Pengaruh Upah terhadap Tenaga Kerja

Pengaruh Upah terhadap Tenaga Kerja
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing : Zein Muttaqin, S.E.I., M.A

Disusun Oleh:
Intan Sandhyapranita
Puji Lestari

14423045
14423046

PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

1

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pengaruh Upah
terhadap Tenaga Kerja.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Zein Muttaqin, S.E.I., M.A selaku dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
3. Kedua orang tua serta segenap keluarga tercinta yang telah banyak memberikan
semangat, dorongan, dan motivasi.
4. Teman-teman lainnya yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pengaruh Upah terhadap

Tenaga Kerja dapat bermanfaat bagi para pembaca, sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Yogyakarta, 13 Desember 2016

Penulis
2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Upah ............................................................................................................... 6
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah .......................................................... 7
2.3 Perlindungan Upah ........................................................................................................... 8
2.4 Upah Minimum ................................................................................................................ 8

2.5 Tenaga Kerja .................................................................................................................... 9
2.6 Buruh/Pekerja ................................................................................................................. 10
2.7 Konsep Hukum pada Ketenagakerjaan .......................................................................... 10
2.8 Hubungan Upah terhadap Tenaga Kerja ........................................................................ 10
2.9 Pengaruh Upah terhadap Tenaga Kerja .......................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berkembang dimana negara tersebut berhasil
mencapai tingkat pertumbuhan tinggi diantara negara berkembang lainnya seperti
Malaysia, Thailand dan Filiphina. Negara berkembang akan gagal dalam meperbaiki taraf
hidup yang sejahtera terhadap masyarakatnya dikarenakan terus bertambahnya jumlah

penduduk, oleh karena itu dengan adanya jumlah penduduk di dalam suatu negara
memiliki unsur utama yaitu pembangunan. Jumlah penduduk yang besar tidak akan selalu
menjamin keberhasilan pembangunan suatu negara bahkan bisa menjadi suatu beban bagi
keberlangsungan pada pembangunan suatu negara. Dikarenakan jumlah penduduk yang
terlalu besar dan tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan akan
menyebabkan dari sebagian penduduk yang pada saat itu ia sudah waktunya untuk bekerja
tetapi tidak memperoleh suatu pekerjaan.
Dapat dilihat dari masalah ketenagakerjaan ini tidak hanya sekedar terbatasnya suatu
lapangan pekerjaan melainkan rendahnya suatu produktivitas suatu negara tersebut. Pada
dasarnya masalah tersebut hanya bertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja
yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan industri. Seiring dengan
berjalannya waktu mayoritas negara berkembang memiliki angka pengangguran yang
meningkat pesat tiap tahunnya yang disebabkan oleh terbatasnya tingkat lapangan
pekerjaan. Perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia dari tahun ketahun menuju ke arah
yang lebih baik, walaupun di beberapa daerah terjadi bencana alam atau perubahan
ekonomi lainnya yang bisa berdampak terhadap aktivitas ekonomi dan lapangan kerja.
Dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan suatu barang dan jasa, diperlukan
adanya tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi barang-barang dan
permintaan tenaga kerja tersebut. Para tenaga kerja berhak untuk mendapatkan upah dari
hasil kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Maka dari itu terdapat kebijakan upah minimum yang merupakan suatu sistem
pengupahan. Kebijakan ini telah banyak diterapkan di beberapa negara, yang bisa dilihat
dari dua sisi. Pertama, upah minimum sebagai alat proteksi bagi pekerja untuk
mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk
mempertahankan produktivitas pekerja. Bisa di katakan hingga saat ini kebijakan upah
minimum merupakan satu-satunya kebijakan pemerintah Indonesia yang secara langsung
dan ekspilist dikaitkan dengan upah buruh.
Dalam prosedur penetapan upah minimum antar kabupaten/kota ditetapkan pada
Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Hal ini bisa dilakukan dengan mensurvei pada tingkat
kabupaten/kota dengan data yang telah disiapkan yang terkait mengenai kehidupan layak
4

di sekitar pabrik, kos-kosan pekerja pabrik dan yang lainnya. Setelah melakukan survei
maka langkah yang harus dilakukan selanjutnya ialah melakukan pembahasan pada tingkat
Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota yang terdiri dari pemerintah, pengusaha dan wakil
pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja/buruh. Apabila upah minimum sudah
ditetapkan atas kesepakatan antar pekerja/buruh tidak boleh rendah dari ketentuan
pengupahan yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam penetapan upah minimum terdapat berbagai masalah bagi perekonomian

