Materi PAI MTs SKI Pada Masa Khulafaurra

Materi PAI MTs, SKI Pada Masa Khulafaurrasyidin

BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu isi dari tujuan pendidikan Nasional adalah membentuk keimanan dan
ketakwaan peserta didik. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut terdapat mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang berupaya membentuk para peserta didik menjadi peserta didik
yang beriman, bertakwa karena pengertian pendidikan Agama Islam menurut Direktorat
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri (Ditbinpaisun) adalah suatu usaha
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat
memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan
maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaranajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat
mendatangkan keselematan dunia dan akheratnya kelak.
. Di madrasah, terdapat sub-sub mata pelajaran PAI yang meliputi : mata pelajaran Al quran
hadist, fiqih, akidah akhlak, dan sejarah kebudayaan Islam. Hubungan antara satu pelajaran
dengan pelajaran lain saling berkaitan dan diibaratkan sebagai satu mata rantai. mata pelajaran
sejarah kebudayaan Islam merupakan perkemangan perjalanan hidup manusia Muslim dari masa
ke masa dalam usaha bersayari’ah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system kehidupan
yang dilandasi oleh akidah.
Dalam pembelajaran sejarah Islam yang dimaksudkan untuk menggali, mengembangkan,
dan menagmbil ibrah pelajaran sejarah dan kebudayaan Islam, sehingga peserta didik mampu

menginternalisasi dan tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan, serta
dalam rangka membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam
arti luas. Namun, apakah para peserta didik di MTS mampu menjadikan pelajaran SKI sebagai
suatu tolak ukur dalam pengambil pelajaran dalam sejarah Islam, hal ini menyangkut bagaimana
Realitas Mata pelajaran SKI di MTS.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Khulafa Urasyidin
Khulafaur Rasyidin menurut bahasa artinya para pemimpin yang
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah yaitu para
khalifah (pemimpin umat Islam) yang melanjutkan kepemimpinan Rasulullah
SAW sebagai kepala negara (pemerintah) setelah Rasulullah SAW wafat.
Rosululloh diutus tidak hanya sebagai seorang Nabi yang diutus Allah SWT.
Untuk mrnyampaikan risalah agama, namun lebih dari itu Beliau juga
seorang kepala negara yang memimpin suatu negara. Dan setelah Nabi
Muhammad meninggal, para sahabat Muhajirin maupun Anshor berkumpul
untuk bermusyawarah mengangkat seorang pemimpin di antara mereka
sebagai pengganti Nabi, inilah Khulafa Urasyidin:
a. Abu Bakar as Shiddiq

b. Umar Bin Khatab
c. Utsman Bin Afan
d. Ali Bin Abi Tholib
B. Kholifah Abu Bakar as Shiddiq (11-13 H atau 632-634 M)
Abu Bakar as Shiddiq yang dahulu bernama Abdullah Ibnu Abi Quhafah
at Tamim, pada masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah, kemudian oleh nabi
diganti namanya menjadi Abdullah Kuniyahnya abu bakar. Beliau diberi
nama kuniyah abu bakar (pemangi) karena beliau merupakan kelompok
pertama yang masuk islam. Dan beliau diberi gelar Ash shidiq yang artinya

yang amat membenarkan, karena beliau amat membenarkan Rasul dalam
berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa Isra’ dan Mi’raj.[1]
Di masa jahiliyah beliau berniaga sekaligus sebagai penyiar agama
islam, beliau juga terkenal sebagai orang yang jujur dan berhati suci. Maka
dalam menyiarkan agama jslam beliau mendapatkan hasil yang baik. Beliau
ikut bersama-sama Nabi untuk hijrah ke Madinah, dan bersama-sama pula
bersembunyi

di


gua

Tsaur,

pada

malam

permulaan

hijrah

sebelum

melanjutkan perjalanan.
Setelah Rasulullah wafat, kaum Anshar menghendaki bahwa orang
yang terpilih menjadi khalifah adalah dari golongan mereka. Namun dalam
hal itu Ali bin Abi Thalib menghendaki supaya dirinya yang angkat menjadi
khalifah, menurut Ali kepantasannya menjadi khalifah yaitu karena ia
menantu dan karib Rasulullah. Tetapi banyak kaum muslimin


yang

menghendaki bahwa yang pantas menjadi khalifah adalah Abu Bakar, dan
akhirnya keinginan kaum muslimin tercapai.
Setelah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, beliau berpidato dan
dalam

