Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
OLEH HENDRA M P
060503154
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 24 Mei 2012
Hendra M. P NIM : 060503154
(3)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan bagaimana pengaruhnya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan pengaruhnya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tehnik analisis yang digunakan adalah tehnik analisis regresi berganda. Ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile perusahaan digunakan sebagai variabel bebas sedangkan pengungkapan sosial perusahaan sebagai variabel terikat. Sampel pada penelitian ini adalah 25 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dari 152 perusahaan populasi dengan menggunakan purposive sampling method. Periode penelitian ini adalah tahun 2009 sampai 2010.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile perusahaan secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Secara parsial ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan
profile perusahaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan, tetapi profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan.
(4)
ABSTRACT
ANALYSIS OF INFLUENCE CHARACTERISTICS CORPORATE TO SOCIAL DISCLOSURE ON MANUFACTURING COMPANY LISTED IN
STOCK EXCHANGE INDONESIA
Formulation of the problem in this study is the extent to which the idea of social responsibility disclosure practices and how they affect to manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study is to provide an overview of the disclosure practices of social responsibility and its impact on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Analysis technique used is multiple regression analysis techniques. Company size, profitability, size of commissioners and the company profile are used as independent variables while the corporate social disclosure as the dependent variable. Samples in this study were 25 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange selected from 152 companies populations using purposive sampling method. The year of this study period 2009 to 2010.
These results indicate that the independent variables company size, profitability, size of commissioners and the company profile simultaneously had a significant influence on corporate social disclosure. Partially size of the company, size of commissioners and the company profile has a significant and positive influence on corporate social disclosure, but profitability did not have a significant influence on corporate social disclosure.
(5)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izin dan kuasa-Nya saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Skripsi saya ini berjudul “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, doa dan bantuan lain baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(6)
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak, selaku Dosen Pembaca Penilai, terima kasih atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.
6. Kepada kedua orang tua, abang, dan adik saya, terima kasih banyak untuk kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa nasehat, doa dan materi yang telah diberikan kepada saya.
Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rahmat dan berkatnya kepada kita.
Medan, 24 Mei 2012 Penulis,
Hendra M. P NIM : 060503154
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ………... ii
ABSTRACT ……….. iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... . ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 7
B. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 8
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial ... 9
1. Ukuran Perusahaan ... 10
2. Profitabilitas ... 12
3. Ukuran Dewan Komisaris ... 13
4. Profile Perusahaan ... 15
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 17
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 18
1. Kerangka Konseptual ... 18
2. Hipotesis Penelitian ... 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
B. Jenis Data ... 23
C. Teknik Pengumpulan Data ... 23
D. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel .... 24
E. Metode Analisis Data ... 25
F. Uji Asumsi Klasik ... 25
(8)
H. Pengujian Hipotesis ... 28
1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 28
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 29
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 30
B. Deskripsi Variabel ... 32
1. Deskripsi Variabel Ukuran Perusahaan ... 32
2. Deskripsi Variabel Profitabilitas ... 33
3. Deskripsi Variabel Ukuran Dewan Komisaris ... 35
4. Deskripsi Variabel Profile Perusahaan ... 36
5. Deskripsi Variabel Pengungkapan Sosial Perusahaan ... 38
C. Statistik Deskriptif ... 38
D. Uji Asumsi Klasik ... 40
1. Uji Normalitas Data ... 40
2. Uji Autokorelasi ... 44
3. Uji Multikolinearitas ... 46
4. Uji Heteroskedastisitas ... 49
E. Pengujian Hipotesis ... 51
1. Pengujian Hipotesis 1 ... 55
2. Pengujian Hipotesis 2 ... 56
3. Pengujian Hipotesis 3 ... 57
4. Pengujian Hipotesis 4 ... 57
5. Pengujian Hipotesis 5 ... 58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59
B. Keterbatasan Penelitian ... 60
C. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(9)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Daftar Penelitian Terdahulu ... 17
3.1 Daftar Sampel Penelitian ... 22
3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 24
4.1 Daftar Sampel Berdasarkan Kriteria Perusahaan ... 31
4.2 Ukuran Perusahaan Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja (Orang) ... 32
4.3 Profitabilitas Berdasarkan ROA (%) ... 33
4.4 Ukuran Dewan Komisaris Berdasarkan Jumlah Anggota (Orang) ... 35
4.5 Klasifikasi Profile Perusahaan ... 37
4.6 Statistik Deskriptif ... 39
4.7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 43
4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 45
4.9 Durbin Watson Test Bound ... 46
4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48
4.11 Koefisien Determinasi ... 52
4.12 Keeratan Hubungan Antar Variabel ... 52
4.13 Hasil Uji F ... 53
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 19
4.1 Histogram ... 41
4.2 Normal P-P Plot ... 42
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Sampel Berdasarkan Kriteria Perusahaan ... 64
2 Daftar Item Pengungkapan Sosial Perusahaan Manufaktur ... 65
3 Pengungkapan Sosial Perusahaan Manufaktur ... 70
4 Statistik Deskriptif ... 71
5 Histogram ... 72
6 Normal P-P Plot ... 73
7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 74
8 Hasil Uji Autokorelasi ... 74
9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 75
10 Scatterplot ... 75
11 Koefisien Determinasi ... 76
12 Hasil Uji F ... 76
(12)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SOSIAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan bagaimana pengaruhnya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan pengaruhnya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tehnik analisis yang digunakan adalah tehnik analisis regresi berganda. Ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile perusahaan digunakan sebagai variabel bebas sedangkan pengungkapan sosial perusahaan sebagai variabel terikat. Sampel pada penelitian ini adalah 25 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dari 152 perusahaan populasi dengan menggunakan purposive sampling method. Periode penelitian ini adalah tahun 2009 sampai 2010.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile perusahaan secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Secara parsial ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan
profile perusahaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan, tetapi profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan.
(13)
ABSTRACT
ANALYSIS OF INFLUENCE CHARACTERISTICS CORPORATE TO SOCIAL DISCLOSURE ON MANUFACTURING COMPANY LISTED IN
STOCK EXCHANGE INDONESIA
Formulation of the problem in this study is the extent to which the idea of social responsibility disclosure practices and how they affect to manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study is to provide an overview of the disclosure practices of social responsibility and its impact on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Analysis technique used is multiple regression analysis techniques. Company size, profitability, size of commissioners and the company profile are used as independent variables while the corporate social disclosure as the dependent variable. Samples in this study were 25 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange selected from 152 companies populations using purposive sampling method. The year of this study period 2009 to 2010.
