Makalah dasar keperawatn dasar 1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga saya dapat beraktivitas untuk
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Cairan dan Elektrolit“ ini. Walaupun
banyak isi dari rangkuman karya ilmiah ini saya kutip langsung dari sumber. Tapi saya
berharap karya ilmiah ini dapat membantu dan menambah wawasan saudara-saudari yang
ingin lebih memahami atau mengetahui sekilas tentang “Cairan dan Elektrolit“.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan dasar 1 yang
diberikan oleh Ibu Dini Nurbaiti Zen, S.Kep., Ners, M. Kep.
Makalah ini berisi informasi tentang “Cairan dan Elektrolit“. Yang kami harapkan
pembaca dapat mengertahui berbagai aspek yang berhubungan dengan Cairan dan Elektrolit
yang akan kami bahasini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akandatang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Dan akhir nya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
pembaca. Terimakasih,
Ciamis, 24 September 2016

Penulis

1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………...................................1
DaftarIsi……………………………………………………………………….........................2
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang.……………………………………………………............................3
B. Tujuan..........................................................................................................................3
C. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
BAB II Tinjauan Materi
A. Landasan Teori...............................................................................................................4
B. Pengertian cairan dan elektrolit……………………………………………………..…5
C. Sistem yang Berperan Dalam Kebutuha Cairan dan Elektrolit………………………..6
D. Kebutuhan cairan bagi tubuh Mansia.............................................................................7
E. Pengaturan Volume Tubuh…………………………………………………………….8
F. Jenis Cairan……………………………………………………………………………9
G. Masalah Kebutuhan Cairan…………………………………………………………....9
H. Kebutuhan Elektrolit…………………………………………………………………10

I. Pengaturan Elektrolit…………………………………………………………………11
J. Jenis Cairan dan Elektrolit…………………………………………………………...12
K. Masalah Kebutuhan Elektrolit………………………………………………………..12
L. Keseimbangan Asam Basa…………………………………………………………...15
M. Asuhan Keperawatan……………………………………………………..…….…….16
BAB III
A. Kesimpulan…………………………………………........................................
B. Saran.....................................................................................................................
DaftarPustaka………………………………………….........................................

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan sel dan jaringan tergantung dari oksigen yang berada di dalam aliran darah
yang normal. Ketergatungan pada keseimbangan cairan yang normal tidak begitu ketara.
Kira-kira 60% dari berat badan berupa cairan. Cairan terdiri dari 40% cairan dalam sel
(intrasel) dan cairan di luar sel (ekstrasel) berupa 15% cairan interstitial dan 5% cairan
plasma. Gangguan aliran darah atau keseimbangan cairan mengakibatkan beberapa penyulit

medis: edema, kongesti, perdarahan, syok dan tiga keadaan yang berkaitan yaitu trombosis,
emboli, dan infark. Banyak dari aktivitas tubuh di tunjukkan pada batasan sempit antara
volume dan komposisi cairan tubuh. Sejumlah penyesuaian kimiawi dan fisik terus menerus
dibuat untuk menjaga keseimbangan essensial dari cairan dan elektrolit. Jika mekanisme ini
terlalu tinggi dan turun, dapat berakibat penyakit yang serius.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
a. Sebagai sumber informasi untuk mahasiswa
b. Agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman khususnya bagi
mahasiswa S1 keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Agar mahasiswa tahu bagaimana proses keperawatan pada klien dengan
masalah keseimbangan cairan dan elektrolit
C. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrlit
c. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit
d. Asuhan dan keperawatan keseimbangan cairan dan elektrolit

