BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Evaluasi kualitas fungsi auditor internal dalam meningkatkan efektivitas pengendalian internal bank (Studi kasus Bank Permata Cabang Medan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Audit Internal Suatu hal yang pasti bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan

  efektivitas dari kegiatan usahanya, suatu perusahaan sangat memerlukan adanya internal audit departemen yang efektif, terutama di perusahaan menengah dan besar.

  Apalagi dengan akan diberlakukannya perdagangan bebas di antara negara-negara di seluruh dunia, yang tidak lagi memperbolehkan adanya proteksi, maka setiap perusahaan harus meningkatkan daya saingnya secara berkelanjutan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usahanya.

  Agoes (2013:204) mendefinisikan audit internal sebagai berikut: Internal Audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.

  Audit Internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya manajemen. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat.

  Definisi Internal Auditing menurut Institute of Internal Auditor yang dikutip oleh Pickett (dalam Agoes 2013:204) Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan-kegiatan operasi organisasi. Audit Internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.

  American Accounting Association mendefinisikan internal

  auditing (dalam Sawyer dkk 2005:8) sebagai ‘Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan’.

  Dari beberapa definisi diatas terlihat bahwa ada perbedaan dalam hal mendefinisikan internal auditing karena internal auditor di seluruh dunia melakukan pekerjaan mereka secara berbeda, tergantung pada lingkup audit yang diinginkan manajemen senior.

  Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal biasanya lebih rinci laporan keuangan. Laporan auditor internal berisi temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, serta saran-saran perbaikannya.

  Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang disusun manajemen, maka tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

  Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

  1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

  2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur- prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

  3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan

  4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.

  5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.

  6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

2. Pengertian Auditor Internal

  Auditor internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha.

  Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.

  Menurut Mulyadi (2002:29), menyatakan bahwa : Internal Auditor adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahan negara maupun perusahaan swasta) yang tugasnya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. organisasi, tetapi ia tidak independen terhadap organisasi sepanjang masih terdapat hubungan antara pemberi kerja dan pekerja. Auditor Internal menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektivitas operasi perusahaan.

  Mayoritas auditor internal memperoleh sertifikat sebagai seorang auditor internal bersertifikat (Certified internal auditor (CIA)), serta beberapa auditor intern lainnya memperoleh sertifikat akuntan publik atau sertifikat auditor intern.

3. Fungsi Auditor Internal

  Secara umum fungsi auditor internal dalam perusahaan adalah sebagai alat bantu manajemen untuk menilai efisiensi dan keefektivan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan. Agar auditor internal dapat melaksanakan fungsinya dengan baik ada berbagai syarat yang harus dimiliki .

  Menurut Tunggal (1995:51) fungsi Auditor Internal dalam melaksanakan pemeriksaan intern perusahaan pada umumnya bertujuan untuk membantu pimpinan perusahaan mencapai administrasi yang paling efisien mengenai berbagai operasi (tindakan) dalam organisasi.

  Tujuan tersebut meliputi 2 tahap:

  1. Melindungi kepentingan organisasi termasuk menujukkan kelemahan yang ada dalam organisasi sebagai dasar untuk diambil tindakan perbaikan.

  2. Meningkatkan pengamanan kepentingan organisasi, termasuk usul-usul tentang perubahan untuk memperbaiki berbagai tahap dari aktifitas dalam perusahaan.

  Menurut Muljono (1999:6), “tujuan audit yang pokok adalah untuk memberikan jasa kepada management yang bersifat protektif dan konstruktif”. Adapun menurutnya sifat protektif dari kegiatan audit dapat berupa :

  1. Pengamanan atas harta kekayaan bank, dalam pengertian di sini tentu termasuk pula pengamanan atas assets / aktiva / harta bank itu sendiri, atas pendapatan bank dalam segala bentuk yang seharusnya diterima dalam jumlah dan waktu yang semestinya.

  2. Penjagaan harta kekayaan lebih bersifat aktif oleh karena itu lebih cocok dikatakan sebagai upaya penjagaan harta kekayaan dalam bentuk represif.

  3. Dipatuhinya kebijakan (policies) management yang telah ditetapkan untuk menghindarkan penyimpangan-penyimpangan, baik dilakukan oleh pihak intern maupun extern.

