Asuhan keperawatan pada klien dengan ost
LAPORAN PENDAHULUAN
“ OSTEOARTHRITIS ”
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit
ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan
adanya gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.(
Price A, Sylvia, 2005)
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan
jumlah pasiennya sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis.
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul
pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih
sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu
melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel
manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku
tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari
tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya.
Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi.
Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan
bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan
gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya
orteoartritis
semakin
meningkat
1
dengan
bertambahnya
umur.
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur
dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. (
Soeroso, 2006 )
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko
terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler,
ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika sendi
menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature.
(Shiddiqui, 2008)
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya
sering memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan
juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis.
sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di
daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan
sering terjadi pada
daerah pinggang. (Dewi SK. 2009)
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan
beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
2
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup
mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya
adalah kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan
kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan
kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan
(Eka Pratiwi,2007).
g. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter
falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali
lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis. (Soeroso, 2007)
h. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia
dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang –
orang Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. (Soeroso J. et all,
2007).
3. Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer
dan OA sekunder. OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya
faktor genetik yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak.
Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti
kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.
3
4. Prognosis
Ostreoatritis biasanya berjalan lambat. Problem utama yang sering
di jumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnnya
ketidakstabilan bila harus menanggung beban terutama pada lutut.
Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan
cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi
perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga,
manipulasi obat-obat yang diberikan, pemberian alat-alat pembantu.
Osteoartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabkan
timbulnya nyeri dan disabilitas (hambatan) gerakan pada populasi usia
lanjut. OA merupakan kelainan yang mengenai berbagai ras dan kedua
jenis kelamin. Pria dan wanita memiliki peluang yang sama untuk terkena
OA, namun pada wanita biasanya sendi yang terkena lebih banyak. Seiring
dengan bertambahnya usia, insiden OA juga semakin bertambah.
Dapat dibayangkan nanti ketika seeorang sudah berusia lebih dari
60 tahun,, ¼ dari seluruh populasi wanita dan 1/5 dari seluruh populasi
pria dapat terkena OA. OA dapat menyerang semua sendi, namun
predileksi yang tersering adalah pada sendi-sendi yang menanggung beban
berat badan seperti panggul, lutut, dan sendi tulang belakang bagian
lumbal bawah.
5. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung
4
berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis
pada
beberapa
kejadian
akan
mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi
dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga
sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
6. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mulamula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007).
Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA
yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul
fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :
1. Fase Nyeri Akut.
Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan
diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang
dengan istirahat.
2. Fase Nyeri kronis
Kekakuan
pada kapsul
sendi
dapat
menyebabkan
kontraktur
(tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderita
5
akan merasakan gerakan sendi tidak licin disertai bunyi gemeretak
(Krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah istrahat. Perlahan-lahan
sendi akan bertambah kaku.
Gambar : Perbandingan sendi sehat dan sendi yang terkena Osteosrtritis
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri
yang melebihi gerakan lain. ( Soeroso, 2006 )
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (
secara radiologis ). Umumnya bertambah berat dengan semakin
beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi
kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan )
maupun eksentris ( salah satu arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006 ).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan
kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga
dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar
kartilago (Felson, 2008).Pada penelitian dengan menggunakan MRI,
didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari
peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang (
Felson, 2008).Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri.
Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar
6
tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang
berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).Nyeri dapat
timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi.
Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis
dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan
sejalan dengan pertambahan rasa nyeri( Soeroso, 2006 ).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri
atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi
hari( Soeroso, 2006 ).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang
sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh
pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan
penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006
).
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada
sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya
osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).
f. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat
dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini
tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih
jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
7
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih
pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri
kastrena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut (
Soeroso, 2006 ).
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi
apabila penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam
komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang
terparah ialah terjadi kelumpuhan.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih
mendukung adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif
massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi
tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang),
perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan
cairan sendi.
c. Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan
sebelum tampak di foto polos.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis
local, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk
menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk
menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid
bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara
normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin
akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
8
9. Penatalaksanaan Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas
dan
mengurangi
inflamasinon
steroid
mengurangi
sinovitis,
ketidak
bekerja
mampuan.
sebagai
meskipun
tak
analgetik
dapat
Obat-obat
dan
anti
sekaligus
memperbaiki
atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang
gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan
dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya,
dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis
terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi
karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
9
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis,
yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag
tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi
tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan
atau
ketidaksesuaian,
debridement
sendi
untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit
(Ismayadi, 2004).
10
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,
sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri
missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan
atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi asimetri
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada
pagi hari)
h. Keamanan
11
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga, demam
ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis
Kode : 00133
Domain: 12 (Kenyamanan)
Kelas : 1 (Kenyamanan Fisik)
2. Hambatan Mobilitas Fisik
Kode : 00085
Domain : 4 (Aktivitas/ Istirahat)
Kelas : 2 (Aktivitas/ Latihan)
3. Risiko Cedera
Kode : 00035
Domain : 11 (Keamanan/ Perlindungan)
Kelas : 2 (Cedera Fisik)
4. Gangguan Citra Tubuh
Kode : 00118
Domain : 6 (Persepsi/ Kognisi)
Kelas : 3 (Citra Tubuh)
5. Defisit Perawatan Diri : Mandi/ Hygiene
Kode : 00108
Domain : 4 (Aktivitas/ Istirahat)
Kelas : 5 (Perawatan Diri)
12
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Nursing Outcome Classification
No
Dx. Keperawatan
[NOC]
Dx.
