T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keragaan Bibit Tanaman Viola (Viola cornuta L.) pada Berbagai Media Semai = Viola (Viola cornuta L.) Seed Performance on Various Seedling Medium T1 BAB II

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Tanaman Viola
Viola yang di Negara lain dikenal dengan nama Starry Night atau Horned Pansy, juga
baru-baru ini dikenal dengan nama Lord Primrose, memiliki daya tarik yang luar biasa dalam
hal pemenuhan elemen lansekap. Tanaman ini pada umumnya ditanam dalam wadah seperti
poly bag, kaleng, pot terbuka atau dapat ditanam sebagai tanaman pembatas ditaman-taman.

(Pilon, 2016). Beberapa tahun terakhir ini menjadi tanaman yang cukup populer di Negaranegara beriklim menengah seperti Belanda. Penjualan benih tanaman jenis ini hampir
menyusul penjualan benih tanaman pelargonium sp, common bos (Bixus sp) serta beberapa
tanaman lain yang banyak menghiasi taman-taman di Negara tersebut (Kuehny dan Morales,
1998).
Tanaman hias Viola (Viola cornuta L.) merupakan tanaman yang termasuk dalam family
Violaceae. Tanaman ini memiliki ukuran tinggi 6-10 inch dan lebar mencapai 8-10 inch.

Dalam 1 gram terdapat 1.100 benih tanaman ini. Pada benih-benih tanaman yang berukuran
sangat kecil seperti ini dibutuhkan perawatan yang lebih intensif saat masa perkecambahan.
(Anonim a, 2010).
Berikut merupakan gambaran morfologi dari tanaman Viola cornuta L.

Gambar 2.1. Gambar Morfologi Tanaman Viola cornuta L. (Saule, 1991).

Berdasarkan deskripsi tanamannya yang dikemukakan oleh Anderson (2015) dalam
Goldsimthseeds, fase perkecambahan pertama benih tanaman ini membutuhkan waktu 4 hari

dari waktu benih ditanam pada media semai sampai munculnya radikula secara normal.

4

Kemudian akhir fase perkecambahan terjadi sekitar 14 hari setelah benih ditanam. Biasanya
diperlihatkan dengan kemampuan akar menembus media serta munculnya beberapa kotiledon.
RH 95-98%. pH media semai antara 5,5-5,8 dimana dalam pH yang direkomendasikan ini
akan mengurangi kemungkinan kekurangan boron yang dapat menyebabkan pertumbuhan
terhambat serta memiliki daya hantar listrik: 0,75 dS/m dengan mengganti media atau memberikan pupuk tambahan.
2.1.2 Media Semai
Media semai yang tepat dapat mendukung perkecambahan dan selanjutnya pertumbuhan
bibit. Kesuksesan perkecambahan sebuah benih dalam nursery maupun greenhouse
dipengaruhi oleh sifat kimia maupun fisika dari media semai dan tumbuhnya. Media semai
tidak boleh terlalu basah dan tidak mengandung jamur yang dapat menyebabkan kematian
bibit. Media yang baik harus memenuhi setidaknya syarat yang berhubungan dengan:
1. Mampu menjaga ketersediaan air seperti mempunyai sifat mudah menyerap air, menahan air
dalam waktu lama

2. Mampu menjaga ketersediaan udara seperti memiliki pori yang cukup, kelembapannya tinggi
tetapi aerasinya baik, beratnya ringan, serta tidak mudah memadat.
3. Mampu meningkatkan kekokohan tanaman seperti bobot isi, pori mikro, serta sifat kimia
seperti kandungan hara yang membantu pertumbuhan tanaman. Tinggi rendahnya hara juga
dapat dilihat melalui nilai EC (Seftiani dkk., 2007).
Berdasarkan syarat tersebut campuran media yang tepat dapat meningkatkan kemampuan
berkecambah benih dan pertumbuhan bibit. Berikut merupakan tabel nilai pH dan EC
beberapa media yang biasa digunakan sebagai media persemaian benih viola:
Tabel 2.1 Data Uji Sampel di Lab Tanah UKSW
Bahan

pH

EC (dS/m)

Top Soil

6,21

0,36


Pasir sungai

8,07

0,09

Spaghnum

3,62

0,13

Spaghnum+Perlite

5,01

1,33

Arang Sekam


6,30

2,1

Wonder Grow

6,90

13,3

5

Cocopeat

6,49

0,24

Sumber: Hasil Uji Lab Tanah UKSW (2016).

