Metode Pelaksanaan Gedung Pakubuwono Res

Metode Pelaksanaan
Gedung Tinggi
Posted on November 24, 2011 by MgCO3 - Magnesium Karbonat

8 Votes

Pelaksanaan Pekerjaan
ApartemenPakubuwono
View – Jakarta

A. Pendahuluan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk
mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak
perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap
yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta
pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh
hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang
menentukan berhasil tidaknya suatu proyek, oleh karena
itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan


dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga
pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang
dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat
mengambil keputusan-keputusan mengenai masalahmasalah yang ditemui di lapangan.
Dalam pelaksanaan fsik suatu proyek bisa saja timbul
masalah-masalah yang tidak terduga dan tidak dapat
diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan
adanya rapat koordinasi untuk memecahkan dan
menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat
koordinasi dihadiri oleh :





Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana / arsitek jika diperlukan


Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat
koordinasi meliputi :



Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan
Masalah-masalah dan solusinya menyangkut

pelaksanaan di lapangan

Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai
dibandingkan dengan time schedule yang telah
direncanakan



Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan

dokumen kontrak


Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke
depan
Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan
di lapangan mengikuti rencana yang telah dibuat oleh
pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala
detailnya, jenis material, dan dokumen lainnya. Tahap
selanjutnya kontraktor mengerjakan shop
drawing sebagai gambar pelaksanaan dengan ruang
lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk
tahap akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai
gambar akhir sesuai dengan yang ada di lapangan yang
digunakan sebagai laporan akhir .
Dalam bab ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis
uraikan adalah tentang pekerjaan yang dilaksanakan dan
dialami penulis selama kerja praktek di proyek
pembangunan Apartemen The Pakubuwono
View, pelaksanaan pekerjaan antara lain :

Pekerjaan dewatering


Pekerjaan ground anchor

Pekerjaan Mat Foundation

Pekerjaan struktur beton Kolom, Balok, Plat dan Cor
Wall pada Basement,lantai dasar dan lantai 2.
B. Peralatan
Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan
waktu harus didukung oleh peralatan yang memadai.

Supaya dalam penyediaan alat bias berfungsi secara
optimal perlu adanya manajem peralatan yang tertib.
Dalam manajemen ini diperhatikan masalah pengolahan
peralatan proyek terdiri dari penyewaan, pembelian dan
masalah perawatan alat. Hal ini untuk mengefektifkan
keberadaan alat dilapangan.
Peraalatan pada proyek The Pakubuwono View Jakarta
diantaranya termasuk kepemilikan oleh kontraktor
tersendiri, tapi untuk alat – alat berat kebanyakan

dengan sewa karena biaya akan lebih murah. Perelatan
pada peralatan pada proyek akan diuraikan dibawah ini.
1. Alat – alat Berat
a. Backhoe
Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan
untuk pekerjaan tanah khususnya
galian. Backhoe termasuk dalam jenis
kendaraan excavator , karena badannya dapat berputar
360o. Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah
dapat melakukan pekerjaan penggalian dengan lebih
cepat dan lebih efsien. Kinrja Backhoe biasanya di
kombinasikan dengan Dump Truck pada saat galian
tanah. Pada proyek ini digunakan Backhoe dengan
tipe Crawel, yang mempunyai tenaga 100 HP dengan
mengguanakan bahan bakar solar.

Gambar 4.1Backhoe
b. Conrete Pump Truk
Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari
mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete

pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan
efsiensi waktu pengecoran. Alat ini digunakan untuk
pengecoran balok dan plat lantai.
Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama
berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga
penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa
berdiameter 15 cm serta nenerapa alat tambahan berupa
klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin
pompa kecil masih efsien untuk ketinggian 4-5 lantai,
selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk pompa
besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa

digunakan di lantai 15 ke atas agar efsiensi biaya
berkaitan dengan harga borongan sewanya.

Gambar 4.2Concrete Pump Truck
c. Tower Crane
Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut
vetikal bahan-bahan untuk pekerjaan struktur, seperti
besi beton, bekisting, beton cor, pengangkutan

material/bekas, dan material lainnya. Penempatan tower
crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal
proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan
dengan manuver yang aman tanpa terhalang.
Penggunaan tower crane tersebut juga harus
memperhitungkan beban maksimal yang mampu
diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC dengan

beban maksimal yang dapat diangkut 2 ton. Operator TC
harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan
dari mandor atau pengawas di daerah jangkauannya.

Gambar 4.3.Tower Crane
d. Concrete Mixer Truck
Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari
mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete
pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan
efsiensi waktu pengecoran. Alat ini digunakan untuk
pengecoran balok dan plat lantai.
Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama

berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga
penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa
berdiameter 15 cm serta nenerapa alat tambahan berupa

klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin
pompa kecil masih efsien untuk ketinggian 4-5 lantai,
selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk pompa
besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa
digunakan di lantai 15 ke atas agar efsiensi biaya
berkaitan dengan harga borongan sewanya.

Gambar 4.4.Concrete Mixer Truck
e. Dum Truck
Dum Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan
untuk memindahkan atau membuang suatu material hasil
galian dari lokasi proyek ke lokasi proyek yang telah
ditetapkan kemana material tersebut itu dibuang / dijual.
Pada saat membawa material hasil galian, bagian
belakang dum truck ditutup dengan terpal dengan tujuan


agar material tidak terjatuh dijalan raya dan debunya
tidak menggangu pengguna jalan lain.

Gambar 4.5.Dum Truck
Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang
digunakan pada saat pekerjaan galian dan mobilisasinya
pada saat malam hari dengan tujuan agar proses
pemindahan / pengiriman material dapat lebih cepat dan
lancar.
2. Alat – alat Survey
a. Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk
menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada
tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring.
Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi
tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara
operasionalnya adalah dengan mengatur nuvo dan

unting-unting di bawah theodolith. Kemudian
menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu,

menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal
yang ditetapkan tadi.

Gambar 4.6Theodolith
b. Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk
menetukan elevasi / peil lantai, balok, lain – lain yang
membutuhkan elvasi. Alat ini sanagt berguna untuk
mengecek ketebalan lantai saat pengecoran, sehingga
lantai yang dihasilkan dapat datar. Selain itu, waterpass
juga dapat digunakan untuk pengecekan bekisting pada
kolom.

