TINJAUAN KESEL ARASAN SUMBERDAYA MANUSIA

Seminar Nasional
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013
ISBN: XXXXXX

18.TINJAUAN KESELARASAN SUMBERDAYA MANUSIA SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA
Studi Kasus : Fullfillment Index Sektor Perkebunan
Di Kabupaten Merauke – Papua
Aldon Sinaga1), Umi Rofiatin, Asnah2), dan Warter Agustim3)
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi,
1
Jl. Telaga Warna Blok C – Tlogomas – Malang 65144
(E-mail : aldon.sinaga@unitri.ac.id / a_sinaga@hotmail.com)
ABSTRAK
Sebagai negara Agraris, sektor pertanian Indonesia merupakan sektor penting yang tumbuh sangat
pesat seiiring pertumbuhan penduduk. Sektor pertanian saat ini harus menopang kebutuhan pangan,
manufaktur hingga energi masa depan. Hal ini membuat sektor pertanian menjadi sektor yang sangat
penting bagi ketahanan bangsa.
Guna memastikan ketahanan , daya dukung sumberdaya alam dan infrastruktur harus diimbangi
dengan ketersediaan sumberdaya manusia pengelola yang kompeten, dengan kualifikasi dan jumlah yang

cukup untuk menjamin bertumbuh kembangnya sektor ini.
Permasalahan sumberdaya manusia dalam bidang pertanian adalah beralihnya sumberdaya manusia
pertanian ke luar bidang pertanian, serta rendahnya minat generasi muda dalam bidang pertanian. Hal ini
ditunjukkan dengan menurunnya jumlah sekolah menengah bidang pertanian serta menurunnya keberadaan
Lembaga Kursus dan Pelatihan bidang pertanian.
Akibat permasalahan tersebut, pertanyaan yang muncul adalah seberapa sesuaikah sumberdaya
manusia yang bekerja di sektor pertanian saat ini. Nilai Kesesuaian yang diperoleh akan dapat digunakan
untuk menduga tingkat kebutuhan sumberdaya manusia untuk mencapai kesesuaian yang tinggi.
Studi ini adalah salah satu bagian dalam Program Nasional Penyelarasan Pendidikan dan Dunia Kerja,
yang bertujuan; Memperoleh informasi yang akurat tentang kesesuaian sumberdaya manusia berdasarkan
kebutuhan dunia kerja dibidang perkebunan wilayah Kabupaten Merauke – Papua
Data diperoleh dari survey pada 16 perusahaan perkebunan yang beroperasi di Kabupaten Merauke.
Perhitungan kesesuaian di duga melalui rumusan Fullfillment Index (FI). Analisis menggunakan analisis
Deskriptif.
Hasil analisa data yang dilakukan memberikan kesimpulan bahwa Fullfilment Index (FI) beberapa
bagian dalam perusahaan cenderung tinggi terutama pada bagian Gudang (0,84), dan Peralatan (0.78). FI
cenderung rendah untuk bagian Produksi (0,67), General Affair (0,67) dan Personalia (0.54).
Kata Kunci : keselarasan, fullfillment index, sumberdaya manusia
ABSTRACT
Indonesia has experienced the importance role of agricultural sector which developed very rapidly as

population growth. The agricultural sector should sustain the needs of food product, manufacture and also
energy for the future.
The shift of HR‟s from agricultural, to other sector outside agricultural is an Important agricultural
issues. Another issues is decreasing of youth interest in agriculture. This fact has shown as decreasing
number of agriculture vocational school and declining presence of agricultural training institute.
The question arises on how consisten is HR which work in the agricultural sector today. Alignment Index
obtained can be used to predict the level of HR requires meet the demands.

117

Seminar Nasional
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013
ISBN: XXXXXX
The research aimed to get an accurate information about the suitability of HR‟s based on the workforce
demands in plantation operates at district of Merauke – Papua. Data obtained from 16 companies operated in
the Merauke district. The Alignment of HR‟s has calculated through the Fullfillment Index (FI). Descriptive
statistics has used analyze the data Results shows that some division of the company tends to have high
alignment, ie :
warehouse/purchasing (0.84) and engineering (0.78). Otherwise FI tends to be low for Production division

