Evaluasi Laoratorium Dan Hematopoiesis Penga

Evaluasi Laoratorium Hematopoiesis
Pengambilan langsung sempel sumsum tulang
Elemen elemen aktivitas hematopoitik dapat dievaluasi baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Jumlah sumsum tulang yang fungsional paling mudah ditentukan dengan evaluasi
mikroskofik langsung fungsi sum sum tulang juga dapat ditentukan oleh pelabelan sel dengan
unsur penjejak (tracer) radioisotop spesifik, yang akan terserap kedalam prekursor eritroit.
Dengan cara ini, pemakaian besi radio aktif dapat digunakan untuk meefaluasi produksi
hemoglobin dan tempat eritropoisis. Unsur unsure penjejak lain dapat digunakan untuk
menentukan jumlah dan distribusi aktifitas sumsum tulang (indium atau teknetium) atau
kelangsungan hidup sel darah merah (kromium dan indium).

Aspirasi Dan Biopsi Sumsum Tulang
Pemeriksaan mikroskopik aspirat jaringan sumsum tulang biasanya adalah metode yang
paling sederhana untuk menilai jumlah sumsum tulang dan sifat pertumbuhan dan pematangan
sel. Aspirat sumsum tulang dilakukan dengan memasukan sebuah jarum melalui lapisan tulang
luar ke dalam rongga sumsum dam menyedot sampel getah sumsum untuk pemeriksaan. Tempat
untuk aspirasi sumsum tulang adalah Krista iliaka posterior pada panggul, sternum dan Krista
iliaka anterior. Pada anak, bagian proksimal tibia dapat digunakan.
Detil dan hubungan sel-sel sumsum tulang yang sedang berkembang satu sama lain, serta
pola pematangan, paling baik dinilai dengan pemeriksaan. Mikroskopik terhadap apusan sumsum
tulan. Sumsum tulang hematopoitik mengandung lemak dan jaringan ikat lain serta sel-sel

pembentuk dara. Sumsum tulang memiliki konsistensi yang cukup cair sehingga dapat diaspirasi
melalui jarum, tetapi hanya beberapa tetes pertama yang sebaiknya digunakan untuk
pemeriksaan karena pada specimen selanjutnya, darah perifer mengencerkan sampel sumsum.
Sejumlah kecil fragmen jaringan iktat serta sel-sel yang terampung bebas akan ikut tersedot.
Morfologi sel-sel ini memberikan informasi mengenai sekuens pematangan sel-sel.

Biopsi Sumsuum Tulang
Pada pemeriksaan ini, sebuah jarum dimasukan melalui bagian luar (korteks) dan trokar
bagian dalam dikeluarkan sehingga terbentuk lubang berongga. Sepotong kecil tulang dibevel
dengan melakukan pemotongan dan pemutaran kedalam jaringan tulang. Spesimen kemudian
dihancurkan dan dikeluarkan. Spesimen diletakan dalam larutan fiksasi histologi dan dikirim ke
laboratorium histologi. Biopsi sumsum tulang biasanya dilakukan dari krista ilika karena bagian
ini memiliki luas luas permukaan yang besar pada mana dapat dilakukan core biopsy.
Secara umum, aspirat sumsum tulang memberikan informasi penting mengenai detil
sitologik dan morfologik, sedangkan biopsi sumsum tulang memberikan informasi penting
mengenai struktur tulang dan hubungan berbagai sel satu dengan yang lain dan dengan unsure
jaringan ikat. Secra khusus, selularitas sumsum tulang, elemen sel yang abnormal, kanker
metastasis, dan jaringan parut fibrosa paling baik dinilai dengan biopsi sumsum tulang.
Untuk aspirasi maupun biopsy, teknik aseptic yang teliti merupakan keharusan karena agen
infeksiosa dapat masuk ke dalamsumsum tulang dan dengan cepat mencapai sirkulasi

keseluruhan. Kulit dan jaringan sibkutis dianestesi dengan anestetik lokal, yang juga
diinfiltrasikan ke dalam tulang periosteum. Walaupun sudah dilakukan infiltrasi anastetik local
yang adekuat, aspirasi biasanya menimbulkan nyeri karna kisi kisi sumsum tulang tidak dapat
dianestesi. Bagian ini sangat peka terhadap tekanan, dan penyedotan akan menimbulkan nyeri.
Nyeri pada penyedotan dan aspirasi adalah fenomena normal, dan ketiadaan nyeri kadangkadang mengisyaratkan adanya penyakit sumsum tulang infiltratif.
Setelah jaringan dikeluarkan, luka ditutup dengan pembalut yang sudah diberi antibiotic
disertai tekanan selama sekitar 5 menit. Dengan memperhatikan teknik aseptic secara cermat,
serta perawatan dan penggunaan pembalut dengan tekanan lokal, aspirasi dan biopsy sumsum
tulangdapat dilakukan bahkan pada anggota pasien dengan gangguan perdarahan. Prosedurprosedur ini memberikan informasi yang sangat bermanfaat untuk memahami sifat berbagai
penyakit hematologi, serta metastasis keganasan.

