Makalah Melakukan Analisa Karbohidrat Pr

Melakukan analisa bahan organik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang sangat bergantung dengan alam dan sekitarnya.
Kebutuhan manusia seakan tidak dapat dilepaskan oleh peran alam sebagai penunjang
kestabilan, termasuk kebutuhan akan minuman yang sehat.
Dewasa ini teh merupakan jenis minuman yang populer dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma khas. Selain itu teh juga mudah
dalam pemrosesan namun memiliki sejuta manfaat terutama untuk mencegah penyakit
kanker dan kolesterol karena mengandung antioksidan yang cukup tinggi. Namun
keberadaan kebun teh kini semakin kritis dan jauh berkurang berganti dengan kompleks
perumahan dan pabrik yang merajalela. Sebagai alternatif, manusia harus mencari bahan
pengganti teh yang kandungannya cukup bahkan melebihi dari gizi teh hijau ataupun jenis
teh lainnya yang dapat ditemukan di pasaran.
Daun kelor sebagai salah satu bahan alternatif pengganti teh hijau ternyata memiliki
zat aktif antioksidan yang tinggi. Pengolahannyapun hampir sama dan cukup mudah
dilakukan oleh orang awam sekalipun. Daun kelor dapat dijumpai dengan mudah karena
penyebarannya yang merata di seluruh Indonesia. Teh daun kelor memiliki banyak
khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit khususnya penyakit degeneratif.

Oleh karena permasalahan tersebut kami mengambil judul, “Pemanfaatan Daun Kelor
Menjadi Teh Herbal”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat rumusan
permasalahan sebagai berikut.
1. Dapatkah daun kelor dimanfaatkan menjadi teh herbal?
2. Bagaimana cara menganalisa kandungan karbohidrat, protein, dan lemak dalam teh
daun kelor?
3. Berapa kandungan karbohidrat, protein, dan lemak dalam satu kantung teh daun
kelor?

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

1

Melakukan analisa bahan organik
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menentukan apakah daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai teh herbal
2. Mengetahui cara menganalisa karbohidrat, protein, dan lemak dalam teh daun kelor
secara tepat, baik, dan benar

3. Mengetahui kandungan karbohidrat, protein, dan lemak dalam satu kantung teh daun
kelor
1.4 Lingkup Penelitian
Untuk menghindari perluasan masalah, maka perlu adanya pembatasan atau lingkup
penelitian sebagai berikut.
1. Peneliti membuat teh herbal dari daun kelor
2. Peneliti menganalisa kandungan karbohidrat yang terdapat dalam teh daun kelor
3. Peneliti menganalisa kandungan protein yang terdapat dalam teh daun kelor
4. Peneliti menganalisa kandungan karbohidrat yang terdapat dalam teh daun kelor
1.5 Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman akan makna kata yang bermakna ganda atau
lebih serta arti kata yang belum diketahui sehingga penelitian ini dapat dimanfaatkan
secara maksimal maka istilah-istilah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Antioksidan adalah zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi.
2. Asam kuat adalah larutan asam yang terionisasi sempurna menghasilkan ion H+
(Bakri, 2008)
3. Asam lemah adalah larutan asam yang dapat terionisasi sebagian menghasilkan ion
H+ (Bakri, 2008)
4. Asam lemak adalah ikatan asam karboksilat dengan ikatan alifatik yang dapat
bersifat jenuh maupun tak jenuh

5. Awam adalah orang yang bukan ahli dl suatu bidang ilmu (KBBI)
6. Batu didih adalah benda kecil berpori yang berbentuk seperti manik-manik berwarna
putih, keras berfungsi untuk membantu mengawali pendidihan segera setelah titik
didih normal terjadi (Oxtoby, 2001)
7. Dekstrin adalah jenis oligosakarida hasil hidrolisis amilum (Sutresna, 2007)
8. Destilasi adalah proses pemisahan zat cair yang didasarkan pada perbedaan titik didih
zat. (Sugiyarto, 2009)
9. Destilat adalah hasil dari destilasi. Dalam penelitian penentuan kadar protein pada
tahap destilasi, destilat berupa amonia.
10. Destruksi adalah penghancuran (KBBI). Dalam penelitian ini, destruksi berarti
menguraian protein dalam suatu zat.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

2

Melakukan analisa bahan organik
11. Diikat dalam penelitian ini berarti mengikat kedua ujung gulungan kertas saring
dengan benang secara rapat agar kertas saring tidak terbuka pada saat ektraksi lemak
dalam sampel.

12. Empiris adalah perbandingan paling sederhana atom-atom dalam suatu senyawa
(Purba, 2006)
13. Ester adalah golongan senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsi –COOR
dengan rumus umum CnH2nO2 (Cahyana, 2007)
14. Farmakologis adalah ilmu tentang reaksi antara obat, sistem, dan proses hidup
tentang suatu penyakit (KBBI)
15. Fisiologis merupakan cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan
kehidupan. Dalam penelitian ini, gangguan fisiologis merupakan gangguan terhadap
fungsi kerja tubuh manusia seiring bertambahnya usia.
16. Flavonoid adalah kelompok pigmen tanaman yang berfungsi untk melindungi radikal
bebas dan menguatkan sistem kekebalan tubuh (Krisnawati, 2009)
17. Fosfolipida mempunyai kemiripan dengan lemak namun memiliki dua asam lemak,
bukannya tiga seperti pada lemak (Campbell, 2000)
18. Gliserol adalah senyawa kimia yang digolongkan sebagai ester. (Sutresna, 2008)
19. Gula pereduksi adalah golongan gula yang dapat mereduksi senyawa-senyawa
penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa.
20. Indikator adalah zat-zat yang dapat memperlihatkan warna berwarna dalam larutan
yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat basa (Purba, 2006)
21. Ionisasi adalah reaksi pengubhan suatu zat menjadi ion-ionnya (Purba, 2006)
22. Katalisator adalah suatu zat yan mampu mempercepat laju reaksi kimia denan

menciptakan “jalur alternatif” yang mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah
(Riyanto, 2009)
23. Larutan organik adalah bahan kimia yang berbentuk cair dengan kandungan karbon
24. Monomer adalah unit-unit kecil penyusun polimer (Cahyana, 2007)
25. Pigmen adalah zat warna dalam tumbuhan (KBBI).
26. Polifenol adalah zat yang berguna untuk mencegah kanker (U.S. National Cancer
Institute)
27. Polimer adalah molekul besar yang tersusun dari unit-unit kecil (sederhana) secara
berulang (Cahyana, 2007)
28. Sarat adalah penuh mengandung suatu zat (KBBI)
29. Selongsong adalah selubung, sarung (KBBI). Dalam penelitian ini, selongsong berarti
kertas saring yang digunakan untuk membungkus sampel.
30. Siangi menurut KBBI, siangi berarti mencabuti; membersihkan; dan menyingkirkan.
Dalam penelitian ini, siangi berarti mencabuti daun kelor dari tangkainya.
31. Siklus dalam penelitian ini berarti jumlah perputaran pelarut menguap menuju
ekstraktor untuk didinginkan dengan kondensor dan kembali ke dalam labu lemak
kembali pada proses ektraksi analisa lemak.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal


3

Melakukan analisa bahan organik
32. Skorbut adalah penyakit karena kekurangan vitmin C (KBBI)
33. Slurry adalah bentuk zat menyerupai bubur.
34. Soxhlet adalah suatu bahan dengan pelarut an berulang-ulang dengan pelarut yang
sesuai
35. Sterol adalah salah satu jenis lemak tumbuhan yang strukturnya sangat mirip dengan
koleterol hewan, hanya saja terdapat tambahan ethyl pada rantai bagian sampingnya
(Krisnawati, 2009)
36. Superheating adalah suhu yang terlalu tinggi sehingga dapat merusak komponen
suatu zat (Koensoemardiyah, 2002)
37. Tanin adalah satu contoh senyawa polifenol (Harborne, 1987)
38. Titrasi blanko: titrasi yang dilakukan untuk mengurangi kesalahan dengan
melakukan prosedur yang sama dengan titrasi terhadap zat uji, namun tanpa
menggunakan zat uji.

1.6 Manfaat Masalah



Bagi Siswa :
1.

Dapat mengolah bahan yang memiliki nilai ekonomis rendah menjadi bahan
alternatif yang kaya manfaat

2.

Memberikan rujukan kepada instansi terkait untuk melakukan penelitian lebih,
mengenai pemanfaatan daun kelor sebagai teh

3.

Memberikan informasi dan masukan kepada masyarakat untuk memanfaatkan
daun kelor sebagai teh dengan antioksidan yang cukup tinggi



Bagi Masyarakat :
1.


Memanfaatkan bahan yang memiliki nilai ekonomis rendah menjadi bahan
alternatif sebagai obat penyakit

2.

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bahan alternatif yang dapat
dimanfaatkan di sekitar

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

4

Melakukan analisa bahan organik

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Daun Kelor
Daun kelor berbentuk bulat telur (oval) dengan
ukuran


kecil-kecil,

bersusun

majemuk

dalam satu tangkai.
pohon kelor berdaun
tidak

terlalu

lebat.

daun kelor berguguran

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

5


Melakukan analisa bahan organik
apabila kekurangan air. Daun kelor sering dianggap
sebagai tanaman liar karena dapat tumbuh dengan mudah
dimanapun. Daun kelor dianggap mempunyai nilai
ekonomi yang rendah karena jarang dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari (Sitorus, 2008)
Daun kelor memiliki rasa sedikit pahit, bersifat netral, dan tidak beracun. Pada sel-sel
tertentu terdapat vitamin A, B1, B2, dan C. Efek farmakologis yang dimiliki oleh daun kelor
diantaranya anti-inflamasi, antipiretik, dan antiskorbut. (Hariana, 2008)
2.2 Kandungan Gizi Daun Kelor
Kandungan gizi (100 gr)
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Zat besi
Vitamin A

Vitamin C
Air
Bagian yang dapat

82,0 g
6,7 g
1,7 g
14,3 g
444,0 mg
70,0 mg
7,0 mg
11.300,0 SI
0,21 mg
75,0 g
65,0%

dimakan (bdd)

Daun kelor merupakan sumber asam amino yang penting bagi tubuh. Satu gelas sari
daun kelor mengandung protein sebanyak protein yang terdapat dalam 100 g daging.
(Rukmana, 2005)
2.3 Manfaat Daun Kelor
Kandungan senyawa aktif dalam daun kelor berkhasiat mengobati penyakit
degeneratif. Tentunya hal ini tidak lepas dari peranan daun kelor sebagai antioksidan dan
anti peradangan dalam sel. (Utami, 2013)
Adapun pengertian penyakit degeneratif adalah penyakit yang timbul sejalan dengan
perubahan fisiologis tubuh. Semakin bertambah umur seseorang, daya kerja sel juga akan
mengalami penurunan. Akibatnya akan muncul berbagai macam penyakit seperti
penyakit jantung, kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes, ginjal, rematik, tumor, batu
empedu, gangguan prostat, dan keropos tulang (osteoporosis). (Sugiarto, 2008)

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

6

Melakukan analisa bahan organik

2.4 Teh
Teh merupakan pangan fungsional alami sumber
antioksidan yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh
dan merupakan sumber gizi. Teh bila diminum terasa
sedikit pahit. Istilah teh juga digunakan untuk minuman
ysng terbuat dari buah, rempah-rempah, atau tanaman
lainnya yang diseduh. Teh yang tidak mengandung daun
teh disebut teh herbal. (Winarti, 2010). Secara umum, teh mengandung zat-zat yang
berguna bagi tubuh diantaranya polifenol, flavonoid, tanin, vitamin C dan E, serta
beberapa mineral. vitamin C yang terkandung dalam dua cangkir teh memiliki vitamin
yang setara dengan segelas jus jeruk. Kandungan vitamin C yang tinggi ini sangat
bermanfaat sebagai antioksidan dan membantu sistem kekebalan tubuh dalam menangkal
penyakit. (Mangan, 2009).
Menurut Setiawati dan Nasikin (1991), beberapa zat yang terkandung dalam teh sebagai
berikut.
Komponen
Air
Nitrogen
Theine (Cafein)
Minyak eteris
Lemak, hijau daun, dan lilin
Dekstrin
Tanin
Pektin
Serat
Abu

Presentase (%)
9,5
24,5
3,58
0,68
6,39
6,44
16,65
16,02
11,58
5,65

Dibawah ini merupakan syarat minuman teh sesuai standar SNI 01-3143-1992
No
1
2
3
4

Uraian

Persyaratan

Keadaan
Penampakan
Bau dan rasa
Kafein
Tanin
Gula total sebagai sukrosa

Jernih
Khas teh
Positif
Positif
Positif

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

7

Melakukan analisa bahan organik
2.5 Teh Daun Kelor
Teh kelor merupakan obat alami dari daun kelor yang efektif untuk meningkatkan
penglihatan. Karena teh kelor sarat dengan antioksidan, manfaat tersebut merupakan
hasil yang jelas untuk penyakit degeneratif. Teh daun kelor juga berfungsi untuk
meningkatkan metabolisme tubuh dan fungsi hati serta ginjal.
2.6 Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton yang
mempunyai rumus empiris CnH2nOn. Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan
menjadi monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Golongan karbohidrat yang
banyak dijumpai di alam adalah monosakarida seperti glukosa dan fruktosa,
oligosakarida yang terdiri dari 2 unit monosakarida seperti lakstosa dan sukrosa, serta
polisakarida seperti pati, dekstrin dan berbagai serat pangan. (Legowo, 2004)
Dalam analisa kadar karbohidrat seringkali ditujukan untuk menentukan jumlah
golongan tertentu, misalnya kadar laktosa, kadar gula pereduksi, kadar dekstrin, dan
kadar pati. Dalam penelitian ini karbohidrat ditujukan untuk menentukan kadar gula
pereduksi dengan metode luff schrool.
2.7 Protein
Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam makhluk hidup
karena berfungsi sebagai zat pembangun. Protein tersusun dari unit-unit molekul asam
amino melalui ikatan peptida sehingga protein dikenal juga dengan istilah poliamida.
Selain berfungsi sebagai zat pembangun, protein juga berfungsi mengganti sel-sel
yang sudah rusak, dan enzim yang berfungsi sebagai biokatalis dalam tubuh makhluk
hidup. (Cahyono, 2007)
Sifat atau ciri khas protein tersebut antara lain:
1. Mempunyai berat molekul (BM) besar
2. Struktur molekul protein mempunyai unsur nitrogen (N) relatif banyak, sehingga
keberadaan protein di dalam bahan ditentukan berdasarkan kandungan unsur N
3. Protein merupakan polimer yang tersusun oleh banyak monomer asam-asam
amino
Berikut ini merupakan tabel jumlah unsur di dalam protein.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

