Penerapan Model Pembelajaran untuk Menin

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2015
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP SISTEM
PERTAHANAN TUBUH KELAS XI DI MAN BABAKAN CIWARINGIN.
Nuur Lelawati
Tadris IPA biologi IAIN Syekh Nurjati
Email: nuur.lelawati@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang literasi
sains siswa dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri
untuk meningkatkan literasi sains siswa pada konsep system pertahanan tubuh
kelas XI di MAN Babakan Ciwaringin. Literasi sains yang diukur meliputi
dimensi konten sains, proses sains, dan konteks sains. Pendekatan penelitian
adalah kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen pretest–posttest
control group design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan Sample
Random Sampling, dengan jumlah siswa yang berpartisipasi sebanyak 50 siswa
pada kelas XI IPA 3sebagai kelas eksperimen dan 50 sisiwa XI IPA 4 sebagai
kelas kontrol. Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur literasi sains
siswa adalah lembar observasi, tes objektif, dan angket. Hasil penelitian
menunjukkan persentase aktivitas siswa setiap dimensi literasi sainsnya
mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil Uji T menunjukkan nilai

signifikansi yaitu 0.000 < 0,05, artinya Ho ditolak. Respon siswa terhadap
penerapan model pembelajaran inquiri, termasuk dalam kategori“kuat”, dengan
rata-rata sebesar 73,50%. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran inquiri
meningkatkan kemampuan literasi sains dan siswa merespon baik terhadap
penerapan model pembelajaran inquiri.
Kata Kunci

: Literasi Sains, Inkuiri

Abstract: The aim of this research is to describe the science literacy and respond
of student about applied of inquiry learning to increase science literacy at system
immunity in eleventh grade of science class in MAN Babakan Ciwaringin.
Science literacy that be measured are science content, science process, and science
context. The approach of this research is quantitative as pretest–posttest control
group design. The technique of collecting sample is Sample Random Sampling
with number of participants are 50 students XI IPA 3 as experiment class and 50
students XI IPA 4 as control class. The instruments that be used to collect the data
to measure student’s science literacy are sheet of observation, objective test, and
student responds sheet. The analysis of the data shows that dimension of students
literacy is significantly increasing. T analyze shows that significance is about

0.000 < 0.05, it’s mean that Ho is rejected. Student respond of applied inquiry
learning belongs to strong category, with average 73.50%. Thus, inquiry model
can increase student’s science literacy and student give good respond about
applied of inquiry model.
Keywords: Science Literacy, Inquiry.

1

2

PENDAHULUAN
Mempersiapkan generasi muda
menjadi generasi yang cerdas dan
memiliki intelektual tinggi, sehingga
manusia Indonesia kelak tumbuh
menjadi manusia yang mandiri dan
mampu mengangkat martabat bangsa
merupakan tugas kita sebagai pendidik.
Terutama pembentukan literasi sains
anak

bangsa
yang
berkualitas
merupakan salah satu nya. Pendidikan
terutama pendidikan sains (Biologi)
merupakan faktor yang signifikan dan
mampu
meningkatkan
kualitas
kehidupan pribadi seseorang atau
masyarakat bahkan negara sekaligus.
Rutherford dan Ahlgren dalam Cartono
(2007: 21) mengungkapkan bahwa
pendidikan sains mampu membantu
siswa
untuk
mengembangkan
pemahaman dan kebiasaanya dalam
berpikir sehingga siswa mempunyai
kemampuan untuk lulus hidup.

