BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi dan Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Selain laporan informasi keuangan yang diwajibkan, perusahaan juga melakukan pengungkapan yang bersifat sukarela. Salah satu pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahan adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau disebut juga Corporate Social Responsibility (CSR) pada laporan tahunan perusahaan.

  Belum ada definisi tanggung jawab sosial perusahaan yang secara universal dapat diterima oleh semua lembaga. Carroll (1991) menyatakan

     

  bahwa ada 4 jenis tanggung jawab sosial yang membentuk tanggung jawab

  sosial perusahaan , yaitu : economic responsibilities (tanggung jawab

  ekonomi), legal responsibilities (tanggung jawab hukum), ethical

  responsibilities (tanggung jawab etis), dan philantropic responsibilities

  (tanggung jawab filantropis). Carroll (1991) menggambarkan keempat bagian tersebut ke dalam sebuah piramid, dimana dimulai dengan ekonomi sebagai gagasan dasar dari tanggung jawab sosial yang lain. Pada saat yang sama, bisnis diharapkan untuk mematuhi hukum karena hukum adalah kodifikasi masyarakat tentang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Selanjutnya adalah tanggung jawab bisnis secara etis. Dan yang terakhir adalah kewajiban untuk melakukan apa yang benar, adil, dan menghindari atau meminimalkan kerugian bagi stakeholders (karyawan, konsumen, lingkungan, dan lain-lain). Perusahaan diharapkan menjadi warga korporasi yang baik.

  ISO 26000 (2012) mengenai Guidance on Social Responsibility mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan adalah : Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang berlaku yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

  Sebuah organisasi dunia World Bisnis Council for Sustainable

  

Development (WBCSD) (1998) mendefenisikan tanggung jawab sosial

perusahaan sebagai berikut:

  "Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by

business to contribute to economic development while improving the quality

of life of the workforce and their families as well as of the community and

society at large."

  Dari pengertian diatas pengertian dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen bisnis berkelanjutan untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan”.

  ”The International Standard ISO 26000 provides guidance on

understanding, implementing and continuously improving the social

responsibility of organizations, which is understood as the impacts of an

organization’s actions on society and the environment. The ISO 26000

standard is expected to set the norm for Social Responsibility in the time to

come. It is intended to be useful to all types of organizations. The ISO 26000

is based on 7 principles, 7 Core subjects or requirements, total comprising of

total 36 identified significant Issues or potential area to work by

organization. The organization needs to identify which issues are relevant

and significant for them to address in prioritized manner, through its own

consideration and through dialogue with stakeholders.” (ISO 26000:

Guidance on Social Responsibility )

  Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa subjek inti dari tanggung jawab sosial dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Subjek Inti CSR

  Sumber: ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility (dikutip dari www.csrindonesia.com ) Susanto (2009) menyatakan tanggung jawab sosial perusahaan diarahkan baik kedalam (internal) maupun keluar (eksternal) perusahaan. Kedalam, tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan. Pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan. Karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Disamping kepada pemegang saham, tanggung jawab sosial kedalam juga diarahkan kepada karyawan. Perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karir bagi karyawannya. Tentu saja hubungan antara perusahaan dengan karyawan harus didasarkan pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan (mutually benefical).

  Keluar, tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang.

  Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (Susanto, 2009) :

  1. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakukan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapat dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya.

  2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Ketika perusahaan diterpa kabar miring atau bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya.

  3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup mayarakat dan lingkungan sekitarnya.

  4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder -nya. Pelaksaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemampuan yang mereka raih.

  5. Meningkatnya penjualan seperti konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.

2.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Alasan utama mengapa suatu pengungkapan diperlukan adalah agar pihak investor dapat melakukan suatu informed decision dalam pengambilan keputusan investasi. Berkaitan dengan keputusan investasi, investor memerlukan tambahan informasi yang tidak hanya informasi keuangan tapi informasi non keuangan. Kebutuhan itu didorong oleh adanya perubahan manajerial yang menyebabkan terjadinya perluasan kebutuhan investor akan informasi baru yang mampu menginformasikan hal-hal yang bersifat kulitatif yang berkaitan dengan perusahaan. Informasi kualitatif dipandang memiliki nilai informasi yang mampu menjelaskan fenomena yang terjadi, bagaimana fenomena tersebut dapat terjadi, dan tindakan apa yang akan diambil oleh manajemen terhadap fenomena tersebut. Informasi kualitatif ini dapat diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan.

