Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RSUD.Dr.Pirngadi Medan

(1)

Asuhan Keperawatan Pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi D III Keperawatan

Oleh

Desi Riau Faska Harianja 112500001

PROGRAM STUDI D III

KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di RSUD.Dr.Pirngadi Medan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak dr.DediArdinataM.kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Erniyati S.kep, Ns, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Ikhsanuddin A.Harahap, S.Kp MNS, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan KaryaTulis Ilmiah ini.

4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Yang terhormat kepada kedua orang tua saya yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya.Maka dengan segala kerendahan hati


(4)

penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Juni 2014 Penulis

Desi Riau Faska Harianja NIM. 112500001


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 2

BAB II PENGOLAHAN KASUS ... 3

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah ... 3

1. Pengkajian ... 14

2. Analisa Data ... 16

3. Rumusan Masalah ... 17

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 25

1. Pengkajian ... 25

2. Analisa Data ... 34

3. Rumusan Masalah ... 36

4. Perencanaan ... 39

5. Implementasi ... 41

6. Evaluasi ... 41

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

Daftar Pustaka Lampiran


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2006).Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan.Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya.Fungsi sistem pernafasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen tubuh (Potter & Perry, 2006).Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dari jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas (Tarwoto & Wartonah, 2010). Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit.Apabila kekurangan kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier & Erb, 1998).

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Somantri, 2008)

Berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.Untuk itu dalam karya tulis ilmiah ini penulis mengangkat kasus Tuberculosis Paru (TB Paru) dengan prioritas masalah kebutuhan dasar Oksigenasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. PirngadiMedan”.

1.2.Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi di RSUD. Dr. Pirngadi Medan.


(7)

Tujuan khusus dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

2. Mengidentifikasi perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

3. Mengidentifikasi penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

4. Mengidentifikasi implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

5. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

2.3. Manfaat

2.3.1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

2.3.2. Manfaat Praktis

a. Praktik Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.

b. Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi praktik mahasiswa keperawatan.

c. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.


(8)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

Kebutuhan Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran pernafasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat, 2006).

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier & Erb, 1998).

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas.Melalui peran sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon oksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme ( Tarwoto dan Wartonah,2010 ). Proses yang mempengaruhi oksigenasi pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk membawa oksigen, seperti anemia dan perubahan yang mempengaruhi gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien (Potter &Perry, 2006).

Proses Oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen diatmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan bagian bawah seperti trachea, broncus utama, broncus sekunder, broncus tersier (sekmental), terminal bronchiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ pernafasan bagian bawah, organ pernafasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernafasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembabkan


(9)

gas. Sedangkan fungsi organ pernafasan bagian bawah, selain sebagai tempat untuk masuknya oksigen, berperan juga dalam proses difusi gas (Tarwoto & Wartonah, 2010).

1. Respirasi

Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida baik yang terjadi diparu-paru, maupun dijaringan. Proses respirasi dibagi menjadi dua, yaitu: respirasi eksternal (pernafasan luar), dan respirasi internal (respirasi seluler atau respirasi dalam)

a. Respirasi Eksternal

Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida diparu-paru dan kapiler pulmonal dengan lingkungan luar. Pertukaran gas ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan dan konsentrasi antara udara lingkungan dengan di paru-paru. Konsentrasi gas diatmosfer terdiri atas nitrogen (78,62%), oksigen (20,84%), karbon dioksida (0,04%), dan air (0,5%). Adanya konsentrasi gas menimbulkan tekanan parsial dari masing-masing gas tersebut.Tekanan parsial gas adalah tekanan yang diberikan oleh gas dalam suatu gas campuran (hukum gas).

Respirasi ekternal melibatkan kegiatan-kegiatan berikut ini :

1. Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli melalui aksi mekanik yang disebut ventilasi.

2. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dengan kapiler pulmonal melalui proses difusi.

3. Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah dari paru-paru keseluruh tubuh dan sebaliknya.

4. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida darah dalam pembuluh kapiler dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi.

Respirasi eksternal tergantung dari perbedaan tekanan parsial, luas area permukaan untuk pertukaran gas, jarak difusi melewati membran alveoli dengan kapiler, dan kecepatan aliran udara masuk dan keluar paru-paru (Tarwoto & Wartonah, 2010).


(10)

b. Respirasi Internal

Merupakan proses pemanfaatan oksigen dalam sel yang terjadi dimitokondria untuk metabolisme dan produksi karbon dioksida. Proses pertukaran gas pada respirasi internal hampir sama dengan proses respirasi eksternal. Adanya peranan tekanan parsial gas dan proses difusi untuk pertukaran gas antara kapiler sistemik dengan ke jaringan. Tekanan parsial oksigen (PO2) dijaringan selalu lebih rendah dari darah arteri sistemik dengan perbandingan 40 mmHg dan 104 mmHg. Dengan demikian oksigen akan masuk dari kapiler sistemik kejaringan sampai terjadi keseimbangan, sedangkan karbon dioksida akan bergerak cepat masuk ke aliran vena dan kembali ke jantung (Tarwoto & Wartonah, 2010).

2. Mekanisme pernafasan

Pernafasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru. Proses bernafas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi (periode ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-paru keluar ke atmosfer). Hubungan antara tekanan dan volume gas dinyatakan dalam hukum boyle, yang menyatakan bahwa volume suatu gas bervariasi, berlawanan, atau berbanding terbalik dengan tekanan pada temperatur konstan tekanan. Tekanan yang berperan dalam proses bernafas adalah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal, dan tekanan intra pleura. Adanya perbedaan tekanan yang terjadi mengakibatkan perubahan rongga thoraks menjadi lebih besar atau mengecil :

a. Tekanan atmosfer yaitu tekanan udara luar besar sekitar 760 mmHg. Tekanan ini diakibatkan oleh kandungan gas yang berada di atmosfer.

b. Tekanan intrapulmonal yaitu yang terjadi dalam alveoli paru-paru. Ketika bernafas normal atau biasa terjadi perbedaan tekanan dengan antmosfer. Pada inspirasi, tekanan intra pulmonal 759 mmHg dan pada saat ekspirasi tekanannya menjadi lebih tinggi (761 mmHg). Tekanan intra pulmonal akan meningkat ketika bernafas maksimum, pada inspirasi perbedaan tekanan dapat mencapai -30 mmHg dan ekspirasi +100 mmHg.