Hasil PISA (Programme for
International Student Assessment) 2012
mengenai mutu hasil pembelajaran
sains siswa yang dilakukan secara
internasional menunjukkan, pada tahun
2012 indonesia menduduki peringkat
ke-63 dari 64 negara peserta, dengan
score 375 dimana batas standar PISA
2012 adalah 494 (OECD: 2013). Angka
tersebut menunjukkan bahwa proses
penyelenggaraan pendidikan sains di
Indonesia
telah
mengabaikan
ketercapaian pada literasi sains peserta
didik. Padahal literasi sains ini penting
untuk dibelajarkan dan dikuasai oleh
peserta
didik,
karena

dengan
pengajaran yang bertolak ukur pada
kemampuan literasi sains, siswa dapat
mengintegritaskan ketrampilan dan
pengetahuannya untuk memecahkan
masalah kesehariannya. Organization
for Economic Cooperation and

Development mendefinisikan literasi
sains
sebagai
kapasitas
untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi
pertanyaan
dan
menarik kesimpulan
berdasarkan
fakta untuk memahami alam semesta

dan
membuat keputusan dari
perubahan yang terjadi karena aktivitas
manusia (OECD, 2013).
Besarnya peran pendidikan di
sekolah yang melibatkan guru sebagai
fasilitator dan siswa sebagai peserta
didik sangat menentukan tercapainya
suatu tujuan pembelajaran. Satu
diantara
faktor
penentu
dalam
peningkatan mutu pengajaran adalah
peran guru dalam memilih dan
menentukan serta menguasai model
pembelajaran sehingga peserta didik
dapat mengembangkan pemahaman
serta membiasakan diri dalam berfikir,
sehingga peserta didik dapat berpikir

kreatif dan dapat memecahkan masalah
di dunia nyata. Salpeter (dalam
Cartono, 2010: 21) menyatakan bahwa
pada abad 21 ini kemampuan belajar,
berpikir kreatif, membuat keputusan,
dan memecahkan masalah akan banyak
dibutuhkan. Proses belajar mengajar
ke arah proses pembelajaran yang
bermutu salah satunya didapat dengan
memilih dan menguasai model
pembelajaran, karena selain dapat
membimbing
dan mengarahkan
proses belajar mengajar ke arah
proses pembelajaran yang bermutu,
juga memegang peranan penting dalam
meningkatkan literasi sains siswa.
Model
pembelajaran
yang

memungkinkan peserta didik aktif
mencari, menggali, dan menemukan
konsep sehingga literasi sains siswa
meningkat, salah satu diantaranya
adalah model pembelajaran inkuiri.
Haury (dalam Cartono, 2007: 26)
mengungkapkan
bahwa
dalam

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

3

pembelajaran inkuiri, siswa akan diikut
sertakan
dalam
menggali
atau

menemukan ilmu, melibatkan aktivitas
dan ketrampilan, tetapi fokusnya
adalah mencari pengetahuan secara
aktive
atau
memahami
untuk
memuaskan keingintahuannya.
Rumusan
masalah
pada
penelitian ini adalah Bagaimanakah
penerapan model pembelajaran inkuiri
dalam rangka meningkatkan literasi
sains siswa, bagaimanakah perbedaan
kemampuan literasi sains siswa antara
kelas yang menggunakan model
pembelajaran inkuiri dengan kelas yang
tidak
menggunakan

model
pembelajaran
inkuiri,
dan
bagaimanakah respons siswa terhadap
penerapan model pembelajaran inkuiri
pada konsep sistem pertahanan tubuh
di kelas XI MAN Babakan Ciwaringin?
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengkaji tentang Penerapan
model pembelajaran inkuiri dalam
meningkatkan literasi sains siswa,
perbedaan kemampuan literasi sains
siswa antara kelas yang menggunakan
model pembelajaran inkuiri dengan
kelas yang tidak menggunakan model
pembelajaran inkuiri dan respon siswa
terhadap
penerapan
model

pembelajaran inkuiri pada pokok
bahasan sistem pertahanan tubuh di
kelas XI MAN Babakan Ciwaringin.

Objek
penelitian
dalam
penelitiaan ini adalah 50 siswa kelas
XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan
50 sisiwa XI IPA 4 sebagai kelas
control.

