3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 2d7debaa2f BAB IIIBab III Arahan Kebijakan dan Renstra fix

LAPORAN AKHIR

  2016

  BAB

  INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

  III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

  2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratisberlandaskan negara hukum.

  3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jatidiri sebagai negara maritim.

  4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju,dan sejahtera.

  5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

  III-1

  7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Berdasar pada visi tersebut, secara umum dituangkan dalam Strategi Pembangunan Nasional yang menggariskan hal-hal sebagai berikut:

  1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 yaitu: a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat.

  b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada peningkatan produk-

  1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankansumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesiasebagai negara kepulauan.

  Pembangunan yaitu:

  BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”, dituangkan ke dalam 7 Misi

  Pembangunan suatu bangsa diawali dengan prakarsa pembangunan yang bersifat nasional dengan jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun atau biasa dikenal dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Sesuai dengan visi RPJMN 2015-2019 yaitu “TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN

  6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

LAPORAN AKHIR 2016

  • Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain.
  • Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan tenaga air) dalam negeri.
  • Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat.
  • Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan, keahlian, dan SDM yang unggul.

  III-2

  tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakanpertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbanganekosistem.

2. Tiga Dimensi Pembangunan, yaitu: a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.

  b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:

  c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan

  3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlukansebagai prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisiperlu tersebut antara lain: a. Kepastian dan penegakan hukum;

  b. Keamanan dan ketertiban;

  c. Politik dan demokrasi; dan d. Tetakelola dan reformasi birokrasi.

  4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya). Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat

LAPORAN AKHIR 2016

  tentang arah pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untukmeningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Berdasar pada visi pada RPJMN 2015-2019 tersebut, disusun 9 (sembilan) agenda prioritas atau yang biasa disebut NAWACITA, yaitu:

  1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsadan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

  2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelolapemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

  3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuatdaerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

  4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, danterpercaya.

  5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

  6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkitbersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

  7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

  8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

  9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Dengan sasaran pokok pembangunan Nasional, yaitu:

  1. Sasaran Makro;

  2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat:

  3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;

  4. Sasaran Dimensi Pemerataan;

  5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

A. Arahan kebijakan pembangunan bidang cipta karya menurut RPJMN 2015-2019 adalah:

  Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui • penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaanmasyarakat di 7.683 kelurahan.

  • Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru (supply

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-3

LAPORAN AKHIR 2016

  side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side), danpenciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment). Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui: • i. fasilitasi SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100% PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700 kawasan ii. fasilitasi SPAM non-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100% pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan. Sedangkan pembangunan baru dilakukan melalui: i. pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan SPAM rawan air untuk 1.705.920 SR; ii. pembangunan SPAM berbasis masyarakat untuk 9.665.920 SR; iii. pembangunan SPAM perkotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan SPAM

  Ibukota Pemekaran dan Perluasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR; iv. pembangunan SPAM Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga • air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui: i. pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen di seluruh kabupaten/kota; ii. optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/kota; iii. penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar10 persen setiap tahunnya. Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui: • i. penyusunan dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup Rencana Induk Sistem

  Penyediaan Air Minum (RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; ii. peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota; iii. fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjaminpenyediaan layanan air minum di seluruh kabupaten/kota.

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-4

LAPORAN AKHIR 2016

  Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah • dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu: i. untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala kota, kawasan, dan komunal di 438 kota/kab (melayani 34 juta jiwa), serta peningkatan kualitas pengelolaan air limbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja perkotaan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di 409 kota/kab; ii. untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; iii. untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman termasuk 4.500 Ha di kawasan kumuh; dan iv. kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye sertaadvokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk • keserasiannya terhadap lingkungan melalui: i. pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik Pemerintah di seluruh kabupaten/kota; ii. penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/kota; dan iii. menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan penataanbangunan di seluruh kabupaten/kota.

