KANON bukan kisi KITAB SUCI

Gereja Nasrani Indonesia (GNI) Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu

Kata bahasa Inggris canyon dipinjam dari bahasa Spanyol cañon, artinya "pipa, cerobong, ngarai." Kata Spanyol ini berasal dari bahasa Latin canna, dan bahasa Yunani awal disebut kanna, artinya "buluh." Kata Yunani kanna berasal dari kata Semitik (Ibrani - Aramaik) untuk buluh - ה נ ק kaneh. Kata kaneh punya banyak arti: batang, buluh, tongkat, tongkat kayu pengukur, tiang lampu, lengan tiang lampu, buluh panjang, dan dalam bahasa Ibrani kemudian disebut batang tenggorokan.

Satu hal yang menarik adalah "tongkat kayu pengukur." Dalam Yehezkiel 40:3 kita membaca kata ה ֵנ ְק וּ ה ָדּ ִמּ ַה - "balok pengukur " -- knei mida punya arti dalam bahasa Ibrani modern sebagai "kriteria" atau "ukuran." Dalam kelanjutan pasal yang kita lihat pada Yezkiel menggunakan kata kaneh sebagai ukuran bagi bangunan.

Kaneh digunakan untuk tipe ukuran lainnya dalam Yeshayahu 46:6 - ף ֶס ֶכ ְו ה ֶנ ָקּ ַבּ וּ ל ֹ ק ְשׁ ִי -- "dan berat perak pada tiang [ukuran timbangan]". Sehingga kata kata ה נ ק - "membeli" berasal dari kata kaneh juga. Ini juga sama pada kata Aramaik, ןב ז - "ia membeli" yang dipinjam dari kata Akkadian zibanitu - "timbangan, ukuran yang sepadan." Yeshayahu menuliskan kata ini arti ganda dalam Pasal 43:24 - א - ָת י ִנ ָק י ִלּ ף ֶס ֶכּ ַב ה ֶנ ָק -- "Engkau tidak membelikanku wewangian seimbang dengan uang." Dari sinilah kata Kaneh berubah menjadi kata Kanah dan Kanon.

Ketika kata Kanon dipakai untuk menetapkan Jumlah Kitab-kitab dan Kitab Apa saja yang menjadi Kitab-kitab pedoman bagi komunitas, ini hanya usaha manusia menafsirkan apa saja yang termasuk Kitab-kitab yang menjadi UKURAN baku bagi kelompoknya. Tetapi Kitab Suci itu sendiri tidak pernah ada menetapkan Jumlah dan Apa saja Kitab yang menjadi ukuran bagi umat percaya.

Dalam sejarah bangsa Israel tidak ditetapkan kitab apa saja yang wajib menjadi ukuran baku, kecuali setelah tahun 80-100 M., pada Konsili Jamnia (Ibrani, Yavneh) dengan berkumpulnya 120 ahli kitab memutuskan 24 kitab yang disebut TaNaKh ( ַנ ַתּ " :Torah, Neviim, dan Khetuvim) sebagai Ukuran baku bagi Kitab-kitab Agama Rabbinik Yudaisme sebagaimana kita lihat pada Teks Masoretik saat ini. Proses tahapan kanonisasi tersebut melalui tahapan sejak tahun 200 S.M sampai 200 M. Kitab-kitab Torah dikanonkan Dalam sejarah bangsa Israel tidak ditetapkan kitab apa saja yang wajib menjadi ukuran baku, kecuali setelah tahun 80-100 M., pada Konsili Jamnia (Ibrani, Yavneh) dengan berkumpulnya 120 ahli kitab memutuskan 24 kitab yang disebut TaNaKh ( ַנ ַתּ " :Torah, Neviim, dan Khetuvim) sebagai Ukuran baku bagi Kitab-kitab Agama Rabbinik Yudaisme sebagaimana kita lihat pada Teks Masoretik saat ini. Proses tahapan kanonisasi tersebut melalui tahapan sejak tahun 200 S.M sampai 200 M. Kitab-kitab Torah dikanonkan

Disamping Kanon Ibrani ini ada juga Tulisan-tulisan Otoritatif lainnya: • Talmud (Ibrani: דוּמ ְל ַתּ talm d "instruksi, pembelajaran").Talmud ada dua, yakni

Talmud Babilonia penulisannya dimulai sejak Penawanan di Babilonia sekitar dan penyusunan selesai hingga akhir abad ke-5 M. Kedua adalah Talmud Yerusalem - Talmud Eretz Yisrael ditulis sejak abad ke-2 sampai selesai abad ke-4 atau 5 M. Talmud memiliki dua komponen:

 Mishnah (ה נ ש מ , ditulis sekitar tahun200 M), merupakan kompendium Torah Lisan Rabbinik Yahudi,  Gemara (sekitar tahun 500 M) merupakan penjelasan Mishnah dan berkaitan dengan tulisan-tulisan Tannaitik (tulisan-tulisan para rabbi yang menjelaskan Torah Lisan dalam Misnah, dll. Dalam Kekeristenan ini sejajar dengan Tulisan-tulisan Para Bapa Gereja).

Alasan utama Konsili Jamnia (Yavneh) adalah penolakan terhadap Yeshua sebagai ha- Mashiakh yang diyakini kaum Nasrani Yahudi, yang berasal dari Nasaret sehingga Ia disebut Orang Nasrani , dan pengikut-Nya membentuk Mazhab Nasrani yang dikenal sebagai Qahal Yerusalem (Gereja Yerusalem) yang awalnya dipimpin oleh Shliakh Mar Shimon Keipha (Kisah 12:1-18; 15:7). Saat kekosongan kepemimpnan dipilihlah Ya akov ha-Tzadik saudara Maran sebagai Uskup Pertama bagi Jemaat Yerusalem Yahudi. Jumlah orang yang ikut Jemaat Yerusalem semakin banyak baik dari kalangan Sanhedrin (contoh, Nikodemus), orang Lewi (Kisah 4:36), orang-orang Farisi (Kisah 15:5), dan ribuan orang Yahudi (Kisah 21:20). Dan dipicu lagi dengan pertobatan rabbi Saul yang disebut Paulus yang hasil pelayanannya semakin tersebar ke seluruh wilayah Kekaisaran Romawi sehingga ia dijuluki sebagai Pemimpin Nasrani (Kisah 24:5). Melihat ini semakin menggelisahkan para pemimpin Bait Suci Kedua - Sanhedrin.

Setelah Bait Suci Kedua dihancurkan oleh jenderal Romawi, Titus, semakin memperparah hubungan antara hubungan kaum Nasrani Yahudi (Pengikut Mshikha) dari kelompok Bangsa-bangsa lain dengan para pengikut Rabbi Yahudi.

Dalam situasi politik pada waktu itu, paskah kehancuran Bait Suci Kedua tahun 70 M., Av-Nasi Sanhedrin Rabban Gamaliel II, melembagakan kembali Sanhedrin di Yavneh (Jamnia) yang pertama dipimpin Rabban Yokhanan ben Zakkai dan digantikan oleh Rabban Gamaliel II " pertama yang dilakukan dengan meminta rabbi Samuel ha-Katan untuk menyusun Doa Kutukan Birkat ha-Minim (Ibrani: ת כ ר ב ם י נ י מ ה "Berkat pada bidat- bidat") adalah doa berkat Yahudi yang merupakan eufemisme (kiasan sebaliknya yang halus) yang sebenarnya adalah kutukan. Berkat ini adalah ke-12 dari Delapan Belas Berkat atau Amidah. Doa ini didaraskan untuk melawan Kekeristenan Yahudi (Nasrani

Mshikhanim), Sekte-sekte Gnostik dan bidat-bidat lainnya yang secara umum disebut

*min (jamak, minim ). Untuk menghindari suatu kecurigaan bidat, hazzan harus memastikan mendaraskan doa ini dalam ibadah umum. Jika ia lupa mendaraskan, maka ia harus kembali mengulang dari awal pendarasan itu. (Tanh. B., Lev. 2a). menurut Berakhot 28b, Samuel ha-Katan (sekitar tahun 80-110), atas undangan Gamaliel II dari Yabneh, menyusun "doa berkat menentang kaum minim," termasuk Amidah sebagai doa berkat ke-12. Ini pada dasarnya ditujukan untuk menentang Kekeristenan Yahudi, juga untuk mengeluarkan mereka dari Sinagoga-sinagoga atau menyatakan pemutusan defenitif hubungan diantara dua agama ini."