METODE

Aktivitas siswa pada penerapan
model Pembelajaran Inquiri untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa
pada konsep sistem pertahanan tubuh
di Kelas IX MAN Babakan Ciwaringin
dapat dilihat dari hasil lembar
observasi siswa. Format lembar
observasi siswa yang digunakan terdiri
dari empat indikator yang sudah
mencakup
aspek/dimensi
literasi
sains, diantaranya yaitu:1) Konten:

Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen dengan desain
pretest-posttest control group design.
Penelitian ini diadakan di MAN
Babakan Ciwaringin Cirebon pada
semester genap tahun ajaran 2014/2015
yang dimulai dari tangga 28 April 2015
sampai dengan tanggal 28 Juli 2015.

TEKNIK ANALISIS DATA
Sebelum instrument tes atau alat
pengumpul data digunakan, instrument
tersebut terlebih dahulu diuji cobakan.
Uji coba ini dimaksudkan untuk
mengetahui
gambaran
tentang
terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat
instrument sebagai alat pengumpul
data yang baik, sehingga instrument ini
dapat digunakan. Kriteria yang harus
diuji cobakan terhadap instrument
penelitian adalah uji validitas, uji
reabilitas, indeks kesukaran, dan daya
pembeda.
Setelah instrument digunakan
data hasil pretest, posttest, lembar
observasi dan angket dianalisis
menggunakan Microsoft excel dan
software SPSS V.17.0. Data hasil
pretest dan posttest sebelumnya
dianalisis N-Gain dan dilanjutkan
dengan uji statistic, mulai dari uji
prasyarat, uji hipotesisi, dan uji
lanjutan menggunakan uji one way
Anova.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

4

Pemahaman konsep, 2) Proses sains:
Mengenal pertanyaan ilmiah dan
identifikasi
bukti
dan
3)
Menginterpretasikan
bukti
dan
Mengkomunikasikan kesimpulan, dan
4) Konteks sains: Mengaplikasikan
sains. Berikut ini grafik rata-rata
perbandingan aktivitas siswa pada
pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2:
85,00
80,00
75,00
70,00
65,00
60,00
55,00
50,00
45,00
40,00
35,00

80,0080,50

80,50
75,00

69,50

64,50 65,00
49,50

memiliki kemampuan yang termasuk
tinggi dalam memahami materi atau
konsep sains. Kegiatan tindak lanjut
yang harus ditempuh adalah siswa
masih perlu diarahkan dan dibiasakan
agar selalu menerapkan teori kedalam
kehidupan nyata (aplikasi), dan dalam
prosesnya siswa juga masih harus
dibimbing dan sering dilatih lagi agar
siswa terbiasa dalam
mengenali
pertanyaan ilmiah, mengidentifikasi
dan menafsirkan bukti yang didapat,
serta mengkomunikasikan kesimpulan
dari bukti dan fakta yang didapat.
40

konten

proses

proses

28

konteks

rata-rata pertemuan ke-1
rata-rata pertemuan ke-2

Gambar 1. Grafik Perbandingan
Persentase Rata-Rata Aktivitas Siswa
Pertemuan Ke-1 dan Pertemuan Ke-2

aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran
dipertemuan
ke-1
ataupun pertemuan ke-2 bervariasi,
dimana pada pertemuan kedua
persentase rata-rata setiap indikatornya
mengalami peningkatan. Persentase
tertinggi terdapat pada dimensi konten
tentang pemahaman konsepdan pada
dimensi proses tentang mengenal
pertanyaan ilmiah dan identifikasi bukti
yaitu 80.50% dan persentase terendah
pada
dimensi
proses
menginterpretasikan
bukti
dan
mengkomunikasikan kesimpulan yaitu
64.50%.
Berdasarkan gambar 4.3 jika
dilihat dari seberapa besar peningkatan
persentasenya, yang
mengalami
peningkatan paling tinggi yaitu pada
dimensi
proses
tentang
menginterpretasikan
bukti
dan
mengkomunikasikan kesimpulan yaitu
sebesar 15%. Data-data di atas
mengemukakan bahwasanya siswa

