DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI PO

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI POST CLEARANCE AUDIT MODUL

DASAR-DASAR PEMERIKSAAN

OLEH : TIM PENYUSUN MODUL PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2008

10. Test Formatif ………………………………………………………………..

83

11. Kunci Jawaban Test Formatif ………………………………………………

83

12. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………………

84

13. Daftar Pustaka ………………………………………………………………

MODUL DASAR-DASAR PEMERIKSAAN

1. PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Singkat

Pembaca yang budiman,

Kami sangat menghargai kemauan Saudara untuk mempelajari modul ini, semoga kesungguhan Saudara dalam mempelajari modul ini akan bermanfaat bagi Saudara, baik dalam Pendidikan dan Pelatihan maupun dalam pelaksanaan tugas nantinya.

Modul ini membahas hal-hal dasar yang harus diketahui oleh seorang pemeriksa (auditor) secara umum dalam melakukan pemeriksaan (auditing), mulai dari persiapan audit sampai dengan pembuatan laporan audit. Modul ini disusun sedemikian rupa untuk memudahkan Saudara mempelajari materi-materi yang diberikan. Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa Saudara sama sekali belum pernah mempelajari pemeriksaan (auditing). Untuk itu penulis sengaja menampilkan contoh-contoh audit yang dilakukan terhadap laporan keuangan oleh akuntan publik, sampai dengan audit kepatuhan oleh instansi pemerintah.

1.2. Tujuan Instruktusional Umum

Modul ini terdiri dari delapan kegiatan belajar, yaitu : Kegiatan Belajar 1 : Gambaran Umum Pemeriksaan Kegiatan Belajar 2 : Standar Profesional Pemeriksa dan Kode Etik Pemeriksa Kegiatan Belajar 3 : Teknik-teknik Pemeriksaan Kegiatan Belajar 4 : Kertas Kerja Pemeriksaan Kegiatan Belajar 5 : Perencanaan Pemeriksaan Kegiatan Belajar 6 : Pelaksanaan Pemeriksaan Kegiatan Belajar 7 : Pelaporan Pemeriksaan Kegiatan Belajar 8 : Pemahaman Laporan Keuangan

1.3. Tujuan Instruktusional Khusus

Diharapkan setelah mempelajari modul ini Saudara akan : - Mampu memahami dan mampu menjelaskan pengertian audit, perbedaannya dengan akuntansi, jenis-jenis audit dan juga tentang profesi akuntan. - Mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang standar profesional akuntan publik dan kode etik akuntan di Indonesia. - Mampu memahami dan mampu menjelaskan arti penting dan macam dari teknik pemeriksaan.

- Mampu memahami dan mampu menjelaskan pengertian dan tujuan kertas kerja pemeriksaan. - Mampu memahami dan mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilaksanakan dalam perencanaan pemeriksaan. - Mampu memahami dan mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan pemeriksaan. - Mampu memahami dan mampu menjelaskan hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pelaporan pemeriksaan. - Mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang pemahaman laporan keuangan dan arti pentingnya bagi auditor.

Oleh karena modul ini berisi materi-materi umum yang harus diketahui oleh seorang auditor, maka keberhasilan Saudara dalam mempelajari dan menyerap materi- materi modul ini sangat berarti bagi Saudara dalam mempelajari modul-modul selanjutnya, misalnya Audit Kepabeanan dan Cukai.

Selamat belajar...

2. KEGIATAN BELAJAR (KB) 1 GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

2.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pada bagian modul ini penulis akan menjelaskan materi tentang :

a. Pengertian Pemeriksaan

b. Perbedaan Auditing dan Accounting (Akuntansi)

c. Jenis-jenis Audit

d. Profesi Akuntan di Indonesia dan di negara lain Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan unit Direktorat Jenderal di bawah Departemen Keuangan yang membawahi 18 kantor wilayah (termasuk KPU) dan lebih dari 100 kantor pengawasan dan pelayanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, serta perwakilan di beberapa negara sahabat, dengan jumlah keseluruhan pegawai kurang lebih 11.000 orang.

Tugas pokok DJBC adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di Bidang Kepabeanan dan Cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perUndang-undangan yang berlaku.