Ia menyusun ini untuk menerapkan khusus kepada mereka yang dikategorikan bidat- bidat Yahudi. Secara umum diasumsikan formulasi baru ini untuk memaksa orang- orang pengikut Mshikha Yahudi (Nasrani) keluar dari komunitas Yahudi; pada versi Genizah,

Mengekspresikan Anathema menentang orang untuk berdoa atau menyatakan kutuk terhadap mereka. Kata "Mshikha" dimaksudkan ha-Mashiakh, tapi merupakan bagian dari nama Yeshua ha-Mashiakh. Jadi, saat menyatakan doa anathema melawan "Pengikut ha-Mashiakh" sekaligus menganathema Yeshua ha-Mshiakh juga. Pada periode kolonialisasi Romawi (sejak 63 S.M sampai tahun 135 M) terjadi fase berikut ini:

1) Pindahnya Nasrani Yahudi dari Yerusalem ke Pella menyeberang ke wilayah Yordania pada tahun 70 M., dan penolakan mereka melanjutkan peperangan melawan Romawi;

2) Pelembagaan oleh patriak Rabban Gamaliel II perihal doa Delapan Belas Berkat melawan mereka yang dianggap bidat-bidat (sekitar tahun 100),

3) dan 4) kegagalan kaum Nasrani Yahudi (Mshikhanim) bergabung dengan para pemimpin mesianis Lukuas-Andreas dan Bar Kokhba dalam pemberontakan melawan Trajan (115-117) dan Hadrian (132-135), secara bersama-sama."

Dalam kota kuno alkitabiah Yabneh, banyak orang Yahudi mengungsi dari pengepungan pasukan Romawi di Yerusalem pada tahun 70 M. Gamaliel menggantikan Yokhanan ben Zakkai sebagai pemimpin dari Yeshiva Dia mendevosikan perhatian khusus terhadap regulasi ritual doa, yang menjadi sangat penting sampai saat ini sejak berhentinya ibadat korban. Dia menetapkan prinsip doa, 'amida, terdiri dari 18 (yang selanjutnya menjadi ke- 19) doa berkat, revisi akhirnya dan menyatakan ini adalah kewajiban kaum Israel untuk mendaraskan doa ini tiga kali sehari."

Isi doa kutuk (Birkat ha-Minim), ditemukan di sinagoga Genizah Kairo menyebutkan tentang kata Minim dan Notzrim ("Nesarim", yakni Pengikut "ha-Mashiakh"):

"Bagi para murtadin biarlah tidak ada harapan. Dan biarlah pemerintah yang sombong segera dibinasakan pada zaman kita. Biarlah kaum No erim dan Minim dibinaskan dalam sekejap. Dan biarlah mereka dikeluarkan dari Kitab Kehidupan dan tidak dicatat bersama orang benar. Terberkatilah Engkau, "Bagi para murtadin biarlah tidak ada harapan. Dan biarlah pemerintah yang sombong segera dibinasakan pada zaman kita. Biarlah kaum No erim dan Minim dibinaskan dalam sekejap. Dan biarlah mereka dikeluarkan dari Kitab Kehidupan dan tidak dicatat bersama orang benar. Terberkatilah Engkau,

sombong." (http://en.wikipedia.org/wiki/Birkat_haMinim)

Jelas kita melihat bahwa terjadinya Kanonisasi Kitab Suci disebabkan kelompok dominan keagamaan ingin tetap mempertahankan pengaruh dan kekuasaannya sehingga mereka menyusun daftar Kitab apa saja yang dianggap kanonis dalam persfektif mereka sekaligus menyatakan bahwa kelompok lain adalah sesat dan kelompoknya paling benar. Ini adalah fenomena justifikasi klasik yang dilakukan oleh kelompok mayoritas dalam semua lapangan kehidupan.

Hasil Konsili Jamnia perihal Kitab Suci Kanonik bagi mereka sebagai berikut: • Torah Lima Kitab Musa (Chumash): Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,

dan Ulangan. • Delapan Kitab Nabi-nabi (Neviim):Yoshua, Hakim-hakim, 1-2 Raja-raja, Yesaya,

Yeremia, Yehezkiel

• Dua Belas Nabi-nabi Kecil (Trei-Assar)

• Sebelas Kitab-kitab Tulisan Suci (Kesuvim): Tehilim (Mazmur), Mishlei (Amsal), Iyov (Ayub), Shir HaShirim (Kidung Agung), Rus (Ruth),Eicha (Ratapan),

Koheles (Pengkotbah), Esther, Doniel (Daniel), Ezra/Nehemia, Divrei Hayamim (Tawarikh).

Dengan demikian sejak Abad ke-2 M., telah terjadi pemisahan antara kaum Yahudi pengikut Rabbinik Farisi sebagai kelompok mayoritas dan Nesarim (Nasrani Yahudi) yang disebut Netzarim dan kemudian dari cabang ini terbentuk kaum Notzerim (bahasa Yunani, Kristen ) dari hasil penginjilan Para Rasul ke seluruh dunia pada waktu itu. Kaum Yahudi Rabbinik tidk mengijinkan lagi kaum Nasrani Yahudi masuk dalam kelompok Yahudi umum di Sinagoga-sinagoga. Pada perkembangan berikutnya, kaum Nasrani Yahudi ini sejak abad ke-4 M., setelah Kekristenan alur Kekristenan Greco- Roman menjadi mayoritas juga memberikan label bidat pada kelompok Yahudi Nasrani sehingga kelompok ini lebur kedalam Kekristenan pada umumnya di Syria, Mesir, Assyria, India, Keltik dan Yunani.

Bapa Gereja, Epiphanius, abad ke-4 memberikan deskripsi salah terhadap Netzarim (Nasrani) dengan sudut pandangnya demikian:

"Sekarang kita khususnya memandang bidat-bidat yang... menyebut diri mereka sendiri Nasrani; mereka utamanya Yahudi dan tidak lain. Mereka tidak hanya menggunakan Perjanjian Baru, tapi mereka juga menggunakan jalan hidup Perjanjian Lama dari kaum Yahudi; sebab mereka tidak melarang Kitab- kitab Torah, Nabi-nabi, dan Tulisan-sulisan Suci... agar mereka diakui oleh orang Yahudi, dari kaum Nasrani ini tidak berbeda dalam segala hal, dan mengakui semua dogma mengenai aturan-aturan Torah dan adat istiadat

Yahudi, kecuali mereka percaya pada [Mashiakh]... Mereka mewartakan bahwa ada Ehad [Elohim], dan Anak-Nya [Yeshua ha Mashiakh]. Tapi mereka sangat terpelajar dalam bahasa Ibrani; sebab mereka, seperti kaum Yahudi, membaca seluruh Torah, kemudian Nabi-nabi...Mereka berbeda dari kaum Yahudi sebab mereka percaya pada ha-Mashiakh, dan dari orang-orang Kristen mereka terikat kepada ritus-ritus Yahudi, seperti Sunat, Sabat, dan upacara-upacara lain." (Epiphanius; Panarion 29)

Bagi kita membaca tulisan Bapa Gereja Ephipanius adalah kepicikan bapa Gereja Kristen. Tidak mungkin Yahudi melepaskan budaya keagamaannya sebab mereka sejak lahir sudah terbentuk dalam budaya Torah Musa dan mereka tidak punya budaya lain, sedangkan Ephipanius adalah kaum Goy (non-Yahudi) yang juga punya budaya sendiri, yakni Hellenisme dan berpikir secara budaya Yunani Latin. Seperti rasul Paulus katakan:

"Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Alaha. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat. Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati perintah-perintah Alaha. Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Alaha." (1 Korintus 7:17-21)

Jelas sekali pernyataan Shliakh Mar Saul (Paulus) ini bahwa orang Yahudi hidup sebagai orang Yahudi dan orang Yunani hiduplah sebagai orang Yunani tetapi Iman adalah sama. (Roma 10:12).