21,46

20

11,84 12,52

0
pretest
eksperiment

posttest
kontrol

Gambar 2 Grafik Perbandingan Ratarata Pretest dan Posttest Kemampuan
Literasi Sains Siswa

Berdasarkan gambar 2 dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan
dilihat dari rata-rata nilai pretest kelas
eksperimen yaitu 11,84 dan kelas
kontrol sebesar 12,52. Nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen mencapai 28
dan kelas kontrol 21,46. Gambaran
grafik diatas mengindikasikan bahwa
nilai posttest dari kelas eksperimen dan
kelas kontrol mengalami peningkatan
dengan postest kelas eksperimen jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
postest kelas kontrol.
1

0,57

0,31

0
eksperimen

kontrol

Gambar 3. Grafik Perbandingan RataRata N-gain

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

5

Berdasarkan gambar 3 diketahui
bahwa perolehan rata-rata nilai N-gain
pada kelas eksperimen mencapai 0,57
dengan kategori “sedang”, dan kelas
kontrol nilai N-gain mencapai 0,31
juga dengan kategori “sedang”.
Gambaran
grafik
diatas
mengindikasikan
bahwa
terdapat
perbedaan peningkatan yang signifikan
antara kelas ekperimen dengan kelas
kontrol. Nilai N-gain yang diperoleh
kelas
eksperimen
lebih
tinggi
dibandingkan dengan nilai N-gain kelas
kontrol (0,57 > 0,31). Di bawah ini
adalah tabel perbandingan kategori Ngain kelas eksperimen dan kelas
kontrol jika dilihat per-kriterianya.

N-Gain
43

Jumlah siswa

50

kontrol
eksperiment

30
20
0

6

1

0
tinggi

sedang
Kriteria

rendah

Gambar 4 Perbandingan Kategori Ngain Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol

Gambar 4 memperlihatkan bahwa
dari ketiga kategori tampak N-Gain
tiap criteria pada kelas eksperimen
lebih tinggi dari kelas control. Hal
tersebut menunjukan bahwa kategori
nilai N-gain (peningkatan) siswa kelas
eksperimen selalu lebih unggul dari
kelas kontrol. Kecuali, pada kriteria
“rendah” kelas kontrol jauh lebih
mendominasi. Nilai N-gain terbanyak
baik pada kelas eksperimen dan kelas
control yaitu pada kategori “sedang”,
artinya rata-rata peningkatan literasi
sains siswa dalam proses pembelajaran
tidak terlalu tinggi yaitu < 0.71 dan
tidak terlalu rendah > 0.30. Dengan
kata lain rata-rata peningkatan siswa

terkonsentrasi di angka antara 0,31 –
0,70.
Rata-rata Kemampuan Literasi
Sains Perdimensi
eksperiment
9,58
8,54

Kontrol

9,1

9,32
6,54

6,4
4,88
4,14

4,04
3,58

4,12
3,72

Gambar 5 Grafik Perbandingan RataRata Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol PerDimensi Literasi Sains

Gambar
5
menunjukkan
bahwasannya Nilai pretest dimensi
konten memiliki rata-rata tertinggi jika
dibandingkan dengan dimensi proses
dan konteks baik pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol.
Rata-rata pretest terrendah untuk kelas
eksperimen yaitu pada aspek proses
dengan rata-rata 3,58 dan kelas kontrol
pada aspek konteks, yaitu 3,72. Ratarata pretest kemampuan perdimensi
literasi sains siswa jika diurutkan dari
yang terbesar hingga terkecil adalah
sebagai berikut: urutan pretest kelas
eksperimen yaitu konten > konteks >
prosses. Sedangkan urutan pretest kelas
kontrol yaitu konten > prosses >
konteks. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kemampuan awal siswa baik
pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol bertumpu pada aspek konten.
Nilai
rata-rata
posttest
kemampuan literasi sains perdimensi
untuk kelas eksperimen lebih tinggi
jika dibandingkan dengan nilai rata-rata
posttest kelas kontrol. Rata-rata nilai