  4. Bentuk lain dari sifat protektif ini yaitu menjaga kebenaran dan ketepatan data administrasi / management information system.

  5. Dan tujuan pemeriksaan yang tidak kalah pentingnya yaitu untuk menilai apakah internal control yang diterapkan dalam bank yang bersangkutan telah memadai atau tidak.

  Selanjutnya Muljono (1999:7) mengemukakan sifat dari tujuan audit yang lain yaitu jasa konstruktif bagi manajemen, antara lain berupa

  1. Penyampaian umpan balik untuk corective action atas penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan selama pelaksanaan audit tersebut.

  2. Mendorong dicapainya target yang telah ditetapkan.

  3. Dari hasil auditnya juga akan diketahui strenghtness,

  4. Dari berbagai saran tersebut tentunya akan memberikan dampak positif yaitu untuk meningkatkan profitability dan efektivitas / efisiensi usaha bank yang bersangkutan.

  Dalam melakukan pemeriksaan, auditor internal harus memiliki ciri yang menurut Tjitrosidojo (2000:189) menyebutkan tujuh ciri yang harus dimiliki oleh seorang auditor internal yaitu : 1.

  Ia harus mempunyai pandangan yang luas untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan. Ia harus berpikir sebagai seorang pimpinan organisasi yang tidak terkekang oleh program pemeriksaan atau tradisi.

  2. Pandangan yang luas tersebut harus didasarkan pada pertimbangan yang sehat. Dalam mengambil suatu keputusan yang mantap ia harus memperoleh semua fakta yang diperlukan.

  3. Pemeriksaan yang modern haruslah percaya pada diri sendiri dan kepada pekerjaannya. Kepercayaan dibuktikan dengan adanya keberanian untuk memasuki bidang pekerjaan baru.

  4. Imajinasi merupakan jiwa penggerak kemajuan.

  5. Inisiatif adalah kekuatan yang melengkapi gagasan.

  6. Sikap Harus memelihara hubungan baik dengan pihak yang diperiksanya.

  7. Kepemimpinan Pemeriksaan harus mempunyai sifat kepemimpinan yang diperlukan untuk melancarkan kepercayaan dan untuk meransang tindakan.

  Berdasarkan uraian diatas, maka syarat minimal yang harus dimiliki seorang auditor internal setidak – tidaknya meliputi : 1) Pengetahuan yang baik dibidang akuntansi dan auditing. 2) Sikap yang objektif dan independent. 3) Sifat jujur, bijaksana dan mampu bekerja sama. 4)

  Disamping itu perlu juga pemahamannya tentang rencana Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan/audit tidaklah semata-mata ditujukan untuk mencari kesalahan seseorang/management saja tetapi audit merupakan suatu kegiatan yang diperlukan secara terus menerus walaupun dalam bank tersebut tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan. Tetapi audit tetap diperlukan untuk penyampaian jasa-jasa konstruktif dan protektif kepada management bank.

4. Pengendalian Internal

  Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian intern.

  Pengendalian intern menurut Agoes (2004:79) terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini: a.

  Lingkungan Pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.

  Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

  b.

  Penaksiran Risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.

  c.

  Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.

  e.

  Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

  Unsur-unsur pengendalian intern dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

  1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.

  Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini: a.

  Intergritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Struktur organisasi e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

  2. Penaksiran Resiko Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini: a.

  Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki d. Teknologi baru e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru f. Restrukturisasi korporasi g.

  Operasi luar negeri h. Standar akuntansi baru

  3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini: a.

  Review terhadap kinerja b. Pengolahan informasi c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas

  4. Informasi dan Komunikasi catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal.

  5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

  Menurut Tawaf (1999:19), mengenai hubungan satuan kerja audit intern dengan pengendalian intern pada perusahaan, khususnya bank adalah sebagai berikut : Satuan Kerja Audit Intern merupakan bagian dari struktur pengendalian intern bank dan merupakan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan audit dan pelaporan hasil audit mengenai terselenggaranya struktur pengendalian secara terkoordinasi dalam setiap tingkatan manajemen bank.

5. Kedudukan Auditor Internal

  Berhasil tidaknya suatu auditor internal dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh kedudukan dalam struktur organisasi perusahaan.