Gambar 4.7waterpass
c. Sipatan ( Marker )
Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi
tanda setelah pengukuran untuk marking setelah
dilakukan. Bahan untuk sipatan ini adalah tinta yang
seing disebut tinta Cina. Tinta ini dapat bertahan dalam
waktu yang lamadan tidak mudah hilang atau luntur.


Gambar 4.8Hasil Sipatan
3. Alat – alat fabrikasi
a. Bar Bender
Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk
membengkokkan tulangan berdiameter besar, seperti
pada pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan
pada sambungan/overlap tulangan kolom, juga pada
tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dab
bar cutter haruslah ada dalam suatu proyek besar karena
untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu precast
atau pasang di tempat.

Gambar 4.9.Bar Bander
b. Bar Cutter
Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran
panjang standart. Untuk keperluan tulangan yang
pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap
tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat
pemotong tulangan, yaitu gunting tulangan yang

dioperasikan secara manual dengan menggunakan

tenaga manusia.
Gambar 4.10. Bar Cutter
Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan
sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut tenaga
penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :
1) Bar Cutter manual
Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton
menggunakan penggerak tenaga manusia dengan
kapasitas maksimum diameter 16 mm.
2) Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar
Cutter manual adalah Bar Cutter listrik dapat memotong
besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu baja
cukup tinggi disamping dapat mempersingkat waktu

pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan
sekaligus seperti tulangan diameter 10 mm dapat
dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah
tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19
mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm
4. Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran
a. Vibrator
Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh
sehingga tidak terdapat rongga dalam adukan beton,
karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan
kekuatan beton. Dalam pelaksanaan pengecoran
dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan
adukan beton pada saat setelah pengecoran.
Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang
digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang
belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga
udara, sehingga beton menjadi lebih padat. Cara
operasionalnya dengan cara memasukkan selang
penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke
dalam bekisting.

Gambar 4.11.Vibrator
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini
adalah :


Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan

beton dengna posisi vertikal

Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai
tulangan baja.

Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk
datu posisi titik.

Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk
mendapatkan pemadatan yang diinginkan.

Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara
perlahan-lahan dari adukan sehingga bekasnya dapat
meutup kembali.
b. Concrete Mixer

Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna
untuk mencampur dan mengaduk material beton agar
lebih homogen. Adanya sirip – sirip pada bagian dalam
drum, memungkinkan teraduknya material dari adukan
beton secara merata pada waktu berputar. Alat ini
digunakan khusus untuk volume pekerjaan yang relatif
kecil dan non struktural seperti pembuatan lantai kerja,
pmasangan batako, plesteran dan lain – lain. Drum
pengaduk mempunyai dua macam kecepatan gerak, yaiti
gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak untuk
mencampur adukan.

Gambar.4.12.Concrete Mixer
c. Trowel
Trowel adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan
permukaa beton pada plat lantai yang

menggunakan floor hardener pada lapisan
permukaannya. Permukaan beton yang telah
ditaburi flour hardener diratakan dengan ruskam,
kemudian trowel digunakan untuk menghaluskan
permukaan tersebut.

Gambar 4.13.Trowel.
C. Material
Didalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya
pengelolaan bahan dan peralatan yang baik untuk
menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpangan
terhadap bahan-bahan bangunan perlu mendapat
perhatian khusus mengingat adanya bahan-bahan
bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan,
seperti semen dan juga baja tulangan yang peka
terhadap pengaruh air dan udara sekitar. Pengaturan dan

penyimpangan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek
menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang.
Mengingat rencana pekerjaan Proyek Pembangunan yang
dibatasi oleh waktu, diusahakan penempatan material
yang tepat dan seefsien mungkin sehingga dapat
mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping
itu, penempatan material yang baik dan tertata rapi akan
mendukung efektiftas kerja dan keselamatan kerja.
1. Pasir (Agregat Halus)
Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti
pekerjaan pembuatan lantai kerja, plesteran, dan
digunakan untuk campuran adukan beton yang
dikerjakan di lapangan. Agregat halus yang digunakan
sebagai bahan pengisi pada proyek ini harus memenuhi
beberapa syarat berikut :
1.

Butiran – butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus
bersifat kekal ( tidak hancur karena pengaruh cuaca ).
1.
Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka
ragam.
2.
Pasir tidak boleh mengandung zat organik
terlalu banyak.
3.
Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua
mutu beton, kecuali dengan menggunakan petunjuk –

petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan
yang diakui.
Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

2.

Gambar.4.14.Pasir
(Agregat halus)
2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa butir – butir yang beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak harus memenuhi kriteria
sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat, sisa di atas
ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 %
berat dan selisih antara sisa – sisa kumulatif di atas dua
ayakan yang berurutan adalah maksimum 60 % dan
minimum 10 % berat.
Adapun syarat – syarat dari agregat kasar adalah sebagai
berikut :


Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil

sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan – batuan

atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu.

Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang
keras dan tidak berpori.

Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur
lebih dari 1 %.

Agregat kasar tidak boleh mengandung
mengandung zat – zat yang dapat merusak beton.
3. Semen
Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam
pekerjaan konstruksi, antara lain digunakan untuk
pasangan batu bata dan plesteran. Dalam proyek ini
digunakan Semen Gresik yang telah disetujui oleh
pengawas. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan persediaan semen :
1.

Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan,
semen harus dijaga agar tidak lembab.
2.
Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari
hujan dan zak (kantong) asli dari pabriknya dalam
keadaan tertutup rapat.
3.
Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau
maksimal 10 zak. Hal ini untuk menghindari rusaknya
semen yang berada pada tumpukan yang paling bawah
akibat beban yang berat dalam waktu yang cukup lama
sebelum digunakan sebagai bahan bangunan.

4.

Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama
juga akan mempengaruhi mutu semen, maka diperlukan
adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti.
Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan
terlebih dahulu.
4. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam – garam,
bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain yang
merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
Bilamana mungkin menggunakan air PDAM.

Gambar.4.15.bahan campuran beton
D.
Kendali mutu
Pengendalian mutu dalam suatu proyek merupakan hal
yang penting, sebab akan menentukan kualitas dari hasil
pelaksanaan apakah telah sesuai dengan spesifkasi yang
telah ditentukan. Tinjauan pengendalian dalam proyek
yang harus diperhatikan adalah: pengendalian mutu
bahan dan peralatan, pengendalian tenaga kerja,

pengendalian waktu, teknis, biaya serta pengendalian
kesehatan keselamatan kerja (K3).
1.