These results indicate that the independent variables company size, profitability, size of commissioners and the company profile simultaneously had a significant influence on corporate social disclosure. Partially size of the company, size of commissioners and the company profile has a significant and positive influence on corporate social disclosure, but profitability did not have a significant influence on corporate social disclosure.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor dalam pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu memungkinkan investor untuk mengambil keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan oleh perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Sebelum munculnya fenomena tanggung jawab sosial ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga yang memberi banyak keuntungan kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendekatan akuntansi tradisional yang menyatakan bahwa perusahaan harus memaksimalkan laba agar dapat memberikan sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Akan tetapi masyarakat semakin sadar akan dampak yang ditimbulkan perusahaan dalam menjalankan operasinya, yang dirasakan semakin besar dan sulit dikendalikan.
Aksi protes terhadap perusahaan seringkali dilakukan oleh para karyawan dalam rangka menuntut kebijakan upah dan fasilitas kesejahteraan lainnya yang dianggap kurang mencerminkan nilai keadilan. Aksi yang sama juga tidak jarang dilakukan oleh konsumen berkaitan dengan mutu produk, kesehatan, keselamatan, dan kehalalan suatu produk. Protes juga dilakukan masyarakat berkaitan dengan
(15)
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah yang berasal dari pabrik perusahaan.
Adanya pergeseran dari pandangan tradisional ke arah kesejahteraan sosial ini telah mendorong lahirnya akuntansi sosial ekonomi yang memfokuskan perhatiannya terhadap dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik dampak sosial yang bersifat positif (menguntungkan) maupun yang bersifat negatif (merugikan). Lahirnya akuntansi sosial merupakan hasil dari upaya untuk mengakomodasi kebutuhan perusahaan dalam melakukan pertanggungjawaban sosial kepada masyarakat.
Tuntutan mereka adalah agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial di lingkungan sekitar perusahaan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan memasukan dewan komisaris dalam susunan organisasi, yang diambil dari dalam maupun dari luar lingkungan perusahaan. Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.
Alasan yang mendasari bahwa dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial adalah karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan. Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan akan mencerminkan objektivitas dalam menilai
(16)
kebijakan yang dibuat perusahaan. Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan. Selain itu jumlah dewan komisaris yang terdapat dalam susunan organisasi dapat mempengaruhi kinerja dan tanggung jawab terhadap masyarakat di lingkungan internal ataupun eksternal perusahaan tersebut. Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan maka kecurangan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan.
Sejak tahun 2007, laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur menampilkan pengungkapan aktivitas sosial perusahaan yang telah dilakukan. Walaupan demikian, luas lingkup dan kedalaman pengungkapan sosial yang dimuat perusahaan berbeda-beda. Ada yang hanya mengungkapkan tanggung jawab sosial tanpa menjabarkan program-program yang dilakukan misalnya hanya menempatkan tanggung jawab pada akun jasa sosial dan tidak secara rinci menjabarkan pelaksanaan tanggung jawab sosial. Namun ada juga yang mengungkapkannya secara rinci misalnya memberikan beasiswa, program lingkungan, kemitraan usaha kecil dan menengah, donasi, dan bantuan bencana alam. Tidak seragamnya luas pengungkapan dan kedalaman informasi yang diungkapkan oleh perusahaan disebabkan karena ”aktivitas CSR diasumsikan sebagai aktivitas berdasarkan kerelaan alih-alih paksaan” (Susanto, 2009 : 2).
(17)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sitepu (2008) ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage
dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. Sementara variabel yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan profile perusahaan. Dalam penelitian ini saya ingin meneliti kembali apakah benar ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial sedangkan ukuran perusahaan tidak. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan variabel profile perusahaan. Jika penelitian terdahulu menggunakan variabel tingkat leverage maka saya akan mencoba mencari tahu apakah profile perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010.
Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan dalam sebuah skripsi dengan judul :
(18)
“Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, masalah yang bisa dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Sejauh mana gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung
jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2. Apakah karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan) mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Memberi gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
(19)
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut :
1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang akuntansi mengenai karakteristik perusahaan dan pengungkapan sosial perusahaan.
2. Bagi pihak perusahaan / manajemen, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan keuangan yang disajikan.
3. Bagi calon investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan sehingga dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi.
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan karakteristik perusahaan dan pengungkapan sosial perusahaan.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan.
Dalam Susanto (2009 : 3) tertulis UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang berbunyi :
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Di tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang dan menjungjung nilai-nilai
(21)
etika, tanggung jawab sosial menjadi keharusan bagi perusahaan. Apalagi perusahaan memperoleh manfaat dalam kegiatan tanggung jawab sosial ini yang berkaitan dengan manajemen reputasi. Jadi tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas pada kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan.
B. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pengungkapan tangggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang memiliki kepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini perusahaan, di luar perannya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham.
Siagian dan Suriadi (2010 : 29) menyatakan bahwa
Disatu sisi, implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia masih dijalankan (dengan relatif baik) oleh segelintir perusahaan. Artinya, masih jauh lebih panjang daftar perusahaan yang sama sekali belum melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaannya, walaupun mereka sudah mengetahui bahwa kewajiban tersebut telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Di sisi lain, hingga saat ini belum pernah terdengar dimana perusahaan yang sama sekali belum menjalankan tanggung jawab sosialnya dikenakan sanksi. Bahkan mekanisme memberikan sanksi kepada perusahaan yang lalai akan tanggung jawab
(22)
sosialnya pun tampak nya belum diatur dan disosialisasikan secara baku dan transparan.
Dalam pengungkapan tanggung jawab sosial, akuntansi sosial digunakan sebagai serangkaian teknik pengumpulan dan pengungkapan data sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengevaluasi kinerja sosial organisasi dalam memberi penilaian mengenai kelayakan operasi organisasi. Di samping itu, pertanggungjawaban perusahaan diperlukan untuk menilai apakah kegiatan perusahaan telah memenuhi ketentuan, standar, dan peraturan yang berlaku. Misalnya mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan, bahaya penggunaan bahan-bahan yang beracun.