Sikap dan kepicikan bapa Gereja ini akan mempengaruhi Kanon Kitab Suci dikemudian hari, sebagaimana juga ada pengaruh kebencian Rabban Gamaliel II terhadap kaum Minim dan Netzarim Yahudi pada zamannya sehingga menetapkan Kitab Suci berbeda dengan apa yang sudah diterjemahkan kedalam kitab Tanakh (Septuaginta) berbahasa Yunani yang berbeda isi daftar Kitab-kitab Suci didalamnya.

Kitab Septuaginta (LXX) adalah terjemahan dalam bahasa Yunani dari kitab Perjanjian Lama. Kata Septuaginta dalam bahasa Latin adalah 70. Kata ini didapat dari 70 atau 72 sarjana Yahudi yang menterjemahkan kitab Yahudi kedalam bahasa Yunani. Mereka bekerja di Alexandria selama kekuasaan Ptolemy II Philadelphus (285-247 S.M), menurut Surat Aristeas kepada saudaranya Philocrates. Para sarjana ini dikumpulkan untuk menterjemahkan Kitab Perjanjian Lama Ibrani kedalam bahasa Yunani sebab Yunani Koine merupakan bahasa tambahan kaum Ibrani dalam masa Periode Hellenistis, terutama di Alexandria

Mesir termasuk sebagai bahan kepustakaan Sekolah Filsafat di Mesir yang sangat terkenal saat itu.

Aristeas datang dengan 72 sarjana dengan menghitung 6 penatua dari tiap 12 suku Israel. Sebagai tambahan legenda dan lambang bilangan adalah ide terjemahan yang dibuat dalam 72 hari.

Perbedaan Jumlah Kitab-kitab Perjanjian Lama

Kitab-kitab Deuterokanonikal (Septuaginta) dalam huruf miring

Kejadian Shemot

Kejadian

Kejadian

Keluaran Vayikra

Keluaran

Keluaran

Imamat Bmidbar

Imamat

Imamat

Bilangan Dvarim

Neviim Kitab

Kitab Sejarah

Kitab Sejarah

(AWAL) Sejarah

Yoshua

Yoshua Hakim-

Yoshua

Yoshua

Hakim- hakim

Ruth 1-2 Samuel

Ruth

Ruth

1-2 Samuel (1-2 Raja-raja) 1 1-2 Samuel (1-2 Raja-raja) 1 1-2 Samuel (1-2 Raja-

1-2 Raja-raja (3-4 Raja-raja) 1-2 Raja-raja (3-4 Raja-raja) (1-2 Raja- raja) 1

raja) 1 1-2 Raja-

1-2 Tawarikh

1-2 Tawarikh

1 Esdras (Ezra) 2 1-2 Raja- raja (3-4

2 Esdras (1 Esdras, Ezra) 3 raja (3-4 Raja-raja)

1 Esdras (Ezra, 2 Esdras) 3

2 Esdras (Nehemiah)

2 Esdras (Nehemiah) Raja-raja)

Tobit

Tobit

1-2 Tawarik

Judith

Judith

Esther (dengan tambahan 4) Esther (dengan tambahan 4) Ezra (1

1-2 Makkabe

1-2 Makkabe

Esdras, 2

3-4 Makkabe

1. (Septuaginta mengikuti tradisi Gereja Timur), 1 dan 2 Samuel

(2). 1 Esdras dalam kanon digabungkan dengan kitab Raja-raja,

Timur adalah versi Esther

dikenal sebagai 1-4 Raja-raja atau 1-4 Yunanidari kitab Ezra yang Kerajaan-kerajaan. Dalam kebanyakan

berisi 99 ayat tambahan

kanon Protestan kanon Gereja Barat, termasuk dalam versi Ibrani.

kitab-kitab ini dikenal sebagai 1-2 Ini diterima sebagai

Samuel (1-2 Raja-raja) and 1-2 Raja- kanonikal oleh tradisi Gereja

raja (3-4 Raja-raja).

Timur.

3. Kitab-kitab Ezra dan Nehemiah 4. Kitab Esther dalam aslinya dalam satu kitab. Kitab Ezra-

kanonGereja Katolik dan Nehemiah, disebut juga kitab Esdras

Ortodoks Timur

tapi disebut 1 Esdras dalam terjemahan menambahkan 103 ayat yang

Yunani membedakan kitab itu dari tak ada dalam versi Ibrani buku lainnya dalam periode yang sama

atau kanon Protestan. (berisi 2 Tawarikh 35-36, Nehemia

5. Kitab dari Dua Belas berisi 12 Kitab Nabi-nabi: Hosea, 6. Kitab Odes adalah koleksi kidungan Yoel, Amos, Obadiah, Yunus, lima belas atau doa-doa perjanjian

7:38-8:12, dan lainnya).

Mikha, Nahum, Habakkuk, Lama (contoh, Ode Pertama Musa,

Zephaniah, Haggai, Zak Keluaran 15:1-19;Doa Habakkuk, Hab 3:2-19), dan Perjanjian Baru

7. Kidung Agung dikenal (Magnificat, Lukas 1:46-55; Nunc

sebagai kidungan Salomo. Dimittis, Lk 2:29-32).Ini juga berisi

Aria, Maleakhi.

berbagai naskah tulisan Deutrokanonika (Doa Azariah, Deuterokanonikal Daniel 3:26-45; Kidungan Tiga Anak Muda Ibrani,

Deuterokanonikal Daniel 3:52-88), sebagai Kidungan Fajar, disusun dari berbagai ayat Perjanjian. Ini dalam beberapa manuskrip tidak dipandang kanonis oleh tradisi-tradisi Ortodoks.

Nabi-nabi (Kecil)

9. Dalam Kanon Gereja Roma Katolik, kitab Barukh termasuk Surat Yeremia; dalam kanon Gereja Ortodoks Timur, Surat Yeremia kitab terpisah. Kitab ini tidak terdapat dalam kitab kanon

Yesaya Yahudi ataupun Protestan. Yeremia 8. Dikenal sebagai Hikmat Yeshua ben Yehezkiel

10. Kanon Katolik Roma dan Kitab Dua Ortodoks Timur memasukkan Belas 5 Kitab-kitab Deuterokanonika

Sira.

dalam Daniel yang tidak ada dalam kanon Yahudi dan Perotestan: Doa Azariah,

Kidung Tiga Pemuda Ibrani, Susanna, dan Bel dan Naga.