2.1.2.1 Spaghnum moss
Spaghnum moss, yaitu bahan media semai atau tanam yang berasal dari residu tanaman
yang masih baru sejenis lumut. Beberapa substansi telah diekstrak menghasilkan zat anti
bakteri dari sphagnum sehingga dapat menghambat timbulnya jamur dan penyakit.
Semua bagian sphagnum dapat dimanfaatkan, baik yang berwarna hijau (masih hidup)
maupun yang berwarna coklat (telah mati). Media ini mempunyai banyak rongga sehingga
memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa (Prameswari dkk.,
2014; Robbins dan Michael, 2016).
Karakteristik spaghnum diantaranya adalah memiliki kandungan nitrogen 2-3%,
memiliki pH 4.0 didalam air, memiliki bahan kering 50-70 kg m-3, memiliki bahan organik
sebesar 98%, kandungan abu 2%, kandungan unsur hara N 0.86%, P 0.13%, K 0.80%, Ca
0.30%, Mg 0.26%, Mn 0.17%.. Media ini mengikat air sampai 80% maka dapat menyediakan
lengas tanah dengan baik (Anonim b, 2012).
2.1.2.2 Perlite
Perlite berasal dari batu obsidian yang terhidrasi dan dipanaskan pada suhu yang
cukup tinggi hingga kandungan airnya menguap meninggalkan batuan dengan banyak lubanglubang. Batuan ini mengandung persentase silika (Si) cukup tinggi. Hasilnya adalah bahan
yang ringan, steril. Perlite tidak mampu menahan air cukup lama (disebut sel tertutup)
sehingga kerap kali penggunaanya dicampur dengan media lain untuk memperbaiki drainase
bahan atau meningkatkan presentase aerasi dalam media (Ghehsareh dkk., 2011).
Karakteristik perlite diantaranya sebagai berikut: Ukuran partikel berkisar 3-5 mm,

C/N = 0.0, memiliki bobot isi sebesar 0.13 g (cm3)-1, memiliki pH sebesar 7.8, memiliki daya
hantar listrik sebesar 1.6 ds/m, dimana EC yang tinggi dapat menyebabkan ketersediaan air
dalam media menjadi terbatas, CEC = 0.0 (Ghehsareh dkk., 2011). Air yang dijerap tidak
terlalu kuat maka dapat dengan mudah dan cepat dilepaskan pada ketegangan yang relatif
rendah, memiliki porositas tinggi sebesar 68%, kemampuan menjerap air sebesar 69,8% dan
steril. Bahan perlite juga mengandung 6,9% aluminium yang pada pH rendah mungkin
dilepaskan kelingkungan dan dapat mempengaruhi tanaman (Ors dan Omer, 2010).
2.1.2.3 Cocopeat
Media ini berasal dari proses penghancuran sabut kelapa tua yang telah dipisahkan
dari seratnya yang menghasilkan serbuk halus. Kelebihan sabut kelapa sebagai media semai
dan sapih dikarenakan mampu mengikat air dengan kuat, mampu menggemburkan tanah,

6

serta mengandung unsur hara esensial, seperti Ca, Mg, K, N, dan P. Karakteristik cocopeat
diantaranya adalah memiliki bobot jenis 0.13 g (cm3)-1, memiliki bobot kering hanya 0,08 g
cm-3 dan saat basah mencapai 0,17 g cm-3, memiliki kapasitas menahan air cukup tinggi yaitu
mencapai 14,71 kali bobot keringnya, memiliki kadar air dan daya simpan air masing-masing
sebesar 119 % dan 695,4 %. Cocopeat memiliki pori mikro yang mampu menghambat
gerakan air sehingga ketersediaan air lebih tinggi (Irawan dan Hanif, 2014). Salah satu