(11)

c. Tekanan intra pleura adalah tekanan yang terjadi pada rongga pleura yaitu ruang antara pleura parietalis dan viseralis. Besar tekanan ini kurang dari tekanan pada alveoli atau atmosfer sekitar -4 mmHg atau sekitar 756 mmHg dalam pernafasan biasa dan dapat mencapai -18 mmHg pada inspirasi dalam atau kuat (Hidayat,2006)

3. Inspirasi

Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah tekanan atmosfer. Otot yang paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuk melengkung dan melekat pada iga paling bawah dan otot intercosta eksterna ketika diafragma berkontrasi, bentuk menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran rongga dan paru-paru.Meningkatnya ukuran dada menurunkan tekanan intra pleura sehingga paru-paru mengembang.Mengembangnya paru-paru berakibat pada turunnya tekanan alveolus sehingga udara bergerak menurut gradien tekanan dari atmosfer ke paru-paru. Hal ini terus berlangsung sampai tekanan menjadi sama dengan tekanan atmosfer, demikian seterusnya. Sebelum inspirasi dimulai tekanan intra alveolus sama dengan tekanan atmosfer selisihnya 0.

4. Ekspirasi

Selama pernafasan biasa ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot respirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk volume paru.Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Relaksasi diafragma dan otot intercosta eksterna mengakibatkan recoil elastis dinding dana dan paru sehingga terjadi peningkatan tekanan alveolus dan menurunkan volume paru. Dengan demikian, udara bergerak dari paru-paru ke atmosfer (Tarwoto & Wartonah, 2010).


(12)

5. Otot-otot pernafasan

Perubahan volume paru-paru terjadi karena kontraksi otot-otot skeletal, khususnya otot-otot sela iga dan diafragma yang merupakan pembatas rongga thoraks dan rongga abdomen.Otot-otot utama pernafasan adalah diafragma dan otot-otot intercosta eksterna pada keadaan pernafasan normal. Otot-otot tambahan atau aksesori juga berperan dalam pernafasan kuat, peningkatan pernafasan seperti intercosta interna, sternokleidomastoideus, seratus anterior, pektoris minor, transversus thoracis, ekstrenal dan internal obliqus, dan rektus abdominalis.

6. Pertukaran dan transpor gas pernafasan

Pertukaran gas terjadi antara udara luar dengan darah dalam membran respiratori.Pernafasan adalah pertukan gas oksigen dengan karbon dioksida pada alveolus dan tingkat kapiler (pernafasan eksternal) dan sel dalam jaringan (pernafasan internal).Selama pernafasan, jaringan tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme dan karbon dioksida untuk dikeluarkan. Udara yang kita butuhkan daria atmosfer untuk dimanfaatkan oleh tubuh membutuhkan proses yang kompleks yang meliputi proses ventilasi, perfusi, difusi ke kapiler, dan transportasi (Asmadi, 2008)

a. Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Ada tiga kekuatan yang berperan dalam ventilasi yaitu:

1. Compliance atau kemampuan untuk merenggang merupakan sifat dapat direnggangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait dengan volume dan tekanan paru-paru.

2. Tekanan Surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II.

3. Otot-otot pernafasan. Ventilasi sangat membutuhkan otot-otot pernafasan untuk mengembangkan rongga thoraks

b. Difusi adalah proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan konsentrasi tinggi


(13)

ke area konsentrasi rendah. Karbon dioksida di difusi 20x lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO2 daya larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi adalah sebagai berikut :

1. Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan tekanan maka semakin cepat pula proses difusi.

2. Besarnya area membran. Semakin luas area membran difusi maka semakin cepat difusi melewati membran.

3. Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka semakin cepat proses difusi.

4. Koefisien difusi yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran paru. Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat pula difusi terjadi.

c. Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmonal. Darah dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel kanan kemudian masuk ke arteri pulmonal. Arteri pulmonal kemudian bercabang dua (kanan dan kiri) selanjutnya masuk ke kapiler paru untuk terjadi pertukaran gas. Adekuatnya pertukaran gas tergantung pada ke adekuatan ventilasi dan perfusi, yang diukur dengan perbandingan atau rasio antara ventilasi alveolar (V) dan perfusi (Q). Pada orang dewasa yang normal, sehat dan dalam keadaan istirahat, ventilasi alveolar sekitar 4,0 liter/menit dan perfusinya sekitar 5,0 liter/menit dengan demikian rasio ventilasi dan perfusi adalah :

Ventilasi (V) 4,0 liter/menit

__________ = ____________ = 0,8 Perfusi (Q) 5,0 liter/menit

Besar rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Apabila terjadi penurunan ventilasi karena sebab tertentu, maka rasio V/Q juga akan menurun, sehingga pertukaran gas juga akan menurun. Apabila nilai V/Q meningkat, berarti proses pertukaran gas akan meningkat.


(14)

Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi dapat terjadi karena tidak adekuatnya ventilasi atau perfusi atau keduanya (Tarwoto & Wartonah, 2010).

7. Volume dan kapasitas paru

Pengukuran volume dan kapasitas paru menunjukkan adekuatnya pertukaran gas dan fungsi paru.

a. Volume paru

Pengukuran volume paru menunjukkan jumlah udara dalam paru-paru selama berbagai siklus pernafasan.Aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru memberikan ukuran nyata volume paru-paru-paru-paru.Volume udara yang masuk dan keluar paru-paru sekali bernafas disebut volume tidal.Besarnya volume pertukaran udara antara sistem pernafasan dengan udara luar/atmosfer selama 1 menit disebut ventilasi pulmonal.Dengan demikian, volume ventilasi pulmonal tergantung volume tidal dan jumlah pernafasan per menit .

Volume udara yang masuk ke alveoli setiap menit disebut ventilasi alveolar dan besarnya dirumuskan :

Jumlah pernafasan per menit x (volume tidal-ruang mati) Jika pernafasan 12x/menit x (500 ml-150 ml) = 4200 ml/menit

Pengukuran jumlah pertukaran udara selama bernafas diukur dengan menggunakan spirometer. Volume paru-paru terdiri atas berikut ini :

1. Volume Tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar saat sekali bernafas normal, besarnya sekitar 500 ml atau 5-10 ml/kgBB. 2. Volume Cadangan Inspirasi (VCI), yaitu jumlah udara yang dapat

dihirup sekuat-kuatnya setelah inspirasi normal, jumlahnya sekitar 3000 ml.

3. Volume cadangan ekspirasi (VCI) , merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan sekuat-kuatya setelah ekspirasi normal, besarnya sekitar 1100 ml.


(15)

4. Volume residu (VR), merupakan volume udara yang masih dapat tersisa setelah ekspirasi kuat, besarnya sekitar 1200 ml.

b. Kapasitas paru

Pengukuran kapasitas paru merupakan kombinasi volume-volume paru, teerdiri atas kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional, kapasitas vital dan kapasitas total paru (Tarwoto & Wartonah, 2010).

