Keanekaragaman Mangrove dan Kelimpahan Makrozoobenthos di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Asahan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang
mempunyai kawasan mangrove di atas pesisir pantai dengan luas wilayah sekitar
4.624,41 km2 terdiri dari 17 kecamatan 238 desa dan 33 kelurahan. Dari luas
wilayah seperti tersebut yang merupakan wilayah pesisir pada Kabupaten Asahan
adalah sekiitar 30,6% dari luas keseluruhan wilayah (Tambunan, 2005).
Desa Bagan Asahan merupakan salah satu desa yang terdapat di kabupaten
Asahan. Di desa tersebut terdapat ekosistem mangrove yang banyak di
manfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai kayu bakar. Masyarakat setempat
juga memanfaatkan biota yang ada di dalam ekosistem mangrove tersebut seperti
adanyan penangkapan udang, kepiting dan keong yang memiliki nilai ekonomis
tinggi.
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan.
Pada wilayah pesisir terdapat beberapa ekosistem, termasuk ekosistem mangrove.
Ekosistem hutan mangrove merupakan sumber daya yang dapat pulih (renewable
resources) yang mempunyai manfaat ganda, yaitu manfaat bio-ekologis dan sosioekonomis. Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
species pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan
untuk tumbuh dalam perairan asin. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah
yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup besar. Wilayah ini telah
mengalami banyak perubahan fungsi untuk dapat memberikan manfaat dan
Universitas Sumatera Utara
12
sumbangan yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui
peningkatan devisa negara. Namun aktivitas perekonomian tersebut yang
mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan mangrove menjadi kawasan industri,
pariwisata dan pemukiman telah menyebabkan proses abrasi dan sedimentasi
yang cukup parah (Wijaya, 2010).
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah yang unik dan
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Fungsi ekologis ekosistem
mangrove antara lain: pelindung pantai dari serangan angin, arus dan ombak dari
laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat
asuhan dan pembesaran (nursery ground), dan tempat pemijahan (spawning
ground) bagi biota perairan. Fungsi ekonomis ekosistem mangrove adalah:
penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil
bibit (Sirante, 2011).
Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem
mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan menunjang keseluruhan
system kehidupan di sekitarnya. Menurut Bengen (2004) tumbuhan mangrove
merupakan sumber makanan potensial, dalam berbagai bentuk, bagi semua biota
yang hidup di ekosistem mangrove. Banyak fauna khususnya bentos yang
berkoeksistensi di hutan mangrove memiliiki nilai ekonomis yang tinggi, seperti
kepiting bakau, beberapa jenis krustasea, kerang-kerangan, dan gastropod.
Makrozoobentos adalah organisme yang tidak mempunyai tulang belakang
dan hidup di dasar perairan dengan ukuran > 1 mm. Umumnya hewan bentos
yang berada di perairan terdiri dari beberapa jenis, diantaranya Echinodermata,
Crustacea dan Moluska. Makrozoobenthos sering dipakai sebagai bioindikator
Universitas Sumatera Utara
13
pencemaran di suatu perairan. Hal ini dikarenakan makrozoobenthos hidup
menetap (sesil) dan mobilitasnya rendah sehingga dapat digunakan untuk
menduga kualitas suatu perairan dimana komunitas organisme tersebut berada
(Amrul, 2007).
Perumusan Masalah
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan
ekosistem yang unik dan memiliki banyak potensi serta memiliki peranan yang
sangat
penting khususnya
bagi biota
yang
hidup
didalamnya
seperti
makrozoobentos. Akibat dari aktivitas masyarakat yang semakin meningkat serta
pemanfaatan ekosistem mangrove yang tidak seimbang dapat menyebabkan
penurunan kualitas dan fungsi fisik mangrove. Kondisi ini menyangkut kurangnya
kerapatan mangrove maupun menurunkan fungsi mangrove sebagai habitat
biotanya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana kondisi keanekaragaman mangrove di Desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara?