Ketuvim

Kitab Hikmat

Kitab Hikmat Kitab Puisi

Tehilim

Ayub Ayub Mislei

Ayub

Mazmur Mazmur Iyov

Amsal Amsal Kidung

Pengkotbah

Pengkotbah Agung 7

Kidung Agung 7

Pengkotbah Kidung Ruth

Kidung Agung 7 Agung7 Ratapan

Hikmat Salomo dari Pengkotbah

Pengkotbah

Salomo (Sirakh) 8

Esther Hikmat dari Salomo Daniel

Sirakh (Pengkotbah) 8 Ezra Nehemiah 1-2 Tawarikh

Surat Yeremia 9

Daniel

Dua Belas 5 Daniel (dengan tambahan) 10

Ezekiel

Yehezkiel

Daniel (dengan tambahan)

Dua Belas 5

10 Dua Belas 5

*Ada juga daftar Kanon berbeda dalam Gereja Ortodoks lainnya: Seperti Kanon Gereja Ethiophia, Gereja Armenia, dan Ortodoks Eropa Timur lainnya (Slavonik). Daftar berbeda kanon Ortodoks Tewahedo Etiophia: . 2 Tawarikh (termasuk Doa Manasseh), Yubilee, Henokh, Ezra (kedua) dan Ezra Sutuel, 1-3 Makkabe, Messalë (Amsal 1 24), Tägsas (Amsal 25 31), Yeremia (termasuk Ratapan, Surat Yeremia, Barukh dan 4 Barukh),Sirakh, Josippon. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, yang beda adalah: Ser`atä Seyon (30 kanon), Te'ezaz (71 kanon), Gessew (56 kanon), Abtelis (81 kanon), I

II Perjanjian, Etiophia Klementinus, Etiophia Didaskalia. (Lihat http://www.ethiopianorthodox.org/english/canonical/books.html)

Nama-nama Kitab Pshitta Tanakh

1. Kejadian - Sipra d'Berita1 (ה ר פ י ס ה ת י ר ע ב ד )

2. Keluaran - Sipra d'Mapkana

3. Imamat- Sipra d'Kakhane

4. Bilangan - Sipra d'Minyane

5. Ulangan - Sipre d'Tinyan Aurayta

6. Ayub - Ketava d'Yob

7. Yoshua - Ketava d'Ishu bar Nun

8. Hakim-hakim - Sipra Dayane

9. 1 Samuel / 2 Samuel - Ketava Kadmaya d'Shemuel / Ketava Trayana d'Shemuel

10. Mazmur - Ketava d'Mazmore (d'David)

11. 1 Raja-raja / 2 Raja-raja - Sipra Kadmaya d'Malke / Sipra Trayana d'Malke

12. Amsal - Ketava d'Matle

13. Hikmat*

14. Pengkotbah - Ketava d'Kukhlat

15. Kidung Agung - Tishbekhat Tishbekhata

16. Yesaya - Ketava d'Eshaya Nebya

17. Yeremia - Ketava d'Eramya Nebya

18. Ratapan - Ketava d'Olyata

19. Surat Kiriman Yeremia*

20. Surat Kiriman Barukh*

21. Baruch*

22. Yehezkiel - Ketava d'Khazquiel

23. Hosea - Ketava d'Khosha Nebya

24. Yoel - Ketava d'Yoel Nebya

25. Amos - Ketava d'Amos Nebya

26. Obadiah - Ketava d'Obadya Nebya

27. Yunus - Ketava d'Yonan Nebya

28. Mikha - Ketava d'Mikha Nebya

29. Nahum - Ketava d'Nakhom Nebya

30. Habakkuk - Ketava d'Khabok Nebya

31. Zefania - Ketava d'Zefanya Nebya

32. Haggai - Ketava d'Khagai Nebya

33. Zakaria - Ketava d'Zekarya Nebya

34. Maleakhi - Ketava d'Malakhi Nebya

35. Daniel (with "Prayer of Azariah" and "Song of Three") - Ketava d'Daniel Nebya

36. Bel*

37. Naga *

38. Ruth - Ketava d'Rot

39. Susanna*

40. Esther - Ketava d'Ister

41. Yudith*

42. Ben Sirakh*

43. 1 Tawarikh / 2 Tawarikh - Sipra Kadmaya d'Dabaryamin / Sipra Beth d'Dabaryamin

44. Penyingkapan Barukh*

45. 4 Ezra*

46. Ezra - Ketava d'Ezra

47. Nehemia - Ketava d'Nekhemya

52. Yosephus, Perang kaum Yahudi * (lihat: http://www.pshitta.org/english/ )

Kitab-kitab Inter-Perjanjian

Kitab-kitab intertestamental, banyak tulisan yang dituliskan pada masa intetestamental (masa antar-perjanjian), disebut Alkitab Apokrifa ("perkara-perkara tersembunyi") oleh kelompok Protestan, Deuterokanonikal ("kanon kedua") oleh kelompok Katolik, dan Deuterokanonikal disebut Anagignoskomena ("bacaan yang bermanfaat") oleh kelompok Ortodoks. Deuterokanonikal-Anaginoskomena (bacaan kanon kedua yang bermanfaat atau kitab-kitab yang terlambat dikanonkan) oleh kelompok Katolik Ortodoks (*kelompok Gereja Nasrani Katolik Ortodoks) memakai istilah ini lebih alkitabiah, karena tepat mengacu kepada 2 Timotius 3:16.

Karya ini diakui oleh Gereja-gereja Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Ortodoks Oriental sebagai bagian dari kitab suci (maka lebih tepat kita menyebut kata Deuterokanonika dari pada Apokrifa), meskipun kelompok Protestan tidak mengakui kitab-kitab tersebut sebagai ilahiah terilham. Ini disebabkan latar belakang Protestan yang menjadikan Alkitab sebagai normatif ajaran dan moral gereja dalam usahanya menolak konsep dogma Paus Tak Bisa Salah dalam menetapkan ajaran dan moral gereja pada Konsili-konsili lokal mereka. Sekaligus juga menolak Konsili-konsili Ekumenis Gereja Ortodoks Yunani dari Konsili tahun 325 sampai tahun 787 (Konsili 1 sampai 7) sebagai otoritatif Tak Bisa Salah dalam keputusan universal mereka dan menetapkan dua dogma dasar mereka: Dogma Inkarnasi dan Dogma Tritunggal hasil formulasi konsensus rasional bersama.

Pada akhirnya kelompok Protestan mendeklarasikan "Innerancy Alkitab" (Alkitab Lepas dari Kesalahan) dalam the Journal of the Evangelical Theological Society tahun 1978, usaha pemindahan konsep dogma Paus Tak Bisa Salah menjadi Alkitab Tak Bisa Salah dalam pemikiran Protestantisme, yang kemudian lahir konsep "The Sufficiency of Scripture" (Kitab Suci Cukup Sola Skriptura): Kitab Suci adalah CUKUP, Alkitab adalah segalanya yang kita perlukan untuk memperlengkapi bagi hidup iman dan ibadah.

Banyak orang Kristen sebenarnya mengakui Kitab-kitab Intertestamental ini sebagai yang baik dan sangat bermanfaat sekali. Gereja Anglikan Inggris melihat apokrifa menjadi "dibaca bagi teladan hidup" tapi tidak digunakan "untuk menetapkan suatu doktrin." Martin Luther membuat pernyataan sama dengan menyebutnya: "tidak dipandang sejajar terhadap Kitab-kitab Kudus, tapi berguna dan baik untuk dibaca." Bagi kaum Nasrani melihat Kitab-kitab Tertulis tidaklah menjadi patokan utama karena Kitab Suci bagian dari dua pilar Iman lainnya; Pilar Tradisi Suci dan Pilar Wahyu sehingga Tiga Pilar Iman merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan tidak bisa berdiri sendiri.