1. Kapasitas vital (KV), adalah total jumlah udara maksimum yang dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Jumlah penambahan volume tidal (TV), volume cadangan inspirasi (VCI), dan vulome cadangan ekspirasi = 500 ml + 3000 ml + 1100 ml = 4600 ml. 2. Kapasitas inspirasi (KI), merupakan total jumlah volume tidal (VT) dan

volume cadangan inspirasi (VCI), jumlahnya sekitar 3500 ml.

3. Kapasitas residual fungsional (KRF), merupakan jumlah udara sisa setelah ekspirasi normal, besarnya jumlah volume residual (VR) dengan volume cadangan ekspirasi (VCE) sekitar 2300 ml.

4. Kapasitas total paru (KTP), merupakan jumlah total udara yang dapat ditampung dalam paru-paru. Besarnya sama dengan kapasitas vital (KV) ditambah dengan volume residual (VR) sekitar 5800 ml.

8. Pengaturan pernafasan

Pengendalian dan pengaturan pernafasan dilakukan sistem persarafan, mekanisme kimia dan mekanisme non-kimia.

a. Pengendalian pernafasan oleh sistem persarafan

Pengaturan pernafasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks serebri, medula oblongata, dan pons.

1. Korteks serebri

Korteks serebri berperan dalam pengaturan pernafasan yang bersifat volenter, sehingga memungkinkan kita dapat mengatur nafas dan menahan nafas, misalnya pada saat bicara atau makan.


(16)

Medulla oblongata terletak pada batang otak, berperan dalam pernafasan otomatis atau spontan. Pada medulla oblongata terdapat dua kelompok neuron, yaitu : Dorsal Respiratoriy Group (DRG) yang terletak pada bagian dorsal medulla dan Ventral Respiratory Group (VRG) yang terletak pada ventro lateral medulla. Kedua kelompok neuron ini berperan dalam pengaturan irama pernafasan.

3. Pons

Pada pons terdapat dua pusat pernafasan, yaitu pusat apneutik dan pusat pneumotaksis.Pusat apneutik terletak di formasio retikularis pons bagian bawah. Fungsi pusat apneutik adalah mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan impuls pada area inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat pneumotaksis terletak di pons bagian atas.Impul dari pusat pneumotaksis menghambat aktivitas neuron inspirasi, sehingga inspirasi dihentikan dan terjadi ekspirasi. Fungsi dari pusat pnemotaksis adalah membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi sehingga irama respirasi menjadi lebih halus dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi berjalan secara teratur pula (Tarwoto & Wartonah, 2010).

b. Kendali kimiawi

Ada banyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman pernafasan yag sudah diset oleh pusat pernafasan yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respons dari sensor yang disebut kemoreseptor.

Ada dua jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yng berada di medulla, dan kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid pada sistem arteri.

1. Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal, peningkatan ion hidrogen dengan merespon penigkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan


(17)

2. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen. Misalnya, adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon dioksida, dan peningkatan ion hidrogen, maka pernafasan menjadi meningkat (Tarwoto & Wartonah, 2010).

c. Pengaturan oleh mekanisme non-kimiawi

Beberapa faktor non-kimiawi yang mempengaruhi pengaturan pernafasan diantaranya pengaruh baroreseptor, peningkatan temperatur tubuh, hormon epinefrin, dan refleks Hering-Breuer.

1. Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta-atrium, ventrikel, dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespons terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah arteri akan menghambat respirasi. Menurunnya tekanan arteri dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi pernafasan.

2. Peningkatan temperatur tubuh, misalnya karena demam atau olahraga, maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi.

3. Hormon epinefrin, peningkatan hormon epinefrin akan meningkatkan rangsang simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi.

4. Refleks Hering-Breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi. Pada inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor regangan dalam otot polos paru untuk menghambat aktivitas neuron respirasi. Dengan demikian, refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat aktivitas berat (Tarwoto & Wartonah, 2010)

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap.Sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Asmadi, 2008):

1. Lingkungan

Pada lingkungan yang panas tubuh berespons dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir kekulit.Hal tersebut


(18)

mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.Respons demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.Sebaliknya pada lingkungan yang dingin,pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.

2. Latihan Fisik

Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.

3. Emosi

Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.

4. Gaya Hidup

Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. 5. Status Kesehatan

Pada orang sehat, system kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secaraa dekuat.Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernafasan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Faktor-faktor perkembangan dan proses penuaan yang normal memengaruhi oksigenasi jaringan yaitu (Potter & Perry, 2010).

1. Bayi dan Anak-anak

Bayi dan anak-anak berisiko terkena infeksi saluran napas atas karena sering tepapar asap rokok. Infeksi saluran nafas atas biasanya tidak berbahaya dan bayi atau anak-anak, dan dapat sembuh tanpa mengalami kesulitan (Potter & Perry, 2010).

2. Anak-anak Usia Sekolah dan Remaja

Anak-anak usia sekolah dan remaja terpapar infeksi pernafasan dan faktor-faktor risiko pernafasan seperti asap rokok dan merokok. Individu yang mulai merokok sejak


(19)

remaja dan terus merokok sampai usia pertengahan memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit kardiopulmonal dan kanker paru (Potter & Perry, 2010).

3. Dewasa Muda dan Dewasa Pertengahan

Faktor risiko kardiopulmonal multipel,antara lain: diet yang tidak sehat,kurang olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat yang diresepkan yang tidak sesuai dan merokok (Potter & Perry, 2010).

4. Lansia

Sistem pernapasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi katup jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga.Osteoporosis menyebabkan perubahan ukuran dan bentuk toraks (Potter & Perry, 2010).

2.2. Pengkajian

Pengkajian keperawatan dari fungsi kardiopulmonal meliputi riwayat yang mendalam terhadap fungsi normal kardiopulmonal klien, gangguan terdahulu pada fungsi respirasi dan sirkulasi, serta ukuran yang klien gunakan untuk optimalisasi oksigenasi (Potter & Perry, 2010).

A. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan (gangguan hidung dan tenggorokan) seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), Obstruksi nasal (Kondisi akibatpolip, hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan (Hidayat, 2006).

B. Pemeriksaan Fisik

• Pada tahap dini sulit diketahui

• Ronchi basah, kasar, dan nyaring

• Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberikan suara umforik


(20)

• Bila mengenai pleura terjadi effusi pleura (perkusi memberikan suara pekak) (Somantri, 2008)

C. Pemriksaan Diagnostik

1. Kultur sputum: Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.

2. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah): Positif untuk basil asam-cepat

3. Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda.

4. ELISA/Western Blot: Dapat menyatakan adanya HIV

5. Foto torak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa

6. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.

7. Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

8. Elektrosit: Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi: contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat juga ditemukan pada TB paru kronis luas.

