Laporan Praktikum Kimia Titrasi Asam Bas

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MATERI dan ENERGI
KONSTANTA KEASAMAN dan TITRASI ASAM BASA

Oleh
NAMA

: Gustin Finnegan

NIM

: 31150008

ASISTEN

: YUMECHRIS AMEKAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2015


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi asam basa sering juga disebut sebagai reaksi netralisasi, yaitu reaksi
antara ion hidronium dengan ion hidroksida menghasilkan air. Titrasi asam basa
merupakan suatu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan yang belum
diketahui konsentrasinya dengan menggunakan larutan lain yang telah diketahui
konsentrasinya. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya disebut titrat dan pada
umumnya dimasukkan dalam erlenmeyer, sedangkan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya untuk menentukan konsentrasi zat pada titrat disebut titran dan
dimasukkan dalam buret 50 ml.
Titrasi asam basa terdiri dari asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa
lemah, asam lemah dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah. Menariknya pada
titrasi asam basa, ketika suatu zat asam ditambah zat basa, pH pada pada larutan
tersebut tidak naik secara drastis tetapi secara perlahan-lahan sebab ada peranan
larutan buffer yang mampu mempertahan pH pada kapasitas tertentu. Pada praktikum
kali ini akan di bahas mengenai penentuan konstanta keasaman dan penentuan pH
melalui proses titrasi asam basa, kami juga akan menentukan kadar asam asetat
perdagangan (CH3COOH) dan membandingkannya dengan yang tertera pada label,
yaitu 25%.

B. Tujuan
a. Memahami prinsip titrasi asam basa.
b. Menentukan harga konstanta keasaman (Ka) dari asam karbonat.
c. Menentukan massa molekul dari asam mono basis murni.
d. Menentukan normalitas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.
e. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

BAB II. LANDASAN TEORI
Berdasarkan konsep kesetimbangan dinamis, reaksi terbagi atas reaksi reversible dan
irreversible. Reaksi reversible adalah reaksi yang dapat dibalik ke keadaan semula,
sedangkan reaksi irreversible adalah reaksi yang tidak dapat balik ke keadaan semula.
Keadaan setimbang akan tercapai apabila kecepatan reaksi reaktan menjadi produk dan
kecepatan reaksi produk menjadi reaktan, tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur
(sifat makroskopis tidak berubah) serta reaksi seolah-olah berhenti. (Michael, 2007)
Kata asam berasal dari kata Acidus yang berarti asam. Selain itu juga berhubungan
dengan kata latin yaitu acetum yang berarti cuka. Ada beberapa karakteristik dari asam antara
lain rasanya asam,mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah, bereaksi dengan logam
seperti seng dan magnesium menghasilkan gas hydrogen, bereaksi dengan basa hidroksida
menghasilkan air dan senyawa ionic (garam), bereaksi dengan karbonat menghasilkan
karbondioksida. (Hein et al,2005)

Basa adalah substansi yang mampu membebaskan ion hidrosida [OH-] di dalam
larutan air hidroksida dari logam alkali (golongan IA) dan logam alkali tanah (golongan IIA)
seperti LiOH,NaOH,KOH,Ca(OH)2,dan Ba(OH)2 yang paling banyak basa anorganik.
Larutan air daripada basa disebut larutan larutan alkali atau larutan basa.Beberapa
karakteristik yang utama dari basa antara lain rasanya pahit, licin,terasa bersabun,mampu
mengubah lakmus dari merah ke biru,dan mampu berinteraksi dengan asam. (Hein et
al,2005).
Fenolftalein merupakan indikator sistetis (buatan) yang dapat dibuat didalam
laboratorium dengan menggunakan bahan fenol dan ftalat anhidrida melalui reaksi
kondensasi. Fenolftalein termasuk senyawa golongan ftalein yang bersifat asam lemeh.
Fenolftalein umumnya dipakai sebagai indikator dalam menentukan titik akhir titrasi asam
kuat dengan basa kuat. Fenolftalein mempunyai trayek pH 8,3-10,0 (Bassett, 1994).
Titrasi asam basa disebut juga titrasi asidi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam
basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa.
Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan
pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan
kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan

kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
(Goldberg.2002)

