BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Setiap manusia akan mengalami perkembangan sejak masa bayi, periode kanak-kanak, masa pubertas atau masa remaja yang kemudian berkembang menjadi dewasa. Kehidupan sebagai remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia menurut Jhon W Santrock (2003:26) bahwa “ remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa

   yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional ”.

  Selama masa remaja seluruh tubuh mengalami perubahan baik dibagian luar maupun dibagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun fungsinya.

  Remaja pada tingkat sekolah menengah pertama berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja atau pubertas”.

  Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada anak perempuan ataupun perubahan suara pada anak laki-laki, secara biologis anak-anak tersebut mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Pada masa pubertas hormon seseorang menjadi aktif. Pertumbuhan secara cepat pada hormon-hormon tersebut diatas merubah sistem biologis seorang anak terutama pada anak perempuan. Anak perempuan dalam masa pubertas melewati tiga tahap yaitu, pembesaran pada buah dadanya kemudian 1 tumbuhnya bulu-bulu halus di daerah tertentu dan selanjutnya menstruasi sebagai

  Jhon W Santrock dalam buku “Masa Perkembangan Anak 1” hal: 26. 2003 pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Bentuk fisik anak-anak akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawanya pada dunia remaja. Disamping itu, perubahan fisik tersebut akan memperngaruhi pula keadaan psikis, kognitif dan sosial anak. Ketidaknyamanan pada tubuh yang dirasakannya, dan ketidakpahaman anak dalam menghadapi perubahan tersebut akan menimbulkan perilaku-perilaku baru seperti mudah marah, melawan, bingung, berprilaku yang beresiko, problem sekolah, terdapat banyak keluhan dan aktivitas seksual.

  Menurut Garrison (dalam Mappiare, 1982) individu memiliki kebutuhan- kebutuhan yang khas, seperti kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan akan penerimaan orang lain. Salah satu hubungan interpersonal yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis-sosiologis pada anak pubertas adalah pertemanan. Kehadiran teman pada anak perempuan khususnya pada masa pubertas akan sangat berarti bagi hidupnya. Mappiare (1982) mengatakan jika teman-teman sebayanya hanya sedikit yang mau menerima kehadiran dirinya maka anak tersebut akan merasa kekurangan teman

   untuk bergaul .

  Membina pertemanan dengan sesama jenis atau dengan lawan jenis merupakan salah satu bentuk pengembangan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu anak pada masa pubertas memerlukan seseorang untuk dapat dijadikan kawan berbincang dan tempat curahan suka dukanya, kawan untuk berbagi rasa 2 kecemasan dan permusuhan serta kawan untuk memikul rahasia dan rasa sedih.

  Andi Mappiare dalam Buku Psikologi Remaja, 1982 Dengan membagi ataupun mencurahkan beban dalam hati serta pikiran itulah maka akan terasa oleh para anak pubertas bahwa penderitaan atau kecemasan akan sedikit terungkit lepas.

  Seorang anak dapat mengenal dirinya sendiri atau mengetahui kepribadianya melalui hubungan dengan teman-teman disekitarnya khususnya teman sebanyanya atau pada kelompok sosial. Karena standart kelompok sosial

  

  Hurlock (1990) menegaskan bahwa teman memberikan pengaruh paling

  

  besar dalam kehidupan individu ertemanan mengandung unsur spesifik seperti kepercayaan, keterbukaan, saling berbagi suka duka, dan belajar mengatasi konflik. Anak pada masa pubertas berusaha mempunyai teman untuk berbagi rasa dengan yang lain. Oleh karena itu, pada masa pubertas timbul pengelompokkan- pengelompokkan, salah satunya adalah Chums yaitu kelompok dimana anak berteman karib dengan ikatan pertemanan yang sangat kuat dan biasanya terdiri dari dua sampai tiga teman dekat (Mappiare, 1982).

  Pengelompokkan-pengelompokkan pada bertemanan seorang anak pada umumnya didapat di sekolah formal, karena menurut Santrock (1998) anak usia pubertas pada umumnya cendrung menghabiskan waktu di lingkungan sekolah dengan lingkungan teman sebanyanya dan cendrung berkurang waktu si anak di

   3 lingkungan keluarga . Tetapi, bagaimana jika seorang anak tersebut belajar di 4 Kepribadian yang sehat 5 Elisabeth B.Hurlock dalam buku “Psikologi Perkembangan” 1990, hal:186 Jhon W. Santrock dalam buku “Masa Perkembangan Anak I” 2003,hal:98

  sekolah rumah (Homeschooling) karena Pendidikan tidak hanya terbatas belajar di sekolah, demikian pula sistem pendidikan tidak hanya ada dalam bentuk formal sebagaimana yang umumnya dikenal dan berkembang di masyarakat. Ada bentuk- bentuk pendidikan lain yang dikenal dan diakui dalam sistem pendidikan nasional, salahsatunya sistem pendidikan jalur informal yang merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Rumah

  

  Pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru, karena para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru privat untuk mengajar anak- anaknya, itulah salah satu jejak homeschooling pada masa dahulu. Namun pada dasarnya filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya

  

  makhluk belajar dan senang belajar”(Jhon Cadlwell Holt,1964) . Sedangkan menururt Dr. Seto Mulyadi dalam majalah Umi Edisi 1 Tahun 2004, mengatakan bahwa belajar adalah proses mengubah, menambah, dan membentuk suatu perilaku. Perilaku yang dimaksud tentu saja berkaitan dengan semua aspek