1.
1. Nyeri Kronis
Tujuan
Kode : 00133
1. Kontrol nyeri
Domain:
12
2. Tingkat nyeri
(Kenyamanan)
Kelas : 1 (Kenyamanan Kriteria Hasil:
Fisik)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
untuk:
2. Definisi
Pengalaman sensori serta
1. Menunjukkan kontrol nyeri dengan
emosi
yang
tidak
indikator :
menyenangkan
dan
Mengenali faktor penyebab [5]
meningkat akibat adanya
Mengenali onset (lamanya sakit) [5]
kerusakan jaringan yang
Menggunakan metode pencegahan
aktual atau potensial,
[5]
digambarkan
dalam
Menggunakan
metode
istilah seperti kerusakan;
nonanalgetik untuk mengurangi
awitan yang tiba-tiba atau
nyeri [5]
lambat dengan intensitas
Menggunakan analgetik sesuai
dari ringan hingga berat,
kebutuhan [4]
terjadi secara konstan
Mengenali gejala-gejala nyeri [5]
atau berulang tanpa akhir
Mencatat
pengalaman
nyeri
yang dapat diantisipasi
sebelumnya [5]
atau
diprediksi
dan
Melaporkan nyeri sudah terkontrol
berlangsung >6 bulan.
[5]
Keterangan: [1 : tidak pernah, 2 :
jarang, 3 : kadang-kadang, 4 : sering, 5 :
3. Batasan Karakteristik
Atrofi
otot
yang selalu]
terserang
Sikap melindungi area
2. Menunjukkan Tingkat nyeri dengan
13
Nursing Intervention Calssification
[NIC]
NIC
Pain Management
1. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Gunakan
teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Administrasi Analgesik
9. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
10. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
11. Cek riwayat alergi
12. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
13. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
nyeri
indikator:
dan beratnya nyeri
Penurunan
interaksi
Melaporkan adanya nyeri, frekuensi 14. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dengan orang lain
nyeri dan panjangnya episode nyeri,
dan dosis optimal
Keluhan nyeri
ekspresi nyeri pada wajah [5]
15. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
Berfokus pada diri
Kurangnya istirahat [5]
nyeri hebat
sendiri
Ketegangan otot [5]
16. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
Keletihan
Keterangan: [1 : Gangguan ekstrim, 2 :
gejala (efek samping)
Depresi
berat, 3 : Sedang, 4 : ringan, 5 : Tidak ada
gangguan]
4. Faktor
yang
berhubungan
Ketunadayaan
fisik
kronis
2.
1. Hambatan
Mobilitas Tujuan
Fisik
1. Ambulasi
Kode : 00085
2. Posisi badan : Inisiatif Sendiri
Domain : 4 (Aktivitas/
3. Mobilitas
Istirahat)
Kelas
: 2 (Aktivitas/ Kriteria Hasil:
Latihan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
untuk:
2. Definisi
Keterbatasan
pada
1. Menunjukkan Ambulasi dengan
pergerakan fisik tubuh
indikator :
14
NIC
Tirah baring
1. Sediakan tempat tidur yang terapeutik untuk
klien
2. Lakukan
pencegahan
terjadinya
footdroop/kaki jatuh
3. Kontrol kondisi kulit
4. Anjurkan melakukan Aktifitas pasif/ aktif
sebagai peningkatan dari latihan
Pengaturan Energi
Berjalan dengan langkah efektif [5]
Berjalan dengan langkah lambat [5]
Berjalan dengan langkah sedang [5]
Berjalan dengan cepat [4]
Berjalan dengan langkah naik [5]
Berjalan dengan langkah turun [5]
Berjalan dengan jarak jauh [5]
Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan,
2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang
dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 =
selalu dilakukan pasien]
2. Menunjukkan Posisi Badan:
Inisiatif
Sendiri
dengan
indikator:
Terlentang ke duduk [5]
Duduk ke telentang [5]
Duduk ke berdiri [5]
Berdiri ke duduk [5]
Melengkungkan punggung [5]
Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan,
2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang
dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 =
selalu dilakukan pasien]
3. Menunjukkan Mobilitas dengan
4. Faktor
yang
indikator:
berhubungan
Penurunan ketahanan
Keseimbangan [5]
tubuh
Posisi tubuh [5]
Penurunan kekuatan
Pergerakan otot dan sendi [5]
otot
Berjalan [5]
Kaku sendi
Ambulansi dengan kursi roda [5]
Gaya hidup monoton
Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan,
2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang
dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 =
satu
atau
lebih
ekstremitas
secara
mandiri dan terarah.
3. Batasan Karakteristik
Kesulitan membolakbalik posisi
Perubahan
cara
berjalan
Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan motorik
halus
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan motorik
kasar
15
5. Tentukan batasan fisik pasien
6. Tentukan apa dan berapa banyak aktifitas
yang dibutuhkan untuk membangun
kesabaran
7. Amati
pemberian
nutrisi
untuk
membuktikan sumber energi yang adekuat
8. Amati lokasi dan tempat ketidaknyamanan/
nyeri selama beraktifitas
9. Kurangi ketidaknyaman fisik yang bisa
dikaitkan dengan fungsi kognitif dan
pengamatan dalam pengaturan aktifitas.
