EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM KEAMANAN BERBA
Journal of Indonesian Public Administration and Governance Studies (JIPAGS)
p-issn: 2549-0435
e-issn: 2549-1431
EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM KEAMANAN BERBASIS TEKNOLOGI
KAMERA PENGAMAN DI KOTA BATAM
Achyar Hanif Siregar*), Didik Syahputra**), Gevrazi***), Dika Aditya Putra****),
dan Baskoro Wicaksono*****)
*) Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
**) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
***) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
****) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Riau
*****) Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru, 28293
E mail: [email protected]
Abstract
Batam is a very rapid business climate growth city in Indonesia. In effort
strengthen it, has formed a security system policy based security camera technology
with intention of creating Batam City as a smart city security field in the Asia
Pacific region. It policy is Batam City Local Regulation Number 2 Of 2007 On
Security System Throught Security Camera In Vital Objects, Public Facilities, And
Spesific Areas In Batam City. Various problems has encountered in last 10 years
including the not ideal security cameras quantity, bad security cameras quality,
and Security Coordinating Board not implemented. From that, this research
purpose is to analyze policy evaluation. Policy evaluation theory used as activity
that concerns policy assessment including substance, implementation, and impact.
Research method used phenomenology descriptive qualitative approach including
primary and secondary data collection techniques, data processing and analysis,
and conclusion. Through this research has found results in evaluation form from
are first, substance assessment need to forward. Second implementation assessment
need to be continue with an improvement. And third, impact assessment need to be
continue with an improvement too.
Keywords: policy evaluation, security system
PENDAHULUAN
diundangkan melalui Peraturan Daerah (Perda)
Kota Batam adalah salah satu daerah dengan
Kota Batam Nomor 2 Tahun 2007 Tentang
pertumbuhan kota
di
Sistem Keamanan Melalui Kamera Pengaman
Indonesia. Banyaknya pembangunan diberbagai
Di Objek Vital, Fasilitas Umum Dan Kawasan
sektor khususnya iklim usaha setiap tahun
Tertentu Di Kota Batam. Hal tersebut dilakukan
menjadikan Kota Batam sebagai destinasi para
guna menciptakan Kota Batam sebagai Smart
pencari kerja baik dari dalam negeri maupun
City bidang keamanan di kawasan Asia-Pasifik
luar negeri. Pada tahun 2007 tidak tanggung-
yakni kota yang ditandai dengan iklim usaha
tanggung sebuah kebijakan sistem keamanan
yang kondusif serta kompetitif. Oleh karena itu,
berbasis
menjadikan tata kehidupan Kota Batam yang
teknologi
yang sangat
kamera
pesat
pengaman
110
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
aman,
nyaman
dan
tentram
sangat sedikit pada tahun 2017 yakni 32 kamera
serta
pengaman di setiap persimpangan jalan.
berkesinambungan telah menjadi tujuan yang
Kedua , dalam permasalahan kualitas
harus dicapai melalui kebijakan ini.
kamera pengaman, Kepala Kepolisian Resor
Dalam kebijakan ini Pemerintah Kota
saja
Kota (Polresta) Barelang Komisaris Besar
kewenangan yang harus dilakukan yaitu tertera
Polisi Asep Safrudin pada tahun 2015 pernah
secara umumnya pada Pasal 3 Perda Kota
menyatakan bahwasanya sejumlah kejahatan
Batam Nomor 2 Tahun 2007 yang menyebutkan
jalanan di Batam yang harusnya bisa diungkap
Walikota Batam berwenang menetapkan: a.
dengan dukungan rekaman Closed Circuit
pelaksanaan kegiatan perencanaan, pemasangan
Televition (CCTV), namun ternyata kondisi
sistem keamanan dan manajemen pengelolaan
CCTV yang ada banyak tidak aktif dan hasilnya
serta pemeliharaan kamera pengaman;
kurang jelas.
(Pemko)
larangan
Batam
telah
menggunakan
diatur
apa
jaringan
b.
Ketiga ,
kamera
dalam
permasalahan
pengaman pada objek vital diluar yang telah
mengimplementasikan pembentukan BKP Kota
ditetapkan; c. menunjukan lokasi, pengelolaan
Batam. Badan ini terdiri dari unsur Pemko
dan pembinaan pengguna kamera pengaman; d.
Batam, Badan Pengusahaan (BP) Batam,
pengaturan tentang kewajiban badan hukum
Polresta Barelang, Komando Distrik Militer
atau
(Kodim) 0316/Batam, dan Kejaksaan Negeri
perkumpulan
pemasangan
sistem
yang
memerlukan
keamanan
(Kejari)
kamera
Batam.
BKP
seharusnya
telah
pengaman; dan e. membentuk Badan Koodinasi
terbentuk 6 bulan setelah Perda nomor 2 tahun
Pengaman (BKP) Kota Batam.
2007 diundangkan, namun sampai data yang
Berbagai persoalan telah timbul setelah
diperoleh pada tahun 2017 badan ini belum
Perda Nomor 2 Tahun 2007 diundangkan
terbentuk. Padahal BKP ini merupakan aktor
sepuluh tahun yang lalu. Hal tersebut terkait
penting yang akan melaksanakan kebijakan
dengan masalah substansi, implementasi dan
tersebut.
