Mix design Beton dan estimasi biaya peke

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Proyek

Seiring meningkatnya perkembangan suatu daerah dan untuk meningkatkan taraf hidup serta memajukan perekonomian, diperlukan sarana dan prasarana perhubungan yang fungsinya sangat penting atau vital, baik itu perhubungan darat maupun perhubungan laut.

Dalam hal ini sarana perhubungan terutama pembangunan dermaga adalah sangat penting untuk menunjang perkembangan di sektor-sektor lainnya. Dermaga merupakan salah satu perhubungan laut yang keberadaanya sangat diperlukan menunjang kelancaran transportasi yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.

Pelabuhan Tanjung Perak, pelabuhan terbesar kedua di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi terutama daerah industri dan komoditas-komoditas non migas di Jawa Timur. Pelabuhan Tanjung Perak juga menjadi pusat distribusi diseluruh wilayah Indonesia bagian Timur. Hal itulah yang menjadikan pengguna jasa pelabuhan di Surabaya memerlukan pelayanan yang lebih efektif dan efisien dari penyedia jasa kepelabuhanan sehingga barang- barang dapat didistribusikan dengan cepat dan aman serta biaya yang memadai.

Pelabuhan Tnajung Perak Tahun 2012 handing peti kemas telah mencapai 2,8 juta Teus dan kunjungan kapal sebanyak 15.064 unit kapal, diprediksi pada tahun 2015 akan mencapai 4 juta Teus serta peningkatan bongkar muat General Cargo, Curah Kering dan Curah Cair, dan fasilitas Pelabuhan Tnajung Perak Tahun 2012 handing peti kemas telah mencapai 2,8 juta Teus dan kunjungan kapal sebanyak 15.064 unit kapal, diprediksi pada tahun 2015 akan mencapai 4 juta Teus serta peningkatan bongkar muat General Cargo, Curah Kering dan Curah Cair, dan fasilitas

Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong (TMTL) milik PT. Pelindo III (Persero) yang berada di perbatasan Surabaya- Gresik, Berdiri di lahan reklamasi seluas 50 hektar termasuk dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) khususnya pada koridor Jawa. Dengan pembangunan dan pengoperasian Terminal Multi Purpose Teluk Lamong, diharapkan dapat mengurangi waktu tunggu kapal di Pelabuhan Tajung Perak selaku pintu gerbang perekonomian Jawa Timur dan Kawasan Timur Indonesia.

1.2. Tujuan Proyek

1.2.1. Umum Secara umum tujuan dari proyek Pembangunan Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong – Surabaya adalah untuk

mengurangi waktu tunggu kapal di Pelabuhan Tajung Perak.

1.2.2. Khusus

Secara khusus tujuan pelaksanaan proyek ini antara lain :

1. Sebagai implementasi pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak yang dilengkapi peralatan bongkar muat yang memadai dengan teknologi modern.

2. Usaha mendukung penyebaran arus barang dari dan ke wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan untuk mengatisipasi meningkatnya angkutan peti kemas dan curah sebagai akibat pasar

global di Pelabuhan Tanjung Perak.

3. Untuk menghindari terjadinya stagnasi di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sehingga tidak membawa dampak negatif terhadap citra Pelabuhan Indonesia di mata dunia.

1.3. Tujuan Magang Kerja

Adapun tujuan dari pelaksanaan magang kerja pada program studi Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang adalah untuk:

1. Meningkatkan keahlian bagi mahasiswa dibidang Proyek Konstruksi dalam dunia kerja yang dituntut untuk memiliki kompetensi dan

didukung dengan sertifikasi untuk memasuki persaingan dunia tenaga kerja.

2. Menambah pengalaman dan pengetahuan dengan melihat secara langsung pelaksanaan kerja di lapangan beserta permasalahannya bagi

mahasiswa dalam dunia Konstruksi. Hal ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, karena dapat membandingkan antara pengetahuan teoritis yang didapat di perkuliahan dengan kenyataan di lapangan, sehingga ilmu akan bertambah yang berguna di kemudian hari.

3. Melatih dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam rangka menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan.

4. Melatih mahasiswa bekerja disiplin dan bertanggung jawab.

1.4. Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan dalam laporan magang kerja ini dibatasi hanya membahas mengenai Pelaksanaan Pekerjaan Beton.

1.5. Rumusan Masalah

Pada waktu pelaksanaan magang kerja, penulis melihat berbagai macam jenis pekerjaan yang akan dilakukan di lapangan. Diantaranya adalah, Pelaksanaan Pekerjaan Beton yang meliputi Pemasangan Bekisting, Penulangan Beton, Pengecoran Beton, Pemadatan Beton, Pengujian Kekuatan Beton dan Proses Perawatan Beton. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat salah satu jenis pekerjaan beton tersebut untuk dijadikan pokok permasalahan, meliputi:

1. Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design)

2. Pengujian Kekuatan Beton

3. Proses Perawatan Beton

1.6. Metode Pengumpulan Data

Pada penulisan laporan ini di jelaskan uraian umum serta uraian detail, yang dilengkapi dengan keterangan–keterangan teknis yang didapat dari berbagai pihak, sehingga diperoleh gambaran mengenai proyek ini.

Dalam penyusunan dan pengkajian Laporan Magang Kerja ini menggunakan metode deskriptif yang berdasarkan pada:

1. Observasi Yaitu pengamatan langsung terhadap metode Pelaksanaan Pekerjaan Beton.

2. Wawancara Yaitu dengan mengadakan diaolg langsung terhadap pihak-pihak yang

berkaitan dengan maksud untuk mengetahui hal-hal sulit diperoleh dengan metode observasi.