Terapi: Ambulasi
10. Monitoring vital sign sebelum/sesudah
latihan dan lihat respon pasien saat latihan
11. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
12. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.
13. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
14. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
15. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
16. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
Terapi: Mobilitas
17. Tentukan keterbatasan dalam melakukan
gerakan
18. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam
melakukan program latihan
19. Tentukan tingkat motivasi pasien untuk
mempertahankan
atau
megambalikan
selalu dilakukan pasien]
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
mobilitas sendi dan otot
Dukung pasien dan keluarga untuk
memandang keterbatasan dengan realitas
Pantau lokasi dan ketidaknyamanan selama
latihan
Berikan analgesic sebelum memulai latihan
fisik
Pantau pasien terhadap trauma selama
latihan
Letakkan pasien pada posisi terapeutik
Atur posisi pasien dengan kesejajaran tubuh
yang benar
Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal
setiap 2 jam, berdasarkan jadwal spesefik
Dukung latihan ROM aktif datau pasif jika
perlu
Peningkatan Latihan
28. Yakinkan kesehatan pasien mengenai latihan
fisik
29. Anjurkan perasaan verbal tentang latihan
atau kebutuhan untuk latihan
30. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan
dan perawatan program latihan
31. Ajarkan pasien mengenai jenis latihan yang
tepat untuk tingkat kesehatan, dalam
berkolaborasi dengan dokter dan atau latihan
psikologis
32. Beritahukan pasien tentang frekuensi
keinginan, lama, dan intensitas program
latihan
3.
1. Risiko Cedera
Tujuan
NIC
16
Kode : 00035
1. Risiko Cedera
Domain : 11 (Keamanan/ 2. Pengendalian Risiko
Perlindungan)
Kelas : 2 (Cedera Fisik)
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
2. Definisi
Beresiko
mengalami untuk:
cedera sebagai akibat dari 1. Menunjukkan
Risiko
Cedera
kondisi lingkungan yang
menurun dengan indikator:
berinteraksi
dengan
Keamanan personal [5]
sumber-sumber
adaptif
Pengendalian resiko [5]
dan pertahanan individu.
Lingkungan rumah yang aman [5]
Keterangan: [1 = tidak pernah
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadang3. Faktor Resiko
Manusia
(faktor kadang, 4 = sering, 5 = selalu dilakukan]
kognitif,
afektif,
psikomotor,
pola 2. Menunjukkan Pengendalian Risiko,
ketenagaan)
dengan indicator:
Cara
pemindahan/
Memantau faktor resiko perilaku
transport
individu dan lingkungan [5]
Nutrisi
Mengembangkan
stategi
Fisik (struktur dan
pengendalian resiko yang efektif
pengaturan bangunan,
[5]
peralatan)
Menerapkan
strategi
Disfungsi sensorik
pengendalian resiko pilihan [5]
Memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi resiko [5]
Mengidentifikasi resiko yang
meningkatkan
kerentanan
terhadap cedera [5]
Menghindari cedera fisik [5]
Keterangan: [1 = tidak pernah
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadang17
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
kebutuhan keamanan, misalnya perubahan
status mental, keletihan, usian kematangan,
pengobatan dan defisi motorik atau sensorik
(misalnya, berjalan dan keseimbangan).
2. Identifikasi
faktor
lingkungan
yang
memungkinkan resiko terjatuh (misalnya,
lantai licin, karpet yang sobek, anak tangga
tanpa pagar pengaman, jendela, dan kolam
renang).
3. Bantu ambulasi pasien, jika perlu.
4. Sediakan alat bantu berjalan (seperti tongkat
dan walker).
5. Bila diperlukan gunakan restrain fisik untuk
membatasi resiko jatuh.
6. Ajarkan pasien untuk berhati-hati dengan
alat terapi panas.
7. Berikan materi edukasi yang berhubungan
dengan strategi dan tindakan untuk
mencegah cedera.
kadang, 4 = sering, 5 = selalu dilakukan]
4.
1. Gangguan Citra Tubuh Tujuan
Kode : 00118
1. Citra Tubuh
Domain : 6 (Persepsi/
2. Harga diri
Kognisi)
Kelas : 3 (Citra Tubuh)
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
2. Definisi
Konfusi dalam gambaran untuk:
mental tentang diri-fisik
1. Menunjukkan Citra Tubuh dengan
individu.
indikator :
Mampu
menyesuaikan
dengan
perubahan fungsi tubuh [5]
3. Batasan Karakteristik
Perubahan
dalam
Mengenali dampak situasi pada
keterlibatan social
hubungan personal dan gaya hidup
Tidak melihat bagian
[5]
tubuh
Mengenali perubahan aktual pada
Perubahan actual pada
penampilan tubuh [5]
fungsi
Bersifat
realistik
mengenai
Perubahan actual pada
hubungan
antara
tubuh
dan
sruktur
lingkungan [5]
Perasaan
negatif
Kesesuain antara realitas tubuh,
tentang tubuh
ideal tubuh dan perwujudan tubuh
Mengungkapkan
[5]
perubahan gaya hidup
Kepuasaan terhadap penampilan dan
fungsi tubuh [5]
Keinginan untuk menyentuh bagian
4. Faktor
yang
tubuh yang mengalami gangguan [5]
berhubungan
Penyakit
Keterangan: [1 = tidak pernah
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadangkadang, 4 = sering, 5 = selalu
18
NIC
Peningkatan Citra Tubuh
1. Tentukan harapan pasien tentang citra tubuh
berdasarkan tahap perkembangan.