1.
Pengendalian Mutu Bahan
Kualitas bahan dalam pekerjaan sangat menentukan
untuk bisa mencapai ketentuan dalam spesifkasi yang
telah direncanakan, sehingga pengendalian mutu bahan
sangatlah penting akan keberhasilan pembangunan
dalam suatu proyek.
Standard yang ditetapkan oleh PT Davy Sukamta selaku
konsultan perencana untuk standard mutu bahan dalam
pembangunan Apartemen Pakubuwono View,
menggunakan dari American Concrete Institute (ACI),
American Standard for Testing and Material (ASTM),
Standard Nasional Indonesia (SNI).
a. Agregat
Untuk agregat yang akan digunakan untuk bahan beton
dari pihak plant akan dilakukan uji lab apakah memenuhi
syarat atau tidak dan dari pihak pelaksana akan meminta
hasil tes tersebut. Jika dilakukan secara kasat mata,
untuk mengetahui pasir tersebut bagus dengan cara
menggenggam jika menggumpal berarti pasir tersebut
tidak bagus.
2. Semen Portland

Pada semen porland butiran-butiran tidak boleh
mengumpal keras, untuk penyimpanannya tidak boleh
dalam keadaan lembab untuk lebih menjaga semen tetap
baik maka diberi bantalan kayu sebagai tempat
dibawahnya.
3. Besi
Merupakan material yang sangat penting dalam beton
bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan kualitasnya.
Dalam hal ini PT Bona Widjaja Gemilang bekerja sama
dengan PT Master Steel selaku subkont besi tulangan.
Untuk mengetahui mutu besi baik maka harus memenuhi
syarat-syarat sebagi berikut :
1.

Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat,
dan tidak retak atau mengelupas.
2.
Mempunyai penampang yang sama rata.
3.
Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.
Untuk tempat penyimpan sebaiknya diberi bantalan kayu
dan tempat yang kering unruk menghindari karat.

Gambar.4.16.Besi tulangan
4. Beton
Untuk pengujian mutu beton dilakukan dengan cara
slump tes untuk pengujian dilapangan dan uji kuat tekan
jika hasil slump sesuai spesifkasi. Untuk
pengujian Crushing Test dilakukan oleh PT. PionirBeton
Industri selaku subkont untuk beton readymix sedangkan
untuk pengujiannya sendiri dilakukan di Concrete
Laboratory-Pulo Gadung Plant.
a. Uji Slump
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton
yang berhubungan dengan mutu beton. Dalam proyek
pembangunan Apartemen Pakubuwono View untuk
pondasi. Pengujian dengan menggunakan
kerucut Abrams, sebagai berikut :
1) Menyiapkan kerucut abrans dengan diameter atas 10
cm, bawah 20 cm dan tinggi 30 cm yang diletakkan pada
bidang datar namun tidak menyerap air.

2) Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga
lapis sambil ditusuk 25 kali dengan tongkat baja agar
adukan menjadi padat.
3) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3
tempat kemudian diambil rata-rata
4) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3
tempat kemudian diambil rata-rata
5) Adukan beton yang tidak sesuai dengan nilai slump
rencana akan direject.
b. Uji Kuat Tekan (Crushing Test)
Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat
tekan beton karakteristik (kuat tekan maksimum yang
dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami
kehancuran). Cara pengujiannya :
1) Menyiapkan silinder berdiameter 15cm dengan tinggi
30 cm, yang telah diolesi pelumas pada bagian dalam.
2) Kemudian adukan beton dimasukkan ke silinder dalam
tiga lapis sambil ditusuk-tusuk hingga 30 kali.
3) Cetakan yang telah diberi kode itu kemudian
didiamkan 24 jam dan direndam dalam air (curing)

selama 7 hari. Setelah itu barulah diuji dengancrushing

test.
Gambar4.17. Sampel Siap Uji

2. Pengendalian Mutu
Peralatan
Perawatan akan peralatan merupakan hal yang penting
untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Peran mekanik
akan sangat berguna untuk mencegah tertundanya
pekerjaan akibat dari kerusakan peralatan. Akan tetapi
jika kerusakan sudah tidak dapat ditangani oleh para
mekanik, maka peralatan tersebut akan dikirim ke
bengkel pusat.
Untuk menghindari penundaan waktu maka pelaksana
harus mempunyai cadangan yang dapat digunakan
secara cepat seperti ketika pengecoran dilaksanakan,

concrete pump yang digunakan sebanyak 4 buah dengan
ditambah 1 buah concrete pump dalam keadaan stanby.

3.

PengendaliaN TENAGA KERJA

Tenaga kerja dalam suatu proyek merupakan hal yang
mutlak. Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan
jumlah dan kemampuannya dapat menunjang
tercapainya efsiensi dalam suatu pekerjaan proyek, oleh
karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga
kerja. Pemilihan mandor untuk melaksanakan pekerjaan
secara borongan haruslah tepat. Maka tim pelaksana
harus hati-hati dalam pemilihan mandor, sebab akan
menentukan mutu sekaligus ketepatan waktu selesai
proyek.
Setiap tenaga kerja yang dibawa oleh para mandor
haruslah sudah mempunyai pengalaman yang sesuai
dengan keahliannya, seperti pembesian, pembobokan,
bekisting hingga pengecoran.

4.

Pengendalian WAKTU

Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan
maka perlunya pengendalian waktu yang berdasarkan
pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan
pada suatu proyek akan berpengaruh pada cost. Maka
untuk mempermudah pelaksaan

dilapangan, manager sebaiknya membuat schedule yang
lebih sederhana akan tetapi tetap mengacu pada time
schedule yang dikeluarkan oleh engineering sebab tidak
semua paham akan pembacaan master schedule. Agar
dapat berlangsung tepat waktu, maka time
schedule digunakan sebagai kontrol untuk mengatur
tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya
pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus
dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat
terjadwal dengan baik, sehingga kemungkinan
keterlambatan dapat diperkecil.
Manfaat dari time schedule antara lain :

Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama
menyangkut batasan waktu dan pelaksanaan tiap
pekerjaan yang dilaksanakan.

Sebagai koordinasi bagi pimpinan proyek terhadap
semua pelaksanaan pekerjaan.

Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap
harinya, sehingga progress report setiap waktu dapat
dilihat.

Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap pelaksanaan
pekerjaan.
Setiap item pekerjaan pada time schedule mempunyai
prosentase bobot sendiri-sendiri sedangkan Time
schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk
setiap jenis pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir
pekerjaan sehingga kumulatif prosentase bobot

pekerjaan ini akan membentuk kurve S. Untuk kurva S
terdiri dari kurva S rencana dan kurva S realisasi. Fungsi
kurva S adalah :

Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian
pekerjaan proyek.

Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.

Mengetahui progress pekerjaan yang dihasilkan
dilapangan dengan perencanaan, sehingga dapat
menjadi bahan evaluasi.

5. Pengendalian TEKNIS
PEKERJAAN
Pada pelaksanaana dilapangan biasanya akan
mengalami problem pada item pekerjaaan tertentu.
Pengendalian Teknis Pekerjaan menunjukkan tahap untuk
pengawasan dan kontrol terhadap kualitas pekerjaan. Hal
ini memerlukan suatu menajemen kualitas agar hasil
pekerjaan dapat tercapai mutu sesuai rencana proyek.
Jika permasalahan yang dihadapi memerlukan
perhitungan teknis maka pihak engineering akan
membuat metode repair yang kemudian akan diajukan
terlebih dahulu kepada konsultan perencana . Namun
apabilaproblem yang dihadapi tidak memerlukan
perhitungan teknis seperti melendutnya
bekisting, biasanya dari pihak pelaksana dan dibantu oleh
konsultan pengawas akan segera
mencari pemecahannya.Dalam pengendalian mutu ini

peran QC (Quality Control) akan sangat berperan, QC
akan mendampingi supervisor dalam pelaksanaan
dilapangan.
Untuk pengendalian teknis memerlukan analisis
permasalahan yang timbul dilapangan sesuai yang
diamati, begitu juga langkah yang akan diambil sebagai
penyelesaian dari problem yang ada. Adapaun beberapa
problem yang terjadi dapat dijelaskan berikut ini.

a

:

Bekisting mat foundation
melendut ke dalam

Penyebab

:

Adanya tekanan ke dalam dari
tanah urug

Pemecahan

:

-Urugan diurug kembali

Permasalahan

-Bekisting didorong dari dalam
kemudian
ditahan, jika
perlu bekisting dibongkar kembali
-Untuk tulangannya ditarik
menggunakanchain block.

Gambar 4.18.Penggunaan Chain Block
b

Permasalahan

Penyebab

Pemecahan

:

Tulangan Pancang < 1 m

:

Pengangkatan bobok pancang
yang salah

:

Penambahan tulangan dengan
metode Chemset

Gambar 4.19.Pengeboran

Gambar 4.20.Pembersihan lubang

Gambar 4.21Pemberianchemical

Gambar 4.22.Pemberian Tulangan
c

Permasalahan

Penyebab

Pemecahan

:

Layer atas pembesian turun

:

Kurang tingginya tulangan cakar
ayam

:

Tulangan mat foundation layer
atas ditarik dengan bantuan
Tower Crane

Gambar4.23.Pengangkatan Pembesian dengan TC
d

Permasalahan

Penyebab

Pemecahan

:

Tulangan kolom bergeser

:

Tekanan dari beton saat
pengecoran

:

Perhitungan dilakukan oleh
pihak engineering(Lihat Lampiran)
1. Dengan penambahan dimensi
kolom
2.Tulangan di bagian tertentu di
bending.

6.

PROGRESS REPORT

Pengendalian hasil pekerjaan di lapangan dimaksudkan
untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan di
proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek.
Laporan kemajuan proyek dikerjakan secara berkala
untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari proyek itu.
a. Laporan Harian
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh
pihak pelaksana proyek dalam melakukan tugasnya dan
dalam mempertanggungjawabkan terhadap apa yang
telah dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil
kemajuan pekerjaannya apakah sesuai dengan rencana
atau tidak. Laporan ini dibuat untuk memberikan
informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas
melalui direksi tentang perkembangan proyek. Dengan
adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek
yang dilakukan tiap hari dapat dipantau.
Laporan harian berisikan data – data antara lain :
1) Waktu dan jam kerja
2) Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang
belum
3) Keadaan cuaca
4) Bahan – bahan yang masuk ke lapangan

5) Peralatan yang tersedia di lapangan
6) Jumlah tenaga kerja di lapangan
7) Hal – hal yang terjadi di lapangan
b. Laporan
Mingguan
Laporan mingguan bertujuan untuk memperolah
gambaran kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dalam
satu minggu yang bersangkutan, disusun berdasarkan
laporan harian selama satu minggu tersebut. Laporan
mingguan berisikan antara lain :
1) Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan.
2) Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu
itu.
3) Catatan – catatan lain yang diperlukan.
Prosentase pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan
minggu tersebut dapat diketahui dengan
memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah
dibuat, ditambah dengan bobot prestasi pekerjaan yang
telah diselesaikan pada minggu itu. Dari prosentase
pekerjaan yang telah dicapai pada minggu ini kemudian

dibandingkan dengan prosentase pekerjaan yang telah
dicapai pada minggu yang bersangkutan, maka akan
diketahui prosentase keterlambatan atau kemajuan yang
telah diperoleh. Laporan mingguan tidak dapat
dipisahkan dengan time schedule pelaksanaan pekerjaan
yang telah disusun oleh pihak Kontraktor Utama dengan
persetujuan Project Manager.
c. Laporan
Bulanan
Laporan bulanan pada prinsipnya sama dengan laporan
mingguan, yaitu untuk memberikan gambaran tentang
kemajuan proyek. Untuk tujuan itu dibuatlah rekapitulasi
laporan mingguan maupun laporan harian dengan
dilengkapi foto – foto pelaksanaan pekerjaan selama
bulan yang bersangkutan. Laporan bulanan dilaporkan
kepada Pemilik Proyek (Owner).
d. Rapat Koordinasi
Bulanan
Rapat koordinasi bulanan diadakan dengan dihadiri oleh
panitia pembangunan, Owner, Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas dan Kontraktor Utama. Dalam rapat
ini dibahas hal – hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan serta masalah – masalah teknis yang timbul
di lokasi proyek dan perkembangan proyek yang sedang
berjalan serta koordinasi masing – masing unsur proyek
yang terlibat langsung.

