LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PKL

1

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
(PKL)
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG
MENGGUNAKAN MODEL ANALISA SPASIAL DI
KABUPATEN AGAM

Oleh :
MARA HAKIM NASUTION
No. BP : 1311111039

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017

1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan pertanian lahan kering memiliki harapan besar dalam

menunjang pertanian tangguh masa depan di Indonesia. Salah satu dari tanaman
yang banyak dibudidayakan pada lahan kering adalah jagung ( Zea Mays, L).
Jagung sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras, disamping itu jagung
berperan juga sebagai bahan baku industri pangan, industri pakan, dan bahan
bakar (Siregar, 2009).
Menurut FAO (2010) dalam Sari (2015), kebutuhan jagung di Indonesia
tahun 2007 sebesar 4,20 juta ton. Ini diikuti dengan peningkatan impor jagung
dari luar negeri dari tahun 2008 hingga tahun 2013 menjadi 2,9 juta ton.
Berdasarkan pangsa produksi jagung di Indonesai tahun 2013 (BPS, 2014),
provinsi penghasil jagung terbesar adalah Jawa Timur (31,12%), yang kemudian
disusul oleh Jawa Tengah (15,83%), sedangkan provinsi Sumatera Barat hanya
(2,96%) dari kebutuhan nasional.
Budidaya tanaman jagung sudah banyak dilakukan oleh masyarakat tani
Sumatera Barat salah satunya Kabupaten Agam. Luas tanam jagung di Kabupaten

Agam dari tahun 2013 hingga 2016 mengalami peningkatan. Pada tahun 2014
seluas 7.625 hektar tahun

2015 seluas 10.239 hektar, dan pada tahun 2016

menjadi 14.084,3 hektar. Sementara luas panen tahun 2014 sebesar 7.932 hektar,
tahun 2015 sebesar 9.419 hektar dan tahun 2016 12.252,1 hektar. (BPS Kabupaten
Agam 2016). Pertambahan luas tanam komoditi jagung tidak sejalan dengan luas
panen yang dilakukan setiap tahunnya.
Dapat dilihat dari data PBS Kabupaten Agam, terjadi pertambahan luasan
lahan terjadi setiap tahunnya sementara luas panen lebih kecil dari luas tanam. Hal
ini membuktikan tidak semua lahan dapat dikembangkan untuk tanaman jagung,
perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan dengan spasial untuk melihat daerah
yang memiliki potensi pengembangan lahan jagung.
Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan untuk menilai potensi sumber
daya lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan

2

penggunaan lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai harapan produksi yang

kemungkinan akan diperoleh (Departemen Pertanian, 2002).
1.2

Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman

jagung di Kabupaten Agam serta memberikan informasi kepada petani mengenai
kawasan yang berpotensi dijadikan lahan budidaya jagung.
1.3

Topik Penelitian
Topik kegiatan penulis yakni “Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman

Jagung Menggunakan Model Analisa Spasial di Kabupaten Agam”.
1.4

Tempat dan waktu
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di SEAMEO

BIOTROP kota bogor mulai tanggal 3 Januari hingga 5 Februari 2017.


3

BAB II
URAIAN TEMPAT PKL

2.1

Profil Tempat PKL
SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) adalah

Organisasi Menteri – Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara yang didirikan pada
tahun 1965 melalui SEAMEO Charter yang ditandatangani oleh 7 (tujuh) negara
di Asia Tenggara. Dengan terbentuk SEAMEO, maka dibentuklah pusat-pusat
penelitian regional di Negara-negara Asia Tenggara yang saat ini berjumlah 21
pusat, termasuk SEAMEO BIOTROP sebagai salah satu pusat penelitian regional
bidang biologi tropika. Negara-negara anggota SEAMEO adalah Indonesia,
Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippina, Singapura,
Thailand, Vietnam dan Timor Leste serta 8 (delapan) negara sahabat (Associate
Member Countries) yaitu Australia, Canada, Prancis, Jerman, Belanda, Selandia