2. Tentukan apakan persepsi ketidaksukaan
terhadap karakteristik fisik tertentu membuat
disfungsi paralisis sosial bagi remaja dan
pada kelompok resiko tinggi lainnya.
3. Tentukan apakah perubahan fisik saat ini
telah dikaitkan kedalam citra tubuh pasien.
4. Identifikasi pengaruh budaya, agama, ras,
jenis kelamin, dan usia pasien menyangkut
citra tubuh.
5. Pantau frekuensi pernyataan kritik diri.
6. Bantu klien untuk mengenali tindakan yang
akan meningkatkan penampilannya
7. Fasilitasi berhubungan klien dengan
individu yang mengalami perubahan citra
tubuh yang serupa
8. Identifikasi dukungan kelompok yang
tersedia untuk klien
9. Dukung mekanisme koping yang biasa
digunakan pasien ; sebagai contoh, tidak
meminta pasien untuk mengeksplorasi
perasaannya
jika
pasien
enggan
melakukannya.
10. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi
dan
menggunaka
mekanisme koping.
11. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kekuatan dan mengenali
ditampilkan]
5.
1. Defisit Perawatan Diri
(Mandi/ hygiene)
Kode : 00108
Domain : 4 (Aktivitas/
Istirahat)
Kelas : 5 (Perawatan
Diri)
2. Definisi
Hambatan
kemampuan
untuk melakukan atau
menyelesaikan
mandi/
aktivitas perawatan diri
untuk diri sendiri.
3. Batasan Karakteristik
keterbatasan mereka.
12. Berikan perawatan dengan cara yang tidak
2. Menunjukkan Harga Diri dengan
menghakimi, jaga privasi dan martabat
indikator:
pasien.
Menerima keterbatasan diri [5]
Merasa dirinya berharga [5]
Peningkatan Harga Diri
Keterangan: [1 = tidak pernah 1. Anjurkan klien untuk menilai kekuatan
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadangpribadinya
kadang, 4 = sering, 5 = selalu 2. Anjurkan kontak mata dalam berkomunikasi
ditampilkan]
dengan orang lain
3. Bantu klien menerima ketergantungan
terhadap orang lain
4. Bantu klien menerima perubahan baru
5. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang akan
meningkatkan harga diri klien
6. Monitor tingkat harga diri klien dari waktu
ke waktu yang tepat
Tujuan
NIC
1. Perawatan Diri: Aktivitas Sehari- Bantuan Perawatan Diri : Mandi / Hygiene
1. Pantau kebersihan kuku, sesuai kemampuan
Hari
perawatan diri pasien.
2. Dukung kemandirian dalam melakukan
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
mandi dan higiene oral, bantu pasien hanya
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
jika diperlukan.
untuk:
3. Dukung pasien untuk mengatur langkahnya
1. Menunjukkan perawatan diri :
sendiri selama perawatan diri.
aktivitas kehidupan sehari-hari, 4. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
dengan indikator :
5. Akomodasi pilihan dan kebutuhan klaen
Mengungkapkan
secara
verbal
seoptimal mungkin, (misalnya mandi
kepuasan tentang kebersihan tubuh
rendam vs shower, waktu mandi DLL).
dan higiene oral.
6. Berikan bantuan sampai pasien benar-benar
Mempertahankan mobilitas yang
mampu melakukan perawatan diri.
diperlukan untuk ke kamar mandi 7. Letakkan sabun, handuk, deodoran, alat
19
Ketidakmampuan
dan menyediakan perlengkapan
mengakses
kamar
mandi.
mandi
Mampu
menghidupkan
dan
Ketidakmampuan
mengatur pancaran dan suhu air.
mengeringkan tubuh
Membersihkan dan mengeringkan
Ketidakmampuan
tubuh.
mengambil
Melakukan perawatan mulut.
perlengkapan mandi
Keterangan: [1 : Gangguan ekstrim, 2 :
Ketidakmampuan
berat, 3 : Sedang, 4 : ringan, 5 : Tidak ada
menjangkau
sumber gangguan]
air
Ketidakmampuan
mengatur air mandi
Ketidakmampuan
membasuh tubuh
4. Faktor
yang
berhubungan
Kendala lingkungan
Gangguan
musculoskeletal
Nyeri
Kelemahan
20
8.
9.
10.
11.
cukur, dan peralatan lain yang dibutuhkan
disamping tempat tidur atau dikamar mandi.
Fasilitas pasien menyikat gigi, jika perlu.
Ajarkan pasien / keluarga penggunaan
metode alternatig untuk mandi dan higiene
oral.
Tawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi.
Gunakan ahli fisioterapi dan terapi okupasi
sebagai
sumber-sumber
dalam
merencanakan tindakan perawatan pasien
(misalnya,
menyediakan
perlengkapan
adaptif)
DAFTAR PUSTAKA
Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC
Pearce, Evelin C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Ismayadi. 2007. Penyakit Muskuloskeletal Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal 15
Maret 2016, pukul 15.30 WITA).
Eka Pratiwi Maharani.2007. Penyakit Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal
15
Maret 2016, pukul 15.40 WITA)
Anonim. 2007. Konsep Medis Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal 15 Maret 2016,
pukul 15.50 WITA)
Anonim. 2007. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoartritis, online.
(diakses : tanggal 15 Maret 2016, pukul 15.55 WITA).