Indonesia yang mana permasalahn tersebut adalah tentang pengangguran. Masalah
tersebut bisa menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran tenaga kerja, dikarenakan
tingkat upah menjadi rendah. Pemerintah harus memcahkan permasalahan yang timbul
dari pengangguran, pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah dan inflasi yang tinggi, jika
masalah tersebut dapat diselesaikan maka akan berdampak pada berkurangnya angka
kemiskinan yang ada di Indonesia. Upaya tersebut dapat diatasi dengan menetapkan
kebijakan upah minimum yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 88 ayat 1 dan Pasal 89 ayat 2 yang menyatakan bahwa
perlunya tenaga kerja memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan sehingga pemerintah menetapkan upah minimum (UM) yang diarahkan
kepada pencapaian kebutuhan hidup layak. Penghidupan yang layak artinya bahwa jumlah
penghasilannya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang meliputi makan dan
minum, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan jaminan di hari tua.
Upah juga menyangkut dengan kebutuhan hidup yang mana ini dapat menunjukkan bahwa
terdapat variasi upah yang cukup besar dikalangan para pekerja baik di bidang lapangan
pekerjaan maupun di bidang pendidikan pada daerah perdesaan dan perkotaan.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan upah terhadap tenaga kerja ?
2. Bagaimana pengaruh upah terhadap tenaga kerja ?


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan upah terhadap tenaga kerja
2. Untuk mengetahui pengaruh upah terhadap tenaga kerja

5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Upah
Pengertian upah menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2000, Bab I, pasal
1, ayat 30, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha / pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepaktan, atau peraturan perundang-undangan
termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan / jasa yang
telah atau akan dilakukan. Dengan adanya pemberian upah kepada tenaga kerja dalam
kegiatan suatu produksi pada dasarnya merupakan imbalan/jasa dari para produsen kepada
para tenaga kerja atas hasil kerja/ prestasi yang telah dijalankan para pekerja dalam kegiatan
produksi. Upah yang dapat diterima oleh pekerja dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

Pertama, Upah Nominal yaitu sejumlah upah yang dapat dinyatakan dalam bentuk uang yang
diterima secara rutin oleh para pekerja. Kedua, Upah Riil yaitu kemampuan upah nominal
yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur
berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukaran tersebut
(Sukirno, 2008:351).
Sebagai imbalan dari para produsen kepada para pekerjanya, upah yang diberikan dalam
bentuk tunai harus ditetapkan atas suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja,
termasuk tunjangan untuk pekerja tersebut maupun keluarganya. Pemerintah Indonesia telah
menerapkan suatu kebijakan pengupahan, dimana berusaha untuk menetapkan upah
minimum yang sesuai dengan standar kelayakan hidup para pekerja. Dalam peraturan
perundangan terbaru, UU No. 13/2003, yang menyatakan bahwa upah minimum harus
didasarkan pada Kebuthan Hidup Layak, tetapi perundangan terbaru ini belum sepenuhnya
diterapkan yang membuat penetapan upah minimum tetap harus didasarkan pada KHM.
Kelayakan standar upah minimum didasarkan pada kebutuhan para pekerjanya, dengan
kriteria:
1) Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).
2) Index Harga Konsumen (IHK).
3) Kemampuan perusahaan, pertumbuhannya, dan kelangsungannya.
4) Standaru upah minimum didaerah sekitar
5) Kondisi pasar kerja

6) Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita.
Menurut Sonny Sumarsono (2003), perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi
rendahnya biaya produksi suatu perusahaan. Apabila asumsi diatas digunakan, maka akan
terjadi hal-hal berikut :
a) naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang dimana akan
meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Konsumen akan memberikan respon
ketika terjadinya kenaikan harga barang, yaitu dengan mengurangi konsumsi atau bahkan
6

tidak lagi membeli barang yang bersangkutan. Dampak yang terjadi yakni banyaknya barang
yang tidak terjual, dan produsen terpaksa menurunkan jumlah produksinya. Dengan turunnya
target produksi, dapat mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang akan dibutuhkan.
b) apabila upahnya naik, maka pengusaha ada yang menggunakan teknologi padat modal
untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan tenaga kerja dengan kebutuhan akan
barang-barang modal seperti mesin dan lainnya.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Upah
Nasir (2008) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
tingkat upah, antara lain :
1. Gaji atau upah yang diberikan oleh pihak swasta, upah akan cenderung naik jika salah
satu pihak terutama swasta menaikkan tingkat upahnya, sehingga akan diikuti oleh

kenaikan upah Pegawai Negeri.
2. Kondisi keuangan Negara, kenaikan tingkat upah akan sulit dilakukan jika kondisi
negara dalam keadaan yang tidak menentu atau tidak stabil.
3. Biaya Hidup, dalam suatu negara biaya hidup akan berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya tingkat upah.
4. Peraturan Pemerintah, terdapat beberapa peraturan pemerintah yang dapat mengatasi
tingkat upah.
5. Kekayaan Negara, jika perekonomian suatu negara tinggi, maka akan memberikan
tingkat upah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain.
6. Produktivitas pegawai, tenaga kerja yang produkitivitasnya tinggi, sebaliknya akan
diberikan imbalan berupa tingkat upah yang memadai dengan produktivitasnya.
7. Persediaan tenaga kerja, tingkat upah yang ditawarkan akan naik jika persediaan
tenaga kerja dalam pasar kerja sedikit.
8. Kondisi Kerja, tenaga kerja yang bekerja dengan kondisi kerja yang berat atau sulit
akan berpengaruh dengan tingkat upah yang diberikan akan tinggi jika dibandingkan
dengan tenaga kerja yang bekerja dengan kondisi yang nyaman.
9. Jam Kerja, besaran jumlah jam kerja akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
tingkat suatu upah, jika jam kerjanya lebih lama dari yang telah ditentukan maka upah
yang diberikan akan lebih tinggi.
10. Perbedaan Geografis, dengan adanya perbedaan letak geografis suatu negara akan

berpengaruh terhadap tingkat upah yang diberikan.
11. Inflasi, pada saat suatu negara mengalami kondisi inflasi maka tingkat upah akan
turun, sehingga perlu kebijaksanaan untuk meningkatkan tingkat upah.
12. Pendpatan Nasional, jika pendapatan nasional suatu negara meningkat maka
sebaliknya tingkat upah harus dinaikkan juga.
13. Harga Pasar, jika suatu harga pasar mengalami kenaikan akan tetapi diikuti oleh
kenaikan upah tenaga kerja maka upah riil akan mengalami penurunan sehingga perlu
untuk dinaikkan.

7

14. Nilai Sosial dan Etika, dalam suatu negara diberikan tanggung jawab untuk dapat
memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya dengan mememlihara kondisi
masyarakat sesuai dengan yang diinginkan.
2.3 Perlindungan Upah
Dalam mwujudkan suatu penghasilan yang dapat memenuhi penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan, pemerintah menetapkan adanya kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh. Adapun kebijakan pengupahan yang dapat melindungi pekerja/buruh terdapat
dalam Pasal 88 ayat (3) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, yang terdiri atas:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Upah minimum
Upah kerja lembur
Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya
Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
Bentuk dan cara pembayaran upah
Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
Struktur dan skala pengupahan yang proporsional
Upah untuk pembayaran pesangon
Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