Dari permasalahan-permasalahan yang
dampak dari kebijakan tersebut. Permasalahan
terkait hal tersebut secara umum terangkum
telah
menjadi 3 permasalahan yakni pertama , dalam
memperlihatkan dampak positif Perda nomor 2
permasalahan kuantitas kamera pengaman.
tahun 2007. Idealnya jika kebijakan tersebut
Seperti
Badan
telah dijalankan dengan baik maka maksud dan
Komunikasi dan Informatika Kota Batam tahun
tujuannya diundangkan akan terlaksana pula
2010 idealnya Batam memiliki 380 kamera
dengan baik. Maka, tujuan khusus dalam
pengaman di setiap ruas jalan dan tempat-
penelitian ini adalah menganalisis evaluasi
tempat umum tersebar namun jumlah itu masih
kebijakan sistem keamanan berbasis teknologi
berdasarkan
kajian
dari
111
dijelaskan
sebelumnya
tidak
JIPAGS, Volume 01 Nomor 02 Juli Tahun 2017, 110 - 119
kamera pengaman di Kota Batam sehingga
dan membuat estimasi atas konsekuensi dari
ditargetkan dapat menjadi referensi dalam
berbagai
perbaikan oleh Pemko Batam serta sumbangsih
dengan berbagai masalah yang dihadapi, dalam
perkembangan ilmu politik secara umum dan
rangka mengadopsi salah satu alternatif yang
ilmu pemerintahan secara khusus.
dianggap paling baik.
yang
kebijakan
sehubungan
Menurut Kawengian dan Rares (2015:
Teori yang digunakan untuk menjawab
permasalahan-permasalahan
alternatif
3) evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang
telah
dijelaskan sebelumnya adalah teori evaluasi
dirancang
kebijakan. Secara umum evaluasi kebijakan
manfaat dari suatu kebijakan atau program-
dapat
yang
program pemerintah yang dilaksanakan melalui
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan
sub-sub kebijakan yang lebih spesifik. Kegiatan
yang mencakup substansi, implementasi dan
evaluasi kebijakan memiliki teknik pengukuran
dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan
tertentu,
dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
menghasilkan rekomendasi kebijakan.
dikatakan
Artinya,
evaluasi
sebagai
kegiatan
kebijakan
tidak
untuk
menilai
memiliki
metode
atau
mengukur
analisis
serta
Untuk melakukan evaluasi yang baik
hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
dengan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.
beberapa
Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa
langkah dalam evaluasi kebijakan. Edward A.
meliputi
masalah-masalah
Suchman (Winarno, 2002:169), mengemukakan
kebijakan, program-program yang diusulkan
enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni:
untuk
1. Mengidentifikasikan tujuan program yang
perumusan
menyelesaikan
masalah
kebijakan,
margin
ahli
kesalahan
yang
mengembangkan
minimal
langkah-
akan dievaluasi; 2. Analisis terhadap masalah;
implementasi, maupun dampak kebijakan.
Sebagian besar ahli kebijakan publik
3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan; 4.
berpendapat bahwa tahap akhir dari proses
Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang
kebijakan disebut sebagai tahap evaluasi.
terjadi; 5. Menentukan apakah perubahan yang
Anderson (dalam Kusumanegara, 2010:121),
diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut
berpendapat evaluasi kebijakan memusatkan
atau karena penyabab lain; dan 6. Beberapa
perhatiannya pada estimasi, penilaian, dan
indikator untuk menentukan keberadaan suatu
taksiran terhadap implementasi (proses) dan
dampak.
Menurut Widodo (Suntoro dan Hariri,
akibat-akibat (dampak) kebijakan. Sebagai
fungsional,
evaluasi
kebijakan
2015:84) untuk melakukan evaluasi kebijakan
dapat
dilakukan
terhadap
setidak-tidaknya melalui tahapan yang harus
keseluruhan tahap-tahap kebijakan bukan hanya
dilakukan berikut: 1. Mendefinisikan apa yang
tahap akhirnya saja. Umpamanya, menetapkan
menjadi
aktivitas
sebenarnya
112
tujuan
kebijakan,
program
dan
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
kegiatan; 2. Penjabaran tujuan kebijakan,
dalam latar alamiah. Tujuan penggunaan jenis
program dan kegiatan kedalam kriteria atau
penelitian
indikator pencapaian tujuan; 3. Pengukuran
menggambarkan
indikator
kebijakan,
kelompok atau gejala sosial yang terjadi di
program; 4. Berdasarkan indikator pencapaian
masyarakat. Strategi penelitian fenomenologi
tujuan kebijakan dicarikan datanya dilapangan;
menggambaran pemaknaan beberapa individu
dan 5. Hasil data yang diperoleh dari lapangan
(informan) mengenai pengalaman hidupnya,
kemudian
pemaknaan mengenai konsep atau fenomena
pencapaian
tujuan
dilakukan
pengolahan
dan
dikomparasi dengan kriteria pencapaian tujuan.
deskriptif
adalah
untuk
suatu
variabel,
karakter
tertentu.
