Implikatur Anak Usia Empat Tahun KELIK W
MENDIDIK: Jurnal Kajian PendidikanImplikatur
dan Pengajaran
Anak Usia Empat Tahun
Volume 2, No. 2, Oktober 2016: Page 152-160
KELIK WACHYUDI
P-ISSN: 2443-1435 || E-ISSN: 2528-4290
IMPLIKATUR ANAK USIA EMPAT TAHUN
Kelik Wachyudi 1
ABSTRAK: Artikel ini mendeskripsikan implikatur anak usia empat tahun yang berbahasa
ibu bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bentuk tuturan implikatur
pada anak di usia empat tahun dan untuk mengetahui isi tuturan implikatur anak kecil yang
berusia empat tahun. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan studi kasus terhadap seorang anak kecil usia empat tahun dan berbahasa
ibu bahasa Indonesia. Hasil dari penelitian dan pembahasan menyimpulkan bahwa anak usia
empat tahun dengan bahasa ibu bahasa Indonesia sudah bisa menuturkan tuturan dengan
bentuk implikatur dengan variasi isi implikatur seperti penolakan ajakan, penolakan
terhadap permintaan, mengindahkan perintah, dan menyampaikan maksud. Tentu saja
dipenelitian lain hasilnya akan berbeda karena subjek penelitian bersifat kasuistik. Hasil dari
penelitian ini sekaligus menyokong penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alfino (2008)
terkait penelitian implikatur pada anak usia tiga tahun dengan bahasa ibu yang berbeda.
Kata kunci: Anak Empat Tahun, Implikatur, Pemerolehan Implikatur.
IMPLICATURE OF CHILDREN FOUR YEARS
ABSTRACT: This paper describes implicatures four-year old mother who speak Indonesian.
This study was conducted to determine the form of speech implicature in children four years
of age and to know the content of speech implicature small children who are four years old.
The approach taken in this study is a qualitative approach with case studies of a child four
years old and mother speak Indonesian. The results of research and discussion in this study,
concluded that children four years old to Indonesian mother tongue can already said that the
speech by the form contents implicatures implicatures with variations such as declines the
invitation, the rejection of the request, heed the command, and conveys the intent. Of course,
other study results will differ because the research subjects is casuistic. The results of this
study at the same time support a previous study conducted by Alfino (2008) related
implicature study in children three years old with a different mother tongue.
Keywords: Children Four Years, Implicatures, The Acquisition of Implicatures.
PENDAHULUAN
Bahasa adalah suatu kode yang digunakan untuk berkomunikasi. Didalam
kegiatan berkomunikasi diperlukan kode bahasa yang serupa. Dalam kaitannya
dengan pemerolehan bahasa, anak kecil akan beroleh bahasa sesuai masukan data
kebahasaan yang didengar oleh anak kecil tersebut. Sehingga anak kecil akan
memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibu sesuai dengan data kebahasaan yang
dicerap oleh anak kecil tersebut. Pemerolehan bahasa ibu ini akan terus berkembang
sesuai dengan kematangan neurobiologi dan kecerdasan anak. Dua hal ini akan
1
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Singaperbangsa Karawang; Email :
[email protected]
- 152 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
berpengaruh terhadap kecerdasan verbal pada diri anak dan tentu saja, hal ini
berasal dari kode tuturan bahasa ibunya tersebut.
Kode tuturan tersebut dapat dimengerti oleh anak dan dapat dilakukan dan
hanya jika kode tuturan tersebut sama dengan kode tuturan bahasa ibunya. Anak
dapat dengan mudah mengerti terkait apakah penggunaan bahasa ibu yang dipakai
tersebut bersifatsantun atau tidak santun. Selain itu, anak juga akan mencari strategi
terkait bagaimana cara mengucapkan tuturan sehingga terdengar santun. Pada
umumnya, anak akan mengutarakan tuturan secara langsung untuk menyampaikan
maksud terhadap lawan bicaranya. Namun, anak juga akan ‘bersembunyi dibalik
kata-kata atau tuturan” ketika apa yang diucapkannya akan berdampak sebuah
penolakan dari orang lain disekitarnya. Tuturan secara tidak langsung ini akan
diujarkan oleh anak dengan strategi tertentu.
Strategi dengan menggunakan tuturan yang tidak langsung akan digunakan
oleh anak untuk menghindari penolakan yang mungkin akan muncul dan diperoleh
dari orang-orang yang berada dilingkungan sekitar. Penggunaan tuturan yang
bersifat implicit tersebut selaras dengan apa yang dikemukakan Grice (seperti yang
bahas oleh Wijana & Rohmadi, 2009), sebuah tuturan dapat mengimplikasikan
preposisi yang bukan merupakan tuturan yang bersangkutan. Preposisi yang
diimplikasikan itu disebut dengan implikatur.
Berdasarkan uraian mengenai strategi penggunaan implikatur oleh anak
tersebut, seperti yang dibahas pada paragraf sebelumnya, maka fenomena ini
menarik peneliti untuk mengkaji penggunaan strategi implikatur pada anak. Peneliti
membaca penelitian sebelumnya yang mengkaji penelitian implikatur pada anak.
Hasilnya, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian, salah satunya dilakukan
oleh Rὅhrig (2011); yang berfokus pada scalar implicature dan hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa meskipun anak mampu dalam menggunakan scalar
implicature namun penggunaannya tetap berbeda dengan orang dewasa. Selain itu,
penelitian serupa pernah dilakukan oleh Alfino (2008) yang menyimpulkan bahwa
anak kecil yang berusia tiga tahun sudah dapat menolak kalimat yang mengandung
implikatur yang berupa alasan penolakan permintaan dan lain-lain.
Dari hasil kedua penelitian tersebut, peneliti menemukan bahwa Rὅhrig
(2011) lebih berfokus kepada scalar implicature, sedangkan Alfino (2008) berfokus
pada pemerolehan implikatur itu sendiri. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian
tersebut, peneliti kemudian tertarik untuk memperluas kajian Alfino (2008) dengan
meneruskan observasi pemerolehan implikatur pada anak kecil yang berusia empat
tahun. Adapun fokus penelitian ini: Pertama, bagaimana bentuk implikatur anak usia
empat tahun? Kedua, bagaimana isi tuturan implikatur anak yang berusia empat
tahun? Setelah memfokuskan penelitian tersebut, peneliti akan menerangjelaskan
tujuan penelitian tersebut: Pertama, untuk mengetahui bentuk implikatur anak usia
empat tahun: Kedua, untuk mengetahui isi tuturan implikatur anak kecil yang
berusia empat tahun.
Nadar (2009) menguraikan secara etimologi istilah implikatur berasal dari
bahasa latin yaitu plicare yang berarti to fold “melipat’. Makna dari melipat disini
adalah untuk memahami apa yang terlipat haruslah dibuka untuk mengetahui isinya.
