Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil N
Nama : Nurmutmainnah Muhammadijah Putri
Kelas :IV F
Nim : 105640231415
Judul : “Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dan
Kedisiplinan Aparatur Sipil Negara”
Pegawai Negeri Sipil adalah Aparatur Sipil Negara yang bekerja pada
pemerintah dan digaji sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
serta diangkat dengan syarat tertentu. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
maka setiap Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) wajib mendisiplinkan dirinya
dalam tugas dan jabatan yang diembannya sesuai dengan aturan dan ketentuan
perundang-undangan tentang disiplin yang berlaku. Setiap Pegawai/Aparatur Sipil
Negara (ASN), dalam melaksanakan tugas yang diemban harus memahami dan
menghayati kode etik, norma-norma hukum dan tata tertib termasuk peraturan
disiplin PNS yang berlaku.
Era tahun 2013 birokrasi masih berbasis peraturan (rule based birocracy)
atau administrasikepegawaian, era tahun 2018 diharapkan sudah menjadi birokrasi
berbasis kinerja (performancebased bureaucracy) atau manajemen SDM dan
akhirnya pada era tahun 2025 menjadi birokrasikelas dunia berbasis
pengembangan
potensi
human
(dynamic
governance)
yaitu
birokrasi
bersih,kompeten dan melayani. Sayangnya, saat ini diakui Menteri PAN dan RB,
kualitas aparatur sipilnegara (ASN) masih jauh dari yang diharapkan karena
minimnya keahlian yang dimiliki serta sangatrendahnya motivasi ASN dalam
melayani masyarakat. Dari 4.475 juta ASN, sebanyak 64 persennyahanya
memiliki kemampuan administratif, bahkan menurut beliau pada pengangkatan
PNS terakhir,hampir 58 persen berasal dari tenaga honorer yang berarti tidak ada
tes kompetensi yang diikuti
Rendahnya kompetensi aparatur pemerintah terutama pejabat pemerintah
sangat dipengaruhioleh sistem rekrutmen yang didominasi oleh pemerintah pusat
dan terbatasnya anggaran pemerintahdaerah. Semua ini menyebabkan beberapa
kelemahan pada kedua sisi. bagi masyarakat akanpelayanan yang kurang
berkualitas, bagi pemerintah tidak bisa mengemban amanat rakyat denganoptimal.
Aparat, sebagai pejabat pemerintah, memiliki hak untuk mengembangkan karir,
yang tidakbisa berkembang secara optimal. Di sisi lain, masyarakat mendapatkan
pelayanan yang kurangberkualitas karena pemerintah tidak dapat melaksanakan
amanah secara optimal. Akhirnya, kemajuannegara dan bangsa terhambat.
Sebagai contoh, reformasi birokrasi di Indonesia tidak dapat berjalanseperti yang
diharapkan dikarenakan rendahnya kompetensi aparatur pemerintah sehingga
tidakmampu membawa perubahan signifikan dalam pelayanan publik, terutama di
daerah. (Hadi Shubhan,2014).
Lahirnya Undang-undang RI No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN)diharapkan membawa perubahan dalam tatakelola pemerintahan.
Postur birokrasi yang diinginkanadalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
jumlahnya proporsional sesuai rasio antara beban kerjadengan jumlah penduduk,
luas wilayah dan karakteristik daerah yang perlu dikembangkan sertapersentase
belanja pegawai dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)/Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), professional, berintegritas tinggi, pelayan
masyarakat. Salahsatu turunan dari Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2014
adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Aparatur Sipil Negara, diantaranya terkait jabatan pimpinantinggi (JPT) yang
harus memuat profil kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
pelatihan,rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang
dibutuhkan. Pengisian JPT bersifatkompetitif dan terbuka. JPT berfungsi
memimpin dan memotivasi setiap pegawai ASN pada instansipemerintah melalui
kepeloporan
dalam
bidang
keahlian
professional,
analisis
dan
rekomendasikebijakan dan kepemimpinan manajemen; pengembangan kerja sama
dengan instansi lain; sertaketeladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan
melaksanakan kode etik dan kode perilakuASN.