Baru, Spanyol dan Inggris. SEAMEO BIOTROP merupakan Pusat Regional Asia
Tenggara untuk Biologi Tropika dan merupakan salah satu pusat (center) di
bawah SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) yang
didirikan pada tanggal 6 Februari 1968 berlokasi di Jl. Raya Tajur KM. 6, Bogor,
Jawa Barat 16134.
2.2

Ruang Lingkup Kegiatan
SEAMEO BIOTROP memiliki tugas dan mandat dari Dewan Pembina yang

meliputi pembinaan sumber daya manusia di Asia Tenggara. Kegiatan tersebut
terdiri dari penelitian, pelatihan, kerjasama, dan penyebaran informasi dalam
lingkup Biologi Tropika. SEAMEO BIOTROP melalui SK Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 0186/9/1997 menjadi salah satu pusat penelitian dan
pengembangan biologi tropika dengan institusi pendamping utama (host) yaitu
Institut Pertanian Bogor.
2.2.1 Visi
Menjadi sebuah lembaga penelitian yang terdepan yang dapat memperkaya
dan mempromosikan nilai-nilai nyata biologi tropis di Asia Tenggara.


4

2.2.2 Misi:
Untuk memberikan pengetahuan ilmiah dan pengembangan kapasitas dalam
melestarikan dan mengelola biologi tropis berkelanjutan untuk kesejahteraan
masyarakat dan lingkungan di Asia Tenggara
2.2.3 Tujuan
1.

Penyediaan

informasi

berbasis

ilmu

pengetahuan

untuk


memungkinkan masyarakat dan lembaga mengatasi masalah biologi
dan mendapatkan keuntungan dari nilai-nilai yang nyata dan
pemanfaatan berkelanjutan sumber daya biologi tropika di kawasan
Asia Tenggara
2.

Penguatan kapasitas individual dan institusional akan pengetahuan saat
ini dan praktek-praktek yang baik dalam biologi tropis

3.

Penyediaan akses yang sama terhadap informasi dalam biologi tropis
untuk meningkatkan pengetahuan, praktik, dan kebijakan

4.

Memfasilitasi intervensi pembangunan dan kemitraan yang efektif
untuk pemanfaatan berkelanjutan dan pembagian keuntungan yang
adil dari sumber daya biologi tropis di kawasan Asia Tenggara


5.

Peningkatan manajemen organisasi dan efisiensi terhadap penggunaan
maksimal dari sumber daya dan pelayanan yang efektif untuk klien
dan mitra

Program Utama (Program Thrusts)
SEAMEO BIOTROP memjalankan kegiatan dengan program
utama yang diharapkan akan memberikan kontribusi untuk mengatasi
masalah kemiskinan dan perubahan iklim di wilayah ini dan sekitarnya
dalam bidang:




Tropis Biologi untuk Kesejahteraan Masyarakat
Tropis Biologi untuk Integritas Lingkungan

5


2.3

Mnanajemen/Organisasi

SEAMEO BIOTROP dipimpin oleh direktur yang juga bertugas sebagai
Governing Board SEAMEO di Indonesia. Direktur membagi tugas kepada dua
deputi yaitu Deputi Bidang Program dan Deputi Bidang Manajemen Sumberdaya.
Kedua deputi ini mengkoordinasikan tugas kepada kepala departemen yang
disebut Manajer. Deputi Bidang Program membawahi 3 departemen yaitu
Knowledge Management Department (KMD), Research Department(ReD) dan
Capacity Building and Community Development Department. Sedangkan Deputy
Bidang Manajemen Sumberdaya membawahi departemen pendukung seperti
Financial and Accounting Department (FAD), Facilities Management Department
(FMD), General Administration and Public Relation Department (GAPr), Human
Resources Department (HRD), dan Products Development and Services
Department (PDSD). Struktur organisasi SEAMEO BIOTROP dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1 Struktur Organisasi SEAMEO BIOTROP

Sumber : http://www.biotrop.org/

Knowledge Management Department (KMD) dipimpin oleh manajer yang
bertugas

untuk mengelola dan mengarahkan Knowledge Management

6

Department (KMD) dalam mendukung kegiatan pertukaran informasi dan
mengembangkan kapasitas ICT dan infrastruktur untuk mendukung kegiatan
BIOTROP. Manajer membawahi dua supervisor yaitu Supervisor bidang
Manajemen Informasi dan Supervisor bidang Pengembangan dan Pelayanan
Sistem Informasi. Kedua supervisor ini mengkoordinasikan tugas kepada setiap
staff yang ada di KMD. Struktur organisasi KMD dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur Organisasi KMD
Sumber : http://www.biotrop.org/

Adapun tugas dan fungsi KMD berdasarkan sasaran manajemen mutu



SEAMEO BIOTROP adalah :
Mengelola dan memastikan ketersediaan informasi, literatur dan publikasi
ilmiah di bidang biologi tropika untuk kepentingan organisasi dan



stakeholders.



organisasi untuk pihak eksternal.



eksternal.

Memastikan pengelolaan dan ketersediaan informasi dan publikasi tentang

Mengelola diseminasi dan pertukaran informasi/publikasi dengan pihak

Memastikan

pengelolaan

dokumentasi

perpustakaan serta efektivitas fungsinya.

organisasi

dan

koleksi

7


Mengelola media/fasilitas yang memberikan akses yang sama dan seluasluasnya terhadap informasi/publikasi bidang biologi tropika yang



dihasilkan organisasi.



layanan analisis data spasial.



(software) untuk kepentingan organisasi.

Memastikan pengelolaan kegiatan penyediaan data citra satelit dan

Mengembangkan, mendesain dan mengelola aplikasi perangkat lunak

Memastikan ketersediaan kebutuhan dan perawatan jaringan internet dan
intranet serta mencari dan memberikan usulan solusi perbaikan (trouble
shooting).

8

BAB III
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

3.1

Jadwal Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 30 hari

dimulai pada tanggal 3 januari 2017 dan berakhir pada 5 Februari 2017. Berikut
jenis kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pata Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan
Hari Ke-

Hari

Tanggal

Kegiatan

1

Selasa

3 Januari 2017

2

Rabu

4 Januari 2017

3

Kamis

5 Januari 2017

Perkenalan tempat PKL,Penjelasan
tantang jadwal kedepan
Pertemuan dengan pembimbing lapangan
dan perkenalan GIS
Perkenalan menggunakan GIS

4

Senin

9 Januari 2017

Latihan Menggunakan GIS

5

Selasa

10 Januari 2017

Pengenalan citra satelit

6

Rabu

11 Januari 2017

Mengumpulkan bahan penelitian

7

Kamis

12 Januari 2017

Mengumpulkan bahan penelitian

8

Jum’at

13 Januari 2017

9

Senin

16 Januari 2017

10

Selasa

17 Januari 2017

Mengumpulkan bahan penelitian dan
rapat pembetukan tim survey project
biotrop
Pembagian tugas tim prepare dan belajar
GPS
Belajar GPS

11

Rabu

18 Januari 2017

Survey project biotrop

12

Kamis

19 Januari 2017

Input data survey dan evaluasi

13

Jum’at

20 Januari 2017

Survey

14

Senin

23 Januari 2017

Digitasi Land use dan merge data

15

Selasa

24 Januari 2017

Pengenalan Remote Sensing

16

Rabu

25 Januari 2017

17

Kamis

26 Januari 2017

Komposit Citra dan
pengenalan ER Mapper
Input data survey

18

Jum’at

27 Januari 2017

19

Senin

30 Januari 2017

Mengerjakan project penelitian dan
peta administrasi
Membuat peta kelerengan dan curah
hujan Pembuatan peta suhu Belajar

9

20

Selasa

31 Januari 2017

21

Rabu

1 Februari 2017

22

Kamis

2 Februari 2017

remote sensing

23

Jum’at

3 Februari 2017

Administrasi dan perpisahan

3.2

Pembuatan peta suhu, penggunaan
lahan Membuat peta kelerengan
Pembuatan Laporan Akhir