Manakala hasil komparasi menunjukkan
Teknik
pengumpulan
data
yang
bahwa apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
dicapai, maka implementasi kebijakan tersebut
data primer serta sekunder. Melalui data primer
dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya manakala
para peneliti menggunakan pemilihan informan
menjauhi kriteria pencapaian tujuan kebijakan,
dengan teknik pengambilan sampel purposif.
maka implementasi kebijakan dapat dikatakan
Sampel secara sengaja ditetapkan oleh peneliti.
kurang berhasil atau gagal. Berdasarkan tingkat
Adapun informan tersebut adalah:
keberhasilan dan kegagalan, kemudian dapat
disusun
rekomendasi
kebijakan
1. Wakil Walikota Kota Batam, Amsakar
Achmad. (informan kunci)
berkenaan
2. Wakil Ketua Komisi 1 DPRD Kota
dengan nasib atau masa depan kebijakan publik
Batam, Harmidi Umar Husen.
meliputi beberapa hal berikut: 1. Kebijakan
program atau proyek perlu diteruskan; 2.
3. Kepala Bidang Penyelenggaraan E-
Kebijakan program atau proyek diteruskan
Government Diskominfo Kota Batam,
dengan suatu perbaikan; 3. Kebijakan program
Tiyas Satria Manggala.
4. Kepala Bidang Persandian (IT Security)
atau proyek perlu direplikasikan ditempat lain
BP Batam, Rudi Martono.
atau memperluas berlakunya; dan 4. Kebijakan
5. Kepala Seksi Lalu Lintas Metronika
program atau proyek harus dihentikan.
Rekayasa Jalan Dishub Kota Batam,
Suratman.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
6. Wakil
dilakukan
Kepala Satuan
Lalu
Lintas
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
Polresta Barelang, AKP. Toni Ridho
fenomenologi. Melalui pendekatan kualitatif
Nugroho, S.Sos.
7. Kapten
berupaya menganalisis kehidupan sosial dengan
Inf
NRP
539842
Kodim
0316/Batam, Kapten Arpen Noveldi.
cara menggambarkan dunia sosial dari sudut
pandang atau interpretasi individu (informan)
113
JIPAGS, Volume 01 Nomor 02 Juli Tahun 2017, 110 - 119
menyajikan data hasil penelitian. Verifikasi
8. Jaksa Fungsional Kejari Batam, Yan
merupakan aktivitas merumuskan simpulan
Elhas Zaboea, SH.
berdasarkan dua aktivitas sebelumnya.
9. Operator Traffic Light Dishub Kota
Teknik penarikan kesimpulan dilakukan
Batam, Novi
10. Operator
Bagian
Polresta
Command
Barelang,
Centre
dengan cara data yang diperoleh dari lapangan
Fery
selama proses penelitian dikumpulkan untuk
Steven
kemudian diolah. Para peneliti kemudian
Hardiyan.
menyeleksi data untuk memilih data mana saja
11. Warga Batu Aji Batam dan Pedagang,
yang penting dan relevan dengan masalah
Zainur.
penelitian.
12. Petugas Kebersihan Batu Aji Batam,
Paino dan Sumarjo
13. Warga Seraya dan Pengusaha, Ahmad
HASIL PENELITIAN
Suhardi.
Penilaian Substansi
14. Petugas Parkir Nagoya Batam, Roy.
Upaya untuk menjadikan tata kehidupan
15. Pengemudi Gojek Batam, Rita dan
Kota Batam yang aman, nyaman dan tentram
Hakim.
serta berkesinambungan telah menjadi tujuan
16. Pedagang, Suwanto.
yang harus dicapai melalui Perda Kota Batam
Melalui data sekunder para peneliti
memanfaatkan
internet
sarana
dicapai mengingat posisi Batam yang dinilai
mendapatkan literatur terkait topik penelitian.
strategis dalam hal iklim usaha di Indonesia
melalui triangulasi para peneliti tidak boleh
maupun dunia. Iklim usaha yang kondusif telah
mengandalkan satu sumber (web) saja ketika
menjadi syarat Kota Batam untuk menjadi Kota
mengutip sumber informasi, para peneliti harus
yang maju karena faktor pertama dalam
membandingkan
pertimbangan investor yang akan menanamkan
dan
sebagai
nomor 2 tahun 2007. Tujuan tersebut ingin
mengecek
kebenaran
informasi tersebut melalui sumber lain.
Dalam
peneliti
daerah. Pada akhirnya apa yang ingin dicapai
menggunakan teknik analisis secara kualitatif. 3
dari kondusifitas tersebut ialah bermaksud
hal yang dilakukan melalui teknik tersebut
untuk memposisikan Kota Batam sebagai
yakni
kawasan yang kompetitif di Asia-Pasifik.
reduksi
menganalisis
data,
data,
modalnya di suatu daerah adalah keamanan
penyajian data,
dan
verifikasi. Reduksi data yaitu proses pemilihan,
penyederhanaan,
mengabstrakkan,
Selain
dan
dengan
itu,
maksud
kebijakan
sebagai
ini
dibentuk
ketentuan
yang
mengubah data kasar yang muncul dari cacatan
mengatur
terulis yang dihasilkan ketika berada di
keamanan melalui kamera pengaman di objek
lapangan.
