Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Padi dan Jagung Kabupaten Karo Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilaksanakan di Kabupaten Karo. Daerah
penelitian ditentukan secara sengaja atau purposive dengan mempertimbangkan
bahwa daerah ini merupakan daerah yang prosfektif untuk mengetahui
ketersediaan padi dan jagung. Adapun yang menjadi pertimbangan di dalam
penentuan lokasi/wilayah adalah atas terjadinya fluktuasi dari luas areal
pertanaman, produktifitas dan produksi dari tanaman padi dan jagung di
Kabupaten Karo. Selain itu didukung oleh domisili peneliti yang berada di
Kabupaten Karo.
3. 2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah menggunakan data sekunder,
yang diperoleh peneliti dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen dan Dinas
Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP), serta berbagai literatur-literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan yaitu time series dengan
range tahun 2001-2015 yang dianalisis dengan alat bantu program SPSS
(Statistical Package for Social Science). Adapun jenis data yang telah
dikumpulkan dapat dilihat pada tabel berikut:


16

Universitas Sumatera Utara

17

Tabel 3.1 Jenis Data Yang Digunakan.
Jenis Data
Luas Panen, Produksi
danProduktivitas, Padi dan
Jagung
Jumlah Penduduk
Tingkat Konsumsi Pangandi
Kabupaten Karo
Harga Domestik Padi dan
Jagung
Pendapatan perkapita dan
Harga Impor

Sumber Data


Keterangan

BPS (Badan Pusat Statistik)
Sumatera Utara

Data Tahun 20012015

BPS (Badan Pusat Statistik)
Sumatera Utara
BKP (Badan Ketahanan
Pangan) Kabupaten Karo
Departemen dan Dinas
Pertanian Kabupaten Karo
BPS (Badan Pusat Statistik)
Kabupaten Karo

Data Tahun 20012015
Data Tahun 20012015
Data Tahun 20012015

Data Tahun 20012015

3. 3 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan
padi dan jagung di Kabupaten Karo digunakan analisis deskriptif. Dalam
penelitian ini analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS).
Untuk membuktikan hipotesis (1) dan (2), dalam penelitian ini metode analisis
data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linear regression
method) dengan pengolahan data melalui SPSS versi 18.0. Dengan demikian
model analisis adalah sebagai berikut:


Ketersediaan Padi
Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Dimana:
Y

= Ketersediaan Padi (Ton)


a0

= Konstanta /Koefisien intersep

b1,b2…b4

= Koefisien Regresi

X1

= Luas Panen Padi (Ha)

Universitas Sumatera Utara

18

X2

= Konsumsi Beras (ton/Kab)


X3

= Harga Domestik Beras (Rp/ton)

X4

= Harga Impor Beras (Rp/ton)

e

= Kesalahan Pengganggu (error term)



Ketersediaan Jagung
Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana:
Y


= Ketersediaan Jagung (ton)

a0

= Konstanta /Koefisien intersep

b1,b2.. b4

= Koefisien Regresi

X1

= Pendapatan (Rp/Kab)

X2

= Luas Panen Padi (Ha)

X3


= Harga Domestik Jagung (Rp/Ton)

e

= Kesalahan Pengganggu (error term)

Parameter

persamaanregresi

linier

bergandatersebutdapatmenunjukkankoefisienregresiatassetiapvariabebebas
(independent

variable),

positifataunegatif.Koefisienregresi

akanbernilaipositifjikamenunjukkanhubungansearahantarvariabel

(independent

variable)

denganvariabel

Artinyakenaikanvariabel

b

variable).

bebasakanmenurunkanvariabel

akanbernilainegativejikamenunjukkanhubungan

berlawananarahantaravariabel
Artinyakenaikanvariabel

(dependent


bebas

bebasakanmengakibatkankenaikanvariabel

terikatdansebaliknya,penuruanvariabel
Koefisienregresi

terikat

b

bebasdenganvariabel

terikat.
yang
terikat.

bebasakanmengakibatkanpenurunan


Universitas Sumatera Utara

20

variableterikatdansebaliknya,

penurunanvariabel

bebasakanmenaikkanvariabel

terikat.Secaraserempakhipotesisyangdigunakanadalah :


KetersediaanPadi

H0= luaspanen,konsumsiberas, harga domestik beras dan harga impor beras
secaraserempaktidakberpengaruhterhadapketersediaanPadi.
H1= luaspanen, konsumsiberas, harga domestik beras dan harga impor beras
secaraserempakberpengaruhterhadapketersediaanPadi.
Jikath ≤ t tabel, tolak H 1 ;terima H0

Jikath ≥ t tabel, tolakH0 ;terima H1


KetersediaanJagung

H0= pendapatan, luaspanendan harga domestik jagung secara serempak
tidakberpengaruhterhadapketersediaanjagung.
H1= pendapatan, luaspanendan harga domestik jagung secara serempak
berpengaruhterhadapketersediaanjagung.
Jikath ≤ t tabel, tolak H 1 ;terima H0
Jikath≥ t tabel, tolakH0 ;terima H1
UjiAsumsiKlasik
Ujiasumsiklasikmerupakanpersyaratanstatistik

yang

harusdipenuhipadaanalisisregresi linier berganda yang berbasisordinary least
square

(OLS).Jadianalisisregresi

tidakmemerlukanpersyaratanasumsiklasik,
ordinal.Ujiasumsiklasik

yang

yang

tidakberdasarkan

OLS

misalnyaregresilogisticatauregresi
digunakanyaituujimultikolinearitas,

ujiheteroskedastisitasdanujinormalitas

Universitas Sumatera Utara

20

tidakadaketentuanpastitentangurutanujimanadulu
harusdipenuhi.Analisisdapatdilakukan

yang

tergantungpada

data

yang

ada.

Universitas Sumatera Utara

20

Universitas Sumatera Utara

20

Universitas Sumatera Utara

20

1.