Prosedur Kegiatan

3.2.1 Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah
seperangkat komputer dan bahan yang digunakan ialah data curah hujan tahun
2008 sampai dengan tahun 2015, data suhu bulanan tahun 2015, peta tutupan
lahan tahun 2011, peta administrasi, SRTM skala 1 : 50.000 (lampiran 2), peta
jenis tanah tahun 2009.
3.2.2 Metode
Kegiantan

ini

adalah

evaluasi

kesesuaian

lahan

jagung

dengan

menggunakan parameter kelerengan tanah, curah hujan, suhu, dan jenis tanah
yang ada. Pengklasifikasian parameter dilakukan dengan menggunakan metoda
scoring

dimana

parameter

yang

ada

dikelompokkan

menurut

tingkat

kesesuaiannya serta diberi nilai atau skor mulai dari 1 hingga 4. Nilai atau skor 1
merupakan kelas tidak sesuai, nilai 2 sesuai merginal, nilai 3 sesuai dan nilai 4
adalah sangat sesuai.
Setelah pengklasifikasian, maka selajutnya dilakukan overlay atau tumpang
tindih semua parameter yang digunakan. Overlay ini akan memberikan informasi
kawasan atau wilayah yang sesuai untuk budidaya jagung di Kabupaten Agam
dengan menjumlahkan total nilai atau skor semua parameter.
3.2.3 Analisis data
Pada kegiatan ini dilakukan analisis terhadap parameter-parameter yang
digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan. Parameter yang digunakan sebanyak
empat macam diantarnya ialah curah hujan (CH), suhu, kemiringan atau
kelerengan lahan serta jenis tanah.
Pada masing-masing parameter memiliki nilai dan kelas sangat sesuai (S1),
sesuai (S2), cukup sesuaia (S3) dan kelas tidak sesuai (N) tertentu seperti :

10

a.

Curah hujan
Pembagian kelas kesesuaian curah hujan Menurut Djaenuddin dkk (2000),

dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi curah hujan
Curah Hujan (mm/tahun)
500 – 1200
400-500
1200 – 1600
1600

Kelas
S1
S2
S3
N

Skor
4
3
2
1

Sumber : Wirosoedarmo AGRITECH, Vol. 31, No. 1, FEBRUARI 2011

b.

Suhu
Menurut Deptan (2000), pembagian kelas suhu tanaman jagung dapat

dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Suhu
Suhu (0C)
20 – 26
26 – 32
16 – 20 dan > 32
< 16

Kelas
S1
S2
S3
N

Skor
4
3
2
1

Sumber : Devi Junita,/ Jurnal nasional Ecopedon Vol.2 No.2 (2014)33-35

c.

Kelerengan
Menurut Deptan (2000), pembagian kelerengan untuk budidaya jagung

dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Kelerengan
Kelerengan ( %)
8 % - 16 % – < 30 %
>30 %

Kelas
S1
S2
S3
N

Skor
4
3
2
1

Sumber : Devi Junita,/ Jurnal nasional Ecopedon Vol.2 No.2 (2014)33-35

d.

Jenis tanah
Tersedianya zat makanan di dalam tanah sangat menunjang proses

pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan atau berproduksi (Sudjana dkk.,
1991). Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai
macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Klasifikasi tanah untuk
tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 5.

11

Tabel 5. Klasifikasi Tanah untuk jagung
Jenis Tanah
andosol
grumusol dan regosol
Glei humus, organosol,
dan pedsolik.

Kelas
S1
S2
S3

Skor
4
3
2

Sumber : Devi Junita,/ Jurnal nasional Ecopedon Vol.2 No.2 (2014)33-35

Setelah dilakukan pengklasifikasian semua parameter yang digunakan maka
selanjutnya dilakukan overlay atau tumpang tindih seluruh parameter. Hal ini
bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan dengan berdasarkan total skor
dari gabungan semua parameter.
Rentang skor atau interval untuk masing-masing kelas diketahui dengan
menggunakan rumus :
=

−1

. ...................................................................................................... 1

