Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX.2 SMPN 1 IX Koto Sungai Lasi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  

ISSN Online:

http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 5 Nomor 1, 2017, Hlm 36-43 Volume 5 Nomor 1, 2017, Hlm 36-43 Volume 5 Nomor 1, 2017, Hlm 36-43

  

ISSN Online:

  

ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 04/02/2017 Direvisi 09/02/2017 Dipublikasikan 28/02/2017 Peningkatan Aktivita vitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX.

  X.2 SMPN 1 IX

Koto Sungai Lasi deng dengan Menggunakan Model Pembelaja belajaran Kooperatif

Tipe Group Investiga tigation Afrilita

  Guru SMP Negeri 1 IX Koto S to Sungai Lasi, Kab. Solok

  Abstrak Penelitian ini dilatarbela belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar IP

   IPA Terpadu siswa di kelas IX.2 SMPN 1 IX

   IX Koto Sungai Lasi. Penelitian ini bertujuan untu ntuk mendeskripsikan

peningkatan aktivitas d s dan hasil belajar IPA Terpadu siswa di kelas IX.2 .2 SMPN 1 IX Koto

Sungai Lasi dengan me menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Gr Group Investigation

(GI). Penelitian ini mer merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terd terdiri atas dua siklus,

yang meliputi: tahap p perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Su i. Subjek penelitian ini

adalah siswa IX.2 SMP PN 1 IX Koto Sungai Lasi yang berjumlah 21 orang. T . Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan an cara observasi dan tes hasil belajar yang dianalis alisis dengan statistik

deskriptif, yaitu mencar cari persentase peningkatan aktivitas dan hasil belajar jar siswa. Selanjutnya,

dapat disimpulkan bahw ahwa model pembelajaran koopertaif tipe Group Inves vestigation (GI) dapat

meningkatkan aktivitas itas dan hasil belajar IPA Terpadu siswa di kelas IX.2

  X.2 SMPN 1 IX Koto Sungai Lasi.

  Kata kunci: aktivitas b s belajar, hasil belajar, pembelajaran kooperatif, group in investigation

  Copyright © 2017 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Copyright © 2017 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Copyright © 2017 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET) Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET) Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

  PENDAHULUAN

  Aktivitas pembelajaran n merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untu ntuk membangkitkan minat belajar. Menurut Wasti, S. (20 (2013) minat belajar adalah suatu perasaan senang, per perhatian dalam belajar dan adanya ketertarikan siswa kep kepada pelajaran. Selanjutnya menurut Muldayanti, N. N. D. (2013) minat belajar merupakan kecenderungan ha hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan untu ntuk suatu perubahan yang terjadi pada seseorang dalam m melaksanakan kegiatan (belajar) amat bergantung dar dari kapasitas yang dimiliki. Senada dengan Kontekstual, l, m. P. P. (2011) juga menjelaskan minat belajar m r merupakan keinginan dan kesadaran seseorang untuk men engadakan perubahan dalam dirinya ke arah yang lebih ih baik (ada perkembangan) dengan dinyatakan atau dibukt ktikan dengan adanya perubahan tingkah laku.

  Faktor utama yang memp mpengaruhi minat dan motivasi belajar adalah cara men engajar guru, karakter guru, suasana kelas tenang dan nya nyaman, dan fasilitas belajar yang digunakan Aritona nang, K. T. (2008). Dapat disimpulkan bahwa minat bela belajar merupakan bentuk ketertarikan, keinginan sisw iswa untuk melakukan hal, tugas, latihan, yang berkaitan n dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat s t siswa dalam belajar, maka secara signifikan prestasi hasil sil belajar pun secara otomatis akan baik.

  Berdasarkan Kamus Besa esar Bahasa Indonesia, minat adalah sebuah keinginan m n mendasar seseorang secara tulus dalam berbuat, bertinda tindak,menentukan atau melakukan pilihan sesuai deng engan kriteria-kriteria yang dimiliki oleh seseorang. Minat nat juga merupakan suatu kecenderungan hati yang ting tinggi terhadap sesuatu, juga

  36

  36

  36

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  merupakan suatu gairah atau tau keinginan. Menurut Winkel (1996:24), minat ada adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk m merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa sen senang berkecimpung dalam bidang itu.

