Kajian beban pencemaran limbah cair indu (1)
ISSN : 2086-4639
ISSN
Volume 5 No. 1
Juli 2015
ISSN
Jurnal
PENGELOLAAN
SUMBERDAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN
Journal of Natural Resources and
Environmental Management
Volume 5 No. 1
Juli 2015
sulee
psl-ipb
JURNAL
JPSL
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
ISSN 2086-4639
Penanggung Jawab
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,SPs-IPB
Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) - IPB
Dewan Editor
Teknologi Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Erliza Noor
Kebijakan dan Manajemen Lingkungan
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S
Dr. Ir. Dodik Rido Nurrohmat, M.Sc.F
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T
Ekowisata
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S
Mitigasi Bencana
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si
Dr. Ir. Tania June, M.Sc
Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc
Keanekaragaman Hayati
Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S
Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S
Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si
Perencanaan Wilayah
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
Dr. Ir. Setia Hadi, M.S
Ekonomi Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, M.A
Prof. Dr. Ir. Ahmad Fauzi, M.Sc
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec
Evaluasi Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Widiatmaka, DAA
Modelling dan Ilmu Sistem
Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng
Komunikasi Masy., Ilmu Sosial &Antropologi
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S
Prof. Dr. Ir. Ali M. A. Rachman
Hidrologi
Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto
Pencemaran Air
Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Sc
Dr. Ir. Etty Riani, M.S
Kesehatan Lingkungan
Drh. Drh. Akhmad Arif Amin
Prof. Dr. Dra. Ietje Wientarsih
Pencemaran Udara
Dr. Ir. Mohammad Yani, M.Eng
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc
Ketua Editor Pelaksana
Yudi Setiawan, M.Sc, Ph.D
Asisten Editor
Annisa Nurdiana, S.Si
M. Irfansyah Lubis, M.Dev.Prac
Prita Ayu Permatasari, S.P
Sekretariat
Nur Sulianti, S.P
Herlin Anggreayani, S.P
Subur, S.E
erbit
Alamat Redaksi
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Gedung Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lantai 4 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Telp.:. 0251 - 8621262 ; fax: 0251-8622134
Homepage www.ipb.ac.id~psl /e-mail [email protected]
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (PS-PSL, SPs IPB)
bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian
Bogor (PPLH-LPPM, IPB) mengelola bersama penerbitan JPSL sejak tahun 2011, dengan periode terbit dua nomor per tahun. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL) merupakan berkala ilmiah yang menyajikan artikel ilmiah, pemikiran
konseptual, review, dan resensi buku pada bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang memiliki karakteristik tropis.
Setiap naskah yang dikirimkan ke Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ditelaah oleh mitra bestari.
Pedoman Penulisan. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan menerima dan memuat naskah dalam bentuk hasil
penelitian (artikel ilmiah), pemikiran konseptual, review, dan resensi
buku. Bahasa yang digunakan dalam naskah adalah bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Naskah hasil penelitian maksimum
dibuat sebanyak 15 halaman (suntingan akhir) termasuk ilustrasi
naskah (gambar dan tabel). Naskah catatan penelitian maksimum
dibuat sebanyak 15 halaman (suntingan akhir). Naskah pemikiran
konseptual maksimum dibuat sebanyak 10 halaman (suntingan
akhir).
Pengiriman Naskah. Naskah dikirimkan dalam bentuk naskah
tercetak dan/atau naskah lunak. Naskah tercetak dibuat 3 rangkap.
Naskah lunak (terdiri dari badan utama naskah dan ilustrasi) diketik
menggunakan program Microsoft Word, Excel, atau program
pengolah kata lainnya dan dikirimkan melalui fasilitas e-mail atau
dalam bentuk CD-ROM. Naskah diketik 1 spasi pada kertas ukuran
A4, menggunakan pias 2 cm, dan tipe huruf Times New Roman
berukuran 10 point. Setiap halaman naskah diberi nomor halaman
secara berurutan. Setiap naskah yang dikirimkan secara langsung,
melalui pos surat, dan melalui fasilitas e-mail harus disertai alamat
korespondensi lengkap dengan nomor telepon dan kode pos. Naskah
dapat dikirim melalui email atau langsung kepada alamat: Editor
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah
Pascasarjana IPB, Gedung PPLH Lt. 4 Kampus IPB Dramaga,
Bogor 16680 Telp. 0251-8629641 Faks. 0251-8629641, e-mail:
[email protected].
Format Naskah. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan:
Judul. Menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas
(maksimum 20 kata untuk judul berbahasa Indonesia dan 15 kata
untuk judul berbahasa Inggris), ditulis dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris untuk naskah dalam bahasa Indonesia, dan ditulis
dalam bahasa Inggris untuk naskah dalam bahasa Inggris.
Nama lengkap penulis. Ditulis lengkap (tidak disingkat) dan tanpa
gelar.
Alamat lengkap penulis. Ditulis lengkap nama instansi, asal
penulis, dan alamat surat instansi dilengkapi nomor telepon dan
faksimili serta alamat e-mail untuk korespondensi.
Abstrak. Berisi inti naskah yang memuat tujuan, hasil, dan
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dikerjakan.
Maksimum sebanyak 250 kata dan ditulis dalam bahasa Inggris
untuk naskah berbahasa Indonesia maupun naskah berbahasa Inggis,
serta dicantumkan kata kunci (keywords) pada bagian akhir abstrak
(maksimum 5 kata kunci). Kata kunci dibuat spesifik dan
mencirikan naskah sehingga memudahkan dalam proses penelusuran
naskah.
Pendahuluan. Berisi tentang teori, hasil penelitian dan/atau beritaberita terkini yang menjadi latar belakang pentingnya penelitian
dilakukan, rumusan permasalahan, dan tujuan penelitian.
Metode. Mendiskripsikan secara singkat dan padat tentang metode
penelitian yang digunakan termasuk kespesifikasi bahan dan alat,
pengambilan contoh (kualifikasi dan cacah), cara pengukuran,
desain penelitian, tahapan cara kerja, parameter, dan analisis data.
Hasil dan pembahasan. Menyajikan hasil yang diperoleh secara
singkat dan dapat didukung oleh ilustrasi berupa tabel, gambar atau
deskripsi kualitatif.Pembahasan dibuat dengan menitikberatkan pada
hubungan sebab-akibat, keterkaitan antara teori dan hasil, penelitian
terdahulu yang mirip dan sejenis. Penulis diharapkan berani untuk
menilai kelebihan dan kekurangan hasil penelitian yang diperoleh
dengan cara membandingkan hasil penelitian dengan hipotesis,
standar mutu, dan/atau hasil penelitian terdahulu yang sejenis atau
mirip melalui pencantuman dan penggunaan pustaka acuan primer
dalam pembahasan. Dampak dari penelitian yang dilakukan perlu
juga diuraikan pada akhir pembahasan.
Ilustrasi. Ilustrasi berguna untuk memberikan informasi yang lebih
efektif dalam menjelaskan hubungan antar peubah. Ilustrasi dapat
berupa gambar (grafik, diagram alir, bagan, foto atau peta) dan tabel
yang merupakan bagian dari naskah serta dapat berdiri sendiri
sehingga harus diberi keterangan yang jelas. Setiap ilustrasi yang
dibuat harus merujuk dalam naskah utamanya. Tidak diperkenankan
mencantumkan garis pinggir pada gambar. Ilustrasi harus disertakan
dalam teks naskah; tidak terpisah dari naskah; tidak berada di akhir
naskah.
Kesimpulan. Kesimpulan menggambarkan atau memberi jawaban
atas permasalahan atau tujuan penelitian, dan bukan sebagai
rangkuman hasil penelitian. Kesimpulan dibuat singkat, jelas,
bersifat kualitatif dan umum, dan ditulis dalam paragraf.
Saran (jika diperlukan). Saran berisi hal-hal penting dalam upaya
penelitian lebih lanjut maupun dalam tahap implementasi.
Ucapan terima kasih (jika diperlukan). Ditujukan kepada instansi
dan atau orang yang berjasa besar terhadap penelitian yang
dilakukan dan ditulis dalam 1 paragraf maksimum 50 kata.
Daftar pustaka. Acuan pustaka yang digunakan dalam naskah
ditulis dengan format nama keluarga diikuti tahun penerbit yang
ditulis dalam tanda kurung (acuan pustaka pada awal kalimat) atau
nama keluarga diikuti tahun penerbitan sumber informasinya serta
diapit oleh tanda kurung (acuan pustaka pada akhir kalimat). Pada
pustaka dengan dua penulis, dituliskan kata hubung dan diantara
nama penulis (acuan pustaka dalam alinea) atau dihubungkan tanda
& diantara nama penulis (acuan pustaka diapit tanda kurung). Jika
terdapat lebih dari dua penulis, maka cukup dituliskan nama penulis
pertama diikuti et al. diikuti tahun penerbitan sumber informasinya.
Daftar pustaka memuat acuan pustaka yang digunakan dalam naskah
dan ditulis dengan format nama keluarga dan tahun terbitnya, yang
diurut berdasar huruf depan nama penulis pertama.
Acuan pustaka yang digunakan maksimal berasal dari acuan yang
diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Daftar lengkap acuan pustaka
disusun menurut abjad, diketik satu spasi dengan tata cara penulisan
seperti contoh-contoh berikut:
Jurnal:
Arbeeny, C. M., 2004. Addressing the unmet medical need for safe
and effective weight loss therapies. Obesity Research 12, pp. 11911196.
Jaya, I. N. S., S. Kobayashi, M. B. Saleh, 2006. Feasibility of
multidare Landsat-5 data for monitoring forest plantation using
principal component algorithm. Jurnal Manajemen Hutan Tropika
12 (1), pp. 7–17.
Buku:
Draper, N. R., H. Smith, 1992. Analisis Regresi Terapan. Sumantri
B, penerjemah. Terjemahan dari: Applied Regression Analysis.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harborne, J. B., 1987. Phytochemical Methods. Chapman and Hall,
London.
[PROSEA] Plant Resources of South-East Asia, 2002. PROSEA 12
(2): Medical and Poisonous Plants 2. PROSEA, Bogor.
Surat Keputusan Menteri Pertanian, 2008. Lampiran Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 240/Kpts/SR 120/3/2/2008. Tanggal 6
Maret 2008.
Artikel dalam buku:
Lancia, R., J. Nichols, K. Pollock, 1994. Estimating the number of
animals in wildlife populations. Dalam: TA Bookout, editor.
Research and Management Techniques for Wildlife and Habitats.
Fifth edition. The Wildlife Society, Bethesda. Artikel dalam
Prosiding.
Rahmat, M., A. Sumadi, A. B. Hidayat, 2007. Pendugaan serapan
karbon hutan tanaman Acacia crassicarpa umur 2 dan 3 tahun di
HTI PT SBA Wood Industries. Dalam: Prosiding Workshop Sintesa
Hasil Litbang Hutan Tanaman; 2007 Desember 14, pp. 293–245.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor.
Tesis/Disertasi:
Prihadi, N., 2010. Kelembagaan kemitraan industri pengolahan kayu
bersama rakyat dalam rangka pembengunan hutan di Pulau Jawa.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Paten:
Muchtadi, T. R., penemu; Institut Pertanian Bogor. 9 Maret 1993.
Suatu proses untuk mencegah penurunan beta karoten pada minyak
sawit. ID 0002569.
Informasi dari internet:
Torres, M. A., Vera, 2005. Detecting areas disturbed by mining
activities through landsat images San Luis Potosi City. Mexico
Geophysical Research Abstracts 7, pp. 54–57. [terhubung berkala].
http://www/sciencedirect.com [22 Februari 2009].
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5 No. 1 (Juli 2015): 17-24
KAJIAN BEBAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KECIL
MENENGAH (IKM) BATIK KLASTER TRUSMI KABUPATEN CIREBON
(Study on Wastewater Pollution Load from Batik Small Medium Enterprises (SMEs) In
Trusmi Cluster, Cirebon District)
Adi Sulaksonoa, Hefni Effendib, Budi Kurniawanc
a
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, 16151, Telp (021) 53166141
/ 087871766557 [email protected]
b
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat (PPLH-LPPM),
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
c
Kementerian Lingkungan Hdiup dan Kehutanan, Jalan D.I. Panjaitan Kav. 24. Kebon Nanas, Jakarta Timur,
13410
Abstract. Growing number of Indonesian Batik SMEs has been started since UNESCO announced batik as world heritage from
Indonesia in 2009. However, this condition also brings negative impact related to water pollution. Huge variety of dyestuff always has been a challenge in estimating total pollution load from this sector. This study aim to estimate pollution load of some
key parameters (BOD5,COD and TSS) of wastewater generated by Batik SMEs in Trusmi cluster. By calculating pollution load
factor per unit product (PLU) trough analyzing waste water quality and quantity in every step of batik making process and considering type of fabric (cotton and silk) and type of dyestuff (Naphtol and Indigosol) as variable, it can be concluded that the
PLU factor for BOD5 and TSS is associated to the type of fabric, meanwhile COD parameter is associated to the type of dyes. By
multiplying the PLU factor with total production capacity from all SMEs in Trusmi cluster, it can be estimated that the total pollution load range in Trusmi area for BOD is at 5,9 – 39,5 ton/year; COD at 112-426ton/year; and TSS at 4,88-16,3ton/year.
Keywords: Batik, SMEs Cluster, pollution load factor, waste water
(Diterima: 16-02-2015; Disetujui: 31-03-2015)
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Setelah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2009, industri batik di
Indonesia makin berkembang pesat. Pada akhir tahun
2010 usaha Industri Kecil Menengah (IKM) pembatikan di Indonesia berjumlah 55.778 unit dengan total
tenaga kerja yang terserap mencapai 916.783 orang
(Jusri & Idris 2012). Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian tahun 2010, Industri batik di Indonesia selama lima tahun terakhir memiliki nilai produksi rata-rata mencapai Rp 3,94 triliun dan nilai ekspor rata-rata mencapai US$ 65,58 juta.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, pada tahun 2013 terdapat 530 IKM batik yang menyerap 4.408 tenaga kerja.
Sebagian besar pengerajin batik tradisional tersebut
terdapat di Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon,
sehingga daerah ini berkembang menjadi Obyek Wisata belanja Batik Trusmi. Selain memberikan pengaruh positif IKM batik juga memberikan dampak negatif khususnya bagi pencemaran lingkungan. Hingga
saat ini, sebagian besar proses produksi batik di Trusmi masih dilakukan dengan cara tradisional dan kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Terlebih
proses pewarnaan dengan teknik pencelupan seperti
yang dilakukan di Cirebon lebih rendah produktivitas
airnya dibandingkan dengan pewarnaan dengan teknik
padding seperti yang dilakukan di Pe-kalongan (Sari
et al. 2012)
Limbah cair dari industri tekstil memiliki dampak
buruk terhadap lingkungan karena beberapa diantaranya bersifat tidak dapat diurai secara alami dan karsinogenik sehingga harus dikelola secara benar (Babu
et al. 2007). Terlebih lagi buangan zat warna merupakan pencemar yang dampaknya paling cepat terdeteksi
secara kasat mata walaupun kadarnya dibawah 1 ppm
(Pareira & Alves 2012). Minimnya modal usaha, tekanan ekonomi pengerajin dan kesadaran lingkungan
dari pemilik IKM batik yang telah beroperasi sejak
lama membuat upaya pengolahan limbah cair belum
menjadi prioritas.
Walaupun limbah cair dari IKM batik hanya dikeluarkan dari proses pewarnaan, pelepasan lilin (pelorodan), dan pencucian, namun variasi kualitas limbah
cair yang dikeluarkan dari IKM batik sangat besar.
Kondisi ini tentunya menyulitkan pembuat kebijakan
untuk menetapkan besarnya faktor beban pencemar
dari sektor ini (UGM 2013). Berdasarkan Chakraborty (2014) terdapat ribuan variasi warna yang dapat
dihasilkan dari satu kelompok jenis zat warna Naphtol
dan garam Diazoniumnya saja, sedangkan pada proses
17
ISSN 2086-4639
JPSL Vol. 5 (1): 17-24
pewarnaan di IKM batik terdapat 12 kelompok jenis
zat warna. Selain dari sisa zat warna, limbah cair yang
dikeluarkan oleh IKM batik juga mengandung bahan
kimia pendukung proses produksi seperti NaOH, NaNO2, HCl, Na2CO3, dan Na2O3Si dengan konsentrasi
yang bervariasi tergantung warna batik yang ingin
dihasilkan.
Langkah awal dalam strategi pencegahan pencemaran sumber daya air adalah dengan melakukan audit
dan karakterisasi dari limbah cair yang berasal dari
kegiatan industri (Rathore 2012). Informasi terkait
dengan faktor beban pencemar per unit produk dapat
digunakan untuk mengestimasi secara cepat total beban pencemaran yang ada di suatu daerah sehingga
bermanfaat untuk memecahkan masalah pengendalian
pencemaran dari sektor tertentu (Kung & Yu 2000).
Kajian tentang faktor beban pencemar limbah cair
IKM batik perlu dilakukan dengan mempertimbangkan variabel produksi yang dapat memengaruhi besaran beban pencemar (Coreia et al. 1994). Besarnya
beban pencemaran dari jenis industri tekstil sangat
bervariasi dan tergantung dari jenis dan jumlah bahan
kimia yang digunakan. elain itu tiap jenis serat kain
memiliki karakteristik daya serap yang berbeda terhadap zat warna (Susanto 1974).
Berdasarkan Peraturan Menteri LH No 1 Tahun
2010 tentang tata laksana pengendalian pencemaran
air, tahapan awal dalam pengendalian pencemaran air
adalah dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air. Dalam rangka inventarisasi
terkait dengan beban pencemaran air dari sektor IKM
batik yang merupakan salah satu sektor unggulan di
Kabupaten Cirebon, kajian mengenai total beban pencemar limbah cair perlu dilakukan. Oleh sebab itu,
penelitian ini hanya fokus mengkaji parameter yang
dipersyaratkan dalam Keputusan menteri LH No 51
Tahun 1995 sebagai bagian dari kegiatan inventarisasi,
walaupun menurut Ritayanti (2011) terdapat beberapa
zat warna jenis Naphtol yang masuk ke dalam kategori
limbah bahan beracun berbahaya (B3) karena sifatnya
yang karsinogenik.
1.2. Tujuan
Penelitian ini mencoba menghitung faktor beban
pencemar per unit produk untuk parameter kunci limbah cair untuk industri tekstil yaitu BOD5, COD dan
TSS dengan mempertimbangkan jenis zat warna yang
biasa digunakan di Cirebon (golongan Naphtol, dan
golongan Indigosol) dan juga jenis kain (katun dan
sutra). Dengan mengetahui nilai faktor beban pencemar ditambah dengan kapasitas produksi ditiap proses
produksi IKM batik maka estimasi dari total beban
pencemar limbah cair IKM batik Trusmi dapat diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis faktor beban pencemar limbah
cair IKM batik klaster Trusmi.
2. Mengestimasi beban pencemaran akibat limbahcair dari industri batik Klaster Trusmi.
18
2. Metode
2.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di sentra IKM Batik
Trusmi Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Wilayah penelitian melimputi empat wilayah Desa yang meliputi
Desa Trusmi Kulon, Desa Trusmi Wetan, Desa Wotgali, dan Desa Kali Tengah. Untuk analisis kualitas
limbah cair dilakukan di laboratorium terakreditasi
Akademi Kimia Analisis Bogor. Penelitian ini telah
selesai dilakukan pada bulan Juni – Desember 2014.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan meliputi kain katun tipe G
dan sutra tipe super yang telah dipotong 2 meter sebanyak 18 potong. Zat warna untuk menghasilkan warna
merah, biru dan hitam dari jenis Naphtol dan Indigosol
serta bahan laboratorium untuk menganaisis kualitas
limbah parameter BOD5, COD, dan TSS. Sedangkan
alat yang digunakan meliputi peralatan produksi batik
milik 12 IKM, peralatan sampling limbah cair termasuk pH meter, pengawet sampel dan GPS Android
(software GPS Test Plus ver 1.5). Peralatan laboratorium untuk menganaisis kualitas limbah parameter
BOD5, COD, TSS. Serta alat ukur volume, panjang
dan waktu.
2.3. Metodologi
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan
analisis, yaitu analisis nilai faktor beban pencemar
danestimasi nilai total beban pencemar.
a. Analisis Faktor Beban Pencemar
Faktor beban pencemar limbah cair IKM batik
Trusmi dihitung untuk tiga dari tujuh parameter yang
dipersyaratkan dalam KepmenLH No 51 Tahun 1995
tentang baku mutu limbah cair industri tekstil yang
meliputi BOD5, COD, dan TSS yang menyatakan
bahwa ketiga parameter tersebut merupakan parameter
kunci limbah batik yang kadarnya sering kali melampaui baku mutu yang ditetapkan pemerintah (Dinas
Lingkungan Hidup Kab Cirebon 2007). Berdasarkan
Indriyani (2004) pengukuran parameter BOD5 dan
COD sangat penting untuk mengetahui tingkat biodegradativitas dari limbah cair, sedangkan parameter
TSS diperlukan untuk mengetahui jumlah padatan
baik yang terendapkan secara alami maupun tidak
dapat diendapkan. Ketiga parameter ini diperlukan
dalam rancangan instalasi pengolahan air limbah yang
sesuai.
Untuk parameter lainnya yang dipersyaratkan dalam KepmenLH No 51 Tahun 1995 (Minyak-Lemak,
Fenol, Cr total, pH) pada umumnya berada di bawah
nilai baku mutu yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan
Minyak-Lemak dan Fenol dari malam dari proses pelorodan pada umumnya di-recovery untuk digunakan
kembali pada proses pembatikan. Untuk parameter Cr
total, menurut Cristy (2001) pada zat warna jenis
JPSL Vol. 5 (1): 17-24, Juli 2015
Naphtol dan Indigosol tidak mengandung logam Cr
seperti jenis zat warna mordan yang digunakan dalam
produk tekstil di industri besar. Sedangkan parameter
pH hanya merupakan parameter indikator deraja keasaman limbah, dan tidak digunakan dalam perhitungan
beban pencemaran.
Nilai faktor beban pencemar didapatkan melalui
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua
faktor. Faktor pertama adalah jenis kain (Katun tipe G
dan Sutra tipe Super) dan faktor kedua adalah jenis zat
warna (Naphtol dan Indigosol). Setiap perlakuan dila-
kukan di tiga IKM sebagai ulangan dimana setiap
IKM akan diberikan tiga potong kain sepanjang 2 meter yang sudah dibatik cap dengan motif ceplis, dengan demikian rancangan ini memiliki 36 unit percobaan untuk 3 parameter. Tiap IKM diminta mewarnai
tiga potong kain masing-masing 1 warna (merah, biru,
dan hitam) (UGM 2013). Zat warna yang akan digunakan untuk percobaan disiapkan berdasarkan hasil
berdiskusi dengan IKM batik dengan mempertimbangkan kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh
IKM dengan ketentuan sesuai pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis zat warna yang digunakan dalam proses pewarnaan batik
Warna Naphtol
Warna Indigosol
Jenis Bahan Kimia
Merah
Biru
Zat Warna
AS-BS
AS-D
Zat Fixator
R
Zat Pembantu
NaOH
Hitam
AS-BO
AS-G
G.Hitam
BB
G.Biru
NaOH
Merah
Biru
Hitam
Sol. Abang
Sol Biru
Sol Abu
NaNO2
NaNO2
NaNO2
HCl
HCl
HCl
NaOH
Keterangan: Jumlah perbandingan Naphtol dan garam Diazonium adalah 15 g : 30 g; Jumlah perbandingan Indigosol dan NaNO2 adalah 10 g:
20 g; AS-BS, AS-D, AS-BO, AS-G merupakan kode nama dagang zat warna Naphtol; R, BB, G. Hitam G. Biru merupakan kode nama dagang
garam diazonium; Sol pada Sol. Abang, Sol Biru dan Sol. Abu merupakan singkatan sekaligus nama dagang darizat warna Indigosol.
Limbah cair kemudian diambil sampel air limbahnyadari:
1. Proses pewarnaan (bak warna dan bak fiksasi)
masing-masing 500 mL sehingga didapatkan
total 3L komposit sampel limbah proses pewarnaan.
2. Proses pelorodan (setelah dingin dan lilin yang
terapung disingkirkan) sebanyak 2L.
3. Proses pencucian (cuci warna dan cuci lorod
dikompositkan) sebanyak 2L.
Sampel di setiap proses kemudian dibagi 2, dimasukan kedalam jerigen 1L, diberi label, dan dipisahkan
untuk dipreservasi menggunakan bahan pengawet
yang berbeda. Sisa sampel 1 L dari proses pewarnaan
dikembalikan ke tempat produksi untuk kemudian
dibuang. Untuk parameter BOD5 dan TSS didinginkan,
dan parameter COD di tambahkan H2SO4 pekat sampai pH < 3. Proses sampling dilakukan pada hari yang
sama dan ditransportasikan ke laboratorium uji AKA
Bogor sehari sesudahnya. Analisis kualitas limbah
untuk 3 parameter dilakukan dengan metode pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Metode analisis kualitas limbah cair
Parameter
Metode Uji
Prinsip Metode
BOD5
SNI 6989.72-2009
Titrimetri
COD
SNI 6989.73-2009
Titrimetri
TSS
SNI 06-6989.27-2005
Gravimetri
Analisis beban pencemaran dihitung berdasarkan
beban pencemaran aktual dalam berat parameter
(gram) per satuan produk (meter) yang disesuaikan
untuk per tahapan proses. Hasil uji kualitas limbah
kemudian dikalikan dengan volume limbah tiap proses
untuk didapatkan nilai beban pencemar di masingmasing proses yang kemudian dianalisis dengan anova
dua arah dengan selang kepercayaan 90% menggunakan software minitab versi 15 untuk melihat ada tidaknya pengaruh perlakuan pada tiap proses. Berdasarkan penurunan persamaan perhitungan beban pencemar yang dilakukan oleh Suhubawa (2008) terhadap
parameter yang tidak dipengaruhi oleh variabel perlakuan, maka faktor beban pencemar dihitung dengan
persamaan (1) sebagai berikut:
FBPj= { ∑ [Cij x Vi x f] }/ n……………....… (1)
FBPj (g/m)
Cij (mg/L)
Vj (L)
f
i
j
n
= Faktor Beban Pencemar Parameter
j
= Konsentrasi limbah cair proses i
parameter j
= Volume limbah pada proses i
= Faktor konversi (0,002)
= proses produksi (pewarnaan, pelorodan, pencucian)
= parameter limbah cair (BOD,
COD, TSS)
= jumlah sampel (12 IKM)
Namun apabila terdapat pengaruh akibat faktor maka untuk mendapatkan nilai faktor beban pencemar
19
ISSN 2086-4639
JPSL Vol. 5 (1): 17-24
ditentukan berdasarkan rata-rata variabel yang berpengaruh (Hanafiah 2005).
Analisis Estimasi Total Beban Pencemar
Estimasi total beban pencemar ditentukan dari hasil
perkalian faktor beban pencemar dengan total kapasitas produksi yang ada berdasarkan data sekunder yang
didapat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Cirebon. Dengan menggunakan asumsi
tiap potong kain batik memiliki panjang 2,5 meter
dengan rata-rata 3 warna di setiap potongnya.
b.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Analisis Faktor Beban Pencemar
Analisis faktor beban pencemar merupakan salah
satu pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui
nilai konstanta yang dapat dipakai untuk mengetahui
besarnya beban per unit produk. Dengan mengetahui
nilai faktor beban pencemar dari limbah cair untuk
parameter BOD5, COD, dan TSS diharapkan dapat
membantu pembuat kebijakan untuk mengestimasi
total beban pencemar secara cepat hanya dengan
merujuk pada data total kapasitas produksi IKM batik.
Dalam sektor batik unit yang umum digunakan oleh
pengerajin batik tradisional Trusmi adalah satuan po-
tong, hal ini disebabkan oleh panjang kain batik yang
diproduksi berbeda-beda ukurannya. Namun menurut
Susanto (1974) luas kain merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi sedikit banyaknya zat warna
yang terserap, sehingga apabila satuan potong
digunakan sebagai unit perhitungan faktor beban
pencemar maka konsentrasi zat warna dalam limbah
cair per potong kain menjadi tidak terkendali dan
dapat menimbulkan bias. Oleh karena itu penentuanfaktor beban pencemar pada penelitian ini ditetapkan
dalam satuan gram/meter kain dengan asumsi lebar
kain dianggap sama.
Hasil perhitungan beban pencemar untuk
keseluruhan proses berdasarkan hasil analisis kualitas
limbah cair dan volume limbah disetiap proses maka
didapatkan rata-rata hasil seperti pada Tabel 3.
Nilai rata-rata faktor beban pencemar limbah cair
batik yang tercantum pada Tabel 3 merupakan nilai
umum yang dapat digunakan untuk mengestimasi secara kasar total beban pencemaran dari limbah cair
IKM batik tanpa memperhitungkan proporsi jenis kain
dan jenis zat warna yang digunakan. Untuk meningkatkan akurasi perkiraan total beban pencemar dengan
mempertimbangkan faktor jenis kain dan zat warna,
maka pendekatan nilai faktor dilakukan dengan uji
statistik anova dua arah untuk setiap parameter uji.
Tabel 3. Rata-rata nilai faktor beban pencemar untuk 3 parameter untuk keseluruhan proses (gram/meter)
Perlakuan
BOD5
COD
TSS
Katun Naphtol (KN)
61,6
550
21,9
Katun Indigosol (KI)
21,7
182
16,1
Sutra Naphtol (SN)
79,7
928
51,6
Sutra Indigosol (SI)
88,3
408
29,5
Rata-rata
62,8 ± 39,4
517 ± 373
29,8 ± 20,7
a. BOD5 (Kebutuhan Oksigen Biologi)
Menurut Indriyani (2004) BOD5 didefinisikan
sebagai jumlah oksigen yang digunakan oleh
organisme
nonfotosintetik
untuk
melakukan
metabolisme secara biologis terhadap senyawasenyawa organik yang dapat terurai secara biologis
pada suhu 20oC selama 5 hari. Walaupun nilai BOD5
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya
dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan
organik mudah urai yang ada di perairan. Hasil
analisis faktor beban pencemar limbah cair IKM batik
parameter BOD5 untuk tiap tahapan proses dapat
dilihat pada Gambar 1.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa proses penyumbang nilai beban pencemar parameter BOD5
tertinggi ada di proses pelorodan untuk perlakuan sutra Naphtol (SN) dan sutra Indigosol (SI). Hasil uji
statistik anova 2 arah dengan selang kepercayaan 90%
untuk BOD5 juga menunjukan hanya jenis kain yang
memberikan pengaruh kepada nilai beban pencemar
dengan P-value sebesar 0,079, sedangkan rata-rata
untuk kain katun sebesar 41,6 g/m dan 84,0 g/m untuk
20
kain sutra. proses pelepasan lilin untuk kain sutra lebih
sulit dibandingkan kain katun (Susanto 1974). Oleh
karena itu IKM umumnya menambahkan soda abu
(Na2CO3) berlebih pada proses pelorodan untuk kain
sutra. Hal ini yang membuat nilai BOD5 kain sutra
menjadi lebih tinggi dari kain katun.
Pada Gambar 1 juga terlihat nilai yang cukup tinggi
pada proses pencucian untuk perlakuan SI. Berdasarkan analisis dari data primer, nilai faktor tersebut meningkat akibat data yang dihasilkan pada salah satu
IKM yang proses pencuciannya menggunakan water
glass atau Natrium Silikat (Na2O3Si) untuk membantu
melepaskan lilin yang tidak larut pada proses pelorodan. Hal ini dapat disimpulkan setelah melihat beban
pencemar parameter TSS (Gambar 3) pada IKM yang
sama, dimana nilainya paling rendah dibandingkan
perlakuan yang lain pada proses yang sama. Berdasarkan sifat fisikanya, Natrium Silikat merupakan garam
larut air, sehingga tidak berbentuk suspensi dan tidak
memberikan pengaruh pada konsentrasi TSS (Effendi
2007).
JPSL Vol. 5 (1): 17-24, Juli 2015
b. COD (Kebutuhan Oksigen Kimiawi)
Menurut SNI no 6989.73-2009 nilai COD menunjukan jumlah oksidan Cr2O72- yang bereaksi dengan
contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O untuk tiap
1000 mL larutan uji. Uji COD hanya merupakan suatu
analisis yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menentukan/menirukan oksidasi biologis
(yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga merupa-
kan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas
maka tes COD tidak dapat membedakan antara zat
yang teroksidasi secara biologis dan zat yang sebenarnya tidak teroksidasi secara biologis. Hasil analisis
faktor beban pencemar limbah cair IKM batik parameter COD untuk tiap tahapan proses dapat dilihat pada
Gambar 2.
Faktor Beban Pencemar Parameter BOD5 (g/m) per Tahapan Proses
100.0
88.3
90.0
79.7
80.0
70.0
64.6
61.6
56.8
60.0
KN
50.0
KI
40.0
30.0
29.2
20.0
17.4 15.9
12.9
3.8
10.0
SN
28.7
21.7
SI
14.9
2.8
2.0 2.3
0.0
Total
Pewarnaan
Pelorodan
Pencucian
Gambar 1. Grafik rata-rata faktor beban pencemar parameter BOD5(g/m) untuk setiap tahapan proses, (KN) Katun Naphtol,
(KI) Katun Indigosol, (SN) Sutra Naphtol, (SI) Sutra Indigosol
Faktor Beban Pencemar Parameter COD (g/m) per Tahapan Proses
1000.0
927.8
900.0
800.0
700.0
600.0
500.0
408.2
400.0
300.0
200.0
KN
583.0
549.6
KI
354.5
SN
250.0
182.2
150.7
49.4
100.0
198.3
188.2
99.6
21.7
44.4 33.2
94.7
SI
0.0
Total
Pewarnaan
Pelorodan
Pencucian
Gambar 2. Grafik rata-rata faktor beban pencemar parameter COD (g/m) untuk setiap tahapan proses,(KN) Katun Naphtol,
(KI) Katun Indigosol, (SN) Sutra Naphtol, (SI) Sutra Indigosol
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai faktor
beban pencemar tertinggi terdapat pada perlakuan
sutra Naphtol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan di Yogyakarta dimana limbah zat
warna dari jenis Naphtol memiliki nilai COD yang
lebih tinggi dibandingkan dengan zat warna Indigosol
(UGM 2013).
Dengan menggunakan selang kepercayaan 90%
pada analisis anova dua arah, maka variabel jenis zat
warna dengan nilai p-value 0,040 merupakan variabel
yang memberikan pengaruh terhadap nilai beban pencemar parameter COD, yaitu 739 g/m untuk kain ka-
tun dan 295 g/m untuk kain sutra. Ditinjau dari struktur kimia dari zat warna jenis Naphtol akan stabil ketika sudah bereaksi secara kopling dengan garam diazonium dan membentuk senyawa berwarna yang tak
larut air (Susanto 1974). Sedangkan warna Indigosol
dibangkitkan melalui reaksi oksidasi menggunakan
NaNO2 dalam suasana asam membentuk senyawa
keton (-C=O) (Susanto 1974). Hal ini menunjukan
bahwa dalam keadaan yang telah teroksidasi, sisa
limbah zat warna Indigosol akan memberikan nilai
COD yang relatf lebih kecil ketika bereaksi dengan
21
ISSN 2086-4639
JPSL Vol. 5 (1): 17-24
Oksigen dari Cr2O72- bila dibandingkan dengan nilai
COD dari zat warna Naphtol.
c. TSS (Padatan Tersuspensi Total)
TSS merupakan kombinasi jumlah mg padatan baik
yang dapat diendapkan maupun yang tidak dapat
diendapkan dalam tiap liter air limbah. Hasil analisis
faktor beban pencemar limbah cair IKM batik
parameter TSS untuk tiap tahapan proses dapat dilihat
pada Gambar 3.
Berdasarkan hasil analisis anova dua arah dengan
selang kepercayaan 90% terhadap hasil perhitungan
beban pencemar limbah cair untuk parameter TSS
didapatkan kesimpulan bahwa hanya variabel kain
yang memberikan pengaruh terhadap nilai faktor
beban pencemar yaitu dengan P-value sebesar 0,089.
Dengan demikian faktor beban pencemar yang
digunakan menggunakan rata-rata dari variabel kain
yaitu 19,0 g/m untuk katun dan 40,5 g/m dari kain
sutra. Bila dilihat dari grafik pada Gambar 3, dapat
diambil kesimpulan bahwa penyumbang nilai TSS
terbesar pada kain sutra terdapat pada proses
pelorodan.
Menggunakan argumen yang sama dengan
parameter BOD5, dapat diambil kesimpulan bahwa
tingginya nilai TSS untuk kain sutra pada proses
pelorodan berasal dari penambahan Na2CO3 yang
berfungsi untuk mempercepat proses pelepasan lilin
dari kain sutra.
Faktor Beban Pencemar Parameter TSS (g/m) per Tahapan Proses
60.0
51.6
50.0
40.0
KN
29.5
27.6
30.0
21.9
20.0
21.4
KI
24.3
SN
16.1
10.9
10.0
4.2
3.3
SI
8.9
5.6
5.3
3.0 2.6 2.0
0.0
Total
Pewarnaan
Pelorodan
Pencucian
Gambar 3. Grafik faktor beban encemar parameter TSS (g/m) per tahapan proses, (KN) Katun Naphtol, (KI) Katun Indigosol,
(SN) Sutra Naphtol, (SI) Sutra Indigosol
3.2. Analisis Estimasi Total Beban Pencemar
Estimasi total beban pencemar sektor IKM batik di
klaster Trusmi dihitung berdasarkan hasil perkalian
antara kapasitas produksi dengan faktor beban
pencemar. Faktor beban pencemar limbah cair IKM
batik ditentukan dari rata-rata dan standar deviasi
variabel yang memberikan pengaruh seperti dapat
dilihat pada Tabel 4.
Besarnya nilai standar deviasi pada faktor beban
pencemar disebabkan oleh minimnya jumlah pengulangan pada perlakuan yang terbatas sebanyak tiga
kali. Kebiasaan pengerajin yang berbeda-beda dalam
melakukan teknik pewarnaan membuat kisaran konsentrasi limbah cair menjadi tinggi. Untuk mendapatkan jumlah pengulangan yang lebih banyak, dibutuhkan tambahan personil pada tim pengambil sampel,
sehingga sampel limbah cair dapat diambil pada hari
yang sama. Dengan memperbanyak jumlah IKM maka
diharapkan rentang nilai standar deviasi diharapkan
akan menjadi lebih kecil. Hal ini akan berdampak pada peningkatan efektifitas perencanaan pengambilan
kebijakan terkait dengan disain pengolahan air limbah
22
yang lebih efisien.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, pada
tahun 2013 seluruh IKM yang berada di Desa Trusmi
Wetan, Trusmi Kulon, Kali Tengah dan Wotgali berjumlah 302 IKM dengan total kapasitas produksi sebesar
454.625
meter
per
tahun.
Menurut
no 1 (2014) melalui komunikasi pribadi perbandingan
penggunaan kain katun dan sutra untuk batik di Kabupaten Cirebon adalah 8 : 2. rasio penggunaan zat warna jenis Naphtol dan Indigosol sebesar 2 : 1 (CBI
2011). Berdasarkan analisis faktor beban pencemar
maka total beban pencemar untuk tiap parameter dapat
dilihat pada Tabel 5.
Dengan membagi nilai total beban pencemar limbah cair IKM batik hasil estimasi dengan total IKM
yang ada di klaster Trusmi yang berjumlah 302 unit,
maka kisaran beban pencemar yang dikeluarkan oleh
tiap IKM batik dapat dilihat pada Tabel 6. Dari data
tersebut dapat membantu Pemerintah Daerah dalam
membuat perencanaan terkait dengan berapa biaya
1
Kepala Subbidang industri Disperindag. Kab Cirebon
JPSL Vol. 5 (1): 17-24, Juli 2015
ma oleh pengerajin dan masyarakat sekitar dapat diperkirakan.
yang dibutuhkan untuk mengelola limbah cair yang
dikeluarkan oleh tiap IKM berdasarkan kapasitas produksinya. Selain itu dampak pencemaran yang diteri-
Tabel 4. Faktor beban pencemar limbah cair IKM batik untuk parameter BOD5, COD, dan TSS
Kain
Warna
VARIABEL
Katun
PARAMETER
BOD5 (g/m)
Sutra
Rata-rata
SD
41.6
37.5
Rata-rata
84.0
Naphtol
SD
Rata-rata
Indigosol
SD
Rata-rata
SD
35.1
-
-
-
-
COD (g/m)
-
-
-
-
739
436
295
164
TSS (g/m)
19.0
9.29
40.6
25.8
-
-
-
-
Keterangan: Nilai dihitung menggunakan ANOVA dua arah menggunakan software minitab ver 15, SD adalah standar deviasi dari nilai beban
masing masing variabel yang dihitung menggunakan software ms. excel 2010
Tabel 5. Estimasi total beban pencemar limbah cair IKM batik
Trusmi
BOD5
Estimasi Total Beban Pencemar
Limbah Cair
(Ton / Tahun)
5,9 – 39,5
COD
112 – 426
TSS
4,88 – 16,3
Parameter
Tabel 6. Kisaran beban pencemar yang dikeluarkan Tiap IKM Batik
per tahun
Parameter
BOD5
Beban Pencemar Limbah Cair
(Kg / Tahun)
19,7 – 131
COD
371- 1412
TSS
16,1 – 15,0
Terkait dengan aspek toksikologi, beberapa
penelitian menyatakan bahwa terkait limbah cair dari
IKM batik memiliki dampak negatif terhadap
kesehatan. Menurut Indriyani (2004) zat warna
Naphtol bersifat toksik dan dapat mengakibatkan
penyakit kanker kulit.. Selain itu kedutaan Besar RI
untuk Belanda bagian Perdagangan telah memberikan
surat peringatan kepada Dirjen Perdagangan
Internasional Kementerian Perdagangan RI pada tahun
1996 terkait dengan peringatan pelarangan
penggunaan sebagian zat warna Naphtol dan garam
Diazonium yang telah diberlakukan di Negara Jerman
karena dampaknya terhadap kesehatan. Menurut
Timotius (2002) dalam Indriyani (2004) zat warna
Naphtol yang termasuk dalam golongan azo
merupakan senyawa xenobiotik yang sulit terdegradasi,
dan apabila terdegradasi sering menghasilkan senyawa
lain yang lebih beracun daripada senyawa induknya.
Terkait dengan zat warna indigosol, reaksi oksidasi
pada proses pembangkitan warna menggunakan
NaNO2 dan HCl dapat menimbulkan gas yang dapat
menyebabkan iritasi baik pada mata dan pernafasan.
Berdasarkan pengamatan penulis, hampir seluruh
pengerajin di Klaster trusmi yang menangani proses
pewarnaan tidak menggunakan alat pelindung diri
(APD) baik berupa masker maupun sarung tangan.
Selain itu juga ditemui beberapa pengerajin batik di
klaster Trusmi yang sering memiliki gangguan
kesehatan terkait iritasi kulit dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) setelah melakukan proses
pembatikan.
Untuk meminimalisir besarnya beban pencemaran
limbah cair serta dampaknya terhadap kesehatan,
pembuat kebijakan diharapkan dapat mengembangkan
langkah minimisasi serta pengolahan limbah cair
untuk setiap IKM di klaster Trusmi. Upaya produksi
bersih (PB) terkait dengan pengendalian non produk
output disetiap tahapan produksi dapat dilakukan
melalui pelatihan dan pendampingan teknis untuk
setiap IKM. Dengan mengusung konsep bersih, efisien,
dan sehat, PB diharapkan dapat mengurangi beban
pencemaran sekaligus meminimisasi dampak negatif
terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
1.
2.
Dari hasil rancangan percobaan terhadap kualitas
dan kuantitas limbah cair IKM batik menggunakan anovadua arah maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Variabel yang mempengaruhi besarnya nilai
faktor beban pencemaran limbah cair IKM
batik klaster Trusmi untuk parameter BOD5
dan TSS adalah variable kain, dan untuk parameter COD adalah variabel zat warna.
b. Nilai faktor beban pencemar untuk parameter BOD5 adalah 41,6 ± 37,5 g/m untuk
kain katun dan 84,0 ± 35,1 g/m untuk kain
sutra; nilai faktor beban pencemar untuk parameter TSS adalah19,0 ± 9,29 g/m untuk
katun dan 40,5 ± 25,8 g/m untuk kain sutra;
dan faktor beban pencemar untuk parameter
COD adalah sebesar 739 ± 436 g/m untuk
zat warna Naphtol dan 295 ± 164 g/m untuk
zat warna Indigosol.
Berdasarkan kapasitas produksi IKM, total beban
pencemar limbah cair di klaster Trusmi terhitung
sebesar 5,9-39,5 ton/tahun untuk BOD5, 112-426
23
ISSN 2086-4639
JPSL Vol. 5 (1): 17-24
ton/tahun untuk COD, dan 4,88-16,3 ton/tahun
untuk TSS.
4.2. Saran
1.
2.
3.
Memperkecil rentang nilai faktor beban pencemar limbah cair IKM batik untuk ketiga parameter (BOD5, COD, TSS) dengan memperbanyak
jumlah sampel pengulangan dalam rancangan
percobaan, sehingga dapat meningkatkan efektifitas perencanaan pengendalian pencemaran.
Ekstrapolasi terhadap total nilai beban pencemar
untuk daerah lain dapat dilakukan setelah dilakukan validasi terhadap nilai beban limbah cair di
daerah tersebut.
Upaya minimisasi beban pencemar dapat dimulai
dari tiap individu IKM dengan fokus pada optimasi proses produksi (produksi bersih) maupun
pengolahan air limbah sederhana.
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah membiayai penelitian ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon
serta IKM batik sentra Trusmi yang membantu dalam
kelancaran penelitian ini.
Daftar Pustaka
[1]
Babu, B. R., A. K. Parande, S. Raghu, T. P. Kumar, 2007.
Textile technology - an overview of wastes produced during
cotton textile processing and effluent treatment methods. Journal of Cotton Sciences 11, pp. 110.
[2]
Chakraborty, J.N., 2014. Fundamental and Practices in Coloration of Textiles. Second Editon. Woodhead Publishing India in
Textiles Pvt Ltd., New Delhi.
[3]
[CBI] Clean Batik Initiative, 2011. Second Year Achievement
Report. Ekonid. CBI, Jakarta.
[4]
Correia, V. M., T. Stephenson, S. J. Judd, 1994. Characterization of textile wastewaters – a review. Journal of Environmental Technology, 15 (10), pp. 917-929.
[5]
Cristy, R. M., 2001. Colour Chemistry. Royal Society of
Chemistry Paperbacks. Heriot Watt University, Scottish Borders Campus, Balasheets.
[6]
Dinas Lingkungan Hidup Kab. Cirebon, 2007. Pengkajian
Dampak Lingkungan Sentra Industri Batik Tradisional. Pemda
Kab. Cirebon, Cirebon.
[7]
Effendi, A. H., 2007. Natrium silikat sebagai bahan penghambat api aman lingkungan. Jurnal Teknologi Lingkungan 8 (3),
pp. 245-252.
[8]
Hanafiah, K. A., 2005. Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
[9]
Indriyani, L., 2004. Pengelolaan Limbah Cair Industri Batik di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Institut Pertanian Bogor.,
Bogor.
[10] Jusri, I. M., 2012. Batik Indonesia Sokoguru Budaya Bangsa.
Kementerian Perindustrian, Jakarta.
[11] Kung, C. L., J. T. Yu, 2000. Study on estimating unid loads of
pollutats from industrial wastewater discharges. Journal of the
24
Chinese Institute of Environmental Engineering 10 (3), pp.
241-248.
[12] Parreira, L., M. Alves, 2012. Dyes – Environmental Impact
and Remediation. University of Minho. pp.112-154.
[13] Rathore, J., 2012. Studies on pollution load induced by dyeing
and printing units in River Bandi at Pali, Rajasthan, India, International Journal of Environmental Sciences 3 (1), pp. 735742.
[14] Ritayanti, P., 2011. Hubungan kemampuan kognitif, nilai
budaya, gaya hidup dengan empati lingkungan pada masyarakat wilayah sungai pembuangan limbah batik, survey pada
masyarakat Kota Batik Surakata. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Lingkuangan dan Pembangunan Berkelanjutan 12.
[15] Sari, D. A., S. Hartini, D. I. Rinawati, T. S. Wicaksono, 2012.
Pengukuran tingkat eko-efisiensi menggunakan life cycle assessment untuk menciptakan sustainable production di industri
kecil menengah batik. Jurnal Teknik Industri 14 (2), pp.137144.
[16] Suhubawa, L., 2008. Analisis dan prediksi beban pencemaran
limbah cair industri kayu lapis PT. Jati Dharma Indah serta
dampaknya terhadap kualitas perairan laut. Jurnal Manusia
dan Lingkungan 15(2), pp. 70-78.
[17] Susanto, S., 1974. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Balai Penelitian Batik dan Kerajinan. Departemen Perindustrian, Yogyakarta.
[18] [UGM] Universitas Gajah Mada, 2013. Laporan Kajian Beban
Pencemaran Industri Batik. Lembaga Kerjasama Fakultas
Teknik UGM. UGM, Yogyakarta.
FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Mohon dicatat sebagai pelanggan Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan :
Nama / Instansi
: __________________________________________________________
Alamat
: __________________________________________________________
__________________________________________________________
Kode Pos ________________________
Bersama ini saya kirimkan uang langganan sebesar (beri tanda √) :
Individu/Pribadi
: Rp 100.000,00/tahun, tidak termasuk biaya kirim)
Lembaga/Instansi : Rp 150.000,00/tahun, tidak termasuk biaya kirim)
.............................., ................................
(..............................................................)
Kirimkan formulir ini ke alamat :
Sekretariat Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Gedung Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lantai 4 Kampus IPB Darmaga
Bogor 16680
Telp: 0251 - 8621262; fax: 0251-8622134; e-mail: [email protected]
FORMULIR INI BOLEH DIFOTOKOPI
JURNAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Journal of Natural Resources and Environmental Management
Vol. 5. No. 1, Juli 2015
Integrated Sustainable Mangrove Forest Management
(Cecep Kusmana)
Analisis Mutu dan Kriteria Kelayakan Dokumen Amdal di Kabupaten Bogor dan
Kota Bogor
(Rachma Venita, Hefni Effendi, Hari Wijayanto)
ISSN 2086-4639
1-6
7-16
Kajian Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kecil Menengah (IKM) Batik
Klaster Trusmi Kabupaten Cirebon
(Adi Sulaksono, Hefni Effendi, Budi Kurniawan)
17-24
Penerapan Produksi Bersih untuk Penanganan Air Terproduksi di Industri
Minyak dan Gas
(Sillak Hasiany, Erliza Noor, Moh. Yani)
25-32
Analisis Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sayuran Unggulan di Kabupaten
Batang
(Saksono Raharjo, Widiatmaka, Untung Sudadi)
33-41
Perencanaan Pengembangan Kawasan Jagung Sebagai Bahan Baku Industri
Pakan di Kabupaten Ciamis
(Mustika Gusnia Sari, Khursatul Munibah, Untung Sudadi)
42-50
Arahan dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai
Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka
(Lia Meyana, Untung Sudadi, Boedi Tjahjono)
51-60
Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat dalam Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT)
Terhadap Tanah dan Tanaman Padi Sawah
(S. Dharma Kesuma, Hariyadi, Syaiful Anwar)
61-70
Dinamika Keruangan Pesisir Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Yakobus C.W Siubelan, Kukuh Murtilaksono, Djuara P. Lubis)
71-78
Identifikasi Tingkat Kerawanan Degradasi Kawasan Hutan Mangrove Desa
Muara, Tangerang, Banten
(Hadisti Nur Aini, Omo Rusdiana, Sri Mulatsih)
79-86
Karakteristik, Klasifikasi Tanah, dan Pertumbuhan Tanaman Jati (Tectonagrandis
Linn F.) Var. Unggul Nusantara di Ciampea, Kabupaten Bogor
(Widiatmaka, Akhmad Mediranto, Hermanu Widjaja)
87-97
ISSN
Volume 5 No. 1
Juli 2015
ISSN
Jurnal
PENGELOLAAN
SUMBERDAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN
Journal of Natural Resources and
Environmental Management
Volume 5 No. 1
Juli 2015
sulee
psl-ipb
JURNAL
JPSL
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
ISSN 2086-4639
Penanggung Jawab
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,SPs-IPB
Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) - IPB
Dewan Editor
Teknologi Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Erliza Noor
Kebijakan dan Manajemen Lingkungan
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S
Dr. Ir. Dodik Rido Nurrohmat, M.Sc.F
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T
Ekowisata
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S
Mitigasi Bencana
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si
Dr. Ir. Tania June, M.Sc
Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc
Keanekaragaman Hayati
Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S
Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S
Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si
Perencanaan Wilayah
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr
Dr. Ir. Setia Hadi, M.S
Ekonomi Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, M.A
Prof. Dr. Ir. Ahmad Fauzi, M.Sc
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec
Evaluasi Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Widiatmaka, DAA
Modelling dan Ilmu Sistem
Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng
Komunikasi Masy., Ilmu Sosial &Antropologi
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S
Prof. Dr. Ir. Ali M. A. Rachman
Hidrologi
Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto
Pencemaran Air
Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Sc
Dr. Ir. Etty Riani, M.S
Kesehatan Lingkungan
Drh. Drh. Akhmad Arif Amin
Prof. Dr. Dra. Ietje Wientarsih
Pencemaran Udara
Dr. Ir. Mohammad Yani, M.Eng
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc
Ketua Editor Pelaksana
Yudi Setiawan, M.Sc, Ph.D
Asisten Editor
Annisa Nurdiana, S.Si
M. Irfansyah Lubis, M.Dev.Prac
Prita Ayu Permatasari, S.P
Sekretariat
Nur Sulianti, S.P
Herlin Anggreayani, S.P
Subur, S.E
erbit
Alamat Redaksi
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Gedung Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lantai 4 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Telp.:. 0251 - 8621262 ; fax: 0251-8622134
Homepage www.ipb.ac.id~psl /e-mail [email protected]
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (PS-PSL, SPs IPB)
bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian
Bogor (PPLH-LPPM, IPB) mengelola bersama penerbitan JPSL sejak tahun 2011, dengan periode terbit dua nomor per tahun. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL) merupakan berkala ilmiah yang menyajikan artikel ilmiah, pemikiran
konseptual, review, dan resensi buku pada bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang memiliki karakteristik tropis.
Setiap naskah yang dikirimkan ke Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ditelaah oleh mitra bestari.
Pedoman Penulisan. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan menerima dan memuat naskah dalam bentuk hasil
penelitian (artikel ilmiah), pemikiran konseptual, review, dan resensi
buku. Bahasa yang digunakan dalam naskah adalah bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Naskah hasil penelitian maksimum
dibuat sebanyak 15 halaman (suntingan akhir) termasuk ilustrasi
naskah (gambar dan tabel). Naskah catatan penelitian maksimum
dibuat sebanyak 15 halaman (suntingan akhir). Naskah pemikiran
konseptual maksimum dibuat sebanyak 10 halaman (suntingan
akhir).
Pengiriman Naskah. Naskah dikirimkan dalam bentuk naskah
tercetak dan/atau naskah lunak. Naskah tercetak dibuat 3 rangkap.
Naskah lunak (terdiri dari badan utama naskah dan ilustrasi) diketik
menggunakan program Microsoft Word, Excel, atau program
pengolah kata lainnya dan dikirimkan melalui fasilitas e-mail atau
dalam bentuk CD-ROM. Naskah diketik 1 spasi pada kertas ukuran
A4, menggunakan pias 2 cm, dan tipe huruf Times New Roman
berukuran 10 point. Setiap halaman naskah diberi nomor halaman
secara berurutan. Setiap naskah yang dikirimkan secara langsung,
melalui pos surat, dan melalui fasilitas e-mail harus disertai alamat
korespondensi lengkap dengan nomor telepon dan kode pos. Naskah
dapat dikirim melalui email atau langsung kepada alamat: Editor
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program
Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah
Pascasarjana IPB, Gedung PPLH Lt. 4 Kampus IPB Dramaga,
Bogor 16680 Telp. 0251-8629641 Faks. 0251-8629641, e-mail:
[email protected].
Format Naskah. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan:
Judul. Menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas
(maksimum 20 kata untuk judul berbahasa Indonesia dan 15 kata
untuk judul berbahasa Inggris), ditulis dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris untuk naskah dalam bahasa Indonesia, dan ditulis
dalam bahasa Inggris untuk naskah dalam bahasa Inggris.
Nama lengkap penulis. Ditulis lengkap (tidak disingkat) dan tanpa
gelar.
Alamat lengkap penulis. Ditulis lengkap nama instansi, asal
penulis, dan alamat surat instansi dilengkapi nomor telepon dan
faksimili serta alamat e-mail untuk korespondensi.
Abstrak. Berisi inti naskah yang memuat tujuan, hasil, dan
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dikerjakan.
Maksimum sebanyak 250 kata dan ditulis dalam bahasa Inggris
untuk naskah berbahasa Indonesia maupun naskah berbahasa Inggis,
serta dicantumkan kata kunci (keywords) pada bagian akhir abstrak
(maksimum 5 kata kunci). Kata kunci dibuat spesifik dan
mencirikan naskah sehingga memudahkan dalam proses penelusuran
naskah.
Pendahuluan. Berisi tentang teori, hasil penelitian dan/atau beritaberita terkini yang menjadi latar belakang pentingnya penelitian
dilakukan, rumusan permasalahan, dan tujuan penelitian.
Metode. Mendiskripsikan secara singkat dan padat tentang metode
penelitian yang digunakan termasuk kespesifikasi bahan dan alat,
pengambilan contoh (kualifikasi dan cacah), cara pengukuran,
desain penelitian, tahapan cara kerja, parameter, dan analisis data.
Hasil dan pembahasan. Menyajikan hasil yang diperoleh secara
singkat dan dapat didukung oleh ilustrasi berupa tabel, gambar atau
deskripsi kualitatif.Pembahasan dibuat dengan menitikberatkan pada
hubungan sebab-akibat, keterkaitan antara teori dan hasil, penelitian
terdahulu yang mirip dan sejenis. Penulis diharapkan berani untuk
menilai kelebihan dan kekurangan hasil penelitian yang diperoleh
dengan cara membandingkan hasil penelitian dengan hipotesis,
standar mutu, dan/atau hasil penelitian terdahulu yang sejenis atau
mirip melalui pencantuman dan penggunaan pustaka acuan primer
dalam pembahasan. Dampak dari penelitian yang dilakukan perlu
juga diuraikan pada akhir pembahasan.
Ilustrasi. Ilustrasi berguna untuk memberikan informasi yang lebih
efektif dalam menjelaskan hubungan antar peubah. Ilustrasi dapat
berupa gambar (grafik, diagram alir, bagan, foto atau peta) dan tabel
yang merupakan bagian dari naskah serta dapat berdiri sendiri
sehingga harus diberi keterangan yang jelas. Setiap ilustrasi yang
dibuat harus merujuk dalam naskah utamanya. Tidak diperkenankan
mencantumkan garis pinggir pada gambar. Ilustrasi harus disertakan
dalam teks naskah; tidak terpisah dari naskah; tidak berada di akhir
naskah.
Kesimpulan. Kesimpulan menggambarkan atau memberi jawaban
atas permasalahan atau tujuan penelitian, dan bukan sebagai
rangkuman hasil penelitian. Kesimpulan dibuat singkat, jelas,
bersifat kualitatif dan umum, dan ditulis dalam paragraf.
Saran (jika diperlukan). Saran berisi hal-hal penting dalam upaya
penelitian lebih lanjut maupun dalam tahap implementasi.
Ucapan terima kasih (jika diperlukan). Ditujukan kepada instansi
dan atau orang yang berjasa besar terhadap penelitian yang
dilakukan dan ditulis dalam 1 paragraf maksimum 50 kata.
Daftar pustaka. Acuan pustaka yang digunakan dalam naskah
ditulis dengan format nama keluarga diikuti tahun penerbit yang
ditulis dalam tanda kurung (acuan pustaka pada awal kalimat) atau
nama keluarga diikuti tahun penerbitan sumber informasinya serta
diapit oleh tanda kurung (acuan pustaka pada akhir kalimat). Pada
pustaka dengan dua penulis, dituliskan kata hubung dan diantara
nama penulis (acuan pustaka dalam alinea) atau dihubungkan tanda
& diantara nama penulis (acuan pustaka diapit tanda kurung). Jika
terdapat lebih dari dua penulis, maka cukup dituliskan nama penulis
pertama diikuti et al. diikuti tahun penerbitan sumber informasinya.
Daftar pustaka memuat acuan pustaka yang digunakan dalam naskah
dan ditulis dengan format nama keluarga dan tahun terbitnya, yang
diurut berdasar huruf depan nama penulis pertama.
Acuan pustaka yang digunakan maksimal berasal dari acuan yang
diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Daftar lengkap acuan pustaka
disusun menurut abjad, diketik satu spasi dengan tata cara penulisan
seperti contoh-contoh berikut:
Jurnal:
Arbeeny, C. M., 2004. Addressing the unmet medical need for safe
and effective weight loss therapies. Obesity Research 12, pp. 11911196.
Jaya, I. N. S., S. Kobayashi, M. B. Saleh, 2006. Feasibility of
multidare Landsat-5 data for monitoring forest plantation using
principal component algorithm. Jurnal Manajemen Hutan Tropika
12 (1), pp. 7–17.
Buku:
Draper, N. R., H. Smith, 1992. Analisis Regresi Terapan. Sumantri
B, penerjemah. Terjemahan dari: Applied Regression Analysis.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harborne, J. B., 1987. Phytochemical Methods. Chapman and Hall,
London.
[PROSEA] Plant Resources of South-East Asia, 2002. PROSEA 12
(2): Medical and Poisonous Plants 2. PROSEA, Bogor.
Surat Keputusan Menteri Pertanian, 2008. Lampiran Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 240/Kpts/SR 120/3/2/2008. Tanggal 6
Maret 2008.
Artikel dalam buku:
Lancia, R., J. Nichols, K. Pollock, 1994. Estimating the number of
animals in wildlife populations. Dalam: TA Bookout, editor.
Research and Management Techniques for Wildlife and Habitats.
Fifth edition. The Wildlife Society, Bethesda. Artikel dalam
Prosiding.
Rahmat, M., A. Sumadi, A. B. Hidayat, 2007. Pendugaan serapan
karbon hutan tanaman Acacia crassicarpa umur 2 dan 3 tahun di
HTI PT SBA Wood Industries. Dalam: Prosiding Workshop Sintesa
Hasil Litbang Hutan Tanaman; 2007 Desember 14, pp. 293–245.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor.
Tesis/Disertasi:
Prihadi, N., 2010. Kelembagaan kemitraan industri pengolahan kayu
bersama rakyat dalam rangka pembengunan hutan di Pulau Jawa.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Paten:
Muchtadi, T. R., penemu; Institut Pertanian Bogor. 9 Maret 1993.
Suatu proses untuk mencegah penurunan beta karoten pada minyak
sawit. ID 0002569.
Informasi dari internet:
Torres, M. A., Vera, 2005. Detecting areas disturbed by mining
activities through landsat images San Luis Potosi City. Mexico
Geophysical Research Abstracts 7, pp. 54–57. [terhubung berkala].
http://www/sciencedirect.com [22 Februari 2009].
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 5 No. 1 (Juli 2015): 17-24
KAJIAN BEBAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KECIL
MENENGAH (IKM) BATIK KLASTER TRUSMI KABUPATEN CIREBON
(Study on Wastewater Pollution Load from Batik Small Medium Enterprises (SMEs) In
Trusmi Cluster, Cirebon District)
Adi Sulaksonoa, Hefni Effendib, Budi Kurniawanc
a
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, 16151, Telp (021) 53166141
/ 087871766557 [email protected]
b
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat (PPLH-LPPM),
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
c
Kementerian Lingkungan Hdiup dan Kehutanan, Jalan D.I. Panjaitan Kav. 24. Kebon Nanas, Jakarta Timur,
13410
Abstract. Growing number of Indonesian Batik SMEs has been started since UNESCO announced batik as world heritage from
Indonesia in 2009. However, this condition also brings negative impact related to water pollution. Huge variety of dyestuff always has been a challenge in estimating total pollution load from this sector. This study aim to estimate pollution load of some
key parameters (BOD5,COD and TSS) of wastewater generated by Batik SMEs in Trusmi cluster. By calculating pollution load
factor per unit product (PLU) trough analyzing waste water quality and quantity in every step of batik making process and considering type of fabric (cotton and silk) and type of dyestuff (Naphtol and Indigosol) as variable, it can be concluded that the
PLU factor for BOD5 and TSS is associated to the type of fabric, meanwhile COD parameter is associated to the type of dyes. By
multiplying the PLU factor with total production capacity from all SMEs in Trusmi cluster, it can be estimated that the total pollution load range in Trusmi area for BOD is at 5,9 – 39,5 ton/year; COD at 112-426ton/year; and TSS at 4,88-16,3ton/year.
Keywords: Batik, SMEs Cluster, pollution load factor, waste water
(Diterima: 16-02-2015; Disetujui: 31-03-2015)
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Setelah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 2009, industri batik di
Indonesia makin berkembang pesat. Pada akhir tahun
2010 usaha Industri Kecil Menengah (IKM) pembatikan di Indonesia berjumlah 55.778 unit dengan total
tenaga kerja yang terserap mencapai 916.783 orang
(Jusri & Idris 2012). Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian tahun 2010, Industri batik di Indonesia selama lima tahun terakhir memiliki nilai produksi rata-rata mencapai Rp 3,94 triliun dan nilai ekspor rata-rata mencapai US$ 65,58 juta.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, pada tahun 2013 terdapat 530 IKM batik yang menyerap 4.408 tenaga kerja.
Sebagian besar pengerajin batik tradisional tersebut
terdapat di Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon,
sehingga daerah ini berkembang menjadi Obyek Wisata belanja Batik Trusmi. Selain memberikan pengaruh positif IKM batik juga memberikan dampak negatif khususnya bagi pencemaran lingkungan. Hingga
saat ini, sebagian besar proses produksi batik di Trusmi masih dilakukan dengan cara tradisional dan kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Terlebih
proses pewarnaan dengan teknik pencelupan seperti
yang dilakukan di Cirebon lebih rendah produktivitas
airnya dibandingkan dengan pewarnaan dengan teknik
padding seperti yang dilakukan di Pe-kalongan (Sari
et al. 2012)
Limbah cair dari industri tekstil memiliki dampak
buruk terhadap lingkungan karena beberapa diantaranya bersifat tidak dapat diurai secara alami dan karsinogenik sehingga harus dikelola secara benar (Babu
et al. 2007). Terlebih lagi buangan zat warna merupakan pencemar yang dampaknya paling cepat terdeteksi
secara kasat mata walaupun kadarnya dibawah 1 ppm
(Pareira & Alves 2012). Minimnya modal usaha, tekanan ekonomi pengerajin dan kesadaran lingkungan
dari pemilik IKM batik yang telah beroperasi sejak
lama membuat upaya pengolahan limbah cair belum
menjadi prioritas.
Walaupun limbah cair dari IKM batik hanya dikeluarkan dari proses pewarnaan, pelepasan lilin (pelorodan), dan pencucian, namun variasi kualitas limbah
cair yang dikeluarkan dari IKM batik sangat besar.
Kondisi ini tentunya menyulitkan pembuat kebijakan
untuk menetapkan besarnya faktor beban pencemar
dari sektor ini (UGM 2013). Berdasarkan Chakraborty (2014) terdapat ribuan variasi warna yang dapat
dihasilkan dari satu kelompok jenis zat warna Naphtol
dan garam Diazoniumnya saja, sedangkan pada proses
17
ISSN 2086-4639
JPSL Vol. 5 (1): 17-24
pewarnaan di IKM batik terdapat 12 kelompok jenis
zat warna. Selain dari sisa zat warna, limbah cair yang
dikeluarkan oleh IKM batik juga mengandung bahan
kimia pendukung proses produksi seperti NaOH, NaNO2, HCl, Na2CO3, dan Na2O3Si dengan konsentrasi
yang bervariasi tergantung warna batik yang ingin
dihasilkan.
Langkah awal dalam strategi pencegahan pencemaran sumber daya air adalah dengan melakukan audit
dan karakterisasi dari limbah cair yang berasal dari
kegiatan industri (Rathore 2012). Informasi terkait
dengan faktor beban pencemar per unit produk dapat
digunakan untuk mengestimasi secara cepat total beban pencemaran yang ada di suatu daerah sehingga
bermanfaat untuk memecahkan masalah pengendalian
pencemaran dari sektor tertentu (Kung & Yu 2000).
Kajian tentang faktor beban pencemar limbah cair
IKM batik perlu dilakukan dengan mempertimbangkan variabel produksi yang dapat memengaruhi besaran beban pencemar (Coreia et al. 1994). Besarnya
beban pencemaran dari jenis industri tekstil sangat
bervariasi dan tergantung dari jenis dan jumlah bahan
kimia yang digunakan. elain itu tiap jenis serat kain
memiliki karakteristik daya serap yang berbeda terhadap zat warna (Susanto 1974).
Berdasarkan Peraturan Menteri LH No 1 Tahun
2010 tentang tata laksana pengendalian pencemaran
air, tahapan awal dalam pengendalian pencemaran air
adalah dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air. Dalam rangka inventarisasi
terkait dengan beban pencemaran air dari sektor IKM
batik yang merupakan salah satu sektor unggulan di
Kabupaten Cirebon, kajian mengenai total beban pencemar limbah cair perlu dilakukan. Oleh sebab itu,
penelitian ini hanya fokus mengkaji parameter yang
dipersyaratkan dalam Keputusan menteri LH No 51
Tahun 1995 sebagai bagian dari kegiatan inventarisasi,
walaupun menurut Ritayanti (2011) terdapat beberapa
zat warna jenis Naphtol yang masuk ke dalam kategori
limbah bahan beracun berbahaya (B3) karena sifatnya
yang karsinogenik.
1.2. Tujuan
Penelitian ini mencoba menghitung faktor beban
pencemar per unit produk untuk parameter kunci limbah cair untuk industri tekstil yaitu BOD5, COD dan
TSS dengan mempertimbangkan jenis zat warna yang
biasa digunakan di Cirebon (golongan Naphtol, dan
golongan Indigosol) dan juga jenis kain (katun dan
sutra). Dengan mengetahui nilai faktor beban pencemar ditambah dengan kapasitas produksi ditiap proses
produksi IKM batik maka estimasi dari total beban
pencemar limbah cair IKM batik Trusmi dapat diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis faktor beban pencemar limbah
cair IKM batik klaster Trusmi.
2. Mengestimasi beban pencemaran akibat limbahcair dari industri batik Klaster Trusmi.
18
2. Metode
2.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di sentra IKM Batik
Trusmi Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Wilayah penelitian melimputi empat wilayah Desa yang meliputi
Desa Trusmi Kulon, Desa Trusmi Wetan, Desa Wotgali, dan Desa Kali Tengah. Untuk analisis kualitas
limbah cair dilakukan di laboratorium terakreditasi
Akademi Kimia Analisis Bogor. Penelitian ini telah
selesai dilakukan pada bulan Juni – Desember 2014.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan meliputi kain katun tipe G
dan sutra tipe super yang telah dipotong 2 meter sebanyak 18 potong. Zat warna untuk menghasilkan warna
merah, biru dan hitam dari jenis Naphtol dan Indigosol
serta bahan laboratorium untuk menganaisis kualitas
limbah parameter BOD5, COD, dan TSS. Sedangkan
alat yang digunakan meliputi peralatan produksi batik
milik 12 IKM, peralatan sampling limbah cair termasuk pH meter, pengawet sampel dan GPS Android
(software GPS Test Plus ver 1.5). Peralatan laboratorium untuk menganaisis kualitas limbah parameter
BOD5, COD, TSS. Serta alat ukur volume, panjang
dan waktu.
2.3. Metodologi
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan
analisis, yaitu analisis nilai faktor beban pencemar
danestimasi nilai total beban pencemar.
a. Analisis Faktor Beban Pencemar
Faktor beban pencemar limbah cair IKM batik
Trusmi dihitung untuk tiga dari tujuh parameter yang
dipersyaratkan dalam KepmenLH No 51 Tahun 1995
tentang baku mutu limbah cair industri tekstil yang
meliputi BOD5, COD, dan TSS yang menyatakan
bahwa ketiga parameter tersebut merupakan parameter
kunci limbah batik yang kadarnya sering kali melampaui baku mutu yang ditetapkan pemerintah (Dinas
Lingkungan Hidup Kab Cirebon 2007). Berdasarkan
Indriyani (2004) pengukuran parameter BOD5 dan
COD sangat penting untuk mengetahui tingkat biodegradativitas dari limbah cair, sedangkan parameter
TSS diperlukan untuk mengetahui jumlah padatan
baik yang terendapkan secara alami maupun tidak
dapat diendapkan. Ketiga parameter ini diperlukan
dalam rancangan instalasi pengolahan air limbah yang
sesuai.
Untuk parameter lainnya yang dipersyaratkan dalam KepmenLH No 51 Tahun 1995 (Minyak-Lemak,
Fenol, Cr total, pH) pada umumnya berada di bawah
nilai baku mutu yang ditetapkan. Hal ini dikarenakan
Minyak-Lemak dan Fenol dari malam dari proses pelorodan pada umumnya di-recovery untuk digunakan
kembali pada proses pembatikan. Untuk parameter Cr
total, menurut Cristy (2001) pada zat warna jenis
JPSL Vol. 5 (1): 17-24, Juli 2015
Naphtol dan Indigosol tidak mengandung logam Cr
seperti jenis zat warna mordan yang digunakan dalam
produk tekstil di industri besar. Sedangkan parameter
pH hanya merupakan parameter indikator deraja keasaman limbah, dan tidak digunakan dalam perhitungan
beban pencemaran.
Nilai faktor beban pencemar didapatkan melalui
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua
faktor. Faktor pertama adalah jenis kain (Katun tipe G
dan Sutra tipe Super) dan faktor kedua adalah jenis zat
warna (Naphtol dan Indigosol). Setiap perlakuan dila-
kukan di tiga IKM sebagai ulangan dimana setiap
IKM akan diberikan tiga potong kain sepanjang 2 meter yang sudah dibatik cap dengan motif ceplis, dengan demikian rancangan ini memiliki 36 unit percobaan untuk 3 parameter. Tiap IKM diminta mewarnai
tiga potong kain masing-masing 1 warna (merah, biru,
dan hitam) (UGM 2013). Zat warna yang akan digunakan untuk percobaan disiapkan berdasarkan hasil
berdiskusi dengan IKM batik dengan mempertimbangkan kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh
IKM dengan ketentuan sesuai pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis zat warna yang digunakan dalam proses pewarnaan batik
Warna Naphtol
Warna Indigosol
Jenis Bahan Kimia
Merah
Biru
Zat Warna
AS-BS
AS-D
Zat Fixator
R
Zat Pembantu
NaOH
Hitam
AS-BO
AS-G
G.Hitam
BB
G.Biru
NaOH
Merah
Biru
Hitam
Sol. Abang
Sol Biru
Sol Abu
NaNO2
NaNO2
NaNO2
HCl
HCl
HCl
NaOH
Keterangan: Jumlah perbandingan Naphtol dan garam Diazonium adalah 15 g : 30 g; Jumlah perbandingan Indigosol dan NaNO2 adalah 10 g:
20 g; AS-BS, AS-D, AS-BO, AS-G merupakan kode nama dagang zat warna Naphtol; R, BB, G. Hitam G. Biru merupakan kode nama dagang
garam diazonium; Sol pada Sol. Abang, Sol Biru dan Sol. Abu merupakan singkatan sekaligus nama dagang darizat warna Indigosol.
Limbah cair kemudian diambil sampel air limbahnyadari:
1. Proses pewarnaan (bak warna dan bak fiksasi)
masing-masing 500 mL sehingga didapatkan
total 3L komposit sampel limbah proses pewarnaan.
2. Proses pelorodan (setelah dingin dan lilin yang
terapung disingkirkan) sebanyak 2L.
3. Proses pencucian (cuci warna dan cuci lorod
dikompositkan) sebanyak 2L.
Sampel di setiap proses kemudian dibagi 2, dimasukan kedalam jerigen 1L, diberi label, dan dipisahkan
untuk dipreservasi menggunakan bahan pengawet
yang berbeda. Sisa sampel 1 L dari proses pewarnaan
dikembalikan ke tempat produksi untuk kemudian
dibuang. Untuk parameter BOD5 dan TSS didinginkan,
dan parameter COD di tambahkan H2SO4 pekat sampai pH < 3. Proses sampling dilakukan pada hari yang
sama dan ditransportasikan ke laboratorium uji AKA
Bogor sehari sesudahnya. Analisis kualitas limbah
untuk 3 parameter dilakukan dengan metode pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Metode analisis kualitas limbah cair
Parameter
Metode Uji
Prinsip Metode
BOD5
SNI 6989.72-2009
Titrimetri
COD
SNI 6989.73-2009
Titrimetri
TSS
SNI 06-6989.27-2005
Gravimetri
Analisis beban pencemaran dihitung berdasarkan
beban pencemaran aktual dalam berat parameter
(gram) per satuan produk (meter) yang disesuaikan
untuk per tahapan proses. Hasil uji kualitas limbah
kemudian dikalikan dengan volume limbah tiap proses
untuk didapatkan nilai beban pencemar di masingmasing proses yang kemudian dianalisis dengan anova
dua arah dengan selang kepercayaan 90% menggunakan software minitab versi 15 untuk melihat ada tidaknya pengaruh perlakuan pada tiap proses. Berdasarkan penurunan persamaan perhitungan beban pencemar yang dilakukan oleh Suhubawa (2008) terhadap
parameter yang tidak dipengaruhi oleh variabel perlakuan, maka faktor beban pencemar dihitung dengan
persamaan (1) sebagai berikut:
FBPj= { ∑ [Cij x Vi x f] }/ n……………....… (1)
FBPj (g/m)
Cij (mg/L)
Vj (L)
f
i
j
n
= Faktor Beban Pencemar Parameter
j
= Konsentrasi limbah cair proses i
parameter j
= Volume limbah pada proses i
= Faktor konversi (0,002)
= proses produksi (pewarnaan, pelorodan, pencucian)
= parameter limbah cair (BOD,
COD, TSS)
= jumlah sampel (12 IKM)
Namun apabila terdapat pengaruh akibat faktor maka untuk mendapatkan nilai faktor beban pencemar
19
ISSN 2086-4639
JPSL Vol. 5 (1): 17-24
ditentukan berdasarkan rata-rata variabel yang berpengaruh (Hanafiah 2005).
Analisis Estimasi Total Beban Pencemar
Estimasi total beban pencemar ditentukan dari hasil
perkalian faktor beban pencemar dengan total kapasitas produksi yang ada berdasarkan data sekunder yang
didapat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Cirebon. Dengan menggunakan asumsi
tiap potong kain batik memiliki panjang 2,5 meter
dengan rata-rata 3 warna di setiap potongnya.
b.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Analisis Faktor Beban Pencemar
Analisis faktor beban pencemar merupakan salah
satu pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui
nilai konstanta yang dapat dipakai untuk mengetahui
besarnya beban per unit produk. Dengan mengetahui
nilai faktor beban pencemar dari limbah cair untuk
parameter BOD5, COD, dan TSS diharapkan dapat
membantu pembuat kebijakan untuk mengestimasi
total beban pencemar secara cepat hanya dengan
merujuk pada data total kapasitas produksi IKM batik.
Dalam sektor batik unit yang umum digunakan oleh
pengerajin batik tradisional Trusmi adalah satuan po-
tong, hal ini disebabkan oleh panjang kain batik yang
diproduksi berbeda-beda ukurannya. Namun menurut
Susanto (1974) luas kain merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi sedikit banyaknya zat warna
yang terserap, sehingga apabila satuan potong
digunakan sebagai unit perhitungan faktor beban
pencemar maka konsentrasi zat warna dalam limbah
cair per potong kain menjadi tidak terkendali dan
dapat menimbulkan bias. Oleh karena itu penentuanfaktor beban pencemar pada penelitian ini ditetapkan
dalam satuan gram/meter kain dengan asumsi lebar
kain dianggap sama.
Hasil perhitungan beban pencemar untuk
keseluruhan proses berdasarkan hasil analisis kualitas
limbah cair dan volume limbah disetiap proses maka
didapatkan rata-rata hasil seperti pada Tabel 3.
Nilai rata-rata faktor beban pencemar limbah cair
batik yang tercantum pada Tabel 3 merupakan nilai
umum yang dapat digunakan untuk mengestimasi secara kasar total beban pencemaran dari limbah cair
IKM batik tanpa memperhitungkan proporsi jenis kain
dan jenis zat warna yang digunakan. Untuk meningkatkan akurasi perkiraan total beban pencemar dengan
mempertimbangkan faktor jenis kain dan zat warna,
maka pendekatan nilai faktor dilakukan dengan uji
statistik anova dua arah untuk setiap parameter uji.
Tabel 3. Rata-rata nilai faktor beban pencemar untuk 3 parameter untuk keseluruhan proses (gram/meter)
Perlakuan
BOD5
COD
TSS
Katun Naphtol (KN)
61,6
550
21,9
Katun Indigosol (KI)
21,7
182
16,1
Sutra Naphtol (SN)
79,7
928
51,6
Sutra Indigosol (SI)
88,3
408
29,5
Rata-rata
62,8 ± 39,4
517 ± 373
29,8 ± 20,7
a. BOD5 (Kebutuhan Oksigen Biologi)
Menurut Indriyani (2004) BOD5 didefinisikan
sebagai jumlah oksigen yang digunakan oleh
organisme
nonfotosintetik
untuk
melakukan
metabolisme secara biologis terhadap senyawasenyawa organik yang dapat terurai secara biologis
pada suhu 20oC selama 5 hari. Walaupun nilai BOD5
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya
dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan
organik mudah urai yang ada di perairan. Hasil
analisis faktor beban pencemar limbah cair IKM batik
parameter BOD5 untuk tiap tahapan proses dapat
dilihat pada Gambar 1.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa proses penyumbang nilai beban pencemar parameter BOD5
tertinggi ada di proses pelorodan untuk perlakuan sutra Naphtol (SN) dan sutra Indigosol (SI). Hasil uji
statistik anova 2 arah dengan selang kepercayaan 90%
untuk BOD5 juga menunjukan hanya jenis kain yang
memberikan pengaruh kepada nilai beban pencemar
dengan P-value sebesar 0,079, sedangkan rata-rata
untuk kain katun sebesar 41,6 g/m dan 84,0 g/m untuk
20
kain sutra. proses pelepasan lilin untuk kain sutra lebih
sulit dibandingkan kain katun (Susanto 1974). Oleh
karena itu IKM umumnya menambahkan soda abu
(Na2CO3) berlebih pada proses pelorodan untuk kain
sutra. Hal ini yang membuat nilai BOD5 kain sutra
menjadi lebih tinggi dari kain katun.
Pada Gambar 1 juga terlihat nilai yang cukup tinggi
pada proses pencucian untuk perlakuan SI. Berdasarkan analisis dari data primer, nilai faktor tersebut meningkat akibat data yang dihasilkan pada salah satu
IKM yang proses pencuciannya menggunakan water
glass atau Natrium Silikat (Na2O3Si) untuk membantu
melepaskan lilin yang tidak larut pada proses pelorodan. Hal ini dapat disimpulkan setelah melihat beban
pencemar parameter TSS (Gambar 3) pada IKM yang
sama, dimana nilainya paling rendah dibandingkan
perlakuan yang lain pada proses yang sama. Berdasarkan sifat fisikanya, Natrium Silikat merupakan garam
larut air, sehingga tidak berbentuk suspensi dan tidak
memberikan pengaruh pada konsentrasi TSS (Effendi
2007).
JPSL Vol. 5 (1): 17-24, Juli 2015
b. COD (Kebutuhan Oksigen Kimiawi)
Menurut SNI no 6989.73-2009 nilai COD menunjukan jumlah oksidan Cr2O72- yang bereaksi dengan
contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O untuk tiap
1000 mL larutan uji. Uji COD hanya merupakan suatu
analisis yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menentukan/menirukan oksidasi biologis
(yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga merupa-
kan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas
maka tes COD tidak dapat membedakan antara zat
yang teroksidasi secara biologis dan zat yang sebenarnya tidak teroksidasi secara biologis. Hasil analisis
faktor beban pencemar limbah cair IKM batik parameter COD untuk tiap tahapan proses dapat dilihat pada
Gambar 2.
Faktor Beban Pencemar Parameter BOD5 (g/m) per Tahapan Proses
100.0
88.3
90.0
79.7
80.0
70.0
64.6
61.6
56.8
60.0
KN
50.0
KI
40.0
30.0
29.2
20.0
17.4 15.9
12.9
3.8
10.0
SN
28.7
21.7
SI
14.9
2.8
2.0 2.3
0.0
Total
Pewarnaan
Pelorodan
Pencucian
Gambar 1. Grafik rata-rata faktor beban pencemar parameter BOD5(g/m) untuk setiap tahapan proses, (KN) Katun Naphtol,
(KI) Katun Indigosol, (SN) Sutra Naphtol, (SI) Sutra Indigosol
Faktor Beban Pencemar Parameter COD (g/m) per Tahapan Proses
1000.0
927.8
900.0
800.0
700.0
600.0
500.0
408.2
400.0
300.0
200.0
KN
583.0
549.6
KI
354.5
SN
250.0
182.2
150.7
49.4
100.0
198.3
188.2
99.6
21.7
44.4 33.2
94.7
SI
0.0
Total
Pewarnaan
Pelorodan
Pencucian
Gambar 2. Grafik rata-rata faktor beban pencemar parameter COD (g/m) untuk setiap tahapan proses,(KN) Katun Naphtol,
(KI) Katun Indigosol, (SN) Sutra Naphtol, (SI) Sutra Indigosol
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai faktor
beban pencemar tertinggi terdapat pada perlakuan
sutra Naphtol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan di Yogyakarta dimana limbah zat
warna dari jenis Naphtol memiliki nilai COD yang
lebih tinggi dibandingkan dengan zat warna Indigosol
(UGM 2013).
Dengan menggunakan selang kepercayaan 90%
pada analisis anova dua arah, maka variabel jenis zat
warna dengan nilai p-value 0,040 merupakan variabel
yang memberikan pengaruh terhadap nilai beban pencemar parameter COD, yaitu 739 g/m untuk kain ka-
tun dan 295 g/m untuk kain sutra. Ditinjau dari struktur kimia dari zat warna jenis Naphtol akan stabil ketika sudah bereaksi secara kopling dengan garam diazonium dan membentuk senyawa berwarna yang tak
larut air (Susanto 1974). Sedangkan warna Indigosol
dibangkitkan melalui reaksi oksidasi menggunakan
NaNO2 dalam suasana asam membentuk senyawa
keton (-C=O) (Susanto 1974). Hal ini menunjukan
bahwa dalam keadaan yang telah teroksidasi, sisa
limbah zat warna Indigosol akan memberikan nilai
COD yang relatf lebih kecil ketika bereaksi dengan
21
ISSN 2086-4639
JPSL Vol. 5 (1): 17-24
Oksigen dari Cr2O72- bila dibandingkan dengan nilai
COD dari zat warna Naphtol.
c. TSS (Padatan Tersuspensi Total)
TSS merupakan kombinasi jumlah mg padatan baik
yang dapat diendapkan maupun yang tidak dapat
diendapkan dalam tiap liter air limbah. Hasil analisis
faktor beban pencemar limbah cair IKM batik
parameter TSS untuk tiap tahapan proses dapat dilihat
pada Gambar 3.
Berdasarkan hasil analisis anova dua arah dengan
selang kepercayaan 90% terhadap hasil perhitungan
beban pencemar limbah cair untuk parameter TSS
didapatkan kesimpulan bahwa hanya variabel kain
yang memberikan pengaruh terhadap nilai faktor
beban pencemar yaitu dengan P-value sebesar 0,089.
Dengan demikian faktor beban pencemar yang
digunakan menggunakan rata-rata dari variabel kain
yaitu 19,0 g/m untuk katun dan 40,5 g/m dari kain
sutra. Bila dilihat dari grafik pada Gambar 3, dapat
diambil kesimpulan bahwa penyumbang nilai TSS
terbesar pada kain sutra terdapat pada proses
pelorodan.
Menggunakan argumen yang sama dengan
parameter BOD5, dapat diambil kesimpulan bahwa
tingginya nilai TSS untuk kain sutra pada proses
pelorodan berasal dari penambahan Na2CO3 yang
berfungsi untuk mempercepat proses pelepasan lilin
dari kain sutra.
Faktor Beban Pencemar Parameter TSS (g/m) per Tahapan Proses
60.0
51.6
50.0
40.0
KN
29.5
27.6
30.0
21.9
20.0
21.4
KI
24.3
SN
16.1
10.9
10.0
4.2
3.3
SI
8.9
5.6
5.3
3.0 2.6 2.0
0.0
Total
Pewarnaan
Pelorodan
Pencucian
Gambar 3. Grafik faktor beban encemar parameter TSS (g/m) per tahapan proses, (KN) Katun Naphtol, (KI) Katun Indigosol,
(SN) Sutra Naphtol, (SI) Sutra Indigosol
3.2. Analisis Estimasi Total Beban Pencemar
Estimasi total beban pencemar sektor IKM batik di
klaster Trusmi dihitung berdasarkan hasil perkalian
antara kapasitas produksi dengan faktor beban
pencemar. Faktor beban pencemar limbah cair IKM
batik ditentukan dari rata-rata dan standar deviasi
variabel yang memberikan pengaruh seperti dapat
dilihat pada Tabel 4.
Besarnya nilai standar deviasi pada faktor beban
pencemar disebabkan oleh minimnya jumlah pengulangan pada perlakuan yang terbatas sebanyak tiga
kali. Kebiasaan pengerajin yang berbeda-beda dalam
melakukan teknik pewarnaan membuat kisaran konsentrasi limbah cair menjadi tinggi. Untuk mendapatkan jumlah pengulangan yang lebih banyak, dibutuhkan tambahan personil pada tim pengambil sampel,
sehingga sampel limbah cair dapat diambil pada hari
yang sama. Dengan memperbanyak jumlah IKM maka
diharapkan rentang nilai standar deviasi diharapkan
akan menjadi lebih kecil. Hal ini akan berdampak pada peningkatan efektifitas perencanaan pengambilan
kebijakan terkait dengan disain pengolahan air limbah
22
yang lebih efisien.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, pada
tahun 2013 seluruh IKM yang berada di Desa Trusmi
Wetan, Trusmi Kulon, Kali Tengah dan Wotgali berjumlah 302 IKM dengan total kapasitas produksi sebesar
454.625
meter
per
tahun.
Menurut
no 1 (2014) melalui komunikasi pribadi perbandingan
penggunaan kain katun dan sutra untuk batik di Kabupaten Cirebon adalah 8 : 2. rasio penggunaan zat warna jenis Naphtol dan Indigosol sebesar 2 : 1 (CBI
2011). Berdasarkan analisis faktor beban pencemar
maka total beban pencemar untuk tiap parameter dapat
dilihat pada Tabel 5.
Dengan membagi nilai total beban pencemar limbah cair IKM batik hasil estimasi dengan total IKM
yang ada di klaster Trusmi yang berjumlah 302 unit,
maka kisaran beban pencemar yang dikeluarkan oleh
tiap IKM batik dapat dilihat pada Tabel 6. Dari data
tersebut dapat membantu Pemerintah Daerah dalam
membuat perencanaan terkait dengan berapa biaya
1
Kepala Subbidang industri Disperindag. Kab Cirebon
JPSL Vol. 5 (1): 17-24, Juli 2015
ma oleh pengerajin dan masyarakat sekitar dapat diperkirakan.
yang dibutuhkan untuk mengelola limbah cair yang
dikeluarkan oleh tiap IKM berdasarkan kapasitas produksinya. Selain itu dampak pencemaran yang diteri-
Tabel 4. Faktor beban pencemar limbah cair IKM batik untuk parameter BOD5, COD, dan TSS
Kain
Warna
VARIABEL
Katun
PARAMETER
BOD5 (g/m)
Sutra
Rata-rata
SD
41.6
37.5
Rata-rata
84.0
Naphtol
SD
Rata-rata
Indigosol
SD
Rata-rata
SD
35.1
-
-
-
-
COD (g/m)
-
-
-
-
739
436
295
164
TSS (g/m)
19.0
9.29
40.6
25.8
-
-
-
-
Keterangan: Nilai dihitung menggunakan ANOVA dua arah menggunakan software minitab ver 15, SD adalah standar deviasi dari nilai beban
masing masing variabel yang dihitung menggunakan software ms. excel 2010
Tabel 5. Estimasi total beban pencemar limbah cair IKM batik
Trusmi
BOD5
Estimasi Total Beban Pencemar
Limbah Cair
(Ton / Tahun)
5,9 – 39,5
COD
112 – 426
TSS
4,88 – 16,3
Parameter
Tabel 6. Kisaran beban pencemar yang dikeluarkan Tiap IKM Batik
per tahun
Parameter
BOD5
Beban Pencemar Limbah Cair
(Kg / Tahun)
19,7 – 131
COD
371- 1412
TSS
16,1 – 15,0
Terkait dengan aspek toksikologi, beberapa
penelitian menyatakan bahwa terkait limbah cair dari
IKM batik memiliki dampak negatif terhadap
kesehatan. Menurut Indriyani (2004) zat warna
Naphtol bersifat toksik dan dapat mengakibatkan
penyakit kanker kulit.. Selain itu kedutaan Besar RI
untuk Belanda bagian Perdagangan telah memberikan
surat peringatan kepada Dirjen Perdagangan
Internasional Kementerian Perdagangan RI pada tahun
1996 terkait dengan peringatan pelarangan
penggunaan sebagian zat warna Naphtol dan garam
Diazonium yang telah diberlakukan di Negara Jerman
karena dampaknya terhadap kesehatan. Menurut
Timotius (2002) dalam Indriyani (2004) zat warna
Naphtol yang termasuk dalam golongan azo
merupakan senyawa xenobiotik yang sulit terdegradasi,
dan apabila terdegradasi sering menghasilkan senyawa
lain yang lebih beracun daripada senyawa induknya.
Terkait dengan zat warna indigosol, reaksi oksidasi
pada proses pembangkitan warna menggunakan
NaNO2 dan HCl dapat menimbulkan gas yang dapat
menyebabkan iritasi baik pada mata dan pernafasan.
Berdasarkan pengamatan penulis, hampir seluruh
pengerajin di Klaster trusmi yang menangani proses
pewarnaan tidak menggunakan alat pelindung diri
(APD) baik berupa masker maupun sarung tangan.
Selain itu juga ditemui beberapa pengerajin batik di
klaster Trusmi yang sering memiliki gangguan
kesehatan terkait iritasi kulit dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) setelah melakukan proses
pembatikan.
Untuk meminimalisir besarnya beban pencemaran
limbah cair serta dampaknya terhadap kesehatan,
pembuat kebijakan diharapkan dapat mengembangkan
langkah minimisasi serta pengolahan limbah cair
untuk setiap IKM di klaster Trusmi. Upaya produksi
bersih (PB) terkait dengan pengendalian non produk
output disetiap tahapan produksi dapat dilakukan
melalui pelatihan dan pendampingan teknis untuk
setiap IKM. Dengan mengusung konsep bersih, efisien,
dan sehat, PB diharapkan dapat mengurangi beban
pencemaran sekaligus meminimisasi dampak negatif
terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
1.
2.
Dari hasil rancangan percobaan terhadap kualitas
dan kuantitas limbah cair IKM batik menggunakan anovadua arah maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Variabel yang mempengaruhi besarnya nilai
faktor beban pencemaran limbah cair IKM
batik klaster Trusmi untuk parameter BOD5
dan TSS adalah variable kain, dan untuk parameter COD adalah variabel zat warna.
b. Nilai faktor beban pencemar untuk parameter BOD5 adalah 41,6 ± 37,5 g/m untuk
kain katun dan 84,0 ± 35,1 g/m untuk kain
sutra; nilai faktor beban pencemar untuk parameter TSS adalah19,0 ± 9,29 g/m untuk
katun dan 40,5 ± 25,8 g/m untuk kain sutra;
dan faktor beban pencemar untuk parameter
COD adalah sebesar 739 ± 436 g/m untuk
zat warna Naphtol dan 295 ± 164 g/m untuk
zat warna Indigosol.
Berdasarkan kapasitas produksi IKM, total beban
pencemar limbah cair di klaster Trusmi terhitung
sebesar 5,9-39,5 ton/tahun untuk BOD5, 112-426
23
ISSN 2086-4639
JPSL Vol. 5 (1): 17-24
ton/tahun untuk COD, dan 4,88-16,3 ton/tahun
untuk TSS.
4.2. Saran
1.
2.
3.
Memperkecil rentang nilai faktor beban pencemar limbah cair IKM batik untuk ketiga parameter (BOD5, COD, TSS) dengan memperbanyak
jumlah sampel pengulangan dalam rancangan
percobaan, sehingga dapat meningkatkan efektifitas perencanaan pengendalian pencemaran.
Ekstrapolasi terhadap total nilai beban pencemar
untuk daerah lain dapat dilakukan setelah dilakukan validasi terhadap nilai beban limbah cair di
daerah tersebut.
Upaya minimisasi beban pencemar dapat dimulai
dari tiap individu IKM dengan fokus pada optimasi proses produksi (produksi bersih) maupun
pengolahan air limbah sederhana.
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang telah membiayai penelitian ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon
serta IKM batik sentra Trusmi yang membantu dalam
kelancaran penelitian ini.
Daftar Pustaka
[1]
Babu, B. R., A. K. Parande, S. Raghu, T. P. Kumar, 2007.
Textile technology - an overview of wastes produced during
cotton textile processing and effluent treatment methods. Journal of Cotton Sciences 11, pp. 110.
[2]
Chakraborty, J.N., 2014. Fundamental and Practices in Coloration of Textiles. Second Editon. Woodhead Publishing India in
Textiles Pvt Ltd., New Delhi.
[3]
[CBI] Clean Batik Initiative, 2011. Second Year Achievement
Report. Ekonid. CBI, Jakarta.
[4]
Correia, V. M., T. Stephenson, S. J. Judd, 1994. Characterization of textile wastewaters – a review. Journal of Environmental Technology, 15 (10), pp. 917-929.
[5]
Cristy, R. M., 2001. Colour Chemistry. Royal Society of
Chemistry Paperbacks. Heriot Watt University, Scottish Borders Campus, Balasheets.
[6]
Dinas Lingkungan Hidup Kab. Cirebon, 2007. Pengkajian
Dampak Lingkungan Sentra Industri Batik Tradisional. Pemda
Kab. Cirebon, Cirebon.
[7]
Effendi, A. H., 2007. Natrium silikat sebagai bahan penghambat api aman lingkungan. Jurnal Teknologi Lingkungan 8 (3),
pp. 245-252.
[8]
Hanafiah, K. A., 2005. Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
[9]
Indriyani, L., 2004. Pengelolaan Limbah Cair Industri Batik di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Institut Pertanian Bogor.,
Bogor.
[10] Jusri, I. M., 2012. Batik Indonesia Sokoguru Budaya Bangsa.
Kementerian Perindustrian, Jakarta.
[11] Kung, C. L., J. T. Yu, 2000. Study on estimating unid loads of
pollutats from industrial wastewater discharges. Journal of the
24
Chinese Institute of Environmental Engineering 10 (3), pp.
241-248.
[12] Parreira, L., M. Alves, 2012. Dyes – Environmental Impact
and Remediation. University of Minho. pp.112-154.
[13] Rathore, J., 2012. Studies on pollution load induced by dyeing
and printing units in River Bandi at Pali, Rajasthan, India, International Journal of Environmental Sciences 3 (1), pp. 735742.
[14] Ritayanti, P., 2011. Hubungan kemampuan kognitif, nilai
budaya, gaya hidup dengan empati lingkungan pada masyarakat wilayah sungai pembuangan limbah batik, survey pada
masyarakat Kota Batik Surakata. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Lingkuangan dan Pembangunan Berkelanjutan 12.
[15] Sari, D. A., S. Hartini, D. I. Rinawati, T. S. Wicaksono, 2012.
Pengukuran tingkat eko-efisiensi menggunakan life cycle assessment untuk menciptakan sustainable production di industri
kecil menengah batik. Jurnal Teknik Industri 14 (2), pp.137144.
[16] Suhubawa, L., 2008. Analisis dan prediksi beban pencemaran
limbah cair industri kayu lapis PT. Jati Dharma Indah serta
dampaknya terhadap kualitas perairan laut. Jurnal Manusia
dan Lingkungan 15(2), pp. 70-78.
[17] Susanto, S., 1974. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Balai Penelitian Batik dan Kerajinan. Departemen Perindustrian, Yogyakarta.
[18] [UGM] Universitas Gajah Mada, 2013. Laporan Kajian Beban
Pencemaran Industri Batik. Lembaga Kerjasama Fakultas
Teknik UGM. UGM, Yogyakarta.
FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Mohon dicatat sebagai pelanggan Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan :
Nama / Instansi
: __________________________________________________________
Alamat
: __________________________________________________________
__________________________________________________________
Kode Pos ________________________
Bersama ini saya kirimkan uang langganan sebesar (beri tanda √) :
Individu/Pribadi
: Rp 100.000,00/tahun, tidak termasuk biaya kirim)
Lembaga/Instansi : Rp 150.000,00/tahun, tidak termasuk biaya kirim)
.............................., ................................
(..............................................................)
Kirimkan formulir ini ke alamat :
Sekretariat Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Gedung Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lantai 4 Kampus IPB Darmaga
Bogor 16680
Telp: 0251 - 8621262; fax: 0251-8622134; e-mail: [email protected]
FORMULIR INI BOLEH DIFOTOKOPI
JURNAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Journal of Natural Resources and Environmental Management
Vol. 5. No. 1, Juli 2015
Integrated Sustainable Mangrove Forest Management
(Cecep Kusmana)
Analisis Mutu dan Kriteria Kelayakan Dokumen Amdal di Kabupaten Bogor dan
Kota Bogor
(Rachma Venita, Hefni Effendi, Hari Wijayanto)
ISSN 2086-4639
1-6
7-16
Kajian Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kecil Menengah (IKM) Batik
Klaster Trusmi Kabupaten Cirebon
(Adi Sulaksono, Hefni Effendi, Budi Kurniawan)
17-24
Penerapan Produksi Bersih untuk Penanganan Air Terproduksi di Industri
Minyak dan Gas
(Sillak Hasiany, Erliza Noor, Moh. Yani)
25-32
Analisis Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Sayuran Unggulan di Kabupaten
Batang
(Saksono Raharjo, Widiatmaka, Untung Sudadi)
33-41
Perencanaan Pengembangan Kawasan Jagung Sebagai Bahan Baku Industri
Pakan di Kabupaten Ciamis
(Mustika Gusnia Sari, Khursatul Munibah, Untung Sudadi)
42-50
Arahan dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai
Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka
(Lia Meyana, Untung Sudadi, Boedi Tjahjono)
51-60
Dampak Aplikasi Herbisida IPA Glifosat dalam Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT)
Terhadap Tanah dan Tanaman Padi Sawah
(S. Dharma Kesuma, Hariyadi, Syaiful Anwar)
61-70
Dinamika Keruangan Pesisir Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Yakobus C.W Siubelan, Kukuh Murtilaksono, Djuara P. Lubis)
71-78
Identifikasi Tingkat Kerawanan Degradasi Kawasan Hutan Mangrove Desa
Muara, Tangerang, Banten
(Hadisti Nur Aini, Omo Rusdiana, Sri Mulatsih)
79-86
Karakteristik, Klasifikasi Tanah, dan Pertumbuhan Tanaman Jati (Tectonagrandis
Linn F.) Var. Unggul Nusantara di Ciampea, Kabupaten Bogor
(Widiatmaka, Akhmad Mediranto, Hermanu Widjaja)
87-97