vital, fasilitas umum, dan kawasan tertentu di
Penyajian
data
yaitu
aktivitas
114
tentang
penyelenggaraan
sistem
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
Kota Batam. Hal ini bermakna sebagai upaya
substansi
untuk
bahwasanya kebijakan ini perlu diteruskan.
menyinergikan
kebijakan
sistem
yang
telah
dipaparkan
dinilai
keamanan melalui kamera pengaman diseluruh
tempat yang dimiliki oleh setiap orang dan/atau
Penilaian Implementasi
badan hukum yang menempati atau memiliki
Implementasi dari Perda Kota Batam
objek vital, fasilitas umum, dan kawasan
nomor 2 tahun 2007 menjadi tugas utama
tertentu. Sinergisitas ini menjadi faktor penting
Pemko Batam melalui Diskominfo Kota Batam
agar pengaturan penempatan kamera pengaman
karena BKP Kota Batam belum terbentuk.
menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat
Mengenai
mewujudkan Kota Batam berkonsep smart city
ditemukan bahwasanya pertama, pengadaan
bidang keamanan.
kamera pengaman yang berjalan lambat. Pada
implementasi
kebijakan
ini
Penilaian berdasarkan substansi yang
poin ini ditemukan bahwasanya Diskominfo
telah dijelaskan sebelumnya menilai kebijakan
Kota Batam selama ini baru pada tahun 2017
ini telah memiliki suatu maksud dan tujuan
memasuki proses tahap pengadaan kamera
yang dirasa sesuai dengan potensi daerahnya
pengaman
yakni memiliki posisi yang strategis untuk iklim
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
usaha di Indonesia maupun dunia. Dari hal
Kota Batam dengan Pemko Batam yakni
tersebut, evaluasi kebijakan dari penilaian
berjumlah 36 kamera pengaman di 20 titik.
yang
disetujui
bersama
antara
Titik-titik tersebut terletak pada tabel berikut:
Tabel 20 Titik Kamera Pengaman
No
Nama Lokasi
Posisi Tiang
1
2
Atap Kantor Walikota Batam
Pos Satpol DPRD Kota Batam / Depan
Kantor Walikota Batam
Simpang Lampu Merah Kejaksaan
Batam Center
Gerbang Selatan Engku Puteri Batam
Center
Gerbang Utara Engku Puteri Batam
Center/Depan Hotel Harris
Bundaran Madani
Simpang Kuda Sei Panas
Depan Pasar Induk Jodoh
Lantai Atap Kantor Walikota
Sebelah Pos Satpol Depan
DPRD Kota Batam
Samping Kantor Kejaksaan
Negeri Batam
Di Pojok Pagar Masjid Raya
3
4
5
6
7
8
9
10
Di Samping Pos Satpol Jaga
Di Taman
Di Dalam Taman
Di Median Jalan Depan Pintu
Masuk Pasar Induk
Samping Nagoya Plaza
Di Median Jalan Depan Arah
Masuk Nagoya Hill
Jalur Lambat Depan Perumahan Sukajadi Pinggir
Jalan
Pintu
Keluar/Masuk Sukajadi
115
JIPAGS, Volume 01 Nomor 02 Juli Tahun 2017, 110 - 119
11
Depan Perumahan Casablanca
Di Median Jalan dekat Plang
Penunjuk arah Jalan
12 Simpang Pertemuan Sei Ladi
Di Median Jalan
13 Depan Pura/Restauran Bali Sei Ladi
Median Jalan
14 Tanjakan Southlink
Pinggir Jalan Dekat Tiang
Listrik
15 Simpang Pelabuhan Domestik Sekupang Di Median Jalan
16 Depan Perumahan Delta Villa Sei Median Jalan Depan Perumahan
Harapan
17 Depan Mata Kucing
Median Jalan Depan Pintu
Masuk Mata Kucing
18 Depan SP Plaza Batu Aji
Median Jalan Depan Pintu
Masuk/Keluar SP Plaza Batu aji
19 Depan Pelabuhan Punggur
Pinggir Jalan Depan Pelabuhan
Provinsi Kepri
20 Pertigaan Sambau
Pinggir Jalan
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batam, 2017
Kedua , kebijakan tidak berjalan sinergi
dalam
menciptakan
sistem
tersebut
keamanan.
yang
pengamannya
telah
memiliki
masing-masing
secara
kamera
tidak
Berdasarkan hasil temuan, kebijakan sistem
langsung telah menjalankan kebijakan selama
keamanan berbasis teknologi kamera pengaman
ini.
di Kota Batam pada dasarnya secara tidak
Ketiga, belum terbentuknya BKP Kota
langsung telah dijalankan secara eksternal dan
Batam. Badan ini terdiri dari unsur Pemko
internal oleh beberapa instansi berkepentingan.