8

Melakukan analisa bahan organik

Pengukuran kadar protein yang banyak dilakukan adalah penetapan protein kasar.
Penetapan kadar protein kasar bertujuan untuk menera jumlah protein total di dalam
bahan pangan. Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kjeldahl.
Prinsip metode kjeldahl yaitu peneraan jumlah protein secara empiris berdasarkan
jumlah N di dalam bahan. Setelah bahan dioksidasi, amonia (hasil konversi senyawa N)
bereaksi dengan asam menjadi amonium sulfat. Dalam kondisi basa, amonia diuapkan
kemudian ditangkap dengan larutan asam. Jumlah N ditentukan dengan titrasi HCl atau
NaOH. Prosedur analisis dengan metode kjeldahl dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu:
destruksi, destilasi, dan titrasi. . (Legowo, 2004)
2.8 Lemak
Lemak adalah senyawa ester dari gliserol dan asam lemak. Namun lemak yang ada
dalam jaringan, baik hewan maupun tanaman, juga disertai dengan senyawa lain seperti
fosfolipida, sterol dan berbagai pigmen. Dalam analisa kadar lemak seringkali disebut
sebagai analisis lemak kasar, karena selain asam lemak terkait pula senyawa-senyawa
lain. (Legowo, 2004)
Metode analisa lemak yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
ekstraksi dengan soxhlet. Ekstraksi dengan soxhlet sangat praktis dan mudah
pemakaiannya.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

9

Melakukan analisa bahan organik

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dalam menentukan kadar karbohidrat, protein, dan lemak dalam teh daun
kelor yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penlitian kuantitatif adalah
penelitian yang bersifat induktif, objektif, dan ilmiah dimana data yang diperoleh berupa
angka-angka baik angka tunggal ataupun dalam prosen.
3.2 Subjek Penelitian
Penelitian ini memerlukan subjek berupa sampel teh daun kelor yang selanjutnya akan
dianalisa untuk menentukan kadar karohidrat, protein, dan lemak yang terkandung di
dalamnya. Teh daun kelor dibuat dari daun kelor segar. Daun kelor yang menjadi fokus
utama pada penelitian ini telah dikeringkan selama beberapa jam sehingga didapatkan
warna hijau kecokelatan.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

10

Melakukan analisa bahan organik
Teh daun kelor yang digunakan dalam penelitian ini dibuat di Desa
Kandangan RT 01 RW 01, Kec. Cerme-Gresik. Adapaun penelitian dalam
menentukan kadar karbohidrat, protein, dan lemak dilakukan di laboratorium A2
dan A3 Analisis Kimia SMK Negeri 1 Cerme. Kondisi lingkungan dan peralatan di
tempat penelitian telah mendukung berlangsungnya percobaan ini.
3.3.2 Waktu Penelitian
Pembuatan teh daun kelor dalam penelitian ini berlangsung pada tanggal 25
Agustus 2014 pada pukul 10.15-12.00 WIB.
Analisa teh daun kelor dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pertama untuk
menentukan kadar protein dalam teh daun kelor yang dilaksanakan selama tiga hari
yaitu pada 26 Agustus 2014, 01 dan 02 September 2014 saat mata diklat
berlangsung yaitu di jam 10.15-15.30 WIB. Kemudian analisa penentuan kadar
karbohidrat dilakukan di tahap dua, penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa
dan Rabu tepat di tanggal 30 September 2014 pada pukul 10.15-16.30 WIB dan
tanggal 01 Oktober 2014 pada pukul 09.00-10.00 WIB. Tahap terakhir untuk
menentukan kadar lemak dalam teh daun kelor dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober 2014 dan selanjutnya melalui proses penganginan sampai tanggal 08
November 2014.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Prosedur Pembuatan Teh Daun Kelor
Di bawah ini merupakan diagram alir pembuatan teh daun kelor yang menjadi
subyek penelitian dalam penelitian ini.
Daun Kelor
Siangi

60 selama 1 jam

Pengovenan

Penghancuran

Pengemasan

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal
Teh Daun Kelor

11

Melakukan analisa bahan organik

I. Flowchart pembuatan teh daun kelor

3.4.2 Prosedur Standarisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,1 N

±0,1783 gr
KIO3

5 mL KI
10%

Penimbangan

Pemipetan 10 mL KIO3

Titrasi dengan Na2S2O3
0,1 N

Aquadest
(50 mL)

4 mL
H2SO4 2N

1 mL
ind.
amilum

Normalitas Na2S2O3

II. Flowchart standarisasi Na2S2O3

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

12

Melakukan analisa bahan organik

Penimbangan
3 gram sampel teh daun kelor
Refluks (1 jam)
3.4.3 Prosedur Penentuan Kadar Karbohidrat
dalam Teh Daun100
Kelor
(1 jam)
mL HCl 3%

Penetralan

NaOH 30% + CH3COOH 3%

Pengenceran 250 mL

Penyaringan

25 mL luff schrool

10 mL KI 20%

10 mL filtrat

Pemanasan, pendinginan

Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

Bandingkan dengan blanko

15 mL aquadest

25 mL H2SO4 25%

1 mL ind. amilum

13

Melakukan analisa bahan organik

III. Flowchart penentuan kadar karbohidrat dalam teh daun kelor

3.4.4 Prosedur Standarisasi NaOH 0,1 N dengan H2C2O4 0,1 N

±0,1575 gr
H2C2O4

Penimbangan

Aquadest
(25 mL)

Larutan H2C2O4

Titrasi dengan NaOH 0,1 N

±1 gram
sampel

4-5 tetes
indicator
PP

Penimbangan

Normalitas H2C2O4
±7,5 gr
K2SO4

Penambahan
IV. Flowchart standarisasi
NaOH

15 mL
H2SO4

3.4.5 Prosedur Penentuan Kadar Protein dalam Teh Daun Kelor
3.4.5.1 Tahap Destruksi
Pemanasan

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

Larutan homogen

Batu
didih

14

Melakukan analisa bahan organik

3.4.5.2 Tahap Destilasi
100 mL
aquadest

Hasil destruksi

Pemanasan
(Labu destilasi)