2.
Bagaimana kelimpahan makrozoobentos di Desa Bagan Asahan Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara?
3.
Bagaimana
hubungan
keanekaragaman
mangrove
dan
kelimpahan
makrozoobenthos Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten
Asahan Provinsi Sumatera Utara?
Universitas Sumatera Utara
14
Kerangka Pemikiran
Ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan.
Pada ekosistem psisr terdapat beberapa ekosistem termasuk mangrove.
Ekossistem mangrove merupakan ekosistem yang saling berinteraksi antara
komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Perubahan yang terjadi di perairan pesisir akibat dari aktivitas masyarakat sangat
mempengaruhi sistem komunitas yang berada di ekosistem mangrove seperti
kelimpahan makrozoobenthos. Status ekosistem mangrove dapat dilihat dari
kondisi lingkungan dan jenis biota yang hidup di dalamnya. Kerangka pemikiran
dapat dilihat pada Gambar 1.
Ekosistem Pesisir
Ekosistem Mangrove
Aktivitas Masyarakat
Penangkapan keong, ikan, udang,
kepiting dan penebangan kayu
Dampak Mangrove
Dampak Makrozoobenthos
Parameter Fisika Kimia
Kerapatan
Keanekaragaman
Kelimpahan
Keseragaman
pH, Suhu
Salinitas, DO, Substrat
Status Keterkaitan Antara Keanekaragaman Mangrove dan
kelimpahan makrozoobenthos
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.
Universitas Sumatera Utara
15
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui kondisi keanekaragaman mangrove di Desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.
2.
Untuk mengetahui kelimpahan makrozoobenthos di Desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.
3.
Untuk menegetahui hubungan keanekaragaman mangrove dan kelimpahan
makrozoobenthos di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai
Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
informasi
mengenai
keanekaragaman mangrove dan kelimpahan makrozoobenthos di Desa Bagan
Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan, Sumatera Utara bagi
peneliti maupun instansi-instansi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Asahan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang
mempunyai kawasan mangrove di atas pesisir pantai dengan luas wilayah sekitar
4.624,41 km2 terdiri dari 17 kecamatan 238 desa dan 33 kelurahan. Dari luas
wilayah seperti tersebut yang merupakan wilayah pesisir pada Kabupaten Asahan
adalah sekiitar 30,6% dari luas keseluruhan wilayah (Tambunan, 2005).
Desa Bagan Asahan merupakan salah satu desa yang terdapat di kabupaten
Asahan. Di desa tersebut terdapat ekosistem mangrove yang banyak di
manfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai kayu bakar. Masyarakat setempat
juga memanfaatkan biota yang ada di dalam ekosistem mangrove tersebut seperti
adanyan penangkapan udang, kepiting dan keong yang memiliki nilai ekonomis
tinggi.
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan.
Pada wilayah pesisir terdapat beberapa ekosistem, termasuk ekosistem mangrove.
Ekosistem hutan mangrove merupakan sumber daya yang dapat pulih (renewable
resources) yang mempunyai manfaat ganda, yaitu manfaat bio-ekologis dan sosioekonomis. Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
species pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan
untuk tumbuh dalam perairan asin. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah
yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup besar. Wilayah ini telah
mengalami banyak perubahan fungsi untuk dapat memberikan manfaat dan
Universitas Sumatera Utara
12
sumbangan yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui
peningkatan devisa negara. Namun aktivitas perekonomian tersebut yang
mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan mangrove menjadi kawasan industri,
pariwisata dan pemukiman telah menyebabkan proses abrasi dan sedimentasi
yang cukup parah (Wijaya, 2010).
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem alamiah yang unik dan
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Fungsi ekologis ekosistem
mangrove antara lain: pelindung pantai dari serangan angin, arus dan ombak dari
laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat
asuhan dan pembesaran (nursery ground), dan tempat pemijahan (spawning
ground) bagi biota perairan. Fungsi ekonomis ekosistem mangrove adalah:
penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil
bibit (Sirante, 2011).
Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem
mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan menunjang keseluruhan
system kehidupan di sekitarnya. Menurut Bengen (2004) tumbuhan mangrove
merupakan sumber makanan potensial, dalam berbagai bentuk, bagi semua biota
yang hidup di ekosistem mangrove. Banyak fauna khususnya bentos yang
berkoeksistensi di hutan mangrove memiliiki nilai ekonomis yang tinggi, seperti
kepiting bakau, beberapa jenis krustasea, kerang-kerangan, dan gastropod.
Makrozoobentos adalah organisme yang tidak mempunyai tulang belakang
dan hidup di dasar perairan dengan ukuran > 1 mm. Umumnya hewan bentos
yang berada di perairan terdiri dari beberapa jenis, diantaranya Echinodermata,
Crustacea dan Moluska. Makrozoobenthos sering dipakai sebagai bioindikator
Universitas Sumatera Utara
13
pencemaran di suatu perairan. Hal ini dikarenakan makrozoobenthos hidup
menetap (sesil) dan mobilitasnya rendah sehingga dapat digunakan untuk
menduga kualitas suatu perairan dimana komunitas organisme tersebut berada
(Amrul, 2007).
Perumusan Masalah
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan
ekosistem yang unik dan memiliki banyak potensi serta memiliki peranan yang
sangat
penting khususnya
bagi biota
yang
hidup
didalamnya
seperti
makrozoobentos. Akibat dari aktivitas masyarakat yang semakin meningkat serta
pemanfaatan ekosistem mangrove yang tidak seimbang dapat menyebabkan
penurunan kualitas dan fungsi fisik mangrove. Kondisi ini menyangkut kurangnya
kerapatan mangrove maupun menurunkan fungsi mangrove sebagai habitat
biotanya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana kondisi keanekaragaman mangrove di Desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara?
2.
Bagaimana kelimpahan makrozoobentos di Desa Bagan Asahan Kecamatan
Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara?
3.
Bagaimana
hubungan
keanekaragaman
mangrove
dan
kelimpahan
makrozoobenthos Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten
Asahan Provinsi Sumatera Utara?
Universitas Sumatera Utara
14
Kerangka Pemikiran
Ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan.
Pada ekosistem psisr terdapat beberapa ekosistem termasuk mangrove.
Ekossistem mangrove merupakan ekosistem yang saling berinteraksi antara
komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Perubahan yang terjadi di perairan pesisir akibat dari aktivitas masyarakat sangat
mempengaruhi sistem komunitas yang berada di ekosistem mangrove seperti
kelimpahan makrozoobenthos. Status ekosistem mangrove dapat dilihat dari
kondisi lingkungan dan jenis biota yang hidup di dalamnya. Kerangka pemikiran
dapat dilihat pada Gambar 1.
Ekosistem Pesisir
Ekosistem Mangrove
Aktivitas Masyarakat
Penangkapan keong, ikan, udang,
kepiting dan penebangan kayu
Dampak Mangrove
Dampak Makrozoobenthos
Parameter Fisika Kimia
Kerapatan
Keanekaragaman
Kelimpahan
Keseragaman
pH, Suhu
Salinitas, DO, Substrat
Status Keterkaitan Antara Keanekaragaman Mangrove dan
kelimpahan makrozoobenthos
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.
Universitas Sumatera Utara
15
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui kondisi keanekaragaman mangrove di Desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.
2.
Untuk mengetahui kelimpahan makrozoobenthos di Desa Bagan Asahan
Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.
3.
Untuk menegetahui hubungan keanekaragaman mangrove dan kelimpahan
makrozoobenthos di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai
Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
informasi
mengenai
keanekaragaman mangrove dan kelimpahan makrozoobenthos di Desa Bagan
Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan, Sumatera Utara bagi
peneliti maupun instansi-instansi tertentu.
Universitas Sumatera Utara