  

  kognitif, afektif maupun psikomotorik .Selanjutnya dikatakan pula bahwa anak tidak mesti datang ke sekolah untuk belajar.“Jika belajar dikaitkan dengan proses

  

pendidikan maka pendidikan yang sebenarnya justru dalam keluarga tidak

  

dilembagakan . Maksudnya pendidikan itu harus individual bukan klasikal atau

6 massal, karena setiap anak memiliki keunikan dan kecepatan berbeda dalam 7 legalitas pendidikan informal pasal 27 UU 2003 8 Jhon Cadlwell Holt dalam buku How Children Fail,1964 hal:13

Kognitif : ranah yang mencakup kegiatan mental/otak. Afektif : ranah yang mencakup watak dan

9 perilaku. Psikomotorik : ranah yang mencakup keterampilan/skill.

  Seto Mulyadi dalam buku homeschooling keluarga kak Seto,2007 belajar.Mendidik anak harus sampai bisa (efektif), sementara sistem pembelajaran di sekolah berkejaran dengan waktu dan target-target (efisien).

  Homeschooling yang lebih dikenal dengan sekolah rumah merupakan

  fenomena yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat, golongan pendidik, orangtua dan pemerhati pendidikan dalam 3-4 tahun terakhir. Terutama setelah liputan media massa banyak membahas mengenai homeschooling, munculnya berbagai macam komunitas homeschooling. Ramainya fenomena ini dibicarakan diantaranya berkaitan dengan kepribadian remaja jika ia belajar dirumah, materi yang disajikan dalam pendidikan dirumah, kesanggupan orangtua mengajari anak, proses evaluasi dan penilaian keberhasilan belajar anak, tingkat pendidikan anak dari waktu ke waktu, izajah, danakhirnya berkaitan dengan lapangan pekerjaan yang kelak ditekuni anak. Pertanyaan-pertanyaan ini bermuara pada hasil akhir: apakah pendidikan rumah sanggup menghasilkan individu dengan kompetensi spesifik, serta mampu berelasi dengan orang banyak.

  Pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan pendidikan juga mempengarhi perubahan pada kebudayaan. Pendidikan mempengaruhi perkembangan kepribadian maksudnya dalam hal ini pendidikan memiliki peran dalam perkembangan kepribadian individu, karena dalam dunia pendidikan tidak hanya dijabarkan bagaimana cara individu memahami suatu

  

  materi tetapi juga membentuk karakter , melalui pembentukkan karakter kepribadian individu dapat di bangun. Selanjutnya pendidikan mempengaruhi 10 perubahan kebudayaan, di dalam antropologi pendidikan dijelaskan bahwa Karakter atau watak ialah struktur batin manusia yang nampak dalam tindakan tertentu. pendidikan di sekolah sangat mempengaruhi perubahan kebudayaan (adanya

   transmisi kebudayaan ).

  Menurut Margareth Mead (1992) mengenai pendidikan dalam masyarakat sederhana, di mana ia membedakan antara Learning Cultures (kebudayaan

  

  belajar) dan Teaching Cultures (kebudayaan mengajar) . Dimana, dalam golongan pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara yang tidak resmi, yaitu dengan berperan serta dalam rutin kehidupan sehari-hari untuk memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Dalam golongan kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran dari warga-warga lain yang dianggap lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam pranata-pranata pendidikan yang resmi, di mana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan.

  Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan homeschooling, dan perbedaan apa saja yang mendasar antara homeschooling dengan sekolah yang selama ini kita kenal, yakni jenjang SD (6 tahun), SMP (3 tahun) dan SMA (3 tahun)? Salah

  

  seorang praktisi homeschooling, Sumardiono , mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada definisi tunggal dari homeschooling.Namun, prinsipnya adalah bahwa sistem pendidikan homeschooling, sebuah keluarga bertanggung jawab sendiri 11 atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis

  

Transmisi budaya adalah suatu upaya atau proses dalam menyampaikan sikap, keyakinan, nilai-

12 nilai, pengetahuan dan juga keterampilan dari satu genearsi ke generasi selanjutnya. 13 Margareth Mead dalam buku “Sejarah Teori Antropologi II” hal:48. 2007 www.sumardiono.com. Diakses Sabtu, 29 maret 2014.

  pendidikannya. Di sini orangtua bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Bertanggung jawab secara aktif ini maksudnya adalah orangtua terlibat penuh pada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan ketrampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak.

  Perbedaan yang paling mendasar antara remaja di homeschooling dengan remaja sekolah pada umumnya tentu saja berkaitan dengan berangkat ke sekolah.

  Remaja homeschooling tidak perlu berangkat ke sekolah 6 hari perminggu, mereka juga tidak mengenal beragam liburan berkaitan dengan kalender pendidikan, mereka tidak mengenakan seragam dan mereka hanya menjalani ujian jika memang model homeschooling yang mereka tempuh bekerja sama dengan sekolah,jika tidak ada kerja sama maka remaja homeschooling tidak akan menempuh ujian layaknya di sekolah biasa. Jumlah jam belajar mereka sehari berbeda dari anak sekolah umum, dan materi yang diajarkan dapat saja berbeda dengan yang diajarkan di sekolah umum. Berkaitan dengan materi, sejak awal

  

homeschooling dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya,

  sehingga materi yang diajarkan di sesuaikan dengan minat dan kebutuhan belajar

  

  Berbicara tentang materi yang diajarkan, dalam proses belajar-mengajar di 14 homeschooling ada delapan (8) metode pembelajaran, yaitu:

  Homeschooling, Rumah Kelasku Dunia Sekolahku. Kumpulan Artikel. 2012

  1. Metode homeschooling Charlotte Mason, dalam metode ini anak membaca buku kemudian menceritakan kembali dengan bahsanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya.