  Internal auditor hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkannya untuk dapat melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya dengan baik serta dapat menjamin kebebasannya.

  Kedudukan auditor internal dalam suatu perusahaan merupakan posisi staf. Ini berarti bahwa posisi ini diadakan untuk memberikan informasi, saran dan rekomendasi kepada manajemen yang bertanggung jawab atas pencapaian tujuan perusahaan.

  Konflik antara auditor internal dan para manajer sering terjadi disebabkan kedua pihak tidak ada saling pengertian sebagaimana mestinya tentang kedudukan dan pandangan masing-masing. Para manajer menganggap para internal auditor mempunyai pandangan yang terlalu ketat mengenai peraturan dan penilaian transaksi-transaksi, serta bertindak sebagai penyelidik yang sering mencari keterangan tentang penyimpangan-penyimpangan kecil dari prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Sementara ini para auditor internal merasa manajer-manajer tersebut tidak memperhatikan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya dengan baik serta tidak mau menerima saran-saran yang diberikan. a.

  Bagian internal audit berada di bawah direktur keuangan (sejajar dengan bagian akuntansi dan keuangan) b.

Bagian internal audit merupakan staf direktur utama c. Bagian internal audit merupakan staf dari dewan komisaris d. Bagian internal audit dipimpim oleh seorang internal audit direktur. Keempat alternatif tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.1, 2.2, 2.3, dan gambar 2.4 berikut ini.

  Internal audit di bawah direktur keuangan RUPS

  Dewan Komisaris Direktur Utama

  Direktur Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Keuangan

  Bagian Internal Audit Gambar 2.1 Internal audit dibawah Direktur Keuangan Gambar diatas memperlihatkan bahwa bagian audit internal berkedudukan sejajar dengan bagian keuangan dan bagian akuntansi. Bagian audit internal sepenuhnya bertanggung jawab kepada direktur keuangan. Kelemahan dari kedudukan ini adalah bahwa ruang lingkup pemeriksaan internal auditor menjadi lebih sempit hanya ditekankan pada pengendalian atas bagian keuangan saja. Jika dikaitkan dengan independensi, maka tingkat kebebasan internal auditor terbatas dan sempit. Keuntungan posisi ini adalah laporan internal auditor dapat Internal audit merupakan staf direktur utama bertanggungjawab langsung kepada direktur utama RUPS

  Dewan Komisaris Direktur Utama

  Bagian Internal Audit Direktur Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Keuangan Bagian Anggaran

Gambar 2.2 Internal audit merupakan Staf Direktur Utama Gambar diatas memperlihatkan bahwa kedudukan internal audit merupakan staf direktur utama. Dalam hal ini auditor internal mempunyai tingkat independensi yang tinggi, karena auditor internal dapat melakukan pemeriksaan ke seluruh bagian, kecuali pimpinan perusahaan atau direktur utama. Kelemahan fungsi auditor internal pada struktur ini, bahwa direktur utama mempunyai tugas yang banyak, secara mendalam, sehingga tindakan perbaikan yang diperoleh tidak dapat diambil dengan segera.

  Internal audit merupakan staf dewan komisaris RUPS

  Dewan Komisaris

  Bagian Internal Audit Direktur Utama Direktur Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Keuangan Bagian Anggaran

Gambar 2.3 Internal audit merupakan Staff Dewan Komisaris Gambar diatas memperlihatkan bahwa bagian auditor internal berfungsi sebagai dewan komisaris, dan posisinya berada diatas direktur utama. Kedudukan ini, memberikan tingkat independensi yang tinggi sekali karena internal auditor dapat memeriksa seluruh aspek organisasi. sehingga tidak dengan cepat dapat mengambil tindakan atau menanggapi saran-saran yang diajukan oleh internal auditor untuk pencegahan dan perbaikan.

  Internal audit dipimpin oleh seorang direktur internal audit

  Internal Audit Director Executive Secretary

  Supervisor of Quality Assurance Supervisor of

Computer Auditing Supervisor Auditing

Audit Secretary Senior EDP Auditor Computer Audit

  Specialist Senior Auditor Lead Auditor EDP Auditor Staff Auditor Gambar diatas memperlihatkan bahwa kedudukan bagian auditor internal dipimpin oleh direktur internal audit. Direktur internal audit mengarahkan personil dan aktivitas-aktivitas departemen audit intern dan mempunyai tanggung jawab terhadap program dan pelatihan staff audit.