Keterangan :
RS
n

: rentang skor
: jumlah parameter

m : jumlah alternatif jawaban tiap item
3.3

Hasil Kegiatan

3.3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis Kabupaten Agam berada pada 000 01’ 34” – 000 28’ 43
LS dan 990 46’ 39” – 1000 32’ 50” BT yang memiliki 16 kecamatan yaitu
Kecamatan Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjung Raya, Tanjung Mutiara,
Palembayan, Baso, Palupuh, Banuhampu, Canduang, IV Angkat, IV koto,
Kamang Magek, Malalak, Matur, Tilatang Kamang, Sungai Pua dengan batasbatas daerah :
Utara : Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat
Timur : Kabupaten 50 Kota
Selatan : Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar
Barat : Samudera Indonesia
Kabupaten Agam adalah kawasan perbukitan/pegunungan dan pesisir yang
didominasi oleh kawasan lindung dengan basis ekonomi pertanian (perkebunan
lahan kering hortikultura) namun sekaligus adalah kawasan rawan bencana

1212

dengan sebaran bahaya potensi tsunami, barasi, gerakan tanah/longsor dan gempa
serta letusan gunung berapi.
3.3.2 Parameter Kesesuaian Lahan
a. Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Data curah hujan digunakan sebagai kriteria untuk
mendapatkan keadaan iklim suatu daerah dalam hubungannya dengan kesesuaian
dan persyaratan tumbuh tanaman.
Data pada Tabel 6 menginformasikan hasil analisis curah hujan dari
beberapa stasiun yang akan dianalisis sesuai dengan metoda polygon thiessien.
Tabel 6. Curah Hujan Rata-Rata Tahunan Agam dan sekitar (2008-2015)
NO
1
2
3
4
5

Stasiun
Manggopoh
Canduang
Bendung
Tongar
Ganggo
Mudiak
Suliki

2008
3534,0
2162,2

2009
811,5
1897,6

2010
1277,6
2035,7

2011
1712,1
1598,4

2012
0,0
2072,3

2013
3663,0
1493

2014
3180,0
1844

2015
3532,0
2043

Rata_rata
2213,775
1893,275

6160

927

769

2836

3128

2283

3118,1

2856

2759,638

4196
937,0

4174
1948,0

4561,1
1698

3716
2183

4013
2095

4468
1829

3945
1795

4016
1765

4136,138
1781,250

Sumber : Hasil Analisis 2017
Pada Tabel 6 disajikan rata-rata hujan tahunan dari enam stasiun yang
tersebar disekitar wilayah Kabupaten Agam. Berdasarkan pengklasifikasian maka
curah hujan di Kabupaten Agam berada pada klasifikasi S3 (sesuai marginal)
dengan curah hujan minimum 1781,250 mm/tahun. Sebaran curah hujan
Kabupaten Agam dapat dilihat pada Gambar 3.
b. Jenis tanah
Secara umum jenis tanah pda daerah penelitian Kabupaten Agam memiliki
enam jenis tanah, seperti : andosol, glei humus, grumusol, organosol, pedsolik,
regosol. Pada Tabel 7 dibawah ini menampilkan informasi mengenai jenis tanah
pada kawasan Kabupaten Agam.
Tabel 7. Jenis Tanah Kabupaten Agam
No
Jenis Tanah
Luas (Ha)
1
Andosol
58337,27
2
Glei Humus
15494,52
3
Grumusol
119845,93
4
Organosol
18582,76
5
Pedsolik
2,70
6
Regosol
4537,71
Sumber : BAKOSURTANAL

