Karya ilmiah jaring laba laba

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di dunia ini banyak terdapat jenis mahluk hidup. Salah satunya adalah Labalaba/Artropoda. Laba-laba adalah sejenis hewan berbuku-buku (Artropoda) dengan dua
segmen tubuh, empat pasang kaki, tidak bersayap dan tidak memiliki mulut pengunyah.
Semua jenis Laba-laba digolongkan ke dalam kingdom Animalia, filum Artrophoda, kelas
Arachnida, dan ordo Araneae. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.
Laba-laba hanya memiliki dua segmen. Bagian depan disebut cephalothorax atau
prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan
segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax
dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal.
Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian
sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae,
mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya.
Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang
gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya
mampu menghasilkan benang sutera yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat dari
kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat

berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain,
menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.
Selama hidupnya, laba-laba melakukan segala aktivitasnya di jaring yang telah dibuatnya
sendiri di atas pohon asoka. Uniknya bahan sutra yang digunakan untuk membuat jaringnya
itu berasal dari tubuhnya sendiri. Sutra itu dirangkai sedemikian rupa hingga membentuk
jaring yang megah berbentuk hampir bulat, dan di pusat jaring inilah laba-laba menghinggap
menunggu mangsa.
1

Peneliti tinggal di tempat yang banyak terdapat jaring laba-laba. Banyak laba-laba yang
merakit jaringnya di pohon asoka dengan bentuk hampir seperti bola, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih jauh bagaimana laba-laba menghasilkan bahan baku sutra dari tubuhnya sendiri
dan bagaimana proses atau cara pembentukan jaring laba-laba sehingga terbentuk jaring yang
demikian unik.
Berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap jaring laba-laba tersebut, maka lahirlah karya
ilmiah yang berjudul “Pembuatan Jaring Laba-Laba Pada Tanaman Asoka”.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini rumusan
masalah yang penulis ajukan adalah :
1. Bagaimanakah proses pembentukan jaring laba-laba pada tanaman asoka, sehingga

jaring tersebut tersusun dengan rapi ?
2. Bagaimana proses terbentuknya benang sutra laba-laba didalam tubuhnya?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, tenaga, biaya, pengetahuan, serta keterampilan
yang dimiliki oleh penulis, maka penulis membatasi pada hal-hal berikut:
1. Sarang laba-laba yang diteliti terdapat pada tanaman asoka, yang terletak di
lingkungan SMA Titian Teras Jambi.
2. Dalam penelitian ini, penulis menunjukan proses pembuatan jaring laba-laba dengan
sutra yang dihasilkan oleh tubuhnya sendiri.
3. Laba-laba yang penulis teliti dan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah Jenis
Laba-laba penenun (anggota suku Araneidae).

1.4 Tujuan Penelitian

2

Secara umum tujuan penelitian penulis ini adalah untuk mengikuti lomba
penelitian ilmiah remaja (LPIR) dan melengkapi tugas Bahasa Indonesia.
Secara khusus tujuan penelitian yang akan dicapai oleh penulis adalah :
1. Mengetahui proses pembentukan jaring laba-laba, sehingga jaring tersebut

tersusun dengan rapi pada tanaman asoka.
2. Meneliti proses pembentukan sutra laba-laba di dalam tubuhnya.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mengharapkan agar penelitian
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi setiap kalangan, diantaranya:
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas, dan
khususnya bagi penulis sendiri.
2. Memberikan informasi bagaimana sistem pembuatan jaring laba-laba.
3. Sebagai sumbangan terhadap dunia pendidikan khususnya dalam bidang ilmu
pengetahuan.
1.6

Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengajukan suatu hipotesis yaitu seekor laba-laba
dapat membuat jaringnya sendiri pada tanaman asoka tanpa bantuan hewan lain, dan
benang sutra yang digunakan dalam pembuatan sarang laba-laba dapat dihasilkan oleh
tubuhnya sendiri. Dalam pembuatan jaring laba-laba, benang sutera tersebut
mengandung bahan perekat yang digunakan untuk menangkap mangsanya. Jaring yang
telah di buat oleh laba-laba tersebut berfungsi sebagai sarang tempat tinggal, berkembang
biak, dan berfungsi sebagai jebakan untuk menangkap mangsa


BAB II
3

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Laba-laba
Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba telah dipertelakan, dan digolonggolongkan ke dalam 111 suku, akan tetapi mengingat bahwa hewan ini begitu beragam,
banyak, di antaranya yang bertubuh amat kecil, seringkali tersembunyi di alam, dan bahkan
banyak spesimen di museum yang belum terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa
kemungkinan ragam jenis laba-laba seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.
Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga golongan besar pada aras subordo, yakni:


Mesothelae, yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-ruas tubuh
yang nampak jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan
leluhurnya yakni artropoda beruas-ruas.



Mygalomorphae atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang membuat liang

persembunyian, dan juga yang membuat lubang jebakan di tanah. Banyak jenisnya
yang bertubuh besar, seperti tarantula dan juga lancah maung.



Araneomorphae adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-laba yang
kita temui termasuk ke dalam subordo ini. Taring dari kelompok ini mengarah agak
miring ke depan (dan bukan tegak seperti pada kelompok tarantula) dan digerakkan
berlawanan arah seperti capit dalam menggigit mangsanya.

2.2 Indera
Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat
membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua
bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang
mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna. Untuk menandai
kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaringjaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba
yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambutrambut di kakinya.
2.3 Pemangsaan
4


Kebanyakan laba-laba memang merupakan 1predator penyergap, yang menunggu
mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah
bebatuan, atau lubang di tanah yang ditutupi 2kamuflase. Beberapa jenis memiliki pola warna
yang menyamarkan tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu
bersembunyi.
Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera
berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka
rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini
bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga
terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa
untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.
Sedikit berbeda, laba-laba pemburu biasanya lebih aktif. Laba-laba ini dapat mengejar dan
melompat untuk menerkam mangsanya. Berjam-jam laba-laba menyedot cairan itu hingga
bangkai mangsanya mengering. Laba-laba yang memiliki rahang (chelicera) kuat, bisa lebih
cepat menghabiskan makanannya dengan cara merusak dan meremuk tubuh mangsa dengan
rahang dan taringnya itu.
1

predator = Pemangsa, 2kamuflase = sampah


2.4 Sang Ahli Pembuat Perangkap
Orang umumnya berpikir bahwa laba-laba adalah makhluk yang menggunakan jaring
untuk menangkap mangsa. Namun, spesies yang disebut 1Dinopis ini tidak menunggu
mangsanya terperangkap dalam jaring, tapi ia membuat perangkap bergerak. Ia membuat
benang khusus dengan membuat dua ratus gulungan per menitnya. Ia lalu merangkaikan
benang-benang ini dengan mengikuti suatu pola yang cerdas.
Dengan cara ini, sebuah perangkap mematikan pun kini telah siap. Ia menunggu di
tempat yang sering dilalui serangga untuk menyergapnya. Matanya yang tajam mampu
melihat gerakan paling lemah sekalipun. Ia lalu membungkus mangsanya dalam jerat khusus.
Laba-laba menangkap lebih dari satu mangsa dalam semalam, dan menganyam jaring yang
berbeda untuk setiap mangsa. Jaring ini sungguh merupakan suatu desain yang sangat
istimewa. Mangsa yang tertangkap tidak berkesempatan untuk lolos. Laba-laba Dinopsis
yang baru lahir telah mampu menganyam jaring mungil.
5

1

Dinopis = Ahli pembuat perangkap

2.5 Ahli Kimia

Laba-laba menggunakan metode yang unik untuk menarik perhatian mangsanya,
yakni 3ngengat jantan. Benang ini terbungkus oleh butiran-butiran lengket. Ia mengulurkan
benangnya dari sebuah pohon layaknya tangkai pancing, melemparkan tali pancing lalu
menunggu dengan sabar, persis seperti pemancing. Laba-laba ini memiliki tipuan cerdik
untuk menarik perhatian mangsanya. Ngengat betina mengeluarkan hormon feromon untuk
menarik ngengat jantan kepadanya. Laba-laba meniru memproduksi aroma ini dan
meletakkannya di bagian ujung perangkap. Ngengat jantan tergoda mendekati perangkap
tersebut. Ketika ngengat mendekat, laba-laba segera menggerakkan benang layaknya sebuah
jerat. Dengan rangcangan perangkap ini, ia berhasil menangkap mangsanya.
3

ngengat = laba-laba

2.6 Keunikan sarang laba-laba
Sarang laba-laba dapat mengecoh serangga, terutama serangga pemakan nektar dan
serbuk sari bunga. Karena serangga ini tidak bisa melihat sinar ultara violet (UV). Laba-laba
memanfaatkan kelemahan serangga ini dengan membuat sarang khusus. Pertama-tama, labalaba memintal sarang dengan benang yang sedikit memantulkan sinar UV, kemudian pola
dibuat lagi dengan benang yang bersinar dibawah sinar UV. Sarang laba-laba ini akan terlihat
seperti pola bunga yang dipantulkan oleh sinar UV oleh serangga, sehingga serangga yang
lapar akan terkecoh mengira sarang laba-laba sebagai bunga.


BAB III

6

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh penulis untuk
meneliti suatu masalah sehingga didapat data yang akurat yang diperlukan. Teknik
penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data adalah :
1. Metode Kepustakaan (Library Resourch)
Metode kepustakaan adalah metode yang bersifat mencari data dari
buku-buku yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti oleh penulis
mengenai laba-laba.
2. Metode Observasi
Metode Observasi dilakukan dengan meneliti langsung ke lapangan dan
mencatat segala kejadian dan prilaku objek yang di teliti, sehingga
mendapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Peneltian ini dilakukan selama + 4 bulan tahun 2008-2009 yang dilakukan di

lingkungan SMA Titian Teras Jambi. Dengan ketentuan sebagai berikut:
3.2.1 Penelitian 1
Hari, tanggal

: Jum’at-Sabtu, 09-22 Januari 2009

Waktu

: 04.00-20.00 WIB

Tempat

: di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.2.2 Penelitian 2
Hari Tanggal

: Senin-Kamis, 16-19 Februari 2009

Waktu


: 04.30-05.30 WIB

Tempat

: di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.2.3 Penelitian 3
Hari, tanggal

: Selasa-Jum’at, 17-20 Maret 2009

Waktu

: 16.00-17.45 WIB

Tempat

: di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi
7

3.2.4 Penelitian 4
Hari, tanggal

: Rabu-Kamis, 7-9 April 2009

Waktu

: 16.10-18.00 WIB

Tempat

: di Lingkungan SMA Titian Teras Jambi

3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain:
1.

Kamera
Peneliti menggunakan kamera untuk mengambil gambar laba-laba sebagai sampel
dalam penelitian ini.

2.

Alat-alat tulis
Alat – alat tulis berupa pena, buku dan juga pensil diganakan untuk mencatat
kegiatan keseharian laba-laba baik pada saat ia berada di sarangnya, maupun tidak.

3.

Kayu
Kayu digunakan untuk peneliti sebagai alat penghancur sarang laba-laba,
agar secara langsung laba-laba tidak takut pada saat jaringnya dihancurkan.

4.

Serangga / umpan
Umpan berupa serangga digunakan peneliti untuk mengetahui proses labalaba dalam beburu mangsa.

8

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian maka berikut ini adalah hasil dan pembahasan
tentang penelitian pembentukan jaring laba-laba pada tanaman Asoka. Hasil yang penelti
peroleh dalam penelitian ilmiah ini adalah sebagai berikut :
4.1 Peneliti meneliti kehidupan dan kebiasaan yang dilakukan oleh laba-laba.
Penelitian 1
Penelitian ini diadakan pada waktu subuh hari sekitar jam 04.00 sampai
dengan selesai, untuk melihat perkembangan selanjutnya terhadap pembuatan jaring
laba-laba pada tanaman Asoka. Dalam penelitian ini ternyata laba-laba tidak
melakukan aktifitas kerja pada siang hari. Laba-laba melakukan aktivitas kerjanya
pada keadaan gelap/ malam (18.00-06.00 WIB).
4.2 Peneliti mulai mencari ide agar laba-laba tersebut menunjukan tata cara
pembuatan jaringnya.
Penelitian 2
Untuk melihat tata cara pembuatan jaring laba-laba pada tanaman asoka maka
peneliti mulai mencari ide agar laba-laba tersebut memperlihatkan bagaimana tata
cara pembuatan jaringnya. Pada tahap ini peneliti merusak jaring laba-laba yang
sudah terbentuk dengan rapi dan menunggu respon apa yang akan dilakukan oleh
laba-laba. Ternyata setelah peneliti amati dengan seksama, laba-labapun memberi
respon yang menarik perhatian. Saat melihat jaringnya hancur laba-laba langsung
bergegas untuk memperbaiki. Perusakan jaring laba-laba yang diberi respon
(diperbaiki) ini tidak hanya sekali. Penulis melakukan sampai 4 kali namun labalaba tetap memberi respon yang sama. Dalam tahap ini penulis memperhatikan
berapa lama laba-laba dapat membentuk jaring baru. Ternyata laba-laba mampu
membentuk jaring baru dalam waktu 4 jam.

9

4.3 Peneliti mulai mengamati jalannya pembuatan jaring laba-laba.
Penelitian 3
Dalam tahap ini peneliti memperoleh cara/teknik laba-laba dalam membuat
jaring. Laba-laba membuat sarang mulai dari yang sederhana seperti yang sering kita
lihat disudut-sudut rumah sampai ke tingkat yang sangat rumit. Ada tiga komponen
yang membentuk sarang laba-laba yaitu benang jenis kuat dan tegang yang mengarah
ke luar yang berpotongan pada titik pusat sebagai porosnya, benang yang menjadi
kerangka bagian luar sarang, dan benang jenis kendur dan lengket berbentuk spiral
yang mampu menjebak mangsa. Laba-laba memulai membuat sarang dengan
membuat kerangka. Benang sutra yang dikeluarkan laba-laba dilemparkan ke udara,
karena tertiup angin, benang sutra akan menempel pada benda yang ada didekatnya.
Benang inilah yang digunakan oleh laba-laba untuk memasang benang-benang
lainnya sehingga membentuk kerangka. Setelah kerangka terbentuk, laba-laba mulai
memintal benang sutra yang menghubungkan satu sisi dengan sisi lainnya. Laba-laba
memintal lebih banyak benang kering sehingga membentuk seperti jari-jari sepeda.
Setelah itu laba-laba memasang benang lengket diatas benang kering tersebut. Benang
kering dibuang oleh laba-laba dengan cara memakannya.
4.4 Peneliti mulai mengamati jalannya pembuatan benang sutra laba-laba.
Penelitian 4
Dalam tahap ini peneliti memperoleh cara/teknik laba-laba dalam membuat
benang sutra yang digunakan sebagai bahan pembentuk jaring. Sutera yang dibuat
laba-laba jauh lebih kuat dibanding serat alami atau serat sintetik manapun yang kita
kenal. Menyadari hal ini, peneliti mulai bergegas untuk memahami bagaimana labalaba membuatnya. Laba-laba memperoleh semua bahan mentah suteranya dari
sintesis asam-asam amino dari hasil pencernaan mangsanya. Laba-laba juga makan
dan mencerna jaringnya sendiri sebagai bahan untuk membuat jaring berikutnya.labalaba mengeraskan suteranya dengan mengasamkannya. Ketika protein-protein sutera
bersentuhan dengan asam tersebut, protein-protein ini melipat dan saling membentuk
jembatan-jembatan yang mengeraskan suteranya.
10

Dari protein-protein tersebut sutera mentah yang diproduksi dikeluarkan
dalam bentuk serat-serat melalui lubang celah yang berfungsi seperti keran yang
nantinya menghasilkan sutera kering untuk berpegangan bagi laba-laba saat berjalan
di jaringnya atau ketika memanjat naik dan turun, sutera lengket, sutera tipis yang
khusus untuk membungkus mangsa setelah tertangkap dan memproduksi zat rekat
yang

dibutuhkan

untuk

menempelkan

sutera

di

permukaan

lain.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
11

Berdasarkan penelitian ini dan data-data yang diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa:
1.

Ada tiga komponen yang membentuk sarang laba-laba yaitu benang jenis kuat
dan tegang yang mengarah ke luar yang berpotongan pada titik pusat sebagai
porosnya, benang yang menjadi kerangka bagian luar sarang, dan benang jenis kendur
dan lengket berbentuk spiral yang mampu menjebak mangsa. Laba-laba memulai
membuat sarang dengan membuat kerangka. Setiap benang yang dihasilkan oleh labalaba mengandung bahan perekat. Benang sutra yang dikeluarkan laba-laba
dilemparkan ke udara, karena tertiup angin, benang sutra akan menempel pada benda
yang ada didekatnya. Benang inilah yang digunakan oleh laba-laba untuk memasang
benang-benang lainnya sehingga membentuk kerangka. Setelah kerangka terbentuk,
laba-laba mulai memintal benang sutra yang menghubungkan satu sisi dengan sisi
lainnya. Laba-laba memintal lebih banyak benang kering sehingga membentuk seperti
jari-jari sepeda. Setelah itu laba-laba memasang benang lengket diatas benang kering
tersebut. Benang kering dibuang oleh laba-laba dengan cara memakannya. Sehingga
terbentuklah jaring Laba-laba yang tersusun rapi pada tanaman asoka dalam jangka
waktu sampai 4 jam.

2.

Laba-laba memperoleh semua bahan mentah suteranya dari sintesis asam-asam
amino dari hasil pencernaan mangsanya. Laba-laba juga makan dan mencerna
jaringnya sendiri sebagai bahan untuk membuat jaring berikutnya.laba-laba
mengeraskan suteranya dengan mengasamkannya. Ketika protein-protein sutera
bersentuhan dengan asam tersebut, protein-protein ini melipat dan saling membentuk
jembatan-jembatan yang mengeraskan suteranya. Dari protein-protein tersebut sutera
mentah yang diproduksi dikeluarkan dalam bentuk serat-serat melalui lubang celah
yang berfungsi seperti keran yang nantinya menghasilkan sutera kering untuk
berpegangan bagi laba-laba saat berjalan di jaringnya atau ketika memanjat naik dan
turun, sutera lengket, sutera tipis yang khusus untuk membungkus mangsa setelah
tertangkap dan memproduksi zat rekat yang dibutuhkan untuk menempelkan sutera di
permukaan lain.

5.2 Saran
Dari uraian, penjelasan, dan data yang telah disajikan diatas, penulis ingin
memberi saran:
12

1. Mari kita lestatarikan lingkungan sekitar kita, untuk menghindari kepunahan hewanhewan di sekitar kita terutama laba-laba
2. Perhatikanlah sesuatu yang ada di lingkungan sekitar kita, mungkin dari perhatian kita
terhadap sesuatu itu nantinya dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang
lain.
2. Mulailah untuk berkreasi, karena dengan berkreasi akan memberi sumbangan bagi
dunia pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

13

Harunyahya. 2004. Keajaiban Laba-laba. Jurnl Ilmu Pendidikan, (Online),
(www.harunyahya.com/indo, 22 Januari 2009).
Syamsuri, Istamar, dkk. 2000. Biologi 2000 1b Untuk SMU Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Gunawan Susilowarno, Remigius. 2008. Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional 2008.
Jakarta. Grasindo.
www // http. Google. Com. Laba-laba.(diakses Jum’at, 20 Maret 2009)

LAMPIRAN

14

Gambar 1. Laba-laba sedang menunggu mangsa

Gambar 2. Laba-laba mulai membuat kembali sarang yang hancur

15

Gambar 3. Jaring yang telah selesai di buat

Gambar 4. Jaring laba-laba sebagai tempat beristirahat

16

BIODATA

Nama Lengkap

:

Suyono

Tempat/Tanggal Lahir

:

Jambi, 23 Maret 1992

Jenis Kelamin

:

Laki-Laki

Nama Sekolah

:

SMA Titian Teras Jambi

Alamat Lengkap Sekolah

:

Jl.Lintas Jambi-Ma.Bulian Km.21,Pijoan,
Kecamatan Jaluko,Kabupaten Muaro Jambi,Provinsi
Jambi

Kode Pos

:

36361
Telp:(0741) 7551162-27900

Alamat Lengkap Rumah

:

Jl. Suka Damai RT. 11/04 No. 395 Kab.Muaro Jambi
Prov. Jambi

Kegemaran/Hobby

:

Football dan Bermusik

Cita-Cita

:

Pengusaha sukses

Bidang Ilmu Yang Digemari

:

Fisika, Komputer

Ayah

:

Kasimun

Ibu

:

Misem

Ayah

:

Tani

Ibu

:

IRT

Nama Orang Tua

Pekerjaan orang tua

17

BIODATA

Nama Lengkap

:

Rio Natanael Ginting

Tempat/Tanggal Lahir

:

Kuala Tungkal, 13 Desember 1992

Jenis Kelamin

:

Laki-Laki

Nama Sekolah

:

SMA Titian Teras Jambi

Alamat Lengkap Sekolah

:

Jl.Lintas Jambi-Ma.Bulian Km.21,Pijoan,
Kecamatan Jaluko,Kabupaten Muaro Jambi,Provinsi
Jambi

Kode Pos

:

36361
Telp:(0741) 7551162-27900

Alamat Lengkap Rumah

:

Jl. Patunas RT 04 Kel. Tungkal IV Kota Kec. Tungkal
Ilir

Kegemaran/Hobby

:

Bermain basket, tenis meja, dan komputer

Cita-Cita Pribadi

:

Menegement

Bidang Ilmu Yang Digemari

:

Ekonomi, Sosiologi, Matimatika dan Komputer

Nama Orang Tua

:

Ayah

:

S. Ginting

Ibu

:

Dra. Prisma Barus

Ayah

:

PNS

Ibu

:

PNS

Pekerjaan Orang Tua

18

16