3. Studi pustaka Yaitu Untuk memperoleh data-data yang mendukung, maka digunakan

referensi buku-buku literatur yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

1.7. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan magang kerja ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan latar belakang proyek, tujuan proyek,

tujuan magang kerja, perumusan masalah, metode pengumpulan data dan juga sistematika penulisan.

2. BAB II : TINJAUAN UMUM PROYEK Dalam bab ini menguraikan sejarah perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas serta ruang lingkup usaha perusahaan baik sebagai pemilik,

kontraktor maupun sebagai konsultan. Pengorganisasian merupakan suatu sistem yang harus dimiliki suatu proyek oleh karena itu, dalam bab ini dijelaskan struktur-struktur organisasi yang diperlukan serta tugas dan kewajiban setiap jabatan.

3. BAB III : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menguraikan tentang landasan teori yang berhubungan pelaksanaan pekerjaan beton, jenis alat-alat yang digunakan dan

fungsinya serta bahan yang dibutuhkan.

4. BAB IV : PEKERJAAN BETON Dalam bab ini menguraikan hal yang berkaitan dengan pekerjaan beton

mulai dari perencanaan campuran beton, pengujian beton, pelaksanaan beton.

5. BAB V : PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan data obyek hasil magang kerja, hasil

pengumpulan data, deskripsi hasil magang kerja serta rekapitulasi hasil magang kerja. Selanjutnya diuraikan pembahasan berdasarkan data tersebut tentang metode perencanaan pekerjaan beton. Meliputi proses pencampuran bahan, pengujian beton dan proses pelaksanaan pekerjaan.

6. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan

saran dari penulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

BAB II TINJAUN UMUM PROYEK

2.1. Sejarah Perusahaan

Sejarah PT Pelindo III (Persero) terbagi menjadi beberapa fase penting berikut ini:

1. Perseroan pada awal berdirinya adalah sebuah Perusahaan Negara yang pendiriannya dituangkan dalam PP No.19 Tahun 1960.

2. Selanjutnya pada kurun waktu 1969- 1983 bentuk Perusahaan Negara diubah dengan nama Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1969.

3. Kemudian pada kurun waktu tahun 1983-1992, untuk membedakan pengelolaan Pelabuhan Umum yang diusahakan dan yang tidak diusahakan, diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1983 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1985.

4. Seiring pesatnya perkembangan dunia usaha, maka status Perum diubah menjadi Perseroan pada tahun 1992 dan tertuang dalam Akta Notaris

Imas Fatimah, SH Nomor 5 Tanggal 1 Desember 1992.

5. Perubahan Anggaran Dasar Desember 2011 tentang Kepmen BUMN 236.

PT Pelindo III (Persero) yang berkantor pusat di Surabaya, mengelola 43 pelabuhan yang tersebar di 7 Propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, serta memiliki 7 anak perusahaan.

PT Pelindo III (Persero) yang menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhanan, memiliki peran kunci untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut. Dengan tersedianya prasarana transportasi laut yang memadai, PT Pelindo III (Persero) mampu PT Pelindo III (Persero) yang menjalankan bisnis inti sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhanan, memiliki peran kunci untuk menjamin kelangsungan dan kelancaran angkutan laut. Dengan tersedianya prasarana transportasi laut yang memadai, PT Pelindo III (Persero) mampu

Berdasarkan UU No.17 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Umum, PT Pelindo III (Persero) bertanggung jawab atas Keselamatan Pelayaran, Penyelenggaraan Pelabuhan, Angkutan Perairan dan Lingkungan Maritim. Dengan demikian status Pelindo bukan lagi sebagai “regulator” melainkan “operator” Pelabuhan, yang secara otomatis mengubah bisnis Pelindo dari Port Operator menjadi Terminal Operator.

Surat dari Kementerian Perhubungan, Dirjen Perhubungan Laut yang diterbitkan bulan Februari 2011 menjelaskan tentang penunjukan PT Pelindo III (Persero) sebagai Badan Usaha Pelabuhan (BUP).

2.2. Data-data Proyek

Proyek Pembangunan Terminal Multi Purpose Teluk Lamong (TMTL), merupakan proyek yang dilaksanakan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) selaku pemilik poyek menetapkan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, sebagai pelaksana proyek berdasarkan surat perjanjian kontrak Nomor: HK.0502/180/P.III-2013 tanggal 21 Mei 2013.

2.2.1. Data Umum Proyek Nama Paket

: Pembangunan gedung, instalasi dan mekanika elektrikal untuk Terminal MultiPurpose Teluk Lamong (paket D)

Lokasi : Kotamadya Surabaya – Jawa Timur Pemberi Tugas

: Direksi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Nomor Kontrak

: HK.0502/180/P.III-2013

Tanggal Kontak

: 21 Mei 2013

Waktu pelaksanaan : 335 (tiga ratus tiga puluh lima) hari kalender Masa pemeliharaan : 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari kalender Nilai Kontrak

: Rp.152.200.000.000,- (seratus lima puluh dua

milyar dua ratus juta)

Sumber Dana : RKAP PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Tahun Anggaran 2013

Jenis Kontrak

: Unit Price

Konsultan Perencana : PT. Sarana Antar Nusa Perekayasa Bangunan

Sejajar Prima

Konsultan Pengawas : PT. Virama Karya & Ass. Kontraktor

: PT. Adhi Karya (Persero) Tbk

2.2.2. Data Teknis Proyek Daftar Materia Struktur (minimal)

1. Tiang pancang beton diameter 400

2. Tiang pancang beton diameter 300

3. Ready mix K 300

4. Reinforment bar

5. Struktur rangka baja

6. Pengecetan dasar dan pengecetan akhir

Daftar Material Arsitektur (mininal)

1. Keramik lantai

2. Waterproofing

3. Keramik dinding

4. Dinding partisi

5. Plafon

6. Kusen, pintu, dan jendela

7. Railing

8. Pekerjaan ACP

9. Pengecetan

10. Pintu besi

11. Sanitary

12. Paving

Daftar Material ME (minimal)

1. AC slpit VRV (VRV system)

2. Elevator

3. Lampu penerangan

4. Kabel

5. Sound system

6. Fire alarm

7. CCTV

8. Kabel data

9. Crane

Daftar Material ME Infrastruktur (minimal)

1. Transformator

2. Kabel

3. Tiang lampu

4. Panel TM

5. Panel TR

6. Lampu

7. Pipa

8. Circuit breaker

9. Pompa

10. Genset

2.3. Struktur Organisasi

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penyelesaian suatu proyek sangat tergantung pada sistem perencanaan sampai pelaksanaannya. Kelancaran suatu pekerjaan didukung oleh adanya unsur-unsur organisasi proyek, di mana masing-masing unsur yang terlibat di dalamnya bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan hingga selesainya proyek. Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya adalah saling berkaitan, sehingga diharapkan dapat saling berinteraksi dan saling menunjang sesuai dengan fungsi dan wewenangnya masing-masing agar Untuk mencapai hasil yang optimal dalam penyelesaian suatu proyek sangat tergantung pada sistem perencanaan sampai pelaksanaannya. Kelancaran suatu pekerjaan didukung oleh adanya unsur-unsur organisasi proyek, di mana masing-masing unsur yang terlibat di dalamnya bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan hingga selesainya proyek. Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya adalah saling berkaitan, sehingga diharapkan dapat saling berinteraksi dan saling menunjang sesuai dengan fungsi dan wewenangnya masing-masing agar

Badan-badan hukum dan susunan organisasi pelaksanaan pekerjaan perlu dibentuk untuk menjamin pelaksanaan proyek agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan selesai pada waktunya (Soeharto, 2001 : 57). Masing-masing unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda.

Unsur-unsur organisasi yang terlibat langsung dalam Proyek Pembangunan Terminal Multi Purpose Teluk Lamong (TMTL) adalah :

1. pemilik proyek (bouwheer/owner)

2. konsultan perencana (consultant/designer)

3. konsultan pengawas (direksi/supervisor) dan

4. pelaksana proyek (contractor). Setiap unsur yang terlibat harus dapat berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan

wewenang dan fungsinya masing-masing agar sasaran pelaksanaan dapat tercapai sebagaimana diharapkan.

2.3.1. Pemilik Proyek Pemilik proyek (bouwheer/owner) adalah pihak yang memiliki gagasan untuk membangun, baik secara perorangan (individu) atau badan hukum seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta maupun wakil suatu dinas. Tugas dan tanggung jawab pemilik proyek (Ervianto, 2003 : 38) adalah sebagai berikut:

a. menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).

b. meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.

c. memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.

d. menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.

e. menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah

bangunan.

f. ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk

bertindak atas nama pemilik.

g. mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).

h. menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang

dikehendaki.

2.3.2. Konsultan Perencana Konsultan perencana (consultant/designer) adalah pihak perorangan atau badan hukum yang menerima tugas dari pemimpin proyek untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan dan memberikan saran-saran yang perlu dalam perencanaan/pelaksanaan proyek. Tugas dan tanggung jawab perencana (Ervianto, 2002 : 39) adalah sebagai berikut :

a. membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran

biaya.

b. memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.

c. memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat- syarat.

d. membuat gambar revisi apabila terjadi perubahan perencanaan.

e. menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.3.3. Konsultan Pengawas Konsultan pengawas (direksi/supervisor) adalah perorangan, beberapa orang, badan hukum atau instansi yang ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik proyek untuk mengawasi dan mengontrol pelaksanaan 2.3.3. Konsultan Pengawas Konsultan pengawas (direksi/supervisor) adalah perorangan, beberapa orang, badan hukum atau instansi yang ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik proyek untuk mengawasi dan mengontrol pelaksanaan

a. mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.

b. membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan pekerjaan.

c. melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.

d. mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan

lancar.

e. menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari pembengkakan biaya.

f. mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.

g. menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.

h. menghentikan sementara apabila terjadi penyimpangan dari peraturan ysng berlaku.

i. menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan). j. menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan bertambah atau berkurangnya pekerjaan. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada pemimpin proyek. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada pelaksana (pemborong/kontraktor) jika dirasakan perlu, agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang telah disepakati bersama di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

2.3.4. Pelaksana Proyek

PROJECT MANAGER

A. Syaiful Bahri, ST

ENGINEER MGR PRODUCTION MGR FINANCE MGR Eko Pramono, ST

Dhyan Arie Wibowo, ST

M. Syaiful Zairin, ST

SUPERVISIOR FINANCE ADM. SCHEDULING

PLANNING &

Edi Joko L. (Gedung)

Budihartono Fajar M.