Batam, BP Batam, Polresta Barelang, Kodim
Secara
Batam
0316/Batam, dan Kejari Batam. BKP Kota
bekerjasama dengan Polres yang memiliki 37
Batam memiliki wewenang dalam menetapkan
kamera pengaman yang tersebar di lampu lalu
kebijakan
lintas di Kota Batam. Kamera pengaman ini
sistem keamanan melalui kamera pengaman
dinyatakan sesuai kriteria Perda Kota Batam
serta melakukan pemeriksaan rutin, monitoring
nomor 2 tahun 2007 karena menyangkut
dan
penempatannya di fasilitas umum yakni jalan.
peralatan, dan kondisi jaringan. Dari poin-poin
Secara internal, objek vital pada dasarnya
implementasi tersebut, evaluasi kebijakan dari
mencerminkan bangunan yang dimiliki Pemko
penilaian implementasi dinilai bahwasanya
Batam, DPRD Kota Batam, Diskominfo Kota
kebijakan ini perlu diteruskan dengan suatu
Batam, BP
perbaikan.
eksternal,
Dishub
Kota
Batam, Dishub Kota Batam,
operasional
pengawasan
Polresta Barelang, Kodim 0316/Batam, Kejari
Batam, dan perusahaan-perusahaan tertentu
Penilaian Dampak
yang menempati objek vital. Instansi-instansi
116
dalam
terhadap
pelaksanaan
pengelolaan,
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
Kompleksnya permasalahan yang telah
dijelaskan sebelumnya pada poin penilaian
Analisis Evaluasi Kebijakan
implementasi menjadikan penilaian dampak
Penilaian berdasarkan substansi, implementasi,
dirasa sudah akan mendapat jawabannya yakni
dan dampak yang telah dijelaskan sebelumnya
tidak berdampak sama sekali. Pembuktian
memunculkan
jawaban tersebut ditemukan perolehan dari
berdasarkan filosofi roda gigi dimana jika ada
anggapan-anggapan
kalangan
salah satu roda gigi yang rusak, maka
masyarakat di Kota Batam sebagi pihak diluar
keseluruhan roda gigi akan rusak pula. Dari
instansi pemerintahan serta yang dilayani
filosofi
dengan selaras menjawab bahwasanya Perda
penilaiannya menjadi faktor utama kegagalan
Kota Batam nomor 2 tahun 2007 belum
kebijakan yang telah berjalan selama 10 tahun
berdampak dalam mewujudkan substansi yang
sehingga perlu perbaikan khusus pada poin ini.
telah dijelaskan sebelumnya. Dari hal tersebut,
Adapun
evaluasi kebijakan dari penilaian dampak yang
kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
berbagai
tersebut,
gambaran
telah dipaparkan dinilai bahwasanya kebijakan
ini perlu diteruskan dengan suatu perbaikan.
Gambar Analisis Evaluasi Kebijakan
Sumber: Hasil Penelitian, 2017
117
analisis
evaluasi
kebijakan
implementasi
dari
analisis
dalam
evaluasi
JIPAGS, Volume 01 Nomor 02 Juli Tahun 2017, 110 - 119
sinergisitas merupakan langkah awal yang tepat
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
untuk dilakukan. Hal tersebut karena perlu
pembahasan yang telah dipaparkan bahwasanya
dipahami bersama bahwasanya kebijakan ini
pertama, pada poin penilaian substansi Perda
merupakan tanggung jawab semua pihak yang
Kota Batam Nomor 2 Tahun 2007 memiliki
memiliki kamera pengaman di objek vital,
tujuan serta maksud yang besar dan telah sesuai
fasilitas umum, dan kawasan tertentu di Kota
sehingga dari poin ini kebijakan tersebut dinilai
Batam.
Sinergisitas yang telah dibangun lalu
layak untuk diteruskan.
penilaian
diikuti dengan strategi kontemporer dengan
implementasi kebijakan ini memiliki berbagai
menciptakan pusat kontrol kamera pengaman
masalah yang kompleks berupa pengadaan
modern yang akan dijalankan oleh Badan
kamera
Koordinasi Pengaman (BKP) Kota Batam akan
Kedua ,
pada
poin
pengaman
yang
tidak
berjalan
kebijakan
berjalan
lambat,
sinergi
dalam
menjadi
rekomendasi
handal
dalam
menciptakan sistem keamanan, dan belum
mewujudkan Batam sebagai smart city bidang
terbentuknya BKP Kota Batam sehingga dari
keamanan di kawasan Asia-Pasifik.
poin ini dinilai kebijakan perlu diteruskan
__________________
dengan perbaikan.
Ketiga , pada poin penilaian dampak
*) Naskah Versi awal dipresentasikan pada
kebijakan ini tidak menunjukkan dampak yang
seminar
direncanakan
berbagai
Conference on Humanity and Society (ICHaS-
kalangan masyarakat sehingga pada poin ini
2017)”, Universitas Lancang Kuning dalam
dinilai kebijakan perlu diteruskan dengan
kolaborasi bersama National University of
perbaikan.
Malaysia dan University of Malaya, Ruang
dapat
terasa
oleh
Dari simpulan yang telah dijelaskan,
internasional,
“International
Lantai 1 Perpustakaan Utama Universitas
rekomendasi yang dapat diberikan kepada
Lancang Kuning, Pekanbaru, 25 Juli 2017
Pemerintah Kota Batam adalah mengkaji ulang
kebijakan
ini
instansi-instansi
dengan
melibatkan
pemerintahan
seluruh
DAFTAR PUSTAKA
yang
Buku
berkepentingan sehingga dapat menciptakan
Faisal,
Senapiah.
sinergisitas yang menghasilkan keselarasan
Penelitian
penilaian akan substansi, implementasi, dan
Aplikasi.
dampak
Persada.
yang
layak
untuk
diteruskan.
