Pengaruh Pencabutan Premolar Terhadap Overall Bolton Ratio Pada Maloklusi Klas I di RSGMP FKG USU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kebutuhan akan perawatan ortodonti semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perawatan

ortodonti meliputi perawatan malposisi gigi dan maloklusi gigi. Tujuan perawatan ortodonti
adalah untuk mendapatkan overjet, overbite yang optimal, estetis yang baik, oklusi akhir dan
stabilitas hasil perawatan yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak faktor yang
berpengaruh, salah satu faktor penting adalah harmonisasi ukuranlebar mesial distal gigi maksila
dan mandibula, yaitu hubungan lebar mesiodistal pada maksila dengan lebar mesiodistal gigi
mandibula.1,2,3
Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian untuk melihat hubunganlebar
mesiodistal gigi maksila dan mandibula. Lebar mesiodistal gigi pertama sekali dikemukakan oleh
Black (1902) yang menemukan ukuran materi gigi,Lunstrum (1954), Ballard (1956), kemudian
Bolton (1958) yang menyatakan bahwa hubungan ukuran mesiodistal gigi maksila dan
mandibula yang tepat adalah penting untuk mendapatkan interdigitasi yang tepat. Ukuran gigi
pada maksila dan mandibula yang tidak tepat merupakan penyebab utama terjadinya
maloklusi.1,2,3

Maloklusi menurut Andrews (1972) adalah penyimpangan dari susunan oklusi yang
normal. Salzmann (1950), adalah yang pertama sekali mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan
struktur skeletal, membagi maloklusi skeletal menjadi 3 Klas, yaitu ; Klas I, Klas II, dan Klas III
skeletal. Klas I skeletal merupakan maloklusi yang murni bersifat dental dimana tulang wajah
dan tulang rahang berada pada posisi yang harmonis (mandibula 2-3 mm di belakang maksila).

Universitas Sumatera Utara

Maloklusi Klas I skeletal dapat ditentukan berdasarkan analisis sefalometri, yaitu SNA normal ;
82º ± 2º, SNB normal ; 80º ± 2º, dan sudut ANB adalah 2º ± 2º.4,5
Maloklusi Klas I skeletal merupakan maloklusi yang sering terjadi dalam masyarakat. Pada
tahun 2012 Aldrees melakukan penelitian untuk melihat pola maloklusi skeletal dan dental pada
602 pasien ortodonti di Saudi Arabia. Hasilnya menunjukkan bahwa maloklusi skeletal Klas I
merupakan maloklusi yang paling sering terjadi. Sharma menemukan 62,28% maloklusi Klas I
dari 350 pasien ortodonti di Nepal, dan Sari menemukan 61,7% dari 1602 pasien di Turki adalah
maloklusi Klas I. Penelitian oleh Wijayanti dkk (2014) mengenai maloklusi dan kebutuhan
perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun di Jakarta menunjukkan bahwa dari 98 subjek,
65,3% memiliki maloklusi Klas I, 31,6 % Klas II, dan 3,1 % Klas III.6,7,8.
Ukuran gigi merupakan parameter yang sangat penting dipertimbangkan dalam diagnosis
dan rencana perawatan ortodonti. Ketidaksesuaian ukuran gigi (diskrepansi) merupakan

penyebab terjadinya maloklusi. Sulit menentukan letak ketidaksesuaian ukuran materi gigi yang
ringan selama perawatan awal. Rencana perawatan tanpa dapat menetukan letak diskrepansi
ukuran gigi hanya akan dapat mengoreksi maloklusi tetapi akan sulit untuk mendapatkan
interdigitasi, overjet dan oberbite yang tepat. Analisis Bolton merupakan salah satu cara yang
mudah dan sangat membantu dalam menentukan ketidaksesuaian ukuran gigi antara maksila dan
mandibulauntuk membuat suatu rencana perawatan. 1,4,9
Pada tahun 1958 Wayne A Bolton memperkenalkan suatu analisis yang disebut dengan
Bolton Analysis atau analisis Bolton, yang mengukurrasio antara jumlah lebar mesiodistal gigi
permanen maksila dan mandibula. Ada dua rasio yang diperkenalkan oleh Bolton, yaitu rasio
Bolton anterior dengan nilai rata-rata 77,2% ±1.65 dan overall Bolton ratio dengan nilai rata –
rata 91,3% ±1.91.1,3,4,10,11,12

Universitas Sumatera Utara

Beberapa penelitian menunjukkan overall Bolton ratio akan berubah setelah dilakukan
pencabutan gigi, dan hal ini juga dipengaruhi oleh kombinasi pencabutan yang berbeda.Bolton
(1962) dan Yang (2002) menyatakan bahwa overall Bolton ratio akan berkurang setelah
dilakukan pencabutan empat gigi premolar pertama. Li juga melaporkan bahwa overall Bolton
ratio akan menurun setelah pencabutan empat gigi premolar pertama, empat gigi premolar
kedua, dan kombinasi pencabutan gigi premolar pertama maksila dan gigi premolar kedua

mandibula, serta premolar kedua maksila dan premolar pertama mandibula. Tong dkk
menyatakan bahwa overall Bolton ratiosetelah pencabutan kombinasi empat premolar menjadi
lebih kecil, dan pada beberapa pasien yang memilikioverall Bolton ratio normal dan besar
berubah menjadi kecil dan normal. Perubahan overall Bolton ratio terutama terlihat pada
kelompok pencabutan empat premolar kedua dan pencabutan premolar kedua maksila dan
premolar pertama mandibula.1,10,11,12,13
Saatci mengatakan, bahwa perubahan overall Bolton ratio hanya berpengaruh signifikan
pada pencabutan empat premolar pertama dan tidak signifikan pada ketiga pola pencabutan
lainnya. Nilaioverall Bolton ratio akan meningkat setelah pencabutan semua gigi premolar
pertama, pencabutan gigi premolar pertama maksila dan premolarkedua mandibula, tetapi
menurun setelah pencabutan semua premolar kedua dan pencabutan premolar kedua maksila dan
premolar pertama mandibula. Sedangkan penelitian oleh Varghese ST dkk (2016)menyimpulkan
bahwa overall Bolton ratio akan meningkat setelah dilakukan pencabutan gigi premolar pertama
dan akan menurun setelah dilakukan pencabutan gigi premolar kedua.3,12,13
Pengaruh pencabutan gigi premolar terhadap overall Bolton ratio merupakan masalah yang
penting diketahui untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif untuk dijadikan
pedoman dalam membuat rencana perawatan. Seorang ortodontis diharapkan dapat mengetahui

Universitas Sumatera Utara


adanya ketidaksesuaian ukuran gigi dan pengaruh pencabutan gigi premolar yang akan dilakukan
terhadap hasil perawatan. Perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk melakukan
pencabutan karena boleh jadi pencabutan akan menyebabkan masalah baru dalam
perawatan1,3,12,14
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruhoverall Bolton ratiosetelah dilakukan beberapa variasi
atau kombinasi pencabutangigi premolar pada pasien maloklusi Klas I skeletal.
1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.

Bagaimana pengaruh pencabutan empat gigi premolar pertama terhadapoverall Bolton
ratiopada pasien maloklusi Klas I skeletal di RSGMP FKG USU

2.

Bagaimana pengaruh pencabutan empat gigi premolar kedua terhadap overall Bolton

ratiopada pasien maloklusi Klas I skeletal di RSGMP FKG USU

3.

Bagaimana pengaruh pencabutan

gigi premolar pertama maksila dan premolar kedua

mandibula terhadapoverall Bolton ratiopada pasien maloklusi Klas I skeletal di RSGMP
FKG USU?
4.

Bagaimana pengaruh pencabutan gigi premolar kedua maksila dan premolar pertama
mandibula terhadapoverall Bolton ratiopada pasien maloklusi Klas I skeletal di RSGMP
FKG USU

1.3.
1.

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pencabutan empat gigi premolar pertama terhadap overall Bolton
ratio pada pasien maloklusi Klas I skeletal di RSGMP FKG USU

Universitas Sumatera Utara

2.

Mengetahui pengaruh pencabutan empat gigi premolar kedua terhadap overall Bolton ratio
pada pasien maloklusi Klas I skeletal di RSGMP FKG USU

3.

Mengetahui pengaruh pencabutan gigi premolar pertama maksila dan premolar kedua
mandibula terhadap overall Bolton ratiopada pasien maloklusi Klas I skeletal di RSGMP
FKG USU?

4.

Mengetahui pengaruh pencabutan gigi premolar kedua maksila dan premolar pertama
mandibula terhadap overall Bolton ratio pada pasien maloklusi Klas I skeletal di RSGMP

FKG USU

a. Hipotesis
Pencabutangigi premolar berpengaruh pada overall Bolton ratio
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah informasi ilmiah tentang pengaruh
pencabutan terhadap rasio Bolton yang dapat digunakan untuk membuat rencana perawatan pada
pasien maloklusi Klas I skeletal terutama pada kasus pencabutan.
Manfaat lainnya adalah untuk mengetahui pengaruh variasi atau pola pencabutan gigi
premolar terhadapoverall Bolton ratio.

Universitas Sumatera Utara