Ikhwan Ramadhianto, ST

Walugo (Besi)

Ferry David Kristian, ST

Setiawan

Andy Setyawan, ST GENERAL AFFAIR M. Syaiful Zairin, SE

TECH. ADM CASHIER

Andry Mustika, ST M. Choiruddin Ardycha Prayudha

EQUIPTMENT Edi Sriyana

COST CONTROL Angga Irwandawa, ST

HSE OFFICER Slamet Suhariyanto

QUALITY &

Supriyanto

LABORAT, BE

Danang

Diddy Suharto Jumono

ADM. PROC, & LOGISTIK

Sutono Widya

Pelaksana (contractor) adalah perorangan atau badan hukum yang dipercaya untuk melaksanakan pembangunan dan memiliki usaha yang bergerak di bidang jasa kontruksi sesuai dengan keahlian dan kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana peralatan yang cukup. Pelaksana disebut juga sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan pekerjaan sesuai surat petunjuk dan surat perintah kerja dari pemimpin proyek setelah dinyatakan sebagai pemenang tender.

Penunjukan pelaksana proyek dilaksanakan melalui proses pelelangan, yang selanjutnya melaksanakan pembangunan proyek tersebut sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana (Ervianto, 2002 : 41) adalah sebagai berikut :

a. mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja.

b. menyediakan dan mempersiapkan perlengkapan bahan yang akan digunakan pada proyek sesuai dengan persyaratan bestek.

c. menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang diperlukan pada saat pelaksanaan pekerjaan.

d. melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat- syarat (RKS).

e. menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah ditetapkan dalam kontrak.

f. mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab pelaksana.

g. bertanggungjawab terhadap fisik bangunan selama masa pemeliharaan.

Tugas dan Tanggung Jawab Personil :

I. Site Manager

1. Memimpin pengelolaan proyek dengan melaksanakan tugas pokok proyek yaitu :

a. Melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan sumber daya milik perusahaan dan mitra usaha secara efisien dan produktifitas.

b. Melakukan hubungan bisnis dengan pemberi kerja, mitra usaha untuk kelancaran pelaksanaan proyek.

c. Melatih dan mendidik sumber daya manusia menjadi tenaga profeisonal yang menguasai bisnis, manajemen dan teknologi.

d. Melakukan perencanaan dan pengendalian biaya produksi sesuai APP (Anggaran Pelaksanan Proyek).

e. Melakukan perencanaan dan pengendalian mutu sesuai sistem dan prosedur (ISO 9001 : 2000).

f. Melakukan perencanaan dan pengendalian waktu pelaksanaan sesuai dengan persyaratan kontrak.

g. Menindak lanjuti kebijakan Kepala Divisi dan Wilayah melalui Kepala Divisi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas

kerja proyek.

2. Bersama dengan Kepala Bagian Pengendalian Produksi membuat rencana pelaksanaan proyek (Construction Planning).

3. Mempersiapkan uraian Rencana Bagian Pengendalian Proyek dan mempresentasikan pada rapat Moving In.

4. Memimpin pelaksanaan kegiatan di lapangan dengan mendaya gunakan sumber daya secara optimal dan memenuhi persyaratan

biaya, mutu, dan waktu.

5. Melakukan pengendalian kegiatan pelaksanaan di lapangan agar tercapai proses produk usaha yang efisien dan produktif.

6. Mencari penyelesain permasalahan yang terjadi selama proses kegiatan pelaksanaan di lapangan agar proyek dapat diselesaikan untuk menjamin tercapainya laba usaha dan citra perusahaan.

7. Menjalin hubungan baik dengan pengguna jasa untuk keperluan pelaksanaan maupun kepentingan pemasaran perusahaan untuk

mendapat pekerjaan tambah, kurang atau kontrak baru bagi keuntungan perusahaan.

8. Menghadiri Rapat Koordinasi di Proyek antara wakil pengguna jasa, pengawas proyek dan mitra usaha.

9. Mempersiapkan Laporan Pertanggung jawaban pelaksanaan proyek selesai dan mempersentasikan pada rapat Moving Out.

10. Melakukan koordinasi kegiatan fungsional dan pembinaan sumber daya manusia di unit kerjanya.

11. Membuat laporan tentang kepegawaian, keuangan, peralatan dan persediaan bahan di proyek secara berkala

II. Site Engineer

1. Mengatur pelaksanaan, kemajuan proyek dan mengamati lokasi.

2. Memeriksa rencana, gambar dan kuantitas untuk akurasi perhitungan.

3. Memastikan semua bahan yang digunakan dan pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai per spesifikasi.

4. Mengawasi pemilihan dan daftar permintaan bahan dan alat.

5. Menyetujui harga untuk bahan, dan membuat solusi hemat biaya dan proposal untuk proyek yang dimaksud.

6. Mengelola, pemantauan dan menafsirkan dokumen desain kontrak yang diberikan oleh klien / arsitek.

7. Bekerjasama dengan konsultan, sub-kontraktor, supervisor, perencana, surveyor dan kuantitas tenaga kerja umum yang terlibat dalam proyek.

8. Bekerjasama dengan otoritas setempat untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan konstruksi lokal dan oleh undang-undang.

9. Bekerjasama dengan klien dan wakil-wakilnya (arsitek, insinyur, dan surveyor), termasuk menghadiri pertemuan rutin mengenai kemajuan

proyek.

10. Setiap hari mengatur manajemen pelaksanaan, termasuk pengawas dan memantau lokasi tenaga kerja dan pekerjaan dari setiap sub-

kontraktor.