  Wasti, S. (2013) minat ad t adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada sesua uatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat at merupakan adanya perasaan senang, perhatian da dalam belajar dan adanya ketertarikan siswa kepada pela elajaran. Selanjutnya, Sandjaja, S. (2001) mengemukaka akan minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan mengu guasai individu secara mendalam untuk tekun melakuka ukan suatu aktivitas. Sejalan dengan Sakti, I., Yuniar Meg ega, P., & Eko, R. (2012) yang juga menjelaskan n bahwa minat merupakan kecenderungan yang tetap untu ntuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. n.

  Menurut Mappeasse, M. . Y. (2009) kegiatan yang dimiliki seseorang diperha hatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. De . Dengan demikian, peranan aktivitas belajar dalam me menentukan minat menjadi sangat penting/dominan berk erkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar sis siswa Nurseto, T. (2012). Kenyataan yang terjadi dalam m pembelajaran adalah sering dijumpai hal-hal yang tida tidak mendukung pencapaian hasil belajar. Hal ini menyeb ebabkan minat atau keinginan siswa dalam belajar m r menjadi rendah, beberapa kompetensi dasar sebagai tuju juan pembelajaran belum tercapai, dan ketidaktercap apaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dihara arapkan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya atau tau langkah konkrit untuk meningkatkan minat atau motiv otivasi belajar siswa.

  Permasalahan yang sama,

  a, terjadi pada siswa kelas IX SMPN 1 IX Koto Sunga gai Lasi, khususnya siswa di kelas IX.2. Hal ini tampak dari ari cara belajar pada semester ganjil tahun pelajaran 201 015/2016 dan hasil tes pada materi SK/KD 4.1. Menyelidik lidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet et pada mata pelajaran IPA Terpadu pada semester Genap ap tahun ajaran 2015-2016. Dari data yang ada dipe iperoleh, dapat disimpulkan bahwa pada tes tertulis pertam tama, hanya ada 37,5% dari 21 orang siswa yang menda dapat nilai 76 ke atas (batas ketuntasan), sedangkan sebagia gian besar siswa mendapat nilai di bawah 76, bahkan ad ada yang mendapat nilai 10.

  Rendahnya kemampuan p n para siswa menjadi petunjuk adanya kelemahan sekali aligus kesulitan belajar. Hal ini menunjukkan adanya kelem lemahan dan kesulitan belajar pada materi menyelidik lidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet yang d g dihadapi oleh siswa. Selanjutnya, penulis mengiden identifikasi penyebab siswa kelas IX.2 ‘gagal’ dalam bela elajar IPA Terpadu berkaitan dengan kesulitan memah ahami materi IPA Terpadu. Selama ini, pembelajaran IPA A dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) memb mberi tahu materi yang akan dibahas. Contohnya, pada ma materi menyelidiki gejala kemagnetan dan cara memb mbuat magnet, dengan cara membuatkan urutan materi ya i yang harus dibaca peserta didik di rumah, (2) memi minta peserta didik selain membaca materi tersebut juga uga meringkasnya, (3) diskusi kelas untuk memahami mi materi yang dirasa sulit untuk dibahas bersama, (4) u ) untuk mudahnya dalam pemahaman sengaja diskusi usi dilengkapi dengan carta (penayangan gambar) dan de demonstrasi yang dipandu oleh guru mata pelajaran, n, dan (5) menilai hasil tes tertulis. Prosedur tersebut me menunjukkan bahwa siswa tidak diberi kesempatan u untuk melakukan aktivitas secara individual/kelompok m memahami materi melalui tahap presentasi hasil dis il diskusi lebih dahulu guna membangun skemanya tentang ng isi materi sehingga hasil evaluasi belajarnya masih re rendah.