(0.67), General Affair (0.67) and Personnel (0:54).
Key Words : Alignment, Fullfillment Index, Human Resource
PENDAHULUAN
Pengangguran dan kualitas angkatan kerja merupakan permasalahan yang masih mengemuka di
Indonesia. Jumlah angkatan kerja yang besar dan penerimaan pasar tenaga kerja yang rendah mendorong
pertumbuhan pengangguran yang tinggi. Sepanjang tahun 2011 hingga 2012 tercatat angkatan kerja
tumbuh dari 111,8 juta orang menjadi 114,2 juta orang.
Pertanian merupakan sektor penting dalam menyerap tenaga kerja Indonesia. Data FAO dalam
menunjukkan bahwa hingga tahun 2010 47-57% populasi di Asia hidup dari bidang pertanian sebagai
sumber pendapatan. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia dimana jumlah rumah tangga yang hidup dari
sektor pertanian mencapai 58% (FAO, 2010)
Sumberdaya manusia di bidang pertanian memiliki peran yang penting bagi masa depan pertanian
Indonesia. Besarnya jumlah penduduk yang menggantungkan diri dalam bidang pertanian serta sistem
pertanian padat karya menyebabkan sektor ini sangat bergantung pada keterlibatan sumberdaya manusia.
Ketergantungan pada sumberdaya manusi tidak diikuti oleh pertumbuhan pasokan sumberdaya
manusia pertanian. Merujuk studi yang dilakukan Sjafrida dan Firdaus (2009 dalam Firdaus (2013)) dalam
kurun waktu lima tahun terakhir terjadi penurunan minat siswa untuk belajar di perguruan tinggi dalam
bidang pertanian. Bidang pertanian hanya dipilih oleh 12% peserta seleksi masuk perguruan tinggi, jumlah
ini jauh di bawah bidang MIPA dan sosial.
Berbeda dengan keadaan berbagai industri, permasalahan terbatasnya sumberdaya manusia justru

terjadi pada sektor pertanian. Firdaus (2013) menyatakan komposisi sumberdaya manusia yang
berpendidikan sarjana hanya mencapai 0,1%, Diploma 0,2% dan Sekolah Mengnengah Atas 7%. Dengan
kata lain bila sektor ekonomi lain mengalami berlimpahnya sumberdaya manusia, kelangkaan sumberdaya
manusia justru terjadi pada sektor pertanian. Hal ini menunjukkan salah satu bentuk ketidakselarasan antara
ketersediaan pasokan sumberdaya manusia dengan permintaan sektor pertanian tidak hanya dalam dimensi
jumlah tetapi juga dalam dimensi kualitas dan kesesuaian sumberdaya manusia.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memetakan kebutuhan / permintaan sumberdaya manusia bagi usaha perkebunan di Merauke,
berdasarkan dimensi kuantitas, kualitas, waktu dan tempat.
2. Mengukur indeks kesesuaian / fullfillment index berbagai bidang pekerjaan dalam usaha perkebunan di
Merauke.
METODOLOGI
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Merauke, pada tanggal 1 Juli – 15 Desember 2012. Fokus
kajian yang dipetakan didasarkan pada Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembanguna Ekonomi
Indonesia (MP3EI) untuk Papua dan Maluku, yang menekankan wilayah ini sebagai pusat pengembangan
Pangan, Perikanan, Energi dan Pertambangan. Papua dan Maluku memiliki 5 kegiatan ekonomi utama, yaitu
: Pertanian Pangan, Perikanan, Tambang Tembaga, Nikel dan Migas.
Obyek Penelitian adalah usaha perkebunan yang beroperasi di Merauke, yang diperoleh dari
Populasi seluruh usaha Sektor Pertanian - Perkebunan di Merauke. Jumlah elemen industri perkebunan

dalam wilayah penelitian tidak banyak, untuk itu responden diambil dari keseluruhan populasi usaha
perkebunan yang telah beroperasi atau memperoleh ijin operasi.
Variabel utama yang diamati dan dianalisa adalah empat dimensi permintaan tenaga kerja yaitu
dimensi kuantitas, kualitas, lokasi dan waktu. Keempat dimensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Dimensi Kuantitas, variabel yang diamati adalah; Jumlah tenaga kerja berdasarkan departemen dan level