Oleh sebab itu, tidak ada persoalan terhadap Kitab Suci yang kanonik dan non-kanonik. Ini bukan suatu isu yang penting. Alkitab, Tradisi, dan Wahyu sama sekali tidak pernah menyatakan kitab-kitab apa saja yang kanonik dan tidak kanonik dan harus berapa jumlah kitab suci, kecuali tradisi manusia (human made) yang memformulasinya demikian. Sehingga usaha melepaskan Alkitab berdiri sendiri dengan cara

mengkanonkan Kitab-kitab tersebut dengan memberikan label kanonik dan non- kanonik sebenarnya merupakan usaha manusia mendahului Tuhan sendiri dan ada unsur motif, politis, dan kekuasaan yang bermain dibalik usaha itu semua. Sekalipun dengan alasan klasik dan klise untuk mencegah bidat-bidat muncul merupakan pernyataan absurd. Kanonik atau Non-Kanonik Kitab Suci bidat-bidat tetaplah muncul dalam diri Gereja itu sendiri yang berusaha membuat inovasi dan tafsir Alkitab untuk membangun dogma dan doktrinnya sendiri dalam usaha memproteksi Ajaran-ajaran yang mereka pandang sendiri alkitabiah dari pada kelompok lainnya. Semakin besar kelompok gereja yang didukung oleh politik gerejawi serta bergandengan tangan dengan penguasa duniawi maka tercipta apa yang dikatakan Alkitab Kanonik dan Non- kanonik, semakin besar juga peluang membuat inovasi ajaran-ajaran bida ah. Besar dan kecil jumlah anggota Gereja tidak kebal dari kecenderungan membuat ajaran-ajaran sesat yang non-alkitabiah sebagaimana kita baca dalam Sejarah Gereja sepanjang abad terjadi pertikaian teologis sepanjang masa. Jika kita melihat hanya pada sisi Kanonis Alkitab, maka pertanyaan akan muncul, Mengapa mereka yang menyatakan Kitab Kanonik justru menciptakan ajaran-ajaran baru yang menyesatkan? Siapa yang bertikai sebenarnya? Jika Gereja gereja besar tersebut dituntun Roh Kudus pastilah tidak ada perpecahan Gereja-gereja, faktanya justru sebaliknya. Jika begitu apa gunanya Kitab Kanonik itu?

Dalam sejarah Kanonik Alkitab, kita tahu persis bahwa jumlah Kitab Suci berbeda-beda antara antara satu kelompok Kegamaan dengan lainnya (baik itu Perjanjian Lama dan Baru), dan TIDAK ADA yang disebut Kanon Alkitab Universal, kecuali hanya ide-ide saja, prakteknya tidak ada. Sepanjang abad masing-masing kelompok membuat daftar kanonnya sendiri seperti kita baca dibawah ini:

1. Kanon Septuaginta (LXX), (285-247 S.M) sebanyak sekitar 53 Kitab.

2. Kanon Tanakh Ibrani (tahun 70-80 M) sebanyak 39 Kitab.

3. Kanon Marsion (84-160)

4. Irenaeus (120-202) uskup dari Lugdunum di Gaul, yang disebut Lyons, Parncis, menyusun Kanon Perjnajian Baru sejumlah 21 Kitab.

5. Origenes dari Alexandria (awal tahun 200 M), menyusun Perjanjian Baru 27 Kitab.

6. Athanasius dari Alexandria (296-373): 22 Kitab Perjanjian Lama dan 27 Perjanjian Baru.

7. Fragment Muratori (1672 1750 berisi 85 fragmen Kitab Perjanjian Baru. Tahun 367 Athanasius datang dengan 73 kitab untuk Alkitab Kristen yang diyakini

menjadi terilham ilahiah. Daftar ini akhirnya disetujui oleh Paus Damasus I tahun 382 M, dan secara resmi diakui oleh Konsili Gereja Roma pada tahun yang sama. Kemudian pada Konsili di Hippo (393 M) dan Kartago (397 M) disahkan daftar 73 Kitab-kitab. Pada tahun 405 M, Paus Innocent I menulis surat kepada Uskup Toulouse menegaskan ulang kanon 73 kitab. Pada tahun 419 M, Konsili Kartago menegaskan kembali daftar menjadi terilham ilahiah. Daftar ini akhirnya disetujui oleh Paus Damasus I tahun 382 M, dan secara resmi diakui oleh Konsili Gereja Roma pada tahun yang sama. Kemudian pada Konsili di Hippo (393 M) dan Kartago (397 M) disahkan daftar 73 Kitab-kitab. Pada tahun 405 M, Paus Innocent I menulis surat kepada Uskup Toulouse menegaskan ulang kanon 73 kitab. Pada tahun 419 M, Konsili Kartago menegaskan kembali daftar

Martin Luther tidak suka 7 kitab dari Perjanjian Lama dengan alasan sudut pandang pribadi saja, sehingga ia membuang Kitab-kitab tersebut dari daftar Alkitab pada abad ke-16 M. Ia mengacu kepada Konsili Yamnia Yahudi tahun 90 M. Sebaliknya jika dilihat dari sudut pandang Yahudi ada perbedaan lagi; kelompok Saduki percaya hanya 5 kitab Musa, sebaliknya kelompok Rabbinik Farisi percaya pada 34 kitab Perjnajian Lama. Namun ada kelompok Yahudi Diaspora percaya kepada 7 kitab itu adalah terilham ilahiah. Sementara pada zaman Yeshua dan Para Rasul tidak ada persoalan masalah Kanon Kitab Suci, tidak ada bukti apapun Alkitab sudah dikanonkan dengan jumlah tertentu. dalam kelompok Ortodoks Timur dan Katolik berpandangan bahwa Yeshua dan Para Rasul menggunakan Kitab Tanakh terjemahan Septuaginta (LXX), ini hanya tafsiran saja dan tak ada bukti sama sekali. Kita harus ingat budaya Rabbinik di Sinagoga dan di Israel:

Selama abad pertama Masehi., bahasa Ibrani tetap bahasa orang Yahudi yang tinggal di Yudea, sebagian kecil di Galilea. Bahasa Aramaik tetap bahasa kedua dan bahasa perdagangan. Orang Yahudi pada waktu itu TIDAK BERBICARA BAHASA YUNANI. Pada kenyataannya, satu tradisi yang kuat mengakar pada zaman itu bahwa Lebih baik memberikan makan anak-anak Yahudi makan daging babi dari pada mengajari mereka bahasa Yunani! Itu adalah kejahatan jika makan daging babi dilarang oleh Torah, alhasil, ditolak oleh orang Yahudi. Dan itu hanya diijinkan oleh pihak berwenang Yahudi orang muda pewagai pemerintah bisa belajar bahasa Yunani, dan kemudian itu hanya dimaksudkan untuk tujuan urusan politik pada tingkat Nasional atau Internasional. Bahasa Yunani adalah Sepenuhnya Tak Dapat Diakses dan Ditolak bagi masyarakat mayoritas Yahudi di Israel selama abad pertama. Pada umumnya orang Yahudi di Israel abad pertama tidak tahu bahasa Yunani.

Adalah kebiasaan Yahudi hingga zaman modern di Sinagoga membaca kitab suci Ibrani barulah diterjemahkan dalam bentuk Targum Aramaik pada abad pertama. Barangkali, jika di Mesir dan Asia Kecil yang berbahasa Yunani, bahasa Ibrani dibacakan barulah diterjemahkan kedalam bahasa lokal. Itu fakta yang benar, tidak seperti keyakinan Gereja-gereja Greco Roman yang berlebihan menafsirkan penggunaan bahasa Kitab Suci pada Abad Pertama semuanya dengan bahasa Yunani.

Kitab Suci Pshitta Kitab Suci Jemaat Kristen Timur

Terjemahan Pshitta mulai dilakukan tahun 1987. Ini merupakan kesetiaan melestarikan bahasa Aramaik Asli yang didasarkan pada Peshitta Timur. Berbagai macam terjemahan dalam bahasa Inggris dicocokkan sebagai usaha perbandingan dan referensi. Tujuan Terjemahan Pshitta mulai dilakukan tahun 1987. Ini merupakan kesetiaan melestarikan bahasa Aramaik Asli yang didasarkan pada Peshitta Timur. Berbagai macam terjemahan dalam bahasa Inggris dicocokkan sebagai usaha perbandingan dan referensi. Tujuan

Versi Pshitta mengganti nama-nama Ibrani tradisional dan frasa kata-kata yang yang ekuivalen terhadap Aramaik. Makna dan kata Kitab Suci tetap sama, yakni PSHITTA Kitab ini merupakan Edisi Kitab Suci satu-satunya di muka bumi ini yang paling akurat dari SABDA ALAHA yang TAK BERUBAH sejak zaman Para Rasul hingga sekarang. Hal yang sama juga diberikan kepada nama-nama individual dan lokasi geografis. Kebanyakan referensi kata "Yahudi " diterjemahkan sebagai "kaum Israel" atau "kaum Yehuda" dan variasi yang sama di mana dirasa tepat. Nama sang Ilahi diterjemahkan langsung dari bahasa Aramaik dalam bentuk "Mar-Yah" (artinya, "YHWH Tuhan") ekuivalen terhadap sebutan yang dikenal luas dalam bentuk kata "Yahweh".