  Berdasarkan fenomena-fe -fenomena di atas, maka perlu dicarikan solusi yang te tepat agar persoalan minat dan hasil belajar siswa dapa apat ditingkatkan. Salah satu metode yang tepat ad adalah metode kooperatif. Pembelajaran kooperatif meru erupakan suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah lah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling g memotivasi antara anggotanya untuk saling memban antu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang m maksimal. Pembelajaran kooperatif merupakan strate ategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang salin saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi bela elajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003).

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  Bern dan Erickson (2001 01) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupa pakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelaja lajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan bela elajar”. Menurut Johnson (dalam Hasan, 1996) “b “belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil il (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinka nkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belaja lajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelo elompok”. Agus (2010:54) menyatakan bahwa model pem embelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas m s meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-be bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh gu guru. Berdasarkan pendapat ahli, dapat dipahami bahwa wa cooperative learning atau pembelajaran koopera eratif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem m belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil ber erjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat mer erangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. r.

  Salah satu tipe metode de kooperatif yang dapat digunakan untuk mengatas tasi persoalan siswa dalam memahami materi IPA Terpad adu adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group up Investigation (selanjutnya disingkat GI). Model pembela elajaran kooperatif GI merupakan metode pembelajar jaran dengan siswa belajar secara kelompok, kelompok ok belajar terbentuk berdasarkan topik yang dipilih ilih siswa. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktu ktur yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih b berpusat pada guru. Dalam pembelajaran kooperatif GI sis siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan angg ggota 2-6 orang siswa yang heterogen. Kelompok memilih ilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan y n yang mendalam atas topik yang dipilih, selanjutnya meny nyiapkan dan mempresentasikan laporan di depan kelas las Sulasti, N. W. (2013).

  Dalam implementasi tip tipe investigasi kelompok guru membagi kelas men enjadi kelompok-kelompok dengan anggota-anggota 5- 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini d i dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban an persahabatan atau minat yang sama dalam topik te tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidik lidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam m atas topik yang dipilih. Selanjtnya, siswa menyiapkan an dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh k h kelas (Asma dalam Devi, 2013). Penggunaan model pem pembelajaran ini dapat meningkatkan minat belajar sis siswa karena pembelajaran dengan metoda ini lebih didasa asarkan pada menggali informasi yang akan menarik mi minat siswa terutama dalam hal penyajian materi yang lebih bih skematis, terperinci, dan lebih konkrit dengan berba rbagai variasi gambar/tulisan yang menarik perhatian siswa y a yang ditampilkan dalam belajar.

  Berdasarkan permasalaha lahan di atas, maka peneliti menetapkan untuk mener nerapkan metode kooperatif pada kegiatan pemahaman m materi pemanfaatan kemagnetan dalam produk tekno nologi dan konsep induksi elektromagnetik untuk menjela jelaskan prinsip kerja alat yang memanfaatkan prinsip sip induksi elektromagnetik dalam bentuk penelitian tinda ndakan kelas. Adapun alasan pemilihan strategi ters tersebut sebagai berikut: (1)

  

cooperatif learning tipe grou roup investigation dapat membantu siswa dalam men engatur fokus perhatiannya

  sehingga menghindarkannya ya dari pemberian fokus berlebihan pada materi ya yang kurang penting, atau sebaliknya kurang memberika ikan perhatian pada materi yang penting, (2) cooper

  peratif learning tipe group

investigation memungkinkan s n siswa dapat melakukan kegiatan memahami materi ri pemanfaatan kemagnetan

  dalam produk teknologi dan an konsep induksi elektromagnetik untuk menjelaskan kan prinsip kerja alat yang memanfaatkan prinsip induksi ksi elektromagnetik dengan tujuan yang jelas, yakni me menemukan informasi untuk menjawab materi pemanfaata atan kemagnetan dalam produk teknologi dan men enerapkan konsep induksi elektromagnetik untuk menjela jelaskan prinsip kerja alat yang memanfaatkan prinsip sip induksi elektromagnetik, dan (3) dengan dilatihnya sisw swa membaca materi dan memahaminya sebelum kegiata iatan pembelajaran dimulai, berarti pembelajaran tidak ha hanya difokuskan pada hasil, tapi juga pada proses p s panguasaan keterampilan. Konsep pembelajaran koopera eratif ini merupakan solusi alternatif terbaik dan san sangat tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran IP

  IPA Terpadu karena memberikan berbagai kemudah ahan dalam belajar, seperti pemahaman konsep, menjadik dikan proses pembelajaran menjadi lebih menarik da dan menyenangkan karena konsep pengemasan yang lebih bih sederhana.