5 tetes ind. MM

Destilat

3.4.5.3 Tahap Titrasi

25 mL Destilat

Lempeng Zn
15 mL K2SO4 4%
50 mL NaOH

50 mL HCl 0,1 N
(penampung destilat)

4 tetes
Indicator
MM

Titrasi dengan NaOH
0,1 N

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal
Bandingkan dengan
blanko

15

Melakukan analisa bahan organik

3.4.6 Prosedur Penentuan Kadar Lemak dalam Teh Daun Kelor
Labu lemak
dioven

5 gram teh
daun kelor

Penimbangan

Preparasi soxhlet

200 mL
hexana

Ekstraksi soxhlet dengan 10
siklus

Destilasi
(pemisahan ekstrak dengan
pelarut)

Ekstrak
V. Flowchart penentuan kadar lemak dalam teh daun kelor

3.5 Variabel Penelitian

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

16

Melakukan analisa bahan organik
Variabel penelitian adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang diperhatikan
dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif (Arikunto, 2006).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrol. Adapun variabel bebas dalam penelitian meliputi jenis tanaman, konsentrasi
larutan, dan penimbangan. Variabel terikatnya adalah pengenceran. Dan terakhir variabel
kontrolnya adalah blanko.
3.6 Definisi Operasional Variabel
Untuk dapat mengobservasi suatu konsep penelitian, maka konsep tersebut harus
didefinisikan secara operasional.
Definisi operasional variabel berisikan indikator-indikator dari suatu variabel, yang
memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan untuk variabel tersebut.
Dalam penelitian ini definisi operasional variabel adalah sebagai berikut.
 Jenis tanaman meliputi jenis, banyaknya daun, umur pohon yang digunakan untuk
dijadikan teh herbal, serta kondisi dan lokasi pengambilan daun kelor.
 Penimbangan adalah menentukan berat suatu zat menggunakan alat timbang.
 Pengenceran adalah memperkecil konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut.
 Konsentrasi adalah istilah umum yang menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dan
pelarut dalam suatu larutan.
 Blanko adalah istilah untuk larutan yang mendapatkan perlakuan sama dengan sampel
namun tidak mengandung sampel.
3.7 Instrumen Penelitian
3.7.1 Alat
Alat yang digunakan selama penelitian baik dari pembuatan teh daun kelor hingga
analisa sebagai berikut.
N
o
1
2
3
4
5

Nama Alat
Loyang
Oven
Set destilasi
Erlenmeyer
Pipet volume

Spesifikas
i
250 mL
25 mL

Jumlah

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

1
1
1
4
1

17

Melakukan analisa bahan organik
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Pendingin tegak
Labu alas bulat
Mantle heat
Labu ukur
Pipet tetes
Kertas saring
Pipet volume
Buret
Corong gelas
Neraca analitik
1 set alat ekstraksi
Labu ukur
Botol kaca

250 mL
250 mL
10 mL
50 mL
100 mL
-

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

3.7.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah.
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Nama Bahan
Sampel teh daun
kelor
Kantung teh
HCl
NaOH
Indikator PP
Aquadest
Larutan luff schrool
KI
H2SO4
Na2S2O3
Indikator amilum
KI
KIO3
H2SO4
K2SO4
PbO
H2SO4
Zn p.a
K2SO4
NaOH
HCl
Indikator MM
NaOH
n-Hexana

Konsentrasi

Jumlah

-

3 gram

3%
30%
20%
25%
0,1 N
1%
10%
0,1 N
2N
98% (36 N)
4%
50%
0,1 N
0,1 N
-

1
100 mL
25 mL
10 mL
25 mL
5 mL
10 mL
5 mL
7,5 gram
0,35 gram
15 mL
15 mL
50 mL
50 mL
4 tetes
200 mL

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

18

Melakukan analisa bahan organik

3.7.3 Instruksi Kerja
Penelitian ini menggunakan beberapa instruksi kerja, diantaranya:
1.

Pembuatan teh daun kelor

2.

Standarisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 0,1 N

3.

Penentuan kadar karbohidrat dalam teh daun kelor

4.

Standarisasi NaOH 0,1 N dengan H2C2O4 0,1 N

5.

Penentuan kadar protein dalam teh daun kelor

6.

Penentuan kadar lemak dalam teh daun kelor

3.8 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengumpulkan data melalui percobaan kuntitatif atau quantitatif
research karena penelitian ini berlangsung secara ilmiah dan sistematis.
3.9 Teknik Analisa Data
Setelah data-data terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan data statiska
deskriptif, yaitu

statistik

yang digunakan

untuk

analisa data dengan

cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa ada tujuan
membuat kesimpulan untuk generalisasi (Sugiyono, 2008). Data-data yang terkumpul
disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan prosentase.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

19

Melakukan analisa bahan organik

BAB IV
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Teh Daun Kelor
Dibawah ini merupakan foto dari teh daun kelor yang telah dibuat dalam
penelitian.

(a)

(b)

Gambar (a) Foto teh daun kelor dalam kemasan. Gambar (b) Foto seduhan teh daun kelor

Berikut merupakan tabel pengamatan dari uji organoleptis teh daun kelor.
Bentuk teh kering
Warna

Hijau kecokelatan

Tekstur

Kasar

Aroma

Kurang wangi (khas bau kelor)

Bentuk minuman teh
Seduhan

Jernih

Warna

Kecokelatan

Rasa

Pahit

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

20

Melakukan analisa bahan organik
4.1.2 Tabel Pengamatan Standarisasi Na2S2O3 0,1 N
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Perlakuan

Sebelum

Sesudah

KIO3 ditimbang sejumlah 0,1783
gram
Melarutkan padatan KIO3
hingga tepat 50 mL
Memipet 10 mL larutan KIO3 0,1
N yang telah dilarutkan
sebelumnya
Menambahkan 5 mL KI 10% ke
dalam larutan 10 mL KIO3 0,1 N
Menambahkan 4 mL H2SO4 2 N
Larutan kemudian dititasi
dengan Na2S2O3 0,1 N

Padatan serbuk berwarna
putih
Padatan serbuk berwarna
putih
Larutan jernih

Padatan serbuk berwarna
putih
Larutan jernih

Larutan jernih

Larutan jernih

Larutan jernih
Larutan jernih

Titran selanjutnya ditambahkan
1 mL indikator amilum 1%
Larutan kemudian dititasi
kembali dengan Na2S2O3 0,1 N

Larutan berwarna kuning
cerah
Larutan berwarna biru
tua

Larutan jernih
Larutan berwarna kuning
cerah pada titik akhir
tittasi
Larutan berwarna biru tua

Larutan jernih

Larutan berwarna jernih
V1 =10,9 mL
V2 = 10,8 mL

4.1.3 Tabel Pengamatan Penentuan Kadar Karbohidrat dalam Teh Daun Kelor
No
1

Perlakuan

Sebelum

Sampel teh daun kelor
ditimbang sebanyak 3,0005 gr
Sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat kemudian
ditambahkan HCl 3% sebanyak
100 mL
Larutan dipanaskan dengan
pendingin tegak (refluks) selama
1 jam
Ditambahkan NaOH