Terjemahan ini berasal dari Teks Kitab Suci Pshitta (baca, Peshitta) yang otentik bersejarah sebagai sumber informasi kesejarahan dan dokumen yang sangat berharga.

Nama PSHITTA adalah Aramaik dan artinya, LURUS", JUJUR dan BENAR (asli dan naskah murni dari Kitab Suci). Pshitta adalah naskah Alkitab paling tertua dalam eksistensinya, gaung suara ini sudah dua ribu tahun disuarakan, tetapi banyak pihak menepisnya karena faktor etnosentrisme dan Anti-Semitik, khususnya Gereja-gereja Barat (persfektif Greco-Roman) yang ambisius dengan primasi politis Hellenisme Latinisme, namun di wilayah-wilayah Timur Jauh gaung bahasa Yunani tidaklah menjangkau. Tidak ada alasan apapun menolak Pshitta yang merupakan fakta obyektif sejarah Kitab Suci yang benar! Karena Pshitta adalah SABDA ALAHA yang disimpan, dilestarikan dan dijaga kemurniannya sepanjang generasi ke generasi mulai dari masa Para Rasul (Shlikhim) masih hidup hingga akhir zaman. Pshitta itu satu-satunya teks murni Kitab Suci yang terpercaya yang berisi Kitab-kitab Israel (Tanakh: Torah, Nevii,, dan Kethuvim) dan Kitab Mshikhanuth (Brith Chadasha: Beshura, Misnah, dan Igeret) yang dituliskan dalam bahasa Aramaik dan Aramaik dialek bahasa yang diucapkan oleh Maran Yeshua Mshikha dan Para Murid-Nya (talmidim) pada Abad Pertama Masehi. Dialek Aramaik ini disebut Nasramit (Ibrani-Aramaik) yang tetap lestari dalam Gereja- gereja Timur (the East bukan the Eastern) Ortodoks Katolik Timur, terutama Assyria, Syria dan India.

Jika pihak Gereja-gereja Greco Roman (Kekeristenan Yunani-Latin) mengklaim bahwa Yeshua dan Para Rasul menggunakan bahasa Yunani dengan berbagai klaim dalam argumentasinya, kita biarkan saja karena tergantung sudut pandang mata mereka sendiri dan tidak perlu kita perdebatkan. Bagi kita jelas tahu bahwa Orang Yahudi adalah anti-Yunani dan anti-Latin sejak zaman kuno bagaimana mereka bisa menerima bahasa Yunani sebagai bahasa mereka? Bagi kita klaim semacam itu hanya bagi anak- anak sekolah minggu dan dongeng yang diajarkan selama berabad-abad.

Selintas Pandang Kanon Kitab Suci

Dikenal dengan baik fakta bahwa Gereja Timur (the East) menerima Kitab-kitab tertentu sebagai Kitab Suci yang dikemudian ditolak oleh pihak lain. Cukup jelas memang sekitar tahun 100 M., kanon Perjanjian Baru secara menyeluruh diterima oleh mayoritas Gereja-gereja yang berisi: dua 27 Kitab-kitab, tetapi ada 5 Kitab lagi dipertanyakan keotentikannya dan tidak diterima secara universal yaitu:

1. Igeret Keipha ke-2,

2. Igeret Yaa kov,

3. Igeret 2 Yokhanan,

4. Igeret 3 Yokhanan,

5. Sefer Gilyana. Kelima Kitab yang dipersoalkan itu dipertanyakan juga diwilayah-wilayah tertentu,

sebaliknya diterima seutuhnya di wilayah lain. Beberapa kaum Nasrani Assyria di Cina menerima 27 Kitab, sementara pada komunitas lainnya di Cina, India, dan Asia Tenggara tak menerima 5 Kitab yang dipersoalkan tersebut. Kemudian, banyak dari kaum Nasrani yang awalnya menerima 5 Kitab yang dipersoalkan itu menolak Kitab- kitab tersebut akhirnya menerimanya, dan ada yang memasukkannya dalam daftar kanon sejajar dengan kanon Deuterokanonika Perjanjian Baru. Tidak semua Gereja- gereja di Timur ataupun Barat menerima kanon yang sama. Gereja-gereja di Timur dan Barat tidak ada kata sepakat hingga sekitar tahun 400 M., dan masih ada beberapa Gereja-gereja di Timur tidak setuju dengan Kitab-kitab yang diseleksi pada waktu itu. Tidak setiap kelompok setuju punya Kitab-kitab seperti: Surat Kiriman Penggembalaan Hermes, Klemen Pertama, Didakhe (Limudah), Hikmat Salomo, Wahyu Petrus, dll., dalam kanon khusus mereka. Ada yang melihat bahwa Kitab-kitab yang tak diakui oleh Gereja-gereja lain dilihat dalam Tiga Pilar Iman tidaklah menjadi kontradiktif, sebaliknya saling dukung mendukung satu sama lain. Memang diakui ada tingkat penerimaan Isi yang harus diperhatikan pada tiap Kitab, tetapi tidak bisa dilihat hanya Kitab mencocokkan Kitab tetapi Tiga Pilar Iman yang harus sinkron satu sama lain: Pilar Kitab Suci, Pilar Tradisi, dan Pilar Wahyu. Jika suatu kitab dicocokkan dengan kitab suci lainnya pastilah satu sama lain ada yang kontradiktif dan akhirnya manusia ambil alih sebagai penafsir kitab suci menjadi hakim diantara kitab suci sehingga lahirlah istilah kanonik dan non-kanonik. Sebenarnya ini hanya usaha manusia dalam menafsirkan kitab suci dengan menyatakan satu kitab suci layak dan tak layak, sekalipun itu dilakukan melalui usaha kritis teks tingkat tinggi (high texts criticis) dengan berbagai media linguistic bukanlah jawaban yang tepat.

Melalui Tiga Pilar Iman kita akan bisa melihat bahwa suatu kitab itu bermanfaat atau tidak dalam mengajar, menyatakan kesalahan, mengajarkan kebenaran dan memeprbaiki perilaku hidup pembacanya itulah yang inti dengan adanya Kitab Suci (2