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

6

Rata-Rata N-Gain Literasi Sains
Perdimensi
0,80
0,60

0,61

0,59

0,51

0,42

0,26

0,24

0,40
0,20
0,00
konten

proses

eksperimen

konteks
kontrol

Gambar 6. Grafik Perbandingan RataRata N-Gain Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Per-Dimensi Literasi
Sains

Berdasarkan gambar 6 diketahui
bahwa
rata-rata
N-Gain
kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas
kontrol. N-gain tertinggi pada kelas
eksperimen ada pada dimensi konten
sebesar 0,61 (kategori sedang),
sedangkan N-Gain terendah pada
dimensi konteks sebesar 0,51 (masih
dalam kategori sedang). Kelas kontrol
rata-rata N-Gain tertinggi juga ada
pada dimensi konten sebesar 0,42
(kategori sedang) dan yang paling

rendah terdapat pada dimensi proses
dengan rata-rata 0,24 (kategori rendah).
Gambaran grafik dan angka diatas
mengindikasikan bahwa kemampuan
literasi
sains
yang
menduduki
persentase tertinggi baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol
adalah dimensi konten sains.
Table 2 Hasil Uji Normalitas Literasi
Sains Keseluruhan
Tests of Normality
Kolmogorovkelas

Smirnova
Statistic

df

Shapiro-Wilk
Sig.

Ket.

Statistic df Sig.

eksperimen

.120

50

.069

.962 50 .103

Kontrol

.098

50 .200*

.961 50 .097

Nor
mal

posttest perdimensi kelas eksperimen
yaitu aspek konten 9.58, aspek proses
9.10, dan aspek konteks 9.32. Nilai
rata-rata posttest perdimensi untuk
kelas kontrol yaitu dimensi konten
8,54, dimensi proses 6,4, dan dimensi
konteks 6,54. Dengan demikian dapat
disimpulkan untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol, keduanya mengalami
peningkatan kemampuan literasi sains,
tetapi berdasarkan peningkatan nilai
rata-rata dari pretest dan posttest
terlihat bahwa kelas eksperimen
mengalami peningkatan jauh lebih
tinggi dari pada kelas kontrol terutama
pada aspek proses. Dibawah ini
merupakan grafik perbandingan ratarata N-gain per dimensi literasi sains
antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.

a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan
hasil
Uji
Normalitas
dengan
menggunakan
SPSS
V.17,0
dengan
tingkat
kepercayaan α = 0,05 diperoleh nilai
signifikansi (Sig.) baik pada uji
Shapiro Wilk (Liliefors) Sig. 0.103
untuk eksperimen dan 0,097 untuk
kontrol dan uji Kolmogorov-Smirnov
sig.Eksperimen 0,069 dan sig. kontrol
0,200. Secara keseluruhan baik pada
kelas control maupun eksperimen Sig.
> 0,05, artinya data berdistribusi secara
Normal pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Table 2 Hasil Uji Homogenitas Literasi
Sains Keseluruhan
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean
Based on Median
Based on Median
and with adjusted
df
Based on trimmed
mean

3.901

1

98 .051

3.582

1

98 .061

3.582

1 97.3 .061
89

3.681

1

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

98 .058

Ket.