Pada saat perusahaan mulai berinteraksi dan dekat dengan lingkungan luarnya (masyarakat), maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada. Interaksi ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat keputusan atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihaknya saja. Tetapi perusahaan juga harus memikirkan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Jika tekanan dari stakeholder berpengaruh kuat terhadap kontinuitas dan kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun kebijakan sosial dan lingkungan yang terarah.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial
Aktivitas sosial perusahaan merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam laporan tahunan. Belum adanya standar baku yang mengatur
(23)
tentang pelaporan aktivitas sosial perusahaan menyebabkan adanya keanekaragaman bentuk pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Untung (2008 : 32) “dari Corporate Social Responsibility, perusahaan memang tidak akan mendapat profit atau keuntungan, yang diharapkan dari kegiatan ini adalah benefit berupa citra perusahaan”. Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda mengenai pengungkapan sosial sesuai dengan karakteristik perusahaan. Hal ini menimbulkan masalah dalam pengukuran pengungkapan sosial. Oleh sebab pengukuran pengungkapan sosial dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar item pengungkapan sosial.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertanggungjawaban sosial yang dapat digunakan sebagai variabel penduga dalam pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi pertangggungjawaban sosial, maka penelitian ini akan melihat apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan akan berpengaruh atau tidak terhadap pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
1. Ukuran Perusahaan
Ukuranperusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Menurut Sulfiyah (2010) “ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan”. Secara
(24)
umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan menengah atau kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan lebih disorot daripada perusahaan menengah atau kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan.
Susanto (2009 : 5) menyatakan bahwa
Kritik lain terhadap pelaksanaan CSR adalah bahwa program ini seringkali diselenggarakan dengan jumlah biaya yang tidak sedikit, maka CSR identik dengan perusahaan besar yang ternama. Masalahnya, dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya, perusahaan-perusahaan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang mengesankan seolah-olah mereka telah melaksanakan CSR. Padahal yang dilakukannya hanya semata-mata aktivitas filantropis, bahkan boleh jadi dilakukan untuk menutupi perilaku-perilaku yang tidak etis serta perbuatan melanggar hukum. Diidentikkannya CSR dengan perusahaan besar dan ternama membawa implikasi lain. Bila perusahaan besar dan ternama tersebut melakukan perbuatan yang tidak etis atau bahkan melanggar hukum, maka sorotan tajam publik akan mengarah kepada mereka. Namun bila yang melakukannya perusahaan kecil atau menengah yang kurang ternama, maka publik cenderung kurang peduli. Atau kalaupun publik menaruh perhatian, perhatian yang diberikan tidak sebesar bila yang melakukannya adalah perusahaan besar yang ternama.
Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki
(25)
public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Dalam penelitian ini saya menggunakan jumlah tenaga kerja dalam mengukur ukuran perusahaan.
Penelitian Rosmasita (2007) berhasil menunjukkan hubungan antara ukuran perusahaan dengan tanggung jawab perusahaan. Akan tetapi penelitian Sitepu (2008) dan Marpaung (2009) tidak mendukung hubungan antara ukuranperusahaan dengan tanggung jawab perusahaan. Sitepu dan Marpaung tidak berhasil menunjukkan hubungan antara kedua variabel ini. Oleh karena perbedaan dari hasil penelitian terdahulu tersebut, maka penelitian ini menguji kembali pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur dalam laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia.
2. Profitabilitas
Pengungkapan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan perusahaan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan yang dinamis dan bersifat multidimensi. Hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan profitabilitas perusahaan telah diyakini mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial yang sama dengan gaya manajerial yang dilakukan pihak manajemen untuk membuat suatu perusahaan memperoleh
keuntungan. Dengan demikian, keterampilan manajemen perlu
(26)
Harahap (2006 : 304) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”. Sejalan dengan Kasmir (2008 : 196) yang menyatakan “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Ini menandakan bahwa semakin besar profitabilitas berarti semakin baik karena perusahaan dianggap mampu mendapatkan laba cukup tinggi sehingga mampu mendanai biaya-biaya untuk tanggung jawab sosial perusahaan.
Menurut Susanto (2009 : 34) “perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai. Tanpa laba yang memadai, perusahaan tidak akan mampu membayar pajak, memberi imbalan yang layak kepada para karyawan, kepada para pemasok, dan tidak dapat memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada komunitasnya”.
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah :
1. Return On Equity (ROE) 2. Return On Assets (ROA) 3. Net Profit Margin
(27)
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang saya gunakan adalah Return On Assets (ROA).
Penelitian Sitepu (2008) berhasil menemukan hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Namun Rosmasita (2007) dan Marpaung (2009) tidak berhasil menemukan hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Karena perbedaan dari hasil penelitian terdahulu maka penelitian ini menguji kembali pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan sosial perusahaan manufaktur dalam laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia.
3. Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Menurut Widjaya (2000 : 84) komisaris adalah “organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan”.
Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif. Menurut Widjaya (2000 : 84) “perusahaan diwajibkan mempunyai paling sedikit dua orang komisaris karena menyangkut kepentingan masyarakat yang memerlukan pengawasan yang lebih besar”. Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih
(28)
objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan.
Dewan komisaris memiliki akses informasi khusus yang berharga sehingga menjadikannya sebagai alat efektif dalam pengendalian keputusan. Fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.
Menurut Susanto (2009 : 58)
Pejabat senior atau komite yang bertanggung jawab terhadap implementasi CSR secara keseluruhan dalam perusahaan harus diidentifikasi dan diberi sumber daya guna mendukung tugas-tugas yang dilaksanakannya. Departemen-departemen tertentu yang memiliki tanggung jawab CSR, seperti lingkungan, perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan, hubungan pekerja, hubungan pemasok, hubungan masyarakat, serta hubungan pelanggan, kemungkinan akan melapor kepada pejabat senior atau komite.
Item dan kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan yang disiapkan manajemen dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan. Manajemen memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan menyembunyikan informasi yang tidak menguntungkan. Informasi yang menguntungkan akan diungkap seluas-luasnya, sedangkan informasi yang tidak menguntungkan kelihatannya tidak diungkap dan sebagai hasilnya, para pemegang saham tidak akan mengetahui
(29)
secara khusus informasi yang disembunyikan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor aktivitas manajemen kepada dewan komisaris. Dalam penelitian ini ukuran dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang ada di dalam perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel.
4. Profile Perusahaan
Profile perusahaan telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan. Dalam penelitian ini saya mengelompokkan profile perusahaan ke dalam 2 jenis yaitu industri high profile dan industri low profile. Menurut Anggraini (dalam Apriadi, 2011)
perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile adalah perusahaan yang memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompensasi yang ketat. Perusahaan low profile adalah perusahaan yang tidak terlalu memperoleh sorotan luas dari masyarakat manakala operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu.