Kushartanti (2005, 106) menjelaskan bahwa implikatur merupakan makna yang
terkandung dalam sebuah tuturan. Secara rinci, Brown & Yule (1986) menyebutkan
- 153 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
bahwa implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang disarankan atau apa yang
dimaksudkan oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan
secara sebenarnya. Paltridge (2000) memandang implikatur sebagai bagian penting
dari prinsip-prinsip kerjamasama (cooperative principle). Bahkan, Levinson (1983)
memandang bahwa implikatur merupakan salah satu gagasan atau pemikiran
terpenting dalam pragmatik. Oleh karena itu, secara teoretis, implikatur dapat
digunakan sebagai pemecahan masalah untuk menjelaskan makna bahasa yang tidak
dapat diselesaikan dengan ilmu semantik, menghubungkan ekspresi, makna
penutur, dan implikasi tuturan. Akhirnya, berdasarkan definisi-definisi yang
diungkapkan oleh beberapa ahli pada kalimat sebelumnya, maka peneliti
mensintesakan bahwa implikatur merupakan salah satu cara untuk mengungkap
makna yang tersembunyi, sehingga implikatur ini merupakan kajian yang bersifat
penting guna menggali makna didalam tuturan sehingga menjadi lebih jelas.
Implikatur mempunyai konsep seperti yang diungkapkan oleh Levinson
(1983) seperti yang dikutip oleh Rustianti (2008), konsep implikatur dianggap
penting berdasarkan: 1) Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fakta-fakta
kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori linguistik; 2) Konsep implikatur
memberikan kontribusi penjelasan tentang makna yang berbeda dengan yang
dikatakan secara harafiah (lahiriah); 3) Konsep implikatur dapat menyederhanakan
struktur dan isi deskriptif semantik; dan 4) Konsep implikatur menjelaskan
beberapa fakta bahasa yang kelihatannya secara lahiriah tidak berkaitan malah
berlawanan.
Berdasarkan keempat konsep implikatur yang disajikan tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa konsep implikatur dapat menyentuh penjelasan mengenai
fakta kebahasaan, pertentangan fakta kebahasaan antara bentuk dan tuturan,
penyederhanaan isi dan semantik serta pertentangan makna dengan bentuk
strukturnya. Guna memperjelas implikatur penulis mencobajelaskan kaitan konteks
di dalam implikatur dengan mengutip pernyataan seorang ahli. Kaswanti (1990)
menjelaskan bahwa konsep implikatur akan terkait siapa mengatakan pada siapa,
tempat dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan mengenai yang terlibat
dalam tindakan mengatakan kalimat itu. Berdasarkan pandangan Kaswanti tersebut,
maka terkait cara penggunaan konsep implikatur akan terkait dengan konteks
situasi dan budaya ketika melakukan suatu pertuturan.
Bahasa merupakan sistem untuk berkomunikasi. Dharmowijono & Suparwa
(2009) menegaskan bahwa kemampuan berbahasa hanya dimiliki oleh species
manusia, tidak ada makhluk lain yang memiliki kemampuan seperti itu. Lalu,
bagaimana cara manusia memperoleh bahasa? Andriany (2007) menegaskan bahwa
pemerolehan bahasa merupakan suatu proses yang dilakukan oleh anak-anak dalam
menguji hipotesis-hipotesis yang dibuatnya berdasarkan masukan dari
lingkungannya mulai dari memahami makna, struktur bahasa, sampai dengan
memproduksi bahasa tersebut. Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pemerolehan bahasa pada manusia dimulai pada masa balita hingga berkembang
sesuai dengan kematangan biologis dan asupan kebahasaan yang diperolehnya.
Adapun cara anak dalam memperoleh bahasa berdasarkan Fromkin etal seperti yang
dikutip oleh Alfino (2008) ke dalam dua tahap:
- 154 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Pertama, anak belajar melalui tahap peniruan. Maksud dari pernyataan teori
ini adalah anak akan mencobaterapkan dengan melisankan apa yang telah didengar
dari orang dewasa tersbut dan tentu saja cara anak melisankan akan disesuaikan
dengan kemampuan anak. Hal ini akan dapat dimaklumi bahwa dalam melafalkan
tuturan orang dewasa tersebut tentu akan berbeda dengan pengucapan orang
dewasa yang oleh anak-anak tirukan tersebut.
Kedua, anak akan belajar melalui pengayaan orang dewasa disekitarnya.
Maksud dari teori ini adalah anak akan memperoleh kekayaan bahasa berdasarkan
hasil koreksi bagaimana cara melafalkan kata ataupun serangkaian kalimat dari
orang-orang dewasa disekitarnya
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, maka penulis mencoba
terangkan dengan mengkaitkan pemerolehan kemampuan berbahasa pada anak
dalam menggunakan implikatur. Sebab implikatur sendiri menggunakan kode-kode
kebahasaan sebagai sarana ekspresi anak dalam memberi makna atau pesan kepada
mitra tutur disekitarnya.
METODE
Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pendekatan kualitatif.
Alasan peneliti dalam menggunakan pendekatan ini karena sifatnya yang
naturalistik. Memilih pendekatan kualitatif karena penelitian ini akan bersifat
alamiah dan menghindari generalisasi. Selanjutnya, data implikatur diperoleh dari
sumber data penelitian yaitu seorang anak berusia empat tahun yang berbahasa Ibu
bahasa Indonesia.
Instrumen yang akan digunakan adalah peneliti sendiri yang berperan sebagai
instrumen kunci. Sebagai instrumen kunci, peneliti akan melakukan interaksi dengan
anak tersebut untuk mendapatkan data tuturan yang dibutuhkan dengan merekam
tuturan dan mencatat data tuturan dari anak tersebut. Adapun tekhnik yang akan
digunakan untuk menganalisis data tuturan yang diperoleh, peneliti akan
menganalisa data tuturan untuk dianalisis apakah tuturan yang muncul merupakan
data tuturan yang mengandung implikatur atau bukan. Langkah selanjutnya, jika
data tuturan tersebut mengandung data implikatur, maka peneliti akan menganalisis
bagaimana data implikatur itu muncul dan intepretasi terhadap kemunculan data
tersebut serta jika data tuturan yang muncul tersebut bukan data implikatur maka
peneliti akan mengesampingkan data tersebut. Terakhir, peneliti akan memberi
simpulan terkait hasil analisis dan pembahasan terhadap kemunculan data
implikatur pada anak yang berusia empat tahun yang berbahasa ibu bahasa
Indonesia tersebut.