H
o
m
o
g
e
n

7

Tabel 2 memperlihatkan hasil uji
SPSS V.17, dengan menggunakan uji
Levene diketahui bahwa nilai Sig.
Sampel semuanya berada diatas 0,05
(sig > 0,05) yang artinya data
berdistribusi
homogen.
Kesimpulannya, data test kemampuan
Literasi sains siswa berasal dari
populasi yang memiliki varian yang
sama.
Table 3 Hasil Uji Hipotesis dengan
Independet Sample T Test
Group Statistics
Kelas

Std.
Std.
Error
N Mean Deviation Mean

eksperimen
kontrol

50 .5716

.12523 .01771

50 .3104

.15626 .02210

Rata-rata pretest

Independent Samples Test
t-test for Equality
of Means
Levene's Test
for Equality of 95% Confidence
Variances
Interval of the
Difference
F
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed

Sig.

3.901

Upper

.051

Lower

.20500

.31740

.20497

.31743

t-test for Equality of Means
t

df

Sig. (2Mean
Std. Error
tailed) Difference Difference

9.223 98
9.223 93.5
62

.000
.000

.26120
.26120

Berdasarkan hasil uji pada
table di atas diperoleh nilai F yang
mengansumsikan bahwa kedua varian
sama adalah 3.901 dengan nilai t =
9.223 dengan derajat kebebasan (df) =
n1 + n2 -2 = (50 + 50 – 2 = 98). α =
0,05 diperoleh Sig. 0,000. Karena
Sig. 0,000 < 0,05 dengan demikian
Ho ditolak atau dengan kata lain Ha
diterima, artinya terdapat perbedaan
signifikan antara literasi sains siswa
yang
menggunakan
model
pembelajaran inkuiri dengan yang tidak
menggunakan model pembelajaran
inkuiri / metode ceramah. Ini
menunjukkan
bahwa
penggunaan
model pembelajaran inkuiri lebih baik
daripada
menggunakan
metode
ceramah.

.02832
.02832

Hipotesis :
Ho = Tidak terdapat perbedaan
peningkatan yang signifikan antara
literasi sains siswa kelas eksperimen
dengan kelas kontrol

12,55

11,93

10,64

Kel.atas

Kel.tengah Kel.bawah

Gambar 7 Grafik Perbandingan RataRata Pretest Perkelompok Pada Kelas
Eksperimen

Berdasarkan Gambar 7 grafik
perbandingan nilai rata-rata pretest
menunjukan perbedaan hasil pretest
antar kelompok dalam kelas yang
menggunakan
model pembelajaran
inquiri. Hasil analisis data secara
deskriptif menunjukkan kelompok
tengah memperoleh nilai rata-rata
pretest tertinggi yaitu 12.55, dan
kelompok atas memperoleh nilai ratarata pretest terrendah yaitu 10,64 jika
dibandingkan kelompok bawah dengan
rata-rata11,93.

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

8

95% Confidence Interval for Mean

40,00
30,00
20,00
10,00
0,00

31,36

28,32

24,14

Lower Bound

max

Upper Bound

.6592
.5618
.3754
.5360

.7565
.5882
.4846
.6072

min

.88
.63
.52
.88

.63
.52
.18
.18

Tabel 4 Hasil Rata-rata Nilai N-Gain
Per-Kelompok pada Kelas Eksperimen
Gambar 8 Grafik Perbandingan RataRata Posttest Per-Kelompok pada Kelas
Eksperimen

Berdasarkan Gambar 8 grafik
perbandingan nilai rata-rata posttest
menunjukan, perbedaan hasil posttest
antar kelompok dalam kelas yang
menggunakan model pembelajaran
inquiri. Secara deskriptif hasil data
menunjukkan, pembelajaran biologi
setelah menggunakan pembelajaran
inquiri untuk meningkatkan Literasi
sains pada
kelompok
atas
memperoleh nilai rata-rata pretest
tertinggi
(31.36) dibandingkan
kelompok
tengah
(28.32)
dan
kelompok bawah (24.14). grafik diatas
menggambarkan bahwa semakin tinggi
kelompok semakin
tinggi
nilai
posttestnya. Artinya, siswa kelompok
atas sangat cocok belajar konsep
system imun dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri, karena
berdasarkan grafik 8 kelas atas yang
sebelumnya memiliki nilai rata-rata
terkecil melaju pesat pada rata-rata
hasil posttest yang tampak pada grafik
7. Dilihat dari uji anova dengan
menggunakan
software
spss-pun
tampak:
N
kelas atas
kelas tengah
kelas bawah
Total