Sembiring (dalam Apriadi, 2011) menyatakan
perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomatif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi dan pariwisata akan dimasukkan ke dalam kategori
high profile. Sedangkan perusahaan bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga dimasukkkan ke dalam kategori low profile.
(30)
Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low profile, ini dikarenakan perusahaan high profile mengungkapkan informasi sosialnya untuk membangun image perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki high profile memiliki resiko politik yang tinggi atau kompetisi yang tinggi. Hal ini karena perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan.
Penentuan pembagian perusahaan menjadi high profile dan low profile
pada penelitian ini didasarkan pada hubungan langsung antara perusahaan dengan masyarakat atau konsumen dan memang sesuai dengan kriteria penelitian-penelitian sebelumnya. Perusahaan high profile diberikan skor 1, sedangkan perusahaan low profile diberikan skor 0.
(31)
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Daftar penelitian terdahulu beserta hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Andre Christian Sitepu (2008) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Variabel
independen terdiri dari ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas
Variabel ukuran dewan
komisaris dan profitabilitas memiliki
pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan
oleh perusahaan, sedangkan tingkat
leverage dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Anggita Zoraya Marpaung (2009) Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan Variabel independen terdiri dari struktur kepemilikan,
financial leverage, profitabilitas,
ukuran perusahaan
dan umur perusahaan
Variabel struktur
kepemilikan,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur
perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
(32)
Hardhina Rosmasita (2007) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan
Keuangan Tahunan Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta
Variabel
independen terdiri dari kepemilikan manajemen, tingkat
leverage, ukuran perusahaan,
profitabilitas
Variabel kepemilikan manajemen, dan ukuran perusahaan
mempengaruhi pengungkapan pertanggungjawaban sosial,sedangkan variabel
leverage, profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
pertanggungjawaban sosial.
Sumber : Berbagai Jurnal Penelitian
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008 : 38) “kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan variabel terikat”. Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia dan mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Berdasarkan beberapa teori dan temuan penelitian yang menguji pengaruh antara ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris,
(33)
dan profile perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka bisa dibuat model kerangka konseptual seperti dalam gambar berikut ini :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
H1
H2
H3
H4
H5
Sumber : Penulis, 2012
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina (2008 : 49) adalah “proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Sedangkan menurut Jogiyanto (2004 : 41) “hipotesis merupakan dugaan yang akan diuji kebenarannya dengan fakta yang ada”.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ukuran
Perusahaan(X1)
Profitabilitas (X2)
Ukuran Dewan Komisaris (X3)
Profile(X4)
Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial
(34)
H1
H
: Ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2
H
: Profitabilitas perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
3
H
: Ukuran dewan komisaris perusahaan berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
4
H
: Profile perusahaan berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
5 : Ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan
profile perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap pertanggungjawaban sosial perusahaan.
(35)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi menurut Erlina (2008 : 75) adalah “sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Sedangkan menurut Hermawan (2003 : 47) “populasi adalah seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian peneliti untuk di teliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009 - 2010, seperti yang tercantum dalam Indonesia Capital Market Directory
(2010). Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI digunakan sebagai populasi, karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan.
Sampel menurut Erlina (2008 : 75) adalah ”bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sedangkan menurut Hermawan (2003 : 49) ”sampel adalah suatu bagian (subset) dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah ”Purposive Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel anggota populasi dengan pertimbangan tertentu” (Jogiyanto 2004 : 79). Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2010.
(36)
2. Perusahaan tersebut tidak didelisting (dikeluarkan) dari Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2010.
3. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit pada periode 2009-2010.
Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 152 perusahaan, ke-152 perusahaan tersebut yang menjadi populasi. Setelah dipilah dengan menggunakan kriteria yang telah dijelaskan di atas, didapat 25 perusahaan yang layak menjadi sampel, ke-25 perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama
1. ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk
2. ARGO PT. Argo Pantes Tbk
3. BTON PT. Betonjaya Manunggal Tbk
4. BUDI PT. Budi Acid Jaya Tbk
5. CTBN PT. Citra Tubindo Tbk
6. ERTX PT. Eratex Djaja Tbk
7. ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk
8. FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk
9. INKP PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
10. INAI PT. Indal Aluminium Industry Tbk
11. INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
12. LTLS PT. Lautan Luas Tbk
13. MYOR PT. Mayora Indah Tbk
(37)
15. PAFI PT. Panasia Filament Inti Tbk
16. HDTX PT. Panasia Indosyntex Tbk
17. PICO PT. Pelangi Indah Canindo Tbk
18. STTP PT. Siantar Top Tbk
19. SOBI PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
20. MYTX PT. Apac Citra Centertex Tbk
21. SPMA PT. Suparma Tbk
22. SAIP PT. Surabaya Agung Industry Tbk
23. AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
24. ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk
25. UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk
Sumber :
B. Jenis Data
www.idx.co.id
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten yang terdapat di dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010 atau
dapat didownload melalui situs
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal. Pola penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yaitu melalui jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tahap kedua, pengumpulan data sekunder diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010 dan www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.
(38)
D. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Pengukuran Skala
Data Sumber Data Variabel Dependen : Indeks Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya Jumlah item yang diungkapkan perusahaan/ Jumlah item yang diharapkan
Rasio Annual Report
Variabel Independen :
Size
Ukuran perusahaan Jumlah tenaga kerja
Rasio ICMD
2010 Profitabilitas (ROA) Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham Laba setelah pajak/Total aktiva
Rasio ICMD
2010 Ukuran Dewan Komisaris Banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Jumlah anggota dewan komisaris
Rasio ICMD
2010 Profile Pandangan masyarakat tentang karakteristik yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan bidang usaha, resiko, usaha karyawan yang dimiliki, dan
lingkungan perusahaan.
High-profile Low-profile
Nominal ICMD 2010
(39)
E. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 16.0. Metode analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena metode analisis regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing – masing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun simultan.
F. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar hasil regresi memenuhi kriteria BLUE (best linear unbiased estimator). Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas data, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas Data
Menurut Erlina (2008 : 102) “uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Data yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak mengunakan dua cara yaitu melalui analisis grafik dan analisis statistik.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang
(40)
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu sama lainnya. Jika ada korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi diantaranya dengan uji Durbin Watson. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi. Penganmbilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :
1. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak anatara batas atas atau Upper Bound (DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau DW terletak anatara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau hampir sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam
(41)
model regresi. Menurut Erlina (2008 : 105) “uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas (independen)”. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflationfactor (VIF). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. 4. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Erlina (2008 : 106) “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Jika variandari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana bila ada titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
G. Metode Analisis Regresi Berganda
Pada penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk mengolah dan memproses data yang telah diperoleh serta untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis regresi berganda dipilih untuk penelitian ini karena metode ini dapat
(42)
menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing – masing variabel baik secara parsial maupun simultan.
Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Keterangan :
+ e
Y : Indeks skor pengungkapan b0
b
: Konstanta
1b2b3b4
X
: Koefisien regresi
1
X
: Size perusahaan
2
X
: Profitabilitas
3
X
: Ukuran dewan komisaris
4
e : Error : Profile
H. Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Menurut Algifari (1997 : 61) “uji parsial bertujuan untuk membuat kesimpulan (inference) mengenai pengaruh masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y)”. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :
H0 : b = 0 : Artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
(43)
Ha
Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α = 5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
: b ≠ 0 : Artinya secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel independen.
1. H0 diterima apabila thitung < ttabel 2. H
.
0 ditolak apabila thitung > ttabel 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
.
Menurut Algifari (1997 : 64) “uji simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen”. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :
H0
H
: b1 = b2 = 0 : Artinya secara simultan tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
a
Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05
(α=5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut
:
: b1 ≠ b2 ≠ 0 : Artinya secara simultan ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
1. H0 diterima apabila Fhitung < Ftabel 2. H
.
(44)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Penulis akan menyajikan dan memaparkan hasil analisis data yang telah terkumpul. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang telah dijelaskan terlebih dahulu di atas. Sebelum memaparkan hasil penelitian, terlebih dahulu penulis akan menyajikan data – data penelitian yang digunakan.
A. Data Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh antar variabel dalam penelitian ini, maka dipelukan data-data dari perusahaan yang akan diteliti. Analisi data tersebut diperlukan sebelum membahas pengaruh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, dan profile perusahaan terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan sosial perusahaan.
Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009- 2010 sebagai populasi. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 152 perusahaan, ke-152 perusahaan inilah yang menjadi populasi penelitian ini. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah 25 perusahaan, dimana perusahaan-perusahaan tersebut telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan
(45)
sebelumnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan jumlah sampel secara keseluruhan berjumlah 50 perusahaan untuk dua tahun dari tahun 2009-2010.
Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2010.
2. Perusahaan tersebut tidak didelisting (dikeluarkan) dari Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2010.
3. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit pada periode 2009-2010.
Daftar lengkap perusahaan sampel berdasarkan kriteria perusahaannya dapat dilihat dalam lampiran 1. Adapun distribusi sampel berdasarkan kriterianya dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 4.1
Daftar Sampel Berdasarkan Kriteria Perusahaan
No Jenis Perusahaan Proporsi Jumlah
Perusahaan
1 Food and Beverages 20 % 5
2 Textille Products 20 % 5
3 Paper & Wood Products 20 % 5
4 Chemical & Allied Products 20 % 5
5 Metal & Allied Products 20 % 5
(46)
B. Deskripsi Variabel
Berikut ini deskripsi masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Deskripsi Variabel Ukuran Perusahaan
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini cukup bervariasi dilihat dari ukuran perusahaan berdasarkan jumlah tenaga kerja. Komposisi sampel berdasarkan jumlah tenaga kerja adalah seperti dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Ukuran Perusahaan Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
No Emiten 2009 2010
1 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk 1.274 1.251
2 PT. Argo Pantes Tbk 3.400 3.817
3 PT. Betonjaya Manunggal Tbk 36 33
4 PT. Budi Acid Jaya Tbk 3.601 3.623
5 PT. Citra Tubindo Tbk 1.493 1.542
6 PT. Eratex Djaja Tbk 2.079 2.485
7 PT. Eterindo Wahanatama Tbk 49 88
8 PT. Fajar Surya Wisesa Tbk 1.940 2.204
9 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 15.507 16.728
10 PT. Indal Aluminium Industry Tbk 1.672 1.533
11 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 66.267 66.736
12 PT. Lautan Luas Tbk 2.510 2.621
13 PT. Mayora Indah Tbk 6.223 7.090
14 PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 12.585 15.482
(47)
16 PT. Panasia Indosyntex Tbk 2.294 1.727
17 PT. Pelangi Indah Canindo Tbk 2.103 1.083
18 PT. Siantar Top Tbk 4.292 3.411
19 PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 404 463
20 PT. Apac Citra Centertex Tbk 6.638 6.278
21 PT. Suparma Tbk 507 583
22 PT. Surabaya Agung Industry Tbk 1.217 1.161
23 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.925 1.816
24 PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk 1.300 1.500
25 PT. Unggul Indah Cahaya Tbk 759 702
Sumber :
Tabel 4.2 di atas menunjukkan ukuran perusahaan berdasarkan jumlah tenaga kerja selama dua tahun dari tahun 2009-2010. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa PT. Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan perusahaan yang memiliki komposisi jumlah tenaga kerja tertinggi yaitu 66.267 orang pada tahun 2009 dan 66.736 orang pada tahun 2010. Sedangkan PT. Betonjaya Manunggal Tbk merupakan perusahaan yang memiliki komposisi jumlah tenaga kerja terendah yaitu 36 orang pada 2009 dan 33 orang pada 2010.
2. Deskripsi Variabel Profitabilitas
Deskripsi variabel profitabilitas yang dalam penelitian ini diukur dengan ROA dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
(48)
Tabel 4.3
Profitabilitas Berdasarkan ROA (%)
No Emiten 2009 2010
1 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk 1,76 2,90
2 PT. Argo Pantes Tbk -5,18 -8,75
3 PT. Betonjaya Manunggal Tbk 13,45 9,34
4 PT. Budi Acid Jaya Tbk 9,15 2,34
5 PT. Citra Tubindo Tbk 7,12 6,71
6 PT. Eratex Djaja Tbk -25,94 -42,04
7 PT. Eterindo Wahanatama Tbk 1,94 7,15
8 PT. Fajar Surya Wisesa Tbk 7,53 6,29
9 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk -2,76 0,21
10 PT. Indal Aluminium Industry Tbk -2,72 4,09
11 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 5,14 6,24
12 PT. Lautan Luas Tbk 2,78 2,42
13 PT. Mayora Indah Tbk 11,46 11,00
14 PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 1,34 1,99
15 PT. Panasia Filament Inti Tbk -2,94 -25,81
16 PT. Panasia Indosyntex Tbk 0,05 0,11
17 PT. Pelangi Indah Canindo Tbk 2,33 2,11
18 PT. Siantar Top Tbk 7,48 6,56
19 PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 12,47 3,81
20 PT. Apac Citra Centertex Tbk 0,73 -5,37
21 PT. Suparma Tbk 1,87 1,98
22 PT. Surabaya Agung Industry Tbk 13,90 -3,62
(49)
24 PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk 3,52 5,33
25 PT. Unggul Indah Cahaya Tbk 1,74 1,48
Sumber :
Tabel 4.3 di atas menunjukkan deskripsi variabel profitabilitas berdasarkan ROA selama dua tahun dari tahun 2009-2010. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa PT. Eratex Djaja Tbk memiliki tingkat profitabilitas paling rendah yaitu -25,94 % tahun 2009 dan -42,04 % pada tahun 2010. Sedangkan PT. Surabaya Agung Industry Tbk memiliki tingkat profitabilitas paling tinggi pada 2009 dengan 13,90 % dan PT. Mayora Indah Tbk pada 2010 dengan 11,00 %.