Implementasi menjadi faktor utama kegagalan
dari kebijakan ini dan pembangunan pada poin
118
(2010).
Sosial,
Jakarta:
Format-format
Dasar-dasar
PT
dan
RajaGrafindo
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
(kepri.antaranews.com). Diakses pada 7
Kusumanegara, Solahuddin. (2010). Model dan
Oktober 2016 pukul 00.11 WIB
Aktor dalam Proses Kebijakan Publik.
Rohmadi,
Yogyakarta: Gava Media.
Ahmad.
(2015).
CCTv
Hanya
Martono, Nanang. (2015). Metode Penelitian
Termaktub
Sosial: Konsep-konsep Kunci. Jakarta:
Terpasang
PT RajaGrafindo Persada.
(batam.batamtoday.com). Diakses pada
di
Perda
Tapi
Persimpangan
Tak
Jalan.
7 Oktober 2016 pukul 00.30 WIB.
Suntoro, Irawan dan Hasan Hariri. (2015).
Taslimahudin. (2015). Pemkot Batam Akan
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Pasang CCTV Di Wilayah Rawan
Winarno, Budi. (2016). Kebijakan Publik Era
Tindak
Kriminal.
(infopublik.id).
Globalisasi Teori, Proses, dan Studi
Diakses pada 7 Oktober 2016 pukul
Komparatif. Yogyakarta: CAPS.
00.04 WIB.
Jurnal
Kawengian, Debby D. V dan Joyce Jacinta
Rares.
(2015).
Pencegahan
Evaluasi
dan
Perdagangan
Kebijakan
Pemberantasan
Manusia
(Trafficking)
terutama Perempuan dan Anak di
Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi
Sulawesi
Utara.
e-journal
“Acta
Diurna”, 4 (5), 1-15.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun
2007
Tentang
Sistem
Keamanan
Melalui Kamera Pengaman Di Objek
Vital, Fasilitas Umum Dan Kawasan
Tertentu Di Kota Batam.
Internet
Anonim.
(2016).
Bulan
Ini,
Proyek
Pemasangan 32 Titik CCTv di Batam
Dilelang.
(batampos.co.id).
Diakses
pada 7 Oktober 2016 pukul 00.36 WIB
Larno.
di
(2015).
Laksanakan
Pemkot
Batam
Perda
Diimbau
CCTV.
119
p-issn: 2549-0435
e-issn: 2549-1431
EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM KEAMANAN BERBASIS TEKNOLOGI
KAMERA PENGAMAN DI KOTA BATAM
Achyar Hanif Siregar*), Didik Syahputra**), Gevrazi***), Dika Aditya Putra****),
dan Baskoro Wicaksono*****)
*) Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
**) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
***) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
****) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Riau
*****) Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru, 28293
E mail: [email protected]
Abstract
Batam is a very rapid business climate growth city in Indonesia. In effort
strengthen it, has formed a security system policy based security camera technology
with intention of creating Batam City as a smart city security field in the Asia
Pacific region. It policy is Batam City Local Regulation Number 2 Of 2007 On
Security System Throught Security Camera In Vital Objects, Public Facilities, And
Spesific Areas In Batam City. Various problems has encountered in last 10 years
including the not ideal security cameras quantity, bad security cameras quality,
and Security Coordinating Board not implemented. From that, this research
purpose is to analyze policy evaluation. Policy evaluation theory used as activity
that concerns policy assessment including substance, implementation, and impact.
Research method used phenomenology descriptive qualitative approach including
primary and secondary data collection techniques, data processing and analysis,
and conclusion. Through this research has found results in evaluation form from
are first, substance assessment need to forward. Second implementation assessment
need to be continue with an improvement. And third, impact assessment need to be
continue with an improvement too.
Keywords: policy evaluation, security system
PENDAHULUAN
diundangkan melalui Peraturan Daerah (Perda)
Kota Batam adalah salah satu daerah dengan
Kota Batam Nomor 2 Tahun 2007 Tentang
pertumbuhan kota
di
Sistem Keamanan Melalui Kamera Pengaman
Indonesia. Banyaknya pembangunan diberbagai
Di Objek Vital, Fasilitas Umum Dan Kawasan
sektor khususnya iklim usaha setiap tahun
Tertentu Di Kota Batam. Hal tersebut dilakukan
menjadikan Kota Batam sebagai destinasi para
guna menciptakan Kota Batam sebagai Smart
pencari kerja baik dari dalam negeri maupun
City bidang keamanan di kawasan Asia-Pasifik
luar negeri. Pada tahun 2007 tidak tanggung-
yakni kota yang ditandai dengan iklim usaha
tanggung sebuah kebijakan sistem keamanan
yang kondusif serta kompetitif. Oleh karena itu,
berbasis
menjadikan tata kehidupan Kota Batam yang
teknologi
yang sangat
kamera
pesat
pengaman
110
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
aman,
nyaman
dan
tentram
sangat sedikit pada tahun 2017 yakni 32 kamera
serta
pengaman di setiap persimpangan jalan.
