Chapter I Analisis Penerjemahan kata قال qāla pada Hadits Arba’in
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan menerjemah adalah salah satu cara untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama untuk mengetahui informasi yang terkandung di dalam bahasa
sumber. Salah satu kendala untuk memperoleh suatu informasi adalah kurangnya
kemampuan memahami atau membaca bahasa asing. Oleh karena itu, perlu generasigenerasi penerjemah agar ilmu pengetahuan tetap berkembang dan manusia mudah
mendapatkan informasi yang diinginkan.
“Penerjemahan sangat penting demi proses tukar-menukar informasi
dan hasil penemuan. Tanpa penerjemahan, para calon ilmuwan
ataupun para ilmuwan mungkin akan ketinggalan, tidak dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, apalagi kalau mereka
kurang mampu membaca dalam bahasa asing, (Widyamartaya, 1989:
9)”.
Pada umumnya kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia
berfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci al-Qur’an, hadits, dan tafsir
hingga buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan yang menelaah aneka pemikiran Islam.
Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena masyarakat membutuhkan
pengetahuan ataupun informasi untuk memperbaiki keagamaan mereka sehingga
menuntut para peneliti atau ahli bahasa melakukan kegiatan penerjemahan,
(Syihabuddin, 2002: 2). Pada penelitian ini kegiatan penerjemahan akan berfokus pada
hadits, yakni hadits Arba’in.
1
Universitas Sumatera Utara
ٌ ْﺚ ﺝ ﺍَ َﺣﺎ ِﺩﻳ
ُ ﺍﻟ َﺤ ِﺪﻳ.ً َﺣ ُﺪﻭْ ﺛًﺎ ﻭ َﺣﺪَﺍﺛَﺔ-ﺙ
ُ ﻳَﺤْ ُﺪ-َﺙ
َ َﺣﺪ
ْﺚ
|| ُﺍﻟﺤ َﻜﺎﻳَﺔ
ِ || || ﺍﻟ َﻜ َﻼ ُﻡ || ﺍﻟ ُﻤ َﺤﺎ َﺩﺛَﺔُ || ﺍﻟ َﺨﺒَ ُﺮ
.(Munawir, 1997: 241-242)
/ḥadaṡa- yaḥduṡu- ḥudūṡan wa ḥadāṡatun. Al-ḥadīṡu jama’ aḥādīṡun || al-kalāmu || almuḥādaṡatu || al-khabaru || al-ḥikāyatu ||/. Hadits berasal dari kata ḥadaṡa- yaḥduṡu
yang artinya kejadian. Hadits bentuk jamaknya aḥādīṡun, adapun makna hadits yaitu;
perkataan, percakapan, kabar, cerita/hikayat (Munawwir, 1997: 241-242). Jadi, hadits
mengandung pengertian semua perkataan, kabar/berita, dan cerita yang diriwayatkan
oleh Rasulullah saw. kepada umatnya yang dijadikan pegangan (sumber hukum) dalam
kehidupan.
Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits yang
disusun oleh Imam Nawawi. Hadits-hadits tersebut merupakan kumpulan hadits shahih
yang menjadi salah satu pegangan umat Islam. Hadits Arba’in tidak asing lagi bagi umat
Islam karena hadits-hadits yang terdapat di dalamnya membahas tentang ibadah,
muamalah, syariat, dan kehidupan beragama dan merupakan ajaran pokok Islam.
Peneliti memakai Terjemah Hadits Arba’in yang diterjemahkan oleh Muhil
Dhofir. Buku hadits terjemahan tersebut bentuknya praktis karena ukurannya yang kecil
dan mudah dibawa ke mana saja atau dapat disebut juga dengan buku saku hadits. Hadits
ini diterbitkan oleh penerbit Al-I’tishom (2001), Jakarta. Peneliti menganggap
penerjemah buku ini tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan dalam
penerjemahan, karena terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang terdapat di dalamnya tidak
bervariasi, yakni menerjemahkannya lebih sering dengan berkata dan bersabda. Oleh
karena itu, peneliti menggunakan buku hadits hasil terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ sebagai
objek penelitian.
Kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang terdapat dalam hadits Arba’in ada dua (2) bagian; kata ﻗﺎﻝ
/qāla/ periwayat dan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ Rasulullah. Pada penelitian ini, kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang
2
Universitas Sumatera Utara
dimaksud peneliti adalah kata ﻗﺎﻝ/qāla/ Rasulullah. Jadi, peneliti hanya menganalisis
terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ Rasulullah yang terdapat dalam hadits Arba’in.
Berdasarkan beberapa kamus bahasa Arab kata ﻗﺎﻝ/qāla/ memiliki arti (makna
leksikal) sebagai berikut:
:۱۹۷۳
, ﺗَﻠَﻔﱠﻆ || ﺗَ َﻜﻠّﻢ || )ﺍﻟﻤﻨﺠﺪ:ً ﻳَﻘُﻮْ ُﻝ ﻗَﻮْ ﻻً ﻭﻗَﺎﻻً ﻭﻗِ ْﻴﻼً ﻭﻗَﻮْ ﻟَﺔً ﻭ َﻣﻘَﺎﻻً ﻭ َﻣﻘَﺎﻟَﺔ: ﻗﺎ َ َﻝ:ﻗَ َﻮ َﻝ
.(٦٦۳
/qawalā qāla: yaqūlu qawlan wa qālan wa qaylan wa qawlatan wa maqālan wa
maqālatan: talafaẓ || takallam ||/. Qāla berasal dari kata qawala yang artinya berkata:
mengeluarkan (suatu ucapan/perkataan) || bercakap-cakap (berbicara) || (Al-Munjid,
1973: 663).
.(۱۱۷۱ :۱۹۹۷ , || ﺗَ َﻜﻠﱠﻢ || )ﺍﻟﻤﻨ ّﻮﻳﺮﻯ:ً ﻗَﻮْ ﻻً ﻭﻗِ ْﻴﻼً ﻭ َﻣﻘَﺎﻻً ﻭ َﻣﻘَﺎﻟَﺔ:ﻗَﺎ َﻝ
/qāla: qawlan wa qaylan wa maqālan wa maqālatan: || takallam ||/. Qāla artinya
berkata || bercakap-cakap (berbicara) || (Al-Munawwir, 1997:1171).
ﻗَﺎﻝ/qāla/- ﻳَﻘُﻮْ ُﻝ/yaqūlu/- ﻗَﻮْ ﻻ/qawlan/ yang artinya berkata (Yunus,
1989: 364).
Dari tiga kamus bahasa Arab yang telah dipaparkan di atas disimpulkan arti ﻗﺎﻝ
/qāla/
adalah berkata, maknanya berupa ucapan/perkataan
atau bercakap-cakap
(berbicara). Dengan demikian jelas bahwa terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in
masih menggunakan makna secara lesikal, yaitu; bersabda dan berkata.
Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian
(http://kbbi.web.id/teks). Maka dalam kajian bahasa, untuk memaknai suatu bentuk
(kata, frasa, dan kalimat) harus memperhatikan konteks, karena setiap bentuk memiliki
potensi untuk mengandung beberapa makna tergantung konteks atau lingkungan
linguistiknya, (Maurits, 2002:44).
3
Universitas Sumatera Utara
Makna adalah arti atau maksud pembicaraan; pengertian yang diberikan kepada
suatu bentuk kebahasaaan (http://kbbi.web.id/makna). Penelitian ini akan menganlisis
makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sesuai (sepadan) berdasarkan konteks pada hadits Arba’in.
Maka analisis kesesuian makna pada penelitian ini maksudnya, menganalisis kata ﻗﺎﻝ
/qāla/ yang terdapat pada hadits Arba’in untuk disesuaikan maknanya berdasarkan
konteks. Dengan demikian, maka akan ditemukan variasi makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ sehingga
kata ﻗﺎﻝ/qāla/ memiliki banyak makna.