DJBC memegang peranan yang penting mengingat 4 (empat) fungsi utama yang diemban oleh DJBC sebagai berikut:

a. Fungsi Trade Facilitator (fasilitator perdagangan)

b. Fungsi Community Protector (Pelindung Masyarakat)

c. Fungsi Industrial Assistance (Pendorong Industrialisasi)

d. Fungsi Revenue Collecting (pengumpul penerimaan negara). Berkaitan dengan tugas pokok dan peran tersebut diatas, DJBC oleh Undang- undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabean dan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai diberi kewenangan untuk melakukan pemeriksaan.

Kewenangan pemeriksaan oleh pejabat bea dan cukai dinyatakan dalam Undang- undang Nomor 17 Tahun 2006 sebagai berikut ini;

“Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan pemeriksaan pabean atas barang impor atau barang ekspor setelah pemberitahuan pabean diserahkan.” (Pasal 82 ayat 1) “Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit kepabeanan terhadap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49. (Pasal 86 ayat 1) “Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan perUndang- undangan di bidang kepabeanan.” (Pasal 1 butir 20) “Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu berdasarkan Undang-undang ini.” (Pasal 1 butir 12)

Sedangkan kewenangan pemeriksaan oleh pejabat bea dan cukai yang dinyatakan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 sebagai berikut ini; “Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan pemeriksaan terhadap:

a. pabrik, tempat penyimpanan, atau tempat lain yang digunakan untuk menyimpan barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai, yang belum dilunasi cukainya atau memperoleh pembebasan cukai;

b. bangunan atau tempat lain yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan bangunan atau tempat sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. tempat usaha penyalur, tempat penjualan eceran, atau tempat lain yang bukan rumah tinggal, yang di dalamnya terdapat barang kena cukai; dan

d. barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai yang berada di tempat sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c.” (Pasal

35 ayat 1) “Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit cukai terhadap pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna barang kena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.” (Pasal 39 ayat 1) “Audit cukai adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan perUndang-undangan di bidang cukai.” (Pasal 1 butir 19)

“Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang- undang ini.” (Pasal 1 butir 15)

Yang akan menjadi fokus pembahasan dalam modul dasar-dasar pemeriksaan ini adalah hanya yang berkaitan dengan kewenangan pejabat bea dan cukai untuk melakukan audit. Sehingga hanya akan dibahas pemeriksaan yang masih ada relevansinya dengan audit oleh pejabat bea dan cukai.

A. Pengertian Pemeriksaan

Terdapat beberapa pengertian tentang pemeriksaan/audit sebagai bahan perbandingan, diantaranya adalah sebagai berikut;

Menurut Wikipedia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia via internet

“Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, obyektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subyek dari audit telah dilaksanakan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.”

Menurut Longman dictionary of contemporary English

“Audit (verb) is to officially examine a company's financial records in order to check that they are correct”

Menurut Sukrisno Agoes (2004), dalam “Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik)”

Dalam kaitannya dengan Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) lebih dikenal dengan istilah Auditing. Menurut Sukrisno Agoes pengertian auditing adalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” Ada beberapa hal penting dari pengertian tersebut, antara lain;

Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksa meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Catatan pembukuan terdiri dari buku harian (buku kas/bank, buku penjualan, buku pembelian, buku serba serbi), buku besar, sub buku besar (piutang, utang, aktiva tetap, kartu persediaan). Sedangkan bukti-bukti pendukung meliputi bukti penerimaan dan pengeluaran kas/bank, faktur penjualan, journal voucher, dan lain-lain. Dokumen lain yang harus diperiksa adalah notulen rapat direksi dan pemegang saham, akte pendirian, kontrak, perjanjian kredit, dan lain-lain. Kedua, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis. Disebutkan bahwa kritis artinya pemeriksaan tersebut harus dipimpin oleh seorang yang mempunyai gelar akuntan (registered accountant) dan mempunyai izin praktik sebagai akuntan publik dari Menteri Keuangan. Pelaksana pemeriksaan harus mempunyai pendidikan, pengalaman, dan keahlian di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntan. Jika tidak maka kecermatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap kemungkinan- kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kesalahan tidak dapat dilakukan. Sistematis artinya pemeriksaan harus direncanakan sebelum pelaksanaannya dengan membuat audit plan (rencana pemeriksaan). Antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama jangka waktu pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang audit staff yang ditugaskan, masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang auditing, akuntansi (accounting), perpajakan dan lain-lain. Juga harus menetapkan batas materialitas dan memperhitungkan resiko audit. Ketiga, pemeriksaan oleh pihak yang independen. Menurut Sukrisno Agoes pemeriksa sebagai pihak di luar perusahaan yang diperiksa, tidak boleh mempunyai kepentingan tertentu di dalam perusahaan tersebut (misal sebagai pemegang saham, direksi atau dewan komisaris), atau mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari pemegang saham, direksi atau dewan komisaris, mengemban kepercayaan dari masyarakat, bekerja secara objective, tidak memihak ke pihak manapun dan melaporkan apa adanya. Keempat, tujuan pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa laporan keuangan yang wajar adalah yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum (di Indonesia: Prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah yang dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan, di USA: Generally Accepted Accounting Principles), diterapkan secara konsisten dan tidak Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksa meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Catatan pembukuan terdiri dari buku harian (buku kas/bank, buku penjualan, buku pembelian, buku serba serbi), buku besar, sub buku besar (piutang, utang, aktiva tetap, kartu persediaan). Sedangkan bukti-bukti pendukung meliputi bukti penerimaan dan pengeluaran kas/bank, faktur penjualan, journal voucher, dan lain-lain. Dokumen lain yang harus diperiksa adalah notulen rapat direksi dan pemegang saham, akte pendirian, kontrak, perjanjian kredit, dan lain-lain. Kedua, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis. Disebutkan bahwa kritis artinya pemeriksaan tersebut harus dipimpin oleh seorang yang mempunyai gelar akuntan (registered accountant) dan mempunyai izin praktik sebagai akuntan publik dari Menteri Keuangan. Pelaksana pemeriksaan harus mempunyai pendidikan, pengalaman, dan keahlian di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntan. Jika tidak maka kecermatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap kemungkinan- kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kesalahan tidak dapat dilakukan. Sistematis artinya pemeriksaan harus direncanakan sebelum pelaksanaannya dengan membuat audit plan (rencana pemeriksaan). Antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama jangka waktu pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang audit staff yang ditugaskan, masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang auditing, akuntansi (accounting), perpajakan dan lain-lain. Juga harus menetapkan batas materialitas dan memperhitungkan resiko audit. Ketiga, pemeriksaan oleh pihak yang independen. Menurut Sukrisno Agoes pemeriksa sebagai pihak di luar perusahaan yang diperiksa, tidak boleh mempunyai kepentingan tertentu di dalam perusahaan tersebut (misal sebagai pemegang saham, direksi atau dewan komisaris), atau mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari pemegang saham, direksi atau dewan komisaris, mengemban kepercayaan dari masyarakat, bekerja secara objective, tidak memihak ke pihak manapun dan melaporkan apa adanya. Keempat, tujuan pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa laporan keuangan yang wajar adalah yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum (di Indonesia: Prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah yang dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan, di USA: Generally Accepted Accounting Principles), diterapkan secara konsisten dan tidak

Menurut Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang tersebut dinyatakan; ”Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi, mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.” Dalam pasal 1 ayat 3 nya dinyatakan; ”Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.” Dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pemeriksaan yang menjadi tugas BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara yang mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Terdapat tiga jenis pemeriksaan yang menjadi kewenangan BPK, antara lain:

1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Ini dilakukan dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan dan bagi pemerintah dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif.

3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. (termasuk 3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. (termasuk

Seluruh pemeriksaan tersebut pelaksanaannya didasarkan pada suatu standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional setelah melakukan konsultasi dengan pihak pemerintah serta organisasi profesi di bidang pemeriksaan.

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Dalam pasal 29 dinyatakan bahwa; ”(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (2) Untuk keperluan pemeriksaan petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.” Dalam pasal 1 ayat 24 dinyatakan bahwa ”Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.” Dalam penjelasan pasal 29 ayat 2 disebutkan; petugas pemeriksa harus telah mendapatkan pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak. Dalam menjalankan tugasnya petugas pemeriksa harus bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengertian, sopan, dan objektif serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.