9. GDA: Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisi dada paru

10.Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total,


(21)

dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis luas). (Dongoes, Marilynn, (1999) . Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

11.Darah : Lekositosis, LED meningkat

12.Bronkografi : Merupakan peemriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhus atau kerusakan paru-paru karna TB. (Somantri, 2008)

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.

Tipe data :

1. Data Subjektif

a. Pasien mengatakan batuk b. Pasien mengeluh sesak

c. Pasien mengatakan nyeri dada

d. Pasien mengatakan adanya sekret di saluran nafas e. Pasien mengatakan tidak nafsu makan

f. Pasien mengatakan makanan yang disediakan tidak habis 2. Data Objektif

a. Suara nafas abnormal (ronchi, reles, weezing) b. Frekuensi nafas 38x/menit dengan irama irreguler c. Nyeri dada meningkat ketika batuk berulang

d. Adanya sisa makanan dalam tempat makan pasien (makan dari porsi yang dianjurkan)


(22)

e. Adanya penurunan berat badan (tidak selalu muncul) f. Penurunan laboratorium darah (albuminemia)

3. Rumusan Masalah

a.Tidak efektifnya pembersihan saluran nafas

Definisi : Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan secret sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernafasan dengan tujuan mempertahankan saluran pernafasan.

Kemungkinan berhubungan dengan : 1) Menurunnya energi dan kelelahan 2) Infeksi trakeobronkial

3) Gangguan kognitif dan persepsi 4) Trauma

5) Bedah toraks

Kemungkinan data yang ditemukan : 1) Suara nafas tidak normal 2) Perubahan jumlah pernafasan 3) Batuk

4) Sianosis 5) Demam

6) Kesulitan bernafas

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1) Sindrom gagal nafas akut, cystic fibrosis 2) Pneumonia, injuri dada

3) Kanker paru, gangguan neuromuskular 4) Penyakit obstruksi pernafasan kronis


(23)

Tujuan yang diharapkan :

1) Saluran pernafasan pasien menjadi bersih 2) Pasien dapat mengeluarkan secret

3) Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal (Tarwoto & Wartonah, 2010). b.Tidak efektifnya pola pernapasan

Definisi : Kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru.

Kemungkinan berhubungan dengan : 1) Obstrusi trakeal

2) Perdarahan aktif

3) Menurunnya ekspansi paru 4) Infeksi paru

5) Depresi pusat pernapasan 6) Kelemahan otot pernapasan

Kemungkinan data yang ditemukan:

1) Perubahan irama pernafasan dan jumlah pernafasan 2) Dispnea

3) Penggunaan otot tambahan pernafasan 4) Suara pernafasan tidak normal

5) Batuk disertai dahak

6) Menurunnya kapasitas vital 7) Kecemasan

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1) Penyakit kanker, infeksi pada dada 2) Penggunaan obat dan keracunan alkohol 3) Trauma dada


(24)

Tujuan yang diharapkan :

1) Pasien dapat mendemostrasikan pola pernafasan yang efektif 2) Data objektif menunjukkan pola pernafasan yang efektif

3) Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas (Tarwoto & Wartonah, 2010).

c. Menurunnya perfusi jaringan tubuh

Definisi : Kondisi dimana tidak adekuatnya pasokan oksigen akibat menurunnya nutrisi dan oksigen pada tingkat seluler.

Kemungkinan yang berhubungan: 1) Vasokonstriksi

2) Hipovolemia 3) Thrombosis vena

4) Menurunnya aliran darah 5) Edema

6) Pendarahan 7) Imobilisasi

Kemungkinan data yang ditemukan : 1) Edema

2) Pulsasi perifer kecil

3) Pengisapan kapiler (capillary refill) lambat 4) Menurunnya sensasi

5) Penyembuhan luka lama 6) Sianosis

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1) Gagal jantung

2) Infark miokardial

3) Peradangan pada jantung 4) Hipertensi


(25)

6) Penyakit obstruksi pernafasan kronis

Tujuan yang diharapkan :

1) Menurunnya insufisiensi jantung

2) Suara pernafasan dalam keadaan normal (Tarwoto & Wartonah, 2010) d. Gangguan Pertukaran Gas

Definisi : Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan karbon dioksida diantara alveoli paru dan sistem vascular.

Kemungkinan berhubungan dengan : 1) Penumpukan cairan dalam paru 2) Gangguan pasokan oksigen 3) Obstruksi saluran pernafasan 4) Atelektasis

5) Edema paru 6) Pembedahan paru

Kemungkinan data yang ditemukan : 1) Sesak napas

2) Penurunan kesadaran 3) Nilai AGD tidak normal 4) Perubahan tanda vital 5) Sianosis/takikardia

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : 1) Penyakit obstruksi pernafasan kronis 2) Gagal jantiung

3) Asma 4) Pneumonia

Tujuan yang diharapkan :


(26)

2) Pasien dapat menunjukan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti : tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah (Tarwoto & Wartonah, 2010).

4. Perencanaan

a. Tidak efektifnya cara pembersihan saluran napas Tujuan :

- Saluran pernafasan pasien menjadi bersih - Pasien dapat mengeluarkan sekret

- Suara nafas dan keadaan kulit menjadi normal

Intervensi Rasional

1. Sediakan alat suction dalam kondisi baik

2. Monitor jumlah, bunyi nafas,AGD, efek pengobatan bronkhodilator

3. Pertahankan intake cairan3.000ml/hari jika tidak ada kontra-indikasi

4. Terapi inhalasi dan latihan pernafasan dalam dan batuk efektif.

5. Bantu hygiene oral setiap 4 jam 6. Mobilisasi pasien setiap 2 jam

7. Berikan pendidikan kesehatan (efek merokok, alkohol, menghindari alergan, latihan bernafas)

1. Peralatan dalam keadaan siap

2. Gangguan saluran pernafasan

3. Membantu mengencerkan secret

4.Mengeluarkan secret

5. Memberikan rasa nyaman 6. Mempertahankan sirkulasi 7. Mencegah komplikasi paru

b. Tidak efektifnya pola pernapasan Tujuan :

- Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernafasan yang efektif - Data objektif menunjukkan pola pernafasan yang efektif - Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas


(27)

Intervensi Rasional 1. Berikan oksigen sesuaiprogram

2. Monitor jumlah pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD

3. Laksanakan program pengobatan 4. Posisi pasien fowler

5. Bantu dalam terapi inhalasi

6. Alat-alat emergensi disiapkan dalam kondisi baik

7. Pendidikan kesehatan:

• Perubahan gaya hidup

• Menghindari alergan

• Teknik bernafas

• Teknik relaksasi

1. Mempertahankan oksigen arteri 2.Mengetahui status pernafasan

3. Meningkatkan pernafasan

4. Meningkatkan pengembangan paru 5. Membantu mengeluarkan sekret

6. Kemungkinan terjadi kesulitan bernafas yang akut

7. Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang

c. Menurunnya perfusi jaringan tubuh Tujuan :