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam
atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa,
atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika
molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi
dapat ditentukan. (Michael. 1997)
Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari
titrasi asam-basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena
titik ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam
basanya, maka pemilihan indikator merupakan hal terpenting. (Sukardjo, 1984)
Titik eqivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat
dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. PH pada
titik eqivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi asam basa.
Indicator yang digunakan pada saat titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH
dimana titik eqivalen berada. Pada umumnya titik eqivalen sulit untuk ditemukan, oleh
karena itu yang diamati adalah titik akhir yang terjadi sebelum atau sesudah titik eqivalen
tercapai. Pada titik ini pula titrasi harus dihentikan, dan ditandai dengan perubahan warna
indicator. (Keenam.1984)

BAB III. METODOLOGI
A. Alat

1. Buret 50 ml

2 buah

2. Pro pipet

1 buah

3. Erlenmeyer

3 buah

4. Neraca analitik

1 buah

5. pH meter

1 set


6. Labu ukur 250 ml

1 buah

7. Labu ukur 100 ml

1 buah

8. Corong Gelas

1 buah

9. Pipet ukur 10ml

2 buah

10. Gelas beker 150 ml

3 buah


11. Pengaduk

1 buah

12. Pipet tetes

2 buah

13. Sendok

1 buah

B. Bahan
1. Asam oksalat padat 0.63 gram
2. Air suling
3. Larutan NaOH 0.1 M
4. CH3COOH (Cuka dagang) 25%
5. Indikator PP (Fenoftalin)
6. Larutan HCl 0.1 M
7. Larutan Na2CO3 0.1 M

8. Larutan asam lemah monobasis (cuplikan) CH3COOH
C. Cara kerja
a. Titrasi Asam basa.
i. Menentukan Normalitas NaOH
Ditimbang 0.63 gram asam oksalat (C2H2O4) dengan menggunakan neraca
analitik, dilarutkan dalam gelas beker dengan menggunakan air suling ±20 ml,
dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml dan diencerkan hingga volume tepat
100 ml.

Larutan asam oksalat (C2H2O4) 0.05 M dimasukkan kedalam buret sebanyak
50 ml., larutan NaOH dituang ke dalam tiga erlenmeyer masing masing
sebanyak 15 ml dan ditambahkan indicator PP (fenoftalin) tiga tetes.

Larutan NaOH dititrasi dengan menggunakan larutan asam oksalat (C2H2O4)
hingga warna merah jambu hilang.

Pekerjaan titrasi dilakukan tiga kali dan volume larutan asam oksalat (C2H2O4)
yang terpakai untuk titrasi dicatat.

ii. Menentukan Kadar Asam Asetat Perdagangan

Diambil 5 ml larutan asam asetat (CH3COOH) dengan pipet ukur kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan diencerkan hingga volume tepat
250 ml.

Larutan asam asetat (CH3COOH) yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam
tiga erlenmeyer masing-masing sebanyak 10 ml dan ditambahkan indicator PP
(fenolftalin) tiga tetes.

Larutan NaOH 0.1 ditambahkan ke dalam buret sebanyak 50 ml. Larutan asam
asetat (CH3COOH) dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH standar
hingga terjadi perubahan warna menjadi merah jambu.

Pekerjaan titrasi dilkakukan sebanyak tiga kali dan volume NaOH yang
terpakai untuk titrasi dicatat.

b. Konstanta Keasaman
i. Penentuan Harga Ka1 dan Ka2 dari Na2CO3
Alat pH meter untuk pemanasan dinyalakan.

10 ml larutan garam Na2CO3 0.1 M diambil dan dituangkan ke dalam gelas

beker 150 ml serta diencerkan degan air sehingga elektroda pH dapat
tercelup.