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 METODOLOGI

  Penelitian ini merupakan an Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian i n ini adalah siswa kelas IX.2 SMPN 1 IX Koto Sungai Las asi, Kabupaten Solok, yakni pada semester II tahun p n pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 21 orang. Penelitian litian ini dilaksanakan di kelas IX.2 SMPN 1 IX Koto Su Sungai Lasi selama 2 bulan, yaitu pada bulan Januari 2016 016 s/d Februari 2016. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus lus melalui 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, obs bservasi, dan refleksi. Selanjutnya, teknik pengumpulan lan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observas vasi yang dibantu dengan instrumen format lembaran ran observasi dan tes hasil belajar yang dibantu dengan an instrumen berupa tes tertulis. Selain itu, penganalis nalisisan data penelitian ini menggunakan statistik deskriptif iptif, yaitu mencari persentase atau rata-rata aktivitas da dan hasil belajar IPA siswa.

  HASIL DAN PEMBAHASAN AN Peningkatan Aktivitas Belaja lajar

  Observasi yang dilakuka kan oleh observer bertujuan untuk mengetahui kualita litas aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran n kooperatif tipe group investigation. Berdasarkan d n data yang diperoleh dari observer, dapat diketahui bah ahwa aktivitas belajar siswa pada siklus 1. Hal terse rsebut dapat dijelaskan dari persentase aktivitas belajar sis siswa yang telah mengalami peningkatan aktivitas b s belajar IPA Terpadu jika dibandingkan dengan refleksi ksi awal. Hal ini dapat dilihat dari presentase rata-rata rata siswa aktif pada siklus 1berikut ini.

  a) Siswa yang aktif memperh erhatikan dengan sungguh-sungguh dari 40 % dan 38% 8% (kurang ) menjadi 53 % (cukup) dengan rata-rata 44 44 % (cukup).

  b) Siswa yang aktif bertanya ya/ menjawab pertanyaan pada saat pembelajaran dar dari 45% dan 50% (cukup) menjadi 54% (cukup) deng ngan rata-rata 50% (cukup).

  c) Siswa yang aktif mencatat tat dan membuat kesimpulan dari 53% dan 60% (cuku ukup) menjadi 75% ( baik ) denga rata-rata 63% (baik). ik).

  d) Siswa yang aktif bekerja ja secara berkelompok dengan teman sekelompok dar dari 38% dan 50% (cukup) menjadi 58% (cukup) deng ngan rata-rata 49% (cukup).

  e) Siswa yang menerima bant antuan teman atau memberi bantuan kepada teman yan ang belum faham/ mengerti dari 25% dan 38% (kurang) ng) menjadi 50% (cukup) dengan rata-rata 38% (kurang) ng).

  f) Siswa yang berani dan akt aktif dalam mengemukakan pendapat dan menjawab p pertanyaaan dari 25% dan 33% (kurang) menjadi 38% 8% (kurang) dengan rata-rata 38% (kurang).

  g) Siswa yang berani tampil m il mempresentasikan hasil diskusi untuk mewakili kelom lompok dari 40% dan 52% ( cukup) menjadi 64% (baik) ik) dengan rata-rata 52% (cukup) .

  h) Siswa yang kurang aktif da dan tidak serius dalam belajar dari 42% dan 33% (kura urang) menjadi 25% (cukup) dengan rata-rata 33% (kura urang).