118

Seminar Nasional
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013
ISBN: XXXXXX
jabatan
b. Dimensi Kualitas, variabel yang diamati adalah Jumlah tenaga kerja berdasarkan (1) jenjang pendidikan
dalam kelompok level jabatan, (2) pengalaman saat diterima masuk pada kelompok level jabatan,
c. (3) keterampilan / pemilikan sertifikasi baik profesi, keterampilan maupun kursus dalam kelompok level
jabatan
d. Dimensi Lokasi, variabel yang diamati adalah Jumlah tenaga kerja berdasarkan; (1) area industry, (2).
wilayah asal pendidikan.
e. Dimensi Waktu, variabel yang diatati adalah Jumlah tenaga kerja yang diminta berdasarkan pengalaman

kerja dan (2). Proyeksi kebutuhan tenaga kerja waktu mendatang dalam masing-masing area industri
dan level jabatan
Mengukur kesesuaian / fullfilment Index dikumpulkan data Persepsi Industri mengenai kesesuaian
kompetensi SDM dengan pekerjaan yang dilaksanakan / ditugaskan. Mengukur kesesuian kompetensi SDM
digunakan ukuran / indeks yang dikenal dengan Fullfillment (FI). FI merupakan pengukuran indeks
kesesuaian yang didasarkan pada dua dari empat dimensi kesesuaian yaitu ; tempat/lokasi, dan kompetensi.
Perhitungan dilakukan dengan asumsi sebagai berikut :
a. Penetapan bobot untuk kompetensi (k) yang dilakukan dengan pedoman sebagai berikut
 Kompetensi Sangat sesuai = 1
 Kompetensi Kurang sesuai = 0,5
 Kompetensi Tidak sesuai
= 0,1
b. Penetapan bobot untuk lokasi (l) dilakukan dengan pedoman sebagai berikut
 Dalam kota
=1
 Dalam Propinsi
= 0,67
 Luar Propinsi
= 0,33
 Luar Negeri

= 0,1
c. Perhitungan nilai fullfillment index yang dilakukan dengan perhitungan

Dimana :

1.
2.
3.
4.

FI = Fillfillment indeks
l = indeks lokasi
k = indeks kompetensi
D= Permintaan kompetensi
perusahaan pada posisi i
Metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini adalah Analisis
Deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dimensi Kuantitas Permintaan Sumberdaya Manusia Perkebunan
Secara umum perusahaan perkebunan merupakan kegiatan usaha yang padat karya. Hal ini

disebabkan berbagai pekerjaan dalam tahapan usaha perkebunan masih banyak yang tidak dapat digantikan
oleh peralatan modern.
Rata-rata sebagian besar tenaga kerja perkebunan (83%) ada pada jenjang operator, 10%
supervisor dan 7% manajer (Gambar 1.). Untuk beberapa perusahaan yang telah beroperasi optimal,
bahkan memiliki komposisi operator lebih dari 90% dari seluruh tenaga kerja.
Manajer
7%

Supervisor
10%

Operator
83%

Gambar 1.

Sebaran Posisi Tenaga Kerja dalam Perusahaan Perkebunan

119


Seminar Nasional
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013
ISBN: XXXXXX
Secara umum perusahaan perkebunan yang beroperasi di Merauke memiliki 5 departemen. Penamaan dan
pengelompokan departemen ini didasarkan pada aktivitas dalam perusahaan yaitu; (a.) Departemen
Produksi / Plantation, (b.) Departemen HRD / Personalia, (c.) Departemen Gudang dan purchasing, (d.)
Departemen Engineering / Peralatan dan (e.) Departemen General Affair / Legal / Umum. Setiap perusahaan
memiliki pola dan komposisi SDM berbeda-beda pada masing-masing departemen sesuai kebutuhan dan
aktivitas masing-masing perusahaan. Diantara kelima departemen, Departemen produksi merupakan
departemen yang memiliki sumberdaya manusia terbanyak (86%). Depertemen yang peling sedikit memiliki
SDM adalah departemen Purchasing / Gudang (1%) dan Personalia (2%). Sementara Departemen General
Affair/ Legal dan Peralatan atau enggineering memiliki komposisi SDM berturut-turut 4% dan 10% (Gambar
2.).
100%

83%

80%
60%

40%
20%

2%

10%

4%

1%

0%
Plantation / Personalia Gudang / Peralatan / General
Produksi
Purchasing Engineering Affair / Legal

Gambar 2.