  Menurut Daniri (2007), penerapan tanggung jawab sosial di perusahaan akan meningkatkan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan

  

stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang

  dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat. Praktek

  

pertanggungjawaban sosial perusahaan akan berdampak positif jika

  dipandang sebagai investasi “jangka panjang”. Karena dengan melakukan praktek CSR yang berkelanjutan, perusahaan akan mendapat “tempat di hati dan ijin operasional” dari masyarakat, bahkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan.

  Devina, dkk (2004) menyebutkan bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan minimum yang harus diungkapkan (diwajibkan peraturan). Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Adapun salah satu jenis informasi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan. Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang dislclosure adalah keputusan BAPEPAM No. Kep-38/PM/1996.

  Pengungkapan sukarela muncul karena adanya kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitar, keberhasilan perusahaan tidak hanya pada laba semata tetapi ditentukan juga kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar.

  Lingkup tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut (Keraf, 2000) :

  a. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan menngkatkan kesejahteraan masyarakat.

  b. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam yang ada di masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Karena itu keterlibatan sosial merupakan semacam balas jasa terhadap masyarakat.

  c. Dengan tanggung jawab sosial melalui kegiatan sosial, perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan merasa punya kepedulian, punya tanggung jawab, terhadap masyarakat dan dengan demikian akan mencegahnya untuk tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu.

  d. Dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut. Ini pada gilirannya akan membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut.

  

2.3 Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab

Perusahaan

  Pengungkapan laporan keuangan perusahaan tidak lepas dari pengaruh karakteristik perusahaan dimana pengungkapan itu dikeluarkan. Secara umum karakteristik perusahaan dapat didefenisikan sebagai ciri-ciri khusus yang dimiliki perusahaan dan melekat pada citra perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini, karakteristik yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diaplikasikan ke dalam profitabilitas, ukuran perusahaan (size), tingkat leverage, struktur kepemilikan.

2.3.1 Profitabilitas

  Heckston dan Milne (1996) menyatakan bahwa p rofitabilitas

  

merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel

untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang

saham. Hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan

pertanggungjawaban sosial adalah ketika perusahaan memiliki tingkat laba

yang tinggi, perusahaan menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang

dapat mengganggu informasi tentang kesuksesan keuangan tersebut. Namun

sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap

pengguna laporan akan membaca kinerja bagus perusahaan.

  Menurut teori keagenan mengatakan semakin besar perolehan laba yang didapat, semakin luas informasi sosial yang diungkapkan perusahaan.

  Itu dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul. Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya (Anggraini,2006).

  Rumus untuk menghitung profitabilitas adalah sebagai berikut: Earning after tax

  Profitabilitas ROA Total asset

2.3.2 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

  perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan

  Size

  untuk menjelaskan variasi pengungkapan yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005).

  Perusahaan besar juga akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui laporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.

  Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.

  Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan selengkap yang dilakukan perusahaan besar.

  Perusahaan kecil umumnya berada pada situasi persaingan yang ketat dengan perusahaan yang lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar (Marwata, 2001).

  Oleh karena itu, ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial. Ukuran perusahaan dihitung dengan:

  

Size = Total Aktiva

2.3.3 Leverage

  Leverage merupakan rasio dari jumlah modal yang digunakan dalam transaksi untuk uang jaminan yang diperlukan, atau leverage dapat diartikan sebagai proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham.

  Menurut Stice dan Skousen (2005) “rasio-rasio leverage adalah sebuah indikasi sejauh mana suatu perusahaan menggunakan dana pihak luar untuk membeli aktiva”. Tingkat leverage merupakan proporsi hutang total terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Leverage ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang.

  Oleh karena itu, perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan leverage yang rendah.

  Rumus untuk menghitung tingkat leverage adalah sebagai berikut: Total Kewajiban

  Debt to Asset Ratio DAR Total ekuitas

2.3.4 Struktur Kepemilikan (Ownership Structure)

  Reverte (2008) menyatakan bahwa perilaku oportunistik manajemen dan konflik kepentingan antara agen dan principal sering terjadi pada perusahaan yang struktur kepemilikannya terdispersi yang pada umumnya pengungkapannya lebih informatif dibandingkan dengan perusahaan dengan struktur kepemilikan memusat karena dengan adanya pengungkapan sukarela pada suatu perusahaan dapat bertindak sebagai alat pengawasan dalam mengurangi konflik agent antara manajer dan para shareholder yang berfungsi untuk mengurangi kemungkinan adanya asimetri informasi antara perusahaan dan para stakeholder perusahaan.