  Direktur audit intern mempunyai akses yang bebas terhadap ketua dewan komisaris. Tanggung jawab direktur audit intern adalah menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program tersebut untuk persetujuan. Auditing supervisor membantu direktur audit intern dalam mengembangkan audit program tahunan dan membantu dalam mengkoordinasi usaha audit dengan akuntan publik agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa duplikasi usaha. Senior auditor menerima audit program dan instruksi untuk area audit yang ditugaskan dari auditing supervisor. Senior auditor mempunyai staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit. Staff auditor melaksanakan tugas audit pada suatu lokasi audit.

  Kedudukan ini, kelemahannya adalah ketika direktur internal audit tidak dapat mengelola departemen audit intern dengan baik, sehingga pekerjaan audit tidak dapat memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang telah disetujui manajemen, sumber daya dari departemen audit intern tidak digunakan secara efisien dan efektif.

6. Independensi Auditor Internal

  Profesionalisme membawa konsekuensi segudang tanggung jawab. Bukan pekerjaan yang membuat profesional, melainkan semangat dalam mengerjakannya. Profesional sejati akan menaati kode etik yang bisa jadi menimbulkan kesulitan dalam mengambil keputusan pribadi, sebuah kondisi yang nyata bagi profesi di bidang hukum, kedokteran, dan akuntansi, dibandingkan profesi-profesi lainnya. Hal ini juga berlaku bagi auditor internal yang ingin menjadi anggota sebuah profesi.

  Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi, dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai dengan keinginan eksekutif atau lembaga, auditor internal harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu auditor internal bisa disebut melaksanakan audit dengan profesional.

  Mautz dan Sharaf (dalam Sawyer dkk 2005:35) memberikan beberapa indikator independensi profesional. Indikator tersebut diperuntukkan bagi akuntan publik, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor internal yang bersikap objektif. Indikator- indikatornya adalah: 1.

  Independensi dalam Program audit : a.

  Bebas dari intervensi manajerial atas program audit

  2. Independensi dalam verifikasi: a.

  b.

  Menurut Agoes (2004:217) untuk dapat menyusun laporan dengan baik dan agar dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca, maka

  Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis kepada manajemen. Laporan tersebut merupakan suatu alat dan kesempatan bagi auditor internal untuk menarik perhatian manajemen mengenai manfaat dari internal auditor Departement (IAD), apa saja yang sudah dan dapat dikerjakan IAD, hal penting apa saja yang terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian dan tindakan perbaikan dari manajemen.

  Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.

  d.

  Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor.

  c.

  Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit.

  Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan.

  Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan.

  3. Independensi dalam pelaporan: a.

  Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.

  d.

  Bebas dari segala usahamanajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti.

  c.

  Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit.

  b.

7. Laporan Auditor Internal

  a.

  Objective b. Clear (jelas) c. Concise (singkat tetapi padat) d. Constructive (membangun) e. Timely (tepat waktu).

  Kriteria diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

  a. Objective Pembaca mengharapkan penyajian hasil yang terus terang dan berdasarkan fakta. Bila auditor melindungi, mengkualifikasi atau menutupi temuan penting akan menjengkelkan pembaca yang mencari kesimpulan dan rekomendasi.

  b. Clear (jelas) Setiap laporan harus menggunakan suatu strategi yang tepat untuk informasi penting yang akan disajikan, bahasa laporan harus kreatif, kata-kata yang dipilih dan susunannya harus mencerminkan tingkat kepentingan yang berfariasi diantara item yang disajikan.

  c. Concise (singkat tetapi padat) Kalimat-kalimat harus dibuat secara singkat dan ringkas mengenai ide-ide penting. Penjelasan yang terlalu panjang dan sangat rinci akan membingungkan pembaca. d. Constructive (membangun) Pembaca tidak membaca secara sederhana, sekedar untuk menemukan kesalahan, tetapi lebih jauh lagi untuk mempelajari tindak lanjut pemecahan.

  e. Timely (tepat waktu) Nilai laporan audit secara langsung berhubungan dengan kecepatan informasi.