11. Perencanaan pekerjaan dan fasilitas dalam rangka memenuhi tenggat waktu yang disepakati.

12. Mengawasi pengendalian mutu, masalah-masalah kesehatan keselamatan di lokasi.

13. Menyiapkan laporan sesuai kebutuhan.

14. Memecahkan kesulitan teknis yang tak terduga, dan masalah lain yang mungkin timbul.

III. Administrasi Teknik

1. Bertanggung jawab atas masalah administrasi teknik.

2. Membantu quantity surveyor dalam mengawasi pekerjaan baik mulai dari rencana sampai mengetahui hasil pekerjaan

3. Membuat back up semua hasil pekerjaan.

IV. Keuangan

1. Bertanggung jawab atas semua jenis kebutuhan pengeluaran keuangan proyek.

2. Membuat secara rinci pembukuan keuangan yang ada.

3. Membuat laporan keuangan Office Engineer mengenai seluruh pengeluaran keuangan.

V. Logistik dan Peralatan

1. Bertanggung jawab atas penyediaan kebutuhan logistik dan mengawasi semua pengeluaran logistik.

2. Memperhatikan dan mengawasi semua kebutuhan logistik bagi seluruh pekerja yang terlibat didalam proyek tersebut.

3. Membuat laporan dari bagian logistik kepada bagian keuangan Office Engineer.

VI. Drafter

1. Membuat seluruh gambar kerja yang akan di kerjakan.

2. Bertanggung jawab atas semua gambar kerja dan kesesuaian data yang ada.

3. Bekerja sama dengan quantity dan surveyor untuk menghitung kuantitas pekerjaan.

VII. Pelaksana Utama

1. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknik dan pedoman lain terkait sebagai pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja

lapangan.

2. Bersama bagian teknik dan Adm Kontrak menyusun metode konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

3. Membuat program kerja mingguan, dan mengadakan pengarahan kegiatan harian pada pelaksanaan di lapangan.

4. Memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan berpedoman pada batasan-batasan biaya, mutu dan waktu pelaksanaan.

5. Menjalin hubungan baik dengan Pengawas pekerjaan/Konsultan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

6. Melakukan koordinasi kegiatan para pelaksana dan mitra usaha di lapangan.

7. Melakukan pengawasan pekerjaan dan membuat evaluasi hasil pelaksanaan serta menyususn dan melaksanakan program aksi bila

terjadi penyimpangan.

8. Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan secara berkala.

9. Bersama dengan bagian Teknin dan Adm Kontrak melakukan pemeriksaan dan memproses Berita Acara Kemajuan pekerjaan di lapangan.

VIII. Pelaksana

1. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknik dan pedoman lain terkait sebagai pedoman dalam memimpin pelaksanaan kerja

lapangan.

2. Mengatur pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan program kerja mingguan, metode kerja, gambar kerja

dan spesifikasi teknik.

3. Menyiapkan tenaga kerja sesuai jadwal pengadaan tenaga kerja dan mengatur pelaksanaan tugas tenaga kerja tiap harinya.

4. Melakukan supervise atas pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Menjalin hubungan baik dengan Pengawas pekerjaan/Konsultan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan

6. Mengupayakan effisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga kerja dan alat di lapangan.

7. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan mitra usaha/mandor borong secara berkala.

8. Membantu Kepala lapangan memproses berita acara kemajuan pekerjaan secara berkala.

9. Melaksanakan koordinasi dengan mitra usaha/mandor borong.

10. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan pekerjaan di lapanga

2.3.5. Sub Kontraktor dan Supplier Kontraktor Pada pelaksanaan proyek Pembangunan Terminal Multi Purpose Teluk Lamong (TMTL) Surabaya, tidak terlepas dari kerja sama dengan perusahaan / instansi terkait lainnya yang bergerak dalam penyediaan barang dan jasa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2

Sub Kontraktor adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan bahan/material dan sekaligus memiliki keahlian khusus dalam mengerjakannya.

Supplier adalah perusahaan bekerja sama sebagai penyedia bahan/material untuk proyek

Tabel 2.1. Sub Kontraktor dan Supplier Kontraktor

No Nama Sub Kon

Pekerjaan

Contact person Nama

No. Telp

1 PT. Teno Indonesia

Pemancangan dan Tiang

ANTO 08123149368

Pancang

2 CV. Sawunggaling

Baja Struktur

Dila

3 PT. Citrawardana

Plafon dan Partisi

Indra

4 PT. Lion Metal Work

Kabel Tray

Aziz

5 PT. Karya Luhur Lampu Outdoor dan Indoor Michele 081 23044515 Harapan

6 PT. Sentratek

Kabel

Sandi 081330221177

7 PT. Triguna Sinergi

Tiang PJU

Komang 0811218170

8 PT. Mitra Wira Tindo

Instalasi Elektronik

Hari

9 PT. Central Aircon

Instalasi AC dan Unit AC

Jimmy 0811300063

10 PT. Karya anugrah

Waterproofing

11 Bpk. Sarjandra

Instalasi Listrik dan Kabel Tray

12 PT. Wirya Krenindo

Overhead Crane

Indra.s 031546097273

13 PT. Interjaya surya

Erwan 081346492963 Megah

Genset

14 CV. Kreasi Indah Abadi Instalasi ACP Setiawan 031582070130

15 PT. Superhelindo

16 PT. Indopipe

Pipa HDPE

Kukuh 08113341303

17 PT. Schneider Indonesia Travo dan Panel MW Aka.V 08119787735

18 PT. Warna Indah

Marine Coating

Samatek

19 PT. Seven Surabaya

ACP

Poniman 0318916447

20 PT. Holcim Beton

Ready mix

Aulia 08121639276

2.4. Hubungan Kerja antara Unsur-unsur Organisasi Proyek

Dalam pelaksanaan sebuah proyek, hubungan kerja antara unsur- unsur organisasi yang terlibat dapat berupa hubungan kerja secara teknis dan hukum. Secara teknis, hubungan kerja ini merupakan hubungan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek.

Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemimpin proyek kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin proyek, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemimpin proyek kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin proyek, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan

Secara hukum masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan terikat dengan kontrak, sehingga masing-masing pihak menjalankan tugasnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Pelaksana dan pengawas proyek bertanggungjawab terhadap pemilik proyek. Keduanya saling keterkaitan satu sama lain, sehingga didapat hasil proyek sesuai dengan yang direncanakan. Sama halnya dengan pelaksana dan

perencana juga bertanggungjawab terhadap pemilik proyek.

pengawas proyek,

2.5. Pelaksanaan Pelelangan

Pelelangan menurut Ervianto (2002 : 43) adalah suatu sistem penawaran di mana setiap rekanan yang diundang diberi kesempatan untuk mengajukan besarnya anggaran biaya pelaksanaan untuk proyek yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat di antara para kontraktor yang benar-benar mampu dan memenuhi syarat administratif, teknis dan keuangan (financial) untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek.

Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang pengadaan konstuksi, Penentuan pelaksanaan proyek dapat dilakukan dengan cara penyediaan jasa dan swakelola. Penyediaan jasa dapat dilakukan dengan cara:

a. pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui

media massa atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

b. dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan

penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

c. pemilihan langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran,

sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi, serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya, serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.

d. dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap

1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Karena proyek pembagunan gedung merupakan milik pemerintah, maka untuk menetapkan pelaksana proyek diadakan pelelangan. Sistem pelelangan yang dilakukan adalah sistem pelelangan umum.

2.6. Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada proyek ini merupakan gabungan antara tenaga kerja lokal yang berasal dari daerah Surabaya. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka diklasifikasikan menurut bidang keahlian masing- masing dan dikepalai oleh seorang kepala tukang. Untuk menjamin kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor juga menyediakan tempat pemondokan bagi pekerjanya yang berada dalam lokasi proyek. Waktu kerja ditentukan, yaitu : Tenaga kerja pada proyek ini merupakan gabungan antara tenaga kerja lokal yang berasal dari daerah Surabaya. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka diklasifikasikan menurut bidang keahlian masing- masing dan dikepalai oleh seorang kepala tukang. Untuk menjamin kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor juga menyediakan tempat pemondokan bagi pekerjanya yang berada dalam lokasi proyek. Waktu kerja ditentukan, yaitu :

b. Sore mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.

Upah kerja yang dibayar kontraktor kepada kepala tukang adalah berdasarkan prestasi kerja, sedangkan kepala tukang membayar upah harian kepada pekerja yang masing-masing berbeda menurut keahlian, kemampuan dan kerja per harinya.

2.7. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

Penjadwalan dilakukan dengan menyusun sebuah time schedule, yaitu waktu pelaksanaan penyelesaian proyek. Apabila jangka waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan tidak dapat dipenuhi oleh kontraktor dan tidak dapat mengemukakan alasan-alasan keterlambatan, maka akan dikenakan denda 1/1000 (satu per mil) dari harga kontrak untuk tiap-tiap hari kalender keterlambatan. Keterlambatan akibat pekerjaan yang tidak sesuai kualitas standar selama masa pelaksanaan merupakan tanggung jawab pelaksana dan tidak dapat meminta perpanjangan waktu dari jadwal kontrak.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Sejarah Beton

1. Telah dikenal sejak pembuatan piramida oleh bangsa Mesir (memakai campuran batu kapur dan tanah liat yang dapat mengeras bila tercampur

air, bersifat hidrolis)

2. Bangsa Yunani, bangsa Etruria dan bangsa Romawi menggunakan semen dalam bangunan mereka seperti Koleseum (Roma), Pont du Gard

(Nimes), Pantheon (Roma).

3. Semen yang dipakai merupakan pembakaran campuran batu kapur dan debu vulkanis (batuan tuff) dari daerah Pozzuoli (sekitar gunung berapi

Vesuv dan Napoli).

4. John Smeaton (1756) menemukan adukan semen yang terbaik adalah campuran kapur Blue Lias dan tanah liat yang digiling di waktu

membangun mercu suar Eddystone

5. James Parker mengembangkan semen hidrolis yang dikenal dengan semen Romawi.

6. Joseph Aspdin (1824) mematenkan semen Portland yang didapat dengan memanaskan campuran tanah liat halus dengan batu kapur di tungku sampai seluruh karbon dioksida (CO2) lenyap.

7. Isaac Johnson (1845) menemukan semen yang merupakan prototip dari semen Portland yang sekarang yaitu dengan membakar batu kapur dan tanah liat hingga menjadi lahar yang mengeras (until clinkering),

sehingga menghasilkan bahan semen yang berkualitas baik.

3.2. Pengertian Beton

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002). Seiring Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002). Seiring

3.3. Aplikasi Beton

Beton merupakan struktur yang paling fleksibel, sehingga bentuknya dapat beraneka ragam. Sesuai dengan kebutuhan dan kegunaannya. Beberapa contohnya adalah :

1. Gedung (building)

1. Gewel

7 2. Kolom

Ring balk

3. Pelat lantai/atap

3 4. Balok (induk/anak)

Gambar 3.1. Struktur Gedung

2. Jembatan (Bridge)

Gambar 3.2. Struktur Jembatan

Gambar 3.3. Potongan Struktur Jembatan A-A

3. Bendung (Weir)

Gambar 3.4. Bendungan

4. Tangki Air/Tandon Air/ Menara (Reservoir)

Gambar 3.5. Tandon Air dan Menara

3.4. Sifat-Sifat Beton Segar

Beton segar adalah beton dalam kondisi plastis (sebelum mengeras), dan akan segera mengeras dalam beberapa jam setelah beton diaduk. Beton segar harus mempunyai kinerja tinggi yaitu: kelecakan atau kemudahan dikerjakan, kohesivitas dan kemudahan pemompaan ke tempat yang tinggi, panas hidrasi rendah, susut yang relative rendah pada proses pengerasan dan percepatan maupun penundaan waktu ikat awal.