2. Metode homeschooling Klasik, metode ini terdiri atas konsep grammar,

  

logic dan rhetoric atau dapat juga diartikan pengetahuan, pengertian dan

  kebijakan tahapan grammar (sampai usia 12) adalah saat anak menerima dan mengumpulkan informasi dan pengetahuan. Anak belajar menerima fakta walaupun belum memahaminya namun sejalan dengan bertambahnya usia, mereka mulai mencerna fakta tersebut.

  Tahapan logic (usia 13-15) adalah usia saat pemahaman anak mulai matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat dan pengetahuan tentang logika. Tahapan rhetoric (usia 16-18) adalah saat anak bisa menggunakan pengethauan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dan berdiskusi serta berdebat. Setiap mata pelajaran mempunyai 3 tahapan yaitu peserta didik menerima fakta, belajar mengerti, dan diuji dalam pemahaman mereka.

  3. Metode Eclectic, metode ini melakukan hal-hal yang disukai dari berbagai kurikulum yang ada dengan menggunakan sumber-sumber informasi dari internet, perpustakaan atau menciptakan kurikulum sendiri.

  4. Metode homeschooling Montessori, Maria Montessori menyatakan bahwa anak mempunyai kemampuan untuk belajar. Orang dewasa hanya perlu mengatur lingkungan anak agak mendukung proses anak belajar. Orang dewasa tidak perlu mengatur anak, tetapi cukup dengan membantu anak belajar dari lingkungannya dalam situasi natural maupun kelompok yang tidak dibatasi oleh umur.

  5. Metode Unschooling, anak belajar materi yang mereka sukai. Unschooling sangat tidak terstruktur tapi sering cocok untuk sebagian anak, terutama anak kecil.

  6. Metode Unit Studies, semua mata pelajaran terpadu menjadi satu tema.

  Sebagai contoh dari sebuah buku anak dapat belajar sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika, semua melalui buku tersebut.

  7. Metode Belajar Jarak Jauh 8.

  Metode homeschooling Waldorf, konsep pengajaran Waldrof bertumpu pada anak secara keseluruhan (the whole child) yang meliputi kepala, hati dan tangan. Metode ini menekankan dongeng (storytelling) dan seni (art). Metode ini tidak berusaha untuk menamamkan materi intelektual kepada anak, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan menikmati proses belajar. Munculya homeschooling didasari oleh berbagai hal yang berbeda-beda untuk setiap keluarga.Namun, kekhawatiran orangtua akan pendidikan sekolah pada masa ini (tuntutan perilaku yang seragam, pergaulan remaja yang penuh tekanan, jumlah jam yang terlalu banyak dan penuh) menjadi penyebab utama sejumlah orangtua menerapkan pendidikan model homeschooling ini, di samping itu karakteristik anak yang berbeda-beda dalam menangkap segala jenis pelajaran yang disampaikan kepadanya, memicu munculnya homeschooling ditengah-

   tengah pendidikan formal .

  Disisi lain masih terdapat kekhawatiran terhadap kelemahan

  homeschooling , dimana anak-anak yang belajar di homeschooling kurang

  berinteraksi dengan teman sebayanya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Padahal interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang. Anak-anak yang mengikuti homeschooling (homeschooler) kurang berinteraksi dengan teman sebaya dikarenakan lingkungan belajar mereka yang tertutup dengan lingkungan luar dan karena kebiasaan mereka yang lebih senang bergaul dengan orang yang dikenal saja sehingga menyebabkan anak

  homeschooling sulit berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan teman sebaya

  

  mereka yang mengikuti homeschooling . Langeveld mengatakan bahwa pegaulan adalah lapangan yang tersedia bagi pendidikan, jadi dari pergaulan yang baik

   dapat diselenggarakan pendidikan yang sebaik-baiknya .

  Di pandang dari sisi positif dan negatifnya, homeschooling memiliki beberapa pertimbangan penting. Dilihat dari sisi positifnya yang pertama

  

homeschooling mengakomodasikan potensi kecerdasan anak secara maksimal

  karena setiap anak memiliki keberagaman dan kekhasan minat, bakat dan 15 keterampilan yang berbeda-beda. Potensi ini akan bisa dikembangkan secara 16 Menurut data Asah Pena(Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) pada tahun 2009.

  Wina kartika Br.Ginting S.SOS, dalam skripsi “realitas keluarga pelajar yang mengikuti 17 homeschooling”2011.