  Berdasarkan data di ata atas, dapat dipahami bahwa siswa yang aktif pad ada siklus I sudah mulai menampakkan peningkatan aktiv aktivitas belajar. Namun, pada siswa yang menerima ban bantuan teman atau memberi bantuan kepada teman yang b g belum faham/ mengerti, berani dan aktif dalam men engemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan serta s ta siswa yang berani tampil mempresentasikan hasil sil diskusi untuk mewakili kelompok masih kurang dan a ada siswa yang masih belum aktif dalam berdiskusi. B i. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dipahami bahwa pada sik siklus I sudah mulai terlihat peningkatan aktivitas bela elajar siswa. Selama proses pembelajaran pada siklus I ke kekurangaktifan siswa terlihat pada siswa yang mene nerima bantuan teman atau memberi bantuan kepada tem teman yang belum paham/ mengerti, berani dan akti ktif dalam mengemukakan pendapat dan menjawab perta rtanyaan serta siswa yang berani tampil mempresenta ntasikan hasil diskusi untuk mewakili kelompok. Berdasark sarkan data yang diperoleh dan masukan dari observer er melalui catatan lapangan, maka peneliti merasa perlu me melanjutkan pada siklus ke II. Selanjutnya, hasil rata-ra ta-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat dari ari persentase rata-rata siswa aktif dapat dilihat dari uraia raian berikut: a) Siswa yang aktif memperh erhatikan dengan sungguh-sungguh dari 57% (cukup) p) dan 75% (baik) menjadi 80% ( baik) dengan rata-rata rata 78 % (baik).

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com

  32% 74% n hasil diskusi elompok.

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  017 Indonesian Institute for Counseling, nya/ menjawab pertanyaan pada saat pembelajaran da gan rata-rata 67 % (baik). tat dan membuat kesimpulan dari 83% (sangat baik) dan -rata 83 % (sangat baik). ja secara berkelompok dengan teman sekelompok da ik) dengan rata-rata 77 % (baik). antuan teman atau memberi bantuan kepada teman yan ik) menjadi 86 % (sangat baik) dengan rata-rata 73 % ( ba ktif dalam mengemukakan pendapat dan menjawab perta (sangat baik) dengan rata-rata 74 % (baik). il mempresentasikan hasil diskusi untuk mewakili kelom % (sangat baik) dengan rata-rata 83 % (sangat baik). if dan tidak serius dalam belajar dari 21 % dan 13 % (s -rata 13 %. da siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan aktivitas s a siswa bersemangat dalam belajar dan lebih men a yang mempunyai kemampuan lebih dapat membantu te dapat mempresentasikan hasil diskusi masing-masing ut menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajar katkan aktivitas belajar IPA Terpadu siswa kelas IX.2 S ri hasil diskusi masing-masing siswa dapat menyimp ta kenaikan persentase siklus I dengan siklus II adalah 4 l. 1 Rata–rata kenaikan persentase siklus I dengan siklus

  s Siswa yang ati NILAI RATA-RA Siklus I Siklus II

  dengan uh 44% 71% enjawab ran

  50% 67% an membuat 63% 83% ara gan teman

  49% 77% an teman atau kepada m faham/

  38% 73% dalam pendapat dan yaaan

  52% 83% ng aktif dan belajar.

  8. Siswa yang kurang tidak serius dalam b Jumlah Rata-rata Siswa aktif

  33% 13% tif

  45% 68% Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  dari 63% dan 71% (baik) an 80% (baik) menjadi 86% dari 67% dan 79% (baik) ang belum faham/ mengerti baik). ertanyaaan dari 58 % dan 80 lompok dari 71 % dan 85 % (

  (sangat baik) menjadi 4 % s siswa yaitu pada siklus II. engerti jika dapat belajar tu temannya yang lain dalam g kelompok di depan kelas. jaran kooperatif tipe group

  X.2 SMPN 1 IX Koto Sungai mpulkan materi dan dicatat h 45% dengan 68 % yaitu 23 lus II

  RATA Peningkatan

  27% 17% 20% 28% 36% 42% 31% 21%

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com

  7. Berani tampil mempresentasikan h untuk mewakili kelo

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  Hal ini disebabkan karena berkelompok sehingga siswa y kelompoknya dan kemudian d Selain itu, indikator tersebut

  © 2017

  b) Siswa yang aktif bertanya menjadi 70% (baik) dengan c) Siswa yang aktif mencatat d

  (sangat baik) denagn rata-ra

  d) Siswa yang aktif bekerja menjadi 85% (sangat baik) e) Siswa yang menerima bant dari 61% dan 73 % ( baik) m f) Siswa yang berani dan akti

  % ( baik) menjadi 85 % (sa

  g) Siswa yang berani tampil m sangat baik) menjadi 93 % h) Siswa yang kurang aktif d

  (sangat baik) dengan rata-ra Secara keseluruhan pada

  investigation dapat meningkat

  6. Berani dan aktif dala mengemukakan pen menjawab pertanya

  Lasi, Kabupaten Solok. Dari dalam buku catatan. Rata–rata %.

  Tabel. 1

  No. Aspek Aktivitas S Diamat

  1. Memperhatikan den sungguh – sungguh

  2. Aktif bertanya/ men dalam pembelajaran

  3. Aktif mencatat dan kesimpulan

  4. Aktif bekerja secara berkelompok denga sekelompok

  5. Menerima bantuan memberi bantuan ke teman yang belum f mengerti.

  23%

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com

  3

  60

  80 100

  1

  2

  3

  http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  4

  20

  5

  6

  7

  8 % rata-rata siklus I % rata-rata siklus II

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  Selanjutnya, data lengkap m Grafik 1. Diagram Ba

  gkatan signifikan terhadap tif tipe group investigation. fik berikut ini. dan Siklus II tivitas siswa dan hasil belajar

  40

4 Jurnal Konseling dan Pendidikan

  14. Liarani

  37.5

  1. Afrinelita

  2. Defri Yulianto

  3. Denni Alvialdi

  4. Devi Yatmilsa

  27.5

  80.0

  52.5

  83.8

  Berdasarkan hasil evalu diberikan, diperoleh data seper Tabel 2.

  46.3

  37.5

  80.0

  42.5

  15.0

  87.5

  72.5

  7.5

  No. Nama Siswa

  Peningkatan Hasil Belajar

  86.3

  42.9

  52.4

  81.1

  88.2

  20.7

  8.7

  5.6

  16.7

  40.0

  25.0

  Dari analisis data hasil ke siswa serta aspek yang diteliti peningkatan aktivitas siswa ya serta adanya penilaian langsu selain itu sistem belajar berke belajar kepada siswa yang lebih yang diperoleh yang telah pene penelitian yang telah dilaksan diadakan tindakan pada siklus

  29.4

  25.0

  32.0

  70.0

  54.5

  ikan % Kenaikan

  I. Menurut Sujana (1995:5), ikut aktif dalam kelompok ikut serta dalam berdiskusi siswa yang kurang mengerti sing sedangkan hasil belajar g berhubungan dengan hasil atan aktivitas siswa setelah gambar. sep melalui evaluasi yang klus 2

  © 2017 Berdasarkan tabel 1 aktivitas belajar siswa se

  93.8

  5.0

  15. M. Syukria Yusra R

  Batang Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus I da il kegiatan siswa ternyata telah terjadi peningkatan aktivita liti terlihat dari peningkatan pada siklus I dan siklus II. yang ikut berdiskusi disebabkan adanya teman yang ik sung oleh observer, maka siswa termotivasi untuk iku kelompok dengan teman sebaya banyak membantu sisw lebih mengerti (pintar) dengan cara mereka masing-masin eneliti dilakukan maka akan dibahas beberapa hal yang b sanakan. Hal-hal yang telah menampakkan peningkata us I dan siklus II sebagaimana ditunjukkan pada grafik g aluasi terhadap kemampuan siswa memahami konsep perti yang dinyatakan pada tabel berikut. l 2. Daftar Nilai Tes Hasil Belajar IPA Siklus 1 dan Siklu

  35.0

  85.0

  50.0

  30.0

  85.0

  55.0

  Nilai Siklus I Siklus II Kenaikan

  017 Indonesian Institute for Counseling, 1 di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningk setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tip p mengenai peningkatan tersebut dapat dilihat dari grafik