DISKUSI
Berdasarkan hasil pengolahan data, peneliti menemukan data-data implikatur
sebagai berikut dan peneliti (P) akan membahas hasil temuan data implikatur dari
narasumber (NS) yang terangkum dari penjelasan hasil dialog yang dilakukan
dengan narasumber, sebagai berikut:
- 155 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Dialog 1
P
: (memanggil nama narasumber), papah ada gak?
NS : Papah mainan hape (HP).
Dalam dialog 1, narasumber menjawab secara tidak langsung terkait
pertanyaan peneliti mengenai keberadaan papahnya. Jawaban secara tidak langsung
tersebut disebut implikatur (papah mainan hape). Namun begitu, peneliti mengerti
apa yang diujarkan oleh narasumber, yakni ayah dari narasumber ada dan ayahnya
sedang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan telepon genggam.
Dialog 2
P
: (memanggil nama narasumber) mau ikut sama om ke rumah emak?
NS : Aku lagi mainan otopad ah.
Pada dialog 2, Peneliti mengajak narasumber untuk ikut ke rumah emak (nenek
narasumber) yang berada di seberang rumahnya. Namun, narasumber memberikan
pernyataan atau jawaban tidak langsung yang mengandung implikatur. Pernyataan
tersebut pernyataan menolak ajakan yang diajukan oleh peneliti untuk pergi
bersama ke rumah neneknya yang berada di seberang rumah narasumber. Namun
begitu, peneliti mengerti maksud yang diutarakan oleh narasumber tersebut
merupakan sebuah penolakan karena narasumber sedang asyik bermain dengan
mainan barunya yaitu otopad.
Dialog 3
P
: Om, minta esnya ya?
NS : Beli om di sana tuh (menunjuk minimarket)
Pada dialog 3, narasumber menjawab secara tidak langsung untuk melakukan
sebuah penolakan. Namun, narasumber menunjukkan di mana cara mendapatkan es
tersebut yaitu dengan cara peneliti harus membeli es tersebut di salah satu
minimarket yang berlokasi seberang jalan dari rumah nene dari narasumber. Oleh
karena itu, bentuk penolakan ini dilakukan secara tidak langsung dan masuk ke
dalam kategori implikatur.
Dialog 4
P
: (memanggil nama narasumber) pinjem ya otopadnya?
NS : Ya udah aku nangis, omnya nakal.
Dalam dialog 4, narasumber menjawab secara tidak langsung untuk
meminjamkan mainan otopad miliknya kepada peneliti. Namun, narasumber
menjawab pertanyaan peneliti dengan kalimat lain yang mengandung penolakan
dengan nada mengancam bahwa narasumber akan menangis jika peneliti meminjam
mainan miliknya.
Dialog 5
P
: Beli mainannya besok aja ya? Indomaretnya sudah tutup.
NS : Tuh lampunya masih nyala? Om buruan ih.
- 156 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Dalam dialog 5, narasumber menolak pertanyaan untuk membeli mainan yang
dimaksud oleh narasumber besok hari karena hari sudah malam. Namun,
narasumber menolak pertanyaan dan pernyataan peneliti karena memang
minimarket tersebut masih buka dimana lampunya masih menyala dengan terang.
Sebab narasumber sudah mengetahui jika minimarket tersebut tutup, maka semua
lampu akan tidak terlihat karena tertutupi rolling door di minimarket tersebut. Isi
tuturan narasumber tersebut mengandung implikatur dan narasumber sekaligus
melakukan sebuah ajakan yang termaktub dari tuturan “om buruan ih” yang
mengandung makna jika kami (peneliti dan narasumber) jika tidak bersegera
menuju minimarket tersebut, mungkin saja minimarketnya akan segera tutup.
Dialog 6
P
: Ada tante nginep di rumah emak.
NS : Gagal, gagal, gagal.
Dari data tuturan di dialog 6, peneliti mendapatkan data implikatur terkait
bagaimana penolakan jika tantenya menginap di rumah neneknya. Narasumber
berkeberatan sebab dia tahu bahwa kamar yang ber-AC pasti akan digunakan oleh
tantenya tersebut. Hal ini mengandung pengertian bahwa narasumber tidak akan
tidur di salah satu kamar neneknya yang memang ber-AC.
Dialog 7
P
: (memanggil nama narasumber) tidur, udah malam.
NS : Aku kan Masha.
Dari data tuturan di dialog 7, peneliti mendapatkan data implikatur terkait
bagaimana jawaban secara tidak langsung terkait pernyataan yang mengandung
ajakan untuk segera tidur sebab hari sudah larut malam. Namun, narasumber
mempunyai alasan untuk segera tidur. Masha adalah nama tokoh dalam kartun yang
sangat aktif. Narasumber masih belum mengantuk untuk segera tidur walau hari
sudah sangat larut malam.
Dialog 8
P
: (memanggil nama narasumber) kata mamah “buruan mandi!”
NS : Nanti aku lagi main puteri-puterian sama Gia.
Pada dialog 8, peneliti mendapatkan data implikatur terkait jawaban menolak
dari perintah ibunya untuk segera mandi karena konteks situasi pada waktu tersebut
menunjukkan bahwa hari sudah sangat sore dan biasanya narasumber sudah mandi.
Jawaban narasumber yang sedang bermain dengan temannya yang bernama Gia,
menunjukan bahwa narasumber menolak secara tidak langsung perintah tersebut.
Dialog 9
NS : Om aku ikut jalan lewat depan rumah ya?
P
: iya.
NS : Asyik aku mau beli balon, dibeliin om.
- 157 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Dari data tuturan dalam dialog 9, peneliti mendapatkan data yang berupa
bujukan atau rayuan untuk mampir ke minimarket didepan rumah nenek di
seberang jalan. Rayuan tersebut dilakukan dengan cara mengalihkan jalan yang biasa
dilalui untuk menuju rumah peneliti ke arah (jalan) lain yang melewati minimarket
tersebut. Hal ini dapat diketahui dikalimat selanjutnya yang mengandung tuturan
ingin membeli benda (balon) yang berada di minimarket tersebut.
Dialog 10
P
: (memanggil nama narasumber) gak ngaji?
NS : Aku lagi pilek.
Dari data tuturan dalam dialog 10, peneliti mendapatkan data yang berisi
implikatur terkait bagaimana cara narasumber menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti tentang kenapa narasumber tidak berangkat untuk mengaji ke mesjid.
Jawaban tidak dikatakan dengan ya dan tidak, namun dengan mengatakan bahwa
narasumber sedang sakit jadi tidak bisa pergi mengaji ke mesjid seperti biasanya.
Dialog 11
P
: Bulpen ke mana ya?
NS : Aku pake om.
Dari data tuturan dalam dialog 11, peneliti mendapatkan data yang berisi
implikatur terkait bagaimana cara narasumber menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti dengan menjawab langsung bahwa bulpen sedang dipakai oleh dirinya.