- Menurunnya insufisiensi jantung - Suara pernafasan dalm keadaan normal

Intervensi Rasional

1. Monitor denyut jantung dan irama 2. Monitor tanda vital, bunyi jantung, CVP, edema, tingkat kesadaran

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD,elektrolit, darah lengkap

4. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan

5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan

1. Mengetahui kelainan jantung

2.Data dasar untuk mengetahui perkembangan pasien

3. Mengetahui keadaan umum pasien

4..Mengurangi kecemasan dan lebih kooperatif


(28)

6. Ukur intake dan output cairan

7. Lakukan perawatan kulit, seperti pemberian losion

8. Hindari terjadinya valsava manuver, seperti mengedan, menahan nafas, dan batuk

9. Batasi pengunjung

10. Berikan pendidikan kesehatan:

• Proses terapi

• Perubahan gaya hidup

• Teknik relaksasi

• Program latihan

• Diet

• Efek obat

6.Mengetahui kelebihan atau kekurangan

7. Menghindari gangguan integritas kulit

8. Mempertahankan pasokan oksigen

9. Mengurangi stres dan energi bicara 10.Meningkatkan pengetahuan dan mencegah terjadinya kambuh dan komplikasi

d. Gangguan Pertukaran Gas Tujuan :

- Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas.

- Pasien dapat menunjukkan peningktan perubahan pertukaran gas, seperti: tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah


(29)

Intervensi Rasional 1. Kaji frekuensi kedalaman

pernafasan

2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas

3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.

4. Auskultasi bunyi nafas,catat area penurunan aliran udara/bunyi tambahan.

5. Awasi tingkat kesadaran/status mental

6. Kaji tanda vital dan irama jantung

1.Berguna dalam evaluasi derajat stress pernafasan/kronisnya proses penyakit.

2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisiduduk tinggi dan latihan jalan nafas untuk menurunkan kolaps jalan napas.

3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku, bibir sertadaun telinga).

4. Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara.

5. Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

6. Takikardi, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.


(30)

2.2. Asuhan Keperawatan Kasus 2.2.1. Pengkajian

I. BIODATA

Identitas Pasien

Nama : Tn. J

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 50 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Protestan

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl.Garu V no.36 Medan Tanggal Masuk RS : 26 Mei 2014

No. Register : 00.92.69.01

Ruangan/Kamar : Ruang XV (Dahlia I) /19 Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 02 Juni 2014

Diagnosa pasien Medis : Hemaptue + Susp.TB.Paru

II. Keluhan Utama

Klien mengatakan sudah 2 hari batuk dan selalu mengeluarkan darah. Dimana klien mengtakan bahwa sudah pernah berobat ke klinik akan tetapi pengobatan dihentikan karena kesibukan klien sehingga batuk muncul kembali.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang 1. Provocative/palliative

a. Apa penyebabnya

Disebabkan oleh karena klien mengkonsumsi rokok selama 9 tahun. b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Klien mengatakan akan berkurang jika beristirahat sejenak,namun beberapa menit kemudian rasa ingin batuk muncul kembali sehingga klien merasa sesak.


(31)

2. Quantity/quality

a. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan setiap beraktivitas ia sesak. b. Bagaimana dilihat

Terlihat sesak terlihat wajah yang meringis kesakitan. 3. Region

a. Dimana lokasinya Di dada sebelah kanan b. Apakah menyebar

Klien mengatakan nyerinya menyebar sampai kepunggung klien 4. Severity

Klien mengatakan sangat mengganggu aktivitasnya, karena sesak dapat timbul meningkat ketika aktivitas pasien meningkat.Dan menyebabkan pasien merasa lemas.

5. Time

Klien mengatakan nyeri nya timbul ketika ia batuk.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit yang pernah dialami

Batuk selama 6 bulan setelah pemberhentian pengobatan B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Pernah berobat ke klinik C. Pernah dirawat/dioprasi

Klien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya D. Lama dirawat

Tidak pernah dirawat E. Alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi. F. Imunisasi


(32)

V. Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang Tua

Klien mengatakan orang tuanya tidak mengalami penyakit B. Saudara Kandung

Klien mengatakan saudara kandungnya tidak mengalami penyakit C. Penyakit Keturunan Yang Ada

Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dalam keluarganya. D. Anggota keluarga yang meninggal

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang meninggal E. Penyebab meninggal

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyebab meninggal keluarga

VI. Riwayat Keadaan Psikososial

A. Persepsi Pasien Tentang Penyakitnya Klien mengatakan penyakitnya bisa sembuh. B. Konsep Diri

- Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai postur tubuh ia yang dulu dibanding yang sekarang.

- Ideal diri : Klien berharap bisa menjadi seorang ayah dan bapak yang baik buat anaknya.

- Harga diri : Klien merasa bahwa dirinya tidak maksimal karena penyakitnya

- Peran diri : Klien mengatakan ia sebagai kepala keluarga. - Identitas : Klien adalah seorang suami dan ayah bagi anaknya. C. Keadaan Emosi

Klien masih mampu mengendalikan emosinya dengan baik. D. Hubungan Sosial

- Orang yang berarti

Orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidup pasien adalah anak dan istrinya


(33)

Baik, keluarga tetap setia menemani, merawat dan menjaga klien ketika sedang berada di RS

- Hubungan dengan orang lain

Baik, pasien mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Pasien tidak mempunyai hambatan dalam berinteraksi dengan orang lain E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan :Klien berkeyakinan seorang Kristen - Kegiatan ibadah : Selama sakit klien selalu berdoa

VII. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan Umum

Klien tampak lemas, napas terasa berat, badan tampak kurus, sesak dan meringis ketika nyeri di dada meningkat.

B. Tanda-tanda Vital

Suhu tubuh : 36.50C

Tekanan darah : 130/ 90 mmHg

Nadi : 90x/menit

Pernafasan : 38 x/menit

Skala nyeri : 5

TB : 160 cm

BB : 60 kg

C. Pemeriksaan Head to toe 1) Kepala dan Rambut

Bentuk : Bulat, tidak ada benjolan atau

pembengkakan.

Ubun-ubun : Simetris.

Kulit kepala : Bersih, tidak ada iritasi. 2) Rambut


(34)

Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut lurus dan penyebarannya merata.

Bau : Tidak ada bau.

Warna kulit : Berwarna sawo matang

3) Wajah

Warna kulit : Sawo matang.

