Penentuan Dosis Insektisida Nabati Ekstrak Air Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Larva Buah Jeruk

(1)

PENENTUAN DOSIS INSEKTISIDA NABATI

EKSTRAK AIR DAUN PEPAYA (

Carica papaya

L.)

TERHADAP LARVA BUAH JERUK

SKRIPSI

Diajukan u Uta

OLEH:

RATNA

NIM 121524170

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENENTUAN DOSIS INSEKTISIDA NABATI

EKSTRAK AIR DAUN PEPAYA (

Carica papaya

L.)

TERHADAP LARVA BUAH JERUK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

RATNA

NIM 121524170

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENENTUAN KONSENTRASI INSEKTISIDA NABATI

ESTRAK AIR DAUN PEPAYA (

Carica papaya

L.)

TERHADAP LARVA BUAH JERUK

OLEH: RATNA NIM 121524170

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 26 November 2015

Pembimbing I, PanitiaPenguji,

Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. Dr. Panal Sitorus, M.si., Apt. NIP130935857 NIP 195310301980031002

Pembimbing II, Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. NIP130935857

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195208241983031001

Aminah Dalimunthe,S.Si.,M.Si., Apt. NIP197806032005012004

Medan, Desember 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang berjudul

“Penentuan Dosis Insektisida Nabati Ekstrak Air Daun Pepaya (Carica papaya L.)

Terhadap Larva Buah Jeruk”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. dan Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M. S., Apt., sebagai Pejabat Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh staf pengajar, pegawai tata usaha dan teman-teman yang telah membantu selama penelitian hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang tulus kepada Alm Ayahanda H.M Nur A.Bakar dan Ibunda H.Ita Juari Hasan dan kakak Nurita, kakak Tuah, Kak Yun, adik Ayu dan adik Nisaul, serta


(5)

teman-temanku Ekstensi Farmasi 2012 terima kasih atas doa dan semangatnya kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesai penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2015 Penulis,

Ratna


(6)

PENENTUAN DOSIS INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK AIR DAUN PEPAYA ( Carica papaya L.)

TERHADAP LARVA BUAH JERUK

ABSTRAK

LatarBelakang: Penggunaan insektisida sintetik secara terus-menerus dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Diperlukan alternatif pengendalian.Daun pepaya(Carica papaya L.) dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati memiliki kandungan bahan aktif enzim papain, alkaloid, flavonoid, polifenol, kuinon, danterpenoid.

Tujuan: mengetahui pengaruh ekstrak air daun pepaya terhadap kematian larva buah jerukdan mengetahui dosis efektif dari ektrak air daun pepaya yang tepat sebagai insektisida nabati.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Pengujian ini menggunakan larva buah jeruk terdiri dari 8 kelompok yang masing-masing berisikan 10 ekor larva yang diberi sipermetrin (kontrol positif), kontrol negatif (deterjen ditambah akuades), 14.062,5 ppm, 28,125 ppm,56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm, dilakukan pengamatan selama 24 jamdan tiap kelompok dilakukan 5 kali pengulangan serta dicatat kematiannya. Data dianalisis statistik dengan metode ANOVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan ujiTukey.Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)versi 17.

Hasil: Hasil pengamatan terhadap kematian hewan menunjukkan pada konsentrasi 14.062,5 ppm dan kontrol negatif (deterjen ditambah akuades) tidak terjadi kematian larva buah jeruk. Pada konsentrasi 28.125 ppm terjadi kematian larva buah jeruk sebanyak 1 ekor larva, konsentrasi 56.250 ppm sebanyak 5 ekor larva, konsentrasi 112.500 ppm sebanyak 6 ekor larva dan pada pemberian sipermetrin (kontrol positif), konsentrasi 450.000 ppm dan 225.000 ppm sebanyak 10 ekor larva. Penelitian ini menunjukkan kematian hewan dimulai dari konsentrasi 28.125 ppm.

Kesimpulan: penelitian ini menunjukkan bahwa daun pepaya (Carica papaya L.) mempunyai dosis efektif sebagai insektisida nabati terhadap larva buah jeruk yaitu 28.125 ppm.


(7)

DETERMINATION OF NATURAL INSECTICIDE DOSE WATER EXTRACT PAPAYA LEAVES (Carica papaya L.)

ON LARVAECITRUSFRUIT

ABSTRACT

Background: The use ofsynthetic insecticides on an ongoing basis can have a negative impact on human health and the environment. Required control alternative. Papaya leaves(Carica papaya L.)can be developedas aninsecticide active ingredient vegetable contains the enzyme papain, alkaloids, flavonoids, polyphenols, quinones, and terpenoids.

Purpose: determine the effectof water extract papaya leaves mortality on larvae citrus fruit and Effective doses of water extract papaya leaves right as natural insecticide.

Method: This research uses experimental method. This test uses the larvae citrus fruit consists of 8 groups, each containing 10 larvae were given sipermetrin (positive control), negative control (deterjen and aquadest), 14.062,5 ppm, 28.125 ppm, 56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm, observationfor 24 hours and each group performed five repetitions and recorded his death. Data were analyzed statistically by using ANOVA (analysis of variance) followed by Tukey test. This statistical analysis using SPSS (Statistical Product and Service Solution)

version 17.

Result: The observation of the death of the animal showed that concentration of 14.062,5 ppm and distilled negative control (deterjen and aquadest) was not found the death of larvae citrus fruits. At a concentration of 28.125 ppm found the death larvae citrus fruitas much as 1 larvae, the concentration of 56.250 ppm as much as 5 larvae, the concentration of 112.500 ppm as much as 6 larvae and the granting sipermetrin (positive control), the concentration of 450.000 ppm and 225.000 ppm as much as 10 animals larvae. This study showed the animal's death starts from 28.125 ppm.

Conclusion: this study proved that papaya leaves (Carica papaya L.) has effective dose as a natural insektiside on larvae citrus fruit at of 28.125 ppm.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tanaman Pepaya ... 6

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ... 6


(9)

2.1.3 Deskripsi Tanaman ... 6

2.1.4 Kandungan Kimia ... 7

2.1.5 Manfaat Tanaman ... 7

2.2 Estrak ... 8

2.3 Insektisida ... 10

2.4 Dampak Negatif Insektisida ... 11

2.5 Uji Toksisitas ... 13

2.5.1 Uji Toksisitas Akut ... 13

2.5.2 Lethal Concentration (LC50) ... 14

2.6 Uji Aktivitas Enzim Papain ... 15

2.7 Larva Buah Jeruk ... 15

2.7.1 Klasifikasi Larva Buah Jeruk ... 15

2.7.2 Proses Metamorfosis ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Alat dan Bahan ... 19

3.1.1Alat ... 19

3.1.2 Bahan ... 19

3.2 Penyiapan Bahan ... 20

3.2.1 Pengumpulan Bahan ... 20

3.2.2 Bagian Bahan Tumbuhan Yang Digunakan ... 20

3.2.3 Identifikasi Tumbuahan ... 20

3.3 Hewan Percobaan ... 20

3.3.1 Determinasi Hewan ... 20


(10)

3.4 Pengujian aktifitas proteolitik Enzim Papain Daun Pepaya 20

3.4.1 Pembuatan Larutan Natrium Bisulfit 0,7% ... 21

3.5 Pembuatan Ekstrak Air Daun Pepaya ... 21

3.5.1 Pembuatan Larutan Kotrol Negatif ... 22

3.5.2 Pembuatan Larutan Kontrol Positif ... 22

3.6 Pengujian Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva Buah jeruk .. 22

3.6.1 Uji Pendahuluan Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva Buah jeruk ... 22

3.6.2 Uji Perlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva Buah jeruk ... 23

3.7 Pengamatan ... 24

3.8 Analisis Data ... 24

3.9 Grafik ... 24

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 25

4.2 Determinasi Hewan ... 25

4.3 Hasil Uji Pendahuluan Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva Buah jeruk ... 25

4.4 Hasil Uji Perlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva Buah jeruk ... 26

4.5 Hasil Analisa Data ... 28

4.6 Grafik Dosis Respon ... 30

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 32

4.1 Kesimpulan ... 32

4.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Uji pendahuluan Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva Buah

jeruk ... 23 3.2 Uji perlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva Buah

jeruk ... 23 4.1 Hasil uji pendahuluan Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva

Buah jeruk ... 26 4.2 Hasil perlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya pada Larva Buah

Jeruk ... 26

4.3 Hasil uji ANOVA ... 26 4.4 Hasil UjiTukey ... 27


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian ... 5 2.1 Metamorfosis Lalat Buah ... 17 4.1 Diagram rata-rata jumlah kematian larva buah jeruk yang

diperoleh dari tiap perlakuan sipermetrin (kontrol positif), kontrol negatif, Ekstrak air daun pepaya 14.062,5 ppm, 28.125 ppm, 56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm,

450.000 ppm. ... 27 4.2 Grafik % log dosis versuskematian hewan uji ... 30


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil identifikasi tumbuhan ... 36

2 Hasil determinasi hewan ... 37

3 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan ... 38

4 Gambar pepaya dan daun pepayasegar(Carica papaya L.) ... 39

5 Pengujian aktifitas proteolitik enzim papain pada Daun Pepaya ... 40

6 Hasil pengujian enzim papain pada daun pepaya ... 41

7 Perhitungan aktivitas proteolitik enzim papain ... 42

8 Bagan kerjapembuatan ekstrak air daun pepaya ... 43

9 Perhitungan konsentrasi ekstrak air daun pepaya ... 44

10 Perhitungan konsentrasi kontrol positif ... 45

11 Perhitungan LC50 dengan rumus ekstrapolasi ... 46

12 Gambar hewan percobaan ... 47

13 Gambar alat dan bahan yang digunakan ... 48

14 Data jumlah kematian hewan dalam 5 kali pengulangan ... 49


(14)

DAFTAR SINGKATAN

EADP = Ekstrak Air Daun Pepaya

LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LC50 = Lethal Concentration50

MCU = Milk Cloting unit

OPT = Organisme Pengganggu Tanaman SPSS = Statistic Product And Service Solution


(15)

PENENTUAN DOSIS INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK AIR DAUN PEPAYA ( Carica papaya L.)