3


BAB II
TINJAUAN MATERI
A. LANDASAN TEORI
Keseimbangan air mengacu pada ekuilibrium yang dipertahankan antar masukan (in
take) dan haluran (output) air. Masukan air berasal dari cairan yang diminum, air didalam
makanan, dan air hasil oksidasi bahan makanan. Air itu dipakai dalam peroses metabolik
tubuh dan diperlukan untuk mengangkut produk limbah untuk diekskresi melalui urine, kulit,
paru-paru dan tinja. Komposisi cairan tubuh diatur oleh ginjal dan paru-paru, yang mendapat
masukan dari jaringan dan kelenjar-kelenjar tubuh hormon, khususnya aldosteron dan ADH,
berfungsi mengatur komposisi plasma dan cairan tubuh lainnya.
Rata-rata masukan dan haluaran pada orang dewasa
Masukan
Haluaran
Cairan oral
1300 mL
Urine
1500 mL
Air dalam makanan
1000 mL
Fases

200 mL
Air yang diproduksi oleh
Tidak kasatmata
metabolism
Total

300 mL
2600 mL

Paru-paru
Kulit
Total

300 mL
600 mL
2600 mL

Air merupakan 60% dari berat tubuh dewasa. Orang yang berotot, relative memiliki
lebih banyak air (dalam %) daripada orang gemuk, karena sel-sel lemak mengandung jauh
lebih sedikit air daripada sel otot. Jumlah air yang diperlukan untuk mempertahankan

kehidupan pada orang dewasa sekitar 1500 ml/hari (rata-rata yang masuk adalah 200
ml/hari). Masukan air harus diimbangi dengan keluarannya. Jumlah urine minimal adalah
300-500 ml per 24 jam. Selain oleh ginjal, air juga dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, dan
tinja. Ini disebut “insensible water loss” (kehilangan air tidak kasatmata). Air berfungsi
sebagai bantalan, pelindung, dan pembentuk tampilan kulit dari tubuh.

4

B. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika

salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
1.

Cairan tubuh terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu; cairan intraselular dan

cairan ekstraselular. Cairan intraselular adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan ekstraselular adalah cairan yang berada di luar sel terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravascular (plasma), cairan interstitial dan cairan transelular.
Cairan intravascular (plasma) adalah cairan di dalam system vascular, cairan interstitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan transelular adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan sarebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2. Proporsi caira tubuh
Persentasi dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain:
a. umur
b. kondisi lemak tubuh
c. sex

5


C. SISTEM

YANG

BERPERAN

DALAM

KEBUTUHAN

CAIRAN

DAN

ELEKTROLIT
 Ginjal
Ginjal merupakan oragan yang memiliki peran besar dalam mengatur kebutuhan
cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebgai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa garam, dan ekskresi
bahan buangan atau kelebihan garam

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan
bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar.
Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tublirenalis yang selselnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan Aldosteron dengan rata-rata 1ml/kg/bb/jam.
 Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh fase motorik
sengan kemampuan mengendalikan arteriol kuatan dengan cara vasodilatasi dan
vasokonstriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah
keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui
pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (yaitu pengalihan panas ke benda yang
disentuh), dan konveksi(yaitu pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
 Paru
Organ paru berperan melindungi mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
insensibel water loss kurang lebih 400ml per hari.proses pengeluaran cairan terkait dengan
repon akibat perubahan upaya kemampuan bernafas.
 Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam

mengeluarkan cairan melalui peroses penyerapan dan pengeluaran air. dalam kondisi normal
cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200ml per hari
Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui endokrin, seperti sistem hormonal
(anti diuretik hormon ADH), aldosteron, prostagladin, glukokortikoid, dan mekanisme rasa
haus.

6

 ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh .hormon ini di bentuk oleh hipotalamus di
hipofisis posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurukan
cairan ekstrasel.
 Aldosteron
Hormon ini berfungsi sebagai absorpsi natrium yang di sekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal.proses pengeluaran aldosteron ini di atur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
 Prostaglandin
Prostaglandin merupan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi
merespon radang, mengendalikan tekanan darah dan kontraksi uterus,serta mengatur

pergerakan gastrointestul. Pada ginjal , asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal .
 Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

D. KEBUTUHAAN CAIRAN TUBUH BAGI MANUSIA
Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi
baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa
55% dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Presentasi caira tubuh
bervariasi bergantung pada factor usia, lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Wanita dewasa
mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibandingkan dengan pria dewasa, karena
wanita mempunyai jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pria dewasa.
Kebutuhan Air Berdasarkan Umur dan Berat Badan:
Umur
3 hari
1 tahun
2 tahun
4 tahun

Kebutuhan Air
Jumlah air dalam 24 jam
ml/kg berat badan
250 – 300
80-100
1150-1300
120-135
1350-1500
115-125
1600-1800
100-110
7

10 tahun
14 tahun
18 tahun
Dewasa

2000-2500
2200-2700
2200-2700
2400-2600

70-85
50-60
40-50
20-30

E. PENGATURAN VOLUME TUBUH
Keseimbangan cairan tubuh dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah
cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
 Asupan cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ±2500cc
per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus.
Apabila terjadi ketidak seimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau
adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan darah.
 Pengeluaran cairan
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan
pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300cc. Jumlah air yang paling banyak
keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500cc per haripada orang
dewasa. Hal ini juga di hubungkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air
melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukan dalam
praktik klinis. Pengeluaran cairan dapat pula dilakukan melalui kulit(berupa keringat) dan
saluran pencernaan (berupa fases). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai
pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau
luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit
untuk diukur.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1. Urine
2. Keringat
3. Fases

8

F. JENIS CAIRAN
a. Cairan Natrien
Pasein yang istirahat di tempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap
harinya. Cairan natrien (zat gizi)melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk
karbohidrat, nitrogen , dan vitamin yang penting untuk metabolisme .kalori yang terdapat
dalam cairan natrien berkisar antara 200-150kalori perliter.cairan nutrien terdiri atas:
1. Karbohidrat dan air contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa),
inverisuger (setengah dextrose dan setegah levulose)
2. asam amino, contoh; amigen, aminoso, dan travamin
3. lemak, contoh: lipomul dan liposyin
b. Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume
pembuluh darah setelah kehilngan darah atau plasma .apabila keadaan darah tidak sesuai,
misalnya pasien dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahakan volume darah. Pada pasien dengan luka bakar berat sejumlah besar cairan
hilang dari pembuluh darah didaerah luka. Plasma sangat perlu di berikan untuk
menggantikan cairan ini. Jenis blood volume expender antara lain homan serum albumin dan
dextran dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua caran ini mempunyai tekanan osmotik,
sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
G. MASALAH KEBUTUHAN CAIRAN
 Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan
kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh dengan
menggosokkan cairan vaskuler sebagai konpensasi akibat penurunan cairan eksternal, tubuh
akan mengalirkan cairan keluar sel pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan
muntah. Ada tiga macam kekurangan cairan eksternal yaitu:
1. Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit secara
seimbang.
2. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air dari pada
elektrolit.
3. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit dari pada
air.
9

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan volume ekstrasel
berkurang (hipovolume) dan terjadi perubahan hematoksil. Pada keadaan ini, tidak teradi
perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi
kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urine, natrium dan keratin
meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan
cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui.
Kelebihan asupan pelarut seperti protein atau klorida, dan natrium akan menyebabkan
ekskresi atau pengeluaran urin secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan
terus-menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami hipotalamus, kelenjar
gondok, ginjal, diare, muntah secara terus menerus, pemasangan drained an lain-lain.
 Hipervolume atau Overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu:
hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan interstisial).
Normalnya cairan interstial tidak terikat dengan air tetapi elastic dan terdapat diantara
jaringan Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan
membentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan oleh
perpindahan cairan ke jaringan titik tekan.
H. KEBUTUHAN ELEKTROLIT
Elektrolit terdapat pada seluruh bagian tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrien dan sisa metabolisme, seperti karbondioksida,, yang semuanya disebt ion. Pecahan
elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan listrik. Ion negative disebut
anion sedangkan ion positif disebut kation. Contoh dari kation ialah: kalium, natrium,
kalsium dan magnesium. Sedangkan contoh dari anion ialah: klorida, bikarbonat dan fosfat.
Komposisi elektrolit dalam plasma adalah sebagai berikut:
Natrium

: 135 – 145 mEq/lt

Kalium

: 3,5 – 5,3 mEq/lt

Kalsium

: 4 – 5 mEq/lt

Magnesium

: 1,5 -2,5 mEq/lt

Klorida

: 100 – 106 mEq/lt

Bikarbonat

: 22 – 26 mEq/lt

Fosfat

: 2,5 – 4,5 mg/100 ml

10

Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau milligram
per 100 ml (mg/100 ml). Equevalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau
kekuatan kation dan anion dalam molekul.
I. PENGATURAN ELEKTROLIT
 Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan
volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat dalam cairan ekstrasel.
Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron.
Aldosteron berfungsi mempertahankan keseimbangan jumlah natrium dalam
plasma dan mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh
darah. Sedangkan ADH berfungsi mengatur sejumlah air yang diserap kembali ke
dalam ginjal dari tubulus renalis. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui
ginjal atau sebagian kecil melalui fases, keringat, dan air mata.
 Pengaturan Keseimbangan
Sistem pengaturan keseimbangan kalium melalui tiga langkah, yaitu:
1. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkaan produksi aldosteron.
2. Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium yang
dikeluarkan melalui ginjal.
3. Peningkatan pengeluaran kalium konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel
menurun.
Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernafasan. Parikel penting dalam
kalium berfungsi menghantarkan implus listrik ke jantung, otot lain, jaringan
paru, dan jaringan usus pencernaan.eksresi kalium dilakukan melalui urine,
sebagian melalui fases dan keringat.
 Pengaturan Keseimbangan Kalsium

11

Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan implus
kontraksi otot, koagulasi (pembentukan darah), dan membantu beberapa enzim
pankreas. Kalsium di ekskresi oleh urine dan keringat.

12

 Pengaturan Keseimbangan Klorida
Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium, yaitu memperahankan
keseimbangan tekanan osmotik dalam dalam darah. Hipokloremia merupakan
suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperklomia
merupakan kelebihan klor dalam darah.
 Pengaturan Keseimbangan Magnesium
Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh
dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesium terjadi bila konsentrasi
serum turun menjadi 2,5 mEq/lt.
 Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
 Pengaturan Keseimbangan Fosfat
Fosfat (PO4) bersama-sama dengan kalsium berfungsi membentuk gigi dan
tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan dari urine.

J. JENIS CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik,
dan hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
Contoh cairan elektrolit adalah:
1. Cairan Ringer’s terdiri atas; Na+, Cl-, K+, Ca2+
2. Cairan Ringer’s laktat terdiri atas; Na+, K+, Mg2+, Cl-, Ca2+, HCO3
3. Cairan buffer’s terdiri atas; Na+, K+, Mg2+, Cl-, HCO3
K. MASALAH KEBUTUHAN ELEKTROLIT
13

 Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah, yang ditandai dengan kadar natrium dalam plasma nya >135 mEq/lt, rasa
haus berlebihan, denyut nadi yang cepat, hipotensi konvulsi, dan membrane
mukosa kering. Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara
berlebihan, misalnya ketika tubuh mengalami diare yang berkepanjangan.

14

 Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma
tinggi, ditandai dengan adanya mukosa kering, oligari/anusia, turgor kulir buruk
dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan dan lidah kering kemerahan,
konvulsi suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma >145 mEq/lt.
kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, dan pemasukkan air
secara berlebihan sementara pemasukan air sedikit.
 Hipokalemia
Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini terjadi pada pasien
yang mengalami diare berkepanjangan, juga ditandai dengan lemahnya denyut
nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut
kembung, lemah dan lunaknya otot tubuh, tidak beraturnya denyut jantung
(aritmia), penurunan bising usus, dan turunnya kadar kalium plasma hingga
kurang dari 3,5 mEq/lt.
 Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadan dimana tingginya kadar kalium di dalam
darah, keadaan ini sering terjadi pada pasien yang mengalami luka bakar,
penyakit ginjal, asidosis metabolic, pemberian kalium yang berlebihan melalui
intravena ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas system pencernaan aritmia
kelemahan, sedikitnya jumlah urine dan diare, adanya kecemasan iritabilitas, serta
kadar kalium dalm plasma mencapai lebih dari 5 mEq/lt.
 Hipokalsemia
Hipokalsemia merupakan suatu keadan kurangnya kadar kalium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kram otot dank ram perut, kejang, bingung,
kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/ltd an kesemutan pada jari dan
sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar
gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
 Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah
yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok
dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada

15

tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, kadar kalsium dalam plasma
lebih dari4,3 mEq/lt.
 Hipomagnesia
Hipomagnesia merupaka suatu keadan kurangnya kadar magnesium dalam darah
yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan konvulsi.
Kadar magnesium dalam darah kurang dri 1,3 mEq/lt.
 Hipermagnesium
Hipermagnesium merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah
yang ditandai dengan adanya koma, gangguan pernafasan, dan kadar magnesium
lebih dari 2,5 mEq/lt
.
L. FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
 Umur
Usia akan berpengaruh pada luasnya permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi ganguan
keseimbangan cairan karena gangguan fungsi jantung atau ginjal.
 Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas dan kelembaban udaranya rendah akan
mengalami kekurangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
 Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak
 Stress
Stress dapat meningkatkan metabolism sel, glukosa darah, dan pemecah glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
 Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh, misalnya seperti luka bakar, penyakit ginjal dan kardiovaskuler,
pasien yang kehilangan kesadaran, tindakan medis (suction, nasogastric tube, dan
lain-lain), pengobatan, dan pembedahan.
16

M. KESEIMBANGAN ASAM BASA DALAM DARAH
Satuan derajat keasaman adalah pH:


pH 7,0 adalah netral



pH diatas 7 adalah basa (alkali)



pH dibawah 7 adalah asam

Darah memiliki pH antara 7,35 – 7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan
pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh
menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:


kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian dalam bentuk ammonia.

 Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.


Pembuangan karbondioksida.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis
dan alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam dan
sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa, dan
menyebabkan peningkatan kadar pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting
dari adanya masalah metabolism yang serius.
PRINSIP KEBUTUHAN CAIRAN PADA IBU HAMIL


Jumlah pemasukan cairan yang di rekomendasikan pada ibu hamil dalam
sehari adalah sekitar 6 – 8 gelas (1500 – 2000 ml)



Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10 – 12 gelas per
hari atau paling tidak minum setiap 15 menit sekali.



Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketuban.



Jika mual-mual dan muntah di trisemester pertama tidak diimbangi dengan
usaha memasukkan kembali makanan dan minuman maka akan terjadi
dehidrasi.

17

BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan intrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensiasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga ikut berperan dalam mempertahankan asam-basa
dengan mengatur keluaran ion hydrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai
kebutuhan. Selain ginjal yang ikut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah
paru-paru dengan mengsekresikan ion hydrogen dan CO 2 dan system penyangga
(buffer) kimia dalam cairan tubuh.



SARAN

18

DAFTAR PUSTAKA
Dr. tambayong, Jon.200.Pantofisiologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC
Alimul, Aziz, H. Kebutuhan Dasar Manusia.
http://aldie-cahkeperawatan.blogspot.co.id/2012/01/makalah-cairan-danelektrolit.html?m=1
http://ardyanpradana007.blogspot.co.id/2011/02/makalah-kebutuhan-cairan
http://harmokoblog.wordpress.com/2013/06/18/keseimbangan-cairan-dan-elektrolitserta-keseimbangan-asam-basa/

19