Struktur wajah :Simetris, dan tidak ada

kelainan.

4) Mata

Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris.

Palpebra : Normal.

Konjungtiva dan sclera: Konjungtiva : anemis,sclera: tidak ikterik

Pupil : Isokor.

Cornea dan iris : Normal.

Visus : Penglihatan baik.

Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan. 5) Hidung

Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris.

Lubang hidung : Bersih.

6) Telinga

Bentuk telinga : Simetris kanan/kiri. Ukuran telinga : Simetris kanan/kiri. Lubang telinga : Bersih dan tidak berbau. Ketajaman pendengaran : Pendengaran Baik. 7) Mulut dan faring

Keadaan bibir : Mukosa bibir kering dan

sianosis

Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada perdarahan.

Keadaan lidah : Lidah bersih dan tidak ada kelainan.


(35)

Orofaring : Tidak dilakukan pemeriksaan. 8) Leher

Posisi trachea : Medial.

Thyroid : Tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid.

Suara : Suara pelan tapi jelas.

Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan. Vena jugularis : Tidak ada pembengkakkan Denyut nadi karotis : Teraba kuat

9) Pemeriksaan integument

Kebersihan : Bersih.

Kehangatan :Semua eksterimitas teraba

dingin.

Warna : Normal.

Turgor : Kembali cepat

Kelembaban : Lembab.

Kelainan pada kulit :Sianosis pada semua

eksterimitas.

10) Pemeriksaan payudara dan ketiak

Ukuran dan bentuk : Simetris kanan/kiri. Warna payudara dan areola : Normal, kecoklatan.

Aksila : Tidak Benjolan.

11) Pemeriksaan thoraks/dada

Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeonchest, flail chest, kifosis koliasis) : Normal.

Pernafasan (frekuensi, irama) : 30x/ menit, Ireguler.

Tanda kesulitan bernafas : Ada karena ditemukan sputum dan pasien menggunakan pernafasan cuping hidung


(36)

12) Pemeriksaan paru

Palpasi getaran suara : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Perkusi : Normal.

Auskultasi : Mengi/wheezing pada saat

inspirasi.

13) Pemeriksaan jantung

Inspeksi : Bentuk normal.

Palpasi : Tidak ada pembengkakan.

Perkusi : Dullness.

Auskultasi : Tidak ada suara tambahan

14) Pemeriksaan abdomen

Inspeksi (bentuk, benjolan) : Tidak ada benjolan atau massa Auskultasi : Peristaltik usus 7 x/menit

Palpasi : Terdapat nyeri tekan.

Perkusi (suara abdomen) : Tidak ada suara tambahan.

15) Pemeriksaan musculuskeletal/ekskremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)

a. Nervus Olfaktorius/N I

Fungsi normal, pasien dapat mengidentifikasikan bau makanan b. Nervus Oftikus/N II Nervus Okulomutoris/N VI fungsi normal,

pasien dapat menggerakkan bola mata ke segala arah c. Nervus Trigeminus/N V

Fungsi tidak terganggu, pasien dapat mengidentifikasikan sentuhan dengan stimulant dan getaran apapun yang diberikan pada ekstremitas superior sinistra dan ekstremitas inferior sinistra

d. Nervus Fasialis/N VII

Pasien mampu mengangkat alis, mengerutkan dahi, dan tersenyum e. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII

Pasien dapat berdiri tegak f. Glossopharingeus/N X


(37)

Pasien dapat membuka mulut dan mampu mengunyah dan menelan makanan

g. Nervus Asesorius/N XI

Fungsi tidak tergangu, pasien dapat mengangkat bahu kiri dan mampu menoleh ke kanan

h. Nervus Hiplogossus/N XII

Pasien mampu menjulurkan lidah, menggerakkan lidah dan mampu mendorong salah satu pipi dengan lidah

16) Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis) Nervus cranialis normal, tidak ada kelainan.

17) Fungsi motorik

Fungsi motorik normal, tidak ada kelainan.

18) Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran)

Fungsi sensorik normal, tidak ada kelainan.

19) Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles,plantar) Reflex klien normal.

VIII. Pola kebiasaan sehari-hari 1) Pola Makan dan Minu

Frekuensi makan/hari : Makan 1-2 sehari Nafsu/selera makan : Nafsu makan berkurang Nyeri ulu hati : Tidak ada

Alergi : Tidak ada alergi terhadap makanan Mual dan muntah : Terkadang


(38)

Waktu pemberian makan :Pagi 07.00 WIB, siang 12.00WIB,malam 18.00 WIB

Jumlah dan jenis makan : MB (Makanan biasa) Waktu pemberian cairan/minum : Sesuai dengan kebutuhan

Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah makan dan minum.

2) Perawatan Diri/Personal Higine

Kebersihan tubuh : Tubuh bersih, frekuensi mandi 2x sehari

Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut bersih. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih.

3) Pola Kegiatan/Aktivitas

- Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian mandiri, sebagian, total: Klien mandi tanpa bantuan dari siapapun, susah tidur karena sesak, adanya batuk dannyeri dada, serta keterbatasan aktivitas akibat kelemahan.

- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :Klien selalu berdoa IX. Pola Eliminasi

1) BAB

Pola BAB : 2 x1 sehari

Karakter feses : Kuning kecoklatan dan lembek. Riwayat pendarahan : Tidak ada perdarahan.

BAB terakhir : 03 Juni 2014

Diare : Tidak diare.

Penggunaan laksatif : Tidak ada penggunaan laksatif. 2) BAK

Pola BAK : Setiap hari

Karakter urine : Kuning dan tidak keruh Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada kesulitan BAK. Penggunaan diuretic : Tidak ada penggunaan diuretic. Upaya mengatasi masalah : Tidak ada masalah.


(39)

X. Mekanisme Koping Adaptif

 Bicara dengan orang lain o Mampu menyelesaikan masalah o Teknik relaksasi

o Aktivitas kontruksi o Olahraga

Maladaptif

o Merokok

o Minuman alkohol

o Reaksi lambat/berlebihan o Menghindar

o Mencederai diri

2.2.2. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

Keperawatan 1. DS:

Klien mengatakan ia mudah lelah, nyeri dada, sesak nafas, dan sering terbangun pada malam hari.