3. Deskripsi Variabel Ukuran Dewan Komisaris
Deskripsi variabel ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini diukur berdasarkan jumlah anggota dewan komisaris yang ada di dalam perusahaan sampel. Deskripsi variabel ukuran dewan komisaris tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4
Ukuran Dewan Komisaris Berdasarkan Jumlah Anggota (Orang)
No Emiten 2009 2010
1 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk 5 5
2 PT. Argo Pantes Tbk 6 6
3 PT. Betonjaya Manunggal Tbk 2 2
4 PT. Budi Acid Jaya Tbk 5 5
(50)
6 PT. Eratex Djaja Tbk 3 3
7 PT. Eterindo Wahanatama Tbk 3 3
8 PT. Fajar Surya Wisesa Tbk 3 3
9 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 9 9
10 PT. Indal Aluminium Industry Tbk 5 5
11 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 10 10
12 PT. Lautan Luas Tbk 5 5
13 PT. Mayora Indah Tbk 3 3
14 PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 7 7
15 PT. Panasia Filament Inti Tbk 3 3
16 PT. Panasia Indosyntex Tbk 4 4
17 PT. Pelangi Indah Canindo Tbk 3 3
18 PT. Siantar Top Tbk 3 2
19 PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 3 3
20 PT. Apac Citra Centertex Tbk 4 4
21 PT. Suparma Tbk 5 5
22 PT. Surabaya Agung Industry Tbk 4 3
23 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 6 6
24 PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk 3 3
25 PT. Unggul Indah Cahaya Tbk 7 7
Sumber :
Tabel 4.4 di atas menunjukkan deskripsi variabel ukuran dewan komisaris berdasarkan jumlah anggota selama dua tahun dari tahun 2009-2010. Memang terlihat tidak terjadi perubahan jumlah anggota secara keseluruhan. Perubahan jumlah anggota dewan komisaris hanya terjadi pada 3 perusahaan sampel saja yaitu PT. Citra Tubindo Tbk bertambah 1 orang, PT.
(51)
Siantar Top Tbk dan PT. Surabaya Agung Industry Tbk berkurang 1 orang. Jumlah anggota dewan komisaris terbanyak dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan anggota 10 orang pada tahun 2009 dan 2010.
4. Deskripsi Variabel Profile Perusahaan
Deskripsi variabel profile perusahaan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 2 jenis yaitu high-profile dan low-profile. Pengelompokan ini didasarkan pada hubungan langsung dengan masyarakat atau konsumen. Deskripsi variabel profile perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5
Klasifikasi Profile Perusahaan
No Emiten Kriteria
1 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk Low-profile
2 PT. Argo Pantes Tbk Low-profile
3 PT. Betonjaya Manunggal Tbk Low-profile
4 PT. Budi Acid Jaya Tbk High-profile
5 PT. Citra Tubindo Tbk Low-profile
6 PT. Eratex Djaja Tbk Low-profile
7 PT. Eterindo Wahanatama Tbk High-profile
8 PT. Fajar Surya Wisesa Tbk High-profile
9 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk High-profile
10 PT. Indal Aluminium Industry Tbk Low-profile
11 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk High-profile
(52)
13 PT. Mayora Indah Tbk High-profile
14 PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk High-profile
15 PT. Panasia Filament Inti Tbk Low-profile
16 PT. Panasia Indosyntex Tbk Low-profile
17 PT. Pelangi Indah Canindo Tbk Low-profile
18 PT. Siantar Top Tbk High-profile
19 PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk High-profile
20 PT. Apac Citra Centertex Tbk Low-profile
21 PT. Suparma Tbk High-profile
22 PT. Surabaya Agung Industry Tbk High-profile
23 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk High-profile
24 PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk High-profile
25 PT. Unggul Indah Cahaya Tbk High-profile
Sumber :
Tabel 4.5 di atas menunjukkan deskripsi profile perusahaan berdasarkan 2 kriteria yaitu high-profile dan low-profile. Perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel yang memiliki kriteria high-profile
sebanyak 15 perusahaan dan yang memiliki kriteria low-profile sebanyak 10 perusahaan. Perusahaan high profile diberikan skor 1, sedangkan perusahaan
low profile diberikan skor 0.
5. Deskripsi Variabel Pengungkapan Sosial Perusahaan
Gambaran tentang pengungkapan sosial perusahaan manufaktur adalah seperti yang terlihat dalam lampiran 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah pengungkapan paling banyak dilakukan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu sebanyak 69 pengungkapan atau 96 % dari total
(53)
pengungkapan, sedangkan yang paling sedikit adalah PT. Ultra Jaya Milk
Industry Tbk yaitu 5 pengungkapan atau 7 % dari total pengungkapan.
C. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan (Erlina, 2008 : 88). Deskripsi suatu data dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.
Nilai minimum adalah nilai terkecil dari suatu rangkaian pengamatan, nilai maksimum adalah nilai terbesar dari suatu rangkaian pengamatan, rata-rata adalah hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi dengan banyaknya data, sementara itu deviasi standar adalah akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata-rata dibagi dengan banyaknya data.
Tabel 4.6 berikut ini menjelaskan ringkasan statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation UKPER 50 33.00 66736.00 5713.1800 13142.23272 PROFIT 50 -42.04 13.90 1.3756 9.78995
DEKOM 50 2.00 10.00 4.5800 2.01109
PROFILE 50 .00 1.00 .6000 .49487
INDEKS 50 7.00 96.00 33.6400 23.33060 Valid N (listwise) 50
(54)
Sumber : Diolah dengan SPSS 16.0
Dari tabel 4.6 di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai rata-rata variabel ukuran perusahaan sebesar 5713.18 dan deviasi standar 13142.23272. Nilai minimum 33.00 sedangkan nilai maksimum 66736.00, dengan jumlah sampel sebanyak 50.