Suatu Organisasi baik organisasi Pemerintah maupun swasta dibentuk untuk
mencapai tujuan, dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan faktor-faktor
yang dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi berupa sumber daya
manusia, material, alat-alat penunjang kegiatan (Anantanyu, 2011; Barata, 2003;
Fuad, 2000). Dalam pencapaian tujuan diperlukan adanya unsur aparatur negara
dalam melaksanakan tugasnya, baik sebagai abdi negara maupun abdi masyarakat.
Jika ditinjau dari segi ilmu administrasi, aparatur negara merupakan aspek
administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan yakni untuk
mencapai tujuan nasional. Aspek administrasi itu dapat berupa kelembagaan
(organisasi) dan dapat pula manusia yang disebut pegawai (Hariandja, 2002;
Nuryanta, 2008).
Peranan Sumber daya Manusia adalah salah satu faktor penting dalam
organisasi, Pemanfaatan Sumber daya Manusia secara efektif adalah jalan bagi
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan Instansi
Pemerintah kedepannya (Angkasa, 2011; Martauli, 2016; Setiarini, 2016). Dengan
kata lain, keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi bergantung pada
kedisiplinan, keahlian dan keterampilan pegawai. ASN merupakan Sumber Daya
Manusia yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara sesuai
kedudukan mereka masing-masing, tugas dan fungsinya mereka sebagai unsur
aparatur negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014
tentang ASN). Pelaksanaan pelayanan dalam suatu organisasi adalah penting dan
menentukan dalam mencapai tujuan negara. Baiknya suatu pelayanan terhadap
masyarakat akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan (Surbakti, 1992; Tangkilisan, 2005).
Era reformasi disadari bahwa tugas pegawai negeri selaku pelayan
masyarakat, motivator dan fasilitator pembangunan semakin berat Untuk itu,
diperlukan pegawai negeri yang mampu menghadapi serta mengantisipasi segala
tantangan dan memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi (Iskandar, 2017). Disiplin
pegawai berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna dari
kehilafan dan kesalahan (Romli, 2008). Oleh, karena itu, setiap organisasi atau
Instansi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus taat pegawaianya yakni
standar yang harus dipenuhi.
Upaya yang dilakukan agar ASN dapat melaksanakan segala tugas dan
fungsinya serta bertanggung jawab dan profesional sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu dilaksanakan pembinaan kedisiplinan, baik melalui pendidikan dan
pelatihan maupun pemberian keteladanan dari pimpinan (Darmayanti, 2016).
Kedisiplinan merupakan kata kunci dalam keberhasilan dan efektivitas
pelaksanaan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna. Badan Kependudukan
Dan Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu instansi pemerintah yang
berperan besar memberikan pelayanan dan mensosialisasikan kepada masyarakat
mengenai program-program KB (keluarga berencana) dan keluarga sejahtera.
Oleh karena itu, keberhasilan BKKBN tidak terlepas dari kedisiplinan personel
intansi tersebut dalam melaksanakan job-job kerja dan aturan yang ada. Oleh
karena itu, setiap pegawai dituntut kedisiplinannya yang tinggi dalam
melaksanakan semua peraturan yang berlaku dalam kedudukannya sebagai ASN
dan aturanaturan yang berlaku secara intern dalam instansi.