Timotius 3:16). Bisa saja didalam teks ada kesalahan manusia dalam menyalin atau salah geofrafis dan sebagainya tetapi inti pesan itu yang penting. Dengan demikian tidak ada pertikaian teologis dan tafsir kitab suci yang menimbulkan perpecahan gereja Kristen menjadi ribuan sekte hingga abad modern ini. Jiwa Yudaisme Alkitabiah tidak melihat Alkitab sebagai satu-satunya pegangan dalam Iman (Emunah) tetapi Tiga Pilar Iman. Kebanyakan Gereja-gereja hanya punya bagian-bagian apa yang dikenal luas di Barat sebagai Perjanjian Baru. Namun, Gereja-gereja lainnya punya koleksi Kitab-kitab yang berbeda. Ini bukan saja sangat sulit mensirkulasikan Kitab-kitab yang tepat sama pada komunitas-komunitas yang membentang dari Yudea ke Asia Kecil hingga ke wilayah Asia Timur Jauh, tetapi juga sejumlah teks berbeda didistribusikan. Banyak orang hingga sekarang berasumsi bahwa hanya ada 27 Kitab-kitab yang beredar dan semua itu merupakan kanon lengkap yang salinannya semua berjumlah 27 manuskrip. Fakta yang sebenarnya ada lusinan selama masa Abad Pertama dan Kedua yang diklaim memiliki otoritas Rasuliah. Terkadang teks-teks ini digunakan sebagai Kitab Suci dalam Gereja-gereja. Banyak dari 27 Kitab-kitab itu bahkan tidak dikenal oleh banyak Gereja- gereja, khususnya mereka yang berada di Asia Tenggara dan Timur Jauh. Beberapa Kitab-kitab tertentu diterima pada waktu yang berbeda di wilayah yang berbeda pula. Itulah sebabnya aturan-aturan Kanon berbeda-beda di tiap wilayah. Batasan-batasan kanon mencair pada abad ke-2 dan ke-4 M. Gereja mengakui sebagai Kitab Suci pada abad ke-4 dengan merangkum Tulisan-tulisan yang menuntun hidupnya, paling sedikitnya diakui bersama di beberapa wilayah di masa abad-abad sebelumnya. Kitab- kitab Ibrani tampaknya diterima tanpa mempertanyakannya sebagai Kitab Suci lebih awal dalam Gereja Timur dari pada di Barat; dan sebaliknya Kitab Wahyu lebih dahulu di terima di Barat sebagai bagian Kitab Suci dari pada di Timur, meskipun faktanya Barat dan Timur sudah memiliki Salinan - salinan Kitab-kitab Ibrani dan Wahyu dari tahun 100 M. Akan tetapi, di wilayah Asia Timur Jauh tidak tahu Kitab Wahyu ataupun tidak tahu banyak tentang tulisan-tulisan Surat Kiriman Rasul Paulus hingga setelah tahun 600 M! Beberapa Surat Kiriman itu mereka masukkan kedalam Kanon Deuterokanonika (Apokrifa), yakni kelompok manuskrip Kitab-kitab kuno (Pra-Rasul- rasul) dan yang terakhir (masa Rasul-rasul). Beberapa kitab-kitab Kanon Deuterokanonika sesungguhnya ada yang lebih tua dari pada Kitab-kitab hasil tulisan- tulisan Rasuli (seperti Kitab Henok), tetapi Kitab ini dianggap kanonik kemudian atau tidak diakui resmi oleh Gereja hingga kemudian, Kitab itu dimasukkan kedalam Kanon Terakhir (Deuterokanonika), tetapi bukan berarti kualitasnya lebih rendah dari kitab lainnya, semua kitab-kitab normatif! Tapi apakah cocok dengan Tradisi dan Wahyu? Itu yang harus menjadi prinsip.

Salah satu alasan mengapa Tulisan Rasul Paulus dikelompokkan masuk dalam daftar Kanon Terakhir ("Deuterokanonika - Apokrifa") dikarenakan fakta aslinya diterima oleh Jemaat-jemaat di Asia Timur Jauh dalam naskah bahasa Yunani dan kemudian diterjemahkan ulang kedalam bahasa dialek Aramaik dengan menggunakan teks Aramaik Timur dari Pshitta.

Kanon Jemaat Nasrani Katolik Ortodoks dikategorikan dalam 9 bagian: Torah, Nabi- nabi, Tulisan-tulisan Suci, Injil, Sejarah, Surat Kiriman, Kidungan, Mishna, dan Deuterokanonika.

A. Peshitta (Tanakh & Brith Chadasha):

I. Torah: 1. Sipra d'Berita, 2. Sipra d'Mapkana, 3. Sipra d'Kakhane.4. Sipra d'Minyane. 5. Sipre d'Tinyan Aurayta.

II. Neviim: Ketava d'Ishu bar Nun, Sipra Dayane, Ketava Kadmaya d'Shemuel / Ketava Trayana d'Shemuel, Sipra Kadmaya d'Malke / Sipra Trayana d'Malke, Ketava d'Eshaya Nebya, Ketava d'Eramya Nebya, Igeret d'Eramya Nebya*, Ketava d'Khazquiel, Ketava d'Khosha Nebya, Ketava d'Yoel Nebya, Ketava d'Amos Nebya, Ketava d'Obadya Nebya, Ketava d'Yonan Nebya, Ketava d'Mikha Nebya, Ketava d'Nakhom Nebya, Ketava d'Khabok Nebya, Ketava d'Zefanya Nebya, Ketava d'Khagai Nebya, Ketava d'Zekarya Nebya, Ketava d'Malakhi Nebya,Ketava d'Yob, Ketava d'Eramya Nebya, Ketava d'Olyata, Ketava d'Amos Nebya, Ketava d'Nekhemya, Ketava d'Daniel Nebya.

III. Kethuvim: Ketava d'Mazmore, Ketava d'Matle, Choqma*, Ketava d'Kukhlat, Tishbekhat Tishbekhata, Igeret d Barukh*, Baruch*, Daniel ("Doa Azariah" dan"Kidung Tiga Anak Muda"), Bel*, Naga*, Ketava d'Rot, Susanna*, Ketava d'Ister, Yudith*, Ben Sirakh*, Penyingkapan Barukh*, 4 Ezra*, Ezra - Ketava d'Ezra,1-4 Makkabe*,Yosephus, Perang kaum Yahudi,* Sefer Pirkei Avot.

IV. Beshorah: Mar Mattai (Matius), Mar Markus (Markus), Mar Lukas, Mar Yokhanan (Yohanes), Mar Thoma (Thomas), Injil Nasrani Injil Dua Belas (Aramaik), dan berbagai Injil lainnya. (lihat; lampiran dibawah).

V. Sejarah: Ma asei Shliakh Mar Thoma, Maasei ha-Shlichim (Termasuk Limudah juga disebut "Didakhe"), Sejarah Kehilla (Kisah Kerasulan Jemaat setelah Rasul Dua Belas).

VI. Igeret / Surat Kiriman: al Ivrim, Ya akov, 1 Keipha, 1 Yokhanan, Sefer B'nai Ohr, Derekh d'Kehilla, Derekh Torah, Sefer Didaskalia, Klementinus, Gembala Hermas, Surat-surat Ignatius, dll.

VII. Kidungan: Shirim ha'Shabbat (Kidungan Sabat), Tehilat Oda Alaha (Kidungan Ucapan Syukur kepada Alaha) termasuk Odes dari Shlimon, Sefer ha'Shnatluakh (Kitab Hari Kudus, Musim-musim Perayaan dan Kalender Suci).

VIII. Mishna: Sefer Mar Addai, Sefer Av-kadmonim (tulisan-tulisan Para Uskup Agung dan Mistikus Ortodoks Katolik), Khamis bar Kardahe, Etika dari Para Bapa, Sefer Mar Odisho, Sefer Dvor, Yeshua Sutra.

IX. Deuterokanonika: Sefer Yashar, Sefer Enokh, Jubilees, Sefer B'nai Ya'aqub, Tobit, Yehudit, Maccabees, Sefer bar Sirakh (Ben Sirach), Barukh, Doa Manasseh, Damkhalti (juga disebut "Diatessaron"), Igeret Kiriman Romanim, 1-3 Korintim, Galatim, Efesim, Filipim, Kolosim, 1 - 2 Tesalonikim, 1-2 Timoteos, Titus, Philemon, 2 Kepiha, 2 dan 3 Yokhanan, Yudah, Gilyana, Sefer Rabban bar Sauma, Sefer Hazon d'Sadhu, Dua Belas Bapa, Sefer Bnai Ohr dan Kitab Persaudaraan Biara Mshikha Raja, Sefer Choqma Melkisedek, Imam Melkisedek, dan Penyingkapan Saudara Serafim.