Peneliti menghendaki jawaban iya dan tidak. Namun, narasumber langsung
menunjukan bahwa narasumber sedang meminjam bulpen peneliti untuk dipakai
terlebih dahulu oleh narasumber.
Dialog 12
P
: (memanggil nama narasumber) jangan pulang.
NS : Aku mau tidur dirumah aja ah, omnya nakal pakai jurus cilok mulu.
Dari data tuturan dalam dialog 12, peneliti mendapatkan data yang berisi
implikatur terkait bagaimana cara narasumber menjawab larangan untuk pulang.
Narasumber merasa terganggu dengan peneliti yang bercanda dengan menggelitik
dengan jari peneliti dan diberikan nama “jurus cilok” oleh peneliti sendiri. Hasilnya,
narasumber tidak mau tidur dirumah neneknya dengan alasan merasa terganggu
dengan cara bercanda yang dilakukan peneliti terhadap dirinya.
Dialog 13
P
: Ini mau ke KCP.
NS : Aku juga ke Matahari.
Berdasarkan data tuturan dalam dialog 13, peneliti mendapatkan data yang
berupa tolakan terhadap rayuan yang ditawarkan oleh peneliti untuk pergi ke
sebuah Mall. Rayuan peneliti ini diungkapkan dalam bentuk pernyataan. Namun,
narasumber menolak rayuan untuk pergi ke mall tersebut karena dirinya beserta
ayah dan ibunya juga akan bepergian ke sebuah mall (yang berbeda) dengan lokasi
mall yang akan dikunjungi oleh peneliti.
- 158 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Berdasarkan dialog dan penjelasan di atas, maka implikatur yang muncul,
dapat ditemukan sebagai berikut:
1. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur menolak ajakan. Hal ini dapat
dibaca pada dialog 2 dan 13.
2. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur penolakan permintaan. Hal
ini tampak pada dialog 3.
3. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur untuk menyampaikan
maksud. Hal ini dapat dibaca pada dialog 5, 6, dan 9.
4. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur berupa perintah. Hal ini dapat
dibaca pada dialog 7, 8, dan 11.
5. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur berupa pertanyaan. Hal ini
dapat tampak pada dialog 1, 4, 10, dan 12.
Berdasarkan temuan dan pembahasan, ternyata anak yang berusia empat
tahun sudah bisa menuturkan implikatur dengan variasi penolakan ajakan,
penolakan terhadap permintaan, mengindahkan perintah, menyampaikan maksud.
Hal yang paling sering muncul pada anak usia empat tahun yang berbahasa ibu
bahasa Indonesia adalah kemunculan tuturan jawaban terhadap pertanyaan. Selian
itu, tuturan yang jarang muncul pada anak usia empat tahun yang berbahasa ibu
bahasa Indonesia adalah implikatur yang berupa penolakan terhadap tuturan
penolakan terhadap permintaan. Oleh karena itu, kemunculan ucapan implikatur ini
sudah dapat dilakukan oleh anak kadang dengan menirukan atau bahkan menguji
hipotesis-hipotesis tuturan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Indriany (2009) terkait pemerolehan bahasa. Sementara itu, apa yang dituturkan
oleh anak masih perlu digali lagi terkait makna yang tersembunyi dibalik tuturan
tersebut. Makna yang tersembunyi ini disebut dengan implikatur dan berkesuaian
dengan apa yang telah kemukakan oleh Yule & Brown (1986), Kushartanti (2005),
Levinson (1983) dan Rustianti (2008). Jadi implikatur ini seperti yang dikemukakan
oleh Paltridge (2000) merupakan bagian penting dalam prinsip pragmatik. Akhirnya
penelitian sejalan dengan hasil implikatur pada anak 3 tahun yang pernah di teliti
oleh Alfino (2008). Hal yang sedikit membedakan hanyalah pada tataran bahasa ibu
dari dari para narasumber tersebut.
SIMPULAN
Implikatur pada anak usia empat tahun yang berbahasa ibu bahasa Indonesia
sudah dilakukan. Hasilnya studi kasus terhadap anak yang berusia empat tahun
sudah bisa menuturkan implikatur dengan variasi penolakan ajakan, penolakan
terhadap permintaan, mengindahkan perintah, dan menyampaikan maksud. Dengan
kata lain anak usia empat tahun sudah dapat membuat tuturan yang perlu dicerna
kembali makna dari bentuk tuturan yang dihasilkannya. Adapun saran yang dapat
- 159 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
peneliti utarakan adalah jika ada peneliti yang ingin melakukan kajian serupa
hendaknya agar memperluas kajian tidak hanya pada topik implikatur pada anak
akan tetapi peneliti lain dapat memperluas topik kajian ke arah implikatur dan
maksim atau prinsip-prinsip kerjasama di dalam pragmatik.
REFERENSI
Andriany, L. (2009). Pengaruh stimuli terhadap pemerolehan bahasa anak
prasekolah. Linguistik Indonesia, 27(1), 89-96.
Alfino, J. (2008). Implikatur anak usia tiga tahun (studi kasus pada Nurul Hafidzah
Alza). International Conference on Applied Linguistics: 1st Kontribusi
penelitian linguistik atas pengajaran bahasa dan ilmu lainnya. 11 Juni-12 Juni
2008.
Brown, Gilian, & Yule, G. (1986). Analisis wacana. Alih bahasa oleh I. Soetikno.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dharmowijono, W. & Suparwa, I. N. (2009). Psikolinguistik. Denpasar: Unud Press.
Kushartanti. (2005). Bahasa Indonesia Baku dan Tak Baku Pada Percakapan Anak
Jakarta, Linguistik Indonesia, 24(1), 1-10.
Levinson, S. C. (1983). Pragmatics. London: Cambridge University Press.
Nadar, F. X. (2009). Pragmatik dan penelitian pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Paltridge, B. (2000). Making sense of discourse analysis. Queensland: Gerd. Stabler.
Purwo, B. K. (1990). Pragmatik dan pengajaran bahasa menyibak kurikulum.
Yogyakarta: Kanisius.
Rὅhrig, S. (2011). Early Implicatures by Children and the Acquisition of Scalar
Implicatures. InReich, Ingo et al. (eds.), Proceedings of Sinn & Bedeutung 15,
pp. 499–514. Universaar-Saarland University Press: Saarbrücken, Germany.
Rustiati. (2008). Implikatur. Widyawarta: Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya
Mandala Madiun, 32(02), 94-101.