TERHADAP LARVA BUAH JERUK

ABSTRAK

LatarBelakang: Penggunaan insektisida sintetik secara terus-menerus dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Diperlukan alternatif pengendalian.Daun pepaya(Carica papaya L.) dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati memiliki kandungan bahan aktif enzim papain, alkaloid, flavonoid, polifenol, kuinon, danterpenoid.

Tujuan: mengetahui pengaruh ekstrak air daun pepaya terhadap kematian larva buah jerukdan mengetahui dosis efektif dari ektrak air daun pepaya yang tepat sebagai insektisida nabati.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Pengujian ini menggunakan larva buah jeruk terdiri dari 8 kelompok yang masing-masing berisikan 10 ekor larva yang diberi sipermetrin (kontrol positif), kontrol negatif (deterjen ditambah akuades), 14.062,5 ppm, 28,125 ppm,56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm, dilakukan pengamatan selama 24 jamdan tiap kelompok dilakukan 5 kali pengulangan serta dicatat kematiannya. Data dianalisis statistik dengan metode ANOVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan ujiTukey.Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)versi 17.

Hasil: Hasil pengamatan terhadap kematian hewan menunjukkan pada konsentrasi 14.062,5 ppm dan kontrol negatif (deterjen ditambah akuades) tidak terjadi kematian larva buah jeruk. Pada konsentrasi 28.125 ppm terjadi kematian larva buah jeruk sebanyak 1 ekor larva, konsentrasi 56.250 ppm sebanyak 5 ekor larva, konsentrasi 112.500 ppm sebanyak 6 ekor larva dan pada pemberian sipermetrin (kontrol positif), konsentrasi 450.000 ppm dan 225.000 ppm sebanyak 10 ekor larva. Penelitian ini menunjukkan kematian hewan dimulai dari konsentrasi 28.125 ppm.

Kesimpulan: penelitian ini menunjukkan bahwa daun pepaya (Carica papaya L.) mempunyai dosis efektif sebagai insektisida nabati terhadap larva buah jeruk yaitu 28.125 ppm.


(16)

DETERMINATION OF NATURAL INSECTICIDE DOSE WATER EXTRACT PAPAYA LEAVES (Carica papaya L.)

ON LARVAECITRUSFRUIT

ABSTRACT

Background: The use ofsynthetic insecticides on an ongoing basis can have a negative impact on human health and the environment. Required control alternative. Papaya leaves(Carica papaya L.)can be developedas aninsecticide active ingredient vegetable contains the enzyme papain, alkaloids, flavonoids, polyphenols, quinones, and terpenoids.

Purpose: determine the effectof water extract papaya leaves mortality on larvae citrus fruit and Effective doses of water extract papaya leaves right as natural insecticide.

Method: This research uses experimental method. This test uses the larvae citrus fruit consists of 8 groups, each containing 10 larvae were given sipermetrin (positive control), negative control (deterjen and aquadest), 14.062,5 ppm, 28.125 ppm, 56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm, observationfor 24 hours and each group performed five repetitions and recorded his death. Data were analyzed statistically by using ANOVA (analysis of variance) followed by Tukey test. This statistical analysis using SPSS (Statistical Product and Service Solution)

version 17.

Result: The observation of the death of the animal showed that concentration of 14.062,5 ppm and distilled negative control (deterjen and aquadest) was not found the death of larvae citrus fruits. At a concentration of 28.125 ppm found the death larvae citrus fruitas much as 1 larvae, the concentration of 56.250 ppm as much as 5 larvae, the concentration of 112.500 ppm as much as 6 larvae and the granting sipermetrin (positive control), the concentration of 450.000 ppm and 225.000 ppm as much as 10 animals larvae. This study showed the animal's death starts from 28.125 ppm.

Conclusion: this study proved that papaya leaves (Carica papaya L.) has effective dose as a natural insektiside on larvae citrus fruit at of 28.125 ppm.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini pengendalian hama masih tergantung pada penggunaan insektisida sintetik yang diyakini praktis dalam aplikasi dan hasil pengendalian jelas terlihat (Haryanto, dkk., 2013).Insektisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Insektisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, lalat, kecoa, dan berbagai serangga lainnya. Namun, pemberantasan hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan insektisidaini dapat menimbulkan masalah kesehatan, adanya penumpukan bahan kimia dari insektisidayang akhirnya menjadi residupada tanaman, pencemaran tanah dan air, resiko tinggiterjadi keracunan pada manusia(Arifin dan Lubis, 2013).

Dampak penggunaan insektisida sintetik terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, diantaranya kasus keracunan pada manusia, ternak, polusi lingkungan dan resistensi hama. Data yang dikumpulkan WHO menunjukkan 500.000-1.000.000 orang per tahun di seluruh dunia telah mengalami keracunan insektisida dan sekitar 500-1000 orang per tahun diantaranya mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat, kemandulan dan gangguan pada hepar (Yuantari, 2009).

Dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida sintetik tersebut memerlukan suatu alternatif pengendalian. Alternatif tersebut antara lain dengan pemanfaatan senyawa yang berasal dari tanaman yang memiliki sifat aktif


(18)

biologis (Tyas, dkk., 2014). Salah satu cara pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah dengan menggunakan insektisida nabati (Wiratno, 2010). Insektisida nabati merupakan insektisida yang berasal dari tanaman. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber insektisida nabati biasanya memiliki berbagai macam kandungan bahan kimia seperti asam amino, alkaloid, glikosida dan senyawa lain yang bersifat racun atau toksik. Tumbuhan dikembangkan sebagai insektisida botani adalah Pepaya (Carica papaya L.) (Tyas, dkk., 2014).

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) berpotensi sebagai insektisida nabati, getah pepaya mengandung kelompok enzim sistein protease seperti papain dan kimopapain.Getah pepaya juga menghasilkan senyawa – senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino nonprotein yang sangat beracun bagi serangga pemakan tumbuhan. Adanya kandungan senyawa-senyawa kimia di dalam tanaman pepaya yang terkandung dapat mematikan organisme pengganggu (Konno, dkk., 2004).

Berdasarkan penelitian Julaily, dkk., (2013) telah dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui senyawa kimia pada daun pepaya yaitu didapatkan kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, polifenol, kuinon, terpenoid dan daun pepaya juga memiliki enzim papain. Enzim papain mempengaruhi sistem fisiologis perkembangan hama. Papain apabila masuk ke dalam tubuh larva akan menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan terhambatnya hormon-hormon pertumbuhan. Senyawa aktif tersebut dapat menimbulkan berbagai reaksi di dalam tubuh larva sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan dari larva dan lama kelamaan dapat meyebabkan kematian pada larva (Utomo, dkk.,2010).


(19)

Lalat buah salah satu jenis hama merugikan tanaman. Kerusakan akibat serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.Lalat betina dengan ovipositor (alat peletak telur) meletakkan telur ke dalam buah.Berkembang menjadi larva yang memakan daging buah sehingga terjadi kebusukan sebelum buah masak.Lalat buah termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu terdiri dari tahap telur, larva (belatung), pupa (kepompong), dan imago (lalat dewasa) (Rahmawati, 2014).

Berdasarkan penelitian Tyas, dkk., (2014) mengenai perbedaan toksisitas ekstrak, rebusan dan rendaman daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L didapatkan LC50 sebesar 435.399 ppm

yang berarti pada konsentrasi 435.399 ppm rebusan daun pepaya dapat membunuh 50 persen larva nyamuk Aedes aegypti L. Dalam bidang farmasi selain mempelajari tentang obat juga berhubungan dengan kebutuhan manusia seperti bahan makanan dan pestisida. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penentuan dosis dari insektisida nabati ekstrak air daun pepaya terhadap larva buah jeruk.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Apakah ekstrak air daun pepayaberpengaruh terhadap kematianlarva buah jeruk ?

b. Berapakah nilai dosis efektif untuk mematikan larva buah jeruk dari ektrak air daun pepaya sebagai insektisida nabati?


(20)

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis pada penelitian ini: a. Ekstrak air daun pepaya berpengaruh terhadap kematian larva buah jeruk. b. Dengan melakukan uji penentuan dosis dapat diketahui dosis yang tepat

sebagai insektisida nabati.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

a. Pengaruh ekstrak air daun pepaya terhadap kematian larva buah jeruk. b. Dosis efektif dari ektrak air daun pepaya yang tepat sebagai insektisida

nabati.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Dapat memberikan informasi mengenai batasan efek toksik pada insektisida nabati dari ekstrak air daun pepaya terhadap larva buah jeruk. b. Dapat memberikan informasi mengenai batasan keamanan dosis


(21)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut terdapat pada Gambar 1.1:

Variabel bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian

-Konsentrasi ekstrak air daun pepaya (EADP)

-Kontrol negatif

-Kontrol Positif

Kematian Larva Buah Jeruk Daun pepaya

Dosis Insektisida Nabati yang tepat Pengujian Enzim

Papain

Aktivitas enzim papain

Jumlah Kematian Larva Buah Jeruk Ekstrak air daun


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Pepaya

Klasifikasi tanaman, nama daerah, deskripsi tanaman, kandungan kimia dan manfaat tanaman pepaya adalah sebagai berikut:

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Tanaman pepaya dapat diklasifikasi sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Cistales

Suku : Caricaceae Marga : Carica

Jenis : Carica papaya L.

(Depkes RI, 2000). 2.1.2 Nama Daerah

Gedang (Sunda); kates (Jawa); peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatera); pisang malaka, bandas, manjan (Kalimantan); kalujawa, padu (Nusa Tenggara); kapalay, kaliki, unti jawa (Sulawesi); dan betik (Melayu) (Setiawati, dkk., 2008).