  Menurut Reverte (2008), perusahaan-perusahaan yang mempunyai saham tersebar luas atau disebut dengan struktur kepemilikan yang terdispersi, akan lebih mungkin untuk memperbaiki kebijakan pelaporan keuangan dengan menggunakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi. Sebaliknya perusahaan- perusahaan dengan struktur kepemilikan memusat kurang termotivasi untuk mengungkapkan informasi tambahan pada pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mereka. Hal ini dikarenakan para stakeholder perusahaan tersebut dapat memperoleh informasi secara langsung dari perusahaan.

  Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil.

  Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Jensen & Meckling, 1976).

2.4 Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang berhubungan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak dilakukan di Indonesia dengan karakteristik perusahaan yang berbeda-beda dan dengan hasil penelitian yang berbeda- beda pula.

  Sembiring (2005) menggunakan 5 karakteristik perusahaan yaitu size, profitabilitas, profile perusahaan, ukuran dewan komisaris, leverage. Dari penelitian tersebut Sembiring menyatakan bahwa size perusahaan, profile dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan tingkat leverage dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  Anggraini (2006) menggunakan ukuran perusahaan, kepemilikan manajemen, profile perusahaan, leverage dan profitabilitas sebagai karakteristik perusahaan dalam penelitiannya. Penelitian ini menemukan perusahaan dan kepemilikan manajemen mempunyai pengaruh

  profile

  terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar di BEI. Sementara rasio ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas tidak mempengaruhi kuantitas pengungkapan laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar di BEI.

  Lucyanda dan Siagian (2012) menyatakan bahwa size, profitability,

  

board of commisioner, company profile, company age, management

ownership, earning per share, environment concern, company growth

opportunities berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  Rizkia Anggita Sari (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan (size) dan profitabilitas berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan tipe industri (profile),

  

leverage , dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  Haryanto dan Lady Aprilia (2007) menggunakan 7 karakteristik perusahaan yaitu ukuran perusahaan (size), rasio ungkitan, rasio likuiditas perusahaan, basis perusahaan, umur perusahaan, struktur kepemilikan, dan

  

good corporate governance. Dari penelitian tersebut, Haryanto dan Lady

  Aprilia menyatakan bahwa ukuran perusahaan (size) dan good corporate

  

governance memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung

  jawab sosial perusahaan. Sedangkan rasio ungkitan, rasio likuiditas perusahaan, basis perusahaan, umur perusahaan, dan struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  Secara singkat penelitian terdahulu dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

  Nama Peneliti

  No Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian dan Tahun Penelitian

  1 Sembiring Karakteristik X1: Size Size, profile, dan (2005) Perusahaan dan X2: Profitabilitas ukuran komisaris

  Pengungkapan X3: Profile berpengaruh secara Tanggung perusahaan signifikan terhadap

  Jawab Sosial : X4: Ukuran Dewan pengungkapan sosial Study Empiris Komisaris sedangkan leverage pada Perusahaan X5: Leverage dan profitabilitas yang tercatat di Y: Pengungkapan tidak berpengaruh.

  BEJ tanggung jawab sosial perusahaan

  2 Anggraini Pengungkapan X1: Kepemilikan Kepemilikan (2006) Informasi Sosial Manajemen manajemen dan tipe dan Faktor- X2: Leverage industri berpengaruh

  Faktor yang X3: Ukuran secara signifikan Mempengaruhi Perusahaan terhadap

  Pengungkapan X4: Tipe Industri pengungkapan Informasi Sosial X5: Profitabilitas sosial. Sedangkan dalam Laporan Y: CSR Disclosure leverage ,

  Keuangan profitabilitas, dan Tahunan (Studi ukuran perusahaan

  Empiris pada tidak berpengaruh Perusahaan- secara nyata. Perusahaan yang terdaftar di BEI)

  3 Lucyanda The Influence of X1: Size

  Size, Profitability,

  dan Company X2: Profitability Board of Siagian Characteristics X3: Leverage commisioner,

  (2012) Toward X4: Board of Company profile, Corporate Social commisioner Company age,

  Responsibility X5: Company

  Management

  Disclosure profile ownership, Earning X6: Company age per share, X7: Management Environment

  ownership concern, Company

  X8: Earning per

  growth share opportunities

  X9: Environment berpengaruh secara

  concern signifikan terhadap

  X10: Company pengungkapan sosial

  growth sedangkan leverage opportunities tidak berpengaruh.