  Menurut Sawyer dkk (2005:36) Kode etik dan standar praktik profesional Audit Internal dari Ikatan Auditor Internal (Institute of internal auditors-IIA) memberikan mekanisme bagi auditor untuk melaporkan hasil audit, temuan, opini, atau informasi yang diperoleh selama audit, tanpa harus melapor ke pihak-pihak di luar organisasi”. Mekanisme tersebut mencakup pelaporan ketingkat manajemen yang berwenang, komite audit, atau dewan direksi.

  Pada kebanyakan organisasi, manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yang diterima. Oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan ekonomis. Menurut Sawyer dkk (2005:81) beberapa prinsip untuk menetapkan sistem pelaporan

  (reporting) internal yang efektif adalah sebagai berikut: a.

  Laporan harus dibuat sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.

  b.

  Individu-individu atau unit-unit harus diminta melaporkan hal-hal yang menjadi tangung jawabnya.

  c.

  Biaya mengakumulasi data dan menyiapkan laporan harus umum harus digunakan sebanyak mungkin untuk menghindari kebingungan.

  e.

  Sedapat mungkin laporan kinerja memperhatikan perbandingan dengan standar biaya kualitas dan kuantitas yang ditetapkan.

  Biaya-biaya yang bisa dikendalikan harus dipisahkan.

  f.

  Jika kinerja tidak bisa dilaporkan secara kuantitatif, laporan yang dirancang untuk menekankan pengecualian atau hal-hal lain yang membutuhkan perhatian manajemen.

  g.

  Agar bisa bermanfaat maksimal, laporan haruslah tepat waktu.

  Laporan yang tepat waktu yang sebagian didasarkan pada estimasi bisa jadi lebih berguna dibandingkan laporan yang lebih tepat tetapi terlambat.

  h.

  Penerimaan laporan harus ditanyakan secara periodik untuk mengetahui apakah mereka masih membutuhkan laporan yang diterima atau apakah ada yang bisa diperbaiki dari laporan tersebut.

  Jika dalam pelaksanaan audit, auditor internal menemukan hal-hal penting yang perlu segera dilaporkan kepada manajemen, agar bisa segera dilakukan tindakan perbaikan oleh manajemen, maka hal tersebut akan disampaikan dalam bentuk informal report.

   Informal reports bisa disampaikan secara lisan, (melalui telepon

  atau dalam rapat/pertemuan khusus) atau secara tertulis. Walaupun disampaikan secara lisan, sebaiknya didukung oleh data atau bukti tertulis atau catatan ringkas.

  Menurut Tugiman (1997:191) laporan pemeriksaan baik apabila memenuhi empat kriteria mendasar, yaitu:

1. Objektivitas

  Suatu laporan pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedural atau hal-hal lain yang diperlukan dalam proses pemeriksaan. tersebut. Dipandang dari hal tesebut, kewibawaan merupakan inti pemeriksaan dan penulisan laporan pemeriksaan yang efektif.

  3. Keseimbangan Laporan pemeriksaan yang seimbang adalah laporan yang memberikan gambaran tentang organisasi atau aktivitas yang ditinjau secara wajar dan realistik. Keseimbangan memperlakukan auditee sebagaimana pegawas internal ingin diperlakukannya seandainya mereka bertukar peran.

  4. Penulisan yang profesional Selain harus objektif, berwibawa, dan seimbang, laporan pemeriksaan harus ditulis secara profesional agar penulisan tersebut efektif.

  Menurut Tugiman (1997:202) Laporan pemeriksaan yang ditulis secara profesional memperhatikan beberapa unsur, yaitu a.

  Struktur Kualitas suatu laporan pemeriksaan akan sangat tergantung pada struktur laporan tersebut. Apabila suatu laporan pemeriksaan memiliki struktur salah, tidak akan ada hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu laporan sebelum persoalan tersebut diatasi.

  b.

  Kejelasan Sebuah laporan pemeriksaan akan dianggap mempunyai kejelasan apabila dapat dipahami secara mudah. Auditor Internal harus terlebih dahulu memahami hal yang menjadi pokok bahasan sebelum dapat menuliskannya secara jelas dalam laporan pemeriksaan.

  c.

  Keringkasan Laporan pemeriksaan yang ringkas adalah laporan pemeriksaan yang lengkap namun tidak bertele-tele. Laporan tersebut langsung dan tetap membicarakan pokok bahasan tersebut.

  d.