berkesinambungan telah menjadi tujuan yang
Kedua , dalam permasalahan kualitas
harus dicapai melalui kebijakan ini.
kamera pengaman, Kepala Kepolisian Resor
Dalam kebijakan ini Pemerintah Kota
saja
Kota (Polresta) Barelang Komisaris Besar
kewenangan yang harus dilakukan yaitu tertera
Polisi Asep Safrudin pada tahun 2015 pernah
secara umumnya pada Pasal 3 Perda Kota
menyatakan bahwasanya sejumlah kejahatan
Batam Nomor 2 Tahun 2007 yang menyebutkan
jalanan di Batam yang harusnya bisa diungkap
Walikota Batam berwenang menetapkan: a.
dengan dukungan rekaman Closed Circuit
pelaksanaan kegiatan perencanaan, pemasangan
Televition (CCTV), namun ternyata kondisi
sistem keamanan dan manajemen pengelolaan
CCTV yang ada banyak tidak aktif dan hasilnya
serta pemeliharaan kamera pengaman;
kurang jelas.
(Pemko)
larangan
Batam
telah
menggunakan
diatur
apa
jaringan
b.
Ketiga ,
kamera
dalam
permasalahan
pengaman pada objek vital diluar yang telah
mengimplementasikan pembentukan BKP Kota
ditetapkan; c. menunjukan lokasi, pengelolaan
Batam. Badan ini terdiri dari unsur Pemko
dan pembinaan pengguna kamera pengaman; d.
Batam, Badan Pengusahaan (BP) Batam,
pengaturan tentang kewajiban badan hukum
Polresta Barelang, Komando Distrik Militer
atau
(Kodim) 0316/Batam, dan Kejaksaan Negeri
perkumpulan
pemasangan
sistem
yang
memerlukan
keamanan
(Kejari)
kamera
Batam.
BKP
seharusnya
telah
pengaman; dan e. membentuk Badan Koodinasi
terbentuk 6 bulan setelah Perda nomor 2 tahun
Pengaman (BKP) Kota Batam.
2007 diundangkan, namun sampai data yang
Berbagai persoalan telah timbul setelah
diperoleh pada tahun 2017 badan ini belum
Perda Nomor 2 Tahun 2007 diundangkan
terbentuk. Padahal BKP ini merupakan aktor
sepuluh tahun yang lalu. Hal tersebut terkait
penting yang akan melaksanakan kebijakan
dengan masalah substansi, implementasi dan
tersebut.
Dari permasalahan-permasalahan yang
dampak dari kebijakan tersebut. Permasalahan
terkait hal tersebut secara umum terangkum
telah
menjadi 3 permasalahan yakni pertama , dalam
memperlihatkan dampak positif Perda nomor 2
permasalahan kuantitas kamera pengaman.
tahun 2007. Idealnya jika kebijakan tersebut
Seperti
Badan
telah dijalankan dengan baik maka maksud dan
Komunikasi dan Informatika Kota Batam tahun
tujuannya diundangkan akan terlaksana pula
2010 idealnya Batam memiliki 380 kamera
dengan baik. Maka, tujuan khusus dalam
pengaman di setiap ruas jalan dan tempat-
penelitian ini adalah menganalisis evaluasi
tempat umum tersebar namun jumlah itu masih
kebijakan sistem keamanan berbasis teknologi
berdasarkan
kajian
dari
111
dijelaskan
sebelumnya
tidak
JIPAGS, Volume 01 Nomor 02 Juli Tahun 2017, 110 - 119
kamera pengaman di Kota Batam sehingga
dan membuat estimasi atas konsekuensi dari
ditargetkan dapat menjadi referensi dalam
berbagai
perbaikan oleh Pemko Batam serta sumbangsih
dengan berbagai masalah yang dihadapi, dalam
perkembangan ilmu politik secara umum dan
rangka mengadopsi salah satu alternatif yang
ilmu pemerintahan secara khusus.
dianggap paling baik.
yang
kebijakan
sehubungan
Menurut Kawengian dan Rares (2015:
Teori yang digunakan untuk menjawab
permasalahan-permasalahan
alternatif
3) evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang
telah
dijelaskan sebelumnya adalah teori evaluasi
dirancang
kebijakan. Secara umum evaluasi kebijakan
manfaat dari suatu kebijakan atau program-
dapat
yang
program pemerintah yang dilaksanakan melalui
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan
sub-sub kebijakan yang lebih spesifik. Kegiatan
yang mencakup substansi, implementasi dan
evaluasi kebijakan memiliki teknik pengukuran
dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan
tertentu,
dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
menghasilkan rekomendasi kebijakan.
dikatakan
Artinya,
evaluasi
sebagai
kegiatan
kebijakan
tidak
untuk
menilai
memiliki
metode
atau
mengukur
analisis
serta
Untuk melakukan evaluasi yang baik
hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan
dengan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.
beberapa
Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa
langkah dalam evaluasi kebijakan. Edward A.
meliputi
masalah-masalah
Suchman (Winarno, 2002:169), mengemukakan
kebijakan, program-program yang diusulkan
enam langkah dalam evaluasi kebijakan, yakni:
untuk
1. Mengidentifikasikan tujuan program yang
perumusan
menyelesaikan
masalah
kebijakan,
margin
ahli
kesalahan
yang
mengembangkan
minimal
langkah-
akan dievaluasi; 2. Analisis terhadap masalah;
implementasi, maupun dampak kebijakan.