kekurangan media cocopeat adalah banyak mengandung zat tanin (Suryawan, 2014).
2.1.2.4 Arang Sekam
Arang sekam (husk) berasal dari kulit biji padi yang dibakar. Arang sekam berupa
sekam segar yang telah melalui proses karbonisasi secara tidak sempurna sehingga terjadi
perubahan susunan kimiawi menghasilkan peningkatan kandungan mineral Si, Ca, Mg dan
juga unsur-unsur mikro lainnya seperti Fe, Al, Cu, Zn, Na serta peningkatan kadar karbon dan
mudah terdekomposisi. Media ini dapat digunakan sebagai media semai maupun tumbuh
dalam pot atau alternatif substrat pada budidaya tanpa tanah (Irawan dan Yeremias, 2015).
Karakteristik arang sekam diantaranya: dapat mempertahankan kelembaban media,
permeabilitasnya tinggi, tidak mudah lapuk, memiliki berat jenis 0,14 kg L-1, memiliki bobot
isi 0,022 g cm-3, ruang pori total 54.09%, kemampuan menjerap air 45.5%, kandungan abu
sebesar 50.53%, tidak mudah menggumpal, dan steril (Tejasarwana dkk., 2009).
2.1.2.5 Wonder Grow
Wonder grow merupakan salah satu merk media tanam instan yang digunakan sebagai
media perkecambahan dan media pertumbuhan bibit, contohnya PT Selektani Horticulture
menggunakan media ini karena memiliki kandungan utama penyusunnya adalah bahan
organik yang berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti
daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Bahan organik sudah mampu menyediakan unsurunsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori mikro dan makro yang
hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya
serap air yang tinggi. Bahan organik dalam media ini telah mengalami proses dekomposisi

yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, dihasilkan CO 2, H2O, dan
mineral. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu munculnya bibit
penyakit, untuk menghindarinya, media harus sering diganti (Anonim c, 2010).
2.1.2.6 Pasir
Pasir saat ini dijadikan sebagai perbaikan media pengganti tanah yang digunakan
sebagai media perbanyakan didalam rumah kaca maupun dalam nursery. Pasir sebagai
campuran media memiliki fungsi utama untuk meningkatkan drainase. Disebut pasir apabila

7

memiliki diameter 2,00-0,20 mm. Fraksi pasir sangat didominasi oleh mineral kuarsa (SiO 2)
yang tahan terhadap pelapukan dan sulit bereaksi dengan senyawa lain atau disebut sifat
”inert” (Sutanto, 2009).
Keunggulan media pasir adalah dapat meningkatkan aerasi atau mempertahankan
ketersediaan rongga udara serta meningkatkan drainase media tanam atau mempermudah
mengalirnya kelebihan air, mampu mempertahankan kelembaban air, dapat merembeskan air
dan meneruskan udara, memiliki pori-makro tinggi maka pasir menjadi mudah basah dan
mudah kering oleh proses penguapan, mengurangi mengerasnya media tanam. Kohesi dan
konsistensi pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Karena sifat-sifat
tersebut menjadikan pasir media yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan tidak

produktif untuk pertumbuhan tanaman selepas persemaian (Hanafiah, 2005).
2.1.2.7 Tanah
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka daratan
bumi. Komponen tanah (mineral, organik, air, dan udara) tersusun antara yang satu dan yang
lain membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang lebih kurang
sejajar dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis (Sutanto,2009). Bagian
mineralnya terdiri dari unsur hara makro dan mikro esensial. Sebagai media persemaian
biasanya yang digunakan adalah bagian “topsoil”. Pada lapisan ini terkonsentrasi kegiatan
mikroorganisme yang secara alami mendekomposisi serasah yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesuburan tanah. Bahan organik di lapsian ini umumnya ditemukan dengan
jumlah yang tidak besar (3-5 %), namun berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Adapun
pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan akibatya terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
Sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah), sumber hara N, P, S, unsur mikro dan
lainnya, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, meningkatkan kapasitas tukar
kation tanah, dan sumber energi bagi mikroorganisme (Hanafiah, 2005).
2.1.3 Pengaruh Media terhadap Perkecambahan Benih
Kemampuan sebuah tanaman dalam bertahan hidup tidak lepas dari proses sebelumnya
yaitu proses perkecambahan dari bentuk benih. Perkecambahan dimulai dari proses
penyerapan air oleh benih atau proses imbibisi (menyebabkan kadar air di dalam biji
mencapai 50-60%) dan menyebabkan pecah atau robeknya kulit benih diikuti dengan

melunaknya kulit benih serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan peningkatan asupan oksigen
sehingga menyebabkan peningkatan respirasi dalam benih. Proses perkecambahan dapat
terjadi jika kulit benih permeabel terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis
tertentu. Air juga merupakan sarana masuknya oksigen ke dalam biji. Suhu optimum untuk

8

berlangsungnya proses perkecambahan adalah 10-40ºC. Keberadaan oksigen serta air dapat
dimodifikasi melalui pengaturan media semai (Hartmann dkk., 2001).
Kemampuan berkecambah suatu benih tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
substrat dan lingkungan seperti ketersediaan oksigen, temperatur, air, pH media, daya hantar
listrik media dan cahaya pada beberapa jenis tanaman (Hartmann dkk., 2001). Selain itu umur
benih juga mempengaruhi lama waktu untuk memunculkan radikula, hal ini berhubungan
dengan lag periode yang merupakan saat antara imbibisi dan pemunculan radikula (Demir
dkk., 2011).
Pada umumnya, benih yang berukuran sangat kecil seperti benih viola dikecambahkan
diatas media semai tanpa ditutupi. Perlakuan ini digunakan untuk menunjang agar
perkecambahan dapat cepat terjadi dan tanaman muda dapat segera dapat menghasilkan
makanan melalui proses fotosintesis. Karena benih viola yang kecil dan ringan dari normal
dimungkinkan memiliki embrio yang lebih kecil atau bahkan tidak ada. Benih seperti ini

menyerap air lebih cepat (Demir dkk., 2011).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh media semai terhadap
perkecambahan, dapat diketahui bahwa jenis media semai sangat menentukan perkecambahan
benih tanaman. Media di persemaian yang sering digunakan secara umum seperti tanah
cenderung memadat jika dilakukan penyiraman sehingga akan berpengaruh terhadap
kemampuan benih berkecambah. Media pasir sudah cukup baik untuk perakaran kecambah
namun pasir cenderung cepat menyerap air dan cepat menguap jika suhu panas, sehingga
kelembabannya tidak terjaga. Selanjutnya media seperti cocopeat menyebabkan nilai
viabilitas benih meningkat namun menurunkan nilai pertumbuhan sehingga perlu dilakukan
penyapihan dengan media yang lebih subur apabila akan digunakan sebagai media pembibitan
(Ruhnayat dan Otih, 2009; Salimah dkk., 2010; Suryawan 2014).
Pada hasil penelitian lainnya mengenai benih kacang hijau, hasil analisis varian terhadap
persentase berkecambah benih kacang hijau menunjukkan terdapat interaksi antara daya
hantar listik media dengan daya berkecambah benih. Terjadi penurunan daya berkecambah
benih pada semua kultivar yang diujikan serta memperpanjang waktu perkecambahan seiring
dengan kenaikan nilai daya hantar listik pada media semai. Pada media pasir dengan EC 0,11
dS/m kacang hijau mampu berkecambah mulai 4 HST (hari setelah tanam) dengan daya
berkecambah 90%, sedangkan pada media dengan EC ,.8 dan 1,47 memiliki daya
berkecambah 85% dan 80%. Pada media pasir dengan EC >1,47 benih baru berkecambah
pada 7 HST serta daya berkecambahnya antara 25% hingga 65%, menurun dengan makin
meningkatnya EC (Taufiq dan Runik, 2013).

9

Penurunan daya berkecambah juga sejalan dengan penurunan nilai vigor yang diukur
melalui keserempakan dan kecepatan berkecambah benih dimana vigor benih sorgum
mengalami penurunan sesuai dengan kenaikan nilai daya hantar listrik media persemaian.
Pada EC media 1,8 memiliki indeks vigor yang lebih tinggi dari EC 9,7 dS/m.
Kerusakan tanaman pada tahap perkecambahan yang tercekam salinitas yang dilihat melalui
nilai EC mencakup dua mekanisme, yaitu (1) tekanan osmosis media yang tinggi sehingga
benih sulit menyerap air dan (2) pengaruh racun dari ion-ion penyusun garam. Tiap jenis
benih memiliki nilai toleransi EC media semai yang berbeda-beda. Peningkatan salinitas
selain menurunkan daya kecambah dan kecepatan berkecambah, juga dapat menurunkan
panjang hipokotil, panjang akar, dan bobot kering total bibit kedelai. Pada EC media 0,11
dS/m panjang hipokotil adalah 22 cm, akar 6,9 cm, dan bobot kering 2,87 g sedangkan pada
media dengan EC >1,47 dS/m panjang hipokotil 10.8 cm, akar 5.3 cm, dan bobot kering total
2,68 g (Hasanah dkk., 2013; Taufiq dan Runik, 2013).
Sifat fisik seperti kemapuan menahan air yang tinggi dan kelembaban media pada
cocopeat berpengaruh positif terhadap peningkatkan viabilitas benih, dan vigor benih yang

digambarkan melalui nilai kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh, panjang epikotil dan
jumlah daun. Selain sifat fisik media, sifat kimia juga mempengaruhi fungsi media semai.
pada beberapa penelitian yang dihasilkan bahwa pH dan EC pada media yang terlalu tinggi
dapat meningkatkan nilai mortalitas dari pertumbuhan tanaman Quercus rubra, dimana
kebutuhan EC pada media akan meningkat sesuai dengan umur bibit tanaman (Bumgarner
dkk., 2008; Murniati dan Marlia, 2006).
Disamping itu penelitian mengenai kondisi fisik media seperti aerasi dan drainase media
juga berpengaruh terhadap perkecambahan benih sorgum. Media campuran 1 tanah : 1 pasir
berpengaruh positif terhadap perkecambahan dengan nilai perkecambahan terbanyak. Hal ini
dikarenakan tanah mampu mengikat air cukup, dan pasir memberikan peran mempertahankan
rongga udara sehingga benih dapat melakukan mekanisme perkecambahan. Penelitian lainnya
mengenai media cocopeat juga dapat menghasilkan meningkatnya nilai viabilitas benih
nyamplung namun menurunkan tingkat pertumbuhan bibit, sehingga diperlukan penyapihan
dengan media lain yang lebih subur. Daya berkecambah benih nyamplung pada media
persemaian tanah sebesar 60%, namun dengan penggantian media cocopeat daya
berkecambah dapat meningkat hingga 80% (Suryawan, 2014).
Pada penelitian perkecambahan benih mengkudu rendahnya nilai daya berkecambah benih
dan

tolok

ukur-tolok

ukur

lainnya

dipengaruhi

oleh

media

perkecambahan.

Ditunjukkan bahwa media arang sekam bukan merupakan media yang optimum untuk
perkecambahannya karena hanya menghasilkan perkecambahan sebesar 24% lebih rendah

10

dibandingkan pasir sebesar 74%. Hal ini juga sejalan dengan nilai kecepatan perkecambahan
dan keserempakan perkecambahan dimana penggunaan media arang sekam menghasilkan
nilai terendah dibandingkan media tanah dan pasir. Kecepatan perkecambahan hanya sebesar
0,5 %KN/24jam pada media arang sekam, lebih rendah dibanding tanah dan pasir yang
masing-masing sebear 4,9 dan 0,8 % KN/24jam (Murniati dan Marlia, 2006).
2.1.4 Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan bibit
Media semai atau media kecambah seperti diatas diperlukan sebagai media untuk
berkecambahnya benih. Karena hanya untuk berkecambah maka persyaratan terhadap
ketersediaan unsur hara menjadi tidak begitu penting karena energi yang digunakan untuk
perkecambahan

sudah

tersedia

dalam

endosperma

dari

biji

yang

bersangkutan.

Sedangkan media tumbuh semai memerlukan persyaratan sifat fisik-kimia yang lebih baik
daripada media perkecambahan. Secara fisik media harus mempunyai porositas yang tinggi
sehingga pertumbuhan akar semai tidak mengalami hambatan, sedangkan secara kimia media
tumbuh yang baik adalah jika mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan bagi semai
untuk pertumbuhan. Ketersediaan hara bagi tanaman dipengaruhi oleh pH media maupun
kemampuan media menjerap air (Daniel, 1987).
Syarat media untuk pembibitan yang baik menurut Tjitrosoepomo (1987) antara lain :

a. Cukup padat dan kuat untuk mendukung pertumbuhan semai.
b. Volume yang konstan baik dalam keadaan basah atauppun dalam keadaan kering.
c. Homogen secara fisik dan kimia, seragam dan stabil, mudah ditembus oleh akar tanaman
pertama.

d. Unsur hara harus mudah diserap oleh akar tanaman atau dalam keadaan tersedia.
e. Tidak beracun dan steril
f. Nisbah ruang-ruang pori terhadap material harus sesuai.
g. Kadar garam tidak tinggi dan pH cukup
h. Mudah menyerap air dan mampu menjaga kelembaban.
i. Dapat disimpan lama tanpa mengalami perubahan fisik dan khemis.
j. Ringan, mudah didapat dan murah.
Pada dasarnya kemampuan tumbuh tanaman Viola ini cukup baik mengingat tanaman
ini cukup toleran terhadap lingkungan. Namun sifat fisik dan kimia dari media semai
mempengaruhi pertumbuhan bibit tanaman. Berdasarkan penelitian Taufiq dan Runik (2013)
menyatakan bahwa daya hantar listrik media juga mempengaruhi pertumbuhan dalam hal
panjang hipokotil, panjang akar dan bobot kering hipokotil dan akar pada tanaman kedelai,
sedangkan pada bibit sorgum hal ini tidak berpengaruh nyata. Pada media dengan EC 0,5

11

dS/m panjang hipokotil, panjang akar, bobot kering hipokotil dan akar dapat mencapai 22,9
cm, 6,9 cm, 2,87 g, 0,66 g, sedangkan pada EC 15,8 dS/m panjang hipokotil, panjang akar,
bobot kering hipokotil dan akar secara berurutan adalah 6,6 cm, 4,4 cm, 2,76 g, dan 0,58 g.
Penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa, sifat fisik media yang terlalu lembab
seperti pada media arang sekam dan cocopeat dapat menyebabkan munculnya penyakit yang
menyerang bibit. Selain itu juga dapat menyebabkan media dipenuhi oleh air sehingga
pertukaran oksigen di daerah perakaran terganggu. Media dengan porositas yang rendah dapat
mengganggu perkembangan akar yang berpengaruh pada tinggi bibit tanaman, diameter bibit
dan lebar daun yang disebabkan melalui proses pembelahan, pemanjangan sel. Modifikasi
pori media dapat dilakukan dengan menambah bahan organik (Irawan dan Hanif, 2014;
Salimah dkk., 2010).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, komposisi media tanam yang memiliki karakter
fisik yang membuat drainase dan permeabilitas baik, kemungkinan dapat memperbaiki
pertumbuhan bibit dan produksi tanaman. Porositas dan kapasitas tukar kation memiliki peran
penting dalam aerasi daerah perakaran, persediaan air dan nutrisi bagi tanaman terutama pada
masa pembibitan (Ghehsareh dkk., 2011; Tejasarwana dkk., 2009).
Arang sekam memiliki keunggulan lebih banyak mengandung serat dibanding
beberapa media lain sehingga memiliki porositas yang tinggi namun daya mengikat air lebih.
Dalam hasil penelitian, panjang epikotil dan jumlah daun bibit mengkudu pada media arang
sekam hanya 0,2 cm dan 1,8 helai, sedangkan pada media tanah panjang epikotil 4,9 cm dan
jumlah daun 1,8 helai. Namun akar tanaman dapat tumbuh dengan normal karena sekam
terjamin bebas dari jasad renik (steril) yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman seperti
bakteri, dan patogen tanaman (Murniati dan Marlia 2006: Tejasarwana dkk., 2009).
Hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa, media semai cocopeat ditambah kompos
mendapatkan hasil positif sebagai media pertumbuhan tanaman Pansy ( Viola x wittrockiana
Gams.). Pada dasarnya penggunaan media cocopeat polos sebagai media dasar tanpa atau
dengan penambahan kompos akan menghasilkan efek pertumbuhan yang cukup baik.
Efek positif terlihat pada parameter tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah daun, daun
indeks hijau daun yang tidak berbeda nyata antara media cocopeat dengan media
cocopeat+kompos. Namun terkadang jika kadar garam tinggi pada media dapat menurunkan
ukuran daun, tinggi bibit, dan mengganggu pertumbuhan akar (Zawadzińska, dan Dorota,
2007).
Pada penelitian pertumbuhan bibit pengaruh hara dalam media pertumbuhan bibit
menjadi penting. Hasilnya adalah tinggi serta diameter bibit nyamplung pada media cocopeat
terlihat lebih rendah yaitu 18,3 cm dan 2,9 cm daripada bibit nyamplung pada media tanah
12

yaitu 20,7 cm dan 3,2 cm. hal ini dikarenakan cocopeat memiliki pasokan unsur hara yang
kurang melimpah untuk medukung pertumbuhan bibit. Pemberian pupuk tambahan menjadi
lebih penting pada penggunaan media ini (Suryawan, 2014).
Sifat kimia media semai juga berpengaruh dalam pertumbuhan bibit. Keadaan pH
media yang asam dapat mengganggu pertumbuhan bibit tanaman. Dalam beberapa penelitian
pH media secara langsung akan berpengaruh terhadap ketersediaan hara bagi pertumbuhan
bibit terutama N. Pada media dengan sedikit hara seperti serabut kelapa akan berdampak
negatif terhadap tinggi bibit, jumlah daun, perkembangan akar bibit, bobot segar tanaman dan
bobot kering tanaman. Pada media dengan pH 7.74 memiliki tinggi tanaman 19.25 cm dan pH
6,46 memiliki tinggi 16.49 cm yang secara langsung juga disebabkan karena ketersediaan
hara pada media (Irawan dan Yeremias, 2015; Rismanto dkk., 2014).
2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan kajian teoritis maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1) Media berpengaruh terhadap perkecambahan benih meliputi daya berkecambah,
kecepatan perkecambahan, dan keserempakan perkecambahan.
2) Media berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit meliputi tinggi bibit, jumlah daun, luas
daun, bobot segar dan bobot kering bibit.
3) Media dengan komposisi 1 Sphagnum : 1 Pasir akan menghasilkan daya berkecambah
benih viola diatas 80% dan media 1 Wondergrow : 1 Top Soil : 1 Pasir akan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan bibit viola (Viola cornuta L.)
2.3 Definisi Variabel Pengamatan
Berikut adalah definisi dari variabel pengamatan:
1. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme
dan gejala pertumbuhannya diukur melalui daya berkecambah
2. Daya berkecambah adalah kemampuan benih viola untuk berkecambah dan berkembang
menjadi bibit normal diukur dengan perhitungan total kecambah normal per total benih
yang ditanam ( DB

).

ƩKN: jumlah kecambah normal yang dihasilkan, ƩB: jumlah benih yang ditanam
(Sutopo, 1989).
3. Vigor benih adalah benih viola yang mempunyai kekuatan tumbuh tinggi dan daya
simpan yang baik diukur melalui keserempakan perkecambahan dan laju perkecambahan.
4. Kecepatan perkecambahan adalah kecepatan benih viola untuk berkecambah diukur
dengan perhitungan total persentase kecambah normal hari ke-n per hari-n hingga akhir
perkecambahan (

)
13

%KN: Persen kecambah normal hari ke-n, T: Hari pengujian ke-n (Sadjad dkk., 1999).
5. Keserempakan perkecambahan menggambarkan vigor benih, dihitung berdasarkan
persentase kecambah normal (KN) pada hari antara hitungan pertama (4 HSS) dan kedua
(14 HSS) yaitu pada 9 HSS (hari setelah semai). (
KNkuat: Kecambah Normal dan kuat hari ke 9 setelah semai, ƩB: Total benih yang
disemai (Sadjad dkk., 1999).
6. Tinggi bibit tanaman adalah tinggi tanaman yang dihitung dari permukaan tanah hingga
ujung daun tertinggi pada hari ke 0, 7, 14, 21 hari setelah pindah tanam (HSPT).
7. Jumlah daun adalah jumlah daun bibit viola pada 0, 7, 14, 21 setelah pindah tanam.
8. Luas daun adalah luas daun bibit viola pada umur 21 hari setelah pindah tanam diukur
menggunakan software e-daun.
9. Bobot segar batang bibit adalah bobot segar batang sampel yang ditimbang 21 hari
setelah pindah tanam.
10. Bobot segar akar bibit adalah bobot segar akar sampel yang ditimbang 21 hari setelah
pindah tanam
11. Bobot kering batang bibit adalah bobot batang sampel bibit yang telah dikeringkan
selama 2x24 jam 60-70oC, 21 hari setelah pindah tanam.
12. Bobot kering akar bibit adalah bobot akar sampel bibit yang telah dikeringkan selama
2x24 jam 60-70oC, 21 hari setelah pindah tanam.

14

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Docking Studies on Flavonoid Anticancer Agents with DNA Methyl Transferase Receptor

0 55 1

EVALUASI IN VITRO ANTIOKSIDAN SENYAWA FENOL BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) SELAMA PROSES PENGOLAHAN EMPING MELINJO BERDASARKAN SNI 01-3712-1995

4 111 16