WAKTU GMT Waktu Engkau Masih Kecil

WAKTU GMT, WAKTU SETEMPAT, WAKTU DAERAH DAN KAITANNYA
DENGAN WAKTU SALAT
Sri Pita
[email protected]
Pendidikan Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Abstrak:
Waktu adalah hal yang sangat penting untuk dikaji dan diperhatikan tentang penggunaannya dalam
ritinitas ibadah shalat maupun cara penentuannya. Bahkan Allah telah mengkhususkan waktu dalam
salah satu firmannya yakni Surah Al-‘Ashr. Waktu pada awal perkembangannya ditentukan dengan cara
mengobservasi secara langsung pergerakan matahari dan bayangan yang dihasilkannya, hingga pada
perkembangan selanjutnya waktu diukur dengan berbagai instrumen penunjang berupa jam pasir, jam
analog dan jam digital yang ditetapkan berdasarkan perhitungan-perhitungan tertentu. Di Indonesia
pembagian waktu didasarkan pada bujur tempat yakni WIB, WITA dan WIT. Hal ini menyebabkan
perbedaan waktu salat yang cukup kentara antara satu daerah dengan daerah lain meskipun masih
berada pada Daerah Kesatuan Waktu yang sama.
Kata Kunci: Waktu salat, pembagian waktu

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Hal
yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan bagi umat Islam telah menjadi bagian besar dari urusan

pemerintah dalam penetapannya. Banyak upaya telah dilakukan pemerintah untuk meminimalisir
berbagai perbedaan terkhusus pada pelaksanaan ibadah yang dalam hal ini akan menjadi fokus
pembahasan adalah waktu salat.
Waktu salat di Indonesia didasarkan pada waktu daerah bukan menggunakan waktu setempat.
Bagi para penggiat astronomi Islam terutama dibidang publik berupa planetarium yang notabenenya hal
ini menyebabkan kesulitan ketika menjelaskan kepada masyarakat tentang pemanfaatan beberapa
instrumen-instrumen klasik penentu waktu berupa jam matahari yang dapat secara langsung
memperlihatkan waktu berdasarkan bayangan matahari pada saat tententu. Bila waktu yang menjadi
acuan bagi masyarakat Indonesia adalah waktu setempat maka ini akan lebih memudahkan dalam
menentukan waktu salat, maupun penggunaan berbagai instrumen astronomi sederhana dalam
penentuan waktu. Kebutuhan terhadap instrumen penunjang yang menunjukkan waktu setempat untu

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang waktu dan pemanfaatannya bagi pelaksanaan ibadah
salat kian meningkat.
BAHAN DAN METODE
Penelitian mengenai pembuktian perbedaan waktu GMT, waktu daerah di Indonesia dan waktu
setempat dilakukan di Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada
momen Transit Matahari yakni tanggal Rabu 13 September 2017 menggunakan instrumen Rubu’ AlMujayyab. Selain itu, data astronomis yang digunakan peneliti diambil dari Software Stellarium.
HASIL


Gambar 1.1. Transit Matahari di Kota Medan di bulan September
Sumber: Stellarium 0.14.2

PEMBAHASAN
1. GMT (Greenwich Mean Time)
GMT (Greenwich Mean Time) adalah GMT adalah rata-rata waktu surya seperti yang dilihat
dari Royal

Greenwich

Observatory (Observatorium

Kerajaan

di

Greenwich),

yang


terletak

di Greenwich, London, Inggris, yang melalui konvensi dikenal terletak di 0 derajat garis bujur. Secara

teori, tengah hari GMT adalah saat di mana matahari melewati Meridian Greenwich (dan mencapai
titik tertinggi di langit di Greenwich). Karena bumi memiliki kecepatan yang tidak teratur
dalam orbit lonjongnya, kejadian ini (tengah hari di Greenwich) bisa 16 menit berbeda dari waktu
Matahari nyata (apparent solar time) (perbedaan ini dikenal sebagai persamaan waktu / Equation of
Time). Namun tengah hari Greenwich ini diambil rata-ratanya

sepanjang tahun, dengan

menggunakan waktu Matahari.
Dengan berkembangnya Britania Raya sebagai negara maritim, para pelaut mencocokkan jam mereka
ke waktu GMT, untuk mengukur jauhnya lokasi bujur mereka dari "meridian Greenwich". Ini tidak
memengaruhi jam di atas kapal sendiri, yang mana menggunakan waktu Matahari. Fenomena ini,
digabungkan dengan pelaut-pelaut dari negara lain yang menggunakan metode Nevil Maskelyne untuk
mengukur jarak bulan berdasarkan pengamatan di Greenwich, akhirnya menuju penggunaan GMT
sebagai referensi waktu di seluruh dunia. Walau tidak memengaruhi waktu di tempat, hampir
semua zona waktu berdasarkan referensi ini dihitung sebagai beberapa jam (atau setengah jam) lebih

cepat atau lebih lambat dari GMT 1.
2. Waktu Setempat
Waktu setempat adalah waktu pertengahan menurut bujur tempat di suatu tempat, sehingga
sebanyak bujur tempat di permukaan bumi sebanyak itu pula waktu pertengahan didapati.waktu
demikian ini disebut pula dengan Local Mean Time (LMT). Misalnya jam 10 waktu

pertengahan

di Yogyakarta berbeda dengan jam 10 waktu pertengahan di Jakarta dan berbeda pula dengan jam 10
waktu pertengahan di Medan. Sehingga apabila ada tiga orang masing-masing bertempat tinggal di tiga
kota tersebut (Yogyakarta, Jakarta dan Medan) berjanji akan bertemu di suatu tempat pada jam 12
waktu pertengahan, tentunya akan muncul pertanyaan yakni waktu pertengahan menurut mana?, karena
ketiga kota tersebut masing-masing memiliki jam 12 waktu pertengahan yang antara satu dengan
lainnya berbeda disebabkan oleh bujur tempat ketiga kota tersebut tidak sama. Untuk mengatasi
persoalan ini dibuatlah kelompok waktu yang kemudia dikenal dengan nama Waktu Daerah (Zone
Time)2.

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Waktu_Greenwich
2 Khazin, M. (2004). Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik : Perhitungan Arah Kiblat, waktu salat, awal bulan dan gerhana.
Yogyakarta: Buana Pustaka. Hal. 69.


Dengan demikian masing-masing daerah mempunyai bujur kelompok tersendiri dalam
pengaturan waktunya di samping itu pula, bagi daerah yang masuk kelompok tertentu. Namun karena
ada jarak dengan bujur kelompoknya dapat membuat waktu istiwa’ berdasarkan kedudukan matahari
berkulminasi di tempat tersebut jika demikian maka terjadi perbedaan waktu antara waktu di bujur
kelompok dengan waktu istiwa’ setempat3.
3. Waktu Daerah
Waktu daerah adalah waktu yang diberlakukan untuk satu wilayah bujur tempat (meridian)
tertentu, sehingga dalam satu wilayah bujur yang bersangkutan hanya berlaku satu waktu daerah. Oleh
karenanya, daerah dalam satu wilayah itu disebut Daerah Kesatuan Waktu.
Pembagian wilayah daerah kesatuan waktu pada dasarnya berdasarkan pada kelipatan bujur
tempat 15˚ (360˚ : 24 jam: 1˚) yang dihitung mulai bujur yang melewati kota Greenwich (λ=0˚).
Berdasarkan keputusan Presiden RI Soeharto Nomor 41 tahun 1987 tanggal 26 November 1987
mencabut Kepres Nomor 243 tahun 1963 Soekarno wilayah Indonesia terbagi atas tiga daerah waktu,
yaitu :
a. Waktu Indonesia Barat (WIB) yang berpedoman pada 105˚ BT (GMT+7 jam) meliputi :
1. Seluruh Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera
2. Seluruh Provinsi Daerah Tingkat I Jawa dan Madura
3. Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Barat
4. Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah

b. Waktu Indonesia Tengah (WITA) yang berpedoman pada 120˚ BT (GMT+8 jam) meliputi :
1. Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantar Timur
2. Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan
3 Hosen. (2016). Zenit : Panduan Perhitungan Azimuth Syathir Kiblat dan Awal Waktu Shalat. Pamekasan: Duta Media
Publishing. Hal. 200.

3. Provinsi Daerah Tingkat I Bali
4. Provinsi Daerah Tingkat I NTB
5. Provinsi Daerah Tingkat I NTT
6. Provinsi Daerah Tingkat I Timor Timur
7. Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi
c. Waktu Indonesia Timur (WIT) yang berpedoman pada 135˚ BT (GMT+9 jam) meliputi:
1. Provinsi Daerah Tingkat I Maluku
2. Provinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya
Dengan waktu daerah semacam ini persoalan seperti di atas dapat teratasi walau dikatakan jam 12
WIB, maka bagi orang Yogyakarta, Jakarta, dan maupun orang Medan adalah sama karena sebagai
acuannya adalah bujur tempat (meridian) 105˚ (bukan bujur tempat masing-masing kota itu)4

4 Ibid. hal. 69.