SOSIOLOGI materi Struktur sosial .docx

SOSIOLOGI
STRUKTUR SOSIAL
1. Struktur Sosial dan Fungsi Sosial
Dalam menganalisi masyarakat lebih sistematik, sosiologi
membedakan dua aspek masyarakat, yaitu struktur sosial dan
fungsi sosial dua istilah teknis itu kiranya dapat kita sebut “susunan
masyarakat” dan “tugas (fungsi) masyarakat”. Struktu sosial
hendak menggambarkan aspek statis dari masyarakat, sedangkan
fungsi sosial hendak menggambarkan aspek dinamikanya. Comte
sendiri membuat pembedaan demikian dengan maksud agar tubuh
masyarakat sebagai keseluruhan dapat dipelajari lebih cermat dan
dapat menghasilkan kesimpulan atau keterangan yang lebih terinci
dan lebih tepat. Pengertian struktur sosial dan fungsi sosial
merupakan dua pengertian yang satu tidak dapat ada tanpa yang
lain. Jelasnya, struktur sosial mengandalkan adanya fungsi sosial,
dan fungsi sosial mengandalkan adanya struktur sosial. Dalam
uraian ini terlebih dahulu akan dibahas pengertian struktur sosial,
kemudian pengertian fungsi sosial.

2. Struktur Sosial
a. Arti Etimologis

Kata sosial tidak akan kami terangkan karena kami anggap sudah
jelas. Kata “Struktur” berasal dari kata latin structum yang berati
“menyusun”, “membangun”, “mendirikan”. Dari kata Structum
diturunkan kata structura yang berarti “susunan” atau “bangunan”.
Untuk bangunan sebuah gedung lebih umum dipakai istilah
“konstruksi” yang berarti sebuah “kerangka” yang merupakan hasil
perpaduan bahan-bahan dari kayu atau besi menurut seni teknologi
tertentu. Kerangka itu harus dibuat sedemikian kuat sehingga sanggup
menopang bangunan lengkapnya. Kata “konstruksi” memang tidak
lazim dipakai untuk “bangunan” yang disebut masyarakat. Istilah yang
lazim untuk masyarakat bahkan sebagai istilah teknis ilmiah, ialah
struktur sosial (social structure). Jadi menurut arti estimologis kata
struktur sosial berarti “susunan masyarakat”. Seperti akan diterangkan
dibawah, yang disebut masyarakat memang suatu susunan yang terdiri
dari bagian-bagian yang telah dipersatukan.

b. Arti Definitif

Sturktuk sosial ialah skema penempatan nilai-nilai sosio-budaya dan
organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi

berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan
demi kepentingan masing-masing bagian untuk jangak waktu yang
relatif lama.

c. Penjelasan Umum
Skema yang jelas, komprehensif dan koekstensif perlu dibuat.
Dalam skema itu harus tercakup jenis-jenis nilai sosio-budaya dan jenis
kompenen-kompenen sosial yang ada dalam masyarakatnya yang
sedang dipelajari. Semuanya itu haarus dirangkum dalam kesatuan
yang terpadu dan benar-benar mencerminkan kerangka pikiran
masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, skema itu bukanlah
suatu ciptaan subjektif seorang pengammat sosial, melainkan
merupakan hasi; obejek penelitian ilmiah.
Dari skema itu dapat diketahui bahwa masyarkat sebagai organisme
sosial yang tertinggi mempunyai fungsi yang paling umum. Fungsi
umum itu hanya dapat dilaksanakan dengan baik jika komponenkomponen serta suborgan-suborgan yang ada di dalamnya bekerja
dengan baik pula.
Penempatan posisi-posisi yang aktual di dalam skema tidak
diberlakukan secara absolut untuk selama-lamanya. Dengan kata lain,
skema itu dibuat sekedar untuk mencerminkan pandangan hidup

