LAPORAN PENDAHULUAN M O W

SATUAN ACARA PENYULUHAN
M.O.W (METODE OPERATIF WANITA) / TUBEKTOMI

Oleh :
ELLA OLVIANA, S.Kep
NIM : 017 002 035

PROGRAM PENDIDIKAN NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI
POSO
TAHUN 2018

MATERI
KONTAP MOW TUBEKTOMI

A. Definisi
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan
dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau
saluran sperma (pada lelaki). Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua
macam, yaitu Kontap Pria dan Kontap Wanita. Kontap Wanita atau
merupakan metode sterilisasi pada wanita dikenal dengan MOW atau

tubektomi.
MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua
saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati
saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma
laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wanita
tidak akan turun (BKKBN, 2006).
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi
(mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum, jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tuba
fallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu.
B. Etiologi
Tuba falopi adalah saluran sepanjang sekitar 10 cm yang
menghubungkan ovarium dengan uterus. Pada saat ovulasi, sel telur
dikeluarkan dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Bila ada sperma di tuba

falopi, ovum akan terbuahi dan menjadi embrio yang kemudian melekat di
uterus.
Cara memblokir saluran tuba dapat dilakukan dalam beberapa cara.

Tuba bisa ditutup dengan mempergunakan implan, klip atau cincin serta
dengan memotong atau mengikat. Metode yang paling dipakai sekarang
adalah dengan mempergunakan laparoskopi kemudian menjepit kedua saluran
tuba dengan klip atau dengan memasang ring.
Terdapat beberapa macam tindakan bedah / operasi sterilisasi tuba
yaitu : laparoskopi, mikro-laparoskopi, laparotomi (bersamaan dengan Seksio
Cesarea (SC), mini-laparotomi (operasi kecil), histereskopi (dengan
memasang implan yang akan merangsang jaringan ikat, sehingga saluran tuba
akan terblokir), dan pendekatan / teknik melalui vagina (sekarang tidak
dipakai lagi karena tingginya angka infeksi).
Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum. Dokter
dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut
laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini
dimasukkan melalui sebuah sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi
tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat
pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian
ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi
tidak menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
C. Jenis-jenis
1. Minilaparotomi

Metode ini merupakan penyerdahanaan laparotomi terdahulu, hanya
diperlukan sayatan kecil sekitar 3 cm baik pada perut bawah (suprapubik)
maupun sub umbilical (pada lingkar perut pusat). Tindakan ini dapat
dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat dilakukan oleh
dokter yang diberi latihan khusus. Operasi ini aman dan efektif.

2. Laparoskopi
Prosedur ini memelukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Penyakit
Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan
efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pasca persalinan atau
setelah atau abortus (tanpa komplikasi). Laparoskopi sebaiknya digunakan
pada jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan
biaya pemeliharaannya cukup mahal.
D. Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan tubektomi
a. Motivasi hanya dilakukan 1 kali saja, sehingga tidak diperlukan
motivasi yang berulang-ulang
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksual
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada

e. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
f. Tidak bergantung pada faktor senggama
g. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang
serius
h. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
i. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
j. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium).
2. Kerugian Tubektomi
a. Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
b. Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan

c. Klien dapat menyesal dikemudian hari
d. Risiko komplikasi kecil (meningkat bila digunakan anestesi umum)
e. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
f. Tidak melindungi diri dari Infeksi Menular Seksual (IMS)
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan lokal pada bagian post operasi
2. Pucat
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi
2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
bedah.
G. Syarat-syarat Kontrasepsi Tubektomi
1. Harus sudah memiliki paritas > 2 anak terkecil berumur 2 tahun.
2. Umur ibu
Menganjurkan rumus 100 artinya umur ibu dikalikan dijumlah anak
setidak-tidaknya mendekati angka 100/lebih, contoh : ibu yang berumur 30
tahun bila 12 berumur 25 dijumlah anak minimal adalah 4 (Santoso, 2006)
dan menurut Prawirohardjo (2003), usia ibu > 26 tahun.
3. Perkawinan stabil (Keluarga harmonis). Karena perceraian setelah kontap
dapat membuat penyesalan yang sangat sulit diatasi.
4. Konseling
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua
aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang
diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian
pelayanan. Klien diberi kesempatan untuk menilai keuntungan, kerugian,

akibat, prosedur dan alternatif lain dan tidak harus menentukan pilihannya

ada saat itu juga. Sangat penting karena penyesalan setelah kontap
kebanyakan terjadi karena konseling yang kurang adekuat. Konseling harus
dilakukan pada saat calon klien (pasangan) berada pada kondisi psikologis
yang prima.
5. Informed consent
Adalah pernyataan klien bahwa 12 menerima atau menyetujui sebuah
tindakan medis (dalam hal ini Tubektomi) secara sukarela dan menyadari
sepenuhnya semua risiko dan akibatnya
H. Indikasi
Yang Dapat Menjalani Tubektomi :
1. Usia > 26 tahun.
2. Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil > 2 thn.
3. Yakin telah mempunyai keluarga besar yang sesuai dengan kehendak
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
5. Pascapersalinan.
6. Pascakeguguran.
7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Indikasi sterilisasi (tubektomi) dapat dibagi lima macam, yaitu :
1. Indikasi medis
Adalah penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung

(termasuk derajat 3 dan 4) ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya.
Penyakit jantung, gangguan pernafasan, diabetes mellitus tidak terkontrol,
hipertensi, maligna, anemia gravis, tumor ginekologik, infeksi panggul 3
bulan terakhir, riwayat penyakit operasi yang sulit observasi (Santoso,
2006).

2. Indikasi obsetri
Adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya meningkat.
Meskipun secara medis tidak menunjukkan apa-apa seperti multiparitas
(banyak anak) dengan usia relatif lanjut (grandemultigravida) yakni
paritas umur 35 tahun atau lebih, seksio sesarea dua kali atau lebih.
3. Indikasi genetik
Adalah penyakit herediter yang membahayakan keselamatan dan
kesehatan anak seperti : Huntington`s chorea, Tayschs disease dan lainlain.
4. Indikasi kontrasepsi
Adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri)
kesuburan artinya pasangan tersebut tidak menginginkan kelahiran anak
lagi.
5. Indikasi ekonomi
Adalah pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa

beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak
dalam keluarga
I. Kontra Indikasi
Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi
1. Hamil (sudah dideteksi atau dicurigai).
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi).
3. Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu disembuhkan
atau dikontrol).
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan.
6. Belum memberikan persetujuan tertulis.

J. Efek Samping
1. Reaksi alergi anestesi
Penanggulangan KIE:
Menjelaskan sebab terjadinya bahwa adanya reaksi hipersensitif atau
alergi karena masuknya larutan anestesi lokal ke dalam sirkulasi darah
atau pemberian anestesi lokal yang melebihi dosis. Reaksi ini dapat
terjadi pada saat dilakukan tindakan operasi baik operasi besar atau kecil.
2. Infeksi atau abses pada luka

Penanggulangan KIE:
Menjelaskan sebab terjadinya karena tidak terpenuhinya standar
sterilitasi alat operasi dan pencegahan infeksi, atau kurang sempurnanya
teknik perawatan luka pasca operasi.Gejala ini umumnya terjadi karena
kurang diperhatikannya strerilitas alat dan ruangan, kurang sempurnanya
persiapan operasi teknik dan perawatan luka pasca operasi
3. Perforasi rahim
Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan elevator rahim didorong
terlalu kuat kearah yang salah, teknik operasi yang cukup sulit dan
peralatan yang kurang memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang rumit
(biasanya posisi rahim hiperretrofleksi, adanya perlengketan pada rahim,
pasca keguguran). Terangkan mengenai teknik yang dipakai pada
tubektomi serta anatomi tubuh manusia.
4. Perlukaan kandung kencing
Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya dikarenakan tidak sempurnanya
pengosongan kandung kencing. Terangkan mengenai teknik yang dipakai
pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia.
5. Perlukaan usus


Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya karena tindakan yang tidak sesuai
prosedur, teknik operasi yang cukup sulit dan peralatan yang kurang
memadai, serta keadaan anatomi tubuh yang rumit. Terangkan mengenai
teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia.
6. Perdarahan mesosalping
Penanggulangan KIE :
Menjelaskan sebab terjadinya karena terpotongnya pembuluh darah di
daerah mesosalping.
K. Komplikasi
1. Komplikasi selama operasi
a. Perdarahan dan syok.
b. Sesak nafas (apnoe).
2. Komplikasi pasca bedah
a. Nyeri perut, perut kembung, nyeri dada.
b. Infeksi dan febris.
c. Disparenea karena pertumbuhan jaringan granulasi pada bekas luka
kolpotomi


DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2012, Pedoman Pelayanan Keluarga berencana Pasca
Persalinan, Jakarta, BKKBN.
Bobak, 2005, Rencana Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC.
Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3.
Jakarta : EGC.
Nanda. 2005. Diagnosis Keperawatan Nanda: Definisi & Klasifikasi
2005-2006. Jakarta : prima Medika.
Prawirohardjo, S, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.

SATUAN ACARA PENYULUHAN
METODE OPERASI WANITA ( TUBEKTOMI )
Pokok Bahasan

: METODE OPERASI WANITA ( TUBEKTOMI )

Penyuluh

: Ella Olviana,S.Kep

Sasaran

: Ibu Post Operasi SC

Jumlah Sasaran

: 1 orang pasien dan keluarga
: Ny.A dan Tn.A

Waktu

: 20 menit

Tempat

: Ruang Perawatan NIFAS RSUD Poso

Hari / tanggal

: Rabu, 28 Maret 2018

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan Pasien mampu memahami
dan mengerti tentang metode operasi wanita yaitu tubektomi.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penjelasan selama 20 menit, ibu diharapkan
a. Dapat menjelaskan tentang pengertian METODE OPERASI WANITA
( TUBEKTOMI )
b. Dapat menjelaskan tentang Keuntungan dan kerugian

METODE

OPERASI WANITA ( TUBEKTOMI )
c. Dapat menjelaskan tentang syarat METODE OPERASI WANITA
( TUBEKTOMI )
d. Dapat

menjelaskan

tentang

METODE

OPERASI

WANITA

( TUBEKTOMI )
e. Dapat Menjelaskan dan Mengetahui perawatan setelah tindakan tubektomi

3. MATERI
a. Pengertian metode operasi wanita ( tubektomi )
b. Keuntungan dan kerugian metode operasi wanita ( tubektomi )
c. Metode operasi wanita ( tubektomi )
d. Metode operasi wanita ( tubektomi )
e. Perawatan setelah tindakan tubektomi
4. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
5. MEDIA
Leaflet
6. PLAN OF ACTION (POA)

Tahapan dan
waktu

Kegiatan Penyuluhan

Pra kegiatan

Petugas menyiapkan Media, ruangan dan
Kontrak waktu Pasiendan keluarga

Keterangan

Pasien dan keluarga menyetujui

( 2 menit )
Pembukaan :

Pendahuluan
( 3 menit )

a. Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
b. Menyampaikan tujuan dan maksud
penyuluhan
c. Menjelaskan kontrak waktu

Menjawab salam
b. Mendengarkan
c. Mendengarkan dan menyetujui
kontrak waktu

Pelaksanaan :

a. Menggali Pengetahuan pasien dan
keluarga metode operasi wanita

a. Menjawab pertanyaan

( tubektomi )
Pelaksanaan
Kegiatan
( 10 menit )

b. Menjelaskan materi penyuluhan :

-

Pengertian metode operasi wanita (
b. Mendengarkan penjelasan

tubektomi )
-

Keuntungan dan kerugian metode
operasi wanita ( tubektomi )

-

Metode operasi wanita ( tubektomi )

-

Metode operasi wanita ( tubektomi )

-

Perawatan

setelah

tindakan

tubektomi
c. Memberi kesempatan peserta Bertanya
d. Menjawab pertanyaan

c. Mengajukan pertanyaan
d. Mendengarkan jawaban

Evaluasi
Penutup
( 5 Menit )

a. Menanyakan kembali materi penyuluhan
yang diberikan
b. Penyuluh
Meyimpulkan
materi
Penyuluhan
c. Membagikan Leaflet
d. Penyuluhan selesai “ mengucapkan
Salam”

a. Paien dan Keluarga dapat
menjawab pertanyaan
b. Mendengarkan kesimpulan
c. Pasien dan Keluarga menerima
leaflet yang dibagikan
d. Peserta menjawab salam

7. EVALUASI
Cara

: test lisan

a. Menanyakan pada pasien dan suami tentang Pengertian metode
operasi wanita ( tubektomi )
b. Menanyakan pada pasien Keuntungan dan kerugian metode operasi
wanita ( tubektomi )
c. Menanyakan tentang Metode operasi wanita ( tubektomi )
d. Menyakan tentang Metode operasi wanita ( tubektomi )
e. Menayakan pada pasien tentang Perawatan setelah tindakan tubektomi

Mengetahui,

Poso, 7 Maret 2018

Pembimbing Klinik,

Penyuluh

Juliana Dondan, S.Kep.Ns

Ella Olviana,S.Kep

NIP :

NIM : 017 002 035