DO :

Ujung jari dan kuku kebiruan

Ditemukan bercak darah pada sputum

RR: 38 x/ menit

TB Paru

Penumpukkan seputum

Jalan nafas tersumbat

Sesak nafas


(40)

TD: 130/90 mmHg

Skala nyeri 5 Pola nafas tidak efektif

Kebutuhan Oksigenasi

2 DS:

- Klien

mengatakan ia nyeri dada

- Klien mengatakan nyeri dada meningkat ketika ia batuk

DO:

- Klien tampak meringis

- HR : 90x/i - Skala nyeri 5

TB.Paru

Penumpukan sputum

Batuk

Nyeri Gangguan rasa nyaman : Nyeri


(41)

2.2.3. Rumusan Masalah MASALAH KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan batuk yang disertai dahak.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk yang tidak efektif ditandai dengan klien tampak meringis

2.2.4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari / tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan

2 Juni 2014 Pola nafas

tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan bantuk disertai dahak

Tujuan dan Kriteria Hasil :

- Pasien dapat mendemontrasikan pola nafas yang efektif

- Data objektif menunujukan pola pernafasan yang efektif


(42)

Intervensi Rasional 1. Berikan oksigen sesuai program

2. Monitor jumlah pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD 3. Laksanankan program pengobatan 4. Posisi pasien fowler

5. Pendidikan kesehatan: tehnik relaksasi, menghindari rokok dan makan makanan yang mengandung protein tinggi

1. Mempertahankan oksigen arteri

2. Mengetahui status pernafasan

3. Meningkatkan pernafasan

4. Meningkatkan pengembangan paru 5. Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang

Hari/Tanggal No. DX Perencanaan Keperawatan 02 Juni 2014 Gangguan

rasa nyaman (nyeri)

berhubungan batuk yang tidak efektif ditandai dengan klien tampak

meringis

Tujuan dan Kriteria Hasil: Tujuan:

a. Memperlihatkan pengendalian nyeri b. Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria Hasil:

a. Mempertahankan tingkat nyeri

b. Memperlihatkan tekhnik relaksasi yang efektif

c. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor tersebut


(43)

Rencana Tindakan Rasional 1.Tanyakan klien tentang nyeri

Tentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri

2.Dorong klien untuk menyatakan perasaan nyeri

3.Berikan tindakan kenyamanan, misalnya mengubah posisi

4.Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, misalnya aktivitas hiburan yang tepat

5.Berikan lingkungan nyaman dan tenang

6. Bantu aktivitas perawatan diri, pernafasan,

7.Berikan analgesic sesuai indikasi

1. Membantu dalam evaluasi gejala. Penggunaan skala rentang membantu klien dalam mengkaji tingkat nyeri 2. Takut masalah akan meningkat tegangan

otot menurunkan ambang persepsi nyeri 3. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan

perhatian

4. Menghilangkan ketidaknyamanan

5. Penurunan kelamahan dan penghematan energi

6. Membantu dan mendorong fisik mungkin perlu untuk beberapa waktu sebelum klien mampu atau cukup percaya untuk melakukan aktivitas karena takut rasa nyeri


(44)

2.2.5. Pelaksanaan Keperawatan

Hari / tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Senin

02 juni 2014

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan bantuk disertai dahak.

a. Melakukan TTV

b. Memantau intake dan ouput cairan

c. Memberikan posisi semifowler

d. Memberikan penkes e. Memberikan oksigen

dengan kanula nasal sesuai indikasi S: Klien mengataka sesak O: - Terpasang nasal kanul - TD : 130/90

mmHg - HR: 90x/i - RR: 38x/i - T: 36,5OC

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

Selasa 03 juni 2014

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk yang tidak efektif ditandai dengan klien tampak meringis

a. Menanyakan kepada klien tentang nyeri dada

b. Menentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri dada

c. Mendorong klien untuk menyatakan perasaan tentang nyeri

d. Memberikan tindakan kenyamanan

e. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang f. Mengukur tanda-tanda

S: Klien

mengatakan nyeri dada O:

- Posisi semifowler - TD: 120/90

mmHg - HR: 80x/i - RR: 30x/i - T: 36OC


(45)

vital

A:

- Masalah teratasi sebagian - Skala nyeri 5 - Durasi nyeri

10-15 menit P: Intervensi dilanjutkan


(46)

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal No.DX Implementasi

Keperawatan

Evaluasi

Selasa/02 Juni 2014

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan batuk disertai dahak - Memantau keadaan umum pasien - Mengukur tanda-tanda vital - Mengubah posisi semifowler - Memberikan oksigen dengan kanula nasal sesuai indikasi - Mengukur

intake dan output cairan

S : Pasien

mengatakan sesak O :

- Terpasang nasal kanul - TD : 130/90

mmHg - HR : 90x/i - RR : 38x/i - T : 36,50C A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan Selasa/02 Juni 2014 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk

yang tidak efektif ditandai dengan klien tampak meringis - Menanyakan kepada klien tentang nyeri - Menentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri - Mendorong klien untuk menyatakan perasaan

S: Klien menyatakan nyeri dada

O:

- Posisi semifowler - TD : 130/90

mmHg - HR : 90x/i - RR : 38x/i - T : 36,50C A:


(47)

tentang nyeri - Memberikan tindakan kenyamanan - Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang

- Mengukur tanda vital

- Masalah teratasi sebagian - Skala nyeri 5 - Durasi 10-15

menit

P: Intervensi dilanjutkan

Selasa/03 Juni 2014

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan batuk disertai dahak - Memantau keadaan umum pasien - Mengukur tanda-tanda vital - Mengubah posisi semifowler - Memberikan

oksigen dengan kanula nasal sesuai indikasi - Mengukur

intake dan output cairan

S: Klien masih mengatakan sesak berkurang O: - Masih terpasang nasal kanul - TD : 120/90

mmHg - HR : 80x/i - RR : 30x/i - T : 360C A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan Selasa/03 Juni 2014 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk

yang tidak efektif

- Menanyakan

kepada klien tentang nyeri

- Menentukan

S: Klien mengatakan masih merasa nyeri

namun sudah berkurang sedikit


(48)

ditandai dengan klien tampak meringis karakteristik, intensitas serta durasi nyeri - Mendorong klien untuk menyatakan perasaan tentang nyeri - Memberikan tindakan kenyamanan - Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang

- Mengukur tanda vital

O:

- Posisi semifowler - TD : 120/90

mmHg - HR : 80x/i - RR : 30x/i - T : 360C A:

- Masalah teratasi sebagian - Skala nyeri 4 - Durasi 5-10

menit

P: Intervensi dilanjutkan

Rabu/04 Juni 2014 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan batuk disertai dahak - Memantau keadaan umum pasien - Mengukur tanda-tanda vital - Mengubah posisi semifowler - Memberikan oksigen dengan kanula nasal sesuai indikasi- - Mengukur

S: Klien mengatakan bahwa sesak sudah berkurang O: - Masih terpasang nasal kanul dengan oksigen 2-3L - TD : 120/80 - HR : 85x/i - RR : 28xi - T : 370C A: Masalah teratasi