masyarakat pada waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan starategisorganisatorin waktu itu. Jika kalau zaman berganti, kebutuhan berubah,
dan pandangan masyarakat tentang tata nilai mengalami perubahan
pula, struktur sosial yang lama tidak perlu dipertahankan. Betapapun
suatu struktur masyarakat dianggap sebagai yang paling baik dan
paling sesuai untuk waktu tertentu, tidak dapat dikatakan bahwa
struktur-struktur itu akan tetap paling cocok untuk zaman yang sudah
berubah. Struktur yang lama tidak dapat memberi jaminan yang pasti
bahwa ia sanggup memenuhi kebutuhan masyarakat yang telah
berubah. Maka, satu-satunya jalan yang baik ialah menyesuaikan
struktur sosial yang lama dengan situasi yang baru. Dari pengalaman
terbukti bahwa suatu struktur sosial dari suatu masyarakat dapat
bertahan lama. Hal demikian membawa keuntungan, yakni stabilitas
masyarakat tidak terganggu dan perencanaan yang telah dibuat oleh
pemerintah bersama rakyat dapat dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu yang bebas dari gangguan perubahan. Jadi, pada prinsipnya
dapat dikatakan bahwa struktur sosial dapat berubah, bahkan pada
situasi dan kondisi tertentu harus diubah.

d. Penjelasan Khusus
Yang dimaksud dengan nilai-nilai sosio-budaya ialah ajaran agama,

ideologi dan kaidah-kaidah moral serta peraturan sopan santun yang
dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Semuanya mendapatkan
tempat sendiri di dalam masyarakat.
Yang dimaksud dengan organ-organ masyarakat ialah semua
komponen-komponen yang bersama-sama mewujudkan masyarakat.
Komponen-komponen itu berupa kelompok-kelompok sosial, lembagalembaga atau intitusi-institusi sosial. Tempat yang diberikan
masyarakat kepada mereka tergantung pada tinggi rendahnya wujud
nilai sosial yang mereka usahakan. Jadi organ-organ tersebut tidak lain
adalah wadah-wadah kegiatan warga masyarakat yang mengusahakan
nilai-nilai tertentu menjadi wujud yang nyata dan dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan. Di dalam organ masyarakat itu juga tertampung
nilai-nilai kekuasaan dan kepemimpinan masyarakat. Dalam
kenegaraan organ-organ demikian disebut organ-organ pemerintahan,
seperti badan legislatif, bdan eksekutif, badan yudikatif, dewan
pertimbangan agung dan sebagainya. Seluruh organ pemerintahan
merupakan sebuah struktur tersendiri yang disebut struktur
pemerintahan.

e. Lokasi
Struktur sosial ada di dalam pikiran sebagian besar warga

masyarakat, khususnya golongan inteligensia. Mereka pada umumnya
mempunyai suatu skema atau gambaran yang kurang lebih sama
mengenai tempat nilai-nilai sosial, serta organ-organ yang ditemukan
di dalam buku-buku yang mempelajari ilmu manusia pada umumnya,
khususnya buku-buku ilmu kebudayaan, politik, hukum, sosiologi.
Namun tidak satu pun buku-buku tersebut memuat daftar nilai-nilai
sosio-budaya suatu masyarakat secara lengkap. Biasanya dalam
mukadimah undang-undang dasar negara, dalam anggaran dasar
yayasan dan lembaga kemanusiaan, dapat ditemukan skema
penempatan nilai-nilai menurut hierarki yang dianggap sesuai dengan
masyarakat atau lingkungan yang bersangkutan.
Sebagai contoh, kita dapat memperlihatkan pancasila, dasar negara
republik Indonesia. Di sini dapat kita temukan suatu struktur nilai sosiobudaya masyarakat indonesia, meski tidak lengkap. Pada tempat yang
tertinggi dicantumkan nilai ketuhanan kemudian nilai kemanusiaan,
disusul dengan nilai kesatuan bangsa, nilai kerakyatan atau demokrasi
dan nilai keadilan sosial
Jenjang hierarki tersebut disusun menurut sudut pandang politik,
jadi yang ditampilkan hanya nilai-nilai yang penting. Dengan melihat

tata urut itu dapat kita ketahui tempat organ-organ masyarakat yang

menjabarkan nilai-nilai yang masih abstrak tersebut menjadi kenyataan
yang konkret, yang dapat dinikmati seluruh bangsa.