Nurdin Lubis (2009) telah melakukan penelitian tentang terjemahan kata ﻗﺎﻝ
/qāla/ pada hadits-hadits nabawi. Adapun alasan Nurdin melakukan penelitian tersebut
karena selama ini kata ﻗﺎﻝ/qāla/ selalu diterjemahkan secara leksikal khususnya dalam
hadits-hadits nabawi sehingga dia merasa perlu adanya inovasi dalam menerjemahkan
kata tersebut untuk menghasilkan terjemahan yang lebih komunikatif. Dengan
menggunakan metode terjemahan komunikatif, Nurdin telah menemukan lebih dari dua
puluh (20) makna ﻗﺎﻝ/qāla/. Makna ﻗﺎﻝ/qāla/ tersebut antara lain: menceritakan,
mengungkapkan, menjawab, perintah, menegaskan, mengeluh, bewasiat, bertanya,
menjawab, menegaskan dan lan-lain. Metode tersebut berusaha mempertahankan
kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun
bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan.
Dengan memperhatikan kontekstual (isi dari apa yang diucapkan) akan menghasilkan
banyak varian kata untuk menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/.
Dari makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang telah ditemukan oleh Nurdin Lubis, peneliti
terinspirasi untuk menganalisis terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in dan
menentukan makna kata tersebut berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan.
4
Universitas Sumatera Utara
Peneliti merasa perlu ada analisis tersebut agar dapat diketahui: apakah seluruh makna
ﻗﺎﻝ/qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin dapat terpakai atau sebagian atau bahkan ada
temuan makna baru dalam penerjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in. Selain hal
tersebut, perlu diketahui juga bahwa hingga saat ini belum diketahui penggunaan variasi
makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin dalam menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada
hadits Arba’in.
Peneliti memilih hadits Arba’in sebagai objek yang akan diteliti, karena salah
satu hadits yang popular di masyarakat dan tujuan dari hasil penelitian akan lebih
memudahkan masyarakat memahami dan merasakan inovasi penerjemahan kata ﻗﺎﻝ
/qāla/ pada hadits Arba’in. Peneliti membahas ini tidak hanya semata-mata untuk
memecahkan persoalan yang muncul pada perubahan makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/, di samping
itu juga ingin menyampaikan dan mengubah paradigma (pesan/cara pikir) masyarakat
yang telah lama tertanam, bahwasanya kata ﻗﺎﻝ/qāla/ hanya diterjemahkan
bersabda/berkata akan tetapi ada variasi makna yang sepadan dengan kata tersebut yang
dapat digunakan untuk menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in.
Untuk menganalisis tejemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in dan
menentukan makna yang sesuai selain dari pada bersabda, peneliti menggunakan
metode deskriptif. Metode tersebut akan menggambarkan makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang
sesuai setiap hadits pada hadits Arba’in. Sementara teori yang digunakan adalah teori
Firth dan Malinowski (dalam Palmer 1989) yaitu konteks dan keperihalan keadaan.
5
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, agar pembahasan tidak terlalu luas dan dapat terfokus maka
peneliti membuat rumusan masalah pada penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut
adalah:
1. Apa saja makna-makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan konteks
dan keperihalan keadaan?
2. Berapakah makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sama dengan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang telah
ditemukan oleh Nurdin?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna-makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in yang
ditentukan maknanya berdasarkan konteks dan keperihalan keadaan.
2. Untuk mengetahui makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sama dengan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang
telah ditemukan oleh Nurdin.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik bagi pembaca khususnya bagi masyarakat,
adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diketahui variasi makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang dapat digunakan untuk menerjemahkan
kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in.
2. Diketahui makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sama dengan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang ditemukan
oleh Nurdin sehingga dapat menguatkan hasil penelitian bahwasannya
berkurang atau betambah makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang dapat digunakan untuk
6
Universitas Sumatera Utara
menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits berdasarkan penelitian terdahulu
dengan penelitian ini.
3. Mengubah paradigma (pesan/cara pikir) masyarakat bahwasanya kata ﻗﺎﻝ/qāla/
tidak hanya diterjemahkan secara leksikal, yakni: bersabda dan berkata dalam
menerjemahkan hadits akan tetapi, ada variasi makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada haditshadits nabawi.