  82.5

  6. Elsa Krismonika

  7. Elvina Sagita

  8. Febri Handiki

  9. Feri Eka Candra

  10. Indah Yudia Triadi

  11. Islam Yude Medina

  12. Juniati Ifana

  13. Khairun Nissa

  62.5

  20.0

  93.8

  5. Diana Devianti

  88.8

  12.5

  87.5

  75.0

  25.0

  87.5

  62.5

  26.3

  61.3

  70.0

  17.5

  87.5

  70.0

  18.8

  82.5

  63.8

  17.5

  87.5

  87.5

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  16. Novia Lovena

  67.5

  85.0

  17.5

  25.9

  17. Rezi Okta Vernando

  55.0

  85.0

  30.0

  54.5

  18. Rian Hidayat

  45.0

  82.5

  37.5

  83.3

  19. Riki Elfitra

  50.5

  85.0

  34.5

  68.3

  20. Sandi Alfianda

  43.8

  82.5

  38.8

  88.6

  21. Afrinelita

  51.3

  83.8

  32.5

  63.4 Rata – rata

  60.6

  85.5

  24.9

  46.5 Berdasarkan tabel 2 diata iatas nilai rata-rata pemahaman konsep siswa pada siklus lus I adalah 60,6 dengan nilai terendah 42,5 dan nilai tertingg nggi 88,8 . Menurut catatan lapangan dari observer tenta ntang pelaksanaan penelitian pada siklus I, diperoleh masuka ukan sebagai berikut:

  1. Pada saat diskusi masih a ada siswa yang belum berani melibatkan diri, untuk tuk itu guru harus berusaha memancing agar siswa te tersebut berani dan memotivasi siswa untuk mau u bertanya atau menjawab pertanyaan.

  2. Pada saat proses pembelaj lajaran masih ada siswa yang belum aktif sedikitpun, un, untuk itu, perlu adanya bimbingan dan motivasi leb i lebih dari guru atau pun penjelasan yang memungkinkan kan untuk siswa agar mereka tahu akan tugas dan kewajib ajibannya. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik berikut i t ini.

  Grafik 2. Diagram Ba Batang Hasil Belajar Siswa Selama Pembelajaran Siklus lus I dan Siklus II Dari grafik di atas, dapat at dijelaskan bahwa nilai rata-rata pemahaman konsep p p pada siklus II 85,5 dengan nilai tertinggi 93,8 dan nilai te i terendah 80. Secara keseluruhan, pada siklus I dan sik siklus II terjadi peningkatan hasil belajar IPA Terpadu sisw iswa tentang Kemagnetan yaitu pada siklus II. Hal ini ini disebabkan karena siswa dapat membiasakan diri deng ngan belajar berkelompok yang dapat membuat sisw swa lebih mengerti dengan belajar bersama dengan tema an sekelompok (sebaya) yang materinya sudah diten itentukan oleh guru terlebih dahulu sehingga timbul keingin ginan untuk meningkatkan hasil belajar.

  Berdasarkan hasil yang d g dicapai baik dari aktivitas maupun hasil belajar, ma aka sampai pada siklus II, hasil dari perlakuan/tindakan an yang dilakukan sudah mencapai hasil yang me memuaskan. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan o n oleh peneliti menunjukkan pengaruh yang baik terhad adap perubahan cara belajar siswa. Siswa yang selama ini ini belajar kurang semangat sekarang cukup antusias u s untuk mengerjakan beban tugas yang diberikan kepadan anya sehingga partisipasi siswa dalam bekerja sama pa pada kelompoknya, seperti bertanya, menjawab pertanyaa yaan dari teman, memberikan masukan atau pendapat at tehadap hasil kerja orang lain meningkat. Mereka telah lah mau menghargai pendapat dari teman-temannya. T Terjadinya interaksi antara siswa yang satu dengan sisw iswa yang lain, dan antara siswa dengan peneliti. Fe Fenomena ini memberikan pengaruh yang cukup baik ke kepada hasil belajar siswa, sehingga target berupa ind indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tercapai. Seca cara kuantitatif persentase kenaikan aktivitasi siswa pad pada siklus I mencapai rata- rata 45, sedangkan pada siklus lus II tingkat persentase kenaikan aktivitasi siswa sema makin baik, yaitu mencapai

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43 Vol. 5 No. 1, 2017. hlm. 36-43

  rata-rata 68. Keadaan ini mem emberikan makna bahwa tindakan pembelajaran untu tuk siklus berikutnya tidak diperlukan lagi.