pidatonya

dijelaskan

siasat

pemerintahan

yang

akan


beliau

laksanakan.”Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengadilkan
urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka
jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutilah aku, tetapi jika aku
berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya
pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak daripadanya, sedangkan
orang yang kamu pandang lemah, saya pandang lemah, hingga saya dapat
mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selam
aku taat kepada Allah dan RasulNya, tetapi bilamana aku tiada menaati Allah
dan RasulNya kamu tak perlu menaatiku”.[2]
Sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah wafat merupakan
hal yang berat untuk menjalankan kewajibanya sebagai seorang khalifah,
karena setelah perang Tabuk selesai banyak orang yang menyatakan masuk
islam, namun mereka hanya menyatakan keislamannya dalam keadaan yang
awam, karena mereka belum mendalami agama islam yang sebenarnya

sehingga agama islam belum mendalam meresapi dan merasuk ke dalam
sanubari mereka. Banyak kesulitan lain yang dihadapi Abu bakar, mengingat
masa pemerintahanya berlangsung pada masa perpindahan dari Rasulullah

kepada beliau. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi diantaranya:
a.

Menghadapi orang-orang murtad.

b.

Menghadapi orang-orang yang mengaku Nabi,yaitu Musailimatul Kazzab,
Sajah, Al Aswad al ‘Ansi, Thulaihah ibnu Khuwailid.

c.

Menghadapi orang-orang yang tidak mau membayar zakat.
Untuk

mengatasi

tiga

permasalahan


tersebut

Abu

bakar

memusyawarahkan dengan para sahabat dan kaum muslimin. Dalam
kesulitan inilah kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar,
beliau dengan tegas bersumpah, bahwa beliau akan memerangi orang yang
menyeleweng dari kebenaran, sehingga mereka kembali di jalan Allah SWT.
Walaupun beliau gugur dalam memperjuangkan kemuliaan agama Allah
SWT. Sebagai relasasi dari rencara tersebut, beliau membentuk sebelas
pasukan yang masing-masing di pimpin oleh pahlawan-pahlawan yang
terkenal seperti: Khalid ibnul Walid, ‘Amr ibnu ‘Ash, ‘Ikrimah ibnu Abi Jahl,
Syurahbil ibnu Hasanah, dll.
Pengerahan

balatentara


ini

membawa

hasil

yang

memuaskan,

Musailimah terbunuh setelah terjadi pertempuran yang sengit, ia terbunuh
oleh Wahsyi pembunuh Hamzah paman Rasulullah pada perang Uhud (pada
waktu Wahsyi musryik), saat mengalami peristiwa tersebut ia berkata”aku
telah membunuh manusia yang paling jahat (Musailimah) dan orang yang
paling baik sesudah Rasulullah (Hamzah).[3] Sedangkan tentara Thulaihah
dapat pula dipatahkan oleh tentara islam. Namun sang Nabi palsu melarikan
diri dan bersembunyi, dan mereka masuk islam di masa pemerintahan
Khalifah Umar, tetapi Al Aswad mati terbunuh sebelum itu. Dengan demikian
persatuan tanah Arab kembali dan semakin kuat tali pegangan mereka
kepada Agam Islam.


C. Kholifah Umar Bin Khatab (13-23 H atau 634-644 M)
Umar Ibn Al-Khaththab diangkat dan dipilih oleh para pemuka
masyarakat dan disetujui oleh kaum muslimin. Pada saat menderita sakit
menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara masih labil dan
pasukan yang sedang bertempur di medan perang tidak boleh terpecah
belah akibat perbedaan keinginan tentang siapa yang akan menjadi calon
penggantinya, ia memilih Umar Ibn Al-Khaththab.
Beberapa usaha yang dihadapi oleh Umar dalam pemerintahannya
antara lain: Menaklukan Persia, Kerajaan Persia merupakan ancaman yang
terbesar dalam terhadap kaum muslim. Untuk mengimbangi bangsa Persia,
Umar meneruskan perluasan islam yang telah dirintis pada masa Abu Bakar.
Beliau mengirim pasukan ke Persia yang dipimpin panglima Sa’ad ibnu Abi
Waqqash. Pada tahun 15 H terjadilah pertempuran dengan tentara Persia
yang dipimpin panglima Rustam, dan akhirnya panglima Rustam terbunuh
sehingga tentara Persia kalah. Peretempuran Damaskus, setelah pada masa
Abu Bakar