f. Jenis-Jenis Struktur Sosial
Struktur sosial sebagai sasaran sosiologi yang baru kita bicarakan di
atas termasuk struktur dari masyarakat makro. Secara nominatif
jumlah masyarakat makro hampir tidak terhitung. Telah disinggung
pula bahwa di dalam masyarakat makro terdapat organ-organ masingmasing mempunyai struktur sendiri. Masalah yang hendak kita
bicarakan di sini ialah bagaimana sejumlah tentang besar struktur
sosial, baik yang makro maupun mikro, dapat di sederhanakan dalam
beberapa kelas atau jenis. Para ahli telah mencoba mengklasifikasikan
struktur sosial dalam beberapa golongan, yakni:

I.

Struktur Kaku dan Struktur Luwes

Suatu struktur sosial disebut struktur kaku (rigid) kalau struktur
tersebut sama sekali tidak dapat di ubah, atau sekurang-kurangnya
orang menghadapi kesulitan besar untuk menyesuaikan struktur itu

dengan situasi baru. Jika struktur itu diubah, akibat yang muncul serta
negatif. Fungsi Struktur tersebut akan berhenti sama sekali, atau
berjalan tersendat-sendat sehingga hasilnya tidak memuaskan lagi.
Misalnya, permainan sepak bola berjalan memuaskan apabila setiap
tempat dari setiap pemain terisi oleh pemain yang bersangkutan. Jika
dalam pertandingan resmi seorang pemain jatuh sakit dan
penggantinya yang kompeten tidak hadir, pertandingan akan
dihentikan. Jika kalau permainan diteruskan, mutu permainan tidak
akan memuaskan.
Struktur luwes (elastic) adalah kebalikan dari struktur kaku. Suatu
struktur disebut luwes apabila struktur itu membiarkan perubahanperubahan terjadi dalam pola susunannya. Walaupun komposisi
berubah, fungsi tidak terganggu dan mutu dari hasil yang ditargetkan
tidak mengalami kemunduran. Petugas-petugas dalam situasi yang
baru dengan mudah dapat menyesuaikan diri. Misalnya, struktur dalam
permainan kasti. Apabila jumlah pemain lebih dari yang ditentukan,
permainan masih berjalan baik, mutu tidak berkurang. Demikian pula
dalam sebuah acara yang disusun oleh panitia penyelenggara resepsi
perkawinan yang menampilkan nomor-nomor hiburan. Untuk

menunjukkan bahwa acara itu luwes dalam surat undangan ditulis.

“Jika perlu acara dapat diubah”.

II.

Struktur Formal dan Struktur Informal
Suatu struktur disebut struktur formal atau struktur resmi jika
struktur itu diakui pihak yang berwenang dengan ketetapan hukum.
Struktur informal atau tek resmi ialah struktur yang nyata ada dan
berfungsi, tetapi tidak diakui oleh pihak yang berwenang, atau tidak
berketetapan hukum. Bagi yang berwenang struktur itu secara resmi
dianggap tidak ada. Struktur informal sering muncul apabila struktur
resmi tidak mampu memenuhi keinginan anggota-anggotanya karena
tidak sanggup menyesuaikan diri dengan struktur informal. Tercapainya
maksud itu merupakan hal yang menggembirakan, terutama bagi
pendukung struktur informal atau struktur tandingan, sebaliknya jika
struktur resmi tidak mau mengakui struktur informal, bentrokan terjadi,
terutama dalam organisasi keagamaan dan kepartaian.
Kehidupan struktur resmi dapat pula terancam oleh munculnya
struktur tak resmi jika tujuan kedua struktur itu jauh berbeda. Dalam
hal ini, jalan yang dapat ditempuh untuk mengatasi perpecahan antara

lain:

III.