2.4 Upah Minimum
Dalam konveksi ILO No. 131/1970 pemerintah memberlakukan ketentuan upah
minimum regional (UMR). UMR sendiri merupakan upah terendah yang diijinkan diberikan
oleh pengusaha kepada pekerja yang bersifat normatif, sehingga para pengusaha dapat
memberikan upah yang lebih besar/tinggi dari ketentuan UMR. UMR dilarang mengurangi
atau menurunkan upah para pekerja. Upah minimum berlaku selama 1 tahun sedangkan upah
bulanan terendah dapat diterima oleh semua jenis status buruh, yang masih lajang ataupun
masih memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun yang telah ditetapkan oleh gubernur
berdasarkan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi (Depeprov) dan /bupati/walikota. Di
dalam suatu daerah kabupaten/kota telah berlaku adanya upah minimum kabupaten/kota
(UMK) dimana telah ditetapkan oleh gubernur dengan pertimbangan rekomendasi
bupati/walikota. Dalam penetapan upah minimum kabupaten/kota selambat-lambatnya empat
puluh hari sebelum tanggal 1 januari atau sesudah penetapan UMP, dan harus lebih besar dari
UMP. Adanya penetapan upah minimum bertujuan sebagi jaringan pengaman, yang berfungsi
untuk mencegah agar upah tidak terus menerus merosot di bawah daya beli pekerja. Oleh
sebab itu upah minimum bertujuan untuk mendukung daya beli agar pekerja mampu
memenuhi standar tingkat kebutuhan dasar.
Dalam konveksi ILO No. 131/1970 pemerintah memberlakukan ketentuan upah
minimum regional (UMR). UMR sendiri merupakan upah terendah yang diijinkan diberikan
oleh pengusaha kepada pekerja yang bersifat normatif, sehingga para pengusaha dapat
8

memberikan upah yang lebih besar/tinggi dari ketentuan UMR. UMR dilarang mengurangi
atau menurunkan upah para pekerja. Upah minimum berlaku selama 1 tahun sedangkan upah
bulanan terendah dapat diterima oleh semua jenis status buruh, yang masih lajang ataupun
masih memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun yang telah ditetapkan oleh gubernur
berdasarkan rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi (Depeprov) dan /bupati/walikota. Di
dalam suatu daerah kabupaten/kota telah berlaku adanya upah minimum kabupaten/kota
(UMK) dimana telah ditetapkan oleh gubernur dengan pertimbangan rekomendasi
bupati/walikota. Dalam penetapan upah minimum kabupaten/kota selambat-lambatnya empat
puluh hari sebelum tanggal 1 januari atau sesudah penetapan UMP, dan harus lebih besar dari
UMP.
2.5 Tenaga Kerja
Pekerja atau tenaga kerja dapat diartikan sebagai orang yang bekerja disuatu perusahaan/
usaha tersebut bisa berkaitan dengan produksi maupun administrasi. Atau bisa disebut
sebagai penduduk yang umurnya sudah mencapai batas usia kerja, dan batas usia kerja setiap
suatu negara berbeda-beda. Di negara Indonesia batas usia kerja minimal 10 tahun tanpa
batas maksimum. Dipilihnya batas umur 10 tahun karena kenyataan bahwa pada umur
tersebut sudah banyak penduduk yang bekerja karena sulitnya perekonomian keluarga
mereka. Terdapat permintaan tenaga kerja dimana merupakan sebuah daftar yang berfungsi
sebagai alternatif kombinasi tenaga kerja dengan input lain yang tersedia berhubungan
dengan tingkat upah.
Suatu permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
oleh suatu perusahaan atau instasi tertentu yang mana bisa dipengaruhi oleh perubahan
tingkat upah dan perubahan fakto-faktor lain yang mempengaruhi permnintaan hasil
produksi, seperti: naik turunnya permintaan pasar akan hasil dari produksi perusahaan yang
bersangkutan, melalui besarnya volume produksi, ataupun harga-harga modal seperti nilai
mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi. Selain permintaan tenaga kerja ada
juga penyerapan tenaga kerja, yang mana adanya suatu tenaga kerja yang diserap oleh suatu
perusahaan atau suatu sektor.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja, antara lain, Produk
Domestik Bruto (PDB). Bertumbuhnya suatu ekonomi merupakan peningkatan jangka
panjang yang terjadi kepada standar hidup suatu masyarakat yang bergantung dengan
pertumbuhan pendapatan nasional dan berkaitan dengan pertumbuhan penduduk. Pendapatan
nasional bisa bertambah bisa disebabkan juga karena adanya suatu perusahaan yang hasil
produksinya sangat tinggi. Hasil produksi yang tinggi dalam suatu perusahaan dapat dilihat
dari hasil para tenaga kerjanya dalam menjalankan pekerjaannya. Maka dari itu perusahaan
dapat terus selalu meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang telah dimilikinya.
Tenaga kerja mempunyai peran dan juga kedudukan penting, baik sebagai pelaku atau
sebagai tujuan pembangunan. Peran dari tenaga kerja berkaitan dengan kemampuan para
pekerja untuk menghasilkan suatu barang/jasa, sedangkan kedudukannya berkaitan dengan
pekerjaan pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerjanya. Selain itu kedudukan
9