3.4.1 Sifat Kemudahan Dikerjakan (Workability) Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan beton

untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan. Sifat kemudahan dikerjakan pada beton segar dipengaruhi oleh:

1. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Semakin banyak air yang dipakai, semakin mudah beton segar

dikerjakan tetapi jumlah air yang banyak dapat menurunkan kuat tekan beton.

2. Penambahan semen ke dalam adukan. Makin banyak jumlah semen, maka beton segar makin mudah

dikerjakan.

3. Gradasi agregat halus dan kasar. Apabila agregat yang digunakan mempunyai gradasi sesuai dengan

persyaratan, maka adukan beton akan mudah dikerjakan.

4. Bentuk butiran agregat. Bentuk butiran agregat bulat akan lebih mempermudah pengerjaan beton.

5. Penggunaan admixture dan bahan tambah mineral.

Tingkat kemudahan pengerjaan berkaitan erat dengan kelecakan beton. Untuk mengukur kelecakan beton dilakukan pengujian slump. Semakin besar nilai slump berarti adukan beton encer dan ini berarti beton semakin mudah dikerjakan. Nilai slump berkisar antara 5 – 120 cm.

Pada beton segar harus dihindari terjadinya segregasi dan ketidakkohesifan campuran. Segregrasi terjadi disebabkan karena beton kekurangan butiran halus, butir semen kasar dan adukan sangat encer. Ketidakkohesifan beton disebabkan oleh: kekurangan semen, kekurangan pasir, kekurangan air dan susunan besar butir agregat tidak baik. Untuk menghindari terjadinya segregasi dan ketidakkohesifan campuran dilakukan dengan cara memperbaiki susunan campuran beton yaitu : memperbaiki kadar air, kadar pasir, ukuran maksimum butir agregat dan penambahan jumlah butiran halus/filler.

3.4.2. Berat Isi Berat isi beton merupakan perbandingan antara berat bersih beton segar terhadap volumenya (volume silinder untuk pengujian). Berat isi beton berfungsi untuk mengoreksi susunan campuran beton apabila hasil perencanaan berbeda dengan pelaksanaan. Angka koreksi di peroleh dari perbandingan antara berat isi beton perencanaan dengan berat isi beton pelaksanaan. Harga angka koreksi ini kemudian dikalikan dengan 3.4.2. Berat Isi Berat isi beton merupakan perbandingan antara berat bersih beton segar terhadap volumenya (volume silinder untuk pengujian). Berat isi beton berfungsi untuk mengoreksi susunan campuran beton apabila hasil perencanaan berbeda dengan pelaksanaan. Angka koreksi di peroleh dari perbandingan antara berat isi beton perencanaan dengan berat isi beton pelaksanaan. Harga angka koreksi ini kemudian dikalikan dengan

3.4.3. Waktu Ikat Waktu ikat beton merupakan waktu yang dibutuhkan oleh beton untuk mengeras, mulai dari keadaan plastis yang mudah dikerjakan menjadi bentuk yang kaku (keras). Waktu ikat berfungsi untuk mengetahui kapan saat yang tepat untuk membuka cetakan (bekesting) beton sehingga beton tidak mengalami perubahan bentuk, tetapi beton tersebut belum diperbolehkan menerima beban, baik berat sendiri maupun beban yang berasal dari luar.

3.5. Perilaku Mekanik Beton

Perilaku mekanik beton keras merupakan kemampuan beton di dalam memikul beban pada struktur bangunan. Kinerja beton keras yang baik ditunjukkan oleh kuat tekan beton yang tinggi, kuat tarik yang lebih baik, perilaku yang lebih daktail, kekedapan air dan udara, ketahanan terhadap sulfat dn klorida, penyusutan rendah dan keawetan jangka panjang.

3.5.1. Kuat Tekan Kuat tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kuat tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Tri Mulyono, 2004). Nilai kuat beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan alat

compression testing machine. Kuat tekan beton normal antara 20 – 40 MPa.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, yaitu :

1. Faktor air semen (FAS) Faktor air semen (FAS) merupakan perbandingan antara jumlah air

terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS, yaitu :

a. Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan.

b. Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability) Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan

beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Umumnya nilai FAS yang diberikan minimum 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2004).

2. Sifat dan jenis agregat Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Adapun sifat-sifat agregat yang perlu diperhatikan seperti, serapan air,

kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat.

3. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang digunakan saat

pembuatan mix design dan jenis semen yang digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akan dibuat. Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat dimana struktur bangunan yang menggunakan material beton tersebut dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan apakah pada saat proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yang tinggi atau normal.

4. Perawatan (curing) beton Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang diinginkan,

maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu cepat mongering, akan timbul retak-retak pada maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan dengan tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton terlalu cepat mongering, akan timbul retak-retak pada

5. Umur beton Kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur beton. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100%

setelah beton berumur 28 hari. Menurut SNI T-15-1991, perkembangan kekuatan beton dengan bahan pengikat PC type 1 berdasarkan umur beton disajikan pada Tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Perkiraan Kuat Tekan Beton pada berbagai umur Umur beton (Hari)

3 7 14 21 28 PC type I

3.5.2. Kuat Tarik Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang sangat kecil dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu 10% – 15% f’c. Kuat tarik beton berpengaruh terhadap kemampuan beton di dalam mengatasi retak awal sebelum dibebani. Pengujian terhadap Kekuatan tarik beton dapat dilakukan dengan cara:

1. Pengujian tarik langsung

2. Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan menggunakan “Split cylinder test”.

Dengan membelah silinder beton terjadi pengalihan tegangan tarik melalui bidang tempat kedudukan salah satu silinder dan silinder beton tersebut terbelah sepanjang diameter yang dibebaninya.

3.5.3. Kuat Lentur Kekuatan lentur merupakan kuat tarik beton tak langsung dalam keadaan lentur akibat momen (flexure/modulus of rupture). Dari pengujian kuat lentur dapat diketahui pola retak dan lendutan yang terjadi pada balok yang memikul beban lentur. Kuat lentur beton juga dapat menunjukkan tingkat daktilitas beton. Kuat lentur beton dihitung berdasarkan rumus :

σ lt = (3.1)

Dimana, M = momen maksium Z = modulus penampang arah melintang

Menurut pasal 11.5 SNI-03-2847 (2002) nilai kuat lentur beton bila dihubungkan dengan kuat tekannya adalah fr = 0,7

′ Mpa.

3.5.4. Perilaku Tegangan-Regangan Beton Normal Tegangan didefinisikan sebagai tahanan terhadap gaya-gaya luar. Intensitas gaya yaitu gaya per satuan luas disebut tegangan dan diberi notasi huruf Yunani “σ” (sigma). Apabila sebuah batang ditarik dengan gaya P, maka tegangannya adalah tegangan tarik (tensile stress), sedangkan apabila ditekan, maka terjadi tegangan tekan (compressive stress). Dengan rumus :

A silinder =

A kubus = r² Dimana, σ = tegangan (N/mm²) P = beban maksimum (N)

A = luas bidang tekan (mm²)

d = diameter silinder (mm) r = rusuk kubus (mm)

Gambar 3.6. Sampel uji kuat tekan, (a) kubus beton dan (b) silinder beton

Jika suatu benda ditarik atau ditekan, gaya P yang diterima benda mengakibatkan adanya ketegangan antar partikel dalam material yang besarnya berbanding lurus. Perubahan tegangan partikel ini menyebabkan adanya pergeseran struktur material regangan atau himpitan yang besarnya juga berbanding lurus. Karena adanya pergeseran, maka terjadilah deformasi bentuk material misalnya perubahan panjang menjadi L + ∆L (jika ditarik) atau L - ∆L.(jika ditekan). Dimana L adalah panjang awal benda dan ∆L adalah perubahan panjang yang terjadi. Rasio perbandingan antara ∆L terhadap L inilah yang disebut regangan (strain) dan dilambangkan “ε” (epsilon). Dengan rumus :

Gambar 3.7. Regangan (strain)

3.5.5 Kurva Tegangan – Regangan Beton Beton adalah suatu material heterogen yang sangat kompleks di mana reaksi terhadap tegangan tidak hanya tergantung dari reaksi komponen individu tetapi juga interaksi anatar komponen. Kompleksitas interaksi diilustrasikan dalam Gambar 3.3, di mana ditunjukkan kurva tegangan - regangan tertekan untuk beton dan mortar, pasta semen dan agregat kasar. Agregat kasar adalah suatu material getas elastis linier, dengan kekuatan signifikan di atas beton. Pasta semen mempunyai nilai modulus elastisitas rendah, tetapi kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan mortar atau beton. Penambahan agregat halus ke pasta semen menjadi mortar mengakibatkan suatu peningkatan modulus elastisitas, tetapi mereduksi kekuatan. Penambahaan agregat kasar ke mortar, dalam 3.5.5 Kurva Tegangan – Regangan Beton Beton adalah suatu material heterogen yang sangat kompleks di mana reaksi terhadap tegangan tidak hanya tergantung dari reaksi komponen individu tetapi juga interaksi anatar komponen. Kompleksitas interaksi diilustrasikan dalam Gambar 3.3, di mana ditunjukkan kurva tegangan - regangan tertekan untuk beton dan mortar, pasta semen dan agregat kasar. Agregat kasar adalah suatu material getas elastis linier, dengan kekuatan signifikan di atas beton. Pasta semen mempunyai nilai modulus elastisitas rendah, tetapi kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan mortar atau beton. Penambahan agregat halus ke pasta semen menjadi mortar mengakibatkan suatu peningkatan modulus elastisitas, tetapi mereduksi kekuatan. Penambahaan agregat kasar ke mortar, dalam

Gambar 3.8. Kurva stress – strain tipikal untuk agregat, pasta semen, mortal dan beton

Kurva tegangan-regangan pada Gambar 2.4 dibawah menampilkan hasil yang dicapai dari hasil uji tekan terhadap sejumlah silinder uji beton standar berumur 28 hari dengan kekuatan beragam. Dari kurva tersebut dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : semakin tinggi mutu beton, maka modulus elastisitasnya akan semakin besar sehingga beton dengan kekuatan lebih tinggi bersifat lebih getas (brittle); sedangkan beton dengan kekuatan lebih rendah lebih ductile (ulet) daripada beton berkekuatan lebih tinggi, artinya beton tersebut akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum mengalami kegagalan (failure).

Gambar 3.9. contoh kurva tegangan – regangan pada beton dengan

berbagai variasi kuat tekan