SIMPULAN DAN SARAN

  Berdasarkan hasil penelitia litian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelaj lajaran cooperatif learning dengan tipe group investigatio tion dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA A Terpadu siswa kelas IX.2 SMPN 1 IX Koto Sungai Lasi asi Kab. Solok Tahun Pelajaran 2015/ 2016. Dengan m meningkatkan aktivitas dan hasil belajar keaktifan siswa d a dalam menjawab pertanyaan guru dan dapat membant antu pasangan kelompoknya yang belum faham terhadap m materi ataupun permasalahan yang ditampilkan oleh g guru. Oleh sebab itu, perlu disarankan dua hal, yaitu (1) 1) guru-guru IPA dalam proses pembelajaran untuk da dapat menggunakan model pembelajaran cooperatif learn arning dengan tipe group investigation yang dapat me meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, (2) agar ar pembelajaran IPA Terpadu lebih menarik dan men enimbulkan semangat serta keaktifan siswa guru sebaikny iknya memvariasikan model, metode, dan pendekatan p n pembelajaran yang sesuai dengan meteri dan kondisi s i siswa sehingga tujuan pembelajaran dan hasil belaj lajar yang maksimal dapat tercapai.

  DAFTAR RUJUKAN Agus, Suprijono. (2010). Coop operative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  Aritonang, K. T. (2008). Min inat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar s r siswa. Jurnal Pendidikan Penabur , 7(10), 11-21.

  1. Bern, G. R dan Erickson, M. P . P. (2001). “Contextual Teaching and Learning: Prepar aring Students for The New Economy.” Journal The The Highlight Zone . Depdiknas. (2003). http://tekno knologipendidikan.wordpress.com. Diakses tanggal 28 M Maret 2011. Hasan, Said Hamid. (1996). Pe Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial . Bandung: Rineka. Kontekstual, m. P. P. (2011). P ). Penelitian tindakan kelas. Mappeasse, M. Y. (2009). Pen engaruh Cara dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Bela elajar Programmable Logic Controller (PLC) Siswa wa Kelas III Jurusan Listrik SMK Negeri 5 Makassar. Ju Jurnal Medtek , 1(2), 7-12. Muldayanti, N. D. (2013). Pe Pembelajaran Biologi Model STAD dan TGT ditinjau jau dari Keingintahuan dan Minat Belajar Siswa. Ju Jurnal Pendidikan IPA Indonesia , 2(1). Nurseto, T. (2012). Membuat at media pembelajaran yang menarik. Jurnal Ekonomi mi & Pendidikan , 8(1).Pusat Bahasa. 1989. Kamus B s Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka. Sakti, I., Yuniar Mega, P., & & Eko, R. (2012). Pengaruh model pembelajaran lang langsung (Direct Instruction) melalui media animasi asi berbasis macromedia flash terhadap minat belajar jar dan pemahaman konsep fisika siswa di SMA Plu Plus Negeri 7 Kota Bengkulu. EXACTA, 10(1), 1-10. Sandjaja, S. (2001). Pengaruh uh keterlibatan orang tua terhadap minat membaca anak nak ditinjau dari pendekatan stres lingkungan. Psikod ikodimensia kajian ilmiah psikologi , 2(1), 17-25. Slavin, E Robert. (2008). Coop operative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung ng : Nusa Media. Sudjana, Nana. (1995). Penilaia ilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: PT. Rem emaja Rosda Karya. Suhito. (2000). Interaksi Belaja lajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas. Sulasti, N. W. (2013). Pener erapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group p Investigation (GI) Untuk

  Meningkatkan Aktivita itas dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pelajaran PKn Di Di Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sawan Tahun n Ajaran 2012/2013. Jurnal Jurusan Pendidikan PKn, 1 , 1(4). Wasti, S. (2013). Hubungan M Minat Belajar Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran T n Tata Busana Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang ng. E-Journal Home Economic and Tourism, 2(1). Winkel. (1996). Psikologi Peng engajaran . Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia esia.

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,