B. Arahan kebijakan pembangunan bidang cipta karya menurut Renstra Direktorat Jenderal

  Cipta Karya Tahun 2015-2019: Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Cipta Karya Tahun 2015-2019 mengacu pada RPJMN 2015-2019 bagian Bidang Infrastruktur dimana memfokuskan pada:

  Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang; • Berkembangnya jaringan transportasi; • Terwujudnya konservasi sumber daya air dan terpenuhinya penyediaan air minum • untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur perdesaan mendukung pertanian;

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-5

LAPORAN AKHIR 2016

  Pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang; dan • Terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. •

  Amanat RPJMN 2015-2019 dan NAWACITA yang terkait dengan bidang cipta karya, yaitu: Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% melalui • penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatankeswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan. Meningkatnya keamanan dan keselamatan • bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan khususnya BGN; (ii) penyusunan NSPK dan penerapan penyelenggaraanbangunan hijau; dan (iii) menciptakan building codes.

  Tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100% melalui penanganan tingkat • regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaanmaupun di perdesaan. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah • dan drainase lingkungan) menjadi 100 % pada tingkat kebutuhan dasar melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Urbanisasi yang pesat secara langsung memberikan dampak/implikasi terhadap perumahan dan permukiman. Dimana meningkatnya kepadatan permukiman dan perubahan kebutuhan rumah untuk rumah tangga perkotaan akan mengakibatkan ketidaksiapan kota menghadapi urbanisasi yang berpotensi menyebabkan semakin pesatnya pertumbuhan permukiman kumuh perkotaan dan terbatasnya pelayanan dasar perkotaan. Berdasar data dari Bappenas tahun 2014, luas kawasan kumuh Nasional sebesar 38.431 Ha dan Rumah Tangga Kumuh Perkotaan sebesar 10,1% atau 9,6 juta rumah tangga (Susesnas, 2013). Masalah yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya terkait bidang infrastruktur adalah:

  1. Cakupan pelayanan air minum nasional masih sebesar 70,5% dengan peningkatan layanan 2-3% per tahun dan idle capacity sebesar 39.710 liter/detik

  2. Luas kawasan kumuh perkotaan 38.431 Ha dengan pengurangan kumuh per tahun sebesar 2% . adapun jumlah kabupaten/kota yang memiliki SK kumuh sebanyak 276 kabupaten/kota dengan 4.108 kawasan kumuh.

3. Terdapat 262 kabupaten/kota belum memiliki Perda Bangunan Gedung. Peningkatan Perda Bangunan Gedung sebesar 4-6% per tahun.

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-6

LAPORAN AKHIR 2016

4. Cakupan pelayanan akses sanitasi nasional tahun 2014 sebesar 62% dengan peningkatan layanan sebesar 3-3,5% per tahun.

  Berdasar pada masalah yang dihadapi, Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencanangkan “Gerakan 100-0-100” dimana memiliki sasaran: 100% akses air minum • Terpenuhinya penyediaan Air Minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat

  • 0% luas kawasan kumuh perkotaan

  Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung menuju Kota Tanpa Kumuh 100% akses sanitasi • Terpenuhinya penyediaan Sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat (persampahan, limbah, dan drainase lingkungan)

  Demi mencapai sasaran tersebut, Ditjen Cipta Karya menerapkan strategi pelaksanaan sebagai berikut: Prioritas program untuk mewujudkan KSN dan pencapaian SPM bidang Cipta Karya di • daerah Sinergi pembangunan lintas sektoral/entitas kewilayahan (lingkungan, kawasan, • kota, dan regional) Berkelanjutan dengan berbasis kualitas respon daerah (insentif) • Hasil kegiatan yang berkualitas menjadi referensi program Cipta Karya oleh daerah •

  Adapun dalam pelaksanaannya, Ditjen Cipta Karya menjalin hubungan kemitraan dengan: Ditjen Perumahan KPUPR (perbaikan rumah tidak layak huni) •

  • Kementerian Kesehatan (perubahan perilaku hidup sehat)

  Kementerian Dalam Negeri (pengembangan kapasitas PEMDA) •

  • Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (pengelolaan persampahan)

  Kementerian Kelautan Perikanan (lokasi kawasan nelayan) • Kementerian Agraria dan Tata Ruang (RTRW dan RDTR) • Kemitraan dengan Pemerintah Daerah • Kemitraan Habitat dan Masyarakat •

  Terkait pembiayaan, Gerakan 100-0-100 memiliki kebutuhan dana sebesar 751,8 Trilyun yang harus dicapai pada tahun 2019 dengan perincian sektor air minum sebesar 245 Trilyun, sektor pengembangan kawasan permukiman sebesar 174 Trilyun, sektor sanitasi sebesar 254 Trilyun, dan sektor penataan bangunan sebesar 78,8 Trilyun. Sedangkan kemampuan APBN berdasar Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-7