memenangkan perang Anjadain, Umar melanjutkan gerakan


melawan tentara Romawi di Syam. Selanjutnya melakukan pengepungan
terhadap kota Damaskus. Pada pengepunagan kota Damaskus tentara islam
melakukan strategi yang ampuh yaitu Khalid ibnul Walid dan pasukannya
berjaga di pintu kota sebelah Timur, Abu Ubaidah di pintu yang disebut Bab
al Jabiah, Amru ibnul Ash di Bab Tuma, Syurahbil ibnu Hasanah di Bab al
Faradis dan Jazid ibnu Abi Sufyan di Bab Ash Shaghir. Tanpa kesulitan
tentara islam dapat memasuki kota dengan mudah melalui dua pintu, Khalid
melalui pintu timur dan Abu Ubaidah melalui Bab al Jabaiah pada tahun 14
Hijriyah. Kemudian dilanjutkan pertempuran Babilyon pada tahun 20 H,
selanjutnya penaklukan Iskandariah.
Pada masa kepemimpinan Umar Ibn Al-Khaththab, wilayah islam sudah
meliputi jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan
Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan begitu cepat, Umar Ibn AlKhaththab

segera

mengatur

administrasi


negara

dengan

mencontoh

administrasi pemerintahan, dengan diatur menjadi delapan wialayah propinsi

: Mekah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.
Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan pada masanya mulai
diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan
didirikan dalam rangka memisahkan lembaga Yudikatif dengan Eksekutif.
Dalam melaksanakan pemerintahan, beliau membentuk jawatan-jawatan,
mendirikan Baitul Mal, membentuk pasukan untuk menjaga dan melindungi
tapal

batas,

menetapkan

penggunaan

penanggalan

Hijriyah,

dan

mengadakan Hisbah (pengawasan terhadap pasar, pengontrolan terhadap
timbangan dan takaran, penjagaan terhadap tata tertib, dan asusila,
pengawasan terhadap kebersihan jalan dan sebagainya).[4]
Orang-orang Persia dan Yahudi berkomplotan untuk membunuh Umar,
seorang bernama Abu Lu’luah berasal dari Persia telah berhasil menyelusup
ke dalam Masjid di waktu Umar sedang melaksanakan sholat Subuh, dan
ditikamlah Umar dengan sebuah golok, dan saat umat muslim mengejar Abu
Lu’lah

tetapi

saat

tertangkap

Abu

Lu’lah

memakai

goloknya

untuk

membunuh dirinya sendiri.[5]
D. Kholifah Utsman Bin Afan (23-35 H atau 644-656 M)
Utsman ibnu Afan ibnu Abil Ash ibnu Umaiyah yang dilahirkan diwaktu
Nabi Muhammad berusia lima tahun. Atas ajakan Abu Bakar Ash Shidiq,
Utsman menyatakan beriman dan masuk islam. Hubungan Utsman dengan
Rasulullah sangat akrab, Rasulullah menikahkan Utsman dengan putrinya
Ruqaiyah. Namun karena Ruqaiyah meninggal saat perang Badr, maka
Rasulullah menikahkan Utsman dengan putrinya yang kedua Ummu Kulsum.
Oleh karena itu Utsman mendapat julukan “Dzun Nurain”(yang mempunyai
dua cahaya).
Sebelum khalifah Umar meninggal dunia, umat muslimin mengusulkan
untuk menunjuk seorang pengganti agar tidak terjadi perpecahan sesudah
Umar meninggal. Kemudian umar mencalonkan enam orang sahabat terbaik
Rasulullah yang telah diberi kabar akn masuk surga yaitu: Utsman ibnu
Afan, Ali ibnu Thalib, Thalhah, Zubair ibnu Awwam, Sa’ad ibnu Abi Waqqas,

