Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Prematur Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di Ruang Perinatologi RSUD Dr. Pirngadi Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir prematur adalah persalinan sebelum usia kehamilan 37
minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram. Kejadianya masih tinggi dan
merupakan penyebab utama kematian neonates, di Amerika Serikat kejadianya 810%, sementara di Indonesia 16-18% dari semua kelahiran hidup. Ibu yang
pernah melahirkan bayi prematur beresiko 20-30% melahirkan bayi prematur
kembali di kehamilan berikutnya. Akan tetapi, 50% itu yang mengalami prematur
tidak mempunyai faktor resiko (Bobak, 2005).
Bayi Prematur beresiko karena sistem-sistem organnya tidak matur dan
cadangannya kurang. Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi tiga sampai
empat kali dari pada bayi yang lebih tua dengan berat yang dapat dibandingkan.
Masalah-masalah potensial dan kebutuhan perawatan bayi premtur dengan berat
2000 gram berbeda dari kebutuhan perawatan bayi aterm, pascaterm, atau bayi
pascamatur dengan berat badan yang sama (Bobak, 2005).
Bayi prematur mengalami kerugian yang berbeda saat mereka menghadapi
transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Tingkat kerugian
bergantung terutama kepada tingkat maturitasnya. Gangguan fisiologis dan
kelainan nyaman interogasi


malformasi pengobatan. Pada umumnya, makin

mendekati nilai normal aterm, baik usia gestasi maupun berat lahirnya, bayi
makin mudah melakukan penyesuaiaan terhadap lingkungan eksternal (Bobak,
2005).
Bayi prematur beresiko terkena penyakit Sindrom Gawat Pernafasan, yang
diduga disebabkan oleh kanguru defisiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk
mensitesis surfaktan berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni pada sekitar
bulan ketujuh, dan dengan demikian bayi prematur tidak memiliki surfaktan ( Perry &
potter, 2005 ).
Sindrom Gawat Napas (RDS) adalah sekumpulan temuan klinis,
radiologis, dan histology yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan

Universitas Sumatera Utara

unit perrnapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara
di antara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) sering
kali digunakan saling bertukar dengan RDS, Tetapi sebenarnya oksigenasi sendi
dan nafas pada cedera paru tertentu pembentukan membranhialin, yakni bekuan
plasma yang berisi fibrin, kandungan plasma lain, dan debris seluler.

Selain Ilmu anatomi, subtansi biokimia juga penting untuk keselamatan
bayi waktu lahir. Hal yang paling penting untuk paru-paru janin ialah surfaktan,
yaitu suatu campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli
dan mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. Sebagai bola yang cendrung
kolaps dengan sendirinya. Jika alveoli kolaps saat ekspirasi, akan diperlakukan
banyak tekanan yang lebih tinggi untuk membukanya saat inspirasi.
Surfaktan berfungsi mengurangi tekanan permukaan pada alveoli sehingga
dapat menurunnya tekanan yang diperlukan untuk membuka alveoli selama
pengembangan ekspirasi. Pada usia gestasi sekitar 16-20 minggu,beberapa sel
epitel yang melapisi jalan napas mulai berdiferensiasi menjadi sel-sel tipe II. Selsel tersebut bertangguang jawab terhadap produksi asi ibu dan sintesis surfaktan
pada awal kehamilan, sel-sel itu menonjol pada setiap ibu nifas yang memiliki
bayi premature tidak meneluarkan surfaktan ke dalam lapisan alveolar sampai
10 minggu kemudian. Dengan demikian,

bayi sehat yang tidak

mengalami

asfikasi pada usia gestasi 30 minggu memiliki kemungkinan lebih rendah untuk
tekanann penyakit paru dari pada bayi yang dilahirkan pada kehamilan


lebih

dini (Bobak, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini (KTI) adalah agar mahasiwa
mengetahui akan kebutuhan dasar manusia khususnya oksigenasi yang di
rawat

di RSUD Pirngadi Medan dengan

menggunakan asuhan

keperawatan dengan proritas masalalah kebutuhan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada bayi yang ingin prematur dengan
pemenuhan


kebutuhan

oksigen

nasi

dengan

diagnosa

medis

Universitas Sumatera Utara

Respiratory distress syndrome (RDS) di ruang Perinatologi RSUD. Dr.
Pirngadi Medan.
b. Merumuskan

diagnosa


keperawatan

pada

pasien

pemenuhan

kebutuhan oksigenasi dengan diagnosa medis Respiratory distress
syndrome (RDS) di ruang Perinatologi RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
c. Menyusun rancana Asuhan Keperawatan pada bayi prematur dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan diagnosa Respiratory
distress syndrome (RDS) di ruang Perinatologi RSUD. Dr. Pirngadi
Medan.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada bayi prematur dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan diagnosa Respiratory
distress syndrome (RSD) di ruang Perinatologi RSUD. Dr. Pirngadi
Medan.
e. Melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada bayi prematur dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan diagnosa medis Respiratory

distress syndrome (RSD) di ruang Perinatologi RSUD. Dr. Pirngadi
Medan.

C. Manfaat
1. Bagi pelayanan kesehatan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan pada bayi prematur yang mengalami
gangguan kebutuhan oksigenasi dengan memberikan asuhan keperawatan
mengenai kebutuhan dasar oksigenasi.
2. Bagi Peneliti
Untuk menberi pengalaman yang berharga bagi peneliti dan dapat
menerapkan pengalaman ilmiah yang dapat diperoleh untuk peneliti
selanjutnya.
3. Bagi bayi dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan
kebutuhan oksigenasi di ruang Perinatologi RSUD. Dr.Pirngadi Medan.

Universitas Sumatera Utara