  Nada Laporan Dalam laporannya, pengawas internal sebaiknya tidak memberikan perintah meminta, memberikan instruksi, menolak, menyetujui, menyangkal, membela, mendesak, mendorong, membesarkan atau mengecilkan hati, mengkritik, ataupun memuji e.

  Pengeditan Pengeditan yang sempurna sangatlah penting karena menunjukkan bahwa pengawas internal sangat memperhatikan hasil perkerjaannya

8. Standar Audit Internal

  Standar audit intern diperlukan sebagai dasar untuk mengukur apakah pelaksanaan pekerjaan audit intern telah memadai atau tidak.

  Dengan bekerja mengikuti standar, auditor dapat mempertahankan diri dari tuduhan akan pelaksanaan audit yang tidak memadai.

  The Institute of Internal Auditor (IIA) merupakan asosiasi profesi

  internasional yang telah diakui di dunia. IIA mengembangkan pedoman pelaksanaan audit intern yaitu International Standards for The

  Professional Practice of Internal Auditing .

  Sesuai dengan yang dipublikasikan IIA, tujuan Standar tersebut adalah untuk :

  1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mencerminkan praktik audit internal yang seharusnya dilakukan.

  2. Memberikan kerangka kerja untuk melaksanakan dan meningkatkan lingkup aktivitas audit internal yang bernilai tambah.

  3. Menetapkan dasar pengukuran kinerja audit internal.

  4. Membantu perkembangan proses organisasional dan operasi.

  International Standards for The Professional Practice of Internal

Auditing terdiri dari tiga bidang utama yaitu standar atribut, standar karakteristik organisasi dan individu yang melakukan kegiatan audit intern.

  Standar kinerja menjelaskan sifat aktivitas audit intern dan kriteria kualitas untuk menilai kinerjanya. Standar atribut dan standar kinerja berlaku untuk audit intern secara umum, sedangkan standar implememtasi lebih rinci dan memfokuskan pada penerapan langsung atas situasi khusus.

  Pada perbankan di Indonesia, Bank Indonesia telah secara tegas membuat suatu standar untuk para internal auditnya dengan memberlakukan SPFAIB (Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank).

B. Kerangka Konseptual

  Internal Auditor Pengendalian Internal yang Baik

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual

  Internal auditor merupakan suatu aktivitas penilaian yang berbeda atas data akuntansi dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh pegawai perusahaan itu sendiri dengan maksud membantu manajemen dalam penyediaan informasi. Dalam melaksanakan auditnya seorang internal auditor melaporkan hasil audit, namun terkadang terdapat masalah ketidakselarasan antara prosedur yang dibuat oleh manajemen dengan kepentingan bisnis dari perusahaan. Sehingga, peran serta internal auditor sangat berpengaruh dalam meningkatkan efektifitas pengendalian internal yang baik dalam perusahaan.

Dokumen yang terkait

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN (HOMESCHOOLING) 2.1 Gambaran Umum Homeschooling 2.1.1 Sejarah Singkat Homeschooling - Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama

0 1 18

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama

0 2 56

1. UJI NORMALITAS - Pengaruh Kualitas Produk dan Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek iPhone pada Mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU

1 1 21

BAB II KERANGKA TEORI - Pengaruh Kualitas Produk dan Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek iPhone pada Mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis FISIP USU

0 0 26

BAB II KERANGKA TEORI - PengaruhBauran Promosi Kartu Kredit ANZ Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Pada Bistronomix Cafe Medan Deli

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN - PengaruhBauran Promosi Kartu Kredit ANZ Dalam Meningkatkan Volume Penjualan Pada Bistronomix Cafe Medan Deli

0 1 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Suara 2.1.1 Defenisi Bunyi Suara - Hubungan Paparan Kebisingan dan Karakteristik Operator SPBU terhadap Tekanan Darah di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Paparan Kebisingan dan Karakteristik Operator SPBU terhadap Tekanan Darah di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - Perbedaan Adversity Quotient antara Siswa Pribumi di Sekolah Pembauran dengan Siswa Pribumi di Sekolah Negeri di Kota Medan

0 5 12

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Hubungan Locus of Control dengan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Tingkat Pertama di Universitas Sumatera Utara

0 0 10