tenaga kerja bisa juga berkaitan dengan syara-syarat kerja. Syarat-syarat kerja yaitu seperti
memiliki keterampilan, keahlian, tingkat pendidikan, kecerdasan. Dan yang paling terpenting
dalam kedudukan tenaga kerja yaitu kedudukan pekerja selama masa kerjanya berkaitan
dengan upah yang diterima oleh para pekerja.
2.6 Buruh/Pekerja
Buruh/pekerja adalah bahwa setiap orang yang bekerja akan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan pengusaha adalah seseorang atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri, maupun yang menjalankan perusahaan bukan
miliknya. Munculnya istilah buruh/pekerja disebabkan karena selama ini pemerintah
menghendaki agar istilah buruh itu diganti dengan pekerja agar tidak berlawanan dengan
pihak majikan atau pengusaha. Oleh karena itu pada masa orde baru istilah buruh diganti
dengan serikat pekerja. Serikat pekerja pada masa itu sangatlah menjadi pusat sehingga
mengekang kebebasan para buruh untuk membentuk organisasi pekerja yang lain serta tidak
respon terhadap tuntutan buruh. Itulah sebabnya ketika RUU serikat buruh/pekerja dibahas
dalam perdebatan yang panjang. Pemerintah menghendaki perdebatan tersebut bagi para
buruh/pekerja karena para buruh itu merasa trauma pada masa lalu dengan istilah serikat
pekerja yang selalu diatur berdsarkan kehendak pemerintah, oleh sebab itu pemerintah
mensejajarkan istilah nuruh dengan pekerja.
2.7 Konsep Hukum pada Ketenagakerjaan
Hukum perburuhan atau ketenagakerjaan merupakan spesies dari macam-macam hukum
pada umumnya. Batasan pengertian hukum itu disebabkan karena hukum itu sendiri
mempunyai bentuk yang sangat beragam. Husni., 2008, p.21) menjelaskan bahwa, menurut
J.Van Kan (1983:13) mendefinisikan hukum sebagai keseluruhan ketentuan-ketentuan
kehidupan yang bersifat memaksa yang melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatan bahwa norma hukum itu merupakan salah satu dari sekian
banyak pedoman serta tingkah laku selain norma agama, kesopanan dan kesusilaan. Mengkaji
pengertian yang diberikan oleh pakar hukum Indonesia (Imam Soepomo) tampak jelas bahwa
hukum perburuhan setidak-tidaknya mengandung unsur :
1.
2.
3.
4.