2. Nilai rata-rata variabel profitabilitas sebesar 1.3756 dan deviasi standar 9.78995. Nilai minimum -42.04 sedangkan nilai maksimum 13.90, dengan jumlah sampel sebanyak 50.
3. Nilai rata-rata variabel ukuran dewan komisaris sebesar 4.5800 dan deviasi standar 2.01109. Nilai minimum 2.00 sedangkan nilai maksimum 10.00, dengan jumlah sampel sebanyak 50.
4. Nilai rata-rata variabel profile perusahaan sebesar 0.6000 dan deviasi standar 0.49487. Nilai minimum 0.00 sedangkan nilai maksimum 1.00, dengan jumlah sampel sebanyak 50.
5. Nilai rata-rata variabel pengungkapan sosial perusahaan sebesar 33.6400 dan deviasi standar 23.33060. Nilai minimum 7.00 sedangkan nilai maksimum 96.00, dengan jumlah sampel sebanyak 50.
D. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas ini dapat dilakukan
(55)
dengan menggunakan metode grafik juga dengan metode statistik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan baik metode grafik juga metode statistik.
1. Metode Grafik
Metode grafik dapat dilakukan dengan dua alat yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki distribusi normal. Pada histogram data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila titik – titik datanya tidak melenceng ke kiri atau ke kanan melainkan mengikuti dan menyebar di sekitar garis diagonal. Histogram dan grafik P-P Plot dapat dilihat dibawah ini
(56)
Gambar 4.1 Histogram
(57)
Gambar 4.2 Normal P-P Plot
Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa histogram berbentuk lonceng yang menandakan bahwa variabel berdistribusi normal. Pada
(58)
gambar 4.2 terlihat bahwa titik-titik menyebar di sepanjang garis diagonal, hasil tersebut menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Metode Statistik
Pengujian normalitas data dengan hanya menggunakan metode grafik dapat menyesatkan, jika tidak dilihat dengan seksama. Untuk memberikan keyakinan yang lebih besar ada baiknya digunakan juga metode statistik. Uji statistik ini dilakukan dengan menggunkan uji kolmogorov-smirnov. Pada tabel dibawah ini disajikan hasil uji kolmogorov-smirnov.
Tabel 4.7
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 50
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 14.74330608 Most Extreme Differences Absolute .109
Positive .109
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .772
Asymp. Sig. (2-tailed) .591
(59)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 50
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 14.74330608 Most Extreme Differences Absolute .109
Positive .109
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .772
Asymp. Sig. (2-tailed) .591
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Diolah dengan SPSS 16.0
Pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov ini adalah sebagai berikut :
1. Data tidak terdistribusi normal apabila nilai Asymp.Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0.05.
2. Data terdistribusi normal apabila nilai Asymp.Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0.05.
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0.591, yang mana lebih besar dari nilai signifikansi 0.05. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa variabel terdistribusi secara normal.
(60)
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada data deret waktu (time series), karena gangguan pada satu data cenderung mengganggu data lainnya. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih jauh lagi model regresi yang dihasilkan, tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.
Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Metode pendeteksian adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Durbin Watson test. Uji Durbin Watson hanya digunkan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel bebas.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu :
1. Bila du < DW < 4-du berarti tidak ada autokorelasi positif maupun negatif, hasil : tidak ditolak.
(61)
3. Bila dl < DW < du berarti tidak ada autokorelasi positif, hasil : no decision.
4. Bila 4-dl < DW < 4 berarti tidak ada korelasi negatif, hasil : tolak.
5. Bila 4-du < DW < 4-dl berarti tidak ada korelasi negatif, hasil : no decision.
Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .775a .601 .565 15.38462 1.560
a. Predictors: (Constant), PROFILE, UKPER, PROFIT, DEKOM b. Dependent Variable: INDEKS
(62)
Tabel 4.9
Durbin Watson Test Bound
K = 4
n dl du
9 . . . . 50 0.30 . . . . 1.38 2.59 . . . . 1.72 Sumber : Penulis, 2012
Dari tabel 4.8 diketahui nilai DW sebesar 1.56 dan dari tabel 4.9 diketahui dl sebesar 1.38 sedangkan du sebesar 1.72. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dl < DW < du yang berarti tidak ada autokorelasi positif yang hasilnya no decision.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variabel). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel bebasnya. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas adalah sama dengan nol.
(63)
Apabila terjadi gejala multikolinearitas, maka akan menyebabkan hal – hal sebagai berikut :
1. Nilai koefisien regresi menjadi kurang dapat dipercaya.
2. Kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen).
Beberapa sumber penyebab multikolinearitas adalah sebagai berikut : 1. Metode pengumpulan data yang digunakan membatasi nilai dari variabel
regressor.
2. Kendala-kendala model pada populasi yang diamati.
3. Spesifikasi model, misalnya penambahan bentuk polinomial terhadap model regresi, khususnya ketika nilai jarak antar variabel eksplanatoris sangant kecil.
4. Data time series, dimana nilai trend tercakup dalam nilai varaibel eksplanatoris yang ditunjukkan oleh penurunan atau peningkatan sejalan dengan waktu.
Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat dilakukan dengan cara berikut ini :
1. Nilai R2
2. Menganalisis matriks korelasi variabel – variabel bebas, jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90), maka hal ini
(R-Squared), yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
(64)
merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti tidak ada multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas.
3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Variance Inflation Factor
(VIF) dan tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi varabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi.
(65)
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 2.299 6.615 .347 .730
UKPER .001 .000 .336 2.598 .013 .531 1.883 PROFIT .097 .247 .041 .393 .696 .824 1.213 DEKOM 4.929 1.520 .425 3.242 .002 .517 1.936 PROFILE 8.711 5.052 .185 1.724 .092 .773 1.294 a. Dependent Variable: INDEKS
Sumber : Diolah dengan SPSS 16.0
Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor
(VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :
• VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas. • VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas.
• Tolerance < 0.1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas.
• Tolerance > 0.1 maka tidak terdapat multikolinearitas.
Dari hasil output SPSS pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF semua variabel berada di bawah 5 dan nilai tolerance semua variabel
(66)
di atas 0.1, maka dapat disimpulkan pada model regresi tidak ditemukan persoalan multikolinearitas.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas yaitu melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara variabel terikat dan residualnya dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).