21
“ OSTEOARTHRITIS ”
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit
ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan
adanya gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.(
Price A, Sylvia, 2005)
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan
jumlah pasiennya sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis.
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul
pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih
sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu
melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel
manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku
tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari
tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya.
Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi.
Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan
bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan
gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya
orteoartritis
semakin
meningkat
1
dengan
bertambahnya
umur.
Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur
dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. (
Soeroso, 2006 )
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko
terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler,
ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika sendi
menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature.
(Shiddiqui, 2008)
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya
sering memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan
juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis.
sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di
daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan
sering terjadi pada
daerah pinggang. (Dewi SK. 2009)
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan
beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
2
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup
mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya
adalah kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan
kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan
kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan
(Eka Pratiwi,2007).
g. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter
falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali
lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis. (Soeroso, 2007)
h. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia
dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang –
orang Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan. (Soeroso J. et all,
2007).
3. Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer
dan OA sekunder. OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya
faktor genetik yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak.
Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti
kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.
3
4. Prognosis
Ostreoatritis biasanya berjalan lambat. Problem utama yang sering
di jumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnnya
ketidakstabilan bila harus menanggung beban terutama pada lutut.
Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan
cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini sering kali meliputi
perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga,
manipulasi obat-obat yang diberikan, pemberian alat-alat pembantu.
Osteoartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabkan
timbulnya nyeri dan disabilitas (hambatan) gerakan pada populasi usia
lanjut. OA merupakan kelainan yang mengenai berbagai ras dan kedua
jenis kelamin. Pria dan wanita memiliki peluang yang sama untuk terkena
OA, namun pada wanita biasanya sendi yang terkena lebih banyak. Seiring
dengan bertambahnya usia, insiden OA juga semakin bertambah.
Dapat dibayangkan nanti ketika seeorang sudah berusia lebih dari
60 tahun,, ¼ dari seluruh populasi wanita dan 1/5 dari seluruh populasi
pria dapat terkena OA. OA dapat menyerang semua sendi, namun
predileksi yang tersering adalah pada sendi-sendi yang menanggung beban
berat badan seperti panggul, lutut, dan sendi tulang belakang bagian
lumbal bawah.
5. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung
4
berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis
pada
beberapa
kejadian
akan
mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi
dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga
sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
6. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mulamula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007).
Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA
yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul
fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :
1. Fase Nyeri Akut.
Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan
diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang
dengan istirahat.
2. Fase Nyeri kronis
Kekakuan
pada kapsul
sendi
dapat
menyebabkan
kontraktur
(tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan. Penderita
5
akan merasakan gerakan sendi tidak licin disertai bunyi gemeretak
(Krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah istrahat. Perlahan-lahan
sendi akan bertambah kaku.
Gambar : Perbandingan sendi sehat dan sendi yang terkena Osteosrtritis
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri
yang melebihi gerakan lain. ( Soeroso, 2006 )
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (
secara radiologis ). Umumnya bertambah berat dengan semakin
beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi
kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan )
maupun eksentris ( salah satu arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006 ).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan
kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga
dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar
kartilago (Felson, 2008).Pada penelitian dengan menggunakan MRI,
didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari
peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang (
Felson, 2008).Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri.
Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar
6
tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang
berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).Nyeri dapat
timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi.
Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis
dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan
sejalan dengan pertambahan rasa nyeri( Soeroso, 2006 ).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri
atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi
hari( Soeroso, 2006 ).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang
sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh
pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan
penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006
).
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada
sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya
osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).
f. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat
dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini
tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih
jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
7
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih
pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri
kastrena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut (
Soeroso, 2006 ).
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi
apabila penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam
komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang
terparah ialah terjadi kelumpuhan.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih
mendukung adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif
massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi
tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang),
perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan
cairan sendi.
c. Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan
sebelum tampak di foto polos.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis
local, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk
menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk
menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid
bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara
normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin
akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
8
9. Penatalaksanaan Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas
dan
mengurangi
inflamasinon
steroid
mengurangi
sinovitis,
ketidak
bekerja
mampuan.
sebagai
meskipun
tak
analgetik
dapat
Obat-obat
dan
anti
sekaligus
memperbaiki
atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang
gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan
dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya.
Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya,
dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu
karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis
terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi
karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
9
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis,
yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag
tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi
tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan
atau
ketidaksesuaian,
debridement
sendi
untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit
(Ismayadi, 2004).
10
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,
sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri
missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan
atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi asimetri
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada
pagi hari)
h. Keamanan
11
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga, demam
ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
i. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis
Kode : 00133
Domain: 12 (Kenyamanan)
Kelas : 1 (Kenyamanan Fisik)
2. Hambatan Mobilitas Fisik
Kode : 00085
Domain : 4 (Aktivitas/ Istirahat)
Kelas : 2 (Aktivitas/ Latihan)
3. Risiko Cedera
Kode : 00035
Domain : 11 (Keamanan/ Perlindungan)
Kelas : 2 (Cedera Fisik)
4. Gangguan Citra Tubuh
Kode : 00118
Domain : 6 (Persepsi/ Kognisi)
Kelas : 3 (Citra Tubuh)
5. Defisit Perawatan Diri : Mandi/ Hygiene
Kode : 00108
Domain : 4 (Aktivitas/ Istirahat)
Kelas : 5 (Perawatan Diri)
12
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Nursing Outcome Classification
No
Dx. Keperawatan
[NOC]
Dx.