  

Langeveld (dalam buku dinamika psikologi sosial – Drs.H.Koestoner Partowisastro, 1983 hal 52) maksimal bila keluarga memfasilitasi suasana belajar yang mendukung di rumahnya sehingga anak didik benar-benar merasa di rumah dalam proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang bersifat informal. Dengan metode homeschooling ini anak didik tidak lagi dibatasi oleh empat tembok kelas yang sesak dan mereka bisa memilih tema pembelajaran yang diinginkan mereka. Yang kedua, metode ini mampu menghindari pengaruh buruk lingkungan negatif yang mungkin dihadapi oleh anak disekolah umum. Pergaulan bebas, tawuran, rokok dan obat-obat terlarang yang terus menghantui para orang

  

  Persoalan legalitas secara prinsip tidak ada masalah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 27 ayat(1) dikatakan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Lalu pada ayat(2) dikatakan bahwa hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi

   secara hukum kegiatan persekolahan di rumah dilindungi oleh Undang-Undang .

  Saat ini, jumlah yang melaksanakan homeschooling terus mengalami peningkatan, tetapi data pasti jumlah homeschooling sulit untuk didapat karena model pendidikan ini bersifat informal. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan 18 Ella Yulaelawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas ada sekitar 1.000-

  Wina kartika Br.Ginting S.Sos, dalam skripsi “realitas keluarga pelajar yang mengikuti 19 homeschooling”.

  UU RI No.23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

  1.500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600 siswa, sebagian besar diantaranya sekitar 500 orang adalah siswa homeschooling majemuk. Jumlah yang sebenarnya tidak diketahui pasti, tapi diperkirakan masih lebih besar lagi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya jumlah sekolah formal yang ada di Indonesia bahkan di Medan sudah cukup banyak. Namun semakin banyaknya sekolah formal, sekolah informal seperti homeschooling pun semakin marak dan semakin banyak diminati. Tingkat pendidikan formal di Kota Medan cukup baik tentunya tidak terlepas dari tersedianya prasarana dan sarana pendidikan, mulai

   dari taman kanak-kanak, taman bermain, taman bacaan, playgroup .

  Walaupun diketahui bahwa sekolah formal cukup banyak namun masih saja ada beberapa keluarga memilih pendidikan informal untuk anak-anak mereka, hal ini terlihat dengan munculnya sekolah-sekolah informal seperti

  homeschooling . Homeschooling di Medan tidak segencar homeschooling di

  Jakarta namun tetap saja pendidikan informal seperti homeschooling ini mulai sangat diminati oleh banyak keluarga. Perkembangan homeschooling yang pesat di berbagai wilayah sebagian besar karena orangtua berpendapat bahwa

  homeschooling berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang mereka

  rencanakan. Kebutuhan orangtua itu beragam dan homeschooling berusaha memenuhi kebutuhan pendidikan yang spesifik dari keluarga karena

  

homeschooling memang memiliki sifat customized sehingga dapat disesuaikan

dengan kondisi setiap keluarga.

20 Data dinas pendidikan (2013)

  Beragam pendapat negatif berkaitan dengan kepribadian remaja di

  

homeschooling. Pendapat yang umum diutarakan adalah bahwa dengan

homeschooling , remaja kehilangan jati diri dan kesempatan untuk bersosialisasi

  

  dengan teman-teman sebayanya ikhawatirkan pula bahwa remaja kehilangan kesempatan bergaul dengan lingkungan yang sangat heterogen, dimana dalam lingkungan tersebut ia akan mempelajari banyak hal terutama perbedaan tingkahlaku di setiap individu, perbedaan status, perbedaan kebiasaan serta perbedaan latar belakang.

  Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui tentang perkembangan kepribadian pada remajapubertas di homeschooling. Hal ini untuk melihat dan menggambarkan bagaimana sebenarnya jalur pendidikan informal, dan perbedaan apa saja yang mendasari antara homeschooling dengan sekolah yang selama ini kita kenal (jalur formal).

1.2 Tinjauan Pustaka

  Manusia sejak lahir ke dunia akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena harus saling melengkapi dan saling membutuhkan untuk bertahan hidup. Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, orang yang paling utama yang harus dekat dengannya adalah orangtua. Tanpa orangtua perkembangan seorang anak mungkin tidak bisa

21 Jurnal homeschooling sebegai alternatif pendidikan (kelemahan homeschooling) oleh Adilistiono, Politeknik Negeri Semarang.

  dipastikan seorang anak bertumbuh dengan baik atau malah mereka tidak paham dengan pertumbuhan mereka.

  Perkembangan manusia dianggap sebagai perubahan pada fisik (biologi), kognitif, psikologis, dan sosial emosional atau perubahan perilaku sosial yang dialami oleh individu selama rentang kehidupannya dari lahir sampai mati. Dalam masa perkembangan manusia yang paling diperlukan adalah sosialisasi, karena perkembangan manusia dan proses sosial terjadi selama manusia itu masih

   hidup .

  Perkembangan dan sosialisasi anak tergantung pada orang yang berinteraksi dengan anak, tempat mereka menghabiskan waktu bersama, dan

   peran permainan anak-anak (Whiting & Whiting, 1975) .

  William Starn mengatakan bahwa perkembangan manusia itu selain ditentukan oleh pembawaan juga ditentukan oleh pendidikan dan lingkungan, lingkungan yang pertama adalah lingkungan keluarga. Fungsi keluarga yang dapat memberikan rasa aman pada anak, rasa aman ini sangat penting bagi perkembangan anak. Anak dapat mengadakan eksplorasi, anak dapat mengembangkan bakat-bakatnya, anak dapat memupuk hobi sebaik-baiknya dengan seleluasa mungkin tanpa gangguan rasa takut, karena semua kebutuhan

   22 telah dipenuhi oleh orangtuanya . 23 Eric B. Shiraev & David A.Levy dalam buku “Psikologi Lintas Kultural”, hal:280 Whiting & Whiting, 1975 (dalam buku “Psikologi Lintas Kultural – Eric B. Shiraef dan David A 24 Levy)”, 2012hal: 282 William Starn (dalam buku dinamika psikologi sosial – Drs.H.Koestoner Partowisastro), 1893 hal:50 Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “perkembangan: adalah perihal perkembangan selanjutnya, kata berkembang berarti mekar terbuka atau membentang menjadi besar, luas dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, kepribadian memiliki tiga unsur penting yaitu: pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.

  Tiga unsur inilah yang berperan dalam pembentukan kepribadian tiap-tiap manusia

  

  • Pengetahuan (Kognitif), unsur yang mengisi akal dan jiwa orang yang sadar terkandung didalamnya otak secara sadar, dalam ilmu Antropologi seluruh proses akal manusia sadar disebut “Persepsi”, tetapi sebelum melahirkan suatu persepsi, maka ada yang dinamakan sebagai proses dimana sel penerima dibangkitkan dan mentransmisikan informasi kepusat otak “Sensasi”. Sensasi dan persepsi merupakan prinsip dasar dari proses kognitif manusia. Persepsi yang tetap sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajar karena melalui proses belajar seseorang akan mengetahui keterampilan mana yang meningkat dan keterampilan mana yang tidak berkembang .

26 Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan jenis

  pengetahuan apa yang lebih dikuasainya, semua itu turut menentukan kepribadiannya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang memainkan peranan .

  25 Koentjaraningrat dalam buku “Pengantar Antropologi, hal: 99 26 Eric B.Shiraev & David A.Levy dalam buku “Psikologi Lintas Kultural” ha:” 163 penting di dalam pekerjaan/jabatan maupun dalam proses belajar dan dalam pergaulan.

  Homeschooling merupakan salah satu tempat proses belajar, namun di

Homeschooling ada sedikit hal yang berbeda dalam hal materi pembelajaran. Di

Homeschooling materi pembelajaran yang disampaikan kepada anak sesuai

  dengan minat dan bakat anak tersebut, jadi jarang sekali terlihat keterampilan yang tidak berkembang pada anak homeschooling.

  Berbicara tentang pengetahuan/kognitif tidak terlepas dari yang namanya “Inteligensi” dideskripsikan sebagai seperangkat kemampuan mental, kapasitas untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan memecahkan masalah dan pengetahuan tentang dunia. Inteligensi adalah tindak mengetahui dan memahami realitas, kemudian kebanyakan definisi memberi perhatian pada pemecahan problem, yang menimbulkan asumsi bahwa kecerdasan adalah seperangkat keterampilan mental yang membantu kita untuk mencapai tujuan.

  Selain itu, kecerdasan juga merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan guna mengatasi rintangan. Dan terakhir inteligensi

   membantu kita dalam beradaptasi dengan kondisi yang berubah .

  Kecerdasan atau inteligensi merupakan unsur yang paling penting dalam membentuk kepribadian, termasuk di dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berfikir, kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat,

27 Eric B.Shiraev & David A.Levi dalam buku “Psikologi Lintas Kultural” 2012 hal: 168

  kepandaian menangkap dan mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan.

  Inteligensi seseorang dapat diukur melalui beberapa tes inteligensi dengan tiga keterampilan menurut Thurstone (1938) yaitu intelektual verbal, matematika

   dan spasial . Dalam mempelajari diversitas perilaku manusia dan capaiannya.

  Gardner (2007) mengatakan bahwa selain intelektual verbal, matematika, dan spesial yang diukur dengan tes psikometri, ada jenis inteligensi lain yakni musik, kinestetis jasmani, dan inteligensi personal (kemampuan seseorang untuk

  

  Sejak awal studi empiris tentang inteligensi, kultur di klaim sebagai “kontributor” penting karena Vygotsky, Psikologi Rusia (1978) percaya bahwa inteligensi tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan lingkungan kultural dimana seseorang itu tinggal dan juga lingkungan ekternalnya yaitu lingkungan

  

  pedidikan . Jika seorang anak berada dalam lingkungan pendidikan formal/sekolah formal yang didalamnya ada guru serta beberapa orang murid maka dengan mudah membandingkan IQ seorang anak dengan anak lainnya melalui berbagai tes atau keseharian saat mengikuti proses belajar dengan begitu sangat mudah untuk melihat kemampuan diri seseorang tersebut dengan orang 28 lainnya dilingkungan sekolah. Lain halnya dengan pendidikan

  Loius Leon Thurstone 1938 (dalam buku Teori Inteligensi Ganda – Paul Suparno dan Konsius) 29 2003, hal:22 Howard Gardner 1980 (dalam buku Teori Inteligensi Ganda – Paul Suparno dan Konsius) 2003, 30 hal: 24 Vygotsky 1978 (dalam buku Psikologi Lintas Kultur – Eric B Shiraef dan David A Levis) 2012 hal:170 informal/homeschooling, seperti yang penulis jelaskan di latar belakang

  

homeschooling adalah jenis pendidikan informal yang melakukan kegiatan proses

  belajar mengajar di rumah dengan satu orang guru dan seorang murid, dengan materi yang disampaikan berdasarkan minat dan bakat seorang anak tersebut.

  Sulit rasanya mengetahui kemampuan pada seorang anak yang mengikuti program

  

homeschooling karena tidak bisa melihat kemampuan seorang anak jika anak

tersebut belajar sendiri tanpa ada anak lain.

  Menurut Howard Gardner, salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling adalah teori Inteligensi Ganda (Multiple

  

Intelligences , 1983). Selain intelektual verbal dan Matematika ada 8 jenis

  inteligensi (kecerdasan) manusia yaitu: (1) Linguistik; (2) Ruang (visual); (3) Kinestetis (badan); (4) Musikal; (5) Interpersonal; (6) Intrapersonal; (7) Lingkungan; dan (8) Matematika. Teori Gardner ini memicu para orangtua untuk mengembangkan potensi-potensi inteligensi yang dimiliki anak, kerapkali sekolah

   formal tidak mampu mngembangkan inteligensi anak .

  • Perasaan atau Emosi adalah respon evaluatif yang biasanya mencakup kombinasi kebangkitan psikologis, pengalaman subjektif (postif, negatif atau ambivalen), dan ekspresi Behavioral. Kegembiraan dan kekecewaan, kesedihan dan keterkejutan, iri dan bangga, dan lusinan emosi lainnya sering menemani kehidupan kita sehari-hari, dimanapun kita berada atau apapun bahasa yang kita gunakan. Kita sudah mulai menunjukkan emosi
  • 31 itu sejak lahir, kita belajar emosi dari orang disekitar kita, buku yang kita

      Paul Suparno dan Konsius (2003) dalam buku “Teori Inteligensi Ganda baca, film yang kita tonton karena pengungkapan emosi pada manusia

      

    diperoleh dalam proses sosialisasi .

      William James (1884) yang menyatakan bahwa teori emosi ada di dalam pengalaman ragawi. Pengalaman fisik menyebabkan seseorang bangkit secara psikologis dan kebangkitan ini menstimulasi pengalaman subjektif seperti

      

    kecemasan, kegembiraan, dan sebagainya .

      Anak pubertas akan merasa cemas apabila dirinya tidak mempunyai teman. Karena pengaruh masa puber yang berpengaruh pada perubahan kondisi fisik juga menimbulkan kecemasan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya teman sebaya yang berkunjung ke rumah atau kelompok teman sebanyanya yang akan mengajak pergi bermain bersama. Kartono (1990) mengemukakan bahwa kecemasan adalah rasa ragu, gemetar/tidak berani terhadap hal-hal yang konkrit, semu ataupun tidak jelas, selalu penuh dengan ketegangan emosionil. Sedangkan Lazarus (1993) berpendapat bahwa kecemasan didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan dan ancaman

       yang berasal dari lingkungan .

      Di dalam interaksinya dengan dunia luar, manusia dapat mengalami bermacam-macam perasaan, baik yang mengenai perasaan senang maupun yang 32 tidak menyenangkan. Berbagai perasaan dalam diri manusia itu dapat digolongkan

      

    Jhon W Berry, Ype H Poortinga, Marshall H Segall, Pierre R Dasen, dalam buku “Psikologi Lintas 33 Budaya (Riset dan Aplikasi), 1999 hal: 162

    William james 1884(dalam buku Psikologi Lintas Kultural – Eric B Shiraef dan David A Levy) 2012 34 hal: 213

    Lazarus 1993 (dalam buku Psikologi Lintas Kultural – Eric B Shiraev dan David A Levy) 2012 hal: 231 ke dalam beberapa jenis salah satunya adalah perasaan sosial (kemasyarakatan) yaitu perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang orang lain dan pengalaman-pengalaman seseorang dengan orang lain. Perasaan-perasaan sosial Menurut Ekman dan Friesen (1969) ada enam kategori emosi yaitu: kebahagian, kesedihan, kemarahan, ketakutan, kekagetan atau kejijikan, pengalaman emosi

       dapat dipengaruhi oleh norma sosial atau espektasi populer .

    • Dorongan Naluri. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan kerena dipengaruhi oleh pengetahuannya, tetapi karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri disebut “dorongan”. Kekuatan Bawah Sadar : Psikoanalisis. Konsep sentral dari psikoanalisis yang dikembangkan pertama kali oleh Sigmund Freud (1983) adalah alam bawah sadar. Bawah sadar adalah level kesadaran yang memuat pikiran, perasaan, dan

      

      memori yang mempengaruhi kita tanpa kita sadari . Semua manusia dilahirkan dengan membawa dua dorongan dasar yaitu insting hidup dan keinginan mati.

      Menurut Freud (1983), pribadi manusia itu terbentuk dari dorongan- dorongan nafsu-nafsu, dengan dorongan inilah berarti adanya suatu energi yang harus dapat memenuhi kebutuhannya atau kepuasannya. Juga dikemukakan 35 olehnya ada tiga sistem dalam pembentukkan pribadi manusia yang disebut Id,

      

    Ekman dan Friesen (dalam buku Psikologi Lintas Kultural – Eric B Shiraev dan David A Levy) 2012

    36 hal:215 Sigmund Freud 1983 (dalam buku Psikologi Kepribadian – Alwisol) 2011 hal:69

    37 Ego dan Super-ego . Inilah yang menurut Freud prinsip kesenangan yang

      memiliki fungsi untuk menyalurkan energi untuk segera meniadakan ketegangan (menuntut kepuasan), kerana ketegangan merupakan pokok yang dapat menimbulkan suatu penderitaan. Bila ada selalu mengalami ketegangan/kecemasan terus menerus, maka suatu saat ketegangan atau

       kecemasan itu akan meledak dalam bentuk-bentuk tindakan yang agresif .

      Perkembangan dan pertumbuhan dalam pengertian secara konsepsional memang dapat dibedakan, tapi keduanya menjadi satu kesatuan dalam proses perubahan individu sepanjang kehidupannya. Perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran

      

      yang bersifat ireversibel . Dalam kehidupannya manusia akan mengalami masa perkembangan dari bayi menjadi orang orang dewasa, tapi sebelum menjadi dewasa anak-anak akan mengalami masa remaja.

       Masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan

      masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang- orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan sama, sekurang- kurangnya dalam masalah hak. Adapun ciri-ciri masa remaja adalah :

    37 Id, komponen personalitas yang mengandung dorongan bawaan lahir (keinginan kematian dan

      insting kehidupan), ego adalah level personalitas yang beradaptasi dengan realitas eksternal dengan membuat kompromi antara ide, superego dan lingkungan, superego level personalitas 38 yang bertindak sebagai pedoman yang membatasi implus awal 39 Freud dalam buku dinamika psikologi sosial, hal:39 Ireversibel artinya tidak berubah kembali ke asal karena adanay tambahan substansi, dan 40 perubahan bentuk yang terjadi saat proses pertumbuhan berlangsung pada makhluk hidup Intelegensi: suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

      Masa remaja sebagai periode peralihan

    • Masa remaja sebagai periode perubahan
    • Tingkat perubahan dalam sikap perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Masa Remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh

       Sigmund Freud dan Erickson disebut dengan identitas Ego (Ego Identity) .Ini

      terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak- anak dan masa kehidupan orang dewasa.Ditinjau dari segi fisiknya mereka bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap dewasa.

      Jika digolongan berdasarkan usia, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi perempuan, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12-13 tahun sampai dengan 17-18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17-18 tahun sampai dengan 21-22 tahun adalah remaja akhir.

      Istilah remaja dalam bahasa Inggris disebut sebagai adolescence, yang berasal dari bahasa latin “adolescare” atau diartikan sebagai tumbuh kearah kematangan. Kematangan disini tidakhanya berarti kematangan fisik tetapi terutama kematangan psikologi kepribadiannya. 41 Secara teoritis, masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu:

      Identitas ego: kesadaran seseorang akan bagaimana Ia dikenali

    • Masa Pubertas • Masa Adolesen Pubertas berasal dari kata latin yaitu usia kedewasaan. Sebuah periode dalam rentang perkembangan ketika anak berubah dari makhluk aseksual menjadi seksual. Dapat juga diartikan bahwa pubertas adalah usia dimana seseorang mengalami perubahan pada fisik dan perilaku, serta masa pubertas disebut masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Ada beberapa sifat yang menonjol pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja, diantaranya yaitu: (1) pendapat lama ditinggalkan, (2) keseimbangan jiwanya terganggu, (3) suka menyembunyikan isi hati, (4) masa bangunnya perasaan kemasyarakatan. Pubertas dianggap sebagai periode sensitif yang memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan individu. Periode ini menandai perpindahan dari tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa. Memang dalam masa remaja tidak seluruhnya berada dalam goncangan, tapi pada bagian akhir dari masa remaja ini kebanyakan individu sudah berada dalam kondisi yang stabil. Dapat dikatakan juga masa pubertas adalah masa pematangan fungsi seksual.

      Penelitian Antropologi yang pernah meneliti masalah pubertas dilakukan pertama kali oleh seorang Antropolog bernama Margareth Mead, Masa puber disebut juga masa pancaroba atau masa akil baligh yaitu peralihan dari masa anak- anak menjadi dewasa. Teori gejala akil baligh dari hasil penelitian Margareth Mead menyatakan bahwa para gadis di Samoa tidak mengalami gejala akil baligh karena keluarga orang Samoa bukan termasuk keluarga inti, sehingga seorang anak tidak selalu harus berhubungan terus menerus dengan kedua orangtuanya, tetapi juga mendapat kesempatan untuk berhubungan secara bebas dengan anggota kerabat yang lain.

      Pubertas secara umum menurut Santrock (1998) sesungguhnya di kelilingi oleh tiga lingkungan yang berbeda, yakni keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekolah. Ketiga lingkungan ini membawa dampak yang berbeda-beda terhadap tumbuh kembang anak.

    • keluarganya cenderung berkurang karena anak lebih banyak di sekolah dan atau bermain dengan teman-teman sebayanya.

      Lingkungan keluarga: pada usia akhir, waktu anak-anak bersama

    • menghabiskan waktu bersama teman sebayanya. Teman bagi anak usia akhir memiliki enam fungsi yakni: persahabatan, stimulus/mendorong,

      Teman sebaya: pada anak usia akhir, mereka memang lebih banyak

      physical support, ego support , untuk perbandingan sosial, keintiman/relasi

      afeksi. Adanya kesamaan dan perasaan dekat/intim merupakan dua hal penting dalam sebuh relasi pertemanan dengan teman sebaya.

    • besar bagi siswa karena anak-anak menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Guru memiliki peran penting mempengaruhi perkembangan anak. Selain itu di sekolah anak mempelajari perbedaan-perbedaan antara dirinya dengan teman-temannya yang sangat beragam. Sedangkan tugas-tugas perkembangan masa pertengahan dan masa akhir anak-anak menurut Santrock diantaranya sebagai berikut:

      Lingkungan sekolah: lingkungan ini memberikan dampak yang cukup

      Membaca

    • Berinteraksi dengan teman sebayanya
    • Anak-anak yang memiliki prsetasi
    • Peralihan peran untuk menjalani peran baru, misalnya perubahan “anak
    • rumah” (homechild) menjadi “anak sekolah” (schoolchild)
    • karakteristik eksternal menjadi mendefinisikan melalui karakteristik internal. Misalnya seorang anak mengatakan dirinya cukup lumayan kuatir terus menerus, suka marah tetapi sudah lebih baik sekarang. Ada beberapa ciri perkembangan remaja yang dilihat dari berbagai aspek salah satu aspeknya yaitu aspek kepribadian, dimana Masa remaja merupakan saat berkembang self identity ( kesadaran akan identitas atau jati diri), remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan, seperti: siapa saya ?, apa peran saya..?, mengapa saya harus melakukan..?.

      Pemahaman diri berubah secara pesat dari mendefinisikan diri melalui

      Kepribadian merupakan susunan faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial yang menjadi dasar dari kelakuan kita. Untuk keseimbangan kepribadian kita, perlu adanya integrasi dan kerja sama yang harmonis antara faktor-faktor tersebut. Kepribadian itu harus terbentuk sedemikian rupa sehingga orang dapat bergaul dengan sesamanya, karena manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendiri secara terasing.

      Kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus, yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konskuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berada dari individu-individu. (Koetjaraningrat, 1985:102).

      Menurut ilmu Antropologi, kepribadian ditentukan oleh akal dan jiwa manusia itu sendiri. Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia atau keseluruhan cara seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain, itulah yang disebut sebagai kepribadian atau personality. Hal itu memberikan suatu identitas sebagai individu yang khusus kepada masing-masing manusia.

      Selain unsur-unsur kepribadian diatas tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian yaitu: Faktor biologis

    • Faktor sosial
    • Faktor kebudayaan
    • Faktor biologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan

      jasmani atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada seorang bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan penting pada kepribadian seseorang, apalagi jika seseorang tersebut sedang mengalami masa pubertas, dimana pada masa pubertas terliat perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik seseorang ditandai dengan menstruasi dan sebagainya, yang menyebabkan hormon seseorang menjadi aktif serta menjadikan seseorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.

      Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat, yakni manusia-

      manusia lain disektar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial seperti tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku di masyarakat itu.

      Sejak dilahirkan, anak mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya . dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga, dalam perkembangan anak peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak. Keluarga yang besar atau banyak anggotanya berlainan pengaruh dari pada keluarga yang kecil, keluarga yang lebih berpendidikan lain pula pengaruhnya dengan keluarga yang kurang berpendidikan. Demikian pula halnya dengan keluarga yang kaya dan yang miskin.

      Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya.

      Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.

      diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:

      Faktor kebudayaan, perkembangan dan pembentukan kepribadian pada

    • Nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
    • Adat dan tradisi, yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
    • Pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya. Tiap orang memiliki
    pengetahuan yang berlainan, dari pengetahuan yang rendah sampai kepada pengetahuan yang tinggi dan luas.

    • bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menetukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berfikir yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

      Bahasa, di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas,

    • makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal ini semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu. Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melihat bagaimana perkembangan kepribadian seorang remaja pubertas di homeschooling dengan mengamati bagaimana kehidupan sehari-hari remaja tersebut, tingkah lakunya serta cara remaja tersebut berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Problematika Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Melalui Ajudikasi Pasca Bencana Tsunami Di Kota Banda Aceh

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pembuatan Gliserol Tribenzoat Dengan Proses Esterifikasi Menggunakan Katalis H-Zeolit Teraktivasi Oleh Asam Sulfat

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Cedera Otak - Peran Inhibitor HMG-CoA Reduktase Dalam Penurunan Interleukin-6 Terhadap Hasil Akhir Klinis Penderita Kontusio Serebri

0 0 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Corporate Governance - Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Danau Toba - Kepadatan Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) dan Pola Pertumbuhannya di Perairan Haranggaol Danau Toba

0 1 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekositem Danau Toba - Studi Komparasi Keanekaragaman Makrozoobentos Diperairan Haranggaol, Danau Toba, Sumatera Utara

0 0 7

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit

0 6 12

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Program Tayangan Sepakbola Liga Inggris Dan Tindakan Menonton Di Kalangan Babes (Studi Korelasional Antara Program Tayangan Sepakbola Liga Inggris Dan Tindakan Menonton Di Kalangan Babes (Perempuan Penggemar Sep

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Program Tayangan Sepakbola Liga Inggris Dan Tindakan Menonton Di Kalangan Babes (Studi Korelasional Antara Program Tayangan Sepakbola Liga Inggris Dan Tindakan Menonton Di Kalangan Babes (Perempuan Penggemar

0 0 8

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN (HOMESCHOOLING) 2.1 Gambaran Umum Homeschooling 2.1.1 Sejarah Singkat Homeschooling - Perkembangan Kepribadian Anak Pada Masa Pubertas Di Homeschooling Primagama

0 1 18