(49)

intake dan output cairan

sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Rabu/04 Juni 2014 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk

yang tidak efektif ditandai dengan klien tampak meringis - Menanyakan kepada klien tentang nyeri - Menentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri - Mendorong klien untuk menyatakan perasaan tentang nyeri - Memberikan tindakan kenyamanan - Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang-

- Mengukur tanda vital

S: Klien menyatakan bahwa nyeri masih ada

O:

- Posisi semifowler - TD : 120/80

mmHg - HR : 85x/i - RR : 28x/i - T : 370C A:

- Masalah teratasi sebagian - Skala nyeri 3 - Durasi nyeri

5 menit

P: Intervensi dilanjtkan


(50)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 2.1. Kesimpulan

1. Pembaca mampu mengidentifikasikan pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

2. Pembaca mampu mengidentifikasikan perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

3. Pembaca mampu mengidentifikasi penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

4. Pembaca mampu mengidentifikasikan implementasi yang dilakukan dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

5. Pembaca mampu mengidentikasi evaluasi keperawatan pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

2.2. Saran

1. Bagi praktik pelayanan keperawatan hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

2. Bagi pendidikan hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi yang dapat digunakan sebagai pedolan bagi praktik mahasiswa keperawatan

3. Bagi penulis hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan pembeajaran dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi,(2008). Teknik procedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar. Jakarta :

Dongoes, Marilyn, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

Hidayat A. Aziz, (2006). Pengantar kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nanda,(2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Potter & Perry, (2006). Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Volume 2.. Jakarta : EGC

Potter & Perry, (2010). Fundamental Keperawatan Edis 7.Buku 3.Jakarta : Salemba Medika

Tarwoto & Wartonah,(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan proses Keperawatan.Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika


(1)

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal No.DX Implementasi

Keperawatan

Evaluasi

Selasa/02 Juni 2014

Pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan

batuk disertai dahak

- Memantau

keadaan umum pasien

- Mengukur tanda-tanda vital

- Mengubah posisi semifowler - Memberikan

oksigen dengan kanula nasal sesuai indikasi - Mengukur

intake dan output cairan

S : Pasien

mengatakan sesak O :

- Terpasang nasal kanul - TD : 130/90

mmHg - HR : 90x/i - RR : 38x/i - T : 36,50C A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Selasa/02 Juni 2014

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk

yang tidak efektif ditandai dengan

klien tampak meringis

- Menanyakan

kepada klien tentang nyeri

- Menentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri - Mendorong

klien untuk menyatakan

perasaan

S: Klien menyatakan nyeri dada

O:

- Posisi semifowler - TD : 130/90

mmHg - HR : 90x/i - RR : 38x/i - T : 36,50C A:


(2)

tentang nyeri - Memberikan

tindakan kenyamanan - Memberikan lingkungan

yang nyaman dan tenang

- Mengukur tanda vital

- Masalah teratasi sebagian - Skala nyeri 5 - Durasi 10-15

menit

P: Intervensi dilanjutkan

Selasa/03 Juni 2014

Pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan

batuk disertai dahak

- Memantau

keadaan umum pasien

- Mengukur tanda-tanda vital

- Mengubah posisi semifowler - Memberikan

oksigen dengan kanula nasal sesuai indikasi - Mengukur

intake dan output cairan

S: Klien masih mengatakan sesak berkurang

O:

- Masih terpasang nasal kanul - TD : 120/90

mmHg - HR : 80x/i - RR : 30x/i - T : 360C A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Selasa/03 Juni 2014

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk

yang tidak efektif

- Menanyakan

kepada klien tentang nyeri

- Menentukan

S: Klien mengatakan masih merasa nyeri

namun sudah berkurang sedikit


(3)

ditandai dengan klien tampak

meringis

karakteristik, intensitas serta durasi nyeri - Mendorong

klien untuk menyatakan

perasaan tentang nyeri - Memberikan

tindakan kenyamanan - Memberikan lingkungan

yang nyaman dan tenang

- Mengukur tanda vital

O:

- Posisi semifowler - TD : 120/90

mmHg - HR : 80x/i - RR : 30x/i - T : 360C A:

- Masalah teratasi sebagian - Skala nyeri 4 - Durasi 5-10

menit

P: Intervensi dilanjutkan

Rabu/04 Juni 2014 Pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan menurunnya ekspansi paru ditandai dengan

batuk disertai dahak

- Memantau

keadaan umum pasien

- Mengukur tanda-tanda vital

- Mengubah posisi semifowler - Memberikan

oksigen dengan kanula nasal sesuai indikasi- - Mengukur

S: Klien mengatakan bahwa sesak sudah berkurang

O:

- Masih terpasang

nasal kanul dengan

oksigen 2-3L - TD : 120/80 - HR : 85x/i - RR : 28xi - T : 370C A: Masalah teratasi


(4)

intake dan output cairan

sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Rabu/04 Juni 2014 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan batuk

yang tidak efektif ditandai dengan

klien tampak meringis

- Menanyakan

kepada klien tentang nyeri

- Menentukan karakteristik, intensitas serta durasi nyeri - Mendorong

klien untuk menyatakan

perasaan tentang nyeri - Memberikan

tindakan kenyamanan - Memberikan lingkungan

yang nyaman dan tenang-

- Mengukur tanda vital

S: Klien menyatakan bahwa nyeri masih ada

O:

- Posisi semifowler - TD : 120/80

mmHg - HR : 85x/i - RR : 28x/i - T : 370C A:

- Masalah teratasi sebagian - Skala nyeri 3 - Durasi nyeri

5 menit

P: Intervensi dilanjtkan


(5)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

2.1. Kesimpulan

1. Pembaca mampu mengidentifikasikan pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

2. Pembaca mampu mengidentifikasikan perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

3. Pembaca mampu mengidentifikasi penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

4. Pembaca mampu mengidentifikasikan implementasi yang dilakukan dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

5. Pembaca mampu mengidentikasi evaluasi keperawatan pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

2.2. Saran

1. Bagi praktik pelayanan keperawatan hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi

2. Bagi pendidikan hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi yang dapat digunakan sebagai pedolan bagi praktik mahasiswa keperawatan

3. Bagi penulis hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan pembeajaran dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi,(2008). Teknik procedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar. Jakarta :

Dongoes, Marilyn, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

Hidayat A. Aziz, (2006). Pengantar kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nanda,(2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Potter & Perry, (2006). Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Volume 2.. Jakarta : EGC

Potter & Perry, (2010). Fundamental Keperawatan Edis 7.Buku 3.Jakarta : Salemba Medika

Tarwoto & Wartonah,(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan proses Keperawatan.Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika