ESSAI ILMIAH POPULER JAMU OBAT HERBAL SI

ESSAI ILMIAH POPULER

JAMU OBAT HERBAL SIAP MENDUNIA DALAM
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

NI KADEK ARMINI
1602551035
HEPATOBILIARY
15

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2016

Dewasa ini penggunaan obat tradisional atau obat herbal di negara yang sedang
berkembang maupun negara maju cenderung terus meningkat. Tendensi ini
mempunyai dua dimensi penting yaitu: dimensi medik terkait dengan penggunaannya
yang luas diseluruh dunia dan dimensi ekonomi terkait dengan terciptanya nilai
tambah ekonomi yag bermanfaat bagi umat manusia. Di era globalisasi saat ini
merupakan tahun di mana kebijakan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) mulai
diterapkan oleh pemerintah negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Artinya,
tenaga kerja asing akan dapat keluar masuk ke negara ini. Begitu pula sebaliknya,

pekerja Indonesia pun akan tersebar di beberapa negara ASEAN. Tidak hanya tenaga
kerja yang akan mulai mengalami perubahan, bahkan hingga produk pangan pun
melalui masa perkembangan. Dalam konteks ini WHO menggaris bawahi mengenai
pentingnya kerangka kerja untuk aksi bersama antara WHO dan negara anggota
dengan tujuan untuk meningkatkan peran signifikan obat herbal dalam sistem
pelayanan kesehatan.
Obat herbal Indonesia, yang paling dikenal, dikonsumsi serta murah meriah
dikenal masyarakat sebagai jamu, sejak berabad-abad telah digunakan secara luas
oleh bangsa Indonesia untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Di masa
depan, pengembangan dan penggunaan obat herbal Indonesia mesti didasarkan buktibukti ilmiah yang kuat, terutama melalui standarisasi, sehingga dapat diintegrasikan
dalam sistem pelayanan kesehatan nasional.
Jamu merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah diwariskan secara
turun-temurun. Jamu dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan meski tanpa
dilakukan uji secara empiris terlebih dahulu. Sebenarnya tanpa melakukan
pelestarian, jamu akan selalu terjaga keberadaannya karena sudah mendarah daging
dalam setiap sisi kehidupan manusia. Apalagi dengan adanya trend back to nature
yang sekarang sedang digandrungi oleh masyarakat dalam upaya menerapkan healthy
lifestyle. Kini keberadaan jamu kian memposisikan dirinya di kancah persaingan
industri farmasi. Melihat peluang ini sudah seharusnya jamu tak hanya lestari tetapi
juga bisa mendunia dalam masyarakat ekonomi ASEAN ini.


Peluang pengembangan jamu sangat terbuka lebar. Tak hanya di Indonesia,
pengembangan jamu juga bisa merambah hingga dunia Internasional mengingat
besarnya potensi yang dimiliki serta meningkatnya permintaan pasar. Sejak dulu
Indonesia sudah dikenal sebagai Negara yang dianugerahi dengan kekayaan alam
yang melimpah disertai dengan kesuburan lahan. Salah satu kekayaan alam yang
dimiliki adalah tingginya biodiversitas termasuk tanaman obat-obatan sebagai bahan
baku jamu.Dilaporkan bahwa dari 30.000 jenis tanaman khas Indonesia sedikitnya
ada 7.500 jenis yang sudah diketahui memiliki khasiat herbal atau tanaman obat. Dari
jumlah tersebut baru 1.200 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan untuk bahanbahan baku obat-obatan herbal atau jamu. Untuk kalangan industri sendiri, baru
menggunakan 500 jenis tanaman obat sebagai bahan baku industri jamu [1].
Diberbagai belahan dunia, obat herbal atau jamu sudah menjadi bagian penting
bagi kesehatan baik pada negara berkembang maupun negara maju. Contohnya di
Afrika sebanyak kurang lebih 80% penduduknya menggunakan obat-obatan
tradisional, disusul oleh China yang mengkonsumsi obat-obatan tradisional mencapai
30-50%. Sedangkan di Ghana, Mali, Nigeria, dan Zambia sekitar 60% anak-anak
yang terinfeksi Malaria diobati dengan menggunakan pengobatan tradisional. Di
Negara Eropa dan Afrika selatan sekitar 75% pasien HIV/AIDS menggunakan obat
tradisional (Moeloek, 2011).
Data Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (2014) menunjukkan bahwa

Industri jamu dan obat tradisional mencatatkan prestasi yang cukup menggembirakan
dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut terlihat dari omzet yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 penjualan mencapai Rp. 14 triliun dan pada
tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp. 15 triliun [2]. Bahkan pada tahun 2020
diprediksi akan mencapai angka Rp. 20 triliun [1].
Dukungan untuk menggunakan obat-obatan tradisional juga datang dari badan
kesehatan dunia yaitu WHO melalui WORLD HEALTH ASSEMBLY yang
merekomendasikan penggunaan obat tradisional, termasuk obat-obatan berbasis alam
untuk menjaga kesehatan masyarakat, mencegah, dan mengobati penyakit, khususnya
kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Di dalam negeri Pemerintah sangat

mendukung berkembanganya jamu Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh
Kemenperin RI yang telah mengadakan kegiatan Minum Jamu Bersama diikuti oleh
beberapa menteri kabinet kerja. Untuk terus mendukung industri jamu di Indonesia,
jamu akan menjadi minuman wajib yang akan disuguhkan kepada tamu-tamu di
Kemenperin. Hal ini ditujukan untuk memasyarakatkan jamu sebagai warisan budaya
nasional.
Pameran Jamu dan Tanaman Obat Badan Litbang Pertanian Kementan RI.
Dukungan dari pemerintah agar jamu bisa mendunia ditunjukkan melalui upaya
standarisasi jamu, kegiatan promosi, serta peningkatan kualitas produk jamu dengan

melatih para pelaku usaha agar jamu dapat menembus pasar internasioal.
Sektor pariwisata juga mendukung keberadaan jamu Indonesia. Beberapa hotel
mulai menyediakan ruang khusus bagi jamu agar para tamu mendapatkan
kenyamanan melalui aroma terapi dari tanaman obat Indonesia. Selain itu restaurant,
cafe maupun outlet-outlet khusus jamu juga sudah mulai berkembang di beberapa
tempat. Hal ini memberikan peluang tersendiri bagi pengembangan jamu pada sektor
pariwisata yang dapat menarik turis domestik maupun internasional.
Beberapa jenis tanaman obat Indonesia sudah dibudidayakan pada skala luas
diantaranya adalah jahe, kencur, kunyit, kapolaga, cabai jawa, adas, katuk,
temulawak, lengkuas, lempuyang wangi, lempuyang gajah dan bangle. Beberapa
komoditas tersebut memiliki sentra produksi tanaman tersendiri yang menjadi produk
unggulan daerah. Contohnya saja Kencur atau Kaempferia galangal, Linn yang
bermanfaat untuk mengobati diare, memperlancar haid, mata pegal, lelah, radang,
kembung, masuk angin dan berbagai penyakit lainnya ini [4] ini memiliki sentra
produksi di Kalimantan Selatan. Sedangkan Jahe Merah atau Zingiber officinale Linn
Var. Rubrum yang bermanfaat untuk meredakan nyeri dan pegal linu, perangsang
aktifitas saraf pusat, memperkuat sistem imunitas tubuh beserta manfaat lainnya [5]
berada di Banten sebagai sentra produksi.
Begitu banyak peluang yang dimiliki Indonesia dalam pengembangan jamu
seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama bagi para pelaku usaha agar

jamu bisa mendunia. Dukungan agar jamu Indonesia bisa mendunia sudah ada sejak

lama. Bahkan pemerintah mengharapkan agar jamu Indonesia bisa bersaing di pasar
internasional. Bentuk dukungan salah satunya datang dari para Menteri Kabinet Kerja
yang berkomitmen untuk mendukung jamu agar semakin terkenal dan mendunia.
Para menteri ini menandatangani sebuah nota kesepakatan untuk membiasakan diri
meminum jamu dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Bahkan Presiden
Joko Widodo sendiri mendorong agar jamu Indonesia memiliki brand di mata dunia,
dimana Indonesia identik dengan jamu, jamu adalah Indonesia.
Salah satu penyebab sulitnya akses jamu Indonesia ke pasar dunia adalah
kurangnya standarisasi produk baik dari segi bahan yang digunakan, cara pembuatan
maupun faktor khasiat dan keamanan produk. Selain itu standarisasi jamu sulit
dilakukan karena sebagian pembuat jamu beranggapan bahwa jamu adalah sebuah
seni yang menekankan pada intuisi dan bukan pada pengukuran secara tepat bahanbahan yang digunakan. Selain masalah standarisasi, masih ditemukan beberapa
pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa produsen jamu. Seperti pemalsuan nomor
pendaftaran, pencantuman identitas pabrik yang tidak lengkap, serta pencampuran
dengan bahan kimia secara sembarangan. Padahal peraturan menteri kesehatan
sendiri menyebutkan bahwa jamu tidak boleh mengandung bahan kimia obat selain
dari yang dipersyaratkan [6].
Selain permasalahan tersebut, negara tujuan ekspor memberlakukan sistem