  4 Rizkia Pengaruh X1: Tipe Industri Size dan Anggita Karakteristik (Profile) profitabilitas

  Sari Perusahaan X2: Size berpengaruh secara (2012) terhadap X3: Profitabilitas signifikan terhadap

  Corporate X4: Leverage pengungkapan sosial Social X5: Pertumbuhan sedangkan tipe

  Responsibility Perusahaan industri, leverage, Disclosure (Growth) dan growth tidak pada Y: CSR Disclosure berpengaruh.

  Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

  Indonesia

  5 Haryanto Asosiasi X1: Size Size dan Good dan Lady Antara X2: Rasio Corporate Aprilia Karakteristik Ungkitan Governance

  (2007) Perusahaan dan X3: Rasio berpengaruh secara Kualitas Likuiditas signifikan terhadap

  Pengungkapan Perusahaan pengungkapan sosial Sukarela dalam X4: Basis sedangkan rasio

  Laporan Perusahaan ungkitan, rasio Tahunan X5: Umur likuiditas

  Perusahaan perusahaan, basis X6: Struktur perusahaan, umur

  Kepemilikan perusahaan, dan X7: Good struktur kepemilikan Corporate tidak berpengaruh.

  Governance Y: Pengungkapan

  Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Sumber : Diolah Peneliti (2014)

2.5 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan analisis dalam landasan teori dan penelitian terdahulu yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diatas maka dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Profitabilitas

  (ROA)

  H1

  Ukuran Perusahaan (SIZE)

   H2

  Pengungkapan

   H5

  Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSRD)

   H3

  Tingkat Leverage (LEV)

   H4

  Struktur Kepemilikan (SKP)

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konseptual

  Gambar diatas merupakan kerangka konseptual yang merupakan keterangan tentang bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Keterangan yang terdiri dari profitabilitas, ukuran perusahaan (size), leverage, dan struktur kepemilikan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial yang merupakan variabel Y. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel X (variabel independen) dengan variabel Y (variabel dependen).

  

2.5.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan

  Hubungan profitabilitas terhadap pengungkapan CSR dalam Heckston dan Milne (1996) adalah kepekaan sosial membutuhkan gaya managerial yang sama sebagaimana yang diperlukan untuk dapat membuat perusahaan menguntungkan (profitable). Pengungkapan CSR merupakan cerminan suatu pendekatan manajemen dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan

  

multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial

  dengan reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, ketrampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini.

  Heckston dan Milne (1996) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahan.

  

2.5.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) Terhadap Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR tercermin dalam teori agensi yang menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya agensi yang besar, oleh karena itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan kecil. Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap (Sembiring, 2005).

  

2.5.3 Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.

  Semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba dimasa depan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi akan lebih sedikit mengungkapkan CSR supaya dapat melaporkan laba sekarang yang lebih tinggi.

  

2.5.4 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Reverte (2008) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela pada suatu perusahaan dapat bertindak sebagai alat pengawasan dalam mengurangi konflik agent antara manajer dan para shareholder. Perilaku oportunistik manajemen dan konflik kepentingan antara agen dan principal sering terjadi pada perusahaan yang struktur kepemilikan saham tersebar luas atau terdispersi. Perusahaan dengan struktur kepemilikan terdispersi pada umumnya pengungkapannya lebih informatif dibandingkan dengan perusahaan dengan struktur kepemilikan memusat. Perusahaan-perusahaan yang mempunyai saham terdispersi akan lebih mungkin untuk memperbaiki kebijakan pelaporan keuangan dengan menggunakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi. Sebaliknya perusahaan-perusahaan dengan struktur kepemilikan memusat kurang termotivasi untuk mengungkapkan informasi tambahan pada pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mereka karena para stakeholder perusahaan tersebut dapat memperoleh informasi secara langsung dari perusahaan.

2.6 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kerangka konseptual dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

  H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  H2: Ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  H3: Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial suatu perusahaan.

  H4: Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  , Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Struktur

  H5: Profitabilitas

  Kepemilikan perusahaan berpengaruh secara bersama-sama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.  

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 110 125

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 42 90

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 77 128

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

0 75 93

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 56 91

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 63 102

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perbankan dan Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 72 97

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 42 94

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) - Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pertanggungjawaban Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20