 Mengurangi kembali tujuan struktur baru dengan
menunjukkan kesesuaian dan perbedaannya dengan tujuan
struktur lama.
 Membentuk struktur organisasi baru yang merupakan hasil
kompromi unsur-unsur kedua struktur.
 Mengeluarkan unsur-unsur yang mempunyai tujuan lain dari
struktur resmi.
Struktur Homogen dan Struktur Heterogen

Sebuah struktur disebut struktu homogen (homogeneous structure)
bila mana semua unsur di dalamnya mempunyai pengaruh yang sama
terhadap dunia luar. Sebagai contoh yang sederhana kita ambil lagi
kesebelasan sepak bola. Dalam struktur itu setiap anggota di beri
kesempatan yang sma dan oleh karenanya juga mempunyai pengaruh
yang sama untuk menyukseskan pertandingan kelompoknya. Nama
lain kesebelasan itu bukan monopoli seorang anggota tertentu, tetapi

milik bersama.
Sebuah struktur disebut struktur heterogen (heterogeneous
structure) jika unsur-unsur yang ada di dalamnya tidak mempunyai
kedudukan yang sama dalam memberi pengaruh ke dalam dan ke luar.
Dalam kebanyakan struktur sosial yang ada dalam organisasi besar,
seperti organisasi kenegaraan, kepegawaian, ekonomi, pendidikan,
dijumpai jenis struktur heterogen. Di sini terdapat unsur struktur yang

mempunyai pengaruh paling besar sampai paling kecil. Jadi hierarki
proses tidak mempunyai pengaruh sejajar dengan hierarki kekuasaan
yang ada dalam struktur itu. Dalam organisasi serikat buruh, misalnya
terdapat beberapa pemimpin yang berpengaruh sangat besar,
sedangkan sebagian besar anggota hampit tidak mempunyai pengaruh
terhadap jalannya organisasi. Mereka harus menerima keadaan
demikian dengan rasa senang atau tidak senang.

IV.

Struktur Mekanis dan Struktur Stastistik
Struktur mekanis (mechanical structure) ialah suatu struktur yang

menuntut posisi yang tetap sama dari anggota-anggotanya agar dapat
menjalankan posisi yang tetap sama dari anggota-anggotanya gar
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Perubahan posisi satu
unsur manapun juga akan menimbulkan perubahan seluruh struktur.
Perubahan itu mengakibatkan perubahan cara kerja semula, bahkan
dapat terjadi struktur yang telah berubah itu tidak bekerja sebagai
mana mestinya. Contoh sedderhana adalah struktur keluarga.
Kedudukan tiap-tiap anggota- bapak, ibu, anak, pembantu- merupakan
suatu mekanisme yang tidak dapat ditukarbalikkan tanpa menimbulkan
dampak yang merugikan. Misalnya, kalau bapak rumah tangga jatuh
sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit- sedangkan anak-anaknya
masih kecil- maka kehidupan keluarga akan terganggu. Gangguan
berat dialami pula oleh suatu keluarga, bila sang ibu diceraikan oleh
sang ayah. Anak yang mengikuti ibu di bawah asuhan “ayah” lain,
demikian pula anak yang tinggal bersama ayah di bawah asuhan “ibu”
lain, akan mengalami gangguan pribadi yang dalam.
Struktur statistik (statistical structure) adalah struktur yang dapat
berfungsi dengan baik jika persyaratan jumlah anggota tertentu
dipenuhi. Perubahan dalam satu dua unsur tidak menimbulkan
gangguan yang berarti bagi seluruh struktur. Struktur tidak perlu
diubah selama jumlah unsur yang berubah tidak melampaui batas
tertentu. Struktur statistik biasanya dikenakan pada satuan kategorial
yang berjumlah anggota besar. Anggota-anggota struktur dapat dikenal
dari daftar statistik setempat. Sebagai contoh dapat diambil satu
angkatan polisi di dalam satu wilayah. Kabupaten M misalnya
mempunyai penduduk 2.000.000 jiwa. Untuk pembinaan tata tertib dan
keamanan yang wajar dibutuhkan satu angkatan polisi berjumlah 2.000
orang. Itu berarti 1 orang polisi untuk 1.000 penduduk. Jika ternyata
jumlah polisi hanya 1.000 orang, kekurangan tenaga polisi sebesar
1.000 orang akan membuat struktur yang dibuat semula tidak efisien
lagi karena dalam figurasi yang kedua itu terkandung sebuah
konsekuensi yang tak terelakan.