14
22
14
50

Std.
Mean Deviation

Std.
Error

.7079
.5750
.4300
.5716

.02254
.00637
.02529
.01771

.08432
.02988
.09462
.12523

Berdasarkan tabel 4 Hasil N-Gain
kelompok atas, kelompok tengah dan
kelompok bawah menunjukan bahwa
semakin tinggi kelompok, nilai ratarata n-gain menunjukan peningkatan.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic

df1

7.610

2

df2

Sig.

Ket.

47 .001 Heterogen

Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas
Perkelompok pada Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 5 hasil uji
homogenitas menunjukkan angka
Levene Test diperoleh nilai 7.610 dan
nilai Sig. 0,001 < 0,05. Nilai
signifikansi 0,001 mengindikasikan
bahwa H0 ditolak yang berarti varian
antar kelompok atas, kelompok tengah,
dan kelompok bawah adalah heterogen
(relative berbeda).
Sum of
Squares
Between
Groups

(Combined)

.541

Linear
Term

Unweighted

.540

Weighted

.540

Deviation

.000
.228
.768

Within Groups
Total
Mean
Square

df
2
1
1
1
47
49

.270
.540
.540
.000
.005

F

Sig.

55.851
111.608
111.608
.094

Tabel 6 Hasil Uji Anova

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

.000
.000
.000
.761

9

Berdasarkan tabel 6 hasil uji
Anova menunjukkan nilai Sig. 0,00 <
0,05 dan sig untuk deviasi 0,761 >
0,05. Perbedaan nilai signifikansi
mengindikasikan
bahwa
terdapat
perbedaan yang signifikan antara ketiga
sampel.

80%

100%
0% 0% 2%

18%

0%

Tabel 7 Hasil Uji Tukey
Mean
(I) peng- (J)
Difference
kelasan pengkelasan
(I-J)
Tukey
HSD

kelas atas kelas tengah
kelas bawah

.13286

*

.27786*
-.13286*

kelas
tengah

kelas atas

kelas
bawah

kelas atas

-.27786*

kelas tengah

-.14500*

kelas bawah

.14500*

95% Confidence
Interval
Std. Error

Sig.

Lower
Bound

Upper
Bound

.02379
.02630

.000
.000

.0753
.2142

.1904
.3415

.02379
.02379

.000 -.1904
.000 .0874

-.0753
.2026

.02630
.02379

.000 -.3415
.000 -.2026

-.2142
-.0874

Berdasarkan tabel 7 hasil Uji
Tukey menunjukkan bahwa perbedaan
rata-rata nilai tes yang signifikan ada
pada antar kelompok (perhatikan tanda
asterik).
Dimana
untuk
semua
kelompok memperoleh nilai Sig.
(0,000) < 0,05, sehingga Ho ditolak.
Ini berarti bahwa hasil rata-rata nilai tes
antar kelompok kelas
eksperimen
memiliki perbedaan, dan penerapan
model pembelajaran inquiri untuk
meningkatkan Literasi sains siswa
cocok digunakan untuk kelompok atas,
tengah, dan kelompok bawah.