dan Abdurrahman ibnu Auf. Setelah Umar meninggal Abdurrahman putera
Umar mengundurkan diri, kemudian bermusyawarah dengan kaum muslimin
dan para calon Khalifah, akhirnya dapat disimpulkan dari permusyawarahan
tersebut pendapat tertuju pada Utsman dan Ali, namun karena Utsman lebih
tua dari Ali dan perilakunya lebih baik, maka dipilihlah Utsman sebagai
khalifah.
Dalam pemerintahannya, Utsman mendapatkan masalah besar yang
harus dilaksanakan yaitu menumpas pendurhakaan dan pemberontakan
yang terjadi di beberapa daerah dan negeri yang telah masuk kebawah
kekuasaan islam di zaman Umar. Dan masalah selanjutnya tentang
perluasan islam yang dicapai Umar diteruskan Utsman sampai perluasan ke
laut. Negeri yang masuk pada wilayah Utsman antara lain: Barqah, Tripoli
Barat, dan bagian selatan negeri Nubah, Armenia, Thabaristan, Amu Dahria.
Sifat Utsman yang dermawan terbawa dalam pemerintahannya, sehingga
kas Negara dipakai untuk kepentingan dirinya, dan ada yang diberikan
kepada kerabatnya. Beliau juga mengangkat keluarganya sebagai kepalakepala daerah maupun gubernur serta pembantunya, hal tersebut dapat
mencoreng kewibawaan utsman. Pada tahun ketujuh pemerintahannya, para
sahabat menasehati beliau supaya beristirahat atau mengundurkan diri,
namun Utsman tidak menanggapinya. Utsman semakin mempercayakan
kepada

keluarga

dan

kerabatnya,

dan

mereka

melakukan

tindakan

sewenang-wenang serta menjatuhkan hukuman yang berat kepada orang
yang mencurigai mereka. Akhirnya terjadilah pemberontakan di Khufa,
Basrah, dan Mesir. Pemberontak dapat menerobos dan memanjat rumah
Utsman, kemudian menyerang Utsman yang sedang membaca Al-Qur’an.
Utsman tewas terbunuh, sedangkan isteri Utsman yang akan menolong tidak
luput dari pemberontakan tersebut, jari-jari tangannya putus.
E. KHALIFAH ALI IBNU ABI THALIB (35-40 H atau 656-661 M)
Ali ibnu Abi Thalib ibnu Abdi Muthalib, dilahirkan sepuluh tahun
sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai Rasull. Ali merupakan anak muda

pertama yang menyataka iman dan masuk islam setelah Nabi Muhammad
menjadi Rasull. Ali merupakn suami dari puteri Rasulullah yang bernama
Fatimah. Namanya terangakat dan popular karena beliau pahlawan yang
terkemuka dan terkenal ulung dalam berbagai peperangan.
Setelah khalifah utsman wafat, maka suara terbanyak untuk pengganti
Utsman yaitu Ali. Dan Ali berpidato setelah dia menjadi khalifah:”wahai
manusia! Kamu telah membaiah saya sebagai mana yang telah kamu
lakukan kepada khalifah-khalifah yang terdahulu dari padaku. Saya hanya
boleh menolak sebelum jatuh pilihan, apabila pilihan telah jatuh, maka
menolak tidak boleh lagi. Imam harus teguh dan rakyat harus patuh. Bai’at
kepadaku adalah bai’at yang rata, yang umum. Barangsiapa yang mungkir
dari padanya terpisahlah dia dari agama islam”.[6] Dengan pidato Ali
tersebut maka jelas bahwa pembai’ahan Ali bukanlah dari sepenuh hati
kaum muslimin. Karena banyak para sahabat yang kurang setuju dengan
pembai’ahan tersebut.
Dalam pemerintahannya Ali terkenal sebagai pemimpin yang disiplin,
keras dan radikal. Sikapnya tercermin pada wataknya yang suka berterus
terang, tegas bertindak, dan adil. Dalam pemerintahnya Ali mengeluarkan
dua ketetapan:
a. Memcat kepala daerah pada masa Utsman dan menggantinya.
b. Mengambil kembali tanah yang diberikan Umar kepada keluarganya, serta
pemberian kepada orang yang tidk beralasan.
Keadaan Ali yang mengeluarkan ketetapan tersebut menyeret Ali
dalam

jurang

pertentangan

dengan

Bani

Umayah.

Akhirnya

terjadi

pertempuran antara Ali dengan Aisyah yang terkenal dengan perang Jamal,
dalam perang ini banyak kaum muslimin yang gugur. Akhirnya unta yang
dinaiki Aisyah mati terbunuh dan akhirnya perang usai dengan kemenangan
di tangan Ali. Setelah Ali menyelesaikan perang jamal maka Ali bertolak ke
syam untuk menghadap Mu’awiyah yang tidak setuju Ali sebagai Khalifah.
Peristiwa tersebut semakin membara dan akhirnya terjadilah peprangan
yang lama di Shifn dekat sungai Furat.