7.

Pengendalian BIAYA

Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat
mengetahui jumlah biaya dengan realisasi pekerjaan.
Fungsi dari pengendalian biaya agar dari Rencana
Anggaran Biaya (RAB) tidak membengkak dalam
pelaksanaannya. Jikapun adanya pembengkakan maka
perlunya evaluasi biaya.
Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan biaya
adalah adanya kesalahan dalam pelaksanaan dilapangan
sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja
menambah biaya dari segi biaya material maupun tenaga
kerja, maka untuk menghindari adanya pembengkakan
biaya yaitu dengan cara melakukan pelaksanaan
dilapangan dengan baik dan hati-hati.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan
membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan.
Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistic
mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya
yang dikeluarkan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga
kerja dilakukan dengan memeriksa daftar presensi
pekerja selam satu minggu dan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total
biaya ini yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi
sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang
telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk

menyusun kurva-S realisasi dan untuk mengestimasi
prosentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.

8.

Pengendalian K3

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat
diperlukan untuk melindungi para pekerja dari segala
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Perlindungan
tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar
tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dalam
melakukan pekerjaannya. Target K3 sendiri adalah ‘zero
accident’ selama pelakasanaan di lapangan sehingga
perlunya penyusunan:
a. Safety Plan
Identifkasi bahaya kerja, dan penanggulangannya,
rencana penempatan alat-alat pengamanan seperti pagar
pengaman, jarring pada tangga dan tepi bangunan,
railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan
alat-alat kebakaran (tabung pemadam api), dan lain-lain.
b. Security Plan
Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur
penerimaan tamu, identifkasi daerah rawan di wilayah
sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek.
c. House Keeping
lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat
sementara penimbunan material bekas, pengaturan

kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan lainlain.
Pada proyek pembangunan Apartemen The Pakubuwono
View ini, hal – hal tentang kesejahteraan dan
keselamatan kerja sudah diperhatikan, yaitu dengan
adanya alat – alat, perlengkapan, dan fasilitas yang
berhubungan dengan masalah kesejahteraan dan
keselamatan kerja. Meskipun masih terjadi pelanggaranpelanggaran yang dilakukun oleh pekerja meski telah
diberi rambu peringatan.
E. Pembahasan Pelaksanaan
1. DEWATERING
a. Pendahuluan
Pada pembangunan gedung bertingkat yang tingginya
lebih dari lima lantai biasanya sering dibuat basement
dengan alasan untuk menambah ruangan atau sering
juga digunakan sebagai lahan parkir. Untuk
melaksanakanbasement, maka penggalian tidak dapat
dihindarkan dan bilamana permukaan air tanah lebih
tinggi dari rencana lantai basement, maka pemompaan
harus dilakukan sebagai upaya untuk pengeringan lahan
agar memungkinkan pelaksanaan konstruksi. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan menggunakan metode pengatusan
dengan pemompaan, di mana sistem pemompaan

tersebut dilakukan dengandewatering sistem sumur
titik ( well point system ).
Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan
untuk mengeringkan lahan galian di bawah muka air
tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa
konstruksi basement. Pekerjaan dewatering mutlak
diperlukan sampai bangunan selesai atau berat
konstruksi bangunan dapat mengimbangi gayauplift.
Selain itu, dewatering juga diperlukan untuk
menanggulangi bila terjadi genangan pada
konstruksi basement atau pondasi, baik akibat air hujan
ataupun rembesan air tanah. Dewatering dioperasikan
selama 24 jam selama pekerjaan basement.
Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B
& C ini digunakan enam sumur dewatering, dua
sumur piezometer, dan empat sumur recharging. Masing
– masing sumur tersebut dibor sampai pada kedalaman
minus 20 meter dengan diameter sumur 8” dan
diameter casing PVC 6” untuk sumurdewatering;
diameter sumur 4” dan diameter casing 2,5” untuk
sumur piezometer; dan diameter sumur 8” dan
diameter casing 6” untuk sumurrecharging. Penentuan
banyaknya jumlah sumur yang digunakan mengacu dari :

Data spesifkasi teknis rencana bangunan, luas
galian, dan kedalaman galian

Data penelitian tanah dan pumpimg test

Pertimbangan kondisi lahan di sekitar proyek



Pengalaman sejenis yang telah dilakukan

Gambar 4.24.Sumur Dewatering

Gambar 4.25.Sumur Piezometer

Gambar 4.26.Sumur Recharging
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering
system well pointdapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan Titik Dewatering
Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area
galian, di mana titik – titik tersebut ditentukan oleh
pemberi tugas dengan dibantu team surveyor agar letak
sumur dewatering tidak berada pada posisi pondasi
atau pile cap.
2) Penentuan Titik Piezometer
Titik piezometer dipasang pada sisi rencana bangunan
proyek.

Gambar 4.27.Lokasi Sumur Dewatering dan Piezometer
3) Pembuatan Pit dan Saluran
Pembuatan pit dan saluran dilakukan di dalam
pelaksanaan galian. Dalam hal ini, melihat kondisi
lapangan pada prinsipnya saluran dan pit berguna untuk
melokalisir air agar tidak menggenang sehingga tidak
mengganggu kontraktor galian dalam bekerja atau
pekerjaan lantai kerja. Saluran dibuat disepanjang tepi
galian di dalam area galian oleh kontraktor galian.
Kemudian setiap jarak ± 40 meter dibuatkan pit
dan standby pompa permukaan.
4) Sistem Saluran Pembuangan

Sistem saluran pembuangan dibuang sebagian ke
sumur recharging dan air pemompaan piezometer akan
diendapkan di bak penampungan air.
5) Monitoring
Monitoring dilakukan selama 24 jam setiap pagi dan sore,
dan dicatat ketinggian air tanahnya. Monitoring dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui ketinggian air tanah,
sehingga dapat diketahui apakah terjadi penurunan
tanah atau tidak. Selain itu, staf dewatering juga
mengikuti aktiftas pekerjaan galian untuk memindahkan
jalur listrik dan jalur pemipaan / selang yang dapat rusak
atau mengganggu kegiatan operasional galian, dan
membantu sepenuhnya pekerjaan galian agar tidak
terhenti oleh gangguan air tanah.