UjiMultikolinearitas

Salah

satudariasumsi

model

regresi

linier

klasikadalahbahwatidakterdapatmultikolinearitasdiantaravariaelbebas

yang

dimasukkankedalammodel.Ujimultikolinearitasinibertujuanuntukmengujiapakahdi
temukanadanyakorelasiatauhubunganantara variabel bebasdalam modelregresi.
Interprestasidaripersamaanregresi

linier

bargandasecaraimplicitbergantungpadaasumsibahwa

variable-

variabelbebasdalampersamaantersebuttidaksalingberkorelasi.Koefisienregresibias
anya

diinterprestasikansebagaiukuranperubahan

variable

bebasnyanaiksebesarsatu

unit

variable

terikatjikasalahsatu

sementaraseluruh

bebaslainnyadianggaptetap.Namun,

variable

interprestasiini,

menjaditidakbenarapabilaterdapathubunganlinierantara variable bebas.
Adapun kriteria ujisebagaiberikut,


Jikatoleransi≤ 0,1 danVIF≥ 10: terjadimultikolinieritas



Jikatoleransi> 0,1 danVIF< 10: tidakterjadimultikolinieritas

2.

UjiHeteroskedastisitas

UjiHeteroskedastisitasinibertujuanuntukmengujiapakahterjadiketidaksamaanvaria
nsdari residual satupengamatankepengamatan yang lain dalam model regresi.
Jikavariansdari

residual

satupengamatankepengamatanlaintetap,

makadisebuthomoskedastisitasdanjikaberbedadisebutheteroskedastisitas.
Adapun kriteriaujisebagaiberikut,

Universitas Sumatera Utara

20



Jikaadapolatertentu, sepertititik-titik yang adamembentukpolatertentu yang
teratur

(bergelombang,

melebar,

kemudianmenyempit)

:

terjadiHeteroskedastisitas


Jikatidakadapola yang jelas, sertatitik-titikmenyebardiatasdandibawahangka 0
padasumbu Y:tidakterjadiHeteroskedastisitas

3.

UjiNormalitas

Ujinormalitasinibertujuanuntukmengujiapakahdalam

model

regresi,

veriabelpenggangguatau residual memilikidistribusi normal.Sepertidiketahui,
bahwauji t dan F mengasumsikanbahwanilai residual mengikutidistribusi
normal.Kalauasumsiinidilanggarmakaujistatistik
menjaditidakvaliduntukjumlahsampelkecil.
4.

Uji t-statistik / Pengujianparsial

Menurut

Gujarati

(2003),Uji

statistikdigunakanuntukmengujipengaruhparsialdarivariabel

t–

variabel

independenterhadapvariabel
dependennyaataupengujianinidilakukanuntukmengujitingkatsignifikansisetiapvari
abel bebas (independent) dalammempengaruhivariabel takbebas (dependent).
Hipotesisdariujiiniadalah :
H0 : β = 0, Variabelbebastidakmempengaruhivariabel tidakbebasnya.
H1 : β ≠ 0, Variabelbebasmempengaruhivariabel tidakbebasnya.
KriteriaPengujian :
a. Jika: (t-tabel) ≤ (t-stat) ≤ (t-tabel), makahipotesisnoltidakditolak
b. Jika: t-stat t-tabel, makahipotesisnolditolak

Universitas Sumatera Utara

20

5.

Uji F-statistik /Pengujiankeseluruhan

MenurutGujarati

(2003),uji

F-statistikdigunakanuntukmengukurgoodness

fitdaripersamaanregresiatauuntukmengetahuiapakahsemuavariabel

of

independen

Universitas Sumatera Utara

16

X2

= Konsumsi Beras (ton/Kapita)

X3

= Harga Domestik Beras (Rp/ton)

X4

= Harga Impor Beras (Rp/ton)

e

= Kesalahan Pengganggu (error term)



Ketersediaan Jagung
Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana:
Y

= Ketersediaan Jagung (ton)

a0

= Konstanta /Koefisien intersep

b1,b2.. b4

= Koefisien Regresi

X1

= Pendapatan (Rp/Kab)

X2

= Luas Panen Padi (Ha)

X3

= Harga Domestik Jagung (Rp/Ton)

e

= Kesalahan Pengganggu (error term)

Parameter

persamaanregresi

linier

bergandatersebutdapatmenunjukkankoefisienregresiatassetiapvariabebebas
(independent

variable),

positifataunegatif.Koefisienregresi

akanbernilaipositifjikamenunjukkanhubungansearahantarvariabel
(independent

variable)

denganvariabel

Artinyakenaikanvariabel

terikat

(dependent

b
bebas

variable).

bebasakanmengakibatkankenaikanvariabel

terikatdansebaliknya, penuruanvariabel bebasakanmenurunkanvariabel terikat.
Koefisienregresi

b

akanbernilainegativejikamenunjukkanhubungan

berlawananarahantaravariabel
Artinyakenaikanvariabel

bebasdenganvariabel

yang
terikat.

bebasakanmengakibatkanpenurunanvariable

Universitas Sumatera Utara

16

terikatdansebaliknya,

penurunanvariabel

bebasakanmenaikkanvariabel

terikat.Secaraserempakhipotesisyangdigunakanadalah :


KetersediaanPadi

H0= luaspanen,konsumsiberas, harga domestik beras dan harga impor beras
secaraserempaktidakberpengaruhterhadapketersediaanPadi.
H1= luaspanen, konsumsiberas, harga domestik beras dan harga impor beras
secaraserempakberpengaruhterhadapketersediaanPadi.
Jikath ≤ t tabel, tolak H 1 ;terima H0
Jikath ≥ t tabel, tolakH0 ;terima H1


KetersediaanJagung

H0= pendapatan, luaspanendan harga domestik jagung secara serempak
tidakberpengaruhterhadapketersediaanjagung.
H1= pendapatan, luaspanendan harga domestik jagung secara serempak
berpengaruhterhadapketersediaanjagung.
Jikath ≤ t tabel, tolak H 1 ;terima H0
Jikath≥ t tabel, tolakH0 ;terima H1
UjiAsumsiKlasik
Ujiasumsiklasikmerupakanpersyaratanstatistik

yang

harusdipenuhipadaanalisisregresi linier berganda yang berbasisordinary least
square

(OLS).Jadianalisisregresi

tidakmemerlukanpersyaratanasumsiklasik,
ordinal.Ujiasumsiklasik

yang

yang

tidakberdasarkan

OLS

misalnyaregresilogisticatauregresi
digunakanyaituujimultikolinearitas,

ujiheteroskedastisitasdanujinormalitas

Universitas Sumatera Utara

16

tidakadaketentuanpastitentangurutanujimanadulu

yang

harusdipenuhi.Analisisdapatdilakukan tergantungpada data yang ada.
6.