Wijana, I. D. P. & Rohmadi, M. (2009). Analisis wacana pragmatik: Kajian teori dan
analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
- 160 -
dan Pengajaran
Anak Usia Empat Tahun
Volume 2, No. 2, Oktober 2016: Page 152-160
KELIK WACHYUDI
P-ISSN: 2443-1435 || E-ISSN: 2528-4290
IMPLIKATUR ANAK USIA EMPAT TAHUN
Kelik Wachyudi 1
ABSTRAK: Artikel ini mendeskripsikan implikatur anak usia empat tahun yang berbahasa
ibu bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan untuk mengetahui bentuk tuturan implikatur
pada anak di usia empat tahun dan untuk mengetahui isi tuturan implikatur anak kecil yang
berusia empat tahun. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan studi kasus terhadap seorang anak kecil usia empat tahun dan berbahasa
ibu bahasa Indonesia. Hasil dari penelitian dan pembahasan menyimpulkan bahwa anak usia
empat tahun dengan bahasa ibu bahasa Indonesia sudah bisa menuturkan tuturan dengan
bentuk implikatur dengan variasi isi implikatur seperti penolakan ajakan, penolakan
terhadap permintaan, mengindahkan perintah, dan menyampaikan maksud. Tentu saja
dipenelitian lain hasilnya akan berbeda karena subjek penelitian bersifat kasuistik. Hasil dari
penelitian ini sekaligus menyokong penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alfino (2008)
terkait penelitian implikatur pada anak usia tiga tahun dengan bahasa ibu yang berbeda.
Kata kunci: Anak Empat Tahun, Implikatur, Pemerolehan Implikatur.
IMPLICATURE OF CHILDREN FOUR YEARS
ABSTRACT: This paper describes implicatures four-year old mother who speak Indonesian.
This study was conducted to determine the form of speech implicature in children four years
of age and to know the content of speech implicature small children who are four years old.
The approach taken in this study is a qualitative approach with case studies of a child four
years old and mother speak Indonesian. The results of research and discussion in this study,
concluded that children four years old to Indonesian mother tongue can already said that the
speech by the form contents implicatures implicatures with variations such as declines the
invitation, the rejection of the request, heed the command, and conveys the intent. Of course,
other study results will differ because the research subjects is casuistic. The results of this
study at the same time support a previous study conducted by Alfino (2008) related
implicature study in children three years old with a different mother tongue.
Keywords: Children Four Years, Implicatures, The Acquisition of Implicatures.
PENDAHULUAN
Bahasa adalah suatu kode yang digunakan untuk berkomunikasi. Didalam
kegiatan berkomunikasi diperlukan kode bahasa yang serupa. Dalam kaitannya
dengan pemerolehan bahasa, anak kecil akan beroleh bahasa sesuai masukan data
kebahasaan yang didengar oleh anak kecil tersebut. Sehingga anak kecil akan
memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibu sesuai dengan data kebahasaan yang
dicerap oleh anak kecil tersebut. Pemerolehan bahasa ibu ini akan terus berkembang
sesuai dengan kematangan neurobiologi dan kecerdasan anak. Dua hal ini akan
1
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Singaperbangsa Karawang; Email :
[email protected]
- 152 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
berpengaruh terhadap kecerdasan verbal pada diri anak dan tentu saja, hal ini
berasal dari kode tuturan bahasa ibunya tersebut.
Kode tuturan tersebut dapat dimengerti oleh anak dan dapat dilakukan dan
hanya jika kode tuturan tersebut sama dengan kode tuturan bahasa ibunya. Anak
dapat dengan mudah mengerti terkait apakah penggunaan bahasa ibu yang dipakai
tersebut bersifatsantun atau tidak santun. Selain itu, anak juga akan mencari strategi
terkait bagaimana cara mengucapkan tuturan sehingga terdengar santun. Pada
umumnya, anak akan mengutarakan tuturan secara langsung untuk menyampaikan
maksud terhadap lawan bicaranya. Namun, anak juga akan ‘bersembunyi dibalik
kata-kata atau tuturan” ketika apa yang diucapkannya akan berdampak sebuah
penolakan dari orang lain disekitarnya. Tuturan secara tidak langsung ini akan
diujarkan oleh anak dengan strategi tertentu.
Strategi dengan menggunakan tuturan yang tidak langsung akan digunakan
oleh anak untuk menghindari penolakan yang mungkin akan muncul dan diperoleh
dari orang-orang yang berada dilingkungan sekitar. Penggunaan tuturan yang
bersifat implicit tersebut selaras dengan apa yang dikemukakan Grice (seperti yang
bahas oleh Wijana & Rohmadi, 2009), sebuah tuturan dapat mengimplikasikan
preposisi yang bukan merupakan tuturan yang bersangkutan. Preposisi yang
diimplikasikan itu disebut dengan implikatur.
Berdasarkan uraian mengenai strategi penggunaan implikatur oleh anak
tersebut, seperti yang dibahas pada paragraf sebelumnya, maka fenomena ini
menarik peneliti untuk mengkaji penggunaan strategi implikatur pada anak. Peneliti
membaca penelitian sebelumnya yang mengkaji penelitian implikatur pada anak.
Hasilnya, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian, salah satunya dilakukan
oleh Rὅhrig (2011); yang berfokus pada scalar implicature dan hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa meskipun anak mampu dalam menggunakan scalar
implicature namun penggunaannya tetap berbeda dengan orang dewasa. Selain itu,
penelitian serupa pernah dilakukan oleh Alfino (2008) yang menyimpulkan bahwa
anak kecil yang berusia tiga tahun sudah dapat menolak kalimat yang mengandung
implikatur yang berupa alasan penolakan permintaan dan lain-lain.
Dari hasil kedua penelitian tersebut, peneliti menemukan bahwa Rὅhrig
(2011) lebih berfokus kepada scalar implicature, sedangkan Alfino (2008) berfokus
pada pemerolehan implikatur itu sendiri. Berdasarkan hasil dari kedua penelitian
tersebut, peneliti kemudian tertarik untuk memperluas kajian Alfino (2008) dengan
meneruskan observasi pemerolehan implikatur pada anak kecil yang berusia empat
tahun. Adapun fokus penelitian ini: Pertama, bagaimana bentuk implikatur anak usia
empat tahun? Kedua, bagaimana isi tuturan implikatur anak yang berusia empat
tahun? Setelah memfokuskan penelitian tersebut, peneliti akan menerangjelaskan
tujuan penelitian tersebut: Pertama, untuk mengetahui bentuk implikatur anak usia
empat tahun: Kedua, untuk mengetahui isi tuturan implikatur anak kecil yang
berusia empat tahun.
Nadar (2009) menguraikan secara etimologi istilah implikatur berasal dari
bahasa latin yaitu plicare yang berarti to fold “melipat’. Makna dari melipat disini
adalah untuk memahami apa yang terlipat haruslah dibuka untuk mengetahui isinya.