Larutan standar HCl 0.1 N dimasukkan dalam buret 50 ml dan dipasang di
atas larutan Na2CO3 yang akan dititrasi.

Indikator PP (Fenolftalin) ditambahkan dan diukur pH larutannya.

Larutan HCl ditambahkan ke dalam larutan Na2CO3 dan pH larutan pada
setiap penambahan 1 ml HCl diukur. Penambahan larutan HCl dihentikan
apabila titik ekuivalen telah tercapai.

Kurva hubungan antara pH larutan dengan volume larutan penitrir dibuat dan
harga Ka1 dan Ka2 ditentukan dengan menggunakan persamaan pH=pKa2 dan
pH=0.5*pKa1 + 0.5*pKa2.
ii. Penentuan Harga Ka dan Massa Cuplikan Asam Monobasis Murni.
Larutan cuplikan sebanyak 20 ml diambil, cuplikan dari pengenceran sepuluh
kali cuplikan asam murni.

Dua tetes indicator PP (fenolftalin) ditambahkan dan larutan NaOH disiapkan

dan dimasukkan kedalam buret 50 ml.

Larutan NaOH ditambahkan ke dalam larutan asam cuplikan dan pH larutan
setiap penambahan 1 ml diukur. Penambahan dihentikan pada saat timbul
warna merah.

Kurva hubungan pH larutan dengan volume NaOH dibuat dan harga Ka dan
massa molekulnya ditentukan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Titrasi Asam Basa
Indikator PP (fenolftalin) yang dipakai pada proses titrasi asam basa kali ini
merupakan asam lemah dengan susunan molekul yang sangat rumit dan disingkat
menjadi H-phph. H adalah proton yang dapat diberikan pada zat lain, phph adalah
molekul asam lemah. Indikator PP (fenolftalin) akan terdisosiasi dalam air menjadi
H+(aq) + phph-(aq)

H – phph(aq)

Pada awal proses titrasi, larutan asam oksalat 0.05 M (titran) yang telah
diencerkan ditambahkan ke dalam larutan NaOH 15 ml (titrat) yang telah diberikan
indicator PP (fenolftalin) sebanyak tiga tetes. Ketika fenolftalin/H-phph berwarna
bening dimasukkan ke dalam NaOH yang bersifat basa maka akan terdisosiasi
menjadi ion hydronium dan ion phph (berwarna ungu). Ion hidroksida pada NaOH
akan bereaksi dengan ion hydronium membentuk molekul air (H2O) sehingga ion
hydronium pada produk akan semakin berkurang, ion hydronium dari reaktan akan
berpindah ke produk (ke arah kanan) untuk menggantikan ion hydronium yang
semakin berkurang, maka reaksi akan condong dominan ke arah kanan (semakin
banyak phph- berwarna ungu yang terbentuk) dan menyebabkan timbulnya warna
merah muda ketika tiga tetes indicator PP(fenolftalin) diteteskan ke dalam larutan
NaOH yang bersifat basa (memiliki ion hidroksida).
H-phph(aq) + OH-

H2O(aq) + phph-(aq)

Ketika larutan asam oksalat yang bersifat asam ditambahkan ke dalam larutan
NaOH yang telah ditetesi tiga tetes fenolftalin, maka ion hydronium pada fenolftalin/
H-phph semakin bertambah dan menjadi berlebih, sehingga ion phph- (berwarna
ungu) akan bereaksi dengan ion hydronium yang berlebih membentuk H-phph
(berwarna bening) dan reaksi akan condong mengarah pada produk (reaksi ke arah
kiri). Itulah yang menyebabkan warna merah jambu menjadi bening kembali ketika
larutan NaOH yang sudah diberikan tiga tetes fenolftalin ditambahkan larutan asam
oksalat. Ketika warna merah jambu pada larutan NaOH tepat berubah menjadi bening
maka dapat dikatakan bahwa titrasi yang kami lakukan telah mencapai titik eqivalen,
yaitu pada waktu mol asam oksalat = mol NaOH.
H-phph(aq)