Daftar Pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/136811-ID-kedisiplinan-aparatursipil-negara-pada.pdf
https://www.researchgate.net/publication/322663964_Pengembangan_Kompetens
i_Aparatur_Sipil_Negara_di_Lingkungan_Pemerintah_Provinsi_Kalimantan_Tim
ur
https://media.neliti.com/media/publications/151174-ID-implementasi-kebijakandisiplin-pegawai.pdf
Kelas :IV F
Nim : 105640231415
Judul : “Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Dan
Kedisiplinan Aparatur Sipil Negara”
Pegawai Negeri Sipil adalah Aparatur Sipil Negara yang bekerja pada
pemerintah dan digaji sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
serta diangkat dengan syarat tertentu. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
maka setiap Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) wajib mendisiplinkan dirinya
dalam tugas dan jabatan yang diembannya sesuai dengan aturan dan ketentuan
perundang-undangan tentang disiplin yang berlaku. Setiap Pegawai/Aparatur Sipil
Negara (ASN), dalam melaksanakan tugas yang diemban harus memahami dan
menghayati kode etik, norma-norma hukum dan tata tertib termasuk peraturan
disiplin PNS yang berlaku.
Era tahun 2013 birokrasi masih berbasis peraturan (rule based birocracy)
atau administrasikepegawaian, era tahun 2018 diharapkan sudah menjadi birokrasi
berbasis kinerja (performancebased bureaucracy) atau manajemen SDM dan
akhirnya pada era tahun 2025 menjadi birokrasikelas dunia berbasis
pengembangan
potensi
human
(dynamic
governance)
yaitu
birokrasi
bersih,kompeten dan melayani. Sayangnya, saat ini diakui Menteri PAN dan RB,
kualitas aparatur sipilnegara (ASN) masih jauh dari yang diharapkan karena
minimnya keahlian yang dimiliki serta sangatrendahnya motivasi ASN dalam
melayani masyarakat. Dari 4.475 juta ASN, sebanyak 64 persennyahanya
memiliki kemampuan administratif, bahkan menurut beliau pada pengangkatan
PNS terakhir,hampir 58 persen berasal dari tenaga honorer yang berarti tidak ada
tes kompetensi yang diikuti
Rendahnya kompetensi aparatur pemerintah terutama pejabat pemerintah
sangat dipengaruhioleh sistem rekrutmen yang didominasi oleh pemerintah pusat
dan terbatasnya anggaran pemerintahdaerah. Semua ini menyebabkan beberapa
kelemahan pada kedua sisi. bagi masyarakat akanpelayanan yang kurang
berkualitas, bagi pemerintah tidak bisa mengemban amanat rakyat denganoptimal.
Aparat, sebagai pejabat pemerintah, memiliki hak untuk mengembangkan karir,
yang tidakbisa berkembang secara optimal. Di sisi lain, masyarakat mendapatkan
pelayanan yang kurangberkualitas karena pemerintah tidak dapat melaksanakan
amanah secara optimal. Akhirnya, kemajuannegara dan bangsa terhambat.
Sebagai contoh, reformasi birokrasi di Indonesia tidak dapat berjalanseperti yang
diharapkan dikarenakan rendahnya kompetensi aparatur pemerintah sehingga
tidakmampu membawa perubahan signifikan dalam pelayanan publik, terutama di
daerah. (Hadi Shubhan,2014).
Lahirnya Undang-undang RI No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN)diharapkan membawa perubahan dalam tatakelola pemerintahan.
Postur birokrasi yang diinginkanadalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
jumlahnya proporsional sesuai rasio antara beban kerjadengan jumlah penduduk,
luas wilayah dan karakteristik daerah yang perlu dikembangkan sertapersentase
belanja pegawai dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)/Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), professional, berintegritas tinggi, pelayan
masyarakat. Salahsatu turunan dari Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2014
adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Aparatur Sipil Negara, diantaranya terkait jabatan pimpinantinggi (JPT) yang
harus memuat profil kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
pelatihan,rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang
dibutuhkan. Pengisian JPT bersifatkompetitif dan terbuka. JPT berfungsi
memimpin dan memotivasi setiap pegawai ASN pada instansipemerintah melalui
kepeloporan
dalam
bidang
keahlian
professional,
analisis
dan
rekomendasikebijakan dan kepemimpinan manajemen; pengembangan kerja sama
dengan instansi lain; sertaketeladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan
melaksanakan kode etik dan kode perilakuASN.
Suatu Organisasi baik organisasi Pemerintah maupun swasta dibentuk untuk
mencapai tujuan, dan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan faktor-faktor
yang dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi berupa sumber daya
manusia, material, alat-alat penunjang kegiatan (Anantanyu, 2011; Barata, 2003;
Fuad, 2000). Dalam pencapaian tujuan diperlukan adanya unsur aparatur negara
dalam melaksanakan tugasnya, baik sebagai abdi negara maupun abdi masyarakat.
Jika ditinjau dari segi ilmu administrasi, aparatur negara merupakan aspek
administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan yakni untuk
mencapai tujuan nasional. Aspek administrasi itu dapat berupa kelembagaan
(organisasi) dan dapat pula manusia yang disebut pegawai (Hariandja, 2002;
Nuryanta, 2008).
Peranan Sumber daya Manusia adalah salah satu faktor penting dalam
organisasi, Pemanfaatan Sumber daya Manusia secara efektif adalah jalan bagi
organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan Instansi
Pemerintah kedepannya (Angkasa, 2011; Martauli, 2016; Setiarini, 2016). Dengan
kata lain, keberhasilan atau kemunduran suatu organisasi bergantung pada
kedisiplinan, keahlian dan keterampilan pegawai. ASN merupakan Sumber Daya
Manusia yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara sesuai
kedudukan mereka masing-masing, tugas dan fungsinya mereka sebagai unsur
aparatur negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014
tentang ASN). Pelaksanaan pelayanan dalam suatu organisasi adalah penting dan
menentukan dalam mencapai tujuan negara. Baiknya suatu pelayanan terhadap
masyarakat akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan (Surbakti, 1992; Tangkilisan, 2005).
Era reformasi disadari bahwa tugas pegawai negeri selaku pelayan
masyarakat, motivator dan fasilitator pembangunan semakin berat Untuk itu,
diperlukan pegawai negeri yang mampu menghadapi serta mengantisipasi segala
tantangan dan memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi (Iskandar, 2017). Disiplin
pegawai berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna dari
kehilafan dan kesalahan (Romli, 2008). Oleh, karena itu, setiap organisasi atau
Instansi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus taat pegawaianya yakni
standar yang harus dipenuhi.
Upaya yang dilakukan agar ASN dapat melaksanakan segala tugas dan
fungsinya serta bertanggung jawab dan profesional sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu dilaksanakan pembinaan kedisiplinan, baik melalui pendidikan dan
pelatihan maupun pemberian keteladanan dari pimpinan (Darmayanti, 2016).
Kedisiplinan merupakan kata kunci dalam keberhasilan dan efektivitas
pelaksanaan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna. Badan Kependudukan
Dan Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu instansi pemerintah yang
berperan besar memberikan pelayanan dan mensosialisasikan kepada masyarakat
mengenai program-program KB (keluarga berencana) dan keluarga sejahtera.
Oleh karena itu, keberhasilan BKKBN tidak terlepas dari kedisiplinan personel
intansi tersebut dalam melaksanakan job-job kerja dan aturan yang ada. Oleh
karena itu, setiap pegawai dituntut kedisiplinannya yang tinggi dalam
melaksanakan semua peraturan yang berlaku dalam kedudukannya sebagai ASN
dan aturanaturan yang berlaku secara intern dalam instansi.
Daftar Pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/136811-ID-kedisiplinan-aparatursipil-negara-pada.pdf
https://www.researchgate.net/publication/322663964_Pengembangan_Kompetens
i_Aparatur_Sipil_Negara_di_Lingkungan_Pemerintah_Provinsi_Kalimantan_Tim
ur
https://media.neliti.com/media/publications/151174-ID-implementasi-kebijakandisiplin-pegawai.pdf