UjiMultikolinearitas

Salah

satudariasumsi

model

regresi

linier

klasikadalahbahwatidakterdapatmultikolinearitasdiantaravariaelbebas

yang

dimasukkankedalammodel.Ujimultikolinearitasinibertujuanuntukmengujiapakahdi
temukanadanyakorelasiatauhubunganantara variabel bebasdalam modelregresi.
Interprestasidaripersamaanregresi

linier

bargandasecaraimplicitbergantungpadaasumsibahwa

variable-

variabelbebasdalampersamaantersebuttidaksalingberkorelasi.Koefisienregresibias
anya

diinterprestasikansebagaiukuranperubahan

variable

bebasnyanaiksebesarsatu

unit

variable

terikatjikasalahsatu

sementaraseluruh

bebaslainnyadianggaptetap.Namun,

variable

interprestasiini,

menjaditidakbenarapabilaterdapathubunganlinierantara variable bebas.
Adapun kriteria ujisebagaiberikut,


Jikatoleransi≤ 0,1 danVIF≥ 10: terjadimultikolinieritas



Jikatoleransi> 0,1 danVIF< 10: tidakterjadimultikolinieritas

7.

UjiHeteroskedastisitas

UjiHeteroskedastisitasinibertujuanuntukmengujiapakahterjadiketidaksamaanvaria
nsdari residual satupengamatankepengamatan yang lain dalam model regresi.
Jikavariansdari

residual

satupengamatankepengamatanlaintetap,

makadisebuthomoskedastisitasdanjikaberbedadisebutheteroskedastisitas.
Adapun kriteriaujisebagaiberikut,

Universitas Sumatera Utara

16



Jikaadapolatertentu, sepertititik-titik yang adamembentukpolatertentu yang
teratur

(bergelombang,

melebar,

kemudianmenyempit)

:

terjadiHeteroskedastisitas


Jikatidakadapola yang jelas, sertatitik-titikmenyebardiatasdandibawahangka 0
padasumbu Y:tidakterjadiHeteroskedastisitas

8.

UjiNormalitas

Ujinormalitasinibertujuanuntukmengujiapakahdalam

model

regresi,

veriabelpenggangguatau residual memilikidistribusi normal.Sepertidiketahui,
bahwauji t dan F mengasumsikanbahwanilai residual mengikutidistribusi
normal.Kalauasumsiinidilanggarmakaujistatistik
menjaditidakvaliduntukjumlahsampelkecil.
9.

Uji t-statistik / Pengujianparsial

Menurut

Gujarati

(2003),Uji

statistikdigunakanuntukmengujipengaruhparsialdarivariabel

t–

variabel

independenterhadapvariabel
dependennyaataupengujianinidilakukanuntukmengujitingkatsignifikansisetiapvari
abel bebas (independent) dalammempengaruhivariabel takbebas (dependent).
Hipotesisdariujiiniadalah :
H0 : β = 0, Variabelbebastidakmempengaruhivariabel tidakbebasnya.
H1 : β ≠ 0, Variabelbebasmempengaruhivariabel tidakbebasnya.
KriteriaPengujian :
a. Jika: (t-tabel) ≤ (t-stat) ≤ (t-tabel), makahipotesisnoltidakditolak
b. Jika: t-stat t-tabel, makahipotesisnolditolak

Universitas Sumatera Utara

16

10. Uji F-statistik /Pengujiankeseluruhan
MenurutGujarati

(2003),uji

F-statistikdigunakanuntukmengukurgoodness

fitdaripersamaanregresiatauuntukmengetahuiapakahsemuavariabel

of

independen

Universitas Sumatera Utara

18

Universitas Sumatera Utara

18

Universitas Sumatera Utara

6

Universitas Sumatera Utara

17

yang

terdapatdalampersamaansecarabersama-samamempengaruhivariabel

dependen.
Hipotesisdariujiiniadalah :
H0 : β0 = β1 = β2 = β3 = 0 , semu variabel
a
bebassecarabersamasamatidakberpengaruhterhadapvariabletidakbebasnya.
H1 : Minimal adasatu≠ βi0, atausetidakny

aadasatuvariabel bebas yang

mempengaruhivariabletidakbebasnya.
KriteriaPengujian :
• H0 tidakditolakjika F-stat < F tabel
• H0 ditolakjika F-stat > F-tabel
3. 4 DefenisidanBatasanOperasional
Untukmenghindarikesalahanmengenaiistilah-istilah

yang

terdapatdalampenelitianini,
makadibuatdefenisidanbatasanoperasionalsebagaiberikut :
3.4.1

Defenisi

1) Ketersediaanadalahjumlahpangan

(padidanjagung)

yang

tersediauntuk

dikonsumsimasyarakatdalamsatuan ton pertahun.
2) Jumlahproduksiadalahjumlahdarihasilkegiatanbudidayaatauusahatani
berasdanjagungdalamsatuan ton pertahun.
3) Luaspanenadalahluasantanaman

padi

dan

jagung

dipunguthasilnyasetelahtanamantersebutcukupumurdalam

satuan

yang
hektar

pertahun.

Universitas Sumatera Utara

18

4) Jumlahpendudukadalahjumlahmanusia

yang

bertempattinggal/berdomisilipadasuatuwilayahataudaerahdanmemilikimatape
ncahariantetap di daerahitusertatercatatsecarasahberdasarkanperaturan yang
berlaku di daerahtersebut.
5) Konsumsiadalahsuatukegiatanmanusiamengurangiataumenghabiskannilaigun
asuatubarangataujasauntukmemenuhikebutuhan,

baiksecaraberangsur-

angsurmaupunsekaligus.
6) Pendapatanmerupakanjumlahuang

yang

diterimaoleh

masyarakat

dariaktivitasnya, kebanyaandaripenjualprodukdan/ataujasakepadapelanggan.
7) Harga domestik adalah harga yang berlaku didaerah penelitian sering juga
disebut dengan harga eceran.
8) Harga impor beras adalah harga impor beras yang berlaku Indonesia.
3.4.2

BatasanOperasional

1) Data yang diambil adalah data sekunder dalam kurun waktu 2001 sampai
2015 meliputiketersediaanpadidanjagungdi KabupatenKaro.
2) PenelitiandilakukandalamwilayahKabupatenKaro.
3) Waktupenelitianadalahtahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

19

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4. 1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kabupaten Karo
Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’–3º19’ Lintang
Utara dan 97º55’–98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari
luas Provinsi Sumatera Utara. Adapun batas-batas wilayahnya, yaitu:


Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli
Serdang



Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir



Sebelah timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun



Sebelah barat dengan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam

Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 200-1.500m diatas permukaan
laut. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar
wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah
ini sehingga rawan gempa vulkanik.
4. 2 Iklim
Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan
bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei,
sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.