13

Berdasarkan Tabel 7 dijelaskan bahwa tanah grumusol sangat mendominasi
dengan luas sebarannya 119845,93 Ha memiliki teksutur lempung dengan
kandungan organik yang rendah, dan jenis tanah yang sebarannya paling sempit
adalah Pedsolik dengan luas sebarannya 2,70 Ha yang memiliki tekstur liat hingga
lempung berliat atau lempung berdebu dengan tingkat kesuburan yang sedang.
Jenis tanah andosol luasnya sebesar 58337,27 Ha dengan tekstur lempung
dan atau lempung berdebu serta memiliki tekstur sedang, sedangkan jenis tanah
regosol merupakan jenis tanah yang tekstur lempung berpasir dengan tingkat
kesuburan yang rendah memiliki luas sebesar 4537,71 Ha. Jenis tanah organosol
luasnya mencapai 18582,76 Ha yang memiliki tekstur lempung dan lempung
berpasir dengan unsur hara rendah, jenis tanah glei humus memiliki tekstur debu
dan atau liat berdebu yang memiliki luas sebesar 15494,52 Ha di Kabupaten
Agam.
Jenis tanah kelas S1 atau sangat sesuai untuk budidaya jagung adalah jenis
tanah andosol, sedangkan untuk kelas S2 (sesuai) adalah jenis tanah grumusol dan
organosol serta untuk kelas S3 (sesuai marginal) jenis tanah glei humus dan
regosol. Berdasarkan jenis tanah tersebut, Kabupaten Agam cukup berpotensi
untuk budidaya tanaman jagung dengan kelas lahan S1 sebesar 58337,27 Ha dan
kelas lahan S2 119845,93 Ha. Sebaran jenis tanah Kabupaten Agam daapt dilihat
pada Gambar 5.

13
141

Gambar 3. Peta sebaran curah hujan Kabupaten Agam

151

Gambar 4. Peta sebaran jenis tanah Kabupaten Agam

1
16

c. Kelerengan
Kelerengan merupakan salah satu faktor parameter yang digunakan dalam
melakukan evaluasi lahan jagung. Kelerengan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kelerengan Kabupaten Agam
Besar Lereng
Luas Wilayah
8% - < 16 %
31996,41505
>16 - < 30 %
46909,796456
> 30 %
46904,868376
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan data tabel analisis yang didapat menunjukkan bahwa
Kabupaten Agam merupakan wilayah yang cendrung datar dimana daerah yang
memiliki kelerengan kurang dari 8 % sebesar 88381,35 Ha, luas daerah yang
memiliki kelerengan besar dari 8 % dan kurang dari 16 % adalah 31996,42 Ha,
daerah yang memiliki kelerengan besar dari 16 % dan kecil dari 30 % memiliki
luas 46909,796456 Ha, sedangkan daerah yang memiliki kelerengan besar dari 30
% adalah seluas 46904,87 Ha. Sebaran kesesuaian kelerengan untuk tanaman
jagung dapat dilihat pada Gambar 5.
d. Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter dalam melakukan evaluasi lahan
jagung di Kabupaten Agam, hal ini dikarenakan suhu termasuk dalam syarat
tumbuh jagung. Data suhu yang digunakan merupakan data suhu bulanan yang
dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil analisis suhu dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Suhu Kabupaten Agam
Suhu (0C)
Luas Wilayah (Ha)
26
10768,056367
20 – 26
137682,021391
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan Tabel 9 dijelaskan bahwa luas daerah di Kabupaten Agam
yang memiliki suhu 20 – 26 0C adalah 137682,02 Ha dimana suhu ini merupakan
suhu kelas S1 (sangat susiai) untuk tanaman jagung, suhu 18 – 20 0C dan besar
dari 26 0C merupakan suhu dengan kelas S2 (sesuai) dengan luasan daerah
sebesar 10768,06 Ha, suhu 16 – 18 0C merupaka suhu kelas S3 dengan luas
65817,97 Ha dan suhu kecil dari 16 0C merupakan suhu dengan klasifikasi N

2
17

(tidak sesuai) memiliki luas 5,84 Ha. Sebaran suhu Kabupaten Agam dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6 memperlihatkan bahwa Kabupaten Agam memiliki potensi yang
besar untuk pengembangan budidaya jagung hal ini dapat dilihat suhu dengan
klasifikasi sangat sesuai (S1) memiliki luasan wilayah yang paling luas diantara
klasifikasi lainnya. Sedangkan luas klasifikasi kesesuaian N (tidak sesuai)
memiliki luasan paling sedikit.
3.3.3 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung
Kesesuaian lahan berguna untuk mengetahui penggunaan sumberdaya lahan
dapt berlangsung dengan baik atau tidak. Dalam hal ini tipe penggunaan lahan
adalah untuk tanaman jagung. untuk mendaptkan kelas kesesuaian lahan, pada
masing-masing atribut peta satuan lahan dibandingkan dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan. Hasil analisis kesesuaian lahan jagung di Kabupaten Agam
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kesesuaia Lahan
Kelas Lahan
Luas
Persentase (%)
0,99
S1
2128,765
33,68
S2
72175,889
12,53
S3
26861,644
0,04
N
83,294
52,75
Tidak Tersedia
113025,289
Pada Tabel 10 dapat dilihat kriteria lahan kelas S1 (sangat sesuai) seluas
2128,765 Ha atau 0,99 %, kelas kesesuaian S2 (sesuai) sebesar 33,66 % atau
seluas 72175,889 Ha. Hal ini bisa menjadi pertimbangan dalam upaya menambah
luas lahan untuk budidaya jagung karena kelas S1 dan S2 merupakn daerah
dengan pengolahan lahan yang bisa dilakukan oleh petani.
Pada Tabel 6 terdapat kelas lahan tidak tesedia. Kelas lahan tidak tersedia
merupakan lahan tidak bisa dilakukan budidaya jagung dikarenakan pada kelas ini
merupakan lahan perkebunan, pemukiman, hutan, lahan sawah, dan tubuh air.
sebaran kelas kesesuaian lahan dapat dilihat pada Gambar 7.
Pada Gambar 7 dapat dilihat sebaran kesesuaian lahan yang terdapat di
Kabupaten Agam. Warna hijau pekat merupakan wilayah dengan klasifikasi lahan
S1 dan warna hijau terang merupakan lahan dengan klasifikasi S2. Sebaran daerah
kelas S1 dan S2 ini tersebar hampir diseluruh penjuru wilayah Kabupaten Agam.

18
1

Gambar 5. Peta kelerengan Kabupaten Agam

191

Gambar 6. Peta sebaran suhu Kabupaten Agam

1
20

Gambar 7. Peta Keseuaian Lahan

121
22

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan
Kabupaten Agam mempunyai lahan dengan kategori kelas sangat sesuai

(S1) untuk budidaya tanaman jagung dengan luas 2128,765 Ha (0,99%), dan lahan
dengan kategori kelas sesuai (S2) 72275,889 Ha (33,64%). Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti curah hujan, suhu, kelerengan lahan serta jenis tanah
tersedia untuk budidaya.

4.2

Saran

Saran untuk pelaksaan PKL adalah :
1. Peta yang digunakan sebagai sumber merupakan peta terbaru yang pernah
ada.
2. Peta yang digunakan dalam melakukan kegiatan merupakan peta yang
berasal dari satu sumber yang sama.
3. Jika perlu lakukan grond check point (GCP) yang merupakan penjinjauan
lapangan untuk membandingkan hasil peta dengan kondisi terkini di
lapangan.

222

DAFTAR PUSTAKA

Aniati Murni, Dr, GIS : Hardware & Software,Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia
Wirosoedarmo Ruslan. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung
Menggunakan Metode Analisis Spasial. Jurusan Keteknikan Pertanian
Universitas Sriwijaya. [Journal Agritech, Vol 31, No 1]
Sulistiyono Abidin Dwi. 2009. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Produktivitas
Tanaman Jagung di DAS Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan dan Ponorogo.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
Junita Devi. 2014. Kesesuaian Jagung (Zea Mays) Dilahan Gambut Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh. Prodi Manajemen Produksi Pertanian
Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh. [Journal NEP Vol 2, No 2]
Denny charter, Irma Agtrisari.2002.Desain dan Aplikasi GIS, Elexmedia
Komputindo, Bandung.
Kadir, Abdul.2003.Pengenalan Sistem Informasi Geograafis.Yogyakarta
Rivai. S. ,2010. Konsep Dasar GIS.http://tips-sahrul.blogspot.com (Diakses
tanggal 21 Januari 2017).
Prahasta, Eddy.2009.Sistem Informasi Geografis:Konsep-konsep Dasar Informasi
Geografis.Bandung : Informatika.