Kushartanti (2005, 106) menjelaskan bahwa implikatur merupakan makna yang
terkandung dalam sebuah tuturan. Secara rinci, Brown & Yule (1986) menyebutkan
- 153 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
bahwa implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang disarankan atau apa yang
dimaksudkan oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang dinyatakan
secara sebenarnya. Paltridge (2000) memandang implikatur sebagai bagian penting
dari prinsip-prinsip kerjamasama (cooperative principle). Bahkan, Levinson (1983)
memandang bahwa implikatur merupakan salah satu gagasan atau pemikiran
terpenting dalam pragmatik. Oleh karena itu, secara teoretis, implikatur dapat
digunakan sebagai pemecahan masalah untuk menjelaskan makna bahasa yang tidak
dapat diselesaikan dengan ilmu semantik, menghubungkan ekspresi, makna
penutur, dan implikasi tuturan. Akhirnya, berdasarkan definisi-definisi yang
diungkapkan oleh beberapa ahli pada kalimat sebelumnya, maka peneliti
mensintesakan bahwa implikatur merupakan salah satu cara untuk mengungkap
makna yang tersembunyi, sehingga implikatur ini merupakan kajian yang bersifat
penting guna menggali makna didalam tuturan sehingga menjadi lebih jelas.
Implikatur mempunyai konsep seperti yang diungkapkan oleh Levinson
(1983) seperti yang dikutip oleh Rustianti (2008), konsep implikatur dianggap
penting berdasarkan: 1) Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fakta-fakta
kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori linguistik; 2) Konsep implikatur
memberikan kontribusi penjelasan tentang makna yang berbeda dengan yang
dikatakan secara harafiah (lahiriah); 3) Konsep implikatur dapat menyederhanakan
struktur dan isi deskriptif semantik; dan 4) Konsep implikatur menjelaskan
beberapa fakta bahasa yang kelihatannya secara lahiriah tidak berkaitan malah
berlawanan.
Berdasarkan keempat konsep implikatur yang disajikan tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa konsep implikatur dapat menyentuh penjelasan mengenai
fakta kebahasaan, pertentangan fakta kebahasaan antara bentuk dan tuturan,
penyederhanaan isi dan semantik serta pertentangan makna dengan bentuk
strukturnya. Guna memperjelas implikatur penulis mencobajelaskan kaitan konteks
di dalam implikatur dengan mengutip pernyataan seorang ahli. Kaswanti (1990)
menjelaskan bahwa konsep implikatur akan terkait siapa mengatakan pada siapa,
tempat dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan mengenai yang terlibat
dalam tindakan mengatakan kalimat itu. Berdasarkan pandangan Kaswanti tersebut,
maka terkait cara penggunaan konsep implikatur akan terkait dengan konteks
situasi dan budaya ketika melakukan suatu pertuturan.
Bahasa merupakan sistem untuk berkomunikasi. Dharmowijono & Suparwa
(2009) menegaskan bahwa kemampuan berbahasa hanya dimiliki oleh species
manusia, tidak ada makhluk lain yang memiliki kemampuan seperti itu. Lalu,
bagaimana cara manusia memperoleh bahasa? Andriany (2007) menegaskan bahwa
pemerolehan bahasa merupakan suatu proses yang dilakukan oleh anak-anak dalam
menguji hipotesis-hipotesis yang dibuatnya berdasarkan masukan dari
lingkungannya mulai dari memahami makna, struktur bahasa, sampai dengan
memproduksi bahasa tersebut. Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pemerolehan bahasa pada manusia dimulai pada masa balita hingga berkembang
sesuai dengan kematangan biologis dan asupan kebahasaan yang diperolehnya.
Adapun cara anak dalam memperoleh bahasa berdasarkan Fromkin etal seperti yang
dikutip oleh Alfino (2008) ke dalam dua tahap:
- 154 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Pertama, anak belajar melalui tahap peniruan. Maksud dari pernyataan teori
ini adalah anak akan mencobaterapkan dengan melisankan apa yang telah didengar
dari orang dewasa tersbut dan tentu saja cara anak melisankan akan disesuaikan
dengan kemampuan anak. Hal ini akan dapat dimaklumi bahwa dalam melafalkan
tuturan orang dewasa tersebut tentu akan berbeda dengan pengucapan orang
dewasa yang oleh anak-anak tirukan tersebut.
Kedua, anak akan belajar melalui pengayaan orang dewasa disekitarnya.
Maksud dari teori ini adalah anak akan memperoleh kekayaan bahasa berdasarkan
hasil koreksi bagaimana cara melafalkan kata ataupun serangkaian kalimat dari
orang-orang dewasa disekitarnya
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, maka penulis mencoba
terangkan dengan mengkaitkan pemerolehan kemampuan berbahasa pada anak
dalam menggunakan implikatur. Sebab implikatur sendiri menggunakan kode-kode
kebahasaan sebagai sarana ekspresi anak dalam memberi makna atau pesan kepada
mitra tutur disekitarnya.
METODE
Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pendekatan kualitatif.
Alasan peneliti dalam menggunakan pendekatan ini karena sifatnya yang
naturalistik. Memilih pendekatan kualitatif karena penelitian ini akan bersifat
alamiah dan menghindari generalisasi. Selanjutnya, data implikatur diperoleh dari
sumber data penelitian yaitu seorang anak berusia empat tahun yang berbahasa Ibu
bahasa Indonesia.
Instrumen yang akan digunakan adalah peneliti sendiri yang berperan sebagai
instrumen kunci. Sebagai instrumen kunci, peneliti akan melakukan interaksi dengan
anak tersebut untuk mendapatkan data tuturan yang dibutuhkan dengan merekam
tuturan dan mencatat data tuturan dari anak tersebut. Adapun tekhnik yang akan
digunakan untuk menganalisis data tuturan yang diperoleh, peneliti akan
menganalisa data tuturan untuk dianalisis apakah tuturan yang muncul merupakan
data tuturan yang mengandung implikatur atau bukan. Langkah selanjutnya, jika
data tuturan tersebut mengandung data implikatur, maka peneliti akan menganalisis
bagaimana data implikatur itu muncul dan intepretasi terhadap kemunculan data
tersebut serta jika data tuturan yang muncul tersebut bukan data implikatur maka
peneliti akan mengesampingkan data tersebut. Terakhir, peneliti akan memberi
simpulan terkait hasil analisis dan pembahasan terhadap kemunculan data
implikatur pada anak yang berusia empat tahun yang berbahasa ibu bahasa
Indonesia tersebut.
DISKUSI
Berdasarkan hasil pengolahan data, peneliti menemukan data-data implikatur
sebagai berikut dan peneliti (P) akan membahas hasil temuan data implikatur dari
narasumber (NS) yang terangkum dari penjelasan hasil dialog yang dilakukan
dengan narasumber, sebagai berikut:
- 155 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Dialog 1
P
: (memanggil nama narasumber), papah ada gak?