1.5 Metode Penelitian
Seorang peneliti harus memilih dan mengetahui metode yang tepat untuk
penelitiannya. Metode tersebut yang menjadikan penelitian teratur sehingga peneliti
dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
“Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mancapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb.); cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan. Metode penelitian merupakan alat,
prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksankan penelitian
(dalam mengumpulkan data) (Djajasudarma, 2006: 1 dan 4)”.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach), yaitu
penelitian yang akan melibatkan hubungan peneliti dengan buku-buku (kepustakaan)
sebagai sumber data (Djajasudarma, 2006: 4). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif, data dikumpulkan seperti kondisi apa adanya, dan
dideskripsikan sesuai dengan ciri alamiah data itu (Djajasudarma, 2006: 6). Metode
deskriptif akan menggambarkan data penelitian sehingga kata ﻗﺎﻝ/qāla/ dapat terlihat
jelas maknanya dari setiap hadits pada hadits Arba’in.
7
Universitas Sumatera Utara
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terjemahan kata-kata ﻗﺎﻝ/qāla/
yang terdapat pada hadits Arba’in. Ada 42 hadits pada hadits Arba’in dan setiap hadits
terdapat kata ﻗﺎﻝ/qāla/ di dalamnya. Jumlah tersebut merupakan populasi data, maka
seluruhnya akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Paham (2006: 26-27) membagi langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian.
Langkah-langkah tersebut ada empat (4) fase: persiapan, pengumpulan data, pengolahan
data, dan penyusunan/penulisan laporan. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Persiapan: merumuskan masalah dan menyusun kerangka pikiran.
2. Mengumpulkan data: menemukan buku hadits Arba’in dan makna ﻗﺎﻝ/qāla/
yang ditemukan Nurdin.
3. Pengolahan data:
-
Membaca, memahami, dan memperhatikan terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/
yang tedapat dalam hadits Arba’in.
-
Menentukan terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan
konteks dan keperihalan keadaan.
-
Menyesuaikan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang telah ditentukan pada hadits Arba’in
dengan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin untuk mengetahui
penemuan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sama.
-
Menganalisis data yang telah diperoleh.
4. Penyusunan/penulisan laporan: pembahasan dan penarikan kesimpulan.
8
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan menerjemah adalah salah satu cara untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama untuk mengetahui informasi yang terkandung di dalam bahasa
sumber. Salah satu kendala untuk memperoleh suatu informasi adalah kurangnya
kemampuan memahami atau membaca bahasa asing. Oleh karena itu, perlu generasigenerasi penerjemah agar ilmu pengetahuan tetap berkembang dan manusia mudah
mendapatkan informasi yang diinginkan.
“Penerjemahan sangat penting demi proses tukar-menukar informasi
dan hasil penemuan. Tanpa penerjemahan, para calon ilmuwan
ataupun para ilmuwan mungkin akan ketinggalan, tidak dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, apalagi kalau mereka
kurang mampu membaca dalam bahasa asing, (Widyamartaya, 1989:
9)”.
Pada umumnya kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia
berfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci al-Qur’an, hadits, dan tafsir
hingga buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan yang menelaah aneka pemikiran Islam.
Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena masyarakat membutuhkan
pengetahuan ataupun informasi untuk memperbaiki keagamaan mereka sehingga
menuntut para peneliti atau ahli bahasa melakukan kegiatan penerjemahan,
(Syihabuddin, 2002: 2). Pada penelitian ini kegiatan penerjemahan akan berfokus pada
hadits, yakni hadits Arba’in.
1
Universitas Sumatera Utara
ٌ ْﺚ ﺝ ﺍَ َﺣﺎ ِﺩﻳ
ُ ﺍﻟ َﺤ ِﺪﻳ.ً َﺣ ُﺪﻭْ ﺛًﺎ ﻭ َﺣﺪَﺍﺛَﺔ-ﺙ
ُ ﻳَﺤْ ُﺪ-َﺙ
َ َﺣﺪ
ْﺚ
|| ُﺍﻟﺤ َﻜﺎﻳَﺔ
ِ || || ﺍﻟ َﻜ َﻼ ُﻡ || ﺍﻟ ُﻤ َﺤﺎ َﺩﺛَﺔُ || ﺍﻟ َﺨﺒَ ُﺮ
.(Munawir, 1997: 241-242)
/ḥadaṡa- yaḥduṡu- ḥudūṡan wa ḥadāṡatun. Al-ḥadīṡu jama’ aḥādīṡun || al-kalāmu || almuḥādaṡatu || al-khabaru || al-ḥikāyatu ||/. Hadits berasal dari kata ḥadaṡa- yaḥduṡu
yang artinya kejadian. Hadits bentuk jamaknya aḥādīṡun, adapun makna hadits yaitu;
perkataan, percakapan, kabar, cerita/hikayat (Munawwir, 1997: 241-242). Jadi, hadits
mengandung pengertian semua perkataan, kabar/berita, dan cerita yang diriwayatkan
oleh Rasulullah saw. kepada umatnya yang dijadikan pegangan (sumber hukum) dalam
kehidupan.