2.1.3 Deskripsi Tanaman

Pepaya merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma. Bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna


(23)

kuning kemerahan, rasanya seperti buah melon.Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8-10 meter dengan akar yang kuat.Bentuk daun menyerupai telapak tangan manusia. Macam kandungan bahan kimia seperti asam amino,Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, daun akan terlihat simetris. Rongga dalam buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipotong melintang. Tanaman ini dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi (Sudarmo dan Mulyaningsih, 2014). 2.1.4 Kandungan kimia

Pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, psudo karpaina, glikosida, karposid, saponin, beta karoten, pektin, d-galaktosa, vitokinose, glukosida kakirin, karpain, glutamin, lisosim, lipase, siklotrasferase dan kemopapain (Setiawati, dkk., 2008).

2.1.5 Manfaat Tanaman

Pemanfaatan tanaman pepaya cukup beragam.Daun pepaya muda, bunga dan buah dapat dibuat sebagai bahan sayuran. Khasiat dan manfaat pepaya yaitu untuk mengobati batu ginjal, hipertensi, malaria, sakit keputihan, kekurangan asi, rematik, haid berlebihan, sakit perut saat haid, disentri, diare, jerawat dan ubanan (Sugiarto dan Tinton, 2008). Akar dan bijinya berkhasiat sebagai obat cacing, getah buahnya berkhasiat sebagai obat memperbaiki masalah pencernaan Selain itu pepaya dapat digunakan sebagai insektisida, fungisida, rodentisida dan sebagai penolak (repellent) (Setiawati, dkk., 2008).

Buah, daun dan batang pepaya mengandung getah. Enzim ini berkemampuan untuk memecahkan molokul protein atau disebut dengan enzim proteolitik. Dewasa ini papain digunakan untuk keperluan yang bermanfaat bagi


(24)

manusia, baik dalam rumah tangga maupun dalam industri antara lain: pengempuk daging, penjernih bir, bahan baku industri penyamak kulit, serta digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika (Vidiani, 2012).

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat di dalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, dibedakan menjadi:

a. Cara dingin 1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat.


(25)

b. Cara panas 1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada suhu yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40 - 50oC.

4. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur (96 - 98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit) ).

5. Dekoktasi

Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan suhu sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).

2.3 Insektisida

Secara umum insektisida dapat didefinisikan sebagai semua zat kimia atau bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan kepentingan manusia (Munaf, 2009). Insektisida telah secara luas digunakan


(26)

untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Insektisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, lalat, kecoa, dan berbagai serangga lainnya, akan tetapi insektisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup (Djunaedy, 2009).

Dalam tujuan melindungi manusia dan kelestarian lingkungan, pemerintah Indonesia telah menetapkan zat-zat kimia atau bahan lain yang termasuk dalam golongan insektisida. Walaupun insektisida ini manfaat cukup besar pada masyarakat, namun dapat memberikan dampak negatif pada manusia dan lingkungan, disebabkan pengetahuan kesadaran para pengelola insektisida pada umumnya masih rendah (Munaf, 2009).Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan insektisida kimia tersebut maka perlu dicari alternatif yang lebih aman. Dengan menggunakan insektisida nabati (Syadana, dkk., 2014).

Secara umum, insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya.Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu (Anggraeni, 2010). Untuk menghasilkan insektisida nabati dapat dibuat secara sederhana yaitu: (a) penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. (b) rendaman untuk mendapatkan ekstrak dan (c) rebusan bagian tanaman atau tumbuhan misalnya akar, batang, umbi, daun, biji, dan buah. Menurut Pasetriyani (2010) Cara kerja insektisida nabati sangat spesifik yaitu : 1. merusak perkembangan telur, larva, dan pupa


(27)

2. menghambat pergantian kulit 3. menganggu komunikasi serangga 4. menyebabkan serangga menolak makan 5. menghambat reproduksi serangga betina 6. mengurangi nafsu makan

7. memblokir kemampuan makan serangga 8. mengusir serangga (Repellent)

9. menghambat perkembangan patogen penyakit

Insektisida nabati merupakan insektisida yang berbahan baku tumbuhan yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Insektisida nabati bersifat mudah terurai di alam, sehingga diharapkan tidak meninggalkan residu di tanah maupun pada produk pertanian, relatif aman terhadap organisme bukan sasaran termasuk terhadap musuh alami hama sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan menjaga biodiversitas organisme pada agroekosistem, dapat dipadukan dengan komponen pengendalian hama lainnya, mernperlambat resistensi hama dan dapat menjamin ketahanan dan keberlanjutan usaha tani (Ambarningrum, 2011).

2.4 Dampak Negatif Insektisida

Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut ini beberapa dampak negatif yang mungkin timbul akibat


(28)

penggunaan insektisida, yang tidak sesuai dengan aturan yaitu pencemaran air, tanah dan udara, timbulnya spesies hama yang resisten, resurgensi (bila suatu jenis hama setelah memperoleh perlakuan insektisida berkembang menjadi lebih banyak dibanding dengan yang tanpa perlakuan insektisida), merusak keseimbangan ekosistem, dan dampak terhadap kesehatan masyarakat (Adriyani, 2006).

Insektisida dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa manusia atau menimbulkan penyakit/cacat (Munaf, 2009).Racun insektisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup) berbeda-beda menurut situasi paparan. Mekanisme masuknya racun insektisida tersebut dapat melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui saluran pernafasan. Melalui kulit bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung kedalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak. Keracunan setelah waktu yang relatif lama karena kemampuannya menumpuk dalam minyak yang terkandung dalam tubuh. Racun ini juga mencemari lingkungan (air, tanah) akan meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau dirubah menjadi zat yang tidak beracun karena kuatnya ikatan kimianya (Ngatidjan, 2006).

2.5 Uji Toksisitas

Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sedian uji tersebut sehingga dapat ditentukan dosis penggunaanya. Uji toksisitas menggunakan hewan uji berguna untuk melihat adanya reaksi biokimia,


(29)

fisiologik dan patologik terhadap suatu sediaan uji. Uji toksisitas dapat memberikan petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek toksik bila terjadinya pemaparan (BPOM RI, 2011).

Pengujian toksisitas konvensional pada hewan coba sering mengungkapkan serangkaian efek akibat pajanan toksikan dalam berbagai dosis untuk berbagai masa pajanan. Penelitian toksikologi biasanya dibagi menjadi tiga kategori:

1. Uji toksisitas akut dilakukan dengan memberikan bahan kimia yang sedang diuji sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

2. Uji toksisitas jangka pendek (dikenal dengan subkronik) dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-ulang, biasanya setiap hari atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup atau lima hewan, yaitu tiga bulan untuk tikus atau mencit dan satu atau dua tahun untuk anjing. Namun, dalam hal ini beberapa Pengujian biasa dilakukan menggunakan jangka waktu lebih pendek yaitu dengan pemberian zat selama 28 hari.

3. Uji toksisitas jangka panjang dilakukan dengan memberikan bahan kimia berulang-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang-kurangnya sebagian besar dari masa hidupnya, misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus dan 7 - 10 tahun untuk anjing dan monyet (Lu, 1994).

2.5.1 Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat pemberian sediaan uji yang diberikan dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam. Prinsip Uji toksisitas akut adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada


(30)

beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis perkelompok, kemudian dilakukan pengamatan terahadapefek toksik dan kematian. Hewan mati selama percobaan dan hidup sampai akhir percobaan diotopsi untuk dievaluasi adanya gejala-gejala. Tujuan toksisitas akut adalah untuk mendeteksi toksisitas sari suatau zat, menentukan organ sasaran dan kepekaan spesies, memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk merancang uji toksisitas selanjutnya serta untuk memperoleh nilai LD50 atau LC50 suatu sediaan (BPOM RI, 2011).

2.5.2 Lethal Concentration (LC50)

LC50 merupakan konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50%

dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC5048 jam dan LC50 96 jam sampai

waktu hidup hewan uji. Klaisfikasi menurut waktu, yaitu uji hayati pendek (short term bioassay), jangka menengah (intermediate bioassay) dan uji hayati jangka panjang (long term biassay). Klasifikasi menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan, yaitu uji hayati statik (static bioassay), pergantian larutan (renewal biassay), mengalir (flow trough bioassay). Klasifikasi menurut maksud dan tujuan penelitian adalah pemantauan kualitas air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan toksisitas serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji (Ngatidjan, 2006).

Dalam hal ini untuk mengetahui zat pencemar terhadap suatu biota dalam perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang ada yaitu dalam bentuk Lethal Concentratian (LC50). Jadi uji toksisitas digunakan

untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksisitan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis (Pratiwi, dkk., 2012).


(31)

2.6 Uji Aktivitas Enzim Papain

Enzim papain adalah enzim yang terdapat pada getah pepaya merupakan jenis enzim yang mengkatalisa reaksi pemecahan rantai polipeptida pada protein dengan cara menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino. Bagian tanaman yang mengandung getah dengan kualitas aktivitas proteolitik yang baik ada pada bagian buah, batang dan daun. Metode yang paling sederhana dan banyak dilakukan dalam penelitian uji aktivitas enzim papain adalah Milk Cloting Unit (Metode pengumpalan susu) yang satuannya disebut MCU. Metode ini didasarkan pada waktu yang digunakan oleh satuan berat papain untuk menggumpalkan satu satuan volume susu dalam suhu tertentu. Jika terbentuknya gumpalan pada susu maka adanya aktivitas enzim papain. Papain yang dihasilkan dari getah batang dan daun memiliki aktivitas proteolitik sekitar 200 MCU/g sedangkan pada buah sekitar 400 MCU/g (Sani, 2008).

2.7 Larva Buah Jeruk

2.7.1 Klasifikasi Larva Buah Jeruk

Larva buah jeruk dapat diklasifikasi dari hasil determinasi hewan (Lampiran 2) sebagai berikut:

Jenis : Bactrocera dorsalis Hendel. Suku : Tephritidae

Sinonim : Dacus dorsalis Hendel. Nama umum : Fruit Fly (Inggris)


(32)

2.7.2 Proses Metamorfosis

Lalat buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Bactrocera

dan salah satu jenis yang sangat penting dan ganas adalah Bactrocera dorsalis

Hendel kompleks. Disebut B. dorsalis kompleks karena jenis ini diketahui sebagai

B.papayae dan B. carambola, yang satu dengan lainnya sulit dibedakan secara

kasat mata. B. dorsalis merupakan lalat buah yang bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang, seperti belimbing, jeruk, jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning, mangga, dan jambu air. Selain merusak buah-buahan, seperti jatuhnya buah muda yang terserang, serangan hama ini juga menyebabkan buah menjadi busuk dan dihinggapi belatung (Kardinan, 2011).

Lalat buah termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu terdiri dari tahap telur, larva (belatung), pupa (kepompong), dan imago (lalat dewasa).Lalat buah membutuhkan waktu siklus hidup dua sampai tiga minggu pada musim panas dan dapat mencapai dua bulan pada musim penghujan.Lalat buah Bactrocera memiliki sepasang sayap. Sayap yang berkembang adalah sayap bagian depan, sedangkan sayap bagian belakang mengecil dan berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter. Struktur lalat buah dapat dikenali pada bagian subkosta, yang dibagian ujungnya membengkok ke depan pada hampir satu sudut yang tepat dan kemudian mengarah keluar (Rahmawati, 2014). Lalat buah juga merupakan vektor bakteri

Escherichia coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga dapat dijadikan

alasan untuk menghambat perdagangan (Kardinan, 2011).

Ciri-ciri penting lalat buah, mencakup ciri-ciri kepala yang terdiri dari antena, mata dan bercak pada muka biasa disebut dengan facial spot. Bagian


(33)

penting lain pada lalat buah adalah dorsum toraks yang terdiri dari dua bagian yaitu terminologi skutum atau mesonotum (dorsum toraks atas) dan skutelum (dorsum toraks bawah). Sayap pada lalat buah ditandai dengan bentuk pola pembuluh sayap, yaitu costa (pembuluh sayap sisi anterior), anal (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus (pembuluh sayap utama), median (pembuluh sayap tengah), radius (pembuluh sayap radius), pembuluh sayap melintang.Bagian penting terakhir adalah abdomen, abdomen lalat buah terdiri dari ruas-ruas (tergites) (Rahmawati, 2014).

Lalat buah dewasa membutuhkan karbohidrat, asam amino, sterols, vitamin dan mineral yang cukup. Stadium lalat buah dewasa dapat hidup selama 1-3 bulan. Lalat buah dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 5 mm, dengan sayap berukuran 10 mm. Lalat buah dewasa antara jantan dan betina memiliki perbedaan di daerah posteriornya yaitu ovipositor. Ovipositor hanya dimiliki lalat buah betina untuk peletakan telur sedangkan jantan tidak. Ukuran ovipositor setelah mengalami pertumbuhan maksimal yaitu sepanjang 3 mm (Rahmawati, 2014). Proses metamorfosis lalat buah dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Metamorfosis Lalat Buah(Herlinda, dkk., 2007).

pupa

telur

larva Lalat dewasa


(34)

Fase awal lalat buah dewasa meletakkan telur-telurnya (waktu pembentukan telur 2 - 7 hari) yang berbentuk seperti pisang dibawah permukaan buah atau batang, dan akan menetas dua-tiga harikemudian. Satu ekor lalat betina

Bactrocera dorsalis.Menghasilkantelur 1200-1500 butir.Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan berkelompok 2-15 butir.Seekor lalat betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/hari.Fase kedua menjadi larva (waktu pembentukan larva 14 - 20 hari).Larva yang disebut sindat atau singgat ini kemudian mulai menggerogoti daging buah atau jaringan batang dan matang setelah tujuh sampai sepuluh hari. Larva terdiri dari tiga masa instar atau tiga kali proses penggantian kulit. Larva lalat buah yang bertipe asepala (tidak mempunyai kepala yang berbentuk jelas) ini mempunyai perilaku unik, yaitu mampu melompat, terutama ketika masuk ke instar ketiga, atau menjelang berpupa (Norviarche, 2012).

Fase ketiga larva kemudian berpupa di dalam tanah, di dalam 20 sebuah selubung.Masa pupa rata-rata 19 hari, dan sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban tanah, yaitu umur pupa lebih pendek pada kelembaban lebih tinggi.Fase keempat menjadi Lalat buah dewasa (waktu pembentukan 14 - 24 hari). Lalat dewasa betina akan meletakkan telurnya kembali pada jaringan tumbuhan yang cocok (cukup nutrisi) bagi keturunannya. lalat buah memilih buah yang mulai masak agar lebih mudah ditembus oleh ovipositor, memiliki kandungan gula yang mulai meningkat, kandungan air yang makin rendah, dan ukuran yang makin besar (Norviarche, 2012).


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitianmeliputi penyiapan bahan, hewan percobaan, pengujian aktifitas proteolitik enzim papain pada daun pepaya, pembuatan ekstrak air daun pepaya (EADP), pembuatan larutan kontrol negatif, pengujian ekstrak air daun pepaya pada larva buah jeruk, pengamatan kematian larva buah jeruk. Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan analisis Tukey HSD. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)versi 17 dengan taraf kepercayaan 95%. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol plastik diameter 6 cm sebanyak 8 buah dengan diberi lubang ± 2 cm, kompor gas (Miyako), blender (Miyako), oven, alat-alat gelas, cawan porselin, spuit (1ml dan 3ml), kain flanel, botol semprot kaca (8 buah), pisau, timbangan listrik (Diekson).

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan tumbuhan, yaitu daun pepaya (Carica papaya L.), akuades, detejen cair (Dasi), Natrium bisulfit dan Sipermetrin 100 gr/L (Mitrex).


(36)

3.2 Penyiapan Bahan

3.2.1 Pengumpulan Bahan

Pengambilan bahan tumbuhan (daun) dilakukan secara purposive yaitu tanpa membandingkan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang diambil yaitu daun pepaya yang berwarna hijau dan segar dari kebun warga kampung Susuk Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Bagian Bahan Tumbuhan Yang Digunakan

Sampel yang digunakan adalah daun pepaya yang berwarna hijau dan segar, diambil pada bagian tengah dari pohon pepaya dibawah bagian atas tumbuhan. 3.2.3 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

3.3Hewan Percobaan

3.3.1 Determinasi Hewan

Determinasi hewan dilakukan di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara (USU).

3.3.2 Jumlah Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang akan digunakan adalah 470 ekor larva buah jeruk mempunyai ukuran panjang tubuh ± 1cm.

3.4 Pengujian Aktifitas Proteolitik Enzim Papain Pada Daun Pepaya


(37)

dibersihkan, ditiriskan, dipotong menjadi bagian kecil- kecil, dan ditimbang daun pepaya 20 gram. Diblender dengan ditambahkan 100 ml larutan natrium bisulfit 0,7% disaring lalu dimasukkan kedalam cawan. Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60oC selama 5 jam sehingga didapatkan papain kering. Selanjutnya ditimbang papain kering 1gram, dilarutkan dengan akuades 100 ml, dikocok 30 menit, diamkan didapatkan larutan jernih papain. Disiapkan sebanyak 12 gram susu full cream dilarutkan dalam air sampai 100 ml, diambil 10 ml dengan pipet volume dimasukkan kedalam tabung reaksi, dimasukkan ke dalam oven 40oC, ditambahkan sebanyak 1 ml larutan papain jernih ke dalam larutan susu, goyang perlahan larutan tersebut dan suhunya dipertahankan pada 40oC hingga tejadi pengumpalan, catat waktu pengumpalan. Jika terjadi pengumpalan maka adanya aktivitas enzim papain (Sani, 2008) dapat dilihat pada Lampiran 6. 3.4.1 PembuatanLarutan Natrium Bisulfit 0,7%

Ditimbang Natrium Bisulfit 0,7 gram kemudian dilarutkan kedalam aquades sampai 100 ml.

3.5 Pembuatan Ekstrak Air Daun Pepaya (EADP)

Daun pepaya segar berwarna hijau sebanyak 135 gram dicuci dengan air sampai bersih, ditiriskan sebentar dan dirajang menjadi bagian kecil-kecil. Lalu rajangan dimasukkan kedalam panci, direbus dengan ditambahkan 300 ml akuades selama 30 menit sambil diaduk-aduk, lalu ditambahkan 1 ml deterjen. Disaring menggunakan kain flanel, dan jika volume berkurang maka ditambahkan air panas melalui ampas dicukupkan sampai 300 ml. Kemudian disimpam dalam botol kaca (Setiawati, dkk.,2008).


(38)

3.5.1 Pembuatan Larutan Kontrol Negatif

Larutan kontrol negatif dibuat dengan menambahkan larutan 1 ml deterjen ke dalam akuades300 ml.

3.5.2 Pembuatan Larutan Kontrol Positif

Larutan kontrol positif dibuat dengan cara diambil larutan 0,5 ml sipermetrin dilarutkan dengan akuadessampai 1 Liter.

3.6 Pengujian Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk

3.6.1 Uji Pendahuluan Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk

Percobaan pada tahap pendahuluan ini bertujuan untuk mencari kisaran konsentrasi kritis bahan uji yang akan digunakan untuk penentuan dosis insektisida nabati yang tepat berdasarkan nilai LC50.

Konsentrasi ekstrak air daun pepaya pada penelitian ini ditentukan berdasarkan LC50dari penelitian Tyas, dkk., (2014) mengenai perbedaan toksisitas

ekstrak, rebusan dan rendaman daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L didapatkan LC50 sebesar 435.399 ppm.

Hewan uji sebanyak 7 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 10 ekor larva buah jeruk dan dimasukkan ke dalam botol untuk disemprotkan kontrol negatif, sipermetrin (kontrol positif) dan ekstrak air daun pepaya (EADP) dengan konsentrasi bahan uji adalah 28.125 ppm, 56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm. Pengamatan dilakukan selama 24 jam setelah perlakuan dan dicatat kematiannya (Syadana, dkk., 2014).Dapat dilihat seperti yang tertera pada Tabel 3.2.


(39)

Tabel 3.1Uji Pendahuluan Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk Kelompok Jumlah Larva

Kontrol (-) 10 Kontrol (+) 10

P1 10

P2 10

P3 10

P4 10

P5 10

Keterangan :

a. kelompok kontrol negatif

b. kelompok kontrol positif : diberi sipermetrin 100g/L(dosis 0,5ml/L) c. kelompok perlakuan (P1) : diberi EADP konsentrasi 28.1 25 ppm d. kelompok perlakuan (P2) : diberi EADP konsentrasi 56.250 ppm e. kelompok perlakuan (P3) : diberi EADP konsentrasi 112.500 ppm f. kelompok perlakuan (P4) : diberi EADP konsentrasi 225.000 ppm h. kelompok perlakuan (P5) : diberi EADP konsentrasi 450.000 ppm

3.6.2 UjiPerlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk

Dilakukan pada 8 kelompok perlakuan seperti yang tertera pada Tabel 3.2. Tabel 3.2Uji Perlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk

Kelompok Jumlah larva Kontrol (-) 10 Kontrol (+) 10

P1 10

P2 10

P3 10

P4 10

P5 10

P6 10

Keterangan :

a. kelompok kontrol negatif

b. kelompok kontrol positif : diberi sipermetrin 100g/L(dosis 0,5ml/L) c. kelompok perlakuan (P1) : diberi EADP konsentrasi 14.062,5 ppm d. kelompok perlakuan (P2) : diberi EADP konsentrasi 28.125 ppm e. kelompok perlakuan (P3) : diberi EADP konsentrasi 56.250 ppm f. kelompok perlakuan (P4) : diberi EADP konsentrasi 112.500 ppm g. kelompok perlakuan (P5) : diberi EADP konsentrasi 225.000 ppm h. kelompok perlakuan (P6) : diberi EADP konsentrasi 450.000 ppm


(40)

Percobaan pada tahap uji perlakuan terhadap kisaran dosis pada uji pendahuluan, perlu ditambahkan dosis terkecil yaitu 14.062,5 ppm, hal ini disebabkan pada konsentrasi 28.125 ppm masih dapat menyebabkan kematian hewan, untuk itu ditambahkan dosis terkecil agar didapatkan perbedaan konsentrasi yang tidak menimbulkan kematian hewan.

3.7 Pengamatan

Setelah diberikan bahan uji kemudian diamati jumlah kematian hewan yangterjadi sesuai waktu pengamatan. Kemudian ditentukan konsentrasi yang akan digunakan sebagai acuan untuk mengetahui dosis efektif yang digunakan untuk insektisida nabati terhadap terhadap larva buah jeruk.

3.8 Analisis Data

Data dianalisis dengan ANOVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan analisisTukey HSD. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)versi 17 dengan taraf kepercayaan 95%.

3.9 Grafik

Grafik dianalisis berdasarkan % kematian hewan versus logaritma dosis menggunakan Graphpad Prism 6 dengan metode Analyzing Dose Response Data.


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Indentifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah

Carica papaya L, suku Caricaceae dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Determinasi Hewan

Hasil determinasi hewan yang dilakukan di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, menunjukkan bahwa hewan yang diteliti adalah Bactrocera dorsalis H., suku Tephritidae dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.3 Hasil Uji Pendahuluan Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk

Hasil uji pendahuluan pemberian ekstrak air daun pepayadilakukan pada setiap kelompok terdiri dari 10 ekor larva buahjeruk dan dimasukkan ke dalam botolkemudiandisemprotkanekstrak air daunpepayadengan konsentrasi bahan uji adalah 28.125 ppm,56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm, ditambah sipermetrin (kontrolpositif) dan kontrolnegatif. Pengamatan dilakukan selama24 jam setelahperlakuandan dicatatkematiannya (Syadana, dkk., 2014).

Selama 24 jam terlihat bahwa adanya kematian pada larva buahjeruk pada kelompok kontrol positif (sipermetrin) sebanyak 10 ekor, pada pemberian ekstrak


(42)

air daun pepayadengan konsentrasi 28.125 ppm sebanyak 1 ekor, konsentrasi 56.250 ppm sebanyak 5 ekor, konsentrasi 112.500 ppm sebanyak 7ekor, konsentrasi 225.000 ppm sebanyak 10 ekor dan konsentrasi 450.000 ppm sebanyak 10 ekor.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Data Uji Pendahuluan Uji Perlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk

Kelompok Kematian Hewan Kontrol (-) 0

Kontrol (+) 10

P1 1

P2 5

P3 7

P4 10

P5 10

Keterangan :

a. kelompok kontrol negatif

b. kelompok kontrol positif : diberi sipermetrin 100g/L (dosis 0,5ml/1L) c. kelompok perlakuan (P1) : diberi EADP konsentrasi 28.125 ppm d. kelompok perlakuan (P2) : diberi EADP konsentrasi 56.250 ppm e. kelompok perlakuan (P3) : diberi EADP konsentrasi 112.500 ppm f. kelompok perlakuan (P4) :diberi EADP konsentrasi 225.000 ppm g. kelompok perlakuan (P5) : diberi EADP konsentrasi 450.000 ppm

4.4 Hasil Uji Perlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk

Hasil uji perlakuan dengan 5 kali pengulangan dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Uji Perlakuan Ekstrak Air Daun Pepaya Pada Larva Buah Jeruk

Pengulangan

Kelompok perlakuan

K(-) K(+) 14.0625 28.125 56.250 112.500 225.000 450.000

1 0 10 0 1 5 6 10 10

2 0 10 0 1 5 7 9 10

3 0 10 0 1 5 6 10 10

4 0 10 0 1 6 5 10 10

5 0 10 0 1 5 7 10 10

Rata-rata ±SD 0 ±0 10 ±0 0 ±0 1 ±0 5,2 ±0,44 6,2 ±0,83 9,8 ±0,44 10 ±0


(43)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah kematian larva buah jeruk selama pemberian sediaan uji sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan, yaitu kontrol negatif, sipermetrin (kontrol positif), 14.062,5 ppm, 28.125 ppm,56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm. Pada perlakuan 14.062,5 ppm dan kontrol negatif tidak terjadi kematian larva buah jeruk.Sedangkan pada perlakuan pemberian supermetrin (kontrol positif) terhadap 10 ekor larva buah jeruk menujukkan kematian setiap 5 kali pengulangan. Selanjutnya perlakuan 125 ppm,56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm juga mengalami kematian larva buah jeruk dengan jumlah yang berbeda. Hasil rata-rata jumlah kematian larva buah jeruk yang diperoleh dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Diagram rata-rata jumlah kematian larva buah jeruk yang diperoleh dari tiap perlakuan sipermetrin (kontrol positif), kontrol negatif, ekstrak air daun pepaya (EADP) 14.062,5 ppm, 28.125 ppm,56.250 ppm, 112.500 ppm, 225.000 ppm, 450.000 ppm.

Berdasarkan diagram di atas menggambarkan bahwa diagram rata-rata pada kelompok 14.062,5 ppm dan kontrol negatif tidak menunjukkan kematian larva

0 0

1 5.2(5)

6.2(6)

9.8(10) 10 10

0 2 4 6 8 10 12 Ju ml ah l arva yan g mat i kelompok perlakuan Keterangan: kontrol negatif EADP 14.062,5 ppm EADP 28.125 ppm EADP 56.250 ppm EADP 112.500 ppm EADP 225.000 ppm EADP 450.000 ppm kontrol positif


(44)

buah jeruk. Sedangkan perlakuan pemberian sipermetrin (kontrol positif) menunjukkankematian sebanyak 10 larva. Selanjutnya perlakuan 28.125 ppm sebanyak 1 larva, 56.250 ppm sebanyak 5,2(5) larva, 112.500 ppm sebanyak 6,2(6) larva, 225.000 ppm sebanyak 9,8(10) larva, dan 450.000 ppm sebanyak 10 larva. Pada konsentrasi 28.125 ppm dapat dijadikan sebagai acuan bahwa ekstrak air daun pepaya sudah menyebabkan kematian untuk membunuh larva buah jeruk.Terlihat semakin tinggi konsentrasi ekstrak air daun pepaya maka semakin tinggi jumlah kematian terhadap larva buah jeruk.

4.5 Hasil Analisa Data

Hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil UjiANOVA

ANOVA

jumlah_larva_mati

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 699.575 7 99.939 726.831 .000

Within Groups 4.400 32 .138

Total 703.975 39

Berdasarkan data pada tabel ANOVA diatas menunjukkan perbedaan signifikan nilai (p<0,05), hal ini berarti terlihat perbedaan bermakna delapan kelompok perlakuan, maka dilakukan uji antar perlakuan dengan uji Tukey.

Hasil analisis Tukey dapat dilihat pada Tabel 4.4, diperoleh bahwa rata-rata jumlah kematian pada kolom subset 1 terdapat 2 nilai dari variabel kontrol negatif dan kelompok EADP 14.0625 ppm menujukkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Disimpulkan bahwa kelompok EADP 14.062,5 ppm tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol negatif yang tidak menimbulkan kematian pada larva buah jeruk.


(45)

Tabel 4.4 Hasil UjiTukey TukeyHSDajumlah_larva_mati

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

Kontrol (-) 5 .0000

EADP 14.062,5 ppm 5 .0000

EADP 28.125 ppm 5 1.0000

EADP 56.250 ppm 5 5.2000

EADP 112.500 ppm 5 6.2000

EADP 225.000 ppm 5 9.8000

Kontrol (+) 5 10.0000

EADP 450,000 ppm 5 10.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 .988

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Kolom subset 2 menunjukkan terdapat kelompok EADP 28.125 ppm yang berbeda nyata dengan kelompok lain yang berada pada kolom subset 1, 3, 4 dan 5. Hal ini dapat dinyatakan bahwa kelompok dengan EADP 28.125 ppm memiliki potensi awal untuk menimbukan kematian pada larva buah jeruk.

Kolom subset 3 dan 4 menunjukkan terdapat kelompok EADP 56.250 ppm dan EADP 112.500 ppm yang berbeda nyata dengan kelompok lainnya. Sedangkan pada kolom subset 5 terdapat 3 nilai dari variabel kontrol positif, EADP 225.000 ppm dan EADP 450.000 ppm, hal ini menyatakan bahwa rata-rata jumlah kematian larva buah jeruk pada ketiga variabel tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa EADP 225.000 ppm dan EADP 450.000 ppm memiliki potensi yang sama dengan kontrol positif yaitu sipermetrin (100gr/L) dengan konsentrasi 0,5ml/L. Dari data hasil uji statistik dapat digambarkan lebih lanjut pada Gambar 4.2.


(46)

4.6 Grafik Dosis Respon

Hasil analisis grafik dosis respon dapat dilihat pada gambar 4.2

2 . 0 2 . 5 3 . 0 3 . 5 4 . 0 0

2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0

lo g d o s is

% k e m a ti a n

L c5 0

Gambar 4.2Grafik Log Dosis vs % Kematian Hewan

Berdasarkan grafik di atas terlihat dari % kematian bahwa pada dosis 14.062,5 ppm tidak menyebabkan kematian pada hewan uji. Pada dosis 28.125 ppm dan 56.250 ppm kematian hewan sudah dapat terlihat dimana terdapat 1(10%) dan 5,2(52%) ekor hewan uji yang mati. Pada dosis 112.500 ppm kematian hewan mencapai 6,2(62%) ekor. Sedangkan pada dosis 225.000 ppm hewan uji mengalami kematian sebanyak 9,8(98%) ekor. Dan pada dosis 450.000 ppm hewan mengalami kematian masing-masing 10(100%) ekor. Dari grafik log dosis dan % kematian di atas didapat nilai LC50 dari insektisida nabati estrak air

daun pepaya terhadap larva buah jerukyaitu 54.910 ppm (log dosis 4,7). Nilai LC50 yang didapatkan pada larva buah jeruk yaitu 54.910 ppm memberikan nilai

yang lebih kecil dibandingkan nilai LC50dari larva nyamuk Aedes aegypti L yaitu

435.399 ppm.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrak air daun pepaya berpengaruh terhadap larva buah jeruk. Hasil tersebut sesuai dengan

4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 Log dosis


(47)

pernyataan shadana, dkk., (2014) yang menyatakan bahwa semakintinggikonsentrasi ekstrak air daunpepaya yang digunakan maka kematian larva semakin meningkat. Hal ini memberikan gambaran atas potensi daun pepaya sebagai insektisidanabati. Senyawa aktif yang terkandung di daun pepaya yaitu alkaloid, flavonoid, polifenol, kuinon, terpenoiddan enzim papain (Julaily, dkk.,2013).

Senyawa aktif yang terkandung di dalam daun pepaya yang diduga paling berperan dalam mematikan larva buah jeruk adalah enzim papain. Enzim ini merupakan enzim proteolitik (pengurai protein) yang mempunyai kemampuan menguraikan atau memecah ptrotein menjadi bentuk asam amino, dengan kemampuan memecah ptrotein tersebut, papain dapat merusak tubuh larva yang mengandung protein sebab asam-asam amino diperlukan oleh larva untuk pertumbuhannya (Tyas, dkk., 2014). Apabila Enzim papain ini bekerja masuk kedalam tubuh larva akan mempengaruhi proses metabolisme dimana terjadi suatu reaksi kimia yang dapat menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan sehingga larva tidak dapat berkembang dengan baik dan lama kelamaan dapat menyebabkan kematian pada larva (Shadana, dkk., 2014).


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian penentuan dosis insektisida nabati ekstrak air daun pepaya (Carica papayaL.) terhadap larva buah jeruk adalah :

a. Ekstrak air daun pepaya pada konsentrasi 14.062,5 ppm tidak menimbulkan kematian terhadap larva buah jeruk, sedangkan pada konsentrasi 28.125 ppm, 56.250 ppm ppm, 112.500ppm, 225.000 ppm dan 450.000 ppm terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak air daun pepaya maka semakin tinggi kematian terhadap larva buah jeruk.

b. Nilai dosis efektif ekstrak air daun pepaya dimulai dari 28.125 ppm.

5.2 Saran

Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar ekstrak air daun pepaya dibuat dalam bentuk sediaan lainya misalnya ekstrak kental atau kering sebagai bahan perbandingan.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarningrum, T.B. (2011). Pengendalian Serangga Hama Menggunakan Insektisida Nabati.Jurnal Entamologi dan Parasitologi. 12(2): 3-4.

Andriyani, R. (2006). Usaha Pengendalian Pencemaran LingkunganAkibat Penggunaan Pestisida Pertanian. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 3(1): 95-96. Anggraeni, I. (2010). Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya Secara Tradisional. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan.Halaman 2.

Arifin, K., dan Lubis, L. (2013). Teknik PHT pada Tanaman Cabai. Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.Halaman 2.

BPOM RI. (2011). Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. Jakarta: Pusat Riset Obat dan Makanan BPOM RI. Halaman 25-29.

Depkes RI. (2000). Investaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 233.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Keseharan Republik Indonesia. Halaman 855.

Djunaedy, A. (2009). Biopeptisida sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman (OPT) yang ramah lingkungan. Embryo Artikel. 6(1): 88.

Haryanto, H., Muhammad, S., dan irwan, M. (2013). Pemanfaatan Insektisida Nabati dan Hayati Untuk Mengendalikan Hama Tanaman Tomat Dibudidayakan Secara Organik. Mataram: Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Halaman 131.

Herlinda, H., Reka, M., Triani, A., dan Yulia, P. (2007). Populasi dan Serangan Lalat Buah Bactrocera Dorsalis (Hendel) (Diptera: Tephritidae) Serta Potensi Parasitoidnya Pada Pertanaman Cabai (Capsicum Annuum L.).

Seminar Nasional dan Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Barat. (3): 10. Julaily, N., Mukarlina., dan Tri, R.S. (2013). Pengendalian Hama pada Tanaman

Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Estrak Daun Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Protobiont Kesehatan lingkungan. 2(3): 173-174.

Kardinan, A. (2011). Penggunaan dari Pestisida Nabati Sebagai Salah Satu Kearifan Lokal dalam Tujuan Pengendalian dari Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik.Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(4): 262-278.


(50)

Konno, K., Hirayaman, C., dan Nakamura, M.T. (2004). Papain Melindungi Pohon Pepaya Dari Serangga Hervivorus: Peran Sistein Protease Di Dalam Getah. Plant Journal. 37(3): 370-378.

Lu, F.C. (1994). Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi II. Jakarta: UIP. Halaman 47-48.

Munaf, S., (2009). Keracunan Akut Pestisida: Teknik Diagnosis, Pertolongan Pertama, Pengobatan Dan Pencegahan. Cetakan Pertama. Jakarta: Widya Medika. Halaman 1-5.

Ngatidjan. (2006). Toksikologi. Yogjakarta: Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Halaman 27.

Norviarche, G. (2012). Identifikasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) Pada

Mangifera Indica Di Kecamatan Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta.Skripsi.Yogyakarta: FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Rahmawati, Y.P. (2014). Ketertarikan Lalat Buah Bactrocera sp Pada Senyawa

Atraktan Yang Mengandung Campuran Protein Dan Metil Eugenol.Skripsi. Semarang: FMIPA, Universitas Negeri Semarang.

Sani, M.T. (2008). Penambahan Natrium Bisulfat Kualitas Enzim Papain Getah Pepaya Secara MCU. Jakarta: Unesa Universitas Press. Halaman 11, 41. Setiawati, W., Rini, M., Neni, G., dan Tati, R. (2008). Tumbuhan Bahan Pestisida

Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt). Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Halaman 144-146.

Shadana, M., Suri, D.L., dan Muhammad, Y.H. (2014). Efek Larvasida Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Larva Aedes aegypti L.

Jurnal Parasitologi kedokteran. 1(1): 9.

Sudarmo, S., dan Mulyaningsih. (2014). Mudah Membuat pestisida Nabati. Cetakan Pertama. Jakarta. AgroMedia Pustaka. Halaman 63.

Sugiarto, S., dan Tinton. (2008). Insektisida Nabati Dari Tanaman. Jakarta: Medika. Halaman 233.

Pasetriyani. (2010). Pestisida Nabati, Mudah, Murah, Dan RamahLingkungan Untuk Mengendalikan Organisme PenggangguTanaman Hortikultura.Jurnal Kesehatan Lingkungan. 3(2): 6-7.

Pratiwi, Y., Sri, S., dan Winda, F.W. (2012) Uji Toksisitas dari Limbah Cair laundry Sebelum dan Sesudah Diolah Dengan Tawas dan Karbon Aktif terhadap Bioindikator (Cyprinus carpio L.).Jurnal Teknik Lingkungan. 2(1): 1-2.


(51)

Tyas, D.W., Dwi. W., dan Slamet, H. (2014).Perbedaan Toksisitas Ekstrak, Rebusan Dan Rendaman Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Jurnal Pancaran. 3(1): 59-64. Utomo, M., Siti, A., dan Febria, A. (2010).Daya Bunuh Bahan Nabati Serbuk Biji

PapayaTerhadap Kematian Larva Aedes Aegypti Isolat Laboratorium B2P2VRP Salatiga. Jurnal UNIMUS. 26(1): 152-153.

Vidiani. (2012). Enzim Papain Dari Pepaya, Tortila, Bawang Goreng Kemasan, Prduk Awetan Tempe, Produk Awetan Tahu.Jurnal Tekno Pangan dan Aroindustri. 11(1): 159.

Wiratno. (2010). Beberapa Formula Pestida Nabati dari Cengkeh. Journal Agritek. 13(1): 6-12

Yuantari, M.G. (2009). Studi Ekonomi Lingkungan PenggunaanPestisida Dan Dampaknya Pada KesehatanPetani Di Area Pertanian HortikulturaDesa Sumber Rejo Kecamatan NgablakKabupaten Magelang Jawa Tengah.Tesis. Semarang: Universitas Diponigoro.


(52)

(53)

(54)

(55)

Lampiran 4. Gambar tumbuhan pepaya dan daun pepaya segar (Carica papaya L.)

Tumbuhanpepaya


(56)

Lampiran 5. Pengujian aktifitas proteolitik enzim papain pada daun pepaya Daunpepayasegar

Dicuci hingga bersih

Ditiriskan, dipotong kecil-kecil Ditimbang sebanyak 20 g

Diblender dengan ditambahkan 100 ml larutan natrium bisulfit 0,7% Disaring, dimasukkan ke dalam cawan

Dimasukkan kedalam oven suhu 60oC selama 5 jam

Papain Kering

Ditimbang papain 1gram lalu dilarutkan dengana kuades 100 ml Dikocok selama 30 menit, diam kan sehingga didapatkan larutan jernih papain

Disiapkan sebanyak 12 gram susu full cream dilarutkan kedalam air sampai 100 ml

Diambil 10 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi, dimasukkan kedalam oven 40oC

Ditambahkan sebanyak 1 ml larutan papain jernih kedalam larutan susu, goyang perlahan dan suhunya dipertahankan pada 40oC

Dicatat waktu saat terjadi pengumpalan


(57)

Lampiran 6. Hasil Pengujian enzim papain pada daun pepaya

Papain kering

Sebelum susu ditambahkan dengan larutan papain jernih

Sesudah susu ditambahkan dengan larutan papain jernih terbentuknya gumpalan maka adanya aktivitas enzim papain


(58)

Lampiran7. Perhitungan aktivitas proteolitik enzim papain

Aktifitas proteolitik =

Keterangan:

MCU/g= satuan yangdigunakan E = berat sampel papain yang diuji

t = waktu yang dibutuhkan sampai susu mengumpal dalam menit diketahui:

E = 1 g/ 100 ml x 1ml = 0,01 gram t = 0,498 menit

maka =

= 200,80MCU/g( sesuai dengan pernyataan Sani., (2008) bahwa pada daun ternyata memiliki aktivitas proteolitik sekitar 200

MCU/g).

MCU/g

MCU/g


(59)

Lampiran 8. Bagan kerja pembuatan ekstrak air daun pepaya

Daunpepayasegar

Ekstrak air daun pepaya

Dicucihinggabersih

Ditiriskan, dirajang kecil-kecil Ditimbang sebanyak 135 g dan dimasukkan kedalam panci

Direbus dengan akuades 300 ml selama 30 menit sambil diaduk, lalu ditambahkan deterjen 1ml Disaring dan jika volume berkurang maka ditambahkan air panas melalui ampas dicukupkan sampai 300 ml


(60)

Lampiran 9. Perhitungan konsentrasi ekstrak air daun pepaya

Sampel yang digunakan 135g dalam 300 ml akuades tertera sebagai berikut: 135g / 300 ml = 135000 mg / 300 ml = 450.000 / ml = 450.000 ppm

1. Konsentrasi 450.000

x 2 ml = 2 ml

2. Konsentrasi 225.000

x 2 ml = 1 ml

3. Konsentrasi 112.500

x 2 ml = 0,5 ml

4. Konsentrasi 56.250

x 2 ml = 0,25 ml

5. Konsentrasi 28.125

x 2 ml = 0,125 ml

Pengenceran:

450.000 ppm, diambil 1 ml lalu ditambahkan akuades hingga 15 ml.

⁄ = 30.000 ppm 6. Konsentrasi 14.062,5

x 2 ml = 0,937ml


(61)

Lampiran10. Perhitungan konsentrasi kontrol positif

Bahan yang digunakan sipermetrin (100 g/L(dosis0,5 ml/L) Bahan aktif 100 g/L = 100.000 mg/1000 ml

= 100 mg/ml maka,

100 mg/ml x 0,5 ml/L= 50 mg/L = 50 mg/1000 ml = 50.000 /1000 ml = 50 ppm


(62)

Lampiran 11. Perhitungan LC50 dengan rumus ekstrapolasi

Keterangan:

y = nilai kematian 50%

y1 = nilai persen kematian awal y2 = nilai persen kematian > 50% x = dosis LC50

x1 = dosis awal kematian

x2 = dosis kematian > dari dosis 50% maka,

4.910 ppm


(63)

Lampiran12. Gambar hewan percobaan


(64)

Lampiran 13. Gambar alat dan bahan yang digunakan

Botol semprot Botol perlakuan


(65)

Lampiran 14. Data jumlah kematian hewan dalam 5 kali pengulangan

Perlakuan Pengulangan Jumlah larva yang mati

Kontrol (-) 1

2 3 4 5 0 0 0 0 0

Rata-rata 0

Kontrol (+) 1

2 3 4 5 10 10 10 10 10

Rata-rata 10

EADP 14.062,5 ppm 1

2 3 4 5 0 0 0 0 0

Rata-rata 0

EADP 28.125 ppm 1

2 3 4 5 1 1 1 1 1

Rata-rata 1

EADP 56.250 ppm 1

2 3 4 5 5 5 5 6 5

Rata-rata 5,2

EADP 112.500 ppm 1

2 3 4 5 6 7 6 5 7

Rata-rata 6,2

EADP 225.000 ppm 1

2 3 4 5 9 10 10 10 10

Rata-rata 9,8

EADP 450.000 ppm 1

2 3 4 5 10 10 10 10 10


(66)

Lampiran 15. Hasil analisis data statistik

Oneway

Descriptives

jumlah_larva_mati

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

Kontrol (-) 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

Kontrol (+) 5 10.0000 .00000 .00000 10.0000 10.0000 10.00 10.00

EADP 14.062,5ppm 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

EADP 28.125 ppm 5 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00

EADP 56.250 ppm 5 5.2000 .44721 .20000 4.6447 5.7553 5.00 6.00

EADP 112.500 ppm 5 6.2000 .83666 .37417 5.1611 7.2389 5.00 7.00

EADP 22.,000 ppm 5 9.8000 .44721 .20000 9.2447 10.3553 9.00 10.00

EADP 450.000 ppm 5 10.0000 .00000 .00000 10.0000 10.0000 10.00 10.00

Total 40 5.2750 4.24860 .67176 3.9162 6.6338 .00 10.00

ANOVA

jumlah_larva_mati

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 699.575 7 99.939 726.831 .000

Within Groups 4.400 32 .138


(67)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

jumlah_larva_mati Tukey HSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

Kontrol (-) Kontrol (+) -10.00000* .23452 .000 -10.7597 -9.2403

EADP 14.062,5ppm .00000 .23452 1.000 -.7597 .7597

EADP 28.125 ppm -1.00000* .23452 .004 -1.7597 -.2403

EADP 56.250 ppm -5.20000* .23452 .000 -5.9597 -4.4403

EADP 112.500 ppm -6.20000* .23452 .000 -6.9597 -5.4403

EADP 225.000 ppm -9.80000* .23452 .000 -10.5597 -9.0403

EADP 450.000 ppm -10.00000* .23452 .000 -10.7597 -9.2403

Kontrol (+) Kontrol (-) 10.00000* .23452 .000 9.2403 10.7597

EADP 14.062,5ppm 10.00000* .23452 .000 9.2403 10.7597

EADP 28.125 ppm 9.00000* .23452 .000 8.2403 9.7597

EADP 56.250 ppm 4.80000* .23452 .000 4.0403 5.5597

EADP 112.500 ppm 3.80000* .23452 .000 3.0403 4.5597

EADP 225.000 ppm .20000 .23452 .988 -.5597 .9597

EADP 450.000 ppm .00000 .23452 1.000 -.7597 .7597

EADP 14.062,5ppm Kontrol (-) .00000 .23452 1.000 -.7597 .7597

Kontrol (+) -10.00000* .23452 .000 -10.7597 -9.2403

EADP 28.125 ppm -1.00000* .23452 .004 -1.7597 -.2403

EADP 56.250 ppm -5.20000* .23452 .000 -5.9597 -4.4403

EADP 112.500 ppm -6.20000* .23452 .000 -6.9597 -5.4403

EADP 225.000 ppm -9.80000* .23452 .000 -10.5597 -9.0403

EADP 450.000 ppm -10.00000* .23452 .000 -10.7597 -9.2403

EADP 28.125 ppm Kontrol (-) 1.00000* .23452 .004 .2403 1.7597

Kontrol (+) -9.00000* .23452 .000 -9.7597 -8.2403

EADP 14.062,5ppm 1.00000* .23452 .004 .2403 1.7597


(68)

EADP 112.500 ppm -5.20000* .23452 .000 -5.9597 -4.4403

EADP 225.000 ppm -8.80000* .23452 .000 -9.5597 -8.0403

EADP 450.000 ppm -9.00000* .23452 .000 -9.7597 -8.2403

EADP 56.250 ppm Kontrol (-) 5.20000* .23452 .000 4.4403 5.9597

Kontrol (+) -4.80000* .23452 .000 -5.5597 -4.0403

EADP 14.062,5ppm 5.20000* .23452 .000 4.4403 5.9597

EADP 28.125 ppm 4.20000* .23452 .000 3.4403 4.9597

EADP 112.500 ppm -1.00000* .23452 .004 -1.7597 -.2403

EADP 225.000 ppm -4.60000* .23452 .000 -5.3597 -3.8403

EADP 450.000 ppm -4.80000* .23452 .000 -5.5597 -4.0403

EADP 112.500 ppm Kontrol (-) 6.20000* .23452 .000 5.4403 6.9597

Kontrol (+) -3.80000* .23452 .000 -4.5597 -3.0403

EADP 14.062,5ppm 6.20000* .23452 .000 5.4403 6.9597

EADP 28.125 ppm 5.20000* .23452 .000 4.4403 5.9597

EADP 56.250 ppm 1.00000* .23452 .004 .2403 1.7597

EADP 225.000 ppm -3.60000* .23452 .000 -4.3597 -2.8403

EADP 450.000 ppm -3.80000* .23452 .000 -4.5597 -3.0403

EADP 225.000 ppm Kontrol (-) 9.80000* .23452 .000 9.0403 10.5597

Kontrol (+) -.20000 .23452 .988 -.9597 .5597

EADP 14.062,5ppm 9.80000* .23452 .000 9.0403 10.5597

EADP 28.125 ppm 8.80000* .23452 .000 8.0403 9.5597

EADP 56.250 ppm 4.60000* .23452 .000 3.8403 5.3597

EADP 112.500 ppm 3.60000* .23452 .000 2.8403 4.3597

EADP 450.000 ppm -.20000 .23452 .988 -.9597 .5597

EADP 450.000 ppm Kontrol (-) 10.00000* .23452 .000 9.2403 10.7597

Kontrol (+) .00000 .23452 1.000 -.7597 .7597

EADP 14.062,5ppm 10.00000* .23452 .000 9.2403 10.7597

EADP 28.125 ppm 9.00000* .23452 .000 8.2403 9.7597

EADP 56.250 ppm 4.80000* .23452 .000 4.0403 5.5597

EADP 112.500 ppm 3.80000* .23452 .000 3.0403 4.5597

EADP 225.000 ppm .20000 .23452 .988 -.5597 .9597


(1)

Lampiran 13.

Gambar alat dan bahan yang digunakan

Botol semprot Botol perlakuan


(2)

Lampiran 14.

Data jumlah kematian hewan dalam 5 kali pengulangan

Perlakuan

Pengulangan

Jumlah larva yang mati

Kontrol (-)

1

2

3

4

5

0

0

0

0

0

Rata-rata

0

Kontrol (+)

1

2

3

4

5

10

10

10

10

10

Rata-rata

10

EADP 14.062,5 ppm

1

2

3

4

5

0

0

0

0

0

Rata-rata

0

EADP 28.125 ppm

1

2

3

4

5

1

1

1

1

1

Rata-rata

1

EADP 56.250 ppm

1

2

3

4

5

5

5

5

6

5

Rata-rata

5,2

EADP 112.500 ppm

1

2

3

4

5

6

7

6

5

7

Rata-rata

6,2

EADP 225.000 ppm

1

2

3

4

5

9

10

10

10

10

Rata-rata

9,8

EADP 450.000 ppm

1

2

3

4

5

10

10

10

10

10


(3)

Lampiran 15

. Hasil analisis data statistik

Oneway

Descriptives

jumlah_larva_mati

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

Kontrol (-) 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00 Kontrol (+) 5 10.0000 .00000 .00000 10.0000 10.0000 10.00 10.00 EADP 14.062,5ppm 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00 EADP 28.125 ppm 5 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00 EADP 56.250 ppm 5 5.2000 .44721 .20000 4.6447 5.7553 5.00 6.00 EADP 112.500 ppm 5 6.2000 .83666 .37417 5.1611 7.2389 5.00 7.00 EADP 22.,000 ppm 5 9.8000 .44721 .20000 9.2447 10.3553 9.00 10.00 EADP 450.000 ppm 5 10.0000 .00000 .00000 10.0000 10.0000 10.00 10.00 Total 40 5.2750 4.24860 .67176 3.9162 6.6338 .00 10.00

ANOVA

jumlah_larva_mati

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 699.575 7 99.939 726.831 .000

Within Groups 4.400 32 .138


(4)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

jumlah_larva_mati Tukey HSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound Kontrol (-) Kontrol (+) -10.00000* .23452 .000 -10.7597 -9.2403

EADP 14.062,5ppm .00000 .23452 1.000 -.7597 .7597 EADP 28.125 ppm -1.00000* .23452 .004 -1.7597 -.2403 EADP 56.250 ppm -5.20000* .23452 .000 -5.9597 -4.4403 EADP 112.500 ppm -6.20000* .23452 .000 -6.9597 -5.4403 EADP 225.000 ppm -9.80000* .23452 .000 -10.5597 -9.0403 EADP 450.000 ppm -10.00000* .23452 .000 -10.7597 -9.2403 Kontrol (+) Kontrol (-) 10.00000* .23452 .000 9.2403 10.7597 EADP 14.062,5ppm 10.00000* .23452 .000 9.2403 10.7597 EADP 28.125 ppm 9.00000* .23452 .000 8.2403 9.7597 EADP 56.250 ppm 4.80000* .23452 .000 4.0403 5.5597 EADP 112.500 ppm 3.80000* .23452 .000 3.0403 4.5597 EADP 225.000 ppm .20000 .23452 .988 -.5597 .9597 EADP 450.000 ppm .00000 .23452 1.000 -.7597 .7597 EADP 14.062,5ppm Kontrol (-) .00000 .23452 1.000 -.7597 .7597 Kontrol (+) -10.00000* .23452 .000 -10.7597 -9.2403 EADP 28.125 ppm -1.00000* .23452 .004 -1.7597 -.2403 EADP 56.250 ppm -5.20000* .23452 .000 -5.9597 -4.4403 EADP 112.500 ppm -6.20000* .23452 .000 -6.9597 -5.4403 EADP 225.000 ppm -9.80000* .23452 .000 -10.5597 -9.0403 EADP 450.000 ppm -10.00000* .23452 .000 -10.7597 -9.2403 EADP 28.125 ppm Kontrol (-) 1.00000* .23452 .004 .2403 1.7597 Kontrol (+) -9.00000* .23452 .000 -9.7597 -8.2403 EADP 14.062,5ppm 1.00000* .23452 .004 .2403 1.7597 EADP 56.250 ppm -4.20000* .23452 .000 -4.9597 -3.4403


(5)

EADP 112.500 ppm -5.20000* .23452 .000 -5.9597 -4.4403 EADP 225.000 ppm -8.80000* .23452 .000 -9.5597 -8.0403 EADP 450.000 ppm -9.00000* .23452 .000 -9.7597 -8.2403 EADP 56.250 ppm Kontrol (-) 5.20000* .23452 .000 4.4403 5.9597 Kontrol (+) -4.80000* .23452 .000 -5.5597 -4.0403 EADP 14.062,5ppm 5.20000* .23452 .000 4.4403 5.9597 EADP 28.125 ppm 4.20000* .23452 .000 3.4403 4.9597 EADP 112.500 ppm -1.00000* .23452 .004 -1.7597 -.2403 EADP 225.000 ppm -4.60000* .23452 .000 -5.3597 -3.8403 EADP 450.000 ppm -4.80000* .23452 .000 -5.5597 -4.0403 EADP 112.500 ppm Kontrol (-) 6.20000* .23452 .000 5.4403 6.9597 Kontrol (+) -3.80000* .23452 .000 -4.5597 -3.0403 EADP 14.062,5ppm 6.20000* .23452 .000 5.4403 6.9597 EADP 28.125 ppm 5.20000* .23452 .000 4.4403 5.9597 EADP 56.250 ppm 1.00000* .23452 .004 .2403 1.7597 EADP 225.000 ppm -3.60000* .23452 .000 -4.3597 -2.8403 EADP 450.000 ppm -3.80000* .23452 .000 -4.5597 -3.0403 EADP 225.000 ppm Kontrol (-) 9.80000* .23452 .000 9.0403 10.5597 Kontrol (+) -.20000 .23452 .988 -.9597 .5597 EADP 14.062,5ppm 9.80000* .23452 .000 9.0403 10.5597 EADP 28.125 ppm 8.80000* .23452 .000 8.0403 9.5597 EADP 56.250 ppm 4.60000* .23452 .000 3.8403 5.3597 EADP 112.500 ppm 3.60000* .23452 .000 2.8403 4.3597 EADP 450.000 ppm -.20000 .23452 .988 -.9597 .5597 EADP 450.000 ppm Kontrol (-) 10.00000* .23452 .000 9.2403 10.7597 Kontrol (+) .00000 .23452 1.000 -.7597 .7597 EADP 14.062,5ppm 10.00000* .23452 .000 9.2403 10.7597 EADP 28.125 ppm 9.00000* .23452 .000 8.2403 9.7597 EADP 56.250 ppm 4.80000* .23452 .000 4.0403 5.5597 EADP 112.500 ppm 3.80000* .23452 .000 3.0403 4.5597 EADP 225.000 ppm .20000 .23452 .988 -.5597 .9597 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.


(6)

Homogeneous Subsets

jumlah_larva_mati

TukeyHSDa

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

Kontrol (-) 5 .0000

EADP 14.062,5 ppm 5 .0000

EADP 28.125 ppm 5 1.0000

EADP 56.250 ppm 5 5.2000

EADP 112.500 ppm 5 6.2000

EADP 225.000 ppm 5 9.8000

Kontrol (+) 5 10.0000

EADP 450.000 ppm 5 10.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 .988

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.