LAPORAN AKHIR 2016

  Rakyat 2015-2019 hanya mampu meng-cover128,3 Trilyun dengan perincian sektor asir minum sebesar 33,8 Trilyun, sektor pengembangan kawasan permukiman sebesar 46,4 Trilyun, sektor sanitasi sebesar 35,6 Trilyun, sektor penataan bangunan sebesar 8,4 Trilyun, dan dukungan manajemen sebesar 3,9 Trilyun. Dengan kata lain ada kesenjangan (GAP) sebesar 623,5 Trilyun. Pelaksanaan Gerakan 100-0-100 oleh Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memiliki fokus pengembangan wilayah, yaitu:

  Arahan pengembangan sistem perkotaan nasional 2015-2019 yaitu 5 kawasan • metroplitan eksisting, 7 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru, dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru (RPJMN 2015-2019) Keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya di 35 Wilayah Pengembangan • Strategis, 24 Pelabuhan Strategis, 16 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional,dan 22 Kawasan Industri Prioritas (BPIW, 2015);

  • Keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya di Kawasan Perbatasan yang terdiri dari 7 Kawasan Pos Lintas Batas Negara, dan 9 Kawasan Non-PLBN (InpresNo. 6 Tahun 2015) Keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta karya di 30 Kawasan Permukiman Kumuh • (Ditjen Cipta Karya, 2014) Keterpaduan dengan kegiatan Pengarus Utamaan Gender serta Mitigasi danAdaptasi • Perubahan Iklim

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

  Arahan penataan ruang sesuai RPJMN 2015-2019:

  • Meningkatkan ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif danharmonis untuk mendukung pembangunan Indonesia daripinggiran serta untuk mendukung kemandirian ekonomi dankedaulatan pangan. Meningkatkan pembinaan kelembagaan penataan ruang, untukmendukung • pengendalian pemanfaatan ruang. Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang • Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang, melalui pemantauan dan • evaluasi yang terukur untuk menjaminkesesuaian pemanfaatan ruang yang telah disusun.

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-8

LAPORAN AKHIR 2016

A. Arahan Penataan Ruang menurut Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Berdasar pada Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat 1 PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan dengan kriteria:

  • kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbangmenuju kawasan internasional;
  • kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yangmelayani beberapa provinsi; dan/atau
  • kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayanibeberapa provinsi.

  Sedangkan PKW sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat 1 PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan dengan kriteria:

  • kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukungPKN;
  • kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skalaprovinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
  • kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi ataubeberapa kabupaten.

  PKL sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat 1 PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan dengan kriteria:

  • kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skalakabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau
  • kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten ataubeberapa kecamatan.

  PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:

  • kawasan megapolitan;
  • kawasan metropoli
  • kawasan perkotaan besar;
  • kawasan perkotaan sedang; atau kawasan perkotaan kecil. •

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-9

LAPORAN AKHIR 2016

  Berdasar pada Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kabupaten Jepara tidak masuk pada kategori PKN, PKW, maupun PKSN

B. Arahan Penataan Ruang menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 6

  Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029

1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah

  Berdasar pada Pasal 13 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009- 2029, sistem perkotaan terdiri atas:

  PKN; • PKW; dan • PKL •

  PKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029, meliputi:

  • kawasan perkotaan Semarang – Kendal – Demak – Ungaran - Purwodadi (Kedungsepur);
  • Surakarta, meliputi Kota Surakarta dan sekitarnya; dan

  Cilacap, meliputi kawasan perkotaan Cilacap dan sekitarnya. • PKW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009-2029, meliputiPurwokerto, Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten, Cepu, Kudus, KotaMagelang, Kota Pekalongan, Kota Tegal dan Kota Salatiga.

  PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c RTRW Provinsi Jawa Tengah 2009- 2029, meliputi Kroya,Majenang, Wangon, Ajibarang, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari,Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar Kebumen,Prembun, Kutoarjo, Purworejo, Mungkid, Muntilan, Mertoyudan,Borobudur, Secang, Ampel, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri,Karanganyar, Sragen, Jaten, Delanggu, Prambanan, Tawangmangu,Blora, Purwodadi, Gubug, Godong, Rembang, Pati, Juwana, Tayu,Jepara, Pecangaan, Demak, Mranggen, Ungaran, Ambarawa,Temanggung, Parakan, Kendal, Boja, Kaliwungu, Weleri, Sukorejo,Batang, Kajen, Wiradesa, Comal, Pemalang, Slawi- Adiwerna,Ketanggungan-Kersana, Bumiayu, Brebes.

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-10

LAPORAN AKHIR 2016

  Selain masuk dalam kategori PKL, Kabupaten Jepara dalam sistem perwilayahan Provinsi Jawa Tengah masuk dalam WANARAKUTI (Juwana-Jepara-Kudus-Pati) yang berpusat di Kudus, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi, dan Nasional. Rencana pengembangan jaringan prasarana yang diatur dalam Peraturan Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 dimana di dalamnya terdapat wilayah Kabupaten Jepara adalah:

  • Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang berada pada ruas jalan

  Kudus – Jepara; Rencana pengembangan terminal penumpang Tipe A; • Rencana pengembangan prasarana transportasi penyeberangan berupa • pelabuhan penyeberangan; Rencana pengembangan prasarana transportasi laut berupa pengembangan • pelabuhan umum di Pelabuhan Jepara dan Pelabuhan Karimunjawa;

  • Rencana pengembangan prasarana transportasi udara berupa pengembangan bandar udara umum pengumpan yaitu Bandar Udara Dewandaru di Kecamatan Karimunjawa;
  • Pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi

  Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air berupa: • pengembangan sungai berdasar wilayah sungai berada di Wilayah Sungai

  • Jratun Seluna dan Wiso Gelis; Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air berupa pengembangan
  • waduk dan embung
    • Pengembangan jaringan air bersih, meliputi: pembangunan bendungan di sungai-sungai yang potensial sebagai upaya

  • memperbanyak tampungan air bagi keperluancadangan air baku; pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasanperkotaan;
  • pembangunan jaringan perpipaan mandiri di perdesaan dari sumber air tanah dan air permukaan.

  Pengembangan jaringan irigasi, meliputi: • peningkatan jaringan irigasi teknis untuk memenuhi luasan lahan pertanian

  • pangan berkelanjutan;
  • pembangunan irigasi dari air tanah pada daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh irigasi teknis;

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-11

LAPORAN AKHIR 2016

  • Pembangunan waduk sebagai upaya untuk meningkatkan suplai air pada jaringan irigasi teknis.
    • Rencana pengembangan prasarana kelistrikan berupa:

  • Pembangkit Listrik Tenaga Uap 

  • Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro 
  • Pengembangan jaringan transmisi listrik meliputi: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan kapasitas 500 kV (Ungaran-DemakPurwodadi-Kudus- Pati-TanjungJati B (Jepara)
    • Rencana pengembangan prasarana energi BBM dan Gas berupa Pembangunan pipa gas Cirebon – Semarang – Bangkalan, Semarang – Kalimantan Timur, Semarang – Kepodang, Kepodang– Rembang – Pati – Jepara – Semarang • Rencana pengembangan prasarana penyehatan lingkungan, berupa:

  • pengembangan prasarana persampahan;
  • pengembangan prasarana limbah dan drainase

  • Kawasan Perlindungan Setempat  Kawasan sempadan pantai
    • Kawasan sempadan sungai
    • Kawasan sempadan danau/waduk/embung
    • Kawasan sempadan mata air
    • Kawasan ruang terbuka hijau kota

  • Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan cagarbudaya

  • Kawasan Cagar Alam, meliputi: Cagar Alam Keling I a, b, c, Cagar Alam Keling II, III, Cagar Alam Kembang, Cagar Alam GunungCelering;
  • Kawasan Taman Nasional Karimunjawa

  III-12

  Pembangkit Listrik Tenaga Surya

  Pembangkit Listrik Tenaga Alternatif

2. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah

  Rencana pola ruang wilayah provinsi Jawa Tengah digolongkan ke dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya.

a. Kawasan Lindung

  Rencana pola ruang kawasan lindung yang diatur dalam Peraturan Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 dimana di dalamnya terdapat wilayah Kabupaten Jepara adalah:

LAPORAN AKHIR 2016

  • Kawasan Pantai Berhutan Bakau/Mangrove
  • Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan rawan bencana •
  • Kawasan rawan banjir
  • Kawasan rawan tanah longsor
  • Kawasan rawan gelombang pasang
  • Kawasan rawan kekeringan
  • Kawasan rawan abrasi
  • Kawasan rawan angin topan Kawasan perlindungan plasma nutfah •

b. Kawasan Budidaya

  Rencana pola ruang kawasan lindung yang diatur dalam Peraturan Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 dimana di dalamnya terdapat wilayah Kabupaten Jepara adalah:

  • Kawasan hutan produksi
    • Kawasan hutan produksi tetap
    • Kawasan hutan produksi terbatas Kawasan hutan rakyat • Kawasan peruntukan pertanian •
    • Kawasan pertanian lahan basah
    • Kawasan pertanian lahan kering

  • Kawasan peruntukan perkebunan

  Kawasan peruntukan peternakan •

  • Kawasan peruntukan peternakan besar dan kecil
  • Kawasan peruntukan peternakan unggas Kawasan peruntukan perikanan •
  • Kawasan perikanan tangkap
  • Lahan perikanan budidaya air payau, perikanan budidaya air tawar, perikanan budidaya air laut

  Kawasan peruntukan pertambangan •

  • Kawasan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan, dan batubara
  • Kawasan pertambangan mineral dan gas bumi Kawasan peruntukan industri •

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-13

LAPORAN AKHIR 2016

  • Wilayah Industri/Kawasan Peruntukan Industri  Kawasan Industri Kawasan peruntukan pariwisata •
  • Kawasan Pengembangan Pariwisata B • Kawasan peruntukanpermukiman
  • Kawasan permukiman perdesaan
  • Kawasan permukiman perkotaan Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil •
  • Kawasan pesisir
  • Kawasan Pulau-Pulau Kecil

  C. Arahan Penataan Ruang menurut Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara Tahun 2011- 2031

1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Jepara

  Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No. 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031, rencana sistem pusat kegiatan Kabupaten Jepara secara hirarki meliputi:

  PKL di perkotaan Jepara dan Pecangaan; • PKLp di perkotaan Bangsri, Mayong, Keling dan Karimunjawa; • PPK di perkotaan Kedung, Mlonggo, Batealit, Kembang, Pakisaji, Kalinyamatan, • Nalumsari, Welahan, dan Donorojo; dan PPL di Desa Mantingan, Teluk Awur, Raguklampitan, Kerso, Kedungmalang, • Ujungwatu, Keling, Suwawal, Slagi, Lebak, Bondo, Srikandang, Bucu, Tubanan, Guwosobokerto, Ngroto, Welahan, Troso, Kaliombo, Banyuputih, Mayong Kidul, Pelang, Bandung, Pringtulis, Daren dan Ngetuk

  Rencana pengembangan jaringan prasarana Kabupaten Jepara sesuai RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 adalah sebagai berikut:

  Rencana sistem jaringan transportasi •

  • Sistem jaringan transportasi darat
  • Sistem jaringan transportasi laut
  • Sistem jaringan transportasi udara
    • Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan

  • jaringan pipa gas;

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-14

LAPORAN AKHIR 2016

  • pembangkit tenaga listrik; dan
  • jaringan transmisi tenaga listrik dan jaringan distribusi Rencana sistem jaringan telekomunikasi •
  • sistem kabel; dan
  • sistem nirkabel Rencana sistem jaringan sumber daya air •
  • wilayah sungai;
  • jaringan irigasi; dan
  • sistem pelayanan air bersih
    • Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan

  • sistem pengelolaan sampah;
  • sistem pengelolaan limbah;
  • sistem pengelolaan drainase; dan
  • jalur evakuasi bencana

2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Jepara

  Rencana pola ruang Kabupaten Jepara digolongkan ke dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya.

a. Kawasan Lindung

  Rencana pola ruang kawasan lindung yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No. 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 adalah:

  • kawasan hutan lindung;
  • kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya;
  • kawasan perlindungan setempat;
    • kawasan sempadan sungai;
    • kawasan sempadan pantai;
    • kawasan sekitar mata air;
    • ruang terbuka hijau perkotaan; dan
    • hutan bakau

  • kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
    • cagar alam;
    • taman nasional laut;
    • kawasan hutan wisata;

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-15

LAPORAN AKHIR 2016

  • kawasan pantai berhutan bakau; dan
  • cagar budaya dan ilmu pengetahuan
    • kawasan rawan bencana alam;

  • daerah rawan abrasi;
  • daerah rawan angin topan;
  • daerah rawan banjir;
  • daerah rawan banjir dan gelombang pasang;
  • daerah rawan banjir, gelombang pasang dan kekeringan;
  • daerah rawan banjir dan kekeringan;
  • daerah rawan gelombang pasang;
  • daerah rawan gelombang pasang dan abrasi;
  • daerah rawan gelombang pasang dan kekeringan;
  • daerah rawan kekeringan; dan  daerah rawan longsor.
    • kawasan lindung geologi;
    • kawasan lindung lainnya

  • kawasan perkembangbiakan alami satwa;
  • kawasan ekosistem padang lamun;
  • kawasan eksosistem estuari; dan
  • kawasan terumbu karang

b. Kawasan Budidaya

  Rencana pola ruang kawasan budidaya yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jepara No. 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 adalah:

  • kawasan peruntukan hutan produksi;
    • kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; dan
    • kawasan peruntukan hutan produksi tetap

  • kawasan peruntukan hutan rakyat;
  • kawasan peruntukan pertanian;
    • peruntukan tanaman pangan; o o

  peruntukan pertanian lahan basah; dan peruntukan pertanian lahan kering.

  • peruntukan hortikultura;

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-16

LAPORAN AKHIR 2016

  • peruntukan perkebunan; dan
  • peruntukan peternakan
    • kawasan peruntukan perikanan;

  • peruntukan budi daya air tawar;
  • peruntukan budi daya air payau;
  • peruntukan budi daya air laut; dan
  • peruntukan penangkapan ikan di laut
    • kawasan peruntukan pertambangan;
    • kawasan peruntukan industri;

  • sentra industri menengah; dan
  • sentra industri mikro dan kecil
    • kawasan peruntukan pariwisata;

  • kawasan pariwisata alam; dan
  • kawasan pariwisata budaya
    • kawasan peruntukan permukiman;

  • permukiman perdesaan
  • permukiman perkotaan • kawasan peruntukan lainnya.
  • kawasan khusus untuk militer
  • kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

3.1.3 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

  Rencana pembangunan daerah bidang Cipta Karya Kabupaten Jepara mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara yang menginduk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah. Adapun RPJMD Provinsi Jawa Tengah dan RPJMD Kabupaten Jepara yang berkaitan dengan bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut.

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-17

LAPORAN AKHIR

  2016 PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) KABUPATEN JEPARA

  • Cakupan pelayanan air minum dan sanitasi:
  • Rasio Rumah Layak Huni 76,67 76,73 76,74 76,75 76,76 76,77 76,77
  • Persentase kawasan permukiman kumuh yang tertangani

  III-18 TABEL III.1 Matriks RPJMD Provinsi Jawa Tengah terkait Bidang Cipta Karya No ASPEK/BIDANG URUSAN/INDIKATOR KINERJAPEMBANGUNAN KONDISI KINERJA PADA AWAL RPJMD TARGET KINERJA KONDISI KINERJA PADA AKHIR RPJMD 2013 2014 2015 2016 2017 2018 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  1. URUSAN PEKERJAAN UMUM

  Persentase pemenuhan kebutuhan air baku 50,12% 52% 54% 56% 58% 60% 60%

  a. Air Minum Perkotaan (%) 63,99% 67,00 75,00 76,50 77,50 78,00 78,00

  b. Air Minum Perdesaan (%) 49,13% 50,50 52,80 55,00 57,00 59,00 59,00

  c. Sanitasi (%) 64,50% 69,00 72,00 73,50 75,00 76,00 76,00

  2. URUSAN PERUMAHAN RAKYAT

  7,80 12,83 14,88 16,92 18,97 21,02 21,02

  Sumber: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018

LAPORAN AKHIR

KONDISI KINERJA PADA AKHIR RPJMD 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

  Program Pengembangan Lingkungan Sehat

  2016 PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) KABUPATEN JEPARA

  No ASPEK/BIDANG URUSAN/INDIKATOR KINERJAPEMBANGUNAN KONDISI KINERJA PADA AWAL RPJMD TARGET KINERJA

  1. URUSAN WAJIB

  • Diketahuinya angka kepadatan lalat dan terlaksananya Inspeksi Sanitasi (IS) TPA/TPS

  3 TPA kepadatan lalat, 4 sampel airsumur, 16 sarana inspeksi sanitasi

  Sarana inspeksi sanitasi TPA/TPS

  III-19

TABEL III.2

Matriks RPJMD Kabupaten Jepara terkait Bidang Cipta Karya

  Program Pengembangan

  Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan air Minum dan air Limbah

  2. URUSAN PEKERJAAN UMUM

  3 desa 225 jamban

  3 desa 45 jamban di 3 desa 50 jambandi 3 desa 55 jamban di

  Di 3 desa 30 jamban di 3desa 35 jambandi 3 desa 40 jamban di

  Stimulan (30 jamban

  TPA/TPS

  3 TPA Kepadatan lalat, 6 sampel air sumur, 16 sarana inspeksi sanitasi

  3 TPA Kepadatan lalat, 6 sampel air sumur, 16

  TPA/TPS

  TPA/TPS

  3 TPA Kepadatan lalat, 4 sampel air sumur, 16 sarana inspeksi sanitasi

  3 TPA Kepadatan lalat, 6 sampel air sumur, 16

  TPA/TPS

  3 TPA Kepadatan lalat, 6 sampel air sumur, 16 sarana inspeksi sanitasi

  TPA/TPS

  3 TPA Kepadatan lalat, 6 sampel air sumur, 16 sarana inspeksi sanitasi

  TPA/TPS

  3 TPA kepadatan lalat, 4 sampel air sumur, 16 sarana inspeksi sanitasi

  Sarana inspeksi sanitasi TPA/TPS

  • Meningkatnya pengetahuan kader kesling, terbangunnya jamban keluarga dan SPAL percontohan, diketahuinya data program KESLING
  • Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pengelolaan air minum 7 unit sarpras air minum 5 lokasi sarpras air bersih/minum 5 lokasi sarpras air bersih/minum 5 lokasi sarpras air bersih/minum 7 lokasi sarpras air bersih/minum 7 lokasi sarpras air bersih/minum 7 lokasi sarpras air bersih/minum 36 lokasi sarpras air bersih/minum
  • Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pengelolaan air limbah 2 unit sarpras drainase air limbah 21 lokasi sarpras air limbah/kotor 4 unit sarpras air limbah/kotor 4 unit sarpras air limbah/kotor 4 unit sarpras air limbah/kotor 5 unit sarpras air limbah/kotor 5 unit sarpras air limbah/kotor 43 unit sarpras air limbah/kotor

  

LAPORAN AKHIR 2016

KONDISI

KONDISI TARGET KINERJA ASPEK/BIDANG KINERJA PADA

  KINERJA No URUSAN/INDIKATOR AWAL RPJMD

PADA AKHIR KINERJAPEMBANGUNAN

  RPJMD 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

  Perumahan

  • Meningkatnya rumah layak Huni 245 unit 400 unit 425 unit 450 unit 450 unit 475 unit 500 unit 2.275 unit Program Lingkungan Sehat Perumahan - Meningkatnya Sarana sanitasi 4 lokasi 4 lokasi 4 lokasi 4 lokasi 6 lokasi 6 lokasi 6 lokasi 30 lokasi dan PSD

  Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman Dan Perbaikan Lingkungan

  • Terpeliharanya Saluran Drainase Pemeliharaan 30 km 30 km 30 km 30 km 30 km 30 km 64.815 meter kota drainase kota sepanjang 64.815 meter
  • Meningkatnya Fungsi dan Jalan jalan jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Penyediaan Sarana Prasarana Lingkungan : lingkungan : lingkungan : lingkungan : lingkungan : lingkungan : lingkungan : lingkungan : Permukiman Yang layak 6032,85 m 800 m 1500 m 1500 m 1500 m 2000 m 2000 m 9.300 m

  Gorong- gorong-gorong gorong-gorong gorong-gorong gorong-gorong gorong-gorong gorong-gorong gorong-gorong Gorong : 51 m : : : : : : : 50 m 50 m 50 m 50 m 50 m 50 m 250 m

  Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

  • Meningkatnya rasio timbulan 74 % 75 % 76 % 77 % 78 % 79 % 80 % 80 % sampah dengan yang terkelola sampah sampah sampah sampah sampah sampah sampah sampah terkelola terkelola terkelola terkelola terkelola terkelola terkelola terkelola

  Sumber: RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2017

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-20

MENENGAH (RPI2JM) KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR

  2016

3.1.4 Arahan Kebijakan Per Sektor

A. Sektor Pengembangan Permukiman

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional Tahun 2015-2019

  Arahan RPJMN 2015-2019 mengamatkan bahwa pengentasan permukiman kumuh perkotaan pada tahun 2019 menjadi 0 % melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 Ha dan gerakan 100-0-100.

  6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2019.

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-21

MENENGAH (RPI2JM) KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR 2016

  • Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat hunian aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman;
  • Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
  • Permukiman perdesaan sebagai hunian terbatas agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;
  • Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan holtikultura, disertai pengolahan hasil;
  • >Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang mema
  • Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman selain disediakan
  • Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;

  PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) KABUPATEN JEPARA

  III-22

  

7. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur dan Permukiman Menurut Perda Nomor

  2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031

  Kawasan permukiman adalah kawasan yang dipentukkan bagi permukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Jepara sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya. Sesuai dengan Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031, kawasan permukiman di Kabupaten Jepara dengan luas kurang lebih 5.828,07 Ha yang terbagi menjadi 2, yaitu : a. Kawasan permukiman perdesaan yang tersebar di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 2.598,37 Ha; b. Kawasan permukiman perkotaan yang tersebar di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 3.229,70 Ha; Dalam pengembangan kawasan permukiman, hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pengaturan pengembangannya natara lain :

  oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan kasiba/lisiba berdiri sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan perumahan secara vertikal;

LAPORAN AKHIR 2016

  • Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan, serta
  • Pengembangan pada kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, serta kawaswan industri, dilakukan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaikan dengan rencana tata ruang.

  

8. Kebijakan Infrastruktur dan Permukiman Kabupaten Jepara Menurut Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara

  Kebijakan yang berkaitan dengan infrastruktur di Kabupaten Jepara menurut RPJPD adalah Peningkatan prasarana dan sarana yang menunjang pengembangan kawasan (wilayah) berbasis pada kemampuan dan potensi lokal. Strategi dan program kebijakan dalam RPJP Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut:

  Kebijakan

  Peningkatan prasarana dan sarana yang menunjang pengembangan kawasan (wilayah) berbasis pada kemampuan dan potensi lokal

  Muatan Strategi

  1. Penyehatan lingkungan

  2. Perumahan dan permukiman

  3. Air Bersih

  4. Pertamanan dan Penerangan Jalan

  

9. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur dan Permukiman menurut Rencana

Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D)

  Kebijakan yang tertuang dalam RP4D Kabupaten Jepara meliputi kebijakan yang berkaitan dengan perumahan dan permukiman beserta sarana dan prasarana yang harus tersedia dalam kawasan perumahan dan permukiman tersebut. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:

  Kebijakan 1

  Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Baru

  Muatan Strategi

  1. Pembangunan rumah secara vertikal pada kawasan perkotaan yang berkepadatan tinggi;

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  III-23

Dokumen yang terkait

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 2f6677cdd0 BAB IIIBAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis

0 0 69

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 38dcd85e79 BAB III05. BAB III

0 0 23

BAB 2 Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 44cd451d12 BAB IIBab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan Bid. Cipta Karya

0 0 10

DOCRPIJM 9df4630328 BAB IIIBAB III Arahan Kebijakan dan Renstra

1 3 57

3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.1.2 Arahan Penataan Ruang B. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) - DOCRPIJM 104ba7184f BAB III3. Bab III DK

0 0 16

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang - DOCRPIJM 1501225466Bab 3 Kota Cirebon

0 2 184

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503391029BAB 3 Arahan Kebijakan dan R

0 0 53

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS INFRASTUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arah Kebijakan RPJMN Tahun 2015-2019 Bidang

0 3 82

BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1503116661BAB 3 Arahan Kebijakan Prabumulih

0 0 65

BAB III Arahan, Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1504073405BAB III Arahan Kebijakan dan Renstra CK OK

0 1 84