Sebaran Tenaga Kerja pada departemen dalam Perusahaan Perkebunan


Dimensi Kualitas Permintaan Sumberdaya Manusia Perkebunan
Pendidikan merupakan indikator penting untuk mengukur kualitas sumberdaya manusia.
Pendidikan umumnya digunakan dalam menentukan jabatan maupun bidang yang di tugaskan pada tenaga
kerja. Hasil penelitian menunjukkan beberapa posisi tertentu dipersyaratkan tingkat pendidikan tertentu dan
dengan keterampilan tertentu.
Sebaran pendidikan tenaga kerja dalam seluruh perusahaan perkebunan didominasi oleh tenaga
kerja dengan pendidikan SMP/SD (71%). Hanya sebagian kecil berpendidikan SMK (9%), SMA (8%),
Sarjana (9%) dan D3 (2%) (Gambar 3.). Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebagian bear sumberdaya
manusia perkebunan berpendidikan rendah dan tidak memiliki latar belakang bidang perkebunan / pertanian.
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

71%

9%
0%

Gambar 3.

0%

2%

0%

0%

8%

9%

Sebaran PendidikanTenaga Kerja dalam Perusahaan Perkebunan

Berdasarkan kelompok jabatan dalam perusahaan, sebaran pendidikan menunjukkan bahwa untuk
jenjang manajer, sebagian besar posisi manajer (92,6%), ditempati oleh lulusan sarjana, selebihnya adalah
S2 (3%) dan SMA sederajat (3%) serta D3 (3%). Semakin rendah jenjang, semakin rendah pula tingkat
pendidikan yang paling dominan. Hal ini ditunjukkan dengan dominannya jumlah tenaga kerja berpendidikan
Sekolah Menengah (54,5%) pada kelompok jenjang supervisor, serta dominannya tingkat pendidikan SMP
dan SD (83%) pada jenjang operator (Gambar 4.).

120

Seminar Nasional
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013
ISBN: XXXXXX
100%
80%
60%
40%
20%
0%

92%

3%
S2

S1

3%

3%

D3

SMA

0%

0%

SMK SMP/SD

Manajer

Gambar 4. Sebaran PendidikanTenaga Kerja pada level Manajer
Pendidikan SMK merupakan pendidikan yang paling tinggi diserap untuk posisi supervisor (43%).
Posisi ini memiliki berbagai tugas / pekerjaan seperti “junior agronomist”, “planting assistant” dan “junior
mechanics”. Untuk kelompok pendidikan ini, tenaga kerja diserap dari berbagai bidang ilmu seperti
pertanian, mekanisasi pertanian, perkebunan, mesin dan listrik. Posisi supervisor juga banyak diisi oleh
tenaga kerja sarjana (28%) dan SMA (20%).
Posisi / jenjang operator kebanyakan diisi oleh tenaga kerja SMP dan SD (85%). Kebanyakan
mereka bekerja pada bidang budidaya sebagai pelaksana penanaman, pemupukan, pengendalian hama
penyakit tanaman dan aktivitas budidaya lainnya. Pada beberapa pos, terdapat operator yang berpendidikan
SMK (6%) dan SMA (7%). Operator pada tingkatan ini bekerja untuk aktivitas operator alat berat, staf
pembibitan, pengumpul data dan lain-lain.
Bidang Ilmu dan Kesesuaian Bidang ilmu
Pada jenjang manajemen, terdapat variasi bidang ilmu yang cenderung lebih sempit. Pada Sektor
perkebunan manajer dituntut untuk memiliki latar belakang bidang pertanian atau perkebunan. Rentang
bidang ilmu ini semakin lebar pada kelompok supervisor dan operator. Hampir seluruh manajer perkebunan
perusahaan responden (90%) memiliki latar belakang pendidikan Pertanian / Perkebunan. Hanya 2
perusahaan yang dipimpin oleh manajer berlatar belakang Ekonomi, karena perusahaan tersebut belum
beroperasi dan masih dalam tahap pengurusan ijin.
Bidang pertanian dan perkebunan masih merupakan bidang yang paling dominan (74%)
menduduki posisi supervisor, selebihnya bidang ilmu yang dimungkinkan pada jenjang supervisor adalah,
Ekonomi (9%), Teknik Mesin (8%), Teknik Listrik / Elektronika (2%) dan Hukum (1%). Pada jenjang
operator, terdapat rentang bidang ilmu yang lebih lebar. Dengan beberapa bidang ilmu yang dimungkinkan.
Pada jenjang operator, tidak terdapat spesialisasi yang jelas. Karena kebanyakan berasal dari pendidikan
menengah pertama.
Kecakapan umum. Pada perusahaan perkebunan, kecakapan umum yang menonjol adalah
Bahasa Inggris, Komputer, Administrasi dan Safety (K3). Kecakapan ini berkaitan dengan kebutuhan
pekerjaan dan pengambilan keputusan manajemen. Penguasaan Komputer ditetapkan pada 32% posisi
tenaga kerja yang berada pada jenjang manajemen hingga supervisor dan sebagian operator.
Penguasaan bahasa Inggris ditetapkan hingga tingkat supervisor. Hal ini berkaitan dengan penguasaan SDM
pada instruksi, administrasi dan pedoman penggunaan peralatan / mesin yang sebagian besar berbahasa
Inggris.
Terdapat perbedaan kecakapan yang dituntut dalam tiap jenjang jabatan. Pada jenjang manajer,
kecakapan umum yang dikuasi oleh tenaga kerja adalah Bahasa Inggris (22%), Komputer (14%) dan
administrasi (3%).Tidak jauh berbeda pada tingkat supervisor yang memiliki komposisi penguasaan
kecakapan umum Bahasa Inggris (15%), Komputer / ITC (8%), dan adinistrasi (8%). Untuk operator,
tampak tidak diperlukan kecakapan umum seperti bahasa inggris dan komputer yang keduanya hanya
dikuasai oleh kurang dari 1% tenaga kerja tingkat operator.
Pemenuhan kecakapan khusus perusahaan Perkebunan menunjukkan nilai yang rendah, terutama
berkaitan dengan keterampilan standar pada bidang kerja / task yang dibebankan pada SDM. Diantara
kecakapan khusus yang dipersyaratkan yang menonjol adalah Perkebunan / budidaya (42%), Mesin /
Peralatan dan Alat Berat (20%), dan Manajemen Perkebunan (20%). Ketiganya merupakan kecakapan
khusus pada Departemen Produksi / Plantation. Pemenuhan kecakapan khusus pada Departemen Produksi /
Plantation berturut-turut adalah Perkebunan / budidaya (3,9%), Mesin / Peralatan dan Alat Berat (2.2%),
dan Manajemen Perkebunan (1,8%) Lemahnya pemenuhan kecakapan khusus yang dipersyaratkan