Menurut Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan

Dalam pasal 1 butir 20 Undang-undang tersebut dinyatakan; ”Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang Dalam pasal 1 butir 20 Undang-undang tersebut dinyatakan; ”Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang

Dalam pasal 86 ayat 1 nya dinyatakan; ”Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit kepabeanan terhadap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49” Dan dalam pasal 1 butir 11 Undang-undang tersebut dinyatakan; ”Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang- undang ini.” Dalam penjelasan pasal 86 ayat 1 dinyatakan bahwa audit kepabeanan dilakukan dalam rangka pengawasan sebagai konsekuensi diberlakukannya: sistem self assesment; ketentuan nilai pabean berdasarkan nilai transaksi; pemberian fasilitas tidak dipungut, pembebasan, keringanan, pengembalian, atau penangguhan bea masuk yang hanya dapat diawasi dan dievaluasi setelah barang impor keluar dari kawasan pabean. Dalam penjelasan pasal 86 ayat 1a dinyatakan pula bahwa audit kepabeanan bukan merupakan audit untuk menilai atau memberikan opini tentang laporan keuangan, tetapi untuk menguji tingkat kepatuhan orang terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang kepabeanan. Laporan keuangan diminta dengan tujuan hanya untuk memastikan bahwa pembukuan yang diserahkan adalah pembukuan yang sebenarnya digunakan untuk mencatat kegiatan usahanya yang pada akhir periode diikhtisarkan dalam laporan keuangan. Selain itu, dengan laporan keuangan, pejabat bea dan cukai dapat memperoleh informasi mengenai kegiatan orang yang berkaitan dengan kepabeanan. Ada beberapa hal yang dapat diambil dari pasal-pasal tersebut, antara lain; Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang. Kedua, pemeriksaan dilakukan oleh auditor (pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan audit) dengan dibekali surat tugas audit. Tidak setiap pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berwenang melaksanakan audit kepabeanan. Ketiga, tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan orang terhadap peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.

Menurut Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai

Dalam pasal 1 butir 19 Undang-undang tersebut dinyatakan; “Audit cukai adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan perUndang-undangan di bidang cukai.” Dalam pasal 39 ayat 1 nya dinyatakan; “Pejabat bea dan cukai berwenang melakukan audit cukai terhadap pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna barang kena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.” Dan dalam pasal 1 butir 15 Undang-undang tersebut dinyatakan; “Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang- undang ini.” Dalam penjelasan pasal 39 ayat 1 dinyatakan bahwa audit cukai dimaksudkan untuk menilai kepatuhan pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna barang kena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, terhadap ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang cukai. Ada beberapa hal yang dapat diambil dari pasal-pasal tersebut, antara lain; Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang. Kedua, pemeriksaan dilakukan oleh auditor (pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan audit) dengan dibekali surat tugas audit. Tidak setiap pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berwenang melaksanakan audit cukai. Ketiga, tujuan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan orang terhadap peraturan perundang-undangan di bidang cukai.

B. Perbedaan Auditing dan Accounting (Akuntansi)

Terdapat perbedaan yang mendasar antara auditing dengan accounting. Menurut Sukrisno Agoes (2004;7) bahwa Auditing mempunyai sifat analitis, karena auditor (akuntan publik) memulai pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keuangan (financial statement), lalu dicocokkan dengan neraca saldo (trial balance), buku besar (general ledger), buku harian (special journals), bukti-bukti pembukuan (documents) dan sub buku besar (sub-ledger).