Dasar analisis dalam menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(67)
Gambar 4.3 Scatterplot
Sumber : Diolah dengan SPSS 16.0
Dari scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa data menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, juga diketahui titik-titik data tidak mengumpul di satu tempat dan tidak membentuk pola-pola tertentu, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
(68)
E. Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan kaidah dalam melakukan analisis regresi berganda, bahwa suatu persamaan regresi harus memiliki data yang terdistribusi normal, bebas heterokedastisitas, bebas multikolinearitas dan bebas autokorelasi agar diperoleh persamaan regresi yang baik dan tidak bias. Dari hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, maka diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal, bebas heterokedastisitas, dan tidak terdapat multikolinearitas serta tidak terdapat autokorelasi, sehingga memenuhi segala persyaratan untuk melakukan analisis regresi berganda dengan baik.
Untuk menjawab masalah, mencapai tujuan dan menjawab hipotesis yang diajukan serta untuk mengetahui apakah variabel eksplanatori secara signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat, baik secara parsial maupun simultan, maka perlu dilakukan uji t dan uji F. Hasil-hasil uji t serta uji F akan dijelaskan di bawah ini.
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .775a .601 .565 15.38462
a. Predictors: (Constant), PROFILE, UKPER, PROFIT, DEKOM
(69)
Tabel 4.12
Keeratan Hubungan Antar Variabel
Nilai Interpretasi
0.0 - 0.19 Sangat tidak erat
0.2 - 0.39 Tidak erat
0.4 - 0.59 Cukup erat
0.6 - 0.79 Erat
0.8 - 0.99 Sangat erat
Sumber : Penulis, 2012
Dalam tabel 4.11 nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,565, ini berarti 56,5 % pengungkapan sosial perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia dapat dijelaskan oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan profile perusahaan sedangkan sisanya 43,5 % dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Dengan demikian dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan sudah cukup untuk menjelaskan pengungkapan sosial perusahan, seperti terlihat dalam tabel 4.12 bahwa nilai koefisien determinasi (R2) 0.565 memiliki interpretasi cukup erat.
(70)
Tabel 4.13 Hasil Uji F
Sumber : Diolah dengan SPSS 16.0
Dari uji Anova atau uji F didapat nilai Fhitung sebesar 16,922 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05 dan Ftabel sebesar 2,56. Ini berarti Fhitung > Ftabel dan signifikansi 0.000 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima serta signifikan.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 16020.631 4 4005.158 16.922 .000a
Residual 10650.889 45 236.686
Total 26671.520 49
a. Predictors: (Constant), PROFILE, UKPER, PROFIT, DEKOM b. Dependent Variable: INDEKS
(71)
Tabel 4.14 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.299 6.615 .347 .730
UKPER .001 .000 .336 2.598 .013
PROFIT .097 .247 .041 .393 .696
DEKOM 4.929 1.520 .425 3.242 .002
PROFILE 8.711 5.052 .185 1.724 .092
a. Dependent Variable: INDEKS
Sumber : Diolah dengan SPSS 16.0
Dari tabel 4.14 di atas dapat dijelaskan mengenai uji t sebagai berikut :
1. Pada variabel ukuran perusahaan thitung sebesar 2,598 dengan tingkat signifikansi 0,013. Sedangkan ttabel sebesar 1,676 dengan menggunakan signifikansi level 0,05. Ini berarti thitung > ttabel dan signifikansi 0,013 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha
2. Pada variabel profitabilitas t
diterima serta signifikan.
hitung sebesar 0,393 dengan tingkat signifikansi 0,696. Sedangkan ttabel sebesar 1,676 dengan menggunakan signifikansi level 0,05. Ini berarti thitung < ttabel dan signifikansi 0,696 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak serta tidak signifikan.
(72)
3. Pada variabel ukuran dewan komisaris thitung sebesar 3,242 dengan tingkat signifikansi 0,002. Sedangkan ttabel sebesar 1,676 dengan menggunakan signifikansi level 0,05. Ini berarti thitung > ttabel dan signifikansi 0,002 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha
4. Pada variabel profile perusahaan t
diterima serta signifikan.
hitung sebesar 1,724 dengan tingkat signifikansi 0,092. Sedangkan ttabel sebesar 1,676 dengan menggunakan signifikansi level 0,05. Ini berarti thitung > ttabel dan signifikansi 0,092 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha
Berdasarkan hasil output tersebut maka rumus persamaan regresinya adalah :
diterima serta tidak signifikan.
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Y = 2.299 + 0,001X
+ e
1 + 0,097X2 + 4,929X3 + 8,711X4
Penjelasan mengenai pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan di bagian selanjutnya.
+ e
1. Pengujian Hipotesis 1
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan program statistik SPSS 16, diketahui bahwa variabel independen ukuran perusahaan (UKPER) memiliki koefisien regresi dengan tanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen ukuran perusahaan terhadap variabel dependen pengungkapan sosial perusahaan (INDEKS) adalah positif.
(1)
(2)
(3)
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized Residual
N 50
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 14.74330608
Most Extreme Differences Absolute .109
Positive .109
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .772
Asymp. Sig. (2-tailed) .591
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Lampiran 8
Hasil Uji Autokorelasi
Model SummarybModel R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .775a .601 .565 15.38462 1.560
a. Predictors: (Constant), PROFILE, UKPER, PROFIT, DEKOM b. Dependent Variable: INDEKS
(4)
Hasil Uji Multikolinearitas
CoefficientsaModel
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.299 6.615 .347 .730
UKPER .001 .000 .336 2.598 .013 .531 1.883
PROFIT .097 .247 .041 .393 .696 .824 1.213
DEKOM 4.929 1.520 .425 3.242 .002 .517 1.936
PROFILE 8.711 5.052 .185 1.724 .092 .773 1.294
a. Dependent Variable: INDEKS
(5)
Koefisien Determinasi
Model SummaryModel R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .775a .601 .565 15.38462
a. Predictors: (Constant), PROFILE, UKPER, PROFIT, DEKOM
Lampiran 12
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16020.631 4 4005.158 16.922 .000a
Residual 10650.889 45 236.686
Total 26671.520 49
a. Predictors: (Constant), PROFILE, UKPER, PROFIT, DEKOM b. Dependent Variable: INDEKS
(6)
Hasil Uji t
CoefficientsaModel
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.299 6.615 .347 .730
UKPER .001 .000 .336 2.598 .013
PROFIT .097 .247 .041 .393 .696
DEKOM 4.929 1.520 .425 3.242 .002
PROFILE 8.711 5.052 .185 1.724 .092