121

Seminar Nasional
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013
ISBN: XXXXXX
perusahaan, menyebabkan perusahaan melatihkan kecakapan tersebut secara mandiri maupun bekerjasama
dengan pusat / balai pelatihan. Kecakapan tentang mesin, peralatan serta keselamatan kerja, merupakan
kecakapan yang umumnya dilakukan melalui kerjasama program pelatihan. Kerjasama ini biasanya
melibatkan Balai Latihan Kerja sebagai Fasilitator dan Perusahaan pemegang merek peralatan sebagai pelatih
/ mentor.
Pemenuhan kecakapan manajer perkebunan adalah; aspek manajemen perkebunan (30%),
Teknologi Proses dan Produksi (22%) serta Alat berat (14%). Selebihnya terdapat kecakapan terutama
penguaasaan komoditi, mesin / mekanisasi pertanian (Gambar 5).

Gambar 5.

Keamanan

Safety / K3

Mengemudi

Hukum / Perijinan

AMDAL

Ketenagakerjaan

Perpajakan

Survey / Pemetaan

Akuntansi / Keuangan

Alat Berat

Listrik / Elektronika

Mesin / Mekanisasi …

Komoditi Perkebunan

Manajemen …

Teknologi Proses / …

35% 30%
30%
22%
25%
20%
14%
11%11%
15%
10%
3%
3% 3% 3%
0% 0% 0% 0%
0%0%
5%
0%

Sebaran Kecakapan Khusus SDM dalam perusahaan Perkebunan pada jenjang Manajer.

Supervisor perkebunan saat ini menguasai kompetensi khusus manajemen perkebunan dan keuangan /
akuntasi (12%), teknologi proses / proses produksi (10%), serta Mesin / Mekanisasi pertanian (8%) (Gambar
6).
Pada jenjang operator, sangat sedikit kompetensi khusus yang dimiliki sumberdaya manusia.
Kompetensi khusus yang yang menonjol pada jenjang oerator adalah mengemudi, mesin dan mekanisasi
pertanian serta keamanan (Gambar 7).
12%

12%
10%
8%

8%
6%
4%
2%

4% 4%
2%

2% 2% 2%

Keamanan

Mengemudi

Safety / K3

Hukum / Perijinan

Ketenagakerjaan

AMDAL

Perpajakan

Akuntansi / Keuangan

Survey / Pemetaan

Listrik / Elektronika

Alat Berat

Mesin / Mekanisasi …

Manajemen Perkebunan

Teknologi Proses / …

0% 0% 0% 0% 0%

0%

Komoditi Perkebunan

14%
12%
10%

Gambar 6. Sebaran Kecakapan Khusus SDM dalam perusahaan Perkebunan pada jenjang supervisor.