Sedangkan accounting (akuntansi) mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku besar, neraca saldo sampai laporan keuangan. Akuntansi disusun dan dibuat oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi) dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan sedangkan auditing dilakukan oleh auditor (pemeriksa) yang apabila dari akuntan publik (khususnya financial audit) dengan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik, Aturan Etika IAI Kompartemen Akuntan Publik dan Standar Pengendalian Mutu. Perbedaan auditing dengan accounting dapat digambarkan sebagai berikut (Sukrisno Agoes, 2004:7);

Gambar 1.1. Perbedaan Auditing dan Accounting

Transaksi yang mempunyai nilai uang

Laporan pembukuan

Subsidiary Ledger

Accounting (Konstruksi)

Auditing (Analisis)

Gambar 1.2. Accounting and Auditing Contrast

Accounting

Pencatatan transaksi Laporan Keuangan dan penyusunan

(penghubung) GAAP

Laporan Keuangan Evaluasi

Auditing

Sumber: Konrath, (2002:9)

C. Jenis-jenis Audit

Menurut Sukrisno Agoes (2004;9) ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas:

1. General Audit (Pemeriksaan Umum)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP Independen dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan ini harus dilakukan sesuai Standar Profesional/Akuntan Publik dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Aturan Etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta Standar Pengendalian Mutu.

2. Special Audit (Pemeriksaan Khusus)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP Independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Dalam kasus tersebut prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana modusnya.

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas;

1. Management Audit (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasional tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

Pendekatan audit yang dilakukan adalah dengan menilai efisiensi, efektivitas dan keekonomisan masing-masing fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Misalnya fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi produksi, fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi personalia (sumber daya manusia), fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Biasanya audit prosedur yang dilakukan mencakup:

• Analytical review procedure, yaitu membandingkan laporan keuangan periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya serta analysis ratio (misal menghitung ratio likuiditas, rentabilitas, dan aktivitas baik untuk tahun berjalan maupun tahun lalu, dan membandingkannya dengan ratio industri)

• Evaluasi atas management control system yang terdapat di perusahaan. Antara lain tujuannya untuk mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian

manajemen dan internal control yang memadai dalam perusahaan, untuk menjamin keamanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan-kecurangan.

• Compliance Test (Pengujian Ketaatan), yaitu untuk menilai efektifitas internal control dan sistem pengendalian manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan, sehingga dapat diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan.

Dalam management audit terdapat 4 (empat) tahapan, yaitu; 1). Preliminary Survey (Survei Pendahuluan)

Untuk mendapatkan gambaran bisnis perusahaan. Dilakukan tanya jawab dengan manajemen dan staf perusahaan serta dengan menggunakan questionnaires.

2). Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen) Untuk mengevaluasi dan menguji efektifitas pengendalian manajemen perusahaan. Dengan menggunakan management control questionnaires (ICQ), flow chart dan penjelasan narrative serta dilakukan tes atas beberapa transaksi (walk through the documents)

3). Detailed Examination (Pengujian Terinci) Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui apakah prosesnya sesuai kebijakan manajemen. Auditor harus melakukan observasi kegiatan dari fungsi-fungsi yang terdapat di perusahaan.

4). Report Development (Pengembangan Laporan) Auditor membuat laporan mirip dengan management letter, karena isinya audit findings (temuan pemeriksaan) mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku yang mengakibatkan inefisiensi, inefektifitas dan pemborosan dan kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen (management control system) di perusahaan. Auditor juga memberikan saran- saran perbaikan.

Management audit dapat dilakukan oleh internal auditor, KAP, maupun management consultant. Yang penting tim management audit harus mencakup berbagai disiplin ilmu misalnya akuntan, ahli manajemen produksi, pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, dan lain-lain.

2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)

Untuk mengetahui apakah sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan- kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen/dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan lain- lain).

3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern)

Pemeriksaan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Biasanya pemeriksaan lebih rinci dibandingkan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena dianggap oleh pihak-pihak luar bahwa internal auditor tidak independen. Biasanya berisi temuan pemeriksaan (auditor findings) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, serta saran-saran perbaikannya.

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan EDP (Electronic Data Processing) System. Metode yang dilakuan auditor adalah ; 1). Audit arround the computer

Auditor memeriksa input dan output dari EDP System tanpa melakukan test terhadap proses dalam sistem tersebut.

2). Audit through the computer Audit selain hal tersebut diatas, juga melakukan test terhadap proses sistem tersebut. Pengetesan merupakan complience test dengan menggunakan generalized audit software dan memasukkan dummy data (data palsu) untuk mengetahui apakah data palsu tersebut diproses sesuai dengan system yang seharusnya. Dalam mengevaluasi internal control atas EDP system, auditor mengunakan internal control questionnaires untuk EDP system.