Gambar 4.28.Form Monitoring
c. Metode Teknis
1) Data Teknis

Data – data teknis pekerjaan dewatering proyek
Apartemen The Pakubuwuno View Tower B & C adalah
sebagai berikut:

Jumlah sumur dewatering
: 6 titik

Kedalaman
: minus 20 meter

Elevasi Screen
: – 12 meter s.d. – 18
meter

Diameter sumur dewatering





: 8 inchi

Diameter casing PVC
: 6 inchi
Filter / saringan
: G level
Kapasitas pompa
: ± 300 liter / menit
Jarak antara sumur dewatering : 40 meter

Dengan menurunkan permukaan air di dalam sumur
sampai kedalaman minus 14 meter dengan sistem
pemompaan tersebut di atas akan dapat mengeringkan
lahan galian. Apabila di dalam pelaksanaan masih ada
genangan air tanah, maka digunakan
sistem dewatering dengan pit pada beberapa lokasi
dengan dibuatkan parit – parit yang berfungsi
sebagaisubdrain yang mengalirkan air ke parit – parit
tertentu. Parit – parit ini diisi dengan batu kerikil dan
pada saat pengecoran ditutup dengan plastic agar dapat
dibuatkan lantai kerja.
2).
Konstruksi Sumur Dewatering
Pekerjaan ini dilakukan dengan tahap – tahap sebagai
berikut :

a) Penentuan titik dewatering dan elevasi oleh
tim surveyor
b)
Pengeboran dengan alat mesin bor dengan
sistem wash boringsampai pada kedalaman minus 20
meter dengan diameter 8 inchi
c) Pemasangan casing PVC dengan diameter 6 inchi
d) Pengisian grevell antara casing dengan dinding bor
yang berfungsi sebagaifilter
e) Instalasi pompa submersible beserta perlengkapan
elektroda pipa galvanis dan kabel listrik
f) Instalasi listrik dari PLN ke panel induk dan panel
otomatis pompa
g) Instalasi plumbing ( selang dan pemipaan ) dan
pemompaan dewatering siap difungsikan

Gambar 4.29.Konstruksi
Sumur Dewatering
3) Konstruksi Sumur Piezometer
Tahapan pekerjaan pembuatan sumur piezometer atau
sumur pengamatan sama halnya dengan sumur
dewatering, hanya perbedaannya pada
diameterboring dan casing. Sumur piezometer ini
memiliki diameter boring 4 inchidengan
diameter casing 2,5 inchi. Adapun fungsi
sumur piezometer ini untuk memantau penurunan
permukaan air tanah akibat pemompaan dewatering.

Gambar 4.30.Konstruksi Sumur Piezometer
4) Penutupan Sumur Dewatering
Penghentian sumur dewatering dilaksanakan setelah
beban uplift akibat air tanah telah seimbang dengan
berat konstruksi. Oleh karena itu, penggunaan
sumur dewatering tidak digunakan kembali. Pada saat
sumur dewatering tidak digunakan kembali, maka lubang
sumur tersebut harus segera ditutup. Adapun konstruksi
penutupan sumur sebagai berikut :
Gambar 4.31.Konstruksi Penutupan Sumur

2. PEKERJAAN GROUND ANCHOR
a. Pendahuluan
Ground Anchor adalah bangunan yang berfungsi sebagai
penahan tanah agar tidak mengalami longsor
atau sliding akibat adanya beban yang bekerja di sekitar
tanah tersebut. Pada proyek Apartemen The Pakubuwono
View Tower B & C ini diperlukan ground anchor dan
dipasang pada sisi – sisi galian karena letaknya
berbatasan langsung dengan gedung – gedung yang
telah ada sebelumnya ( Gedung Simprug
Mobil Showroom pada sisi utara dan SMA 29 Jakarta pada
sisi selatan ). Dengan adanya ground Anchor tersebut
diharapkan tanah tidak mengalami longsor akibat beban
yang berasal dari gedung – gedung sekitar dan tidak
terjadi penurunan tanah pada gedung – gedung di sekitar
proyek tersebut. Jumlah ground anchor pada proyek ini
ada 41 titik dan terbagi menjadi 2, yaitu 24 titk di sisi
Utara Tower C ( Simprug Mobil Showroom ) dan 17 titik di
sisi Selatan Tower B ( SMA 29 Jakarta ). Pekerjaan ground
anchor ini memakan waktu selama 9 hari mulai tanggal
16 Juli 2008 sampai dengan tanggal 24 Juli 2004, di mana
setiap harinya rata – rata dapat diselesaikan 4 titik / alat.

Gambar
4.32.Ground Anchor
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan ground anchor dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Penentuan Elevasi dan Marking
Proses ini dilakukan untuk menentukan ground anchor
dan posisi capping beam pada posisi yang sesuai dengan
gambar shop drawing.
2) Pengecoran Capping Beam
Pengecoran capping beam dilakukan setelah didapat
elevasi, marking, dan pemasangan bekisting. Capping
beam dibuat tiap jarak 4,2 Meter dengan dimensi 40 x 40
cm. Mutu Beton yang digunakan K – 375.
3) Pekerjaan Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat – alat
yang digunakan untuk proses drilling, grouting,
maupun stressing.
4) Pekerjaan Drilling Tanah
Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini
adalah rotary drilling, di mana mesin bor tersebut duduk
di atas tanah / platform. Kotoran atau Lumpur hasil
pengeboran dari lubang bor dengan menyemprotkan air
ke dalam lubang bor. Diameter pengeboran 20 cm
sampai kedalaman 30 meter dengan kemiringan sudut
45°.
5) Instalasi Tendon Anchor
Strand yang digunakan adalah 7 – wire
strand berdiameter 12,7 mm. perakitan tendon dilakukan
di proyek. Tendon dimasukkan ke dalam lubang dengan
cara manual. Sebelum instalasi tendon dilakukan, air
bertekanan disemprotkan ke dalam lubang untuk
mengeluarkan lumpur sisa pengeboran.
6) Grouting Tendon Anchor
Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai
dan dilakukan pada hari yang sama atau dalam kurun
waktu paling lambat satu hari setelah pengeboran
selesai. Komposisi material grouting yang digunakan
adalah 1 zakportland cement ( 1 zak = 50 kg ) + 20 liter
air + 225 gram grout additive ( cebex 100 ),
dengan water cement ratio 0,45.
7) Stressing Tendon Anchor

Alat yang digunakan untuk penarikan tendon anchor
adalah satu unit hydraulic pump dan satu unit Jack
Freyssinet, yang sesuai dengan tipe tendon anchor dan
gaya yang bekerja pada tendon tersebut. Operasional
penarikan tendon anchordi proyek dicatat dalam suatu
lampiran stressing record yang mencatat pressuregaya
pada Hydrolick Jack dan panjang elongasi yang terjadi
pada strand. Mutugrouting minimal saat stressing adalah
30 MPa. Stressing yang dilakukan untuk setiap ground
anchor adalah dua cycle ( 125 % dari gaya yang
bekerja ) dan satu lock of ( 110 % dari gaya yang
bekerja ).