Universitas Sumatera Utara

20

Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2015 tertinggi pada bulan Oktober sebesar
345 MM dan terendah pada bulan Maret sebesar 20 MM sedangkan jumlah hari
hujan tertinggi pada bulan Oktober dan November sebanyak 22 hari dan terendah
pada bulan Maret sebanyak 4 hari. Suhu udara berkisar antara 15,50C sampai
dengan 23,20C dengan kelembapan udara rata-rata setinggi 89,92%.
4. 3 Keadaan Penduduk
Hasil sensus tahun 2010, penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa.
Pada pertengahan tahun 2015, menurut proyeksi penduduk sebesar 89.591 yang
mendiami wilayah seluas 2.127,25 km2. Kepadatan penduduk diperkirakan
sebesar 180 jiwa/km2.
Laju pertumbuhan penduduk Karo tahun 2011-2015 adalah sebesar 2,18%/tahun,
tahun 2015 di Kabupaten Karo penduduk laki-laki lebih sedikit dari perempuan.
Laki-laki berjumlah 193.397 jiwa dan perempuan berjumlah 196.194 jiwa. Sex
rationya sebesar 98,57.
Selanjutnya dengan melihat jumlah penduduk yang berusia dibawah 15 tahun dan
65 tahun keatas maka diperoleh rasio ketergantungan sebesar 58,15 yang berarti
setiap seratus orang usia produktif menanggung 58 orang dari usia diawah 15
tahun dan 65 tahun keatas. Beban tanggungan anak bagi usia produktif sebesar 5
dan beban tanggungan lanjut usia bagi penduduk produktif sebesar 8. Berdasarkan
hasil SUSENAS, jumlah angkatan tenaga kerja di Kabupaten Karo mencapai
228.207 orang dengan tingkat partisipatif angkatan kerja sebesar 82,25% dan
tingkat pengangguran sebesar 2,23%.

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di
Kabupaten Karo Tahun 2010-2015
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

(1)
Mardinding
Laubaleng
Tigabinanga
Juhar
Munte
Kutabuluh
Payung
Tiganderket
Simpang Empat
Naman Teran
Merdeka
Kabanjahe
Berastagi
Tigapanah
Dolat Rakyat
Merek
Barusjahe
Karo

2010

2011

2012

2013

2014

2015

(2)
17 062
17 713
19 900
13 244
19 686
10 586
10 837
13 178
19 015
12 796
13 310
63 326
42 541
29 319
8 296
18 054
22 097
350 960

(3)
17 222
17 879
20 086
13 368
19 870
10 685
10 938
13 301
19 192
12 916
13 434
63 918
42 939
29 593
8 374
18 223
22 304
354 242

(4)
17 445
18 110
20 346
13 540
20 127
10 823
11 079
13 474
19 440
13 083
13 607
64 746
43 494
29 976
8 482
18 458
22 593
358 823

(5)
17 684
18 359
20 626
13 726
20 404
10 972
11 232
13 659
19 707
13 263
13 794
65 635
44 091
30 388
8 599
18 712
22 904
363 755

(6)
18 601
19 391
21 329
13 877
20 672
11 124
11 601
13 757
20 009
13 951
15 158
70 890
48 050
32 500
9 047
19 655
23 010
382 622

(7)
18 940
19 766
21 763
14 090
20 949
11 327
11 812
14 078
20 373
13 985
15 244
72 246
48 975
33 207
9 212
20 109
23 515
389 591

Sumbe : BPS Kabupaten Karo, 2016
Dari tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut kecamatan di
Kabupaten Karo semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam kurun waktu lima
tahun (2010-2015). Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2015 begitu juga
ditahun-tahun sebelumnya berada di Kecamatan Kabanjahe, yakni sebesar 72.246
jiwa.
4. 4 Deskripsi Variabel
4. 4. 1 Ketersediaan Padi dan Jagung

Universitas Sumatera Utara

22

Adapun ketersediaan Padi dan jagung di Kabupaten Karo dapat diperoleh dari
jumlah produksi dan stok, karena padi dan jagung di kabupaten karo tidak ada
impor dan ekspor. Jumlah ketersedian padi dan jagung mengalami fluktuasi.
Tabel 4.2 Ketersediaan Padi dan Jagung di Kabupaten Karo Tahun 20012015
KetersediaanPadi
(Ton)
2001
84.386,81
2002
114.804,35
2003
154.235,55
2004
171.699,71
2005
172.117,10
2006
190.447,46
2007
244.339,33
2008
268.793,59
2009
334.770,32
2010
343.063,76
2011
377.448,21
2012
438.108,38
2013
471.937,72
2014
484.345,39
2015
542.335,71
Sumber : BPS dan BKP, Kabupaten Karo
Tahun

Ketersediaan Jagung
(Ton)
56.637,94
85.415,23
119.420,96
141.207,29
161.493,72
199.714,94
246.060,16
289.291,22
332.293,75
382.712,09
408.407,00
467.652,72
503.198,19
542.171,63
615.387,50

Dari tabel 4.2, diatas dapat dilihat bahwa ketersediaan padi paling tinggi yakni
542.335,71 ton pada tahun 2015 dan terendah pada tahun 2001 yakni 84.386,81
ton. Adapun ketersediaan jagung tertinggi pada tahun 2015 sebesar 615.387,50ton
dan terendah sebesar 56.637,94 ton pada tahun 2001.