Internal control dalam EDP system terdiri dari: General control, yaitu berkaitan dengan organisasi EDP departement, prosedur dokumentasi, testing dan otorisasi dari original system dan setiap perubahan yang akan dilakukan terhadap sistem tersebut. Juga yang berkaitan dengan control yang terdapat dalam hardwarenya.

Aplication control, berkaitan dengan pelaksanaan tugas khusus yang dilakukan oleh EDP department. Misalnya membuat daftar gaji. Dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa data yang diinput, processing data, output dalam bentuk print out telah dilakukan secara akurat sehingga menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

D. Profesi Akuntan di Indonesia dan di Negara Lain

Perlu sekilas kiranya sebagai wawasan diberikan pengetahuan tentang beberapa profesi akuntan baik di Indonesia maupun di negara lain. Agar dapat bermanfaat pada saat implementasi audit di lapangan.

Pemakaian gelar akuntan dilindungi oleh Undang-Undang Pemakaian Gelar Akuntan tahun 1954. Mereka yang berhak menggunakan gelar tersebut adalah lulusan fakultas ekonomi negeri jurusan akuntansi (UI, Gama, Unpad, Undip, Unsrat, Unibraw,

Unud, Andalas, Syah Kuala), lulusan STAN (Dilpoma IV), dan lulusan fakultas ekonomi swasta yang telah lulus ujian negara dan UNA Dasar serta UNA Profesi.

Untuk mendapatkan gelar akuntan, harus mengikuti pendidikan profesi akuntan di perguruan tinggi tertentu dan mengambil antara 20-30 SKS dan harus mendaftar ke Departemen Keuangan untuk mendapatkan nomor registrasi dimulai dari A dan D. (sudah sekitar 50.000 an)

Untuk dapat melakukan praktek sebagai akuntan publik, akuntan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Departemen Keuangan. Antara lain harus lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang diselenggarakan oleh IAI dan Departemen Keuangan. (sampai dengan 2002 yang sudah lulus USAP dan bersertifikat akuntan publik berjumlah 50 an orang)

Seorang yang sudah memiliki nomor register, dapat memilih profesi sebagai; - akuntan publik (eksternal auditor); dengan memiliki atau bekerja di KAP - internal auditor; bekerja di internal audit department perusahaan swasta atau satuan

pengawas intern di BUMN - government auditor; bekerja di BPKP, BPK atau inspektorat jenderal suatu departemen - financial accountant; bekerja di bagian akuntansi keuangan - cost accountant; bekerja dibagian akuntansi biaya - management accountant; bekerja di bagian akuntansi manajemen - tax accountant; bekerja di bagian perpajakan suatu perusahaan atau di direktorat

jenderal pajak - akuntan pendidik; bekerja sebagai pengajar/dosen Di negara lain seperti Amerika , untuk medapatkan gelar Certified Public Accountant (CPA) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh AICPA (American Institute of Certified Public Accountant), untuk mendapatkan gelar CIA (Certified Internal Auditor) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh IIA (Institute of Internal Auditor), untuk mendapatkan gelar CMA (Certified Management Accountant) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh IMA (Institute of Management Accountant)

Di Inggris, untuk mendapat gelar CA (Charactered Accountant) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh UK Accountant Association. Di Singapore, untuk mendapatkan gelar CA (Charactered Accountant) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh Singapore Accountant Association

2.2. Latihan 1

Cobalah berikan jawaban secara ringkas dan jelas beberapa soal latihan berikut ini;

1. Jelaskan beberapa pengertian pemeriksaan!

2. Apakah ada perbedaan antara auditing dengan accounting ? Jelaskan !

3. Cobalah berikan ringkasan tentang jenis-jenis audit !

4. Jelaskan secara prinsip tentang audit kepabeanan apabila dikaitkan dengan auditing oleh Kantor Akuntan Publik !

5. Bacalah artikel Kompas berikut ini dan apa kaitannya dengan pemeriksaan !

Senin, 29 Oktober 2007

Administrasi Keuangan KY Bentuk Satgas Sistem Akuntansi Jakarta, Kompas - Komisi Yudisial atau KY membentuk unit organisasi tersendiri yang bertugas dan

bertanggung jawab melaksanakan sistem akuntansi instansi. Pembentukan unit ini dilakukan sebagai tindak lanjut hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan untuk tahun anggaran 2006. Dalam laporan auditnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai laporan keuangan KY disajikan dengan wajar dalam semua hal yang material. Realisasi anggaran tahun 2006 juga dinilai sesuai dengan standar akuntansi pemerintah, kecuali dalam hal penerimaan donor dari Partnership senilai Rp 1,37 miliar. Penggunaan dana hibah itu tak dicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran KY tahun 2006. Meskipun demikian, BPK menyampaikan sejumlah catatan, yaitu terkait unit penanggung jawab sistem keuangan instansi, belum dibayarkannya pajak penghasilan honor komisioner KY (uang representasi) selama 2006, dan laporan dana hibah. Sekretaris Jenderal KY Muzayyin Mahbub saat dikonfirmasi mengenai hasil audit BPK ini, Minggu (28/10) di Jakarta, mengakui, sudah menindaklanjuti audit BPK itu. Unit organisasi yang bertanggung jawab tentang sistem akuntansi sudah dibentuk sejak beberapa waktu lalu. Demikian pula dengan pembayaran pajak penghasilan uang representasi komisioner KY. "Pajak penghasilan sudah dibayar. Ini hanya masalah perbedaan persepsi antara teman di bagian keuangan dan BPK," ujarnya. Muzayyin menambahkan, perbedaan persepsi juga terjadi dalam memandang perlu tidaknya sistem akuntansi instansi dalam unit tersendiri. Unit itu tidak dibentuk karena digabungkan dengan bagian keuangan yang secara fungsional menjalankan tugas itu. "KY ini kan organisasinya kecil," ujarnya lagi. (ana)

2.3. Rangkuman

Banyak pengertian yang dikemukakan tentang pemeriksaan/ audit. Pada intinya pengertian-pengertian tersebut memiliki makna yang hampir sama, yang membedakan adalah pelaksana dan tujuan pemeriksaannya. Pengertian pemeriksaan/ audit dalam arti luas adalah evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, obyektif dan tidak memihak yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subyek dari audit telah dilaksanakan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

Perbedaan mendasar antara auditing dengan accounting adalah : - Auditing mempunyai sifat analitis, karena auditor (akuntan publik) memulai pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keuangan, lalu dicocokkan dengan neraca saldo, buku besar, buku harian, bukti-bukti pembukuan dan sub buku besar.

- Auditing dilakukan oleh auditor. - Auditing berpedoman pada Standar Akuntan Publik, Aturan Etika IAI Kompartemen

Akuntan Publik dan Standar Pengendalian Mutu (untuk audit oleh akuntan publik). - Accounting mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku, neraca saldo sampai laporan keuangan.

- Accounting disusun dan dibuat oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi). - Accounting berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan.

Jenis-jenis audit ditinjau dari luasnya adalah : general audit (pemeriksaan umum) dan special audit (pemeriksaan khusus). Jika ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit dibagi atas : management audit (operational audit), compliance audit (pemeriksaan ketaatan), internal audit (pemeriksaan intern) dan computer audit.

Yang berhak menyandang gelar akuntan adalah mereka yang telah lulus dari fakultas ekonomi negeri jurusan akuntansi (UI, Gama, Unpad, Undip, Unsrat, Unibraw, Unud, Andalas, Syah Kuala), lulusan STAN (Diploma IV), dan lulusan fakultas ekonomi swasta yang telah lulus ujian negara dan UNA Dasar serta UNA Profesi, serta telah mengikuti pendidikan profesi akuntan di perguruan tinggi tertentu dan mengambil antara

20-30 SKS dan harus mendaftar ke Departemen Keuangan untuk mendapatkan nomor registrasi.

Untuk dapat melakukan praktek sebagai akuntan publik, akuntan harus lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang diselenggarakan oleh IAI dan Departemen Keuangan.

3. KEGIATAN BELAJAR (KB) 2 STANDAR PROFESIONAL PEMERIKSA DAN KODE ETIK PEMERIKSA

3.1. Uraian, Contoh dan Non Contoh

Pada bagian modul ini penulis akan menjelaskan materi tentang : a. Standar Profesional Akuntan Publik b. Kode Etik Akuntan di Indonesia

A. Standar Profesional Akuntan Publik

Menurut Sukrisno Agoes (2004;28), dalam Konggres ke VII IAI tahun 1994 telah disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar isinya sebagai berikut:

1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik

2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan

3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan

4. Pernyataan jasa akuntansi dan review. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar, yaitu:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA)

2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT)

3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR)

4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK)

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSPM) Menurut PSA No.01 (SA Seksi 150), standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. ”Prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilakukan, sedangkan

”standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing mencakup mutu profesional auditor dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.

Terdapat sepuluh standar auditing yang telah ditetapkan oleh IAI sebagaimana Gambar 2.1., yaitu;

Gambar 2.1. Hirarki Standar Auditing

Standar Auditing Landasan Konseptual Landasan Konseptual

Standar Umum Standar Pekerjaan Standar Pelaporan

Lapangan

Keahlian dan pelatihan

Pernyataan tentang teknis yang memadai

Perencanaan dan supervisi

audit

kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi

Independensi dalam sikap

Pemahaman yang memadai yang berlaku umum

mental

atas pengendalian intern

Pernyataan mengenai

Penggunaan kemahiran

Bukti audit kompeten yang ketidakkonsistensian

profesional dengan cermat

penerapan prinsip akuntansi dan seksama

cukup

yang berlaku umum

Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan

Pernyataan pendapat atas

laporan keuangan secara keseluruhan

Landasan Operasional Landasan Operasional

Standar Auditing

Standar

Standar

Auditing Auditing (PSA)

Interpretasi Pernyataan

Interpretasi

Pernyataan Pernyataan Standar

Standar Standar Auditing

Auditing (PSA)

Auditing

(PSA) (PSA)

Sumber : SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI 2001 : 001.12)

Standar Umum :

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Standar Pekerjaan Lapangan :

4. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

5. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

6. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Standar Pelaporan :

7. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.

8. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

10. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

B. Kode Etik Akuntan di Indonesia

Selain Standar Profesional Akuntan Publik, seorang akuntan juga harus memenuhi Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi oleh akuntan publik.

Berkaitan dengan Kode Etik Akuntan Indonesia pada prinsipnya menurut Sukrisno Agoes (2004;40) adalah suatu pedoman bagi para anggota IAI untuk bertugas secara bertanggung jawab dan obyektif. Karena jasa yang diberikan kepada pihak lain berupa pengetahuan dan keahliannya sehingga auditor harus memiliki rasa tanggung jawab kepada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh jasanya itu.

Secara garis besar kode etik akuntan di Indonesia dapat dilihat pada Kerangka Kode Etik IAI sebagaimana digambarkan pada Gambar 2.2 sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Kode Etik IAI

Tanggung Jawab Profesi Kepentingan Umum

(Publik) Integritas

Obyektivitas IAI - PUSAT

PRINSIP

ETIKA

Kompetensi dan

Kehati-hatian Profesional Kerahasiaan Perilaku Profesional

500 RAPAT Independensi

Tanggung ANG- Integritas

Jawab Dari GOTA Obyektivitas

Praktik Lain KAP Akuntansi

Prinsip

Kepada Klien

ATURAN ETIKA

IAI – KAP

TANYA DAN

DEWAN

JAWAB SPAP

Sumber : SPAP IAI 2001 : 20000.7

3.2. Latihan 2

1. Untuk akuntan publik Saudara telah mengenal Standar Profesional Akuntan Publik, coba Saudara cari 1 (satu) contoh standar profesional untuk auditor selain akuntan publik, bisa dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan (Itjen), Direktorat Jenderal Pajak atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kemudian buatlah resumenya.

2. Coba Saudara buat contoh kondisi yang menyebabkan auditor tidak bisa bertindak secara independen dalam melakukan audit!

3.3. Rangkuman

Standar Auditing untuk Akuntan Publik terdiri dari :

A. Standar Umum :

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

B. Standar Pekerjaan Lapangan :

4. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

5. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

6. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

C. Standar Pelaporan :

7. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.