuatan melanggar hukum. Diidentikkannya CSR dengan perusahaan besar dan ternama membawa implikasi lain. Bila perusahaan besar dan ternama tersebut melakukan perbuatan yang tidak etis atau bahkan melanggar hukum, maka sorotan tajam publik akan mengarah kepada mereka. Namun bila yang melakukannya perusahaan kecil atau menengah yang kurang ternama, maka publik cenderung kurang peduli. Atau kalaupun publik menaruh perhatian, perhatian yang diberikan tidak sebesar bila yang melakukannya adalah perusahaan besar yang ternama. Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki

  public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

  perusahaan yang berukuran lebih kecil. Dalam penelitian ini saya menggunakan jumlah tenaga kerja dalam mengukur ukuran perusahaan.

  Penelitian Rosmasita (2007) berhasil menunjukkan hubungan antara ukuran perusahaan dengan tanggung jawab perusahaan. Akan tetapi penelitian Sitepu (2008) dan Marpaung (2009) tidak mendukung hubungan antara ukuran perusahaan dengan tanggung jawab perusahaan. Sitepu dan Marpaung tidak berhasil menunjukkan hubungan antara kedua variabel ini. Oleh karena perbedaan dari hasil penelitian terdahulu tersebut, maka penelitian ini menguji kembali pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur dalam laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia.

2. Profitabilitas

  Pengungkapan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan perusahaan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan yang dinamis dan bersifat multidimensi. Hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan profitabilitas perusahaan telah diyakini mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial yang sama dengan gaya manajerial yang dilakukan pihak manajemen untuk membuat suatu perusahaan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, keterampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk bertahan dalam lingkungan perusahaan masa kini.

  Harahap (2006 : 304) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”. Sejalan dengan Kasmir (2008 : 196) yang menyatakan “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Ini menandakan bahwa semakin besar profitabilitas berarti semakin baik karena perusahaan dianggap mampu mendapatkan laba cukup tinggi sehingga mampu mendanai biaya-biaya untuk tanggung jawab sosial perusahaan.

  Menurut Susanto (2009 : 34) “perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai. Tanpa laba yang memadai, perusahaan tidak akan mampu membayar pajak, memberi imbalan yang layak kepada para karyawan, kepada para pemasok, dan tidak dapat memberikan multiplier

  effect yang diharapkan kepada komunitasnya”.

  Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah :

  1. Return On Equity (ROE)

  2. Return On Assets (ROA)

  3. Net Profit Margin 4. Gross Profit Margin. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang saya gunakan adalah Return On Assets (ROA).

  Penelitian Sitepu (2008) berhasil menemukan hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial.

  Namun Rosmasita (2007) dan Marpaung (2009) tidak berhasil menemukan hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Karena perbedaan dari hasil penelitian terdahulu maka penelitian ini menguji kembali pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur dalam laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia.

3. Ukuran Dewan Komisaris

  Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak.

  Menurut Widjaya (2000 : 84) komisaris adalah “organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan”.

  Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif.

  Menurut Widjaya (2000 : 84) “perusahaan diwajibkan mempunyai paling sedikit dua orang komisaris karena menyangkut kepentingan masyarakat yang memerlukan pengawasan yang lebih besar”. Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan.

  Dewan komisaris memiliki akses informasi khusus yang berharga sehingga menjadikannya sebagai alat efektif dalam pengendalian keputusan.

  Fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.

  Menurut Susanto (2009 : 58) Pejabat senior atau komite yang bertanggung jawab terhadap implementasi CSR secara keseluruhan dalam perusahaan harus diidentifikasi dan diberi sumber daya guna mendukung tugas- tugas yang dilaksanakannya. Departemen-departemen tertentu yang memiliki tanggung jawab CSR, seperti lingkungan, perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan, hubungan pekerja, hubungan pemasok, hubungan masyarakat, serta hubungan pelanggan, kemungkinan akan melapor kepada pejabat senior atau komite.

  Item dan kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan yang

  disiapkan manajemen dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan. Manajemen memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan menyembunyikan informasi yang tidak menguntungkan. Informasi yang menguntungkan akan diungkap seluas- luasnya, sedangkan informasi yang tidak menguntungkan kelihatannya tidak secara khusus informasi yang disembunyikan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor aktivitas manajemen kepada dewan komisaris. Dalam penelitian ini ukuran dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang ada di dalam perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel.

4. Profile Perusahaan

  Profile perusahaan telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang

  mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan. Dalam penelitian ini saya mengelompokkan profile perusahaan ke dalam 2 jenis yaitu industri high

  profile dan industri low profile. Menurut Anggraini (dalam Apriadi, 2011)

  perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile adalah perusahaan yang memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompensasi yang ketat. Perusahaan low profile adalah perusahaan yang tidak terlalu memperoleh sorotan luas dari masyarakat manakala operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu.

  Sembiring (dalam Apriadi, 2011) menyatakan perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomatif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata akan dimasukkan ke dalam kategori

  high profile . Sedangkan perusahaan bangunan, keuangan dan

  perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga dimasukkkan ke dalam kategori low profile. Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low

  

profile , ini dikarenakan perusahaan high profile mengungkapkan informasi

  sosialnya untuk membangun image perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki high profile memiliki resiko politik yang tinggi atau kompetisi yang tinggi. Hal ini karena perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan.

  Penentuan pembagian perusahaan menjadi high profile dan low profile pada penelitian ini didasarkan pada hubungan langsung antara perusahaan dengan masyarakat atau konsumen dan memang sesuai dengan kriteria penelitian-penelitian sebelumnya. Perusahaan high profile diberikan skor 1, sedangkan perusahaan low profile diberikan skor 0.

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Laporan Keuangan Tahunan

  berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.

  financial leverage

  Variabel struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan

  profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur perusahaan

  

financial leverage ,

  Variabel independen terdiri dari struktur kepemilikan,

  Daftar penelitian terdahulu beserta hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Analisa Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social

  perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Anggita Zoraya Marpaung (2009)

  leverage dan ukuran

  Variabel ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan tingkat

  Variabel independen terdiri dari ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

  Andre Christian Sitepu (2008)

  Disclosure ) dalam Hardhina Rosmasita (2007)

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social

  Disclosure ) dalam

  Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta

  Variabel independen terdiri dari kepemilikan manajemen, tingkat

  leverage , ukuran

  perusahaan, profitabilitas Variabel kepemilikan manajemen, dan ukuran perusahaan mempengaruhi pengungkapan pertanggungjawaban sosial,sedangkan variabel

  leverage , profitabilitas

  tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Sumber : Berbagai Jurnal Penelitian

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Konseptual

  Menurut Erlina (2008 : 38) “kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel terikat”. Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia dan mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  Berdasarkan beberapa teori dan temuan penelitian yang menguji pengaruh antara ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka bisa dibuat model kerangka konseptual seperti dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Ukuran H1

  Pengungkapan

  (X1)

  Perusahaan Tanggung Jawab

  H2 Profitabilitas (X2)

  Sosial

  (Y)

  Ukuran Dewan H3

  Komisaris (X3) H4

  (X4) Profile

  H5 Sumber : Penulis, 2012

2. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis menurut Erlina (2008 : 49) adalah “proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Sedangkan menurut Jogiyanto (2004 : 41) “hipotesis merupakan dugaan yang akan diuji kebenarannya dengan fakta yang ada”.

  Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

  H

  

1 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  H

  

2 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  H

  

3 : Ukuran dewan komisaris perusahaan berpengaruh secara

  positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  H

  

4 : Profile perusahaan berpengaruh secara positif terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  H

  

5 : Ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan

profile perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 110 125

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 42 90

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 77 128

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 52 95

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 63 102

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perbankan dan Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 72 97

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

0 0 21

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 21