V.

Struktur Kewibawaan dan Struktur Kerja Sama
Dua ungkapan jenis struktur di atas mungkin menimbulkan
kesalahfahaman. Yang kami maksud dengan ungkapan struktur
kewibawaaan adalah struktur atas dasar kewibawaan, sedangkan
struktur kerja sama adalah struktur atas dasar kerja sama.
Struktur atas dasar kewibawaan dibuat oleh anggota-anggota
dengan berpegang pada prinsip yang mereka setujui bersama:
berpemimpinan yang tegas. Sebaliknya di tuntut pula ketaatan yang
tegas dari setiap anggota. Dalam struktur ini para anggota tidak
mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat, juga tidak ikut
mengambil keputusan. Wewenang itu diserahkan kepada unsur
pimpinan. Orang memilih struktur ini karena berharap dengan struktur
ini akan tercapai suatu prestasi dengan kepastian moral yang lebih
tinggi.
Struktur atas dasar kerja sama adalah kebalikan dari struktur atas
dasar kewibawaan. Prinsip yang dipegang bukan kewibawaan,
melainkan musyawarah. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat mengenai hal-hal yang bersangkutan
dengan apa dan bagaimana usaha bersama itu akan dilaksanakan.
Gagasan utama yang melandasi cara kerja demikian ialah bahwa
semua pihak mempunyai keyakinan yang sama yaitu bahwa setiap
anggota lebih menyadari liku-liku persoalan yang dihadapinya dalam
situasi konkret dan diandalkan dia lebih tahu mengambil jalan yang
tepat untuk mengatasinya. Dengan demikian dapat dihindarkan
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menentukan kebijakan
seperti jika keputusan itu diambil oleh unsur pimpinan.

VI.

Struktur Atas dan Struktur Bawah

Struktur atas (supra-struktur) diduduki oleh segolongan orang yang
memegang kekuasaan atas bidang politik, ekonomi, kebudayaan.
Mereka menjadikan bidang-bidang itu sebagai landasan untuk
menegakkan dan mengukuhkan kedudukan (status) mereka di
masyarakat, dan dengan demikian menentukan jalannya kehidupan
masyarakat. Daengan landasan politik golongan atas ini menguasai
alat penekan yang bersifat memaksa seperti militer dan polisi. Dengan
landasan ekonomi mereka menguasai alat-alat produksi, yakni tenaga
kerja (budak, buruh), tanah, dan modal (menguasai dalam konteks ini
berarti memiliki). Dengan lain dengan kebudayaan mereka menguasai
dan memonopoli segala jenis dan ilmu pengetahuan. Merekalah yang
menentukan jenis-jenis ilmu pengetahuan mana yang harus
dikembangkan, Menurut arti dan maksud yang telah mereka tentukan
sendiri. Merekalah yang membuat hukum alam semesta dan hukum
kemasyarakatan. Mereka merupakan kekuasaan tunggal agar dapat

menjamin berdiri tegaknya golongan teokrasi, golongan politisi, kaum
hierarkiklerikal, kaum teknokrasi atau biokrasi. Karl Marx menanamkan
golongan atas dengan istilah khas kaum borjuis (borgenoise), yang
dimasukkan ke dalam kelas borjuis bukan hanya para pegawai negeri
tingkat menengah dan tinggi, tetapi juga tuan-tuan tanah, kaum
hartawan dan industriawan, kaum pedagang, kaum bangsawan feodal
dan modern, bahkan juga para pemimpin agama. Seluruh kelas borjuis
dipertentangkan dengan kelas kaum proletar.
Struktur bawah (infra-struktur) adalah tempat bagi kaum proletar.
Golongan atas kelas ini terdiri dari bagian populasi yang sama sekali
tidak mempunyai hak milik (eigendom), tidak mempunyai kekuasaan,
dan tidak mempunyai pengetahuan. Pengertian “tidak punya” menurut
Marx harus dibaca “dibuat tidak punya”.