proteksi bagi industri herbal. Siapapun yang ingin memasarkan produknya di negara
tersebut akan dikenakan tarif tinggi untuk mendaftarkan produknya sementara
Indonesia belum melakukan yang sama. Aturan tersebut menyebabkan produk
Indonesia sulit dipasarkan ke luar negeri sementara produk herbal dari luar begitu
mudahnya masuk ke Indonesia yang menyebabkan persaingan tinggi dengan produk
jamu dalam negeri. Dari sekian ribu industri jamu yang ada di Indonesia, hanya 16
perusahaan besar saja yang mampu bersaing di pasar internasional [7].
Beberapa contoh di atas adalah bukti bahwa jamu sebenarnya mendapatkan
tempat di pasar dunia asalkan memiliki kualitas yang sesuai dengan standart pasar.
Produk jamu asal Indonesia harus memperhatikan hal ini apabila hendak menembus
pasar Internasional. Pasar internasional menerapkan sebuah standart mutu yang

memberlakukan proteksi cukup ketat bagi produk jamu. Salah satunya adalah standar
mutu higienitas. Produk jamu kita masih belum memiliki standar mutu tersebut
sehingga sulit menembus pasar internasional. Standart yang berlaku di Indonesia
merupakan standar yang dikeluarkan oleh BPOM yang hanya sampai pada tingkat
konsumsi dan standart ini belum diakui sebagai salah satu standart internasional.
Selain itu dalam laporan survey yang dilakukan WHO pada tahun 2005
menyebutkan bahwa tantangan yang berkaitan dengan kontrol kualitas obat,
keamanan dan kemanjuran obat herbal erat berkorelasi dengan kualitas bahan sumber

yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu sangat sulit untuk melakukan
kontrol kualitas pada bahan baku jamu.
Saat ini, otoritas kesehatan internasional telah memberlakukan standarisasi
bahan baku jamu dan tumbuhan obat. Sayangnya, Indonesia belum memiliki alat uji
mutu bahan baku guna menerapkan standar tersebut, dan hal ini menjadi salah satu
kendala untuk menembus pasar dunia. Standart kualitas yang dipakai yang dipakai
pada perdagangan dunia salah satunya adalah ISO 9001. Standar ini merupakan salah
satu wujud jaminan terhadap mutu produk yang dijual, bahkan persyaratan ini telah
menjadi persyaratan yang mutlak dari pelanggan negara-negara maju khususnya
Amerika, Eropa, Jepang, hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan dalam
meningkatkan kepuasan pelanggan [12]. Selain standart tersebut kini juga dikenal
konsep Standar Manajemen Lingkungan yaitu ISO 14001.
Standar internasional tentang Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
memadukan kriteria lingkungan ke dalam kinerja perusahaan pada semua tingkatan.
Sertifikasi ini diperlukan mengingat sebagian besar negara Eropa telah mewajibkan
produk-produk yang masuk ke negara tersebut harus lulus uji layak lingkungan atau
telah memiliki sertifikat ISO 14001. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
biasanya dipersyaratkan bagi perusahaan yang ingin mengekspor produknya ke luar
negeri khususnya ke negara-negara maju [13].
Melihat peluang yang dimiliki serta permasalahan yang harus dihadapi oleh

industri jamu Indonesia sudah seharusnya para pemangku kepentingan termasuk
pelaku usaha bergerak guna mengambil posisi di kancah persaingan pasar

internasional agar cita-cita menduniakan jamu dapat terwujud. Beberapa langkah
perlu dilakukan secara bersama secara terintegrasi agar jamu Indonesia dapat
menembus pasar dunia. Berikut adalah beberapa solusi yang mungkin dapat
dilakukan guna meningkatkan pamor jamu Indonesia di mata dunia:
Pasar bebas ASEAN sebentar lagi akan dimulai. Saat itu berbagai macam produk
dari dan ke luar negeri akan bebas keluar masuk. Tidak ada hambatan tariff, yang ada
hanyalah hambatan mutu. Oleh karena itu produk jamu secara perlahan harus
menerapkan standar sesuai dengan tuntutan pasar. Untuk menerapkan standar ini
memang dibutuhkan waktu, tenaga, biaya dan juga pikiran. Tetapi apabila tidak
dimulai saat ini juga maka kita akan ketinggalan dan kalah bersaing dengan produk
luar.
Jika Negara lain memiliki proteksi yang kuat untuk mendaftarkan produk herbal
yang masuk ke negaranya, maka Indonesia diharapkan juga dapat melakukan yang
sama. Hal ini bermanfaat untuk melindungi produk jamu Indonesia dari persaingan
produk herbal luar negeri. Jika ada keseimbangan proteksi, maka produk Indonesia
dimungkinkan dapat menembus pasar ekspor. Jika produk jamu yang dikonsumsi
dengan cara diminum begitu sulit untuk tebus pasar internasional lantaran terkait

keamanan pangan, maka kita dapat menyiasatinya dengan melakukan diferensiasi
produk jamu. Diantaranya adalah dengan memproduksi produk aromaterapi, jamu
untuk kecantikan, atau jamu untuk memelihara kesehatan dari luar seperti minyak
telon, sabun kecantikan dan lainnya.
Untuk melawan arus globalisasi produk-produk jamu luar negeri maka diperlukan
organisasi atau wadah yang kuat guna mendukung keberlangsungan industri jamu
dalam negeri. Organisasi ini bermanfaat untuk menjamin stabilitas harga, kekuatan
dan regulasi dalam mempertahankan jamu Indonesia.
Pendidikan dan pelatihan perlu diberikan untuk para produsen jamu agar dapat
memahami standar mutu serta sistem yang berlaku dibeberapa negara yang menjadi
tujuan pasar. Pemberian ilmu pengetahuan ini dapat melibatkan kalangan akademisi,
pemerintah maupun praktisi dari luar yang dapat memberikan informasi dan suntikan
semangat baru dalam pengembangan mutu jamu Indonesia.

Ini merupakan tugas pemerintah sebagai penyambung aspirasi produsen jamu
dalam upaya menduniakan jamu Indonesia. Salah satu bentuk kerja sama yang sudah
dilakukan adalah rencana kerja sama pemerintah Indonesia dengan Republik Ceska
yang dapat membuka pasar ekspor produk jamu ke luar negeri terutama Eropa. Dari
kerjasama ini, pemerintah Ceska akan memberikan berbagai kemudahan, salah
satunya birokrasi yang fleksibel alias tidak berbelit-belit [14]. Melalui upaya

diplomasi maka kerja sama dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ekspor produk
jamu Indonesia baik ekspor bahan baku maupun produk jadi.
Upaya promosi jamu Indonesia dapat dilakukan salah satunya dengan melibatkan
peran Kementerian Pariwisata baik promosi dalam negeri maupun luar negeri. Upaya
promosi ini dapat diterapkan bagi wisatawan lokal yang datang ke Indonesia ataupun
mempromosikannya pada acara-acara kenegaraan yang berlagsung di luar negeri.
Untuk mendukung mutu jamu terutama bahan baku jamu yang masih
dipermasalahkan oleh beberapa negara di luar negeri, pengembangan jamu di
Indonesia membutuhkan dukungan teknologi canggih berupa alat yang dapat
melakukan pengecekkan mutu sehingga nantinya akan didapatkan produk jamu yang
sesuai dengan standart kualitas pasar internasional.
Salah satu bentuk dukungan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam proses
penemuan obat Industri jamu Indonesia sebenarnya sudah cukup besar dan mampu
bersaing dengan dunia internasional. Apalagi khasiat jamu Indonesia sudah terbukti
memberikan manfaat bagi kesehatan sehingga layak untuk terus dikembangkan
hingga ke manca negara. Hanya saja upaya perbaikan mutu harus terus dilakukan
agar produk unggulan jamu Indonesia dapat menempatkan dirinya di pasar
internasional. Apabila pemerintah dan produsen jamu saat ini mengharapkan bahwa
jamu Indonesia siap mendunia, maka beberapa saat lagi diharapkan jamu Indonesia
tak hanya bisa dan siap mendunia tetapi sudah mendunia.


DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2013. BKKBN: Tahun Ini Penduduk Indonesia Capai 250 Juta Jiwa. Edisi
25 Februari 2013. http://health.liputan6.com/read/521272/bkkbn-tahun-ini-pendudukindonesia-capai-250-juta-jiwa (diakses tanggal 14 Juli 2015).
Moeloek, N.F. 2011. Herbal and Traditional Medicine. Special Envoy of the President
of the Republic of Indonesia on MDGs. Jakarta, 20-21 July 2011.
WHO. 2005. National Policy on Traditional Medicine and Regulation of Herbal
Medicine. Report of a WHO Global Survey.
[1] Lesmana, S. 2014. Jamu Dapat Bersaing di Kancah Global. Majalah Sains
Indonesia Edisi 34 Oktober 2015.
[2] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2014. Kemenperin Gelar Pameran
Industri

Kosmetik

dan

Jamu.

Siaran

Pers

26

Agustus

2014.

http://www.kemenperin.go.id/artikel/10050/Kemenperin-Gelar-Pameran-IndustriKosmetik-dan-Jamu (diakses tanggal 14 Juli 2015).
[3] Lesmana, S. 2014. Pamor Jamu Kian Memikat Para Pesohor. Majalah Sains
Indonesia Edisi 34 Oktober 2015.
[4] Pusat Studi Biofarmaka IPB. Kencur. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brcukbb/bccs-collection/1175-herbal-plants-collection-kencur (diakses tanggal 15 Juli
2015).
[5] Pusat Studi Biofarmaka IPB. Jahe Merah. http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brcukbb/bccs-collection/1154-herbal-plants-collection-jahe-merah (diakses tanggal 15
Juli 2015).
[6]

Ramadhitya,

F.P.

Negara

Jamu

Bernama

Indonesia.

http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/negara_jamu.htm. (diakses tanggal 14
Juli 2015).

[7] Warsono, A. 2015. Ini Penyebab Jamu Sulit Tembus Pasar Dunia. Edisi Rabu 25
Mei

2015.

http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/05/27/090669946/ini-penyebab-

jamu-sulit-tembus-pasar-dunia. (diakses tanggal 10 Juli 2015).
[8] Hendrawan, P. 2012. Jamu Sidomuncul Masuk Pasar Singapura dan Australia.
Edisi

Sabtu

25

Februari

2012.

http://bisnis.tempo.co/read/news/2012/02/25/090386338/jamu-sidomuncul-masukpasar-singapura-dan-australia (diakses tanggal 10 Juli 2015).
[9] Amirullah. 2014. Ny Meneer Buat Minyak Telon di Malaysia dan Vietnam. Edisi
Senin

17

November

2014.

http://bisnis.tempo.co/read/news/2014/11/17/090622566/ny-meneer-buat-minyaktelon-di-malaysia-dan-vietnam (diakses tanggal 10 Juli 2015).
[10] Tempo. 2014. Herbal lokal yang diminati di Mancanegara. Edisi Sabtu 11
Januari 2014. http://www.tempo.co/read/news/2014/01/11/140543917/herbal-lokalyang-diminati-di-mancanegara (diakses tanggal 10 Juli 2015).
[11] Trip, B. 2012. Situs Time Mengulas Jamu. Edisi Kamis 1 Maret 2012.
http://tekno.tempo.co/read/news/2012/03/01/061387342/situs-time-mengulas-jamu
(diakses tanggal 10 Juli 2015).
[12] Hima K3. 2015. ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001 = Standar Kualitas,
Lingkungan, dan Keselamatan & Kesehatan. http://hima-k3.ppns.ac.id/?p=103
(diakses tanggal 10 Juli 2015).
[13] Prastyono, R. 2011. Penerapan ISO 14001 Terhadap Volume Ekspor Produk
Jamu PT. Nyonya Meneer. http://lib.unnes.ac.id/10117/ (diakses tanggal 10 Juli
2015).
[14] Siregar D. 2012. Ceska Pintu Masuk Jamu ke Eropa. Edisi Senin 9 Juli 2012.
http://bisnis.tempo.co/read/news/2012/07/09/090415747/ceska-pintu-masuk-jamu-keeropa (diakses tanggal 10 Juli 2015).