Pada waktu Ali akan mengirim balatentara sekali lagi untuk menyerang
Mu’awiyah, terjadilah suatu koplotan untuk mengakhiri hidup Ali, Mu’awiyah,
dan Amr ibnu Ash. Koplotan tersebut terdiri dari tiga orang Khawarij,
Abdurrahman ibnu Muljam berangkat ke Kufah untuk membunuh Ali, Barak
ibnu Abdillah at Tamimi pergi ke Syam untuk membunuh Mu’awiyah, dan
‘Amr ibnu Bakr at Tamimi berangkat ke Mesir untuk membunuh ‘Amr ibnu
Ash. Tetapi dari ketiga orang tersebut hanya Ibnu Muljam yang bisa
membunuh Ali, dengan pedang waktu Ali memanggil orang yang sedang
sholat di Masjid. Orang yang berada di Masjid dapat menangkap Muljam
yang kemudian membunuhnya setelah Ali wafat.
Dengan wafatnya Ali, maka kaum muslimin bersepakat mendukung
Mu’awiyah menjadi Khalifah. Berakhirlah msa Khulafaurrasyidin, dimana
kaum Muslimin terpecah menjadi tiga kelompok besar:
a.

Jumhur ul Muslimin, yang mendukung Mu’awiyah dan pemerintahannya.

b.

Syi’ah, yang tetap mencintai Ali dan baitrnya serta menentang keras
kelompok Mu’awiyah.

c.

Khawarij, yang dendam dengan Utsman, Ali, dan Mu’awiyah.
Menurut Ahmad Amir dan Dr.Hasan Ibrahim Hasan, ada satu golongan
lagi selain tiga golongan yang disebutkan Syekh Khudlary Bek, yaitu Murjilah
yang menganut politik netral.[7]

BAB III
PENUTUP
Setelah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam sejarah
agama islam pada masa Khulafaurrasyidin jarang ditemukan konsep islam.
Karena semuanya tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Seperti Abu
Bakar yang diangkat dengan sistem demokrasi langsung. Umar diangkat
dengan sistem kerajaan, yaitu Abu Bakar mengangkat langsung Khalifah
Umar sebagai pengganti dirinya. Utsman naik menajdi Khalifah dengan

sistem perwakilan atau sekarang lebih dikenal dengan parlemen. Sedangkan
Ali diangakat dengan persetujuan yang sepihak dari kelompoknya, sehingga
kaumnya terpecah belah.
Dan dengan sistem politik yang berbeda, pada masa khalifah Abu
Bakar bersifat sentral, kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat
ditangan Khalifah. Umar Ibnu Khaththab segera mengatur administrasi
Negara dengan diatur menjadi delapan wialayah propinsi, dan membentuk
beberapa departemen. Umar dengan mendirikan Baitul Mal, menetapkan
penggunaan penanggalan Hijriyah,

dan mengadakan Hisbah. Utsman

menekankan sistem kekuasaan pusat yang mengusaai seluruh pendapatan
propinsi

dan

menetapkan

kepala

daerah

dari

keluarganya

sendiri.

Sedangkan Ali dengan sifatnya yang tegas dan disiplin mengeluarkan
peraturan yang membuat terjadinya perpecahan.

DAFTAR PUSTAKA
 Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Pustaka Alhuusnah,
Jakarta:1987
 Prof. A. Hasyim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Bulan Bintang: Jakarta, 1995.
 Drs.Faisal Ismail, sejarah dan kebudayaan islam dari zaman pemulaan hingga
zaman Khulafaurrasyidin, Bina Usaha: Yogyakarta, 1984.

[1] Prof.Dr.A.Syalabi, sejarah dan kebudayaan islam,hal.226
[2] Ibid, hal:227
Drs.Faisal Ismail, sejarah dan kebudayaan islam dari zaman pemulaan hingga zaman
Khulafaurrasyidin,hal.108
[4] Ibid, hal:118
[5] Ibid, sejarah dan kebudayaan islam, hal:264
[6] Ibid, sejarah dan kebudayaan islam dari zaman pemulaan hingga zaman Khulafaurrasyidin.
Hal: 127
[7] A.Hasyim, sejarah dan kebudayaan islam, hal.129
[3]

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65