Selularitas Sumsum tulang dan Rasio Mieloid:Eritroit
Selularitas sumsum tulang, hubungan atar sel-selhematopoietik yang sedang berkembang
dan ruang lemak didalam sumsum tulang, berada dalam proporsi yang relatif tetap. Dalam
keadaan normal, rasio sel-sel sumsum tulang terhadap sumsum tulang adalah antara 1:1 dan 2:1.
Rasio sel terhadap lemak yang lebih besar daripada 2:1 disebut hiperselularitas. Hal ini dapat
terjadi apabila salah satu atau semua elemen sumsum tulang terdapat dalam jumlah berlebihan.
Jenis sel yang terdapat dalam jumlah banyak dapat memberikan petunjuk penting mengenai
mekanisme anemia atau kelainan leukosit.
Walaupun darah yang beredar mengandung 500 sampai 1000 kali lebih banyak sel darah

merah dari pada sel darah putih (5 juta sel darah merah/mikroliter dibandingkan 5000 sampai
10.000 sel darah putih/mikroliter) namun jumlah sel darah putih berinti di sumsum tulang
melebihi sel darah merah berinti dengan perbandingan sebesar 3:1. Hal ini disebut rasio
mieloid:eritroid atau M:E. banyak factor berpperan menyembabkan ketidak seimbangan ini:
 Sel darah merah memerlukan waktu 5 sampai 6 hari di sumsum tulang, tetapi inti
sel menghilangsetelah 2 sampai 3 hari. Sel darah merah matang masuk ke sirkulasi
secara cepat, bahkan sebelum proses pematangan terkhir selesai. Sel darah merah
tetap berada dalam sirkulasi selama sekitar 120 hari sebelum mengalami penuaan
dan dihancurkan.
 Sel granulositik berinti banyak terdapat di sumsum tulang karena granulosit
memiliki inti sel yang jelas tampak 5 sampai 7 hari perkembangannya di sumsum
tulang, dan banyak sel matang tetap berada di dalam sumsum tulang sebagai
kompartemen simpanan.
 Secara rata-rata, granulosit menghabiskan waktu 7 sampai 24 jam di dalam sirkulasi
sementara rentang masa hidup totalnya hanya 9 sampai 15 hari.

Table hitung jenis sel berinti di sumsum tulang
Rentang nilai rerata
Meiloblas
0,3-2,0

Promielosit
1,4-5,0
Mielosit
4,2-8,9
Metamielosit
6,5-22,0

Batang
Granulosit matang :
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
Limfosit
Manosit
Sel manosit
Pronormoblas
Normoblas basofilik
Normoblas polikromatofilik
Normoblas ortokromik
Rasio M:E


13,0-24,0
15,0-20,0
0,5-2,0
0,0-0,2
14,0-16,0
0,3-2,4
0,3-1,3
0,2-0,6
1,4-2,0
6,0-21,0
1,0-3,0
2,3-3,5 terhadap 1,0

Kombinasi pertukaran granulosit yang tinggi, persistensi inti sel, dan menetapkan sel-sel matang
di dalam sumsum tulang menyebabkan turunnya myeloid ini adalah bentuk berinti yang
predominan di sumsum tulang. Rasio M: E normal adalah 2:1 sampai 3,5:1
Factor lain yang esensial untuk sintesis hemoglobin
Vitamin B12 dan asam folat
Vitamin B12 terdiri dari sebuah cincin porfirin yang melekat pada sebuah basa nukleotida.

Cincin porfirin sangat mirip dengan hem, kecuali bahwa besi diganti oleh kobalt. Metabolism
vitamin B12 (sianokobalamin) dan asam folat (asam pteiroilglutamat) berperan penting dalam
sintesis dan pertukaran antar molekul pragmen 1-dan 2-karbon. Reaksi-reaksi ini mempengaruhi
sintesis purin dan pirimidin, sehingga mempengaruhi sintesis DNA. Keadaan defisiensi
menyebabkan gangguan produksi DNA, kelainan perkembangan inti sel dan sitoplasma, dan
pembentukan sel megaloblastik yang besar dan dismatur.
Metabolism vitamin B12 dan Asam folat
Vitamin B12 disintesis di dalam mikroorganisme. Manusia tidak dapat menyintesis vitamin B12
dan mendapat pasokan yang memekan jaringan hewan. Makanan manusia normal terdiri dari 530µg vitamin B12 setiap harinya, dan yang diserap adalah 1-5 µg. simpanan normal di tubuh
berjumlah 3000-5000 µg, yang tersimpan di hati sejumlah 1000 µg.penyerapan vitamin B12
terjadi di ileum terminal di bawah pengaruh suatu zat yang dihasilkan oleh sel parietal lambung
yang disebut factor intrinsic. Factor intrinsik penting untuk penyerapan vitamin B12 di ileum

terminal. Factor intrinsic adalah suatu glikoprotein bivalen yang cenderung mengikat vitamin
B12 dan reseptor di sel-sel ileum terminal.karena vitamin B12 banyak terdapat di alam,
defisiensi sebagian besar disebabkan oleh malabsorpsi atau defisiensi factor intrinsic. Setelah
penyerapan, B12 diangkut oleh protein plasma yang disebut transkobalamin.terdapat 3 jenis
transkobalamin, yang disebut transkobalamin I,II,III. Transkobalamin I dan III adalah protein
penyimpan untuk


vitamin B12, dan Transkobalamin II adalah protein pengangkut.

Transkobalamin penyimpan disintesis digranulosit dan cenderung meningkat pada keadaankeadaan yang masa granulositnya meningkat, seperti penyakit mieloproliferatif atau leukositosis.
Terdapat 2 bentuk alami vitamin B12 utama sianokobalamin dan hidroksikobalamin. Di
dalam tubuh, keduanya diubah menjadi kobalamin fungsional metilkobalamin dan 5deoksiadenosilkobalamin. Simpanan normal di tubuh cukup untuk mengompensasi asupan nol
selam setahun atau lebih ; namun, keadaan-kaedaan pertumbuhan atau pertukaran sel yang cepat
meningkatkan kebutuhan vitamin B12. Walaupun merupakan zat-zat obligat untuk metabolism
normal dalam tubuh manusia, vitamin B12 merupakan kebutuhan mutlak hanya pada beberapa
reaksi. Salah satu reaksi penting adalah metilasi asam amino homosistein menjadi asam amino
metionin, suatu perubahan yang tidak sengaja mengkasilkan metionin tetapi juga kofaktor folat
fungsional

tetrahidrifolat. Defisiensi vitamin B12 menyebabkan kegagalan pembentukan

tetrahidrofolat dari asam N5-metiltetrahidrofolat dan dapat menyebabkan anemia megaloblastik.
Reaksi kunci dapat diwakili oleh persamaan : metiltersferase
Homosistein + N5-metil- FH4

tetrahidrofolat + metionin metilkobalamin


Asam folat adalah nama kolektif untuk sekelompok senyawa yang berasal dari daun
hijau.senyawa-senyawa ini terdiri dari tiga gugus :
 Sebuah cincin pteridin
 Asam para-amino-benzoat
 Satu dari sejumlah unit asam glutamate
Dua gugus pertama secara kolektif disebut pteroil, dan diberi nama lebih lanjut
sesuaijumlah residu asam glutamate yang ada, sebagai contoh,pteroil monoglutamat
atau pteroil poliglutamat.makanan normal mengandung 500 sampai 700 g folat,
50g/hari diantaranya diserap di sepanjang usus halus,dan didefisiensi asam folat
biasanya terjadi pada keadaan peningkatan kebutuhan dan penurunan pasokan dari
makanan.

Folat yang aktif secara metabolis berasal dari reduksi gugus pteroil menjadi dihidrofolat,
dan kemudian menjadi tetrahidrofolat, dengan keberadaan enzim dihidrofolat reduktase.asam
tetrahidrofolat adalah bentuk reduktasi asam folat dan merupakan senyawa katalitik yang
membentuk dirinya sendiri yang memerantarai pemindahan 1 karbon. Fragmen-fragmen 1karbon dapat berikatan dengan gugus pterroil dan dipindahkan ke metabolisme intermedier yang
melibatkan sisntesis DNA.seperti vitamin B12 asam folat tidak dapat disintesis oleh mamalia.
Efek utama defisiensi asam folat adalah ganggguan sisntesis timidin. Timidin adalah bagian dari
DNA, tetapi tidak terdapat dalam RNA; dengan demikian ganggua metabolism timidin secara
spesifik mempengaruhi DNA sedangkan produksi RNA tidak terganggu.dengan adanya asam

folat fragmen-fregmen 1-karbon dipindahkan dari deoksiuridin ke deoksitimidin pada gugus
pteroil.asam folat juga terlibat dalam jalur-jalur lain yang melibatkan pemindahan 1-karbon, dan
defisiensinya juga mengganggu katabolisme histidin. Kelainanan ini tidak dapat menyebabkan
gangguan

klinis,tetepi

menyebabkan

penimbunana

sejumlah

besar

metabolit

asam

formiminoglutamat (FIGLU) pada uji pemberian histidin kepada pasien dengan defisiensi folat.

Angka-angka normal untuk metabolism vitamin B12 dan Asam folat dalam table berikut:

Nilai Normal untuk Metabolisme Vitamon B12 dan Asam Folat
Asam Folat :
Serum

3-20 ng/ml

Sel Darah Merah

165-600 ng/ml

FIGLU

Ekskresi urin sampai 17ng/hari

Metilmalonat

Ekskresi urin sampai 10 ng/hari


Uji Schiling

< 5µg/mg kreatinin
15-45 % dari dosis 0, 5µg/mg
5-40 % dari dosis 1,0 µg/mg

Vitamin B12

200-900 pq/ml