Gambar 9 Grafik Respon Siswa
Terhadap Pernyataan Angket

Berdasarkan gambar 9 mengenai
grafik respon angket siswa pada
penerapan model pembelajaran inquiri
di MAN Babakan Ciwaringin, dapat
diketahui bahwa hasil dari 50
responden, 2% siswa merespon cukup
terhadap model pembelajaran, 80%
siswa merespon kuat, dan 18% siswa
merespon sangat kuat terhadap
pernyataan angket mengenai model
pembelajaran inquiry dalam rangka
meningkatkan literasi sains. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan respon siswa terhadap
penerapan model pembelajaran inkuiri
adalah kuat dengan presentase rata-rata
yaitu sebesar 80%. Adapun 20
pernyataan pada angket terdiri dari 15
pernyataan positif dan 5 pernyataan
negatif. Selain itu, dari hasil respon
siswa kitapun dapat mengetahui
keefektifan suatu model dalam
meningkatkan suatu kemampuan siswa.
Analisis responden berdasarkan pada
masing-masing item pernyataan, dapat
dilihat dari rekapitulasi perhitungan
angket pada tabel berikut:

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

10

No. Item Positif dan Negatif (*)
100%
50%

19

17*

15

13

11

9*

7

5

3

1*

0%

No. Item Pernyataan

Gambar 10 Grafik Rekapitulasi Hasil
Angket Pernyataan Positif dan
Pernyataan Negatif

Berdasarkan
Gambar
10
mengenai Grafik Rekapitulasi Hasil
Angket
Pernyataan
Positif dan
Pernyataan Negatif tanda asterisk pada
sumbu X mengidentifikasi bahwa item
pernyataan bersifat negative, dimana
pedoman
penilaian
untuk
item
pernyataan negative adalah 5 jika
sangat tidak setuju terhadap pernyataan
negative dan bernilai 1 jika sangat
setuju terhadap pernyataan negative.
Berdasarkan gambar grafik diatas
tampak dari 20 pernyataan dalam
penerapan pembelajaran inquiri untuk
meningkatkan literasi sains terdapat 2
item pernyataan yaitu pada item nomor
15 dan 16 yang presentasinya 81% 100% dikategorikan “sangat kuat”.
Item sisanya berkategori “kuat” yaitu
persentase 61% - 80%. Artinya
pembelajaran
inkuiri
mendukung
dalam hal meningkatkan literasi sains
siswa, terutama dalam meningkatkan
hal dalam item soal no. 15 dan 16.
KESIMPULAN
1. Aktivitas siswa pada pertemuan
pertama terbilang rendah kecuali
pada aspek konten, sedangkan tiap
dimensi
literasi
sains
pada

pertemuan
kedua
mengalami
peningkatan,
dan
peningkatan
persentase tertinggi yaitu pada
dimensi proses. Ini menjelaskan
bahwa melalui pembelajaran inquiri
kemampuan aspek literasi siswa
siswa
mengalami
peningkatan
dikarenakan adanya proses pelatihan
/ kegiatan inquiri yang berulang.
2. Terdapat perbedaan peningkatan
literasi sains siswa yang signifikan
antara kelas yang menerapan model
pembelajaran inquiri dan kelas yang
tidak
menerapkan
model
pembelajaran inquiri.
3. Respon siswa terhadap penerapan
model
pembelajaran
inquiri,
sebagian besar termasuk dalam
kategori kuat yaitu rata-rata sebesar
73,50%. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa memberikan respon
yang baik terhadap penerapan model
pembelajaran inquiri pada konsep
sistem pertahanan tubuh.
Daftar Pustaka
Hayat, Bahrul, Suhendra Yusuf. 2010.
Benchmark Internasional Mutu
Pendidikan.
Jakarta:
Bumi
Aksara.
OECD. 2013. PISA 2012 Assessment
and Analytical Framework:
Mathematics, Reading, Science,
Problem Solving and Financial
Literacy: OECD Publishing.
Rooney, Caitriona. 2012. How am I
using Inquiry-Based Learning to
Improve My Practice and to
Encourage
Higher
Order
Thinking among My Students of
Mathematics?. Ireland. Dublin
City University.
Toharudin,
Uus,.
dkk.
2011.
Membangun literasi sains peserta
didik. Bandung: Humaniora.

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015