NS : Papah mainan hape (HP).
Dalam dialog 1, narasumber menjawab secara tidak langsung terkait
pertanyaan peneliti mengenai keberadaan papahnya. Jawaban secara tidak langsung
tersebut disebut implikatur (papah mainan hape). Namun begitu, peneliti mengerti
apa yang diujarkan oleh narasumber, yakni ayah dari narasumber ada dan ayahnya
sedang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan telepon genggam.
Dialog 2
P
: (memanggil nama narasumber) mau ikut sama om ke rumah emak?
NS : Aku lagi mainan otopad ah.
Pada dialog 2, Peneliti mengajak narasumber untuk ikut ke rumah emak (nenek
narasumber) yang berada di seberang rumahnya. Namun, narasumber memberikan
pernyataan atau jawaban tidak langsung yang mengandung implikatur. Pernyataan
tersebut pernyataan menolak ajakan yang diajukan oleh peneliti untuk pergi
bersama ke rumah neneknya yang berada di seberang rumah narasumber. Namun
begitu, peneliti mengerti maksud yang diutarakan oleh narasumber tersebut
merupakan sebuah penolakan karena narasumber sedang asyik bermain dengan
mainan barunya yaitu otopad.
Dialog 3
P
: Om, minta esnya ya?
NS : Beli om di sana tuh (menunjuk minimarket)
Pada dialog 3, narasumber menjawab secara tidak langsung untuk melakukan
sebuah penolakan. Namun, narasumber menunjukkan di mana cara mendapatkan es
tersebut yaitu dengan cara peneliti harus membeli es tersebut di salah satu
minimarket yang berlokasi seberang jalan dari rumah nene dari narasumber. Oleh
karena itu, bentuk penolakan ini dilakukan secara tidak langsung dan masuk ke
dalam kategori implikatur.
Dialog 4
P
: (memanggil nama narasumber) pinjem ya otopadnya?
NS : Ya udah aku nangis, omnya nakal.
Dalam dialog 4, narasumber menjawab secara tidak langsung untuk
meminjamkan mainan otopad miliknya kepada peneliti. Namun, narasumber
menjawab pertanyaan peneliti dengan kalimat lain yang mengandung penolakan
dengan nada mengancam bahwa narasumber akan menangis jika peneliti meminjam
mainan miliknya.
Dialog 5
P
: Beli mainannya besok aja ya? Indomaretnya sudah tutup.
NS : Tuh lampunya masih nyala? Om buruan ih.
- 156 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Dalam dialog 5, narasumber menolak pertanyaan untuk membeli mainan yang
dimaksud oleh narasumber besok hari karena hari sudah malam. Namun,
narasumber menolak pertanyaan dan pernyataan peneliti karena memang
minimarket tersebut masih buka dimana lampunya masih menyala dengan terang.
Sebab narasumber sudah mengetahui jika minimarket tersebut tutup, maka semua
lampu akan tidak terlihat karena tertutupi rolling door di minimarket tersebut. Isi
tuturan narasumber tersebut mengandung implikatur dan narasumber sekaligus
melakukan sebuah ajakan yang termaktub dari tuturan “om buruan ih” yang
mengandung makna jika kami (peneliti dan narasumber) jika tidak bersegera
menuju minimarket tersebut, mungkin saja minimarketnya akan segera tutup.
Dialog 6
P
: Ada tante nginep di rumah emak.
NS : Gagal, gagal, gagal.
Dari data tuturan di dialog 6, peneliti mendapatkan data implikatur terkait
bagaimana penolakan jika tantenya menginap di rumah neneknya. Narasumber
berkeberatan sebab dia tahu bahwa kamar yang ber-AC pasti akan digunakan oleh
tantenya tersebut. Hal ini mengandung pengertian bahwa narasumber tidak akan
tidur di salah satu kamar neneknya yang memang ber-AC.
Dialog 7
P
: (memanggil nama narasumber) tidur, udah malam.
NS : Aku kan Masha.
Dari data tuturan di dialog 7, peneliti mendapatkan data implikatur terkait
bagaimana jawaban secara tidak langsung terkait pernyataan yang mengandung
ajakan untuk segera tidur sebab hari sudah larut malam. Namun, narasumber
mempunyai alasan untuk segera tidur. Masha adalah nama tokoh dalam kartun yang
sangat aktif. Narasumber masih belum mengantuk untuk segera tidur walau hari
sudah sangat larut malam.
Dialog 8
P
: (memanggil nama narasumber) kata mamah “buruan mandi!”
NS : Nanti aku lagi main puteri-puterian sama Gia.
Pada dialog 8, peneliti mendapatkan data implikatur terkait jawaban menolak
dari perintah ibunya untuk segera mandi karena konteks situasi pada waktu tersebut
menunjukkan bahwa hari sudah sangat sore dan biasanya narasumber sudah mandi.
Jawaban narasumber yang sedang bermain dengan temannya yang bernama Gia,
menunjukan bahwa narasumber menolak secara tidak langsung perintah tersebut.
Dialog 9
NS : Om aku ikut jalan lewat depan rumah ya?
P
: iya.
NS : Asyik aku mau beli balon, dibeliin om.
- 157 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Dari data tuturan dalam dialog 9, peneliti mendapatkan data yang berupa
bujukan atau rayuan untuk mampir ke minimarket didepan rumah nenek di
seberang jalan. Rayuan tersebut dilakukan dengan cara mengalihkan jalan yang biasa
dilalui untuk menuju rumah peneliti ke arah (jalan) lain yang melewati minimarket
tersebut. Hal ini dapat diketahui dikalimat selanjutnya yang mengandung tuturan
ingin membeli benda (balon) yang berada di minimarket tersebut.
Dialog 10
P
: (memanggil nama narasumber) gak ngaji?
NS : Aku lagi pilek.
Dari data tuturan dalam dialog 10, peneliti mendapatkan data yang berisi
implikatur terkait bagaimana cara narasumber menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti tentang kenapa narasumber tidak berangkat untuk mengaji ke mesjid.
Jawaban tidak dikatakan dengan ya dan tidak, namun dengan mengatakan bahwa
narasumber sedang sakit jadi tidak bisa pergi mengaji ke mesjid seperti biasanya.
Dialog 11
P
: Bulpen ke mana ya?
NS : Aku pake om.
Dari data tuturan dalam dialog 11, peneliti mendapatkan data yang berisi
implikatur terkait bagaimana cara narasumber menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti dengan menjawab langsung bahwa bulpen sedang dipakai oleh dirinya.
Peneliti menghendaki jawaban iya dan tidak. Namun, narasumber langsung
menunjukan bahwa narasumber sedang meminjam bulpen peneliti untuk dipakai
terlebih dahulu oleh narasumber.
Dialog 12
P
: (memanggil nama narasumber) jangan pulang.
NS : Aku mau tidur dirumah aja ah, omnya nakal pakai jurus cilok mulu.
Dari data tuturan dalam dialog 12, peneliti mendapatkan data yang berisi
implikatur terkait bagaimana cara narasumber menjawab larangan untuk pulang.
Narasumber merasa terganggu dengan peneliti yang bercanda dengan menggelitik
dengan jari peneliti dan diberikan nama “jurus cilok” oleh peneliti sendiri. Hasilnya,
narasumber tidak mau tidur dirumah neneknya dengan alasan merasa terganggu
dengan cara bercanda yang dilakukan peneliti terhadap dirinya.
Dialog 13
P
: Ini mau ke KCP.
NS : Aku juga ke Matahari.
Berdasarkan data tuturan dalam dialog 13, peneliti mendapatkan data yang
berupa tolakan terhadap rayuan yang ditawarkan oleh peneliti untuk pergi ke
sebuah Mall. Rayuan peneliti ini diungkapkan dalam bentuk pernyataan. Namun,
narasumber menolak rayuan untuk pergi ke mall tersebut karena dirinya beserta
ayah dan ibunya juga akan bepergian ke sebuah mall (yang berbeda) dengan lokasi
mall yang akan dikunjungi oleh peneliti.
- 158 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
Berdasarkan dialog dan penjelasan di atas, maka implikatur yang muncul,
dapat ditemukan sebagai berikut:
1. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur menolak ajakan. Hal ini dapat
dibaca pada dialog 2 dan 13.
2. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur penolakan permintaan. Hal
ini tampak pada dialog 3.
3. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur untuk menyampaikan
maksud. Hal ini dapat dibaca pada dialog 5, 6, dan 9.
4. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur berupa perintah. Hal ini dapat
dibaca pada dialog 7, 8, dan 11.
5. Anak yang berusia empat tahun dan berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah
mampu menuturkan tuturan yang berisi implikatur berupa pertanyaan. Hal ini
dapat tampak pada dialog 1, 4, 10, dan 12.
Berdasarkan temuan dan pembahasan, ternyata anak yang berusia empat
tahun sudah bisa menuturkan implikatur dengan variasi penolakan ajakan,
penolakan terhadap permintaan, mengindahkan perintah, menyampaikan maksud.
Hal yang paling sering muncul pada anak usia empat tahun yang berbahasa ibu
bahasa Indonesia adalah kemunculan tuturan jawaban terhadap pertanyaan. Selian
itu, tuturan yang jarang muncul pada anak usia empat tahun yang berbahasa ibu
bahasa Indonesia adalah implikatur yang berupa penolakan terhadap tuturan
penolakan terhadap permintaan. Oleh karena itu, kemunculan ucapan implikatur ini
sudah dapat dilakukan oleh anak kadang dengan menirukan atau bahkan menguji
hipotesis-hipotesis tuturan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Indriany (2009) terkait pemerolehan bahasa. Sementara itu, apa yang dituturkan
oleh anak masih perlu digali lagi terkait makna yang tersembunyi dibalik tuturan
tersebut. Makna yang tersembunyi ini disebut dengan implikatur dan berkesuaian
dengan apa yang telah kemukakan oleh Yule & Brown (1986), Kushartanti (2005),
Levinson (1983) dan Rustianti (2008). Jadi implikatur ini seperti yang dikemukakan
oleh Paltridge (2000) merupakan bagian penting dalam prinsip pragmatik. Akhirnya
penelitian sejalan dengan hasil implikatur pada anak 3 tahun yang pernah di teliti
oleh Alfino (2008). Hal yang sedikit membedakan hanyalah pada tataran bahasa ibu
dari dari para narasumber tersebut.
SIMPULAN
Implikatur pada anak usia empat tahun yang berbahasa ibu bahasa Indonesia
sudah dilakukan. Hasilnya studi kasus terhadap anak yang berusia empat tahun
sudah bisa menuturkan implikatur dengan variasi penolakan ajakan, penolakan
terhadap permintaan, mengindahkan perintah, dan menyampaikan maksud. Dengan
kata lain anak usia empat tahun sudah dapat membuat tuturan yang perlu dicerna
kembali makna dari bentuk tuturan yang dihasilkannya. Adapun saran yang dapat
- 159 -
Implikatur Anak Usia Empat Tahun
KELIK WACHYUDI
peneliti utarakan adalah jika ada peneliti yang ingin melakukan kajian serupa
hendaknya agar memperluas kajian tidak hanya pada topik implikatur pada anak
akan tetapi peneliti lain dapat memperluas topik kajian ke arah implikatur dan
maksim atau prinsip-prinsip kerjasama di dalam pragmatik.
REFERENSI
Andriany, L. (2009). Pengaruh stimuli terhadap pemerolehan bahasa anak
prasekolah. Linguistik Indonesia, 27(1), 89-96.
Alfino, J. (2008). Implikatur anak usia tiga tahun (studi kasus pada Nurul Hafidzah
Alza). International Conference on Applied Linguistics: 1st Kontribusi
penelitian linguistik atas pengajaran bahasa dan ilmu lainnya. 11 Juni-12 Juni
2008.
Brown, Gilian, & Yule, G. (1986). Analisis wacana. Alih bahasa oleh I. Soetikno.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dharmowijono, W. & Suparwa, I. N. (2009). Psikolinguistik. Denpasar: Unud Press.
Kushartanti. (2005). Bahasa Indonesia Baku dan Tak Baku Pada Percakapan Anak
Jakarta, Linguistik Indonesia, 24(1), 1-10.
Levinson, S. C. (1983). Pragmatics. London: Cambridge University Press.
Nadar, F. X. (2009). Pragmatik dan penelitian pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Paltridge, B. (2000). Making sense of discourse analysis. Queensland: Gerd. Stabler.
Purwo, B. K. (1990). Pragmatik dan pengajaran bahasa menyibak kurikulum.
Yogyakarta: Kanisius.
Rὅhrig, S. (2011). Early Implicatures by Children and the Acquisition of Scalar
Implicatures. InReich, Ingo et al. (eds.), Proceedings of Sinn & Bedeutung 15,
pp. 499–514. Universaar-Saarland University Press: Saarbrücken, Germany.
Rustiati. (2008). Implikatur. Widyawarta: Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya
Mandala Madiun, 32(02), 94-101.
Wijana, I. D. P. & Rohmadi, M. (2009). Analisis wacana pragmatik: Kajian teori dan
analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
- 160 -