Himpunan peraturan (baik tertulis maupun tidak tertulis)
Berkenaan dengan suatu kejadian peristiwa
Seseorang bekerja pada orang lain
Upah

Hukum ketenagakerjaan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga
kerja baik sebelum bekerja, selama atau dalam hubungan kerja, dan seduah hubungan kerja.
Sehingga hukum ketenagakerjaan ini memiliki cakupan yang luas dari hukum perburuhan
yang selama ini dieknal sebagai ruang lingkup yang hanya berkenaan dengan hubungan
hukum antara buruh atau pekerja dengan majikan atau pengusah dalam hubungan kerja.

10

2.8 Hubungan Upah terhadap Tenaga Kerja
Upah riil yang akan diterima olah para tenaga kerja terutama bergantung pada jumlah
tingakat produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri. Data mengenai kenaikan upah di berbagai
negara, terutama negara maju maupun negara berkembang menunjukkan bahwa berkaitan
erat antara kenaikan upah riil para pekerja dengan kenaikkan produktivitas. Tidak hanya
dengan menggunakan data ini maka dapat dianalisis secara grafik juga dapat menunjukkan
hubungan antara produktivitas dan upah riil, melainkan dengan meningkatkan sumbersumber kenaikan produktivitas yang ada dalam tenaga kerja tersebut. Dalam sumber-sumber
kenaikan produktivitas didalamnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yakni :
dengan adanya kemajuan teknologi memproduksi, perbaikan sifat-sifat tenaga kerja, dan
perbaikan dalam organisasi perusahan dan masyarakat. (Sukirno., 2003, p.356)
2.9 Pengaruh Upah terhadap Tenaga Kerja
Pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja yang tidak searah, akan mengakibatkan
terjadinya kenaikan upah yang mana akan berpotensi dalam menurunkan penyerapan tenaga
kerja tersebut terutama tenaga kerja yang produktivitasnya rendah, yang disebabkan secara
teoritis. Dalam Bappenas (2010:61) yang menyatakan bahwa pada kenyataannya, upah
minimum yang ditetapkan lebih banyak ditentukan oleh aspek kenaikan tingkat harga
dibandingkan dengan kenaikan produktivitas. Produktivitas belum menjadi determinan utama
dalam penetuan upah. Perushaan hanya akan membayar upah tenaga kerja sesuai dengan
prduktivitasnya, artinya suatu tenaga kerja yang produktivitasnya rendah akan menerima
upah yang rendah juga dan sebaliknya. (Sulistiawati, 2012, p. 204). Kesejahteraan
masyarakat akan tercapai jika suatu tenaga kerja memperoleh upah yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan yang bersifat ekonomi maupun
kebutuhan yang bersifat non ekonomi, dan bukan hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan
layak hidupnya saja. Semakin berkualitasnya suatu tenaga kerja maka akan berdampak pada
tingkat upahnya.
Tingkat kepuasan pekerja dapat juga meningkatkan kenaikan suatu upah, karena jika para
pekerja meningkat maka upah akan juga meningkat. Dengan kepuasan pekerja akan menjadi
tolak ukur dan mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan tempat para pekerja.
Meningkatnya produktivitas kerja tersebut menjadi kepuasan para pekerja terhadap upah
yang diterimanya dari suatu perusahaan secara tidak langsung akan mempengaruhi
produktivitas para pekerja. Para pekerja harus memiliki sifat yang profesional dan cukup
kritis dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pekerja, serta bisa memaksimalkan sebaik
mungkin suatu kegiatan yang dikerjakan sesuai dengan situasi dan perkembangan
perusahaan. Dengan demikian jangan sampai menimbulkan unsur ketidaktahuan dalam
kewajibannya sebagai pekerja yang nantinya akan timbul suatu masalah dalam perusahaan
tersebut.