1.
1. Nyeri Kronis
Tujuan
Kode : 00133
1. Kontrol nyeri
Domain:
12
2. Tingkat nyeri
(Kenyamanan)
Kelas : 1 (Kenyamanan Kriteria Hasil:
Fisik)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
untuk:
2. Definisi
Pengalaman sensori serta
1. Menunjukkan kontrol nyeri dengan
emosi
yang
tidak
indikator :
menyenangkan
dan
Mengenali faktor penyebab [5]
meningkat akibat adanya
Mengenali onset (lamanya sakit) [5]
kerusakan jaringan yang
Menggunakan metode pencegahan
aktual atau potensial,
[5]
digambarkan
dalam
Menggunakan
metode
istilah seperti kerusakan;
nonanalgetik untuk mengurangi
awitan yang tiba-tiba atau
nyeri [5]
lambat dengan intensitas
Menggunakan analgetik sesuai
dari ringan hingga berat,
kebutuhan [4]
terjadi secara konstan
Mengenali gejala-gejala nyeri [5]
atau berulang tanpa akhir
Mencatat
pengalaman
nyeri
yang dapat diantisipasi
sebelumnya [5]
atau
diprediksi
dan
Melaporkan nyeri sudah terkontrol
berlangsung >6 bulan.
[5]
Keterangan: [1 : tidak pernah, 2 :
jarang, 3 : kadang-kadang, 4 : sering, 5 :
3. Batasan Karakteristik
Atrofi
otot
yang selalu]
terserang
Sikap melindungi area
2. Menunjukkan Tingkat nyeri dengan
13
Nursing Intervention Calssification
[NIC]
NIC
Pain Management
1. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Gunakan
teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Administrasi Analgesik
9. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
10. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
11. Cek riwayat alergi
12. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
13. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
nyeri
indikator:
dan beratnya nyeri
Penurunan
interaksi
Melaporkan adanya nyeri, frekuensi 14. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dengan orang lain
nyeri dan panjangnya episode nyeri,
dan dosis optimal
Keluhan nyeri
ekspresi nyeri pada wajah [5]
15. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
Berfokus pada diri
Kurangnya istirahat [5]
nyeri hebat
sendiri
Ketegangan otot [5]
16. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
Keletihan
Keterangan: [1 : Gangguan ekstrim, 2 :
gejala (efek samping)
Depresi
berat, 3 : Sedang, 4 : ringan, 5 : Tidak ada
gangguan]
4. Faktor
yang
berhubungan
Ketunadayaan
fisik
kronis
2.
1. Hambatan
Mobilitas Tujuan
Fisik
1. Ambulasi
Kode : 00085
2. Posisi badan : Inisiatif Sendiri
Domain : 4 (Aktivitas/
3. Mobilitas
Istirahat)
Kelas
: 2 (Aktivitas/ Kriteria Hasil:
Latihan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
untuk:
2. Definisi
Keterbatasan
pada
1. Menunjukkan Ambulasi dengan
pergerakan fisik tubuh
indikator :
14
NIC
Tirah baring
1. Sediakan tempat tidur yang terapeutik untuk
klien
2. Lakukan
pencegahan
terjadinya
footdroop/kaki jatuh
3. Kontrol kondisi kulit
4. Anjurkan melakukan Aktifitas pasif/ aktif
sebagai peningkatan dari latihan
Pengaturan Energi
Berjalan dengan langkah efektif [5]
Berjalan dengan langkah lambat [5]
Berjalan dengan langkah sedang [5]
Berjalan dengan cepat [4]
Berjalan dengan langkah naik [5]
Berjalan dengan langkah turun [5]
Berjalan dengan jarak jauh [5]
Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan,
2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang
dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 =
selalu dilakukan pasien]
2. Menunjukkan Posisi Badan:
Inisiatif
Sendiri
dengan
indikator:
Terlentang ke duduk [5]
Duduk ke telentang [5]
Duduk ke berdiri [5]
Berdiri ke duduk [5]
Melengkungkan punggung [5]
Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan,
2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang
dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 =
selalu dilakukan pasien]
3. Menunjukkan Mobilitas dengan
4. Faktor
yang
indikator:
berhubungan
Penurunan ketahanan
Keseimbangan [5]
tubuh
Posisi tubuh [5]
Penurunan kekuatan
Pergerakan otot dan sendi [5]
otot
Berjalan [5]
Kaku sendi
Ambulansi dengan kursi roda [5]
Gaya hidup monoton
Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan,
2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang
dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 =
satu
atau
lebih
ekstremitas
secara
mandiri dan terarah.
3. Batasan Karakteristik
Kesulitan membolakbalik posisi
Perubahan
cara
berjalan
Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan motorik
halus
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan motorik
kasar
15
5. Tentukan batasan fisik pasien
6. Tentukan apa dan berapa banyak aktifitas
yang dibutuhkan untuk membangun
kesabaran
7. Amati
pemberian
nutrisi
untuk
membuktikan sumber energi yang adekuat
8. Amati lokasi dan tempat ketidaknyamanan/
nyeri selama beraktifitas
9. Kurangi ketidaknyaman fisik yang bisa
dikaitkan dengan fungsi kognitif dan
pengamatan dalam pengaturan aktifitas.
Terapi: Ambulasi
10. Monitoring vital sign sebelum/sesudah
latihan dan lihat respon pasien saat latihan
11. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
12. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.
13. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
14. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
15. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
16. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
Terapi: Mobilitas
17. Tentukan keterbatasan dalam melakukan
gerakan
18. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam
melakukan program latihan
19. Tentukan tingkat motivasi pasien untuk
mempertahankan
atau
megambalikan
selalu dilakukan pasien]
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
mobilitas sendi dan otot
Dukung pasien dan keluarga untuk
memandang keterbatasan dengan realitas
Pantau lokasi dan ketidaknyamanan selama
latihan
Berikan analgesic sebelum memulai latihan
fisik
Pantau pasien terhadap trauma selama
latihan
Letakkan pasien pada posisi terapeutik
Atur posisi pasien dengan kesejajaran tubuh
yang benar
Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal
setiap 2 jam, berdasarkan jadwal spesefik
Dukung latihan ROM aktif datau pasif jika
perlu
Peningkatan Latihan
28. Yakinkan kesehatan pasien mengenai latihan
fisik
29. Anjurkan perasaan verbal tentang latihan
atau kebutuhan untuk latihan
30. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan
dan perawatan program latihan
31. Ajarkan pasien mengenai jenis latihan yang
tepat untuk tingkat kesehatan, dalam
berkolaborasi dengan dokter dan atau latihan
psikologis
32. Beritahukan pasien tentang frekuensi
keinginan, lama, dan intensitas program
latihan
3.
1. Risiko Cedera
Tujuan
NIC
16
Kode : 00035
1. Risiko Cedera
Domain : 11 (Keamanan/ 2. Pengendalian Risiko
Perlindungan)
Kelas : 2 (Cedera Fisik)
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
2. Definisi
Beresiko
mengalami untuk:
cedera sebagai akibat dari 1. Menunjukkan
Risiko
Cedera
kondisi lingkungan yang
menurun dengan indikator:
berinteraksi
dengan
Keamanan personal [5]
sumber-sumber
adaptif
Pengendalian resiko [5]
dan pertahanan individu.
Lingkungan rumah yang aman [5]
Keterangan: [1 = tidak pernah
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadang3. Faktor Resiko
Manusia
(faktor kadang, 4 = sering, 5 = selalu dilakukan]
kognitif,
afektif,
psikomotor,
pola 2. Menunjukkan Pengendalian Risiko,
ketenagaan)
dengan indicator:
Cara
pemindahan/
Memantau faktor resiko perilaku
transport
individu dan lingkungan [5]
Nutrisi
Mengembangkan
stategi
Fisik (struktur dan
pengendalian resiko yang efektif
pengaturan bangunan,
[5]
peralatan)
Menerapkan
strategi
Disfungsi sensorik
pengendalian resiko pilihan [5]
Memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi resiko [5]
Mengidentifikasi resiko yang
meningkatkan
kerentanan
terhadap cedera [5]
Menghindari cedera fisik [5]
Keterangan: [1 = tidak pernah
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadang17
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
kebutuhan keamanan, misalnya perubahan
status mental, keletihan, usian kematangan,
pengobatan dan defisi motorik atau sensorik
(misalnya, berjalan dan keseimbangan).
2. Identifikasi
faktor
lingkungan
yang
memungkinkan resiko terjatuh (misalnya,
lantai licin, karpet yang sobek, anak tangga
tanpa pagar pengaman, jendela, dan kolam
renang).
3. Bantu ambulasi pasien, jika perlu.
4. Sediakan alat bantu berjalan (seperti tongkat
dan walker).
5. Bila diperlukan gunakan restrain fisik untuk
membatasi resiko jatuh.
6. Ajarkan pasien untuk berhati-hati dengan
alat terapi panas.
7. Berikan materi edukasi yang berhubungan
dengan strategi dan tindakan untuk
mencegah cedera.
kadang, 4 = sering, 5 = selalu dilakukan]
4.
1. Gangguan Citra Tubuh Tujuan
Kode : 00118
1. Citra Tubuh
Domain : 6 (Persepsi/
2. Harga diri
Kognisi)
Kelas : 3 (Citra Tubuh)
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
2. Definisi
Konfusi dalam gambaran untuk:
mental tentang diri-fisik
1. Menunjukkan Citra Tubuh dengan
individu.
indikator :
Mampu
menyesuaikan
dengan
perubahan fungsi tubuh [5]
3. Batasan Karakteristik
Perubahan
dalam
Mengenali dampak situasi pada
keterlibatan social
hubungan personal dan gaya hidup
Tidak melihat bagian
[5]
tubuh
Mengenali perubahan aktual pada
Perubahan actual pada
penampilan tubuh [5]
fungsi
Bersifat
realistik
mengenai
Perubahan actual pada
hubungan
antara
tubuh
dan
sruktur
lingkungan [5]
Perasaan
negatif
Kesesuain antara realitas tubuh,
tentang tubuh
ideal tubuh dan perwujudan tubuh
Mengungkapkan
[5]
perubahan gaya hidup
Kepuasaan terhadap penampilan dan
fungsi tubuh [5]
Keinginan untuk menyentuh bagian
4. Faktor
yang
tubuh yang mengalami gangguan [5]
berhubungan
Penyakit
Keterangan: [1 = tidak pernah
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadangkadang, 4 = sering, 5 = selalu
18
NIC
Peningkatan Citra Tubuh
1. Tentukan harapan pasien tentang citra tubuh
berdasarkan tahap perkembangan.
2. Tentukan apakan persepsi ketidaksukaan
terhadap karakteristik fisik tertentu membuat
disfungsi paralisis sosial bagi remaja dan
pada kelompok resiko tinggi lainnya.
3. Tentukan apakah perubahan fisik saat ini
telah dikaitkan kedalam citra tubuh pasien.
4. Identifikasi pengaruh budaya, agama, ras,
jenis kelamin, dan usia pasien menyangkut
citra tubuh.
5. Pantau frekuensi pernyataan kritik diri.
6. Bantu klien untuk mengenali tindakan yang
akan meningkatkan penampilannya
7. Fasilitasi berhubungan klien dengan
individu yang mengalami perubahan citra
tubuh yang serupa
8. Identifikasi dukungan kelompok yang
tersedia untuk klien
9. Dukung mekanisme koping yang biasa
digunakan pasien ; sebagai contoh, tidak
meminta pasien untuk mengeksplorasi
perasaannya
jika
pasien
enggan
melakukannya.
10. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi
dan
menggunaka
mekanisme koping.
11. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kekuatan dan mengenali
ditampilkan]
5.
1. Defisit Perawatan Diri
(Mandi/ hygiene)
Kode : 00108
Domain : 4 (Aktivitas/
Istirahat)
Kelas : 5 (Perawatan
Diri)
2. Definisi
Hambatan
kemampuan
untuk melakukan atau
menyelesaikan
mandi/
aktivitas perawatan diri
untuk diri sendiri.
3. Batasan Karakteristik
keterbatasan mereka.
12. Berikan perawatan dengan cara yang tidak
2. Menunjukkan Harga Diri dengan
menghakimi, jaga privasi dan martabat
indikator:
pasien.
Menerima keterbatasan diri [5]
Merasa dirinya berharga [5]
Peningkatan Harga Diri
Keterangan: [1 = tidak pernah 1. Anjurkan klien untuk menilai kekuatan
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadangpribadinya
kadang, 4 = sering, 5 = selalu 2. Anjurkan kontak mata dalam berkomunikasi
ditampilkan]
dengan orang lain
3. Bantu klien menerima ketergantungan
terhadap orang lain
4. Bantu klien menerima perubahan baru
5. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang akan
meningkatkan harga diri klien
6. Monitor tingkat harga diri klien dari waktu
ke waktu yang tepat
Tujuan
NIC
1. Perawatan Diri: Aktivitas Sehari- Bantuan Perawatan Diri : Mandi / Hygiene
1. Pantau kebersihan kuku, sesuai kemampuan
Hari
perawatan diri pasien.
2. Dukung kemandirian dalam melakukan
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
mandi dan higiene oral, bantu pasien hanya
3x24 jam diharapkan Pasien mampu
jika diperlukan.
untuk:
3. Dukung pasien untuk mengatur langkahnya
1. Menunjukkan perawatan diri :
sendiri selama perawatan diri.
aktivitas kehidupan sehari-hari, 4. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
dengan indikator :
5. Akomodasi pilihan dan kebutuhan klaen
Mengungkapkan
secara
verbal
seoptimal mungkin, (misalnya mandi
kepuasan tentang kebersihan tubuh
rendam vs shower, waktu mandi DLL).
dan higiene oral.
6. Berikan bantuan sampai pasien benar-benar
Mempertahankan mobilitas yang
mampu melakukan perawatan diri.
diperlukan untuk ke kamar mandi 7. Letakkan sabun, handuk, deodoran, alat
19
Ketidakmampuan
dan menyediakan perlengkapan
mengakses
kamar
mandi.
mandi
Mampu
menghidupkan
dan
Ketidakmampuan
mengatur pancaran dan suhu air.
mengeringkan tubuh
Membersihkan dan mengeringkan
Ketidakmampuan
tubuh.
mengambil
Melakukan perawatan mulut.
perlengkapan mandi
Keterangan: [1 : Gangguan ekstrim, 2 :
Ketidakmampuan
berat, 3 : Sedang, 4 : ringan, 5 : Tidak ada
menjangkau
sumber gangguan]
air
Ketidakmampuan
mengatur air mandi
Ketidakmampuan
membasuh tubuh
4. Faktor
yang
berhubungan
Kendala lingkungan
Gangguan
musculoskeletal
Nyeri
Kelemahan
20
8.
9.
10.
11.
cukur, dan peralatan lain yang dibutuhkan
disamping tempat tidur atau dikamar mandi.
Fasilitas pasien menyikat gigi, jika perlu.
Ajarkan pasien / keluarga penggunaan
metode alternatig untuk mandi dan higiene
oral.
Tawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi.
Gunakan ahli fisioterapi dan terapi okupasi
sebagai
sumber-sumber
dalam
merencanakan tindakan perawatan pasien
(misalnya,
menyediakan
perlengkapan
adaptif)
DAFTAR PUSTAKA
Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses
Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC
Pearce, Evelin C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Ismayadi. 2007. Penyakit Muskuloskeletal Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal 15
Maret 2016, pukul 15.30 WITA).
Eka Pratiwi Maharani.2007. Penyakit Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal
15
Maret 2016, pukul 15.40 WITA)
Anonim. 2007. Konsep Medis Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal 15 Maret 2016,
pukul 15.50 WITA)
Anonim. 2007. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoartritis, online.
(diakses : tanggal 15 Maret 2016, pukul 15.55 WITA).
21