Hadits Arba’in merupakan kumpulan hadits yang terdiri dari 42 hadits yang
disusun oleh Imam Nawawi. Hadits-hadits tersebut merupakan kumpulan hadits shahih
yang menjadi salah satu pegangan umat Islam. Hadits Arba’in tidak asing lagi bagi umat
Islam karena hadits-hadits yang terdapat di dalamnya membahas tentang ibadah,
muamalah, syariat, dan kehidupan beragama dan merupakan ajaran pokok Islam.
Peneliti memakai Terjemah Hadits Arba’in yang diterjemahkan oleh Muhil
Dhofir. Buku hadits terjemahan tersebut bentuknya praktis karena ukurannya yang kecil
dan mudah dibawa ke mana saja atau dapat disebut juga dengan buku saku hadits. Hadits
ini diterbitkan oleh penerbit Al-I’tishom (2001), Jakarta. Peneliti menganggap
penerjemah buku ini tidak memperhatikan konteks dan keperihalan keadaan dalam
penerjemahan, karena terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang terdapat di dalamnya tidak
bervariasi, yakni menerjemahkannya lebih sering dengan berkata dan bersabda. Oleh
karena itu, peneliti menggunakan buku hadits hasil terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ sebagai
objek penelitian.
Kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang terdapat dalam hadits Arba’in ada dua (2) bagian; kata ﻗﺎﻝ
/qāla/ periwayat dan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ Rasulullah. Pada penelitian ini, kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang
2
Universitas Sumatera Utara
dimaksud peneliti adalah kata ﻗﺎﻝ/qāla/ Rasulullah. Jadi, peneliti hanya menganalisis
terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ Rasulullah yang terdapat dalam hadits Arba’in.
Berdasarkan beberapa kamus bahasa Arab kata ﻗﺎﻝ/qāla/ memiliki arti (makna
leksikal) sebagai berikut:
:۱۹۷۳
, ﺗَﻠَﻔﱠﻆ || ﺗَ َﻜﻠّﻢ || )ﺍﻟﻤﻨﺠﺪ:ً ﻳَﻘُﻮْ ُﻝ ﻗَﻮْ ﻻً ﻭﻗَﺎﻻً ﻭﻗِ ْﻴﻼً ﻭﻗَﻮْ ﻟَﺔً ﻭ َﻣﻘَﺎﻻً ﻭ َﻣﻘَﺎﻟَﺔ: ﻗﺎ َ َﻝ:ﻗَ َﻮ َﻝ
.(٦٦۳
/qawalā qāla: yaqūlu qawlan wa qālan wa qaylan wa qawlatan wa maqālan wa
maqālatan: talafaẓ || takallam ||/. Qāla berasal dari kata qawala yang artinya berkata:
mengeluarkan (suatu ucapan/perkataan) || bercakap-cakap (berbicara) || (Al-Munjid,
1973: 663).
.(۱۱۷۱ :۱۹۹۷ , || ﺗَ َﻜﻠﱠﻢ || )ﺍﻟﻤﻨ ّﻮﻳﺮﻯ:ً ﻗَﻮْ ﻻً ﻭﻗِ ْﻴﻼً ﻭ َﻣﻘَﺎﻻً ﻭ َﻣﻘَﺎﻟَﺔ:ﻗَﺎ َﻝ
/qāla: qawlan wa qaylan wa maqālan wa maqālatan: || takallam ||/. Qāla artinya
berkata || bercakap-cakap (berbicara) || (Al-Munawwir, 1997:1171).
ﻗَﺎﻝ/qāla/- ﻳَﻘُﻮْ ُﻝ/yaqūlu/- ﻗَﻮْ ﻻ/qawlan/ yang artinya berkata (Yunus,
1989: 364).
Dari tiga kamus bahasa Arab yang telah dipaparkan di atas disimpulkan arti ﻗﺎﻝ
/qāla/
adalah berkata, maknanya berupa ucapan/perkataan
atau bercakap-cakap
(berbicara). Dengan demikian jelas bahwa terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in
masih menggunakan makna secara lesikal, yaitu; bersabda dan berkata.
Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian
(http://kbbi.web.id/teks). Maka dalam kajian bahasa, untuk memaknai suatu bentuk
(kata, frasa, dan kalimat) harus memperhatikan konteks, karena setiap bentuk memiliki
potensi untuk mengandung beberapa makna tergantung konteks atau lingkungan
linguistiknya, (Maurits, 2002:44).
3
Universitas Sumatera Utara
Makna adalah arti atau maksud pembicaraan; pengertian yang diberikan kepada
suatu bentuk kebahasaaan (http://kbbi.web.id/makna). Penelitian ini akan menganlisis
makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sesuai (sepadan) berdasarkan konteks pada hadits Arba’in.
Maka analisis kesesuian makna pada penelitian ini maksudnya, menganalisis kata ﻗﺎﻝ
/qāla/ yang terdapat pada hadits Arba’in untuk disesuaikan maknanya berdasarkan
konteks. Dengan demikian, maka akan ditemukan variasi makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ sehingga
kata ﻗﺎﻝ/qāla/ memiliki banyak makna.
Nurdin Lubis (2009) telah melakukan penelitian tentang terjemahan kata ﻗﺎﻝ
/qāla/ pada hadits-hadits nabawi. Adapun alasan Nurdin melakukan penelitian tersebut
karena selama ini kata ﻗﺎﻝ/qāla/ selalu diterjemahkan secara leksikal khususnya dalam
hadits-hadits nabawi sehingga dia merasa perlu adanya inovasi dalam menerjemahkan
kata tersebut untuk menghasilkan terjemahan yang lebih komunikatif. Dengan
menggunakan metode terjemahan komunikatif, Nurdin telah menemukan lebih dari dua
puluh (20) makna ﻗﺎﻝ/qāla/. Makna ﻗﺎﻝ/qāla/ tersebut antara lain: menceritakan,
mengungkapkan, menjawab, perintah, menegaskan, mengeluh, bewasiat, bertanya,
menjawab, menegaskan dan lan-lain. Metode tersebut berusaha mempertahankan
kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun
bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan.
Dengan memperhatikan kontekstual (isi dari apa yang diucapkan) akan menghasilkan
banyak varian kata untuk menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/.
Dari makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang telah ditemukan oleh Nurdin Lubis, peneliti
terinspirasi untuk menganalisis terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in dan
menentukan makna kata tersebut berdasarkan teori konteks dan keperihalan keadaan.
4
Universitas Sumatera Utara
Peneliti merasa perlu ada analisis tersebut agar dapat diketahui: apakah seluruh makna
ﻗﺎﻝ/qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin dapat terpakai atau sebagian atau bahkan ada
temuan makna baru dalam penerjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in. Selain hal
tersebut, perlu diketahui juga bahwa hingga saat ini belum diketahui penggunaan variasi
makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin dalam menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada
hadits Arba’in.
Peneliti memilih hadits Arba’in sebagai objek yang akan diteliti, karena salah
satu hadits yang popular di masyarakat dan tujuan dari hasil penelitian akan lebih
memudahkan masyarakat memahami dan merasakan inovasi penerjemahan kata ﻗﺎﻝ
/qāla/ pada hadits Arba’in. Peneliti membahas ini tidak hanya semata-mata untuk
memecahkan persoalan yang muncul pada perubahan makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/, di samping
itu juga ingin menyampaikan dan mengubah paradigma (pesan/cara pikir) masyarakat
yang telah lama tertanam, bahwasanya kata ﻗﺎﻝ/qāla/ hanya diterjemahkan
bersabda/berkata akan tetapi ada variasi makna yang sepadan dengan kata tersebut yang
dapat digunakan untuk menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in.
Untuk menganalisis tejemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in dan
menentukan makna yang sesuai selain dari pada bersabda, peneliti menggunakan
metode deskriptif. Metode tersebut akan menggambarkan makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ yang
sesuai setiap hadits pada hadits Arba’in. Sementara teori yang digunakan adalah teori
Firth dan Malinowski (dalam Palmer 1989) yaitu konteks dan keperihalan keadaan.
5
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, agar pembahasan tidak terlalu luas dan dapat terfokus maka
peneliti membuat rumusan masalah pada penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut
adalah:
1. Apa saja makna-makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan konteks
dan keperihalan keadaan?
2. Berapakah makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sama dengan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang telah
ditemukan oleh Nurdin?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna-makna kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in yang
ditentukan maknanya berdasarkan konteks dan keperihalan keadaan.
2. Untuk mengetahui makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sama dengan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang
telah ditemukan oleh Nurdin.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik bagi pembaca khususnya bagi masyarakat,
adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diketahui variasi makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang dapat digunakan untuk menerjemahkan
kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in.
2. Diketahui makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sama dengan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang ditemukan
oleh Nurdin sehingga dapat menguatkan hasil penelitian bahwasannya
berkurang atau betambah makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang dapat digunakan untuk
6
Universitas Sumatera Utara
menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits berdasarkan penelitian terdahulu
dengan penelitian ini.
3. Mengubah paradigma (pesan/cara pikir) masyarakat bahwasanya kata ﻗﺎﻝ/qāla/
tidak hanya diterjemahkan secara leksikal, yakni: bersabda dan berkata dalam
menerjemahkan hadits akan tetapi, ada variasi makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menerjemahkan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada haditshadits nabawi.
1.5 Metode Penelitian
Seorang peneliti harus memilih dan mengetahui metode yang tepat untuk
penelitiannya. Metode tersebut yang menjadikan penelitian teratur sehingga peneliti
dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
“Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mancapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb.); cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan. Metode penelitian merupakan alat,
prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksankan penelitian
(dalam mengumpulkan data) (Djajasudarma, 2006: 1 dan 4)”.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach), yaitu
penelitian yang akan melibatkan hubungan peneliti dengan buku-buku (kepustakaan)
sebagai sumber data (Djajasudarma, 2006: 4). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif, data dikumpulkan seperti kondisi apa adanya, dan
dideskripsikan sesuai dengan ciri alamiah data itu (Djajasudarma, 2006: 6). Metode
deskriptif akan menggambarkan data penelitian sehingga kata ﻗﺎﻝ/qāla/ dapat terlihat
jelas maknanya dari setiap hadits pada hadits Arba’in.
7
Universitas Sumatera Utara
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terjemahan kata-kata ﻗﺎﻝ/qāla/
yang terdapat pada hadits Arba’in. Ada 42 hadits pada hadits Arba’in dan setiap hadits
terdapat kata ﻗﺎﻝ/qāla/ di dalamnya. Jumlah tersebut merupakan populasi data, maka
seluruhnya akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Paham (2006: 26-27) membagi langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian.
Langkah-langkah tersebut ada empat (4) fase: persiapan, pengumpulan data, pengolahan
data, dan penyusunan/penulisan laporan. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Persiapan: merumuskan masalah dan menyusun kerangka pikiran.
2. Mengumpulkan data: menemukan buku hadits Arba’in dan makna ﻗﺎﻝ/qāla/
yang ditemukan Nurdin.
3. Pengolahan data:
-
Membaca, memahami, dan memperhatikan terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/
yang tedapat dalam hadits Arba’in.
-
Menentukan terjemahan kata ﻗﺎﻝ/qāla/ pada hadits Arba’in berdasarkan
konteks dan keperihalan keadaan.
-
Menyesuaikan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang telah ditentukan pada hadits Arba’in
dengan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang ditemukan oleh Nurdin untuk mengetahui
penemuan makna ﻗﺎﻝ/qāla/ yang sama.
-
Menganalisis data yang telah diperoleh.
4. Penyusunan/penulisan laporan: pembahasan dan penarikan kesimpulan.
8
Universitas Sumatera Utara