H+(aq) + phph-(aq)

Kemudian untuk menentukan kadar asam asetat perdagangan, larutan NaOH
0.1 N (titrat) dimasukkan ke dalam larutan asam asetat yang telah ditambahkan
fenolftalin sebanyak tiga tetes. Fenolftalin/H-phph yang semula berwarna bening
tidak berubah warna jika dimasukkan ke dalam larutan asam asetat sebab ion phph
(warna ungu) pada fenolftalin berikatan dengan ion hydronium membentuk H-phph
(berwarna bening). Ketika larutan NaOH yang mengandung ion hidroksida
dimasukkan ke dalam larutan asam asetat maka ion hidroksida pada NaOH akan
berekasi dengan ion hydronium membentuk molekul air (H 2O) sehingga ion
hydronium semakin sedikit dan semakin kurang, ion hydronium pada reaktan akan
menggantikan posisi ion hidronium yang telah hilang karena bereaksi dengan ion
hidroksida, reaksi akan condong ke arah produk (ke arah kanan) sehingga semakin
banyak ion phph-(warna ungu) yang terbentuk, ketika ion hirdonium pada reaktan
tidak dapat mengimbangi jumlah ion phph- maka akan tampak warna merah jambu,
ketika warna bening pada asam asetat tepat berubah menjadi warna merah jambu
maka dapat dikatakan bahwa titrasi telah mencapai titik eqivalen, yaitu mol NaOH =
mol asam asetat perdagangan.
H-phph(aq) + OH-(aq)

H2O(aq)+ phph-(aq)

a. Menentukan normalitas larutan NaOH
i. Konsentrasi asam oksalat sebagai larutan stock primer
Diketahui:
Massa asam oksalat yang ditimbang pada neraca anlitik = 0.63gr
Ar : H = 1, C = 12, O = 16
Mr asam oksalat (C2H2O4. 2H2O)
= {(2*12)+(2*1)+(4*16)}+2{(2*1)+(1*16)}
= 126 g/mol
n (mol) = m (massa)/mr asam oksalat
= 0.63/128= 0.05 M (konsentrasi larutan asam oksalat)
H2C2O4

2H+ + C2O42-

Berdasarkan reaksi diatas, dapat diamati bahwa asam oksalat memiliki asam
bervalensi 2.
Normalitas asam oksalat = n * M = 2 ek/mol * 0.05 mol/L = 0.1 N

ii. Penentuan normalitas NaOH
Volume NaOH yang digunakan untuk titrasi = 15 ml
Volume rata-rata larutan asam oksalat (C2H2O4) 0.05 M yang terpakai
= (V1+V2+V3)/3
= (13 ml + 12.6 ml + 12.5 ml)/3
= (38.1)/3
= 12.7 ml (volume yang dipakai.)
Untuk menentukan normalitas NaOH, dapat digunakan rumus pengenceran
(N*V) asam = (N*V) basa
(N*V) asam oksalat = (N*V)NaOH
0.1 ek/L * 12.7 ml = N NaOH * 15 ml
NNaOH = (0.1 ek/L * 12.7 ml)/ 15ml = 0.084667 = 0.085
b. Menentukan kadar asam asetat perdagangan.
i. Volume asam asetat yang dititrasi = 10 ml dengan pengenceran 50 kali
Volume rata-rata NaOH yang digunakan untuk titrasi
= (V1 + V2 +V3 )/3
=(9.9 ml + 10.5 ml + 9.9 ml)/3
= (30.3)/3 = 10.1 ml (volume yang dipakai )
M = {massa jenis asam cuka * kadar zat * 1000 (ml/L)}/Mr(g/mol)
M = {1 * 0.25 * 1000}/ 60
M = 4. 17 M
N = M * valensi hidroksida
N = 4.17 M * 1 = 4.17 N
ii. Penentuan kadar asam cuka perdagangan
Karena dalam titrasi ini, digunakan larutan standar NaOH yang konsentrasinya
± 0.085 sehingga larutan asam cuka perlu diencerkan terlebih dahulu agar
konsentrasinya menjadi ± 0.085. Dalam percobaan kali ini dilakukan 50 kali
pengenceran asam cuka (dari volume 5 ml menjadi 250 ml).
Untuk menentukan normalitas larutan asam asetat, dapat digunakan rumus
pengenceran.
VNaOH * NNaOH = VCH3COOH * NCH3COOH
10.1 ml * 0.085 = 10 ml * NCH3COOH
NCH3COOH = 0.08585
MCH3COOH = NCH3COOH (0.08585) * factor pengenceran (50) = 4.29 M

Gram CH3COOH = MCH3COOH * MrCH3COOH
Gram CH3COOH = 4.29 M * 60mg/mmol = 257.4 mg/ml = 0.2574 g/ml
Persentase CH3COOH (b/v) = Gram CH3COOH (0.2574) * 100% = 25.74%
% CH3COOH yang diperoleh dari hasil perhitungan tidak berbeda jauh dari
yang tertera pada keterangan asam cuka perdagangan yakni 25%
B. Konstanta keasaman
a. Penentuan Ka1 dan Ka2 dari Na2CO3
pH Na2CO3

Volume Penambahan HCl 0.1

M
10.91
1
10.61
2
10.42
3
10.23
4
10.01
5
9.82
6
9.57
7
9.26
8
8.62
9
Garam Na2CO3 (natrium karbonat) berasal dari basa kuat NaOH dan asam lemah
H2CO3 (asam karbonat). Proses ini bertujuan untuk mengetahui konstanta
keasaman yang dimiliki asam karbonat yang merupakan asam lemah dibasis
sehingga dapat dicari Ka1 dan Ka2nya.
Volume akhir titrasi = volume eqivalen = 9 ml
pH akhir titrasi = pH eqivalen = 8.62
Volume pKa2 = setengah dari volume eqivalen = 4.5 ml
pKa2 = pH pada saat setengah volume eqivalen
pKa2 = (pH pada saat 4 ml + pH pada saat 5 ml)/2 = 10.23 +10.01 = 10.12
berdasarkan data diatas, maka dapat pH dapat diperoleh
pH = 0.5 pKa1 + 0.5 pKa2
0.5 pKa1 = pH eqivalen – 0.5 pKa2 = 8.62 – 0.5*(10.12) = 8.62 – 5.06 = 3.56
pKa1 = 3.56 * 2 = 7.12
Ka1 = 10-7.12 = 7.58 * 10-8
pKa2 = 10.12
pKa2 = - log pKa1
Ka2 = 10-pKa2 = 10-10.12 = 7.58*10-11

Kurva
12

pH Na2CO3

10
8
pH

6
4
2
0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Volume Penambahan HCl 0.1 M

Pada kurva di atas, didapati bahwa pH mengalami penurunan dari 10.91 menjadi
8.62, namun tidak mengalami penurunan yang drastic sebab larutan Na 2CO3
merupakan asam konjugasi dan bersifat buffer sehingga mampu mempertahankan
pH pada kapasitas tertentu.
b. Penentuan harga Ka dan massa molekul cuplikan asam monobasis murni.
No

Volume

pH

1.

(ml)
1

3.9

2

7
4.1

3.

3

5
4.3

4.

4

3
4.4

5.

5

0
4.5

6

1
4.5

7.

7

7
4.6

8.

8

5
4.7

9.

9

1
4.7

2.

6.

9

10

10

4.8

.
11

11

3
4.8

12

9
4.9

.
13

13

5
5.0

.
14

14

0
5.0

.
15

15

2
5.1

16

0
5.1

.
17

17

4
5.1

.
18

18

8
5.2

.
19

19

4
5.3

20

0
5.3

.
21

21

6
5.3

.
22

22

9
5.4

.
23

23

3
5.4

24

9
5.5

.
25

25

3
5.6

.
26

26

0
5.6

.
27

27

2
5.6

28

6
5.7

29

2
5.7

.
12

.
16

.
20

.
24

.
28
.
29

.
30

30

8
5.8

31

7
5.9

.
32

32

4
6.0

.
33

33

3
6.1

34

0
6.1

35

8
6.2

.
36

36

7
6.4

.
37

37

5
6.6

38

0
6.7

39

5
6.8

.
40

40

5
6.9

.
41

41

0
7.0

.
31

.
34
.
35

.
38
.
39

.

1
Dari hasil di atas kita dapat menentukan harga Ka dan massa molekul cuplikan

asam monobasis murni.
Diperoleh Volume akhir titrasi = volume awal titrasi = 41 ml.
pH akhir titrasi = pH eqivalen = 7.01
Dari data volume titrasi NaOH diatas, kita dapat mencari mol NaOH.
Mmol NaOH = Volume NaOH * M NaOH = 41 mmol* 0.1 M = 4.1 mmol
M CH3COOH = n/Vtotal = 4.1 mol / 20 ml = 0.205 M
[CH3COONa] = n/vtotal = 4.1 mol / 61 ml = 0.067 m

Untuk mencari mencari pKa CH3COOH, dapat dicari dengan perhitungan berikut
pH eqivalen = 0.5*pKw + 0.5*pKa + 0.5*log [G]
0.5*pKa = 7.01 – 0.5(14) – 0.5 log 0.067
0.5*pKa = 0.01+0.0585 = 0.595
pKa = 1.19
Ka = 10-pKa = 10-1.19 = 0.064 = 6.4*10-2
BM = {0.03 * massa jenis * k}/{v*M}
BM = {0.03 * 1.05 * 100}/ {0.041 * 0.1} = 7.6829 * 102 g/mol
Kurva

Kurva
8
7
pH CH3COOH

6
5
pH

4
3
2
1
0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Volume Penambahan NaOH

Dari trayek pH diatas dapat diamati bahwa pH semakin meningkat karena ion hydronium
pada CH3COOH bereaksi dengan ion hidroksida NaOH menghasilkan molekul air (H 2O) dan
mencapai titik equivalen (titik akhir titrasi) dengan pH 7.01.
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)

CH3COONa(aq) + H2O(aq)

Dapat diamati bahwa pH pada kurva tersebut tidak naik secara drastic, namun naik
secara perlahan lahan, hal ini disebabkan adanya larutan CH 3COONa yang terbentuk dan

berperan menjadi larutan buffer serta mampu mempertahankan pHnya pada kapasitas tertentu
ketika diberikan ion hydronium atau ion hidroksida dan ketika ditambah NaOH, maka
CH3COONa akan bereaksi dengan OH- menghasilkan CH3COO- dan molekul air (H2O).
CH3COONa + OH-

CH3COO- + H2O

BAB 5. KESIMPULAN
1. Titrasi asam basa adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya.
2. Harga konstanta keasaman (Ka) dari asam karbonat dibasis yang diperoleh adalah
7.58 * 10-8 dan 7.58 * 10-11.
3. Massa molekul dari asam mono basis murni adalah 7.6829 g/mol.

4. Normalitas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat (C 2H2O4) 0.05 M
adalah 7.6829 * 102 g/mol.
5. Kadar asam cuka perdagangan yang diperoleh adalah 25.74%.

DAFTAR PUSTAKA
Goldberg, David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
Keenam.1984. Kimia Untuk Universitas 1 Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 1984. Kimia Organik. Jakarta: Rineka Cipta.
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Hein et al. 1993. College Chemistry An Introduction To General, Organic, and Biochemistry.
California: Wadsworth Inc.