Kitab Torah, Neviim dan Ketuvim semuanya asli ditulis dalam bahasa Ibrani dan beberapa pasal dari bahasa Aramaik, juga Injil Mar Mattai, Surat Kiriman Ya'aqub dan Kitab Ibrani. Kitab-kitab yang dikenal sebagai Sefer B'nai Ohr, Derekh d'Kehilla, Derekh Torah adalah berasal dari dialek Aramaik yang dekat sekali ke bahasa Ibrani. Kitab- kitab kategori Kidungan dilihat bersifat Hebraik (Ibrani) dengan keterkecualian Kitab yang dikenal sebagai Sefer ha'Shnatluakh. Injil Mar Thoma berasal dari dialek Aramaik yang sedikit dipengaruhi bahasa Koptik. Sefer Mar Addai berasal dari sumber Syria. Sefer Avkadmonim terdiri dari beberapa kitab, koleksi kutipan-kutipan dan tulisan- tulisan ringkas dari semua para Rosh Mebaqqer mulai dari tulisan Mar Ya'aqub hingga kepada Patriak berikutnya. Koleksi Kitab-kitab ini juga terdiri dari tulisan-tulisan Para Rabbanim sepanjang generasi Jemaat termasuk tulisan-tulisan dari Rabbanim Jemaat pada abad ke-2 atau ketiga dari Tibet. Etika Para Bapa berasal dari sumber Ibrani - Aramaik, bagian dari adaptasi traktat Pirkei Avot tradisional.

Derekh Torah terdiri dari kategori daftar 613 Mitzvoth karya Rabbi Yahudi. Derekh d'Kehilla, menunjuk sebagai "Kitab Perihal Aturan Cara Hidup Jemaat", terdiri dari variasi tulisan-tulisan dari abad Pertama dan Kedua, termasuk versi tulisan Limudah, versi tulisan singkat Sefer B'nai Or, dan aneka ragam Surat-surat yang ditujukan bagi Jemaat-jemaat. dari berbagai variasi Injil (Beshura) dengan beberapa teks berdasarkan pada Derekh d'Kehilla. Yeshua Sutra dikaitkan kepada Para Uskup Alopen di Cina.

Kitab Sefer Yashar, Sefer Enokh, dan Yubilee milik sumber ibrani Qumran yang dipengaruhi diwaktu kemudian oleh sumber Yunani dan Koptik. Seberapa luas pengaruh ini belum bisa diketahui. Banyak Kitab-kitab lainnya yang bersumber bahasa Aramaik, Syria dan Yunani. Sumber Yunani dikaitkan dengan Kitab-kitab: Roma, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 dan 2 Thessalonika, 1 dan 2 Timotius, Titus, Philemon, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes, Yudas, dan Wahyu.

Kitab Sefer Rabban bar Sauma dan Sefer Hazon d'Sadhu adalah tulisan-tulisan masa kini yang ditambahkan kedalam Kanon Katolik Ortodoks melalui sudut Pandang Tiga Pilar dan diterima dalam bahasa Aramaik dan Urdu.

Klasifikasi Kitab Melalui Beda Budaya

Hampir semua Kitab-kitab Suci keseluruhan bersifat Semitik mayoritas, dengan kekecualian seperti Kitab "Sefer Hazon d'Sadhu" karena asal-usulnya dari India dalam bahasa Urdu. Pertama kali tulisan-tulisan Rasul Paulus dipandang dengan rasa curiga oleh Jemaat sebelum tahun 600-an di Cina karena naskah-naskahnya tertulis dalam bahasa Yunani. Kitab-kitab ini lambat laun semakin dikenal (dan digunakan) diantara kaum Nasrani di Cina dan kaum Mshikani Mar Thoma di India dan selanjutnya diterima secara bertahap oleh mereka sebagai bagian Kitab Suci. Dengan demikian Kitab-kitab yang disebut Kanon Terakhir (Deuterokanonik) bisa dipandang sebagai "Thomasin" (termasuk Injil dan Kisah Rasul Mar Thoma, dan Kisah Rasul Mar Addai). Kaum Mshikhani Mar Thoma sangat akrab dengan Sefer Hazon d'Sadhu. Teks khusus ini tidak diterima oleh Jemaat yang berakiatan dengan instruksi pengungkapan. Naskah Ortodoks termasuk Kitab-kitab seperti Yeshua Sutra, Sefer Rabban bar Sauma dan Sefer Dvor. Kitab Sefer B'nai Or, Derekh d'Kehilla, Limudah, dan Derekh Torah termasuk teks- teks kanonis awal diterima oleh Jemaat. Limudah itu merupakan Dekrit Rasuliah (Apostolic Decree) yang dikirimkan dari Yerusalem kepada komunitas komunitas Orang Percaya Baru yang berasal dari kaum Goyim. Tulisan-tulisan ini kemudian disatukan serta ditambahkan dalam Kitab Kisah Para Rasul pada abad ke-4. Jemaat selalu

memegang

teguh

posisi ini.

Gulungan Laut Mati

Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls) merupakan sumber naskah dokumen Abad Pertama yang merupakan bagian dari Kitab Suci Mshikhani. Jemaat Orang Percaya mentransplantasikan banyak kitab-kitab ke kirbet Qumran dari Yerusalem dan para sarjana ahli arkeologi telah salah memperkirakan penanggalan dokumen-dokumen ini dengan memperkirakan dokumen itu berasal dari periode lebih tua. Naskah Qumran sebenarnya tidaklah satu-satunya situs Naskah-naskah Kuno yang ditinggalkan, situs ini terbentang dari Mesir, Syria, Arabia, Afrika, Mesopotamia, Tibet, Cina, India, Asia Tenggara, Inggris (bangsa Keltik), dan bahkan sampai Meksiko (Amerika). Hanya penggalian para ahli arkeologis dan juga sumber pemegang naskah belum mau membuka suara hingga zaman modern ini.

Oleh karena itu, sangat miskin jika kita hanya terpaku pada daftar Kanonisasi Kitab Suci baik oleh Konsili Yamnia - Yahudi maupun Kristen. Gereja Nasrani Katolik Ortodoks khususnya tidak punya keyakinan Kanon Kitab Suci Tertutup sebab misteri Ilahi Oleh karena itu, sangat miskin jika kita hanya terpaku pada daftar Kanonisasi Kitab Suci baik oleh Konsili Yamnia - Yahudi maupun Kristen. Gereja Nasrani Katolik Ortodoks khususnya tidak punya keyakinan Kanon Kitab Suci Tertutup sebab misteri Ilahi

Jika kita melihat dari daftar jumlah Kanon-kanon Kitab Suci Gereja Nasrani Katolik Ortodoks ini jelas sekali ada perbedaan signifikan dengan komunitas-komunitas Gereja pada umumnya. Harus diketahui dengan jelas dan sekaligus kami tegaskan bahwa TIDAK ADA KANON UNIVERSAL DITERIMA OLEH SEMUA KELOMPOK KEAGAMAAN KRISTEN DI MUKA BUMI INI SEPANJANG ABAD. Persoalannya bukan pada Kitab Suci tetapi Siapa yang mengkoleksi dan Mengapa harus dikoleksi ini semua kembali kepada masalah Doktrin Gereja masing-masing.

Tidak ada satu kelompok gerejapun punya hak menyatakan suatu kelompok sesat atau menyesatkan yang dianggap bidat, sebab semua itu tergantung siapa yang menyatakan. Bagi sudut pandang Gereja-gereja Ortodoks Timur melihat Gereja Roma Katolik adalah sesat, begitupun sebaliknya Roma Katolik melihat Gereja-gereja Ortodoks Timur adalah sesat karena tidak tunduk kepada tahta Kepausan maka senjata perlu diarahkan ke tubuh Gereja-gereja Ortodoks Timur yang keras kepala menurut pandangan Roma Katolik. Maka jalan satu-satunya, membentuk Kaum UNIAT Roma Katolik untuk menggembosi Gereja-gereja Ortodoks Timur. Begitu juga Gereja-gereja Reformasi Protestantisme melihat semua Gereja-gereja Rasuliah Katolik dan Ortodoks adalah bunda-bunda penyesat Kekristenan sehingga dialogpun diadakan melalui Dewan Gereja-gereja Sedunia.