Sampel berwarna hijau

5

Ditambahkan asam lemah yaitu
CH3COOH 3%

pH larutan berkisar 7

6

Dihimpitkan hingga 250 ml dan
disaring
Filtrat dipipet sebanyak 10 ml
kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml dan
ditambahkan 25 ml larutan luff
serta 15 mL aquadest

Larutan berwarna hijau
kekuningan
Filtrat berwarna kuning
sedikit orange

2

3
4

7

Sampel teh daun kelor
berwarna hijau berbentuk
serpihan
Sampel daun teh kelor
mengapung di atas
larutan HCl
pH larutan 1

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

Sesudah
Sampel berwarna hijau
berbentuk serpihan
Sampel daun teh kelor
mengapung di atas larutan
HCl dengan warna hijau
tua
Larutan menjadi hijau
kecoklatan dengan pH 1
pH berkisar 7 dengan
perubahan warna larutan
menjadi hijau tua
pH menjadi 6 dengan
warna larutan menjadi
hijau kekuningan
Filtrat berwarna kuning
sedikit orange
Larutan berwarna biru tua

21

Melakukan analisa bahan organik
8
9
10
11

Dididihkan selama 10 menit
dengan bantuan batu didih
kemudian didinginkan
Selanjutnya larutan ditambahkan
10 ml KI 20% berwarna jernih
dan 8 ml H2SO4 25%
Dititrasi dengan natrium
tiosulfat 0,1 N yang telah
distandarisasi
Ditambahkan indikator amilum

Larutan berwarna biru
tua

Larutan berwarna biru tua
dalam keadaan panas

Larutan berwarna biru
tua

Larutan berwarna kuning
kecoklatan disertai
timbulnya busa
Warna larutan menjadi
lebih cerah

Larutan berwarna kuning
kecoklatan
Warna larutan kuning
cerah

Warna larutan sedikit
hitam dan titik akhir titrasi
ditandai dengan larutan
yang berwarna putih keruh
kecoklatan dengan
endapan putih berbintik
hitam. (Volume rerata
titrasi=24,7 mL)

4.1.4 Tabel Pengamatan Standarisasi NaOH 0,1 N
No

Perlakuan

Sebelum

1

H2C2O4.2H2O ditimbang
sejumlah 0,1575 gram
Menambahkan 25 mL aquadest
ke dalam H2C2O4.2H2O yang
telah ditimbang
Menambahkan 3 tetes indikator
fenolftalein ke dalam larutan
Larutan kemudian dititrasi
dengan NaOH 0,1 N

Padatan hablur berwarna
putih
Padatan serbuk berwarna
putih

Padatan hablur berwarna
putih
Larutan jernih

Larutan jernih

Larutan tetap berwarna
jernih
Larutan berwarna merah
muda saat titik akhir
titrasi.
V1 = 24,6 mL
V2 =25,4 mL

2
3
4

Larutan jernih

Sesudah

4.1.5 Tabel Pengamatan Penentuan Kadar Protein dalam Teh Daun Kelor
No
1

Perlakuan

Sampel teh daun kelor
ditimbang seberat 1,0004 gram

Sebelum

Sesudah

Sampel padatan
serpihan berwarna
hijau

Sampel padatan
serpihan berwarna
hijau

Sampel padatan
serpihan berwarna
hijau

Larutan menjadi jernih
dengan teh daun kelor
tak larut

Tahap Destruksi
2

Sampel dimasukkan ke dalam
labu destilasi kemudian
ditambahkan 7,5010 gram
K2SO4

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

22

Melakukan analisa bahan organik
3

0,3500 gram PbO berwarna
hitam dan 15 asam sulfat pekat
dimasukkan ke dalam labu
Campuran larutan tersebut
dipanaskan, jangan lupa tutup
rapat mulut lubang labunya

Larutan jernih

Larutan kehitaman

Larutan berwarna
kehitaman

5

Pemanasan dihentikan

Terdapat gelembung
besar dan banyak
asap yang keluar

Terbentuk gelembung
besar membumbung
berwarna hitam disertai
keluarnya banyak asap dan
bau khas amonia
Larutan tercampur
homogen dan asap telah
berhenti keluar

6

Larutan didinginkan dan
ditambahkan 100 ml aquadest

Berbentuk slurry
berwarna hitam

Larutan encer
kehitaman

Larutan encer
kehitaman

Larutan berwarna
hitam

Larutan berwarna
hitam

Destilat yang didapat
berwarna berwarna
kuning

Larutan berwarna kuning

Larutan berubah
menjadi merah muda
semu orange di titik
akhir.
Volume titrasi blanko =
12,4mL
Volume titrasi sampel
= 2,4 mL

4

Tahap Destilasi
7

8

Ditambahkan lempeng Zn, 15
ml kalium sulfat 4% dan 50 ml
NaOH 50% ke dalam campuran
larutan tersebut
Larutan didestilasi hingga
destilat keluar yang ditampung
bersama HCl 0,1 N dan 5 tetes
indikator MM

Tahap Titrasi
9

Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
yang telah distandarisasi
sebelumnya dan ditambahkan
indikator PP.

4.1.5 Tabel Pengamatan Penentuan Kadar Lemak dalam Teh Daun Kelor
No

Perlakuan

1

Sampel teh daun kelor
ditimbang seberat 5,0008 gram

2

200 mL pelarut hexana
dimasukkan ke dalam labu
lemak
Sampel dimasukkan ke dalam
selongsong kertas saring,
dimasukkan ke dalam ekstraktor
yang terpasang pada rangkaian
soxhlet

2

Sebelum

Sesudah

Sampel padatan
serpihan berwarna
hijau
Berbau khas hexana

Sampel padat serpihan
berwarna hijau

Sampel padatan
serpihan berwarna
hijau

Sampel terbungkus
rapi dalam kertas
saring

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

Bau khas hexana

23

Melakukan analisa bahan organik
3
4
7

Pelarut hexana jernih

Sampel diesktrak ±2 jam (10
siklus)
Diangin-anginkan agar pelarut
hexana habis

Pelarut hexana
dengan sampel
berwarna hijau
Labu lemak kosong =
81,5701 gram

Ditimbang labu lemak

Larutan menjadi
berwarna hijau
Lemak menempel di
permukaan bawah
dengan warna hijau
Labu lemak dengan
lemak = 81,9948 gram

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Pembuatan Teh Daun Kelor
Pembuatan teh daun kelor adalah salah satu upaya menciptakan inovasi baru
sebagai teh herbal. Pembuatan teh daun kelor diawali dengan memilih daun yang
segar/langsung dipetik dari pohonnya. Proses pembuatan teh daun kelor cukup
mudah, pertama, siangi daun kelor yang segar dari tangkainya. Kemudian daun
kelor dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60°C. Pengovenan bertujuan
untuk menghilangkan mikroba awal dan untuk menghilangkan aroma langu.
Selanjutnya diremas-remas hingga menjadi serpihan-serpihan kecil. Peremasan
bertujuan agar memudahkan dalam pengemasan teh. Teh dikemas dalam kantung
teh agar waktu penyeduhan ampas beserta air tidak tercampur menjadi satu.
4.2.2 Pembahasan Penentuan Kadar Karbohidrat dalam Teh Daun Kelor
Sampel teh daun kelor ditimbang sebanyak 3,0005 gr dan dimasukkan ke
dalam labu alas bulat kemudian ditambahkan HCl 3% sebanyak 100 mL yang
kemudian dipanaskan dengan pendingin tegak selama 1 jam sehingga larutan
berwarna hijau. HCl berfungsi untuk menghidrolisis gula sederhana dalam sampel.
Reaksi yang terjadi adalah:
O
(C12H12O11) + H2O + (HCl)  CHO (CHOH)4 CH2OH + CH2OH – C – (CHOH)3
– CH2OH
Sukrosa + Air + Asam  Fruktosa + Glukosa
pH larutan setelah direfluks adalah 1 kemudian ditambahkan NaOH hingga pH
7, penambahan ini berdampak terhadap perubahan warna larutan dari hijau
kecoklatan menjadi hijau tua. NaOH ditambahkan untuk menetralkan larutan
sampel yang mempunyai pH sangat asam karena pencampuran dengan HCl.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

24

Melakukan analisa bahan organik
Reaksi yang terjadi pada proses penetralan sebagai berikut:
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Kemudian ditambahkan asam lemah yaitu CH3COOH 3% hingga pH larutan
menjadi 6 dan warna larutan menjadi hijau kekuningan, penambahan ini
dimaksudkan agar larutan dalam suasana sedikit asam.
Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditepatkan
hingga tanda batas lalu kocok sampai homogen dan saring. Perlakuan saat titrasi
sampel belangko sama dengan sampel. Blanko berfungsi untuk melihat perbedaan
wujud pada blanko dan sampel. Filtrat hasil saringan dipipet sebanyak 10 ml
masukkan dalam erlemeyer 250 ml, tambahkan 25 ml larutan luff schoorl dan
tambahkan 15 ml air suling. Larutan luff school akan bereaksi dengan sampel yang
mengandung gula pereduksi. Kemudian panaskan sampai mendidih selama 10
menit. Hal ini dimaksudkan agar proses reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat
tereduksi. Setelah itu dengan cepat didihkan dalam air es setelah dingin
ditambahkan perlahan-lahan 15 ml larutan KI 20% dan 8 ml H2SO4 25%.
Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan reaksi antara CuO
menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4 tersebut bereaksi dengan KI. Reaksi
tersebut ditandai dengan timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Titrasi
larutan tersebut dengan Na2S2O3 yang digunakan untuk membentuk kompleks iodamilum yang tidak larut di dalam air karena pada prinsipnya metode Luff Schorl
adalah analisa iodometri yang I2 akan bebas dan dijadikan sebagai dasar penetapan
kadar.
Pada saat titrasi penentuan kadar karbohidrat pada sampel terdapat banyak endapan
berwarna putih kehitaman dan timbulanya busa akibat reaksi antara CuSO 4 (hasil
dari reaksi dengan asam sulfat) dengan KI, hal ini membuat titik akhir titrasi susah
untuk ditentukan namun kami masih tetap mengkondisikan larutan berada pada pH
5. Sampel yang dititrasi mulanya berwarna kuning kecoklatan berubah menjadi
lebih cerah dan ditambahkan indikator amilum sehingga menjadi berwarna
kehitaman dan titik akhir titrasi ditandai dengan larutan yang berwarna putih keruh
kecoklatan dengan endapan putih berbintik hitam. Volume titrasi yang dihabiskan
dalam penentuan kadar ini sebanyak:
Titrasi blanko

: 25 mL

Titrasi pertama

: 24,7 mL

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

25

Melakukan analisa bahan organik
Titrasi kedua

: 24,7 mL

Reaksi yang terjadi adalah:
4KI + 2CuSO4 + H2SO4 → 2CuI + I2 + 2K2SO4
2Na2S2O3 + I2 → Na2S4O6 + 2NaI
amilumI2 + 2S2O3 → amilum + 2I + S4O62Kadar karbohidrat yang didapat dari analisa penentuan kadar karbohidrat
dalam teh daun kelor sebesar 0,56%. Jika dibandingkan dengan literatur yang
didapat, kadar tidak terlampau jauh yaitu 0,429% ini disebabkan dengan
banyaknya endapan pada saat titrasi penentuan kadar.
4.2.3 Pembahasan Penentuan Kadar Protein dalam Teh Daun Kelor
Analisa kadar protein pada teh daun kelor terbagi menjadi 3 tahap yaitu tahap
destruksi, destilasi dan titrasi. Tahap pertama adalah destruksi. Fungsi utama dari
tahap ini adalah untuk melepaskan nitrogen dari protein dalam sampel menjadi
ammonium sulfat dengan penambahan asam sulfat pekat.
Langkah pertama dalam tahap dekstruksi adalah menimbang sampel teh daun
kelor seberat 1,0004 gram yang selanjutnya dimasukkan ke dalam labu destilasi
kemudian ditambahkan 7,5010 gram K2SO4 yang berbentuk kristal berwarna putih
lalu ditambahkan 0,3500 PbO berwarna hitam dan terakhir ditambahkan asam
sulfat pekat. Larutan tersebut kemudian dipanaskan hingga terbentuk gelembung
besar membumbung berwarna hitam disertai keluarnya banyak asap. Pemanasan
dihentikan saat larutan tersebut telah tercampur homogen dan asap telah berhenti
keluar, ini membuktikan bahwa Nitrogen dalam sampel telah berhasil dipisahkan
dan berubah menjadi (NH4)2SO4.
Larutan yang telah tercampur homogen dan asap telah berhenti keluar pada
saat proses destruksi menunjukkan bahwa unsur-unsur C dan H telah mengalami
oksidasi menjadi CO, CO2, dan H2O dan unsur N telah berhasil dipisahkan dari
sampel dengan berubah menjadi (NH4)2SO4 karena direaksikan dengan asam sulfat.
Reaksi yang terjadi adalah:
H
R-C-COOH



NH3 + CO2 + H2O

NH2
Asam amino
(protein)

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

26

Melakukan analisa bahan organik
NH3 + H2SO4



(NH4)2SO4

Saat pelaksaan destruksi, kami memperlakukan suhu dengan benar yaitu
mencapai suhu ≤100 ℃ sedangkan titik pecah protein adalah 60 ℃

sehingga

dapat disimpulkan bahwa protein benar-benar terpecah atau memisah dari larutan.
Penambahan K2SO4 dan PbO berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat
proses destruksi dan menaikkan titik didih asam sulfat.
Setelah proses destruksi selesai, larutan didinginkan dan ditambahkan 100 ml
aquadest yang berfungsi untuk mengurangi kehebatan reaksi bila ditambahkan
larutan alkali kemudian ditambahkan lempeng Zn untuk menghindari superheating
ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas serta 15 ml kalium sulfat
4% dan 50 ml NaOH 50% untuk memberikan suasana basa. Kemudian dipanaskan
hingga destilat keluar. Destilat tersebut adalah NH 3 yang telah dipecah dari
amonium hidrogen sulfat dan diikat oleh asam klorida 0,1 N pada erlenmeyer di
ujung rangkaian destilasi.
Pada saat destilasi, kami tidak menggunakan termometer untuk mengukur suhu
yang digunakan dalam penentuan titik didih destilat karena titik didih NH 3 adalah
-33,34 ℃

dan titik didih NH4OH adalah 48 ℃

namun pada suhu tersebut

tidak adanya destilat yang keluar sehingga kami tidak menggunakan titik didih.
Jika basa yaitu NH3 terikat dengan asam yaitu HCl yang ada di ujung destilat maka
larutan akan berubah warna menjadi kuning. Hal ini sesuai dengan larutan yang
kami dapat hingga akhir destilasi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(NH4)2SO4 + NaOH
NH3 + HCl 0,1 N



NH3 + H2O + Na2SO4

→ NH4Cl

Berlebihan
Karena hasil dari destilasi adalah NH4Cl maka dititrasi dengan basa NaOH 0,1
N dengan indikator PP sehingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
orange kemerahan.
Hasil analisa menunjukkan kadar protein yang didapat sebesar 13,125% yaitu
lebih besar dari literatur yang didapat yaitu sekitar 6,7%. Hal ini disebabkan karena
selisih volume titrasi blanko dengan sampel jauh, ini disebabkan oleh pH yang
tidak sesuai, pH titran menggunakan indikator campuran antara MM dan PP yaitu 6
namun pH sampel ini 10 dan tidak diperlakukan untuk menetralkannya sehingga
titik ekivalenpun terjadi sangat cepat bagi sampel yaitu 2,4 mL. pH blanko sesuai

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

27

Melakukan analisa bahan organik
dengan teori yaitu 6 menghabiskan volume titrasi sebanyak 12,4 mL. Hasil
analisapun menjadi tidak valid karena titrasi hanya dilakukan sekali tanpa
pembanding dikarenakan hasil destilat yang tidak dibagi dua atau lebih sebagai
sampel untuk titrasi.
4.2.4 Pembahasan Penentuan Kadar Lemak dalam Teh Daun Kelor
Sebelum melakukan penimbangan sampel, labu lemak di oven selama 1 jam
dengan suhu 1050C terlebih dulu, proses ini bertujuan untuk menghilangkan kadar
air setelah proses pencucian. Kemudian labu lemak didinginkan dalam desikator
selama 15 menit agar suhu labu lemak sesuai suhu ruang. Selanjutnya dilakukan
penimbangan labu lemak dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang
konstan, rerata penimbangan labu kosong adalah 81,5701 gram.
5,0008 gram sampel teh daun kelor ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam
selongsong kertas saring dan ujung kertas kedua-duanya diikat menggunakan
benang agar sampel tidak bercampur langsung ke dalam pelarut yang selanjutnya
kertas saaring tersebut dimasukkan ke dalam ekstraktor. Setelah itu masukkan 200
mL n-Hexane ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang. n-Hexane digunakan
karena n-Hexane merupakan pelarut organik yang dapat melarutkan lemak.
Diekstrak ±2 jam untuk mendapatkan lemak yang terdapat dalam sampel, ektraksi
dilakukan dengan 10 siklus yang rerata menghabiskan 7-9 menit setiap siklus.
Setelah siklus selesai, segera matikan mantleheat dan diamkan sampai dingin, agar
rangkaian soxlet dapat dilepaskan. Setelah selesai, diamkan larutan lemak ditempat
terbuka, agar pelarut (n-heksana) habis, n-heksana habis karena larutan tersebut
termasuk dalam larutan organik, dan bila dibiarkan ditempat terbuka larutan
tersebut akan menguap. Untuk menghabiskan larutan n-heksana butuh waktu ±1
minggu. Setelah pelarut habis timbang labu+lemak yang tersisa didalam labu
lemak. Penimbangan dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang
konstan. Rerata penimbangan labu+lemak adalah 81,9948 gram.
Menurut literatur, untuk memisahkan lemak dari pelarut yang digunakan yaitu
hexana, menggunakan metode destilasi. Namun karena keterbatasan waktu dan
ketersedian alat, kami hanya menggunakan metode penganginan untuk
menguapkan hexana. Metode ini tidak sepenuhnya efektif karena volume hexana
masih tertinggal bercampur dengan lemak. Beda dengan metode destilasi yang

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

28

Melakukan analisa bahan organik
dapat memisahkan hexana dengan lemak berdasarkan perbedaan titik didih yaitu
titik didih hexana 69 ℃ .
Berdasarkan literatur, prosentase lemak dalam 5 gram daun kelor sebanyak
0,085% sedangkan kami mendapatkan hasil prosentase lemak dalam 5 gram teh
daun kelor sebanyak 8,49%. Hasil yang didapat sangat jauh berbeda dengan
literatur, hal ini disebabkan karena lemak telah tercampur pigmen dan zat lainnya.

BAB V

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

29

Melakukan analisa bahan organik

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa daun kelor dapat
dimanfaatkan sebagai teh herbal dengan proses yang cukup mudah. Analisa dalam
menentukan kadar karbohidrat, protein, dan lemak dilakukan sesuai dengan literatur yang
didapat, ketersedian bahan dan alat telah menunjang keberlangsungan analisa. Hasil
analisa yang didapat dalam 1 kantung teh daun kelor adalah kadar karbohidrat sebanyak
0,93%, kadar protein sejumlah 65,62%, serta lemak sebanyak 8,49%.

5.2 Saran
1. Melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur analisa karbohidrat, protein, dan
lemak sebelum digunakan untuk mendapatkan hasil analisa yang akurat.
2. Mencoba analisa kualitatif dalam analisa kadar karbohidrat, protein, dan lemak
sehingga dapat membandingkan keuntungan dan kerugian antara analisa kualitatif dan
kuantitatif.
3. Meminimalisir kesalahan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

30

Melakukan analisa bahan organik

Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-3134-1992: Minuman Teh Dalam Kemasan.
Bakri, Mustafal. 2008. Seri Pendalaman Materi Kimia untuk SMA/MA. Jakarta: Penerbit
Erlangga, Hlm. 50.
Campbell, N.A., Jane B. Reece, Lawrence G.M. 2000. Biologi Edisi 5 Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga, Hlm. 72.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta:
Penerbit Erlangga, Hlm. 177.
Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimiai.Bandung: Penerbit ITB, Hlm. 262.
Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Bogor: Penerbit Swadaya. Hlm.
25.
Koensoemardiyah. 2002. A to Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan, Kosmetik, dan
Aromaterapi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Hlm. 24.
Krisnawati, Inti. 2009. Healthy Food for Kids. Jakarta: Penerbit Gramedia, Hal. 88.
Legowo, Anang dan Nurwantoro. 2004. Diktat Mata Kuliah Analisis Pangan. Semarang:
Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Hal. 22, 23, 30, dan 37.
Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta: Penerbit
Agromedia Pustaka.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hal. 144.
Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hal. 274.
Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga, Hal. 321.
Riyanto, Nurdin dan Ari Yustisia Akbar. 2009. Super Genius Olimpiade Kimia SMA.
Yogyakarta: Penerbit Widyatama, Hal. 85
Rukmana, Rahmat. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
Hal. 25.
Setiawati, I dan Nasikun. 1991. Teh Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Aditya
Media
Setyowatik, Ana Tri. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kadar Vitamin A dan
Vitamin C, serta Aktivitas Antioksidan Tepung Daun Kelor. Skripsi. Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

31

Melakukan analisa bahan organik
Sitorus, M; Joni M,S. Dan Nelly K. 2008. Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, Hal. 19.
Sudarmadji, S., B. Hariyono dan Suhardi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty dan PAU Pangan dan Gizi UGM.
Sugiarto, Agung. 2008. 273 Ramuan Tradisional untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta:
Penerbit Agromedia, Hal. 177.
Sugiyarto, Teguh dan Eni Ismawati. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTS Kelas
VII. Jakarta: Penerbit Grasindo, Hal. 134.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama,
Hal. 291.
Sutresna, Nana., Laksana R.W., dan Yuyun Gusida. 2008. Persiapan Un Kimia untuk
SMA/MA. Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama, Hal. 195.
Utami, Prapti. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta: Penerbit Agromedia, Hal. 104.
Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu

LAMPIRAN I

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

32

Melakukan analisa bahan organik

Karbohidrat

Perhitungan Kadar Karbohidrat


Standarisasi Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3 :
Normalitas KIO3
0,1785
×100 × 6 = 0,10009 N
N=
214
Normalitas Na2S2O3
Volume titrasi 1
= 10,9 mL
V1 × N1

= V2 × N2

10 × 0,10009

= 10,9 × N2

N2

=

Volume titrasi 2

1,0009
10,9

= 0,092 N

= 10,8 mL

V1 × N1

= V2 × N2

10 × 0,10009

= 10,8 × N2

N2

=

1,0009
10,8

= 0,093 N

Normalitas rerata Na2S2O3 = 0,093 N


Perhitungan Kadar Karbohidrat :
­ Bobot sample  = 3,0005 g  = 3000,5 mg
­ Volume Penitar Blanko  = 25 mL
­ Volume Penitar Sample 1 = 24,7 mL
­ Volume Penitar Sample 2 = 24,7 mL
­ N Tio                             = 0,093 N

Angka Tabel Penetapan Kadar Gula menurut Luff Schoorl
ml
Na2S2O3
1

Glukosa

Galaktosa

Laktosa

Maltose

2,4

2,7

3,6

3,9

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

33

Melakukan analisa bahan organik
2
4,8
5,5
7,3
7,8
3
7,2
8,3
11,0
11,7
4
9,7
11,2
14,7
15,6
5
12,2
14,1
18,4
19,6
6
14,7
17,0
22,1
23,5
7
17,2
20,0
25,8
27,5
8
19,8
23,0
29,5
31,5
9
22,4
26,0
33,2
35,5
10
25,0
29,0
37,0
39,5
11
27,6
32,0
40,8
43,5
12
30,0
35,0
44,6
47,5
13
33,0
38,1
48,4
51,6
14
35,7
41,2
52,2
55,7
15
38,5
44,4
56,0
59,8
16
41,3
47,6
59,9
63,9
17
44,2
50,8
63,8
68,0
18
47,1
54,0
67,7
72,2
19
50,0
57,3
71,7
76,5
20
52,1
60,7
75,7
80,9
21
56,1
64,2
79,8
85,4
22
59,1
67,7
83,9
90,0
23
62,2
71,3
88,0
94,6
Sumber : Standart Industri Indonesia
Departemen Perindustrian Republik Indonesia (1975)
I.

Volume Titrasi = Volume titrasi blanko – Volume titrasi sampel
= 25­24,7
 = 0,3 mL

II. Konversi mg glukosa menurut Luff/ml dalam 0,1000 N Na2S2O3
Konversi glukosa

= 2,4
= (0,3-1,0) × (4,8-2,4)
= (-0,7) × 2,4
= -1,68

Hasil konversi glukosa

mg glukosa=

= 2,4 + (-1,68) = 0,72 mg

hasil mg glukosa pada tabel x Normalitas Na2 S 2O 3
0,1000

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

34

Melakukan analisa bahan organik

¿

0,72 x 0,093
=0,6696
0,1000

kadar karbohidrat =

mg glukosa x fp
x 100
mg sampel

250
10
x 100
3000,5

0,6696×
¿

= 0,56%

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

35

Melakukan analisa bahan organik

LAMPIRAN II
PROTEIN
Perhitungan Kadar Protein
Pada analisa protein menggunakan metode kjeldahl untuk menganalisis kadar protein
kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini
adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi
6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu.
 Standarisasi NaOH 0,1 N dengan H2C2O4 0,1 N:
Volume titrasi 1 = 24,6 mL
Normalitas NaOH

=

V1 × N1

= V2 × N2

25 × 0,1

= 24,6 × N2

N2

=

2,5
24,6

= 0,101 N

Volume titrasi 2 = 25,4 mL
V1 × N1

= V2 × N2

25 × 0,1

= 25,4 × N2

N2

=

2,5
25,4

= 0,098 N

Normalitas rerata NaOH = 0,15 N
 Perhitungan kadar protein kasar
­ Bobot sample  = 1,0004 gr
­ Volume Penitar Blanko  = 12,4 ml
­ Volume Penitar Sample  = 2,4 ml
­ N NaOH 1                           = 0,101 N
­ N NaOH 2                           = 0,098 N
­ N NaOH rerata

   = 0,15 N

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

36

Melakukan analisa bahan organik

%N =

ml NaOH blanko−ml NaOH sampel
× N NaOH ×14,008 ×100
gram bahan x 1000

%N =

( 12,4−2,4 )
×0,15 × 14,008× 100
1,004 x 1000
¿ 2,1%

Protein ( )=%N × faktor konversi
= 2,1 × 6,25 = 13,125%

LAMPIRAN III
Lemak
Perhitungan Kadar Lemak

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

37

Melakukan analisa bahan organik
Berat labu kosong

= 81,5701 gram

Berat labu+lemak

= 81,9948 gram

Prosentase lemak =

=

Berat labu+lemak – Berat labukosong
×100
Berat sampel

81,9948 – 81,5701
×100
5,0008

= 8,49%

DAFTAR GAMBAR

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

38

Melakukan analisa bahan organik

Gambar 1. Tahap destruksi pada analisa protein

Gambar 2. Tahap destilasi pada analisa protein

Gambar 3. Sisa hasil destilasi

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

39

Melakukan analisa bahan organik

Gambar 4. Warna larutan sebelum titrasi

Gambar 5. Ekstraksi lemak

Gambar 6. Hasil ekstraksi lemak

Pemanfaatan Daun Kelor Menjadi Teh Herbal

40