11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara siginifikan upah sangat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Dapat
dikatakan bahwa, pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja apabila kenaikan suatu
upah menyebabkan menurunnya penyerapan tenaga kerja yang mempunyai produkitivitas
rendah. Tenaga kerja yang mempunyai tingkat produktivitas yang rendah biasanya terjadi
dalam suatu perusahaan yang kurang bagus memiliki pekerja kurang memahami pentingnya
kinerja suatu perusaan tersebut, sedangkan pada suatu perusahaan yang bagus pasti memilki
tingkat produktivitas tenaga kerjanya sangat tinggi karena perusahaan tersebut mempunyai
para pekerja yang pemahaman kinerjanya bagus sehingga dapat meningkatkan produktivitas
perusahaan. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja maka akan sangat berpengaruh pada
tingkat kesejahteraan masyarakat, jika penyerapan tenaga kerja tersebut berjalan searah
artinya tenaga kerja akan meningkat kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat serta
upah yang akan diterima bagi para pekerja juga akan meningkat. Biasanya upah minimum
yang diterima para tenaga kerja itu lebih rendah dari kebutuhan hidup layak (KHL) bagi para
tenaga kerja, sehingga kurangnya kecukupan untuk memnugi kebutuhan hidup bagi keluarga.
Upah sangat berpengaruh terhadap tenaga kerja, maka peluang bagi para tenaga kerja
pada suatu perusahaan akan cenderung meningkat. Jika semakin tingginya tingkat kepuasan
kerja yang dilakukan oleh para pekerja maka akan meningkatnya tingkat upah yang akan
diperoleh bagi para pekerja begitu pula sebaliknya jika semakin tinggi tingkat upah yang
diterima para pekerja maka kinerja para pekerja pada suatu perusahaan tersebut akan
cenderung meningkat.

3.2 Saran
Para tenaga kerja yang bekerja dengan baik harus mendapatkan upah dari para
pimpinan/atasan dengan memperhatikan bahwa upah yang diebrikan sebagai imbalan atas
jasa kerja dengan keadilan, yang dimaksud keadilan yaitu bahwa upah tersebut harus sesiau
atau sebanding dengan jasa kerja yang telah diberikan oleh masing-masing para pekerja
dalam proses suatu produksi. Selain itu upah yang telah diberikan kepada para pekerja harus
berimbang, mereka yang menduduki jabatan yang serupa harus menerima upah yang kira-kira
sama, tidak ada perbedaan antara upah terendah dan tertinggi. Upah yang diterima para
pekerja juga harus memenuhi kebutuhan hidupnya untuk mencukupi keluarganya. Dan sistem
pengupahan harus dengan sistem insentif, yang mana mampu mendorong para tenaga-tenaga
yang berkualitas untuk lebih meningkatkan prestasi dan produktivitas kerja, dan
menumbuhkan inovasi dan kreativitas para pekerja.

12

DAFTAR PUSTAKA

Husni, Lalu. 2008. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. hlm. 356.
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
hlm. 434.
Wijayanti, Asri. 2014. Hukum Ketatanegaraan Pasca Reformasi. Jakarta : Sinar Grafika. hlm
210.
http://repository.polnep.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/65/08eksos%206%20rini%20okt12.pdf?sequence=1, ( 12.10 WIB)
http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/view/618 (12.14 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/26352/1/Skripsi_Rezal_Wicaksono.pdf (12.19 WIB)
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/viewFile/5848/4645 (12.27 WIB)
http://eprints.ums.ac.id/25770/19/naskah_publikasi.pdf (12.35 WIB)
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/45124710/JURNAL_TEORI_PENGANGGURAN.p
df?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1481610994&Signature=DXrnSe%2BO1%2
BLrZGPYTnQzUeE5948%3D&response-contentdisposition=inline%3B%20filename%3DJURNAL_EKONOMI_ISLAM_TEORI_PENGANGGURAN.pdf
(12.38 WIB)
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu/article/viewFile/17542/11485 (12.39 WIB)
http://eprints.undip.ac.id/33761/1/Penentuan_upah_minimum.pdf (12.47 WIB)
http://jurnal.dpr.go.id/index.php/ekp/article/view/49 (12.51 WIB)
http://journal.trunojoyo.ac.id/rechtidee/article/view/1139 (12.58 WIB)
http://www.akademika.or.id/arsip/Upah%20Minimum.pdf (13.03 WIB)

13