3. Korelasi Fungsi Sosial dengan Struktur Sosial
Orang membuat struktur tertentu bukan tanpa tujuan yang jelas
apa pun tujuan khusus struktur yang berbeda-beda, secara umum
dapat dikatakan bahwa setiap struktur dibuat agar ia dapat
menjalankan fungsi yang telah ditentukan. Dengan kata lain, struktur
tertentu dibuat untuk fungsi tertentu. Fungsi tertentu hanya dapat
berjalan baik dalam struktur tertentu. Jadi, ada hubungan yang tak
dapat dipisahkan antara struktur sosial dan fungsi sosial. Dengan kata
lain, pengertian struktur sosial dan fungsi sosial merupakan dua
pengertian yang artinya satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.
Struktur mengandaikan fungsi, fungsi mengandaikan struktur.
Pernyataan tersebut di atas dapat dikembalikan ke suatu teori pokok
yang disebut fungsionalisme struktur. Dalam hal itu tekanan
ditempatkan pad fungsi jika tekanan di jatuhkan pada struktur, teori itu
disebut teori strukturalisme fungsional.
Teori fungsionalisme struktural yang diciptakan oleh Talcott Parsons
telah banyak dikritik oleh ahli sosiologi. Namun begitu, teori itu tidak
roboh, sebaliknya menjadi kokoh dan dikembangkan lebih lanjut oleh
pendukung-pendukungnya. Gagasan pokokyan dijadikan pegangan
teori ini ialah bahwa setiap ciptaan diciptakan untuk suatu fungsi
tertentu. Demikian pula, masyarakat manusia (serta organ-organ di
dalamnya) diciptakan oleh manusia dan diberi fungsi tertentu olehnya.
Agar lebih jelas kita ambil contoh beberapa barang (alat) yang dibuat
manusia seperti: meja, kursi, mesin ketik, jam tangan, radio, televisi,
gedung dan lain-lain. Setiap benda tersebut diberi fungsi, agar dapat
memenuhi fungsi itu masing-masing dibuat dari bahan yang sesuai dan
diberi bentuk serta struktur yang sesuai pula (bayangkan fungsi) mesin
ketik dan bagaimana susunan mesin ketik) . Contoh lain yang lebih
mirip dengan masyarakat ialah organisme biologis, misalnya tubuh

manusia. Tubuh manusia merupakan suatu organisme dan setiap
organ, dari yang besar sampai yang terkecil pun, mempunyai peranan
sendiri, terletak pada tempatnya sendiri, namun semuanya tersusun
sedemikian efisien sehingga seluruh tubuh sebagai satu komposisi
dapat bekerja atau berfungsi sebagaimana mestinya, menurut struktur
atau sistem organik yang telah ditentukan oleh alam.
Dari uraian di atas dapat di tarik bebrapa hal berikut:

 Fungsi sosial dapat didefinisikan sebagai “bekerja berdasarkan
struktur yang diarahkan pada terwujudnya suatu tujuan”.
 Fungsi sosial dapat dikatakan juga efektivitas yang muncul dan
struktur sosial, justru karena struktur sosial dibuat untuk
menghasilkan efek yagn ditargetkan.
 Tugas keseluruhan yang diemban masyarakat disebut fungsi umum,
sedangkan sebagian tugas yang dilakukan suatu komponen disebut
fungsi bagian atau peranan (role). Masalah peranan sosial akan
dibahas dalam bab tersendiri.
 Keseluruhan tubuh masyarakat juga disebut sistem sosial karena
masyarakat terdiri dari jalinan kaidah atau peraturan yang kaitmengait untuk mengatur komponen yang satu dengan komponen
yang lain dan semua komponen dengan seluruh tubuh masyarakat.