122

Seminar Nasional
Penerapan Ilmu Sistem dan Kompleksitas Dalam Pengembangan Agribisnis Nasional
Jatinangor, 16 November 2013
ISBN: XXXXXX
2%

1%

1%

0%

0%

0%

Keamanan

Safety / K3

Mengemudi

Hukum / Perijinan

AMDAL

Ketenagakerjaan

Perpajakan

Survey / Pemetaan

0% 0% 0% 0% 0%
Akuntansi / Keuangan

Alat Berat

Listrik / Elektronika

0% 0% 0%
Mesin / Mekanisasi …

Teknologi Proses / …

Komoditi Perkebunan

0%
Manajemen Perkebunan

2%
2%
1%
1%
1%
1%
1%
0%
0%
0%

Gambar 7. Sebaran Kecakapan Khusus SDM dalam perusahaan Perkebunan pada jenjang operator.
Kesesuaian pendidikan serta kecakapan dengan posisi yang diduduki merupakan indikator seberapa
diperlukan kecakapan tertentu dalam menunjang posisi dan pekerjaan SDM. Kesesuaian yang tinggi
diperoleh pada tingkat / jenjang manajer. Sedang pada jenjang operator, kesesuaian cenderung rendah.
Hal ini dapat dimengerti karena dalam perusahaan perkebunan pada jenjang yang lebih rendah, diaggap
tidak memerlukan persyaratan kesesuaian bidang ilmu dan kecakapan khusus.
Soft Skills penting yang diminta oleh usaha perkebunan adalah Disiplin dan Jujur. Sikap ini
merupakan sikap yang disetujui harus dimiliki oleh semua SDM perkebunan. Keinginana belajar, bekerja
dibawah tekanan dan memiliki ketahanan bekerja dilingkungan yang tidak menyenangkan dan bekerja dalam
ritme yang rutin merupakan kelompok softskills penting pula.
Dimensi Waktu Permintaan SDM Usaha Perkebunan
Pengalaman, Pengalaman sangat penting tampak untuk posisi Manajerial, di mana >85% posisi
ini memiliki pengalaman untuk pekerjaan / tugas yang sama sebelumnya. Untuk posisi Supervisor >65%
posisi yang ada memiliki pengalaman, dan semakin kecil (55%) untuk posisi Operator.
Perusahaan pada umumnya menegaskan pentingnya pengalaman pada berbagai jenjang. Manajer
terutama diharapkan diduduki oleh sumberdaya manusia dengan pengalaman 2 – 8 tahun. Posisi supervisor
diharapkan memiliki pengalaman antara 1-5 tahun. Sedang untuk tenaga operator, sering, pengalaman tidak
terlalu dibutuhkan (Sinaga dkk, 2011)

>5 tahun
4%

1-5 tahun
45%

5 tahun
1-5 tahun

40%

Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DENGAN TINJAUAN UNSTEADY DI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG (Kasus Tandon Mojolangu)

3 82 23

TINJAUAN STABILITAS JEMBATAN RANGKA BAJA TERBUKA DENGAN GARIS KERJA GAYA BATANG YANG TIDAK SENTRIS (Studi kasus pada model jembatan KJI : Apple Bridge)

3 34 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

TINJAUAN TENTANG ALASAN PERUBAHAN KEBIASAAN NYIRIH MENJADI MEROKOK DI KALANGAN IBU-IBU DI DUSUN TRIMO HARJO II KELURAHAN BUMI HARJO KECAMATAN BUAY BAHUGA KABUPATEN WAY KANAN

3 73 70

TINJAUAN PENETAPAN BIAYA REKENING PASANG BARU PRABAYAR KATEGORI RUMAH TANGGA PT PLN (PERSERO) AREA TANJUNG KARANG

2 56 70

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47

TINJAUAN GEOGRAFIS PERUMAHAN PRASANTI GARDEN DI KELURAHAN METRO KECAMATAN METRO PUSAT KOTA METRO TAHUN 2013

26 107 62

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG SISTEM PEWARISAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

3 35 57

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

3 52 68