Uji Aktivitas Antibakteri Serta Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat Chapter III V

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat-alat

Erlenmeyer 250 ml

Pyrex

Neraca Analitik

Tettler Toledo

Inkubator

Memmert

Inkubator Goyang

E-Scientific Labs


Lemari Es

Panasonic

Rotary Evaporator

Steward

Cawan Petri

-

Jarum Ose

-

Kertas Saring Whatmann No.14

-


Pipet Tetes

-

Spektrofotometer UV-Vis

Shimadzu

Kamera

Sony

Blender

Lux

Botol Aquadest

-


Gelas Ukur 50 ml

Pyrex

Batang Pengaduk

-

Sentrifugasi

Iwaki

Kapas

-

Universitas Sumatera Utara

Autoklaf


Sturdy

Tabung Reaksi

Pyrex

Penjepit Tabung

-

Kertas Putih

-

Gunting

-

Penggaris


-

Pinset

-

Oven

Binder

Spatula

-

Pipet Ukur

Pyrex

Jangka Sorong


-

Spectrofotometer Serapan Atom 3100

Perkin Elmer

3.2. Bahan-bahan

Biji Pepaya Bangkok

-

Daun Pepaya

-

Isolat Propionibacterium acnes

-


Aquadest

-

Etanol 98%

Teknis

NaCl 0,85 %

p.a Merck

Media Agar

-

Larutan Mac Farland

p.a Merck


NaCl

p.a Merck

Universitas Sumatera Utara

Nutrien Substrat

-

Buffer Phosfat pH 7,0

p.a Merck

3.3. Prosedur Percobaan

3.3.1. Ekstraksi Biji Pepaya (Carica papaya L. )

Dipisahkan biji buah pepaya varietas bangkok dari bagian buah lainnya, kemudian

dicuci dibawah air mengalir, ditiriskan dan dikeringkan. Biji buah pepaya kering
dipisahkan dari pengotor-pengotornya lalu dihaluskan. Serbuk biji pepaya
ditimbang sebanyak 500 gram, lalu dimaserasi dengan pelarut etanol 98%
sebanyak 2 liter selama 3 hari (72 jam) sambil diaduk. Hasil maserasi kemudian
disaring menggunakan kertas saring Whatmann no.14 lalu filtrat yang didapat
ditampung kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator hingga didapat
ekstrak etanol biji pepaya.

3.3.2. Ekstraksi Daun Pepaya (Carica papaya L.)

Dipisahkan daun pepaya dari tulang daunnya, kemudian dicuci dibawah air
mengalir, ditiriskan dan dikeringkan. Daun pepaya kering dihaluskan dan
ditimbang sebanyak 500 mg, lalu dimaserasi dengan pelarut etanol 98% sebanyak
2 liter selama 3 hari (72 jam) sambil diaduk. Hasil maserasi kemudian disaring
menggunakan kertas saring Whatmann no.14 lalu filtrat yang didapat ditampung
kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator hingga didapat ekstrak
etanol daun pepaya.

Universitas Sumatera Utara


3.3.3. Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica
papaya L.)

Konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya divariasikan menggunakan pelarut aquadest
steril. Konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya dibuat dalam 6 ml.

3.3.3.1. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya 5%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya 5% sebanyak 6 ml yaitu dengan
melarutkan 0,3 ml ekstrak etanol biji pepaya kedalam 5,7 ml aquadest steril.

3.3.3.2. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya 25%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya 25% sebanyak 6 ml yaitu
dengan melarutkan 1,5 ml ekstrak etanol biji pepaya kedalam 4,5 ml aquadest
steril.

3.3.3.3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya 50%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya 50% sebanyak 6 ml yaitu

dengan melarutkan 3 ml ekstrak etanol biji pepaya kedalam 3 ml aquadest steril.

3.3.3.4. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya 75%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya 75% sebanyak 6 ml yaitu
dengan melarutkan 4,5 ml ekstrak etanol biji pepaya kedalam 1,5 ml aquadest
steril.

Universitas Sumatera Utara

3.3.3.5. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya 100%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya 100% sebanyak 6 ml yaitu
dengan mengambil 6 ml ekstrak etanol biji pepaya tanpa dilarutkan dengan
aquadest steril.

3.3.4. Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica
papaya L.)
Konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya divariasikan menggunakan pelarut
aquadest steril. Konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya dibuat dalam 6 ml.

3.3.4.1. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya 5%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya 5% sebanyak 6 ml yaitu
dengan melarutkan 0,3 ml ekstrak etanol daun pepaya kedalam 5,7 ml aquadest
steril.

3.3.4.2. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya 25%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya 25% sebanyak 6 ml yaitu
dengan melarutkan 1,5 ml ekstrak etanol daun pepaya kedalam 4,5 ml aquadest
steril.

3.3.4.3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya 50%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya 50% sebanyak 6 ml yaitu
dengan melarutkan 3 ml ekstrak etanol daun pepaya kedalam 3 ml aquadest steril.

Universitas Sumatera Utara

3.3.4.4. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya 75%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya 75% sebanyak 6 ml yaitu
dengan melarutkan 4,5 ml ekstrak etanol daun pepaya kedalam 1,5 ml aquadest
steril.

3.3.4.5. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya 100%

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol daun pepaya 100% sebanyak 6 ml yaitu
dengan mengambil 6 ml ekstrak etanol daun pepaya tanpa dilarutkan dengan
aquadest steril.

3.3.5. Persiapan Pengujian Aktivitas Antibakteri

3.3.5.1. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Medium Nutrient Agar (NA) dibuat dengan komposisi sebagai berikut : nutrien
substrat berupa ekstrak beef dan pepton masing-masing 10 gram, NaCl 5 gram
dan agar 15 gram. Ditimbang stok sesuai kebutuhan dimasukan kedalam
erlenmeyer kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 1000 ml dan dipanaskan
sampai mendidih kemudian mulut tabung disumbat dengan kapas, lalu ditutup
dengan kertas. Disterilkan ke dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
Setelah keluar dari autoklaf dibiarkan dingin ± 45oC kemudian dituang pada
cawan petri masing-masing ±20 ml lalu dibiarkan dingin.

3.3.5.2. Sterilisasi Alat

Cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, penjepit, spatula, media Agar, dan
seluruh alat dan bahan (kecuali ekstrak) yang akan digunakan dicuci bersih,
dikeringkan dan dibungkus dengan kertas. Kemudian disterilisasi di dalam

Universitas Sumatera Utara

autoclave selama 30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm)
dan suhu sebesar 121oC.

3.3.5.3. Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes

Biakan Propionibacterium acnes diambil menggunakan jarum ose, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan garam fisiologis
(NaCl) 0,85% lalu dibandingkan kekeruhannya dengan larutan Standar Mac
Farland 0,5 (1,5×108 CFU/ml) dengan latar belakang kertas putih, apabila suspensi
bakteri kurang keruh ditambah koloni sedangkan apabila lebih keruh ditambah
NaCl Fisiologis 0,85%.

3.3.5.4. Inokulasi Bakteri Propionibacterium acnes

Kapas ulas steril dicelupkan kedalam suspensi bakteri uji, kemudian diputar
beberapa kali dan ditekan ke dinding tabung diatas cairan untuk menghilangkan
inokulum yang berlebihan. Selanjutnya kapas tersebut dioleskan ke permukaan
media Nutrient Agar (NA) dalam cawan petri sebanyak dua kali yaitu secara
horizontal dan vertikal agar pertumbuhan bakteri merata. Media Nutrient Agar
(NA) yang telah dipulas dengan suspensi bakteri tersebut dibiarkan diatas meja
selama 5-15 menit supaya suspensi bakteri berdifusi kedalam Agar. Media
tersebut lalu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.

3.3.5.5. Pembuatan Cakram Kertas

Diambil kertas whatmann no.14 lalu dibuat 10 buah cakram kertas berukuran 6
mm untuk 10 sampel ekstrak daun dan biji pepaya konsentrasi 5%, 25%, 50%,
75% dan 100%. Tiap-tiap cakram kertas kosong sebelumnya dipanaskan dalam
oven pada suhu 70oC selama 15 menit.

Universitas Sumatera Utara

3.3.6. Uji Aktivitas Antibakteri Metode Cakram Kertas (Kirby-Bauer)

Cakram kertas direndam di dalam sampel ekstrak etanol biji dan daun pepaya
yang sudah dibuat dengan berbagai konsentrasi, sampai cakram kertas tidak bisa
lagi meresap dalam larutan selama 15 menit. Kemudian ditiriskan sampai tidak
ada larutan yang menetes. Masing-masing cakram kertas tersebut diletakkan pada
media Nutrient Agar (NA) dalam cawan petri yang telah dipulas dengan suspensi
bakteri menggunakan pinset steril. Cawan petri kemudian diinkubasi dalam
inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi, diamati dan diukur
lebar daerah hambat dari zona terang yang terbentuk di sekeliling cakram kertas
menggunakan jangka sorong.

3.3.7. Analisa Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji dan Daun Pepaya
(Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes

Analisa pengaruh pemberian ekstrak etanol daun dan biji pepaya dilakukan
terhadap sampel dengan nilai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) terendah.
Nilai KHM dinyatakan sebagai konsentrasi terendah ekstrak etanol daun dan biji
pepaya yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji. Dari data zona
hambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes, diperoleh KHM terendah
pada sampel ekstrak etanol biji pepaya konsentrasi 25% dengan zona hambat
sebesar 8,18 mm.

3.3.7.1. Analisa Asam Nukleat dan Protein

Suspensi bakteri Propinibacterium acnes yang telah diinkubasi selama 18 jam
dalam media Nutrient broth diambil sebanyak 10 ml. Sentrifuse dengan kecepatan
3500 rpm selama 15 menit. Kemudian filtrat dibuang dan pellet dalam tabung
dicuci dengan buffer phospat pH 7,0 sebanyak 2 kali. Pellet disuspensikan ke
dalam larutan buffer phospat lalu ditambahkan sampel ekstrak etanol biji pepaya
25% dengan dosis 1 KHM, 2 KHM dan kontrol (tanpa larutan sampel) hingga 10

Universitas Sumatera Utara

ml. Diinkubasi selama 18-24 jam dalam inkubator goyang 150 rpm. Suspensi
kemudian disentrifuse kembali selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm, dan
diambil

cairan

supernatan.

Selanjutnya

absorbansi

diukur

dengan

Spektrofotometer UV pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm.

3.3.7.2. Analisa Ion Logam
Analisa ion logam yang diukur adalah dalam bentuk ion K+ dan Ca2+ yang berasal
dari sel bakteri akibat perlakuan dengan ekstrak etanol biji pepaya 25%. Sampel
untuk analisa ion logam berupa supernatan yang berasal dari perlakuan analisa
asam nukleat dan protein. Supernatan dianalisa dengan menggunakan Atomic
Absoption Spectroscopy (AAS) Perkin Elmer.

Universitas Sumatera Utara

3.4 Bagan Percobaan

3.4.1. Bagan Ekstraksi Biji Pepaya (Carica papaya L.)
Biji Pepaya
Dicuci dibawah air mengalir
Dikeringkan
Dipisahkan dari zat pengotor
Dihaluskan
Serbuk Biji Pepaya
Ditimbang 500 gram
Dimaserasi

menggunakan

etanol

sebanyak 2 liter selama 3 hari (72 jam)
sambil diaduk
Disaring menggunakan kertas saring
Whatmann no.14

Filtrat

Endapan

Dipekatkan dengan rotary
evaporator
Ekstrak etanol biji
pepaya

Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Bagan Ekstraksi Daun Pepaya (Carica papaya L.)

Daun Pepaya
Dipisahkan dari tulang daun
Dicuci dibawah air mengalir
Dikeringkan
Dihaluskan
Serbuk Daun Pepaya
Ditimbang 500 gram
Dimaserasi

menggunakan

etanol

sebanyak 2 liter selama 3 hari (72 jam)
sambil diaduk
Disaring menggunakan kertas saring
Whatmann no.14

Filtrat

Endapan

Dipekatkan dengan rotary
evaporator
Ekstrak etanol daun
pepaya

Universitas Sumatera Utara

3.4.3. Bagan Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya

Ekstrak Etanol
Biji Pepaya

Aquadest

Diukur sebanyak 0,3 ml

Diukur sebanyak
5,7 ml

Dimasukkan ke dalam
wadah
Diaduk hingga homogen
6 ml Ekstrak etanol
biji pepaya 5 %

Dilakukan prosedur yang sama untuk pembuatan variasi konsentrasi 25%, 50%,
75%, dan 100% ekstrak etanol biji pepaya 6 ml.
1. Diganti dengan 1,5 ml ekstrak etanol biji pepaya dan 4,5 ml aquadest
untuk konsentrasi 25% ekstrak etanol biji pepaya 6 ml.
2. Diganti dengan 3 ml ekstrak etanol biji pepaya dan 3 ml aquadest
untuk konsentrasi 50% ekstrak etanol biji pepaya 6 ml.
3. Diganti dengan 4,5 ml ekstrak etanol biji pepaya dan 1,5 ml aquadest
untuk konsentrasi 75% ekstrak etanol biji pepaya 6 ml.
4. Diganti dengan 6 ml ekstrak etanol biji pepaya tanpa aquadest untuk
konsentrasi 100% ekstrak etanol biji pepaya 6 ml.

Universitas Sumatera Utara

3.4.4. Bagan Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya

Ekstrak Etanol
Daun Pepaya

Aquadest

Diukur sebanyak 0,3 ml

Diukur sebanyak
5,7 ml

Dimasukkan ke dalam
wadah
Diaduk hingga homogen
6 ml Ekstrak etanol
daun pepaya 5 %

Dilakukan prosedur yang sama untuk pembuatan variasi konsentrasi 25%, 50%,
75%, dan 100% ekstrak etanol daun pepaya 6 ml.
1. Diganti dengan 1,5 ml ekstrak etanol daun pepaya dan 4,5 ml aquadest
untuk konsentrasi 25% ekstrak etanol daun pepaya 6 ml.
2. Diganti dengan 3 ml ekstrak etanol daun pepaya dan 3 ml aquadest
untuk konsentrasi 50% ekstrak etanol daun pepaya 6 ml.
3. Diganti dengan 4,5 ml ekstrak etanol daun pepaya dan 1,5 ml aquadest
untuk konsentrasi 75% ekstrak etanol daun pepaya 6 ml.
4. Diganti dengan 6 ml ekstrak etanol daun pepaya tanpa aquadest untuk
konsentrasi 100% ekstrak etanol daun pepaya 6 ml.

Universitas Sumatera Utara

3.4.5. Bagan Persiapan Uji Aktivitas Antibakteri
3.4.5.1. Bagan Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Natrium Klorida
Ditimbang
sebanyak 5 gram

Nutrient Substrat

Agar
Ditimbang

Ditimbang

sebanyak 15 gram

sebanyak 20 gram

Dimasukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan aquadest 1000 ml
Dipanaskan hingga mendidih
Disumbat mulut erlenmeyer dengan kapas lalu
ditutup dengan kertas
Disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC
selama 15 menit
Dikeluarkan dari autoklaf
Dibiarkan dingin hingga suhu ± 45oC
Dituang pada cawan petri sebanyak ± 20 ml
Media Nutrient Agar (NA)

Universitas Sumatera Utara

3.4.5.2. Bagan Sterilisasi Alat

Peralatan Uji Antibakteri
Dicuci bersih
Dikeringkan
Dibungkus dengan kertas
Disterilisasi di dalam autoclave selama 30
menit dengan mengatur tekanan sebesar 15
dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 121oC
Hasil

3.4.5.3. Bagan Pembuatan Suspensi Bakteri Propionibacterium acnes

Biakan
Propionibacterium acnes
`

Diambil menggunakan jarum ose
Dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
berisi 10 ml larutan garam fisiologis (NaCl)
0,85%
Dibandingkan kekeruhannya dengan larutan
Standar Mac Farland 0,5 (1,5×108 CFU/ml)
dengan latar belakang kertas putih

Suspensi Bakteri
Propionibacterium acnes

Universitas Sumatera Utara

3.4.5.4. Bagan Inokulasi Bakteri Propionibacterium acnes

Kapas Ulas Steril
Dicelupkan

kedalam

suspensi

bakteri

Propionibacterium acnes
Diputar beberapa kali dan ditekan ke dinding
tabung diatas cairan untuk menghilangkan
inokulum yang berlebihan
Dioleskan kapas ke permukaan media Nutrient
Agar

(NA)

dalam

cawan

petri

secara

horizontal dan vertikal
Dibiarkan diatas meja selama 5-15 menit
supaya suspensi bakteri berdifusi kedalam agar
Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC
selama 24 jam
Hasil

3.4.5.5. Bagan Pembuatan Cakram Kertas

Kertas Saring
Whatmann No.14
Diukur masing-masing 6 mm
Digunting
Dipanaskan dalam oven pada suhu 70oC
selama 15 menit.
Hasil

Universitas Sumatera Utara

3.4.6. Bagan Uji Aktivitas Antibakteri Metode Cakram Kertas (Kirby-Bauer)

Cakram Kertas
Direndam di dalam sampel ekstrak etanol
biji dan daun pepaya yang sudah dibuat
dengan berbagai konsentrasi selama 15
menit
Ditiriskan sampai tidak ada larutan yang
menetes
Diletakkan pada media Nutrient Agar
(NA) dalam cawan petri yang telah
dipulas

dengan

suspensi

bakteri

menggunakan pinset steril
Diinkubasi dalam inkubator selama 24
jam pada suhu 37oC
Diamati dan diukur lebar daerah hambat
dari zona terang yang terbentuk di
sekeliling cakram kertas menggunakan
jangka sorong
Hasil

Universitas Sumatera Utara

3.4.7. Bagan Analisa Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji dan Daun
Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes

3.4.7.1. Bagan Analisa Asam Nukleat dan Protein
Suspensi Bakteri
Propionibacterium acnes
Diinkubasi selama 18 jam dalam media
Nutient broth
Diambil sebanyak 10 ml
Disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm
selama 15 menit
Disaring
Pellet

Filtrat
Dicuci dengan buffer phospat pH 7,0 sebanyak 2 kali
Disuspensikan ke dalam larutan buffer phospat
Ditambahkan sampel ekstrak etanol biji pepaya 25% dengan dosis
1 KHM hingga 10 ml
Diinkubasi selama 18-24 jam dalam inkubator goyang 150 rpm
Disentrifuse kembali selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm
Diambil cairan supernatan
Diukur dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang 260
nm dan 280 nm

Hasil

-

Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel ekstrak etanol biji pepaya
25% dengan dosis 2 KHM.

-

Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan blanko (tanpa larutan
sampel).

Universitas Sumatera Utara

3.4.7.2. Bagan Analisa Ion Logam
Supernatan Hasil Analisa Asam
Nukleat dan Protein

Dianalisis
Atomic

Absoption

dengan

menggunakan

Spectroscopy

(AAS)

Perkin Elmer.

Hasil

Universitas Sumatera Utara

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1. Uji Aktivitas Antibakteri Metode Cakram Kertas (Kirby-Bauer)
4.1.1.1 Data Hasil Pengukuran Zona Hambat

Dari hasil pengujian aktivitas antibakteri sampel berupa ekstrak etanol daun dan
biji pepaya (Carica papaya L.), didapat hasil pengukuran zona hambat yang
terbentuk pada media Nutrient Agar (NA) untuk masing-masing sampel disajikan
pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Zona Hambat Ekstrak Etanol Biji dan
Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Konsentrasi

Zona Hambat Ekstrak

Zona Hambat Ekstrak

Ekstrak

Etanol Daun Pepaya (mm)

Etanol Biji Pepaya (mm)

5%

0

0

25 %

0

8,18

50 %

8,30

8,20

75 %

8,35

12,18

100 %

12, 28

12, 30

Penentuan diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan metode
difusi agar yaitu dengan cara melihat zona bening dan mengukur diameter zona
bening tersebut menggunakan jangka sorong. Zona bening yang terbentuk pada
media Nutrient Agar (NA) yang telah diberikan ekstrak etanol daun dan biji

Universitas Sumatera Utara

pepaya (Carica papaya L.) sebagai bahan antibakteri dapat dilihat pada gambar
4.1 dan 4.2 berikut :

Gambar 4.1. Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Pepaya

Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Etanol Biji Pepaya

Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Analisa Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun dan Biji Pepaya
Terhadap Propionibacterium acnes

Analisa pengaruh pemberian ekstrak etanol daun dan biji pepaya dilakukan
terhadap sampel dengan nilai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) terendah.
Nilai KHM dinyatakan sebagai konsentrasi terendah ekstrak etanol daun dan biji
pepaya yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji. Dari data zona
hambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes, diperoleh KHM terendah
pada sampel ekstrak etanol biji pepaya konsentrasi 25% dengan zona hambat
sebesar 8,18 mm.

4.1.2.1. Data Analisa Asam Nukleat dan Protein

Data hasil pengukuran absorbansi suspensi bakteri Propionibacterium acnes yang
diberikan sampel ekstrak etanol biji pepaya konsentrasi 25% sebagai KHM
terendah dengan menggunakan spektrofotometri UV pada panjang gelombang (λ)
260 nm dan 280 nm dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Suspensi Bakteri PA + Ekstrak
Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) 25%
Absorbansi
Perlakuan

Panjang Gelombang

Panjang Gelombang

(λ) 260nm

(λ) 280nm

Blanko

0,512

0,406

1 KHM

2,601

2,733

2 KHM

2,777

2,809

Nilai 1 KHM yaitu nilai 25% dari ekstrak etanol biji pepaya dari
keseluruhan jumlah sampel yaitu 6 ml sehingga didapat nilai 1 KHM yaitu 1,5 ml

Universitas Sumatera Utara

ekstrak etanol biji pepaya, kemudian diperoleh pula nilai 2 KHM yaitu 3 ml
ekstrak etanol biji pepaya. Sedangkan untuk larutan blanko tidak diberikan
ekstrak etanol biji pepaya didalamnya.

4.1.2.2. Data Analisa Ion Logam
Data hasil pengukuran konsentrasi ion Ca2+ dan K+ yang terdeteksi dari suspensi
bakteri Propionibacterium acnes yang ditambahkan sampel ekstrak etanol biji
pepaya konsentrasi 25% sebagai KHM terendah dengan menggunakan
spektrofotometri serapan atom dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Data Hasil Pengukuran Konsentrasi Ion Ca2+ dan Ion K+
Konsentrasi (ppm)
Perlakuan

Ion Ca2+

Ion K+

Blanko

3,1882

1416, 0349

1 KHM

35,2013

3141,0004

2 KHM

47,3885

8964,1591

4.2. Pembahasan

Salah satu tanaman obat Indonesia yang telah banyak dikenal khasiat dan
kegunaannya adalah pepaya (Carica papaya L). Pemanfaatan tanaman pepaya
sebagai pengobatan tradisional ini disebabkan adanya sejumlah senyawa pada
bagian-bagian tanaman tersebut yang memiliki berbagai khasiat, salah satu yang
telah banyak dibuktikan adalah khasiatnya sebagai bahan antibakteri. Pada bagian
bijinya, senyawa yang diduga berpotensi sebagai antibakteri adalah alkaloid,
flavonoid, saponin dan tanin (Taufiq dkk, 2015). Daun pepaya yang masih segar
juga diketahui banyak menghasilkan getah berwarna putih yang mengandung

Universitas Sumatera Utara

enzim pemecah protein atau proteolitik yang disebut enzim papain, enzim ini
diketahui ampuh untuk menghambat laju pertumbuhan berbagai jenis bakteri.

Pada penelitian ini telah dilakukan ekstraksi daun dan biji pepaya,
pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan biji pepaya, serta analisa
pengaruh pemberian ekstrak sampel dengan nilai Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) terendah terhadap bakteri uji. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri
penyebab jerawat, Propionibacterium acnes.

Pembuatan ekstrak daun dan biji pepaya (Carica papaya L.) dilakukan
dengan menggunakan metode maserasi. Maserasi adalah pengekstrakan simplisia
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan pada temperatur ruang
(kamar) dengan penggantian pelarut beberapa kali sampai agak jernih. Metode
maserasi digunakan karena memiliki keuntungan yaitu menggunakan peralatan
sederhana, efisien dalam segi waktu, dan baik untuk senyawa-senyawa yang tidak
tahan terhadap panas. Pelarut yang digunakan adalah etanol 98%, karena
merupakan pelarut yang bersifat polar, universal dan mudah didapat serta
merupakan pelarut yang sering digunakan pada saat melakukan ekstraksi.
Maserasi dilakukan selama 72 jam, kemudian seluruh filtrat yang diperoleh
dipekatkan dengan menggunakan rotari evaporator hingga diperoleh ekstrak
kental.

Pengujian antibakteri ekstrak daun dan biji pepaya dilakukan dengan
metode difusi cakram kertas (Kirby-Bauer) menggunakan media Nutrient Agar
(NA). Ekstak etanol daun dan biji pepaya dibuat dalam variasi konsentrasi 5%,
25%, 50%, 75% dan 100%. Data dan gambar hasil zona hambat dapat terlihat
pada tabel 4.1 serta gambar 4.1 dan gambar 4.2. Menurut Rosyidah dkk (2010),
zona bening di sekitar disk menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Luas zona
bening tersebut sangat dipengaruhi oleh daya antibakteri sampel ekstrak yang
diberikan. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri berdasarkan diameter
zona bening terdiri atas 4 kelompok yaitu respon lemah (diameter≤5 mm), sedang

Universitas Sumatera Utara

(diameter 5-10 mm), kuat (diameter 10-20 mm), dan sangat kuat (diameter ≥20
mm). Berdasarkan klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri, maka
sampel ekstrak etanol daun pepaya dan biji pepaya dapat diklasifikasikan
memiliki respon yang sedang hingga kuat dalam menghambat pertumbuhan
Propionibacterium acnes.

Hasil zona hambat pada tabel 4.1 juga menunjukkan, semakin tinggi
konsentrasi, semakin besar zona hambat yang terbentuk di sekeliling kertas
cakram. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan (1988), bahwa
semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakteri maka aktivitas antibakterinya
semakin kuat. Menurut Roslizawaty dkk (2013), meningkatnya konsentrasi zat
menyebabkan meningkatnya kandungan senyawa aktif yang berfungsi sebagai
antibakteri, sehingga kemampuan dalam membunuh suatu bakteri juga semakin
besar. Hasil ini dapat terlihat pada gambar 4.3 di bawah ini :

14

Zona Hambat (mm)

12
10

Zona Hambat Ekstrak
Etanol Daun Pepaya (mm)
Zona Hambat Ekstrak
Etanol Biji Pepaya (mm)

8
6
4
2
0
5%

25%

50%

75%

100%

Konsentrasi Ekstrak
Gambar 4.3 Histogram Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Biji
Pepaya

Universitas Sumatera Utara

Konsentrasi mikrobia pada permukaan medium juga memengaruhi ukuran
zona hambat. Semakin tinggi konsentrasi mikrobia maka zona penghambatan
akan semakin kecil. Faktor lain yang juga memengaruhi ukuran zona hambat
adalah volume medium pada cawan petri. Semakin besar jumlah volume medium
yang dituang pada petri tentunya mengakibatkan semakin tebal medium pada
petri. Semakin besar jumlah volume medium pada petri maka zona hambat akan
semakin kecil karena wilayah yang harus dijangkau juga semakin besar.

Hasil analisis fitokimia pada daun pepaya (Carica papaya L.) yang
dilakukan A’yun dan Layla (2015) menunjukkan bahwa daun pepaya (Carica
papaya L.) positif mengandung alkaloid, triterpenoid, steroid, flavonoid, saponin,
dan tanin. Sedangkan pada analisis fitokimia yang dilakukan Taufiq dkk (2015)
menunjukkan bahwa biji pepaya hitam mengandung alkaloid, flavonoid, saponin
dan tanin. Sehingga pemberian ekstrak daun dan biji pepaya yang mengandung
senyawa-senyawa antibakteri tersebut diduga dapat menyebabkan mempengaruhi
permeabilitas sel bakteri Propionibacterium acnes.

Menurut

Pelczar

dan

Chan

(1988),

untuk

dapat

membunuh

mikroorganisme, sampel uji harus masuk ke dalam sel melalui dinding sel.
Struktur dinding sel bakteri dapat menentukan penetrasi dari suatu zat, ikatan dan
aktivitas senyawa antibakteri. Bakteri Propionibacterium acnes merupakan
bakteri gram positif yang memiliki struktur dinding sel dengan lebih banyak
peptidoglikan, sedikit lipid dan mengandung polisakarida (asam teikoat). Asam
teikoat merupakan polimer yang larut dalam air, yang berfungsi sebagai transpor
ion positif untuk keluar masuk zat. Sifat larut air inilah yang menunjukkan bahwa
dinding sel bakteri gram positif lebih bersifat polar (Sudewi dan Lolo, 2016).
Ekstrak sampel yang digunakan berupa daun dan biji pepaya mengandung
senyawa flavonoid yang bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan
peptidoglikan yang bersifat polar pada dinding sel bakteri. Sedangkan senyawa
terpenoid yang juga terdapat dalam ekstrak daun dan biji papaya mudah larut
dalam lapisan lipid sel bakteri yang bersifat nonpolar.

Universitas Sumatera Utara

Secara umum struktur sel bakteri terdiri dari kapsul sebagai lapisan terluar
pelindung dinding sel, dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan sebagai
pelindung bentuk sel serta membran sitoplasma yang tersusun dari senyawa
fosfolipid dan protein berfungsi sebagai pembungkus sitoplasma yang
mengandung molekul organik seperti lemak, protein, karbohidrat, dan garamgaram mineral, enzim, DNA, klorosom (pada bakteri fotosintetik), dan ribosom
dan mengatur pertukaran zat yang berada di dalam sel dengan zat yang ada diluar
sel. Ion Ca2+ pada bakteri berfungsi menjaga kestabilan dinding sel, sedangkan
kestabilan permeabilitas membran sel bakteri juga dipengaruhi oleh konsentrasi
ion K+ pada cairan sitoplasma. Membran sitoplasma berperan dalam
mempertahankan keutuhan struktur sel dan berfungsi dalam transport nutrient
secara selektif ke dalam sel, juga tempat melekatnya enzim-enzim yang terlibat
dalam biosintesis dinding sel. Bila membran tersebut rusak, maka fungsi sel
terganggu yang mengakibatkan pertumbuhan sel terhambat ataupun mati
(Miksusanti et al, 2008).

Berdasarkan hasil analisa menggunakan spektrofotometer uv-vis pada
suspensi bakteri Propionibacterium acnes yang telah diberikan eksrak etanol biji
pepaya 25%, menunjukkan data nilai absorbansi yang cukup tinggi pada panjang
gelombang 260 nm dan 280 nm. Menurut Miksusanti, et al (2008), senyawasenyawa yang memberikan serapan pada panjang gelombang 260 nm adalah RNA
dan DNA, sedangkan senyawa

yang memberikan serapan pada panjang

gelombang 280 nm adalah protein. Dari terdeteksinya asam nukleat dan protein
melalui analisa spektrofotometer uv-vis tersebut, dapat diduga bahwa sel bakteri
mengalami kerusakan membran sel sehingga menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan serta kematian sel.

Meningkatnya nilai absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dan 280
nm seiring meningkatnya konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya 25% yang
diberikan dapat terlihat pada gambar 4.4 berikut :

Universitas Sumatera Utara

3

2,5

Absorbansi

2

1,5

Absorbansi Panjang
Gelombang 260 nm

1

Absorbansi Panjang
Gelombang 280 nm

0,5

0
Kontrol

1 KHM

2 KHM

Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya 25%
Gambar 4.4 Histogram Absorbansi Asam Nukleat (260 nm) dan Protein (280
nm)

Pemberian ekstrak etanol biji pepaya 25% yang mengandung senyawa
golongan fenol seperti flavonoid dan alkaloid pada konsentrasi KHM, juga dapat
diduga mengakibatkan keluarnya ion-ion logam yang berada di dalam sitoplasma
khususnya ion kalium (K+) dan kalsium (Ca2+). Substansi fenol dalam konsentrasi
tinggi akan mengkoagulasi protein dalam sel. Sedangkan dalam kosentrasi rendah,
mengakibatkan bocornya isi sitoplasma (Pelczar dan Chan, 1988). Terdeteksinya
isi sitoplasma pada sel Propionibacterium acnes khususnya ion K+ dan Ca2+
melalui analisa menggunakan spectrophotometer serapan atom dapat terlihat pada
tabel 4.3 dan peningkatan konsentrasi K+ dan Ca2+ di luar sel seiring
meningkatnya konsentrasi ekstrak biji etanol pepaya 25% yang diberikan dapat
terlihat pada gambar 4.5 dan 4.6 berikut :

Universitas Sumatera Utara

Konsentrasi ion Ca2+ (ppm)

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Kontrol

1 KHM

2 KHM

Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya 25%
Gambar 4.5 Histogram Konsentrasi Ion Ca2+

10000

Konsentrasi Ion K+ (ppm)

9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Kontrol

1 KHM

2 KHM

Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji Pepaya 25%
Gambar 4.6 Histogram Konsentrasi Ion K+

Universitas Sumatera Utara

Peningkatan konsentrasi Ca2+ dan K+ di luar menunjukkan meningkatnya
perubahan permeabilitas membran sel bakteri. Ion Ca2+ berperan untuk menjaga
kestabilan dinding bakteri, sehingga dengan keluarnya ion tersebut dari sel, maka
kestabilan dinding sel akan terganggu dan selanjutnya akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan bakteri yang berujung pada kematian sel (Suliantari,
2009).

Universitas Sumatera Utara

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun dan biji pepaya, maka
semakin

tinggi

daya

hambatnya

terhadap

pertumbuhan

bakteri

Propionibacterium acnes.
2. Ekstrak etanol biji pepaya lebih baik daya hambatnya terhadap P.acnes
dibandingkan

ekstrak

etanol

daun

pepaya

dikarenakan

mampu

menghasilkan zona hambat mulai dari konsentrasi 25% yaitu sebesar 8,
18mm. Sedangkan ekstrak etanol daun pepaya mampu menghasilkan zona
hambat dimulai dari konsentrasi 50%.
3. Ekstrak etanol biji dan daun pepaya (Carica papaya L.) diduga mampu
mempengaruhi permeabilitas sel bakteri Propionibacterium acnes yang
ditandai dengan terdeteksinya asam nukleat, protein serta ion logam (K+
dan Ca2+) dari sel P.acnes yang telah diberikan ekstrak etanol biji papaya
25%.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan penelitian untuk memisahkan masing-masing
senyawa yang terkandung pada daun dan biji pepaya untuk dapat
menentukan aktivitas antibakteri dari masing-masing senyawa tersebut.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan ekstrak
daun dan biji pepaya apabila diaplikasikan sebagai sabun ataupun masker
anti jerawat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Metanol Dan Ekstrak n-Heksana Daun Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Jumlah Dan Hitung Jenis Leukosit Pada Tikus Wistar Jantan Setelah Diinduksi Karagenan

5 48 86

Uji Antimuagenik Ekstrak Etanol Bunga Jantan Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Jantan yang Diinduksi dengan Siklofosfamid

3 63 76

Penentuan Dosis Insektisida Nabati Ekstrak Air Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Larva Buah Jeruk

1 54 69

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji Aktivitas Antibakteri Serta Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat

0 1 14

Uji Aktivitas Antibakteri Serta Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat

0 0 2

Uji Aktivitas Antibakteri Serta Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat

0 0 6

Uji Aktivitas Antibakteri Serta Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat

2 5 29

Uji Aktivitas Antibakteri Serta Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat

2 8 3

Uji Aktivitas Antibakteri Serta Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat

0 0 5