Universitas Sumatera Utara

23

4. 4. 2 Luas Panen Padi dan Jagung
Luas panen padi dan jagung di Kabupaten Karo mengalami fluktuasi selama 15
tahun dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2015. Adapun luas panen padi dan
jagung adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Luas Panen tanaman Padi dan Jagung di Kabupaten Karo Tahun
2001-2015
Luas Panen Padi
(Ha)
2001
22.126
2002
21.058
2003
22.268
2004
20.194
2005
17.965
2006
18.442
2007
22.973
2008
21.438
2009
25.553
2010
23.203
2011
23.108
2012
25.977
2013
24.068
2014
22.904
2015
24.190
Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2016
Tahun

Luas Panen Jagung
(Ha)
48.733
49.854
52.997
43.959
39.805
50.135
61.566
65.234
67.068
90.605
65.318
78.350
66.420
65.421
83.931

Dari tabel 4.4, diatas dapat dilihat bahwa luas panen padi tertinggi berada pada
tahun 2012 yakni sebesar 25,553 Ha dan luas panen padi terendah pada tahun
2005 yaitu sebesar 17,965 Ha. Adapun luas panen jagung tertinggi berada pada
tahun 2010 yakni sebesar 90,605 Ha dan luas panen jagung terendah yaitu pada
tahun 2005 sebesar 39,805 Ha.

Universitas Sumatera Utara

24

4. 4. 3 Pendapatan
Adapun pendapatan penduduk di Kabupaten Karo mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun selama 15 tahun, mulai dari tahun 2001 sampai 2015. Pendapatan
penduduk tersebut diperoleh dari pendapatan regional (PDRB) menurut harga
berlaku Kabupaten Karo. Adapun pendapatan penduduk paling tinggi yakni pada
tahun 2015 yakni sebesar Rp. 15.150.364,48 dan terendah berada pada tahun 2001
yakni sebesar Rp. 1.911.508,05.
Tabel 4.4 Pendapatan Penduduk di KabupatenKarotahun 2001-2015
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2016

Pendapatan
(Rp/Kab/Tahun)
1.911.508,05
2.130.819,72
2.408.360,06
3.270.304,50
3.683.020,64
3.978.802,62
4.483.323,77
5.058.679,19
5.646.544,39
6.676.016,38
7.634.393,22
8.512.706,36
12.634.515,67
13.817.089,85
15.150.364,48

Universitas Sumatera Utara

25

4. 4. 4 Konsumsi Beras
Konsumsi beras di Kabupaten Karo juga mengalami fluktuasi. Adapun jumlah
konsumsi tertinggi berada pada tahun 2015 yakni sebesar44.413,37ton/kab/tahun
dan yang terendah pada tahun 2005 yakni sebesar 32.815,70ton/kab/tahun.
Tabel 4.5 Konsumsi Beras di KabupatenKarotahun 2001-2015
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : BKP Kabupaten Karo, 2016

Konsumsi Beras
(Ton/Kab/Tahun)
32.815,70
34.102,99
35.455,37
35.602,20
36.047,60
39.051,27
40.055,95
41.140,32
42.250,57
40.009,44
40.383,59
40.905,82
41.468,07
43.618,91
44.413,37

Universitas Sumatera Utara

26

4. 4. 5 Harga Domestik Beras dan Jagung
Adapun harga domestik beras dan jagung mengalami fluktuasi. Harga domestik
berasyang paling tinggi yakni pada tahun 2015 sebesar Rp.11.198.000/ton dan
yang terendah pada tahun 2001 yakni sebesar Rp. 3.740.000/ton.
Harga domestik jagung yang paling tinggi yakni pada tahun 2013 sebesar
Rp.2.812.000/ton dan yang terendah pada tahun 2001 dan 2003 yang mempunyai
nilai yang sama yakni sebesar Rp. 844.000/ton.
Tabel 4.6 Harga Domestik Beras dan Jagung di Kabupaten Karo tahun
2001-2015
Tahun
Harga Domestik Beras
Harga Domestik Jagung
(Rp/ton)
(Rp/ton)
2001
3.740.000
844.000
2002
4.000.000
899.000
2003
4.000.000
844.000
2004
4.060.000
1.023.000
2005
4.800.000
1.398.000
2006
4.900.000
1.200.000
2007
6.500.000
1.552.000
2008
6.750.000
2.075.000
2009
6.600.000
1.776.000
2010
7.713.000
2.052.000
2011
9.214.000
2.363.000
2012
9.988.000
2.102.000
2013
10.422.000
2.812.000
2014
10.651.000
2.738.000
2015
11.198.000
2.725.000
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karo

Universitas Sumatera Utara

27

4. 4. 6 Harga Impor Beras
Adapun harga impor beras mengalami fluktuasi. Harga impor beras yang paling
tinggi yakni pada tahun 2013 sebesar Rp.6.376.401,33/ton dan yang terendah pada
tahun 2003 yakni sebesar Rp. 1.755.705,14/ton.
Tabel 4.7 Harga Impor Beras tahun 2001-2015
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2016

Harga Impor Beras
(Rp/ton)
2.147.815,27
1.761.725,53
1.755.705,14
2.369.720,05
2.675.039,69
2.801.219,70
3.034.527,47
4.136.170,13
4.074.904,85
4.741.388,95
5.011.862,59
5.076.754,23
6.376.401,33
5.748.884,52
5.662.923,97

Universitas Sumatera Utara

28

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1 Ketersediaan Padi dan Jagung di Kabupaten Karo
Ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo selama 15 tahun mengalami
peningkatan. Ketersediaan padi dan jagung diperoleh dari jumlah produksi dan
stok. Berikut jumlah ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo.
Tabel 5.1 Ketersediaan Padi dan Jagung di Kabupaten Karo selama 15 tahun
KetersediaanPadi

Ketersediaan Jagung

(Ton)

(Ton)

2001

84.386,81

56.637,94

2002

114.804,35

85.415,23

2003

154.235,55

119.420,96

2004

171.699,71

141.207,29

2005

172.117,10

161.493,72

2006

190.447,46

199.714,94

2007

244.339,33

246.060,16

2008

268.793,59

289.291,22

2009

334.770,32

332.293,75

2010

343.063,76

382.712,09

2011

377.448,21

408.407,00

2012

438.108,38

467.652,72

2013

471.937,72

503.198,19

2014

484.345,39

542.171,63

2015

542.335,71

615.387,50

Tahun

Sumber: BPS dan BKP, Kabupaten Karo

Universitas Sumatera Utara

29

Adapun kondisi ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo dapat dilihat
dari grafik berikut.

700.000,00
600.000,00
500.000,00
400.000,00

Ketersediaan Jagung
(Ton)

300.000,00

Ketersediaan Padi
(Ton)

200.000,00
100.000,00

2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015

0,00

Gambar 5.1 Grafik Ketersediaan Padi dan Jagungdi Kabupaten Karo Tahun
2001-2015
Pada gambar 5.1, dapat dilihat bahwa ketersedian padi dan jagung di kabupaten
karo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
5.2 Hasil Analisis Fakor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Padi di
Kabupaten Karo
Dari metode analisis data diketahui bahwa faktor-faktor (variabel-variabel) yang
dapat mempengaruhi ketersediaan padi adalah luas panen padi (X1), konsumsi
beras (X2), harga domestik beras (X3) dan harga impor beras (X4). Dari variabel-

Universitas Sumatera Utara

30

variabel bebas tersebut dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap
ketersediaan padi sebagai variabel terikat atau dependen.

5.2.1
1.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS
seperti berikut:

Gambar 5.2 Grafik Normal Plot Ketersediaan Padi
Berdasarkan gambar 5.2, dapat dilihat tampilan grafik normal plot titik-titik yang
menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis

Universitas Sumatera Utara

31

diagonal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai
karena telah memenuhi asumsi normalitas.

2.

Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan
SPSS seperti berikut:

Gambar 5.3 ScatterplotUji Heterokedastisitas Ketersediaan Padi
Dari gambar 5.3, grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala heterokedastisitas dikarenakan pada gambar 5.3 terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.

Universitas Sumatera Utara

32

3.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai toleransi yang lebih kecil dari 0,1 atau
nilai VIF yang lebih besar dari nilai 10 dari masing-masing variabel seperti
berikut:
Tabel 5.2 Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Padi
Varibel
Tolerance
Luas Panen Padi
0,579
Konsumsi Beras
0,232
Harga Domestik Beras
0,056
Harga Impor Beras
0,061
Sumber : Analisis data sekunder dari lampiran 4

VIF
1,726
4,301
17,779
16,323

Adapun kriteria uji sebagai berikut,


Jika toleransi ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10: terjadi multikolinieritas



Jika toleransi > 0,1 dan VIF < 10: tidak terjadi multikolinieritas

Berdasarkan tabel 5.2, dapat dilihat bahwa faktor atau variabel harga domestik
beras (X3) dan harga impor beras (X4) memiliki nilai VIF sebesar 17,779 dan
16,323, lebih besar dari 10 (>10) dan variabel luas panen padi (X1) dan variabel
konsumsi beras (X2) memiliki nilai VIF sebesar 1,726 dan 4,301, lebih kecil dari
10 ( F tabel dan
sig. F (0,000) ≤ 0,01 , maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya luas panen
padi, konsumsi beras, harga domestik beras dan harga impor beras secara

Universitas Sumatera Utara

35

serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yakni ketersediaan padi di
Kabupaten Karo.

3. Uji Parsial (Uji T)
Berdasarkan tabel 5.3, dapat diinterprestasikan pengaruh variabel bebas luas
panen padi, konsumsi beras, harga domestik beras dan harga impor beras dengan
variabel terikat ketersediaan padi, yakni sebagai berikut:
1) Pengaruh Luas Panen Padi Terhadap Ketersediaan Padi
Nilai koefisien regresi variabel atau faktor luas panen padi yakni sebesar 3,328
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara luas panen padi dengan
ketersediaan padi. Jika luas panen padi naik sebesar 1 ha, maka ketersediaan padi
akan bertambah sebesar 3,328 ton.
Luas panen padi sangat berpengaruh terhadap produksi, dan produksi berpengaruh
terhadap ketersediaan. Sehingga luas panen padi berpengaruh terhadap
ketersediaan padi. Namun, ketersediaan bukan hanya di pengaruhi oleh produksi
namun dipengaruhi oleh impor dan juga cadangan pangan atau stok akhir.
Menurut UU No 18 (2012), ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya
pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta
impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Dengan kata lain luas panen padi tidak terlalu berpengaruh terhadap ketersediaan
padi, karena apabila produksi menurun maka pemerintah masih dapat mengimpor

Universitas Sumatera Utara

36

beras untuk memenuhi kebutuhan. Namun, hal ini tentu saja akan berdampak pada
perekonomian masyarakat, terutama masyarakat Karo. Di Kabupaten Karo sendiri
dalam sekali masa panen dapat menghasilkan 3 sampai 4 ton padi dalam 1 hektar
sawah.
Adapun nilai T hitung variabel luas panen padi yakni 0,888 dan nilai T tabel
sebesar 2,201 maka T hitung < T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar
0,395 maka sig T (0,395) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
dan H1 ditolak yang artinya variabel luas panen padi secara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap ketersediaan padi.
2) Pengaruh Konsumsi Beras Terhadap Ketersediaan Padi
Nilai koefisien regresi variabel atau faktor konsumsi beras yakni sebesar 8,595
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara konsumsi beras dengan
ketersediaan padi. Jika konsumsi beras naik sebesar 1 ton, maka ketersediaan padi
akan bertambah sebesar 8,595 ton.
Keterkaitan konsumsi dengan ketersediaan yakni, ketika konsumsi masyarakat
akan beras naik maka ketersediaan akan beras itu sendiri juga harus naik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras tersebut. Di Kabupaten Karo sendiri
ketersediaan padi dan konsumsi beras berbanding lurus, yaitu ketersediaan padi
naik ketika konsumsi masyarakat akan beras naik.
Adapun nilai T hitung variabel konsumsi berasyakni 2,237 dan nilai T tabel
sebesar 2,201 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar
0,049 maka sig T (0,049) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

Universitas Sumatera Utara

37

dan H1 diterima yang artinya variabel konsumsi beras secara parsial berpengaruh
nyata terhadap ketersediaan padi.
3) Pengaruh Harga Domestik Beras Terhadap Ketersediaan Padi
Nilai koefisien regresi variabel atau faktor harga domestik beras yakni sebesar
0,036 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga domestik beras
dengan ketersediaan padi. Jika harga domestik beras naik sebesar Rp 1000/ton,
maka ketersediaan padi akan bertambah sebesar 36 ton.
Hal ini bertolak belakang dengan hukum permintaan. Adapun hukum permintan
(demand) yakni, jumlah yang akan dibeli perunit, menjadi semakin besar apabila
harga semakin rendah (Bilas, 1982).
Artinya jika harga beras naik maka permintaan akan beras akan menurun. Namun,
apabila penaikan harga diikuti dengan penaikan pendapatan maka, permintaan
akan beras tidak akan bermasalah, sehingga ketersediaan padi akan stabil.
Hubungan positif ini tidak mempunyai keterkaitan langsung, tetapi dikarenakan
peningkatan harga domestik akan meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui
peningkatan pendapatan masyarakat maka jumlah produksi juga akan meningkat,
yang mana pada seiring peningkatan produksi akan bertambah pada peningkatan
jumlah ketersediaan. Dengan kata lain harga juga mempengaruhi ketersediaan,
tetapi tidak secara langsung.
Adapun nilai T hitung variabel konsumsi beras yakni 3,568 dan nilai T tabel
sebesar 2,201 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar
0,005 maka sig T (0,005) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

Universitas Sumatera Utara

38

dan H1 diterima yang artinya variabel harga domestik beras secara parsial
berpengaruh nyata terhadap ketersediaan padi.
4) Pengaruh Harga Impor Beras Terhadap Ketersediaan Padi
Nilai koefisien regresi variabel atau faktor harga impor beras yakni sebesar 0,010
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga impor beras dengan
ketersediaan padi. Jika harga impor beras naik sebesar Rp 1.000, maka
ketersediaan padi akan bertamah sebesar 10 ton.
Keterkaitan harga impor dengan ketersediaan padi yakni, apabila harga impor
beras lebih rendah dari harga domestik beras maka, masyarakat cendrung memilih
beras impor dari pada beras domestik. Namun hal ini dapat berdampak buruk bagi
petani padi di Indonesia terutama petani di Kabupaten Karo.
Adapun nilai T hitung variabel harga impor beras yakni 0,566 dan nilai T tabel
sebesar 2,201 maka T hitung < T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar
0,584 maka sig T (0,584) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
dan H1 ditolak yang artinya variabel harga impor berassecara parsial tidak
berpengaruh nyata terhadap ketersediaan padi.
5.3 Hasil Analisis Fakor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Jagung di
Kabupaten Karo
Dari metode analisis data diketahui bahwa faktor-faktor (variabel-variabel) yang
dapat mempengaruhi ketersediaan jagung adalah luas panen jagung (X1),
pendapatan (X2) dan harga domestik jagung (X3). Dari faktor-faktor (variabelvariabel) bebas tersebut dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap
ketersediaan jagung sebagai variabel terikat atau dependen.

Universitas Sumatera Utara

39

5.3.1 Uji Asumsi Klasik
1.

Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS
seperti berikut:

Gambar 5.4 Grafik Normal Plot Ketersediaan Jagung
Berdasarkan gambar 5.4, dapat dilihat tampilan grafik normal plot titik-titik yang
menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai
karena telah memenuhi asumsi normalitas.

Universitas Sumatera Utara

40

2.

Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan
SPSS seperti berikut:

Gambar 5.5 ScatterplotUji Heterokedastisitas Ketersediaan Jagung
Dari gambar grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
heterokedastisitas dikarenakan pada gambar 5.5 terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.

Universitas Sumatera Utara

41

3.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai toleransi yang lebih kecil dari 0,1 atau
nilai VIF yang lebih besar dari nilai 10 dari masing-masing variabel seperti
berikut:

Tabel 5.4 Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Jagung
Varibel

Tolerance

VIF

Pendapatan
0,140
Luas Panen Jagung
0,482
Harga Domestik Jagung
0,118
Sumber : Analisis data sekunder dari lampiran 5

7,158
2,075
8,504

Adapun kriteria uji sebagai berikut,


Jika toleransi ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10: terjadi multikolinieritas



Jika toleransi > 0,1 dan VIF < 10: tidak terjadi multikolinieritas

Berdasarkan tabel 5.4, dapat dilihat bahwa faktor atau variabel pendapatan (X1),
luas panen padi (X2) dan harga Jagung (X3) masing-masing memiliki nilai VIF
yang lebih kecil dari 10 (0,1)
yakni sebesar 0,140; 0,482 dan 0,118. Dari hasil perhitungan di atas dan
berdasarkan kriteria uji dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikoliniearitas.
5.3.2 Analisis Regresi Liner Berganda
Ketersediaan jagung dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor sebagai berikut
yakni luas panen jagung, pendapatan dan harga domestik jagung. Untuk menguji

Universitas Sumatera Utara

42

pengaruh variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat maka dilakukan
pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 18.0
baik secara serempak maupun secara parsial. Adapun hasil regresi linier berganda
ketersediaan jagung dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5. Hasil Analisis Ketersediaan Jagung
Variabel

Koefisien Regresi

T Hitung

Signifikan

-3,995
4,281
3,567
2,811

0,002
0,001
0,004
0,017

(Constant)
-146060,124
Pendapatan (X1)
0,020
Luas Panen Jagung (X2)
2,663
Harga Domestik Jagung (X3)
0,087
R2
0,980
Uji F
F Hitung
178,773
F Tabel
6,22
T Tabel
2,179
Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 5

0,000

Dari tabel 5.5, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y= (-146060,124) + 0,020X1 + 2,663X2+ 0,087X3
Dimana:
Y

= Ketersediaan Jagung (Ton)

X1 = Pendapatan (Rp/Kab)
X2 = Luas Panen Jagung (Ha)
X3 = Harga Domestik Jagung (Rp/Ton)
1.

Koefisien Determinasi (R2)

Universitas Sumatera Utara

43

Dari tabel 5.5, dapat dilihat bahwa koefisien determinasi R2 (R Square) yang
diperoleh adalah sebesar 0,980. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 98% variasi
variabel terikat yaitu ketersediaan jagung telah dapat dijelaskan oleh variabel
bebas pendapatan, luas panen jagung dan harga domestik jagung atau dengan kata
lain sebesar 98% variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat
yakni ketersediaan jagung. Sedangkan sisanya 2% dipengaruhi oleh variabel
bebas atau faktor lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
2.

Uji Serempak (Uji F)

Dari hasil analisis regresi linier berganda diperolehlan F hitung sebesar 178,773
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F tabel sebesar 6,22
pada tingkat signifikansi sebesar 0,01%. Dengan demikian F hitung > F tabel dan
sig. F (0,000) ≤ 0,01, maka H0 ditolak dan H1 di terima yang artinya pendapatan,
luas panen jagungdan harga domestik jagung secara serempak berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat yakni ketersediaan jagung di Kabupaten Karo.
3.

Uji Parsial (Uji T)

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diinterprestasikan pengaruh variabel bebas
pendapatan, luas panen jagung dan harga domestik jagung dengan variabel terikat
ketersediaan jagung, yakni sebagai berikut:
1) Pengaruh Pendapatan Terhadap Ketersediaan Jagung
Nilai koefisien regresi variabel atau faktor pendapatan yakni sebesar 0,02
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara pendapatan dengan
ketersediaan jagung. Jika pendapatan naik sebesar Rp.1.000, maka ketersediaan
jagung akan bertambah sebesar 20 ton.

Universitas Sumatera Utara

44

Hubungan positif ini tidak mempunyai keterkaitan langsung, tetapi dikarenakan
peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan jumlah produksi, yang
mana pada seiring peningkatan produksi akan bertambah pada peningkatan jumlah
ketersediaan. Dengan kata lain pendapatan mempengaruhi produksi dan produksi
mempengaruhi ketersediaan. Oleh sebab itu, pendapatan mempengaruhi
ketersediaan tetapi tidak secara langsung.
Adapun nilai T hitung variabel pendapatan yakni 4,281 dan nilai T tabel sebesar
2,179 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,001 maka
sig T (0,001) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima yang artinya variabel pendapatan secara parsial berpengaruh nyata
terhadap ketersediaan jagung.
2) Pengaruh Luas Panen Jagung Terhadap Ketersediaan Jagung
Nilai koefisien regresi variabel atau faktor luas panen jagung yakni sebesar 2,663
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara jumlah penduduk dengan
ketersediaan jagung. Jika luas panen jagung naik sebesar 1 ha, maka ketersediaan
jagung akan bertambah sebesar 2,663 ton.
Luas panen jagung sangat berpengaruh terhadap produksi, dan produksi
berpengaruh terhadap ketersediaan. Sehingga luas panen jagung berpengaruh
terhadap ketersediaan jagung. Namun, ketersediaan bukan hanya di pengaruhi
oleh produksi namun dipengaruhi oleh impor dan juga cadangan pangan atau stok
akhir.

Universitas Sumatera Utara

45

Menurut UU No 18 (2012), ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya
pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta
impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Berbeda halnya dengan padi, luas panen jagung di Kabupaten Karo lebih luas
dibanding luas panen padi, sehingga produksi jagung di Kabupaten Karo lebih
tinggi. Dalam 1 ha dapat menghasilkan 8 sampai 9 ton jagung permusim tanam.
Oleh sebab itu ketersediaan jagung di Kabupaten Karo lebih tinggi dari pada
ketersediaan padi.
Adapun nilai T hitung variabel luas panen jagung yakni 3,567 dan nilai T tabel
sebesar 2,179 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar
0,004 maka sig T (0,004) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima yang artinya variabel luas panen jagung secara parsial
berpengaruh nyata terhadap ketersediaan jagung.
3) Pengaruh Harga Domestik Jagung Terhadap Ketersediaan Jagung
Nilai koefisien regresi variabel atau faktor harga domestik jagung yakni sebesar
0,087 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga domestik
jagung dengan ketersediaan jagung. Jika harga domestik jagung naik sebesar Rp.
1.000, maka ketersediaan jagung akan bertambah sebesar 81 ton.
Hubungan positif ini tidak mempunyai keterkaitan langsung, tetapi dikarenakan
peningkatan harga domestik akan meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui
peningkatan pendapatan masyarakat maka jumlah produksi juga akan meningkat,
yang mana pada seiring peningkatan produksi akan bertambah pada peningkatan

Universitas Sumatera Utara

46

jumlah ketersediaan. Dengan kata lain harga juga mempengaruhi ketersediaan,
tetapi tidak secara langsung.
Adapun nilai T hitung variabel harga domestik jagungyakni 2,881dan nilai T tabel
sebesar 2,179 maka T hitung > T tabel. Tingkat signifikansi T hitung sebesar
0,017maka sig T (0,017) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima yang artinya variabel harga domestik jagung secara parsial
berpengaruh nyata terhadap ketersediaanjagung.

Universitas Sumatera Utara

47

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut,
1.

Ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo mengalami peningkatan
dalam 15 tahun terakhir yakni dari tahun 2001 sam pai pada tahun 2015.

2.

Ketersediaan padi secara serempak dipengaruhi oleh luas panen padi,
konsumsi beras, harga domestik beras dan harga impor beras di Kabupaten
Karo. Adapun ketersediaan jagung secara serempak dipengaruhi oleh
pendapatan, luas panen jagung dan harga domestik jagung di Kabupaten
Karo.

3.

Ketersediaan padi secara parsial dipengaruhi oleh konsumsi beras dan harga
domestik beras di Kabupaten Karo. Ketersediaan jagung secara parsial
dipengaruhi oleh semua variabel yaitu variabel pendapatan, luas panen jagung
dan harga domestik jagung di Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara

48

6.2 Saran
1.

Ketersediaan sangat erat hubungannya dengan produksi. Oleh sebab itu
diperlukan peran pemerintah dalam peningkatan produksi padi dan jagung
agar dapat meningkatkan ketersediaan padi dan jagung khususnya di
Kabupaten Karo.

2.

Kepada Pemerintah, agar lebih memperhatikan peningkatan harga domestik,
sehingga dapat mendorong para petani untuk meningkatkan produksi padi dan
jagung sehingga ketersediaan padi dan jagung di Kabupaten Karo dapat
bertambah, begitu juga dengan pendapatan para petaninya.

3.

Kepada Peneliti Selanjutnya, disarankan untuk melanjutkan penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan untuk komoditi
lainnya serta diharapkan variabel dan data yang digunakan lebih banyak
sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih baik.

Universitas Sumatera Utara