Gambar.4.33.Pros
es Stresing
c. Pelepasan Kepala Anchor
Setelah semua pekerjaan di atas selesai, maka ground
anchor sudah berfungsi seperti yang direncanakan.
Fungsi ground anchor dapat ditiadakan apabila bangunan

sudah berdiri dan diapraghma wall sudah terhubung
dengan struktur. Biasanya head anchor akan
dilepas / direalase pada saat ground anchortidak
difungsikan lagi, tapi terkadang owner tidak
menginginkan head anchoruntuk dilepas. Jadi,
pekerjaan realease anchor tergantung pihak owner.
3. MATFOUNDATION TOWER B
a. Pendahuluan
Mat Foundation adalah pondasi dangkal yang memiliki
luasan / bentuk menyerupai maras. Pekerjaan mat
foundation tower B ini merupkan pekerjaanmass
concrete karena pondasi akan dicor memiliki volume
2616 m³. Mass Concrete adalah pengecoran satu area
dengan volume yang sangat besar dan dilakukan secara
terus – menerus. Mass Concrete merupakan salah satu
alternatif pengecoran dengan volume yang sangat besar
atau kecil secara terus – menerus untuk mengecor
sejumlah volume beton yang dipengaruhi oleh faktor
teknik dan ekonomi.
Pertimbangan utama dalam melaksanakan penngecoran
secara besar – besaran adalah kontrol terhadap panas
yang dihasilkan dari proses hidrasi akibat Massa beton
yang besar yang dapat mengakibat retak dan akibat dari
waktu pengecoran yang lama dapat menimbulkan cold
joint. Akibat kenaikan temperatur dalam beton tersebut
dan juga suhu keseluruhan kontruksi ketika beton
menjadi dingin secara berangsur – berangsur, dapat

menimbulkan terjadinya retak. Perubahan suhu
maksimum ( Thermal shock ) yang dapat menyebabkan
retak ( Thermal Cracking ) adalah 40º C antara
temperature beton dengan lingkungan dan adanya
perbedaan temperature beton lebih dari 20º C.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut diatas
adalah dengan menghitung faktor – faktor sebagai
berikut :


Kemampuan produsen ready mixed menyediakan

volume beton dalam jumlah besar dan dalam waktu yang
cepat, dengan memperhitungakan durasi pelaksanaan
dan kesiapan sumberdaya.

Karakter beton yang dipergunakan, dengan
memperhitungkan kandungan semen, jenis agregat dan
kemungkinan pemakaian bahan campuran (admixture )
dan lain – lain.

Pengendalian temperatur, dengan melakukan
perawatan beton (Curing) secara efektif disesuaikan
dengan keadaan cuaca sekitarnya pada saat pengecoran,
selain itu perlu pengadaan tulangan distribusi yang
memadai untuk mengontol retak awal.
b. Dasar Teori
1) Definisi Mass Concrete
Berdasarkan ACI 207 : Mass Concrete adalah segala
volume beton dengan dimensi yang cukup besar

sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas
yang ditimbulkan oleh proses hydrasi semen
2) Retak Thermal
Terjadinya retak thermal karena bagian beton
dipermukaan yang mendingin lebih cepat oleh pelepasan
panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi
kekangan terhadap pengembangan volume beton bagian
dalam yang panas. Perbedaan suhu beton antara lapisan
bawah, tengah dan atas ≤ 200 C
Sebagai upaya untuk mengatasi retak thermal tersebut,
dalam mass concrete perlu memperhitungkan faktorfaktor berikut :
a) Kontinyuitas supply yaitu kemampuan
produsen readymix menyediakan beton dalam jumlah
yang besar dan dalam waktu yang cepat dengan
memperhiungkan durasi pelaksanaan dan kesiapan
sumber daya.
Beberapa hal yang mempengaruhi kontinyuitas
pengiriman :
1.

Persiapan alat, personel dan infrastruktur proyek
(jalan akses, lahan parkir dan maneuver truck mixer serta
area cuci truck mixer).
2.
Kapasitas batching plan. Kapasitas batching plan
harus ≥ 1 kapasitas bongkar proyek.

3.

1.
2.
3.
4.
5.

Cycle time dari batching plan ke lokasi proyek. Cycle
time terdiri dari :
Waktu loading beton
Waktu
Waktu
Waktu
Waktu

perjalanan berangkat ke lokasi proyek
parker, manuver dan tunggu di proyek
bongkar (COR)
cuci truck mixer di proyek

Waktu perjalanan pulang dari proyek menuju
batching plan
6.
Jumlah kebutuhan minimal truck mixer.
a)
Karakter beton yang dipergunakan dengan
memperhitungkan, kandungan semen, kandungan fly
ash jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan
campuran (admixture), dll.
b)
Penggunaan jenis semen tertentu dapat
mempengaruhi karakteristik beton untuk mass concrete,
karena itu hanya semen yang cukup sesuai harus
digunakan untuk mendapatkan kekuatan yang
dikehendaki. Maka dalam hal ini diusulkan untuk
digunakan semen type I dengan fly ash dengan
prosentase sesuai persyaratan dan kebutuhan. Dalam hal
ini penggunaan fly ash adalah maksimal 25 % dari jumlah
material cementitiuos.
c)
Mix Design menggunakan spesifkasi sebagai
berikut (sesuai spesifkasi teknis dan ACI 21.1.1) :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mutu beton adalah fc. 27,5 Mpa.
Prosentase fly ash 23 %
Suhu on site ≤ 300 C.
Water Cement Ratio = 0.45
Slump 14 ± 2 (12 – 16) cm.
Initial setting time 7 jam.
c. Metode Pelakasanaan
Metode pelaksanaan Mat Foundation tower B dapat

dijelaskan sebagai berikut :
1.
1.
Galian Tanah Area Mat
Foundation
Galian tanah area mat foundation dilaksanakan
sesuai shop drawing dengan kedalaman 250 cm dari
elevasi lantai dasar basement – 3, akan tetapi pada
dasar mat foundation ditambah 5 cm untuk lantai kerja
dan pada galian samping masing – masing diberi
penambahan 15 cm yang digunakan untuk bekisting dari
pasangan batako, galian pada area ini dilakukan dengan
bantuan backhoe, sedangkan untuk area yang sulit
dijangkau backhoedilakukan dengan tenaga manusia.

Gambar 4.34.Galian dengan menggunakan backhoe
2. Bobok dan Pemotongan Kepala Bored Pile
Setelah proses pengggalian selesai, maka akan bampak
kepala – kepala bore pile yang sudah tertanam
sebelumnya ( pekerjaan bored pile dikerjakan oleh
kontraktor lain ). Kemudian kepala pancang yang tampak
tersebut akan dipotong hingga ketinggian besi tulangan
minimal satu meter dari dasar. Sebelum proses
pemancangan dilakukan, terlebih dahulu kepala – kepala
pancang dilakukan, terlebih dahulu kepala – kepala
pancang tersebut di bobok agar besi tulangannya dapat
terpisah dari beton. Proses pemotangan pancang ini
dilakukan dengan bantuan tower crane dengan tujuan
mempermudah pengangkatan dari area mat foundation,
selain itu juga mempermudah waktu pelaksanaannya.

(a)

(b)
Gambar 4.35. (a)Bobok Pancang (b)Pemotongan
Pancang dengan TC
3. Penyemprotan Anti Rayap
Penyemprotan anti rayap dilakukan sebelum lantai kerja
dibuat. Daerah – daerah yang disemprotkan antara lain
seluruh lapisan bawah dan dinding samping mat
foundation. Penyemprotan anti rayap ini dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan penghalang kimia
atara kontruksi bangunan dan tanah, sehinga melindungi
bangunan dari serangan rayap. Material yang digunakan
adalah STEDFAST 15 EC dengan komposisi satu liter
stedfast 15 EC dicampur dengan 50 liter air. Aplikasi
untuk 1m memputuhkan lima liter campuran. Pada waktu

penyemprotan anti rayap ini kondisi tanah harus kering /
tidak ada genangan air.

Gambar.4.36Stedfast penyemprot Anti rayap
4. Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan setelah seluruh
lapisan bawah mat foundation diratakan dan
disemprotkan dengan anti rayap. Pekerjaan lantai kerja
dilaksanakan selambat – lambatnya satu hari setelah
penyemprotan anti rayap. Pekerjaan lantai kerja dibuat
dengan ketebalan 50 mm. material beton yang digunkan
adalah material beton ready mix B-0. Mutu beton B-0
adalah K-125. Penentuan ketebalan lantai kerja diketahui
dengan menggunkan alat elevasi level dengan bantuan
tim Surveyor.

Gambar.4.37.Pengecoran lantai kerja
5. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan Bekisting dikerjakan pada sisi mat foundation
dari material batako setinggi dua meter dan stop cor
stinggi 500 mm untuk posisi starter bar bagian
pembesian slab basement – 3. Pemasangan batako untuk
dinding bekisting mat foundation ini dikerjakan dalam
dua tahap yaitu tahap pertama dinding batako dipasang
setinggi 1200 mm, dan tahap kedua dinding batako
dipasang lagi setinggi 800 mm dari tinggi tahap pertama.
Hal ini dilakukan untuk meghindari rubuhnya dinding dari
longsoran tanah diatasnya. Dalam pemasangan batako
ini, seluruh permukaannya harus dipasang secara rapat
dan rata atau tidak beloh berongga.

Gambar.4.38.Pemasangan Batako

Gambar 4.39. Isometri
6. Pekerjaan Pembesian

Pembesian dilaksanakan setelah seluruh area mat
foundation dibersihakan dari kotoran atau bekas – bekas
material yang berserakan dengan menggunakan air
compressor. Mutu besi tulangan yang digunakan adalah
U50 ( fy = 5000 kg/ cm ) dan pengikat atar besi
digunakan kawat bendrat.
Pemasangan pembesian terdiri dari beberapa pekerjaan
anara lain :
a . Pembesian Layer Bawah
Pembesian layer bawah terdiri dari tulangan menerus
pada arah x dan ditambah tulangan extra pada arah x
dan y. penggunaan tulangan extra berfunsi sebagai
perkuatan didaerah tertentu yang mempunyai bahan
lebih besar dari daerah lain, seperti didaerah corewall
yang berguna untuk Manahan beban angina ataupun
beban akibat gempa bumi. Penyusunan tulangan tersebut
disusun dalam empat lapis . lapis pertama terdiri atas
tulangan menerus arah x dan besi D32 – 200 mm; lapis
kedua terdiri dari tulangan menerus arah y dengan besi
D32 – 200 mm ditambah tulangan sebagian selain
tulangan ekstra arah x dengan besi D22, D29, dan D32
tiap jarak 400 mm; lapis keempat terdiri atas tulangan
ekstra arah y dengan besi D22, D29, dan D32 tiap jarak
400 mm

Gambar 4.40.Pembesian layer bawah
1.
b.
Pemasangan Kaki ayam
Untuk menghubungkan antara layer atas dengan layer
bawah diperlukan kaki ayam. Kaki ayam sendiri
menggunakan besi D25 dengan tinggi ± 2 meter, dimana
bagian bawah dari kaki ayam tersebut diikatkan pada
pembesian layer bawah menggunakan kawat bendrat.
Kaki ayam dipasang setiap jarak 2 meter untuk arah y
dan 2,4 untuk arah x.

Gambar
4.41.Pemasangan Kaki ayam
c. Pembesian Layer Atas
Pembesian layer atas pada umumnya sama dengan layer
bawah, perbedaanya hanya pada penyusunan lapis
pembesian. Penyusunan lapis pembesian pada layer atas
berkebalikan dengan layer bawah.

Gambar
4.42.PembesianLayer atas
d. Pembesian Overstek kolom bawah dan Core
wall
Pembesian Overstek tulangan kolom bawah dan c