Sebagian besar ahli kebijakan publik
3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan; 4.
berpendapat bahwa tahap akhir dari proses
Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang
kebijakan disebut sebagai tahap evaluasi.
terjadi; 5. Menentukan apakah perubahan yang
Anderson (dalam Kusumanegara, 2010:121),
diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut
berpendapat evaluasi kebijakan memusatkan
atau karena penyabab lain; dan 6. Beberapa
perhatiannya pada estimasi, penilaian, dan
indikator untuk menentukan keberadaan suatu
taksiran terhadap implementasi (proses) dan
dampak.
Menurut Widodo (Suntoro dan Hariri,
akibat-akibat (dampak) kebijakan. Sebagai
fungsional,
evaluasi
kebijakan
2015:84) untuk melakukan evaluasi kebijakan
dapat
dilakukan
terhadap
setidak-tidaknya melalui tahapan yang harus
keseluruhan tahap-tahap kebijakan bukan hanya
dilakukan berikut: 1. Mendefinisikan apa yang
tahap akhirnya saja. Umpamanya, menetapkan
menjadi
aktivitas
sebenarnya
112
tujuan
kebijakan,
program
dan
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
kegiatan; 2. Penjabaran tujuan kebijakan,
dalam latar alamiah. Tujuan penggunaan jenis
program dan kegiatan kedalam kriteria atau
penelitian
indikator pencapaian tujuan; 3. Pengukuran
menggambarkan
indikator
kebijakan,
kelompok atau gejala sosial yang terjadi di
program; 4. Berdasarkan indikator pencapaian
masyarakat. Strategi penelitian fenomenologi
tujuan kebijakan dicarikan datanya dilapangan;
menggambaran pemaknaan beberapa individu
dan 5. Hasil data yang diperoleh dari lapangan
(informan) mengenai pengalaman hidupnya,
kemudian
pemaknaan mengenai konsep atau fenomena
pencapaian
tujuan
dilakukan
pengolahan
dan
dikomparasi dengan kriteria pencapaian tujuan.
deskriptif
adalah
untuk
suatu
variabel,
karakter
tertentu.
Manakala hasil komparasi menunjukkan
Teknik
pengumpulan
data
yang
bahwa apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
dicapai, maka implementasi kebijakan tersebut
data primer serta sekunder. Melalui data primer
dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya manakala
para peneliti menggunakan pemilihan informan
menjauhi kriteria pencapaian tujuan kebijakan,
dengan teknik pengambilan sampel purposif.
maka implementasi kebijakan dapat dikatakan
Sampel secara sengaja ditetapkan oleh peneliti.
kurang berhasil atau gagal. Berdasarkan tingkat
Adapun informan tersebut adalah:
keberhasilan dan kegagalan, kemudian dapat
disusun
rekomendasi
kebijakan
1. Wakil Walikota Kota Batam, Amsakar
Achmad. (informan kunci)
berkenaan
2. Wakil Ketua Komisi 1 DPRD Kota
dengan nasib atau masa depan kebijakan publik
Batam, Harmidi Umar Husen.
meliputi beberapa hal berikut: 1. Kebijakan
program atau proyek perlu diteruskan; 2.
3. Kepala Bidang Penyelenggaraan E-
Kebijakan program atau proyek diteruskan
Government Diskominfo Kota Batam,
dengan suatu perbaikan; 3. Kebijakan program
Tiyas Satria Manggala.
4. Kepala Bidang Persandian (IT Security)
atau proyek perlu direplikasikan ditempat lain
BP Batam, Rudi Martono.
atau memperluas berlakunya; dan 4. Kebijakan
5. Kepala Seksi Lalu Lintas Metronika
program atau proyek harus dihentikan.
Rekayasa Jalan Dishub Kota Batam,
Suratman.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
6. Wakil
dilakukan
Kepala Satuan
Lalu
Lintas
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
Polresta Barelang, AKP. Toni Ridho
fenomenologi. Melalui pendekatan kualitatif
Nugroho, S.Sos.
7. Kapten
berupaya menganalisis kehidupan sosial dengan
Inf
NRP
539842
Kodim
0316/Batam, Kapten Arpen Noveldi.
cara menggambarkan dunia sosial dari sudut
pandang atau interpretasi individu (informan)
113
JIPAGS, Volume 01 Nomor 02 Juli Tahun 2017, 110 - 119
menyajikan data hasil penelitian. Verifikasi
8. Jaksa Fungsional Kejari Batam, Yan
merupakan aktivitas merumuskan simpulan
Elhas Zaboea, SH.
berdasarkan dua aktivitas sebelumnya.
9. Operator Traffic Light Dishub Kota
Teknik penarikan kesimpulan dilakukan
Batam, Novi
10. Operator
Bagian
Polresta
Command
Barelang,
Centre
dengan cara data yang diperoleh dari lapangan
Fery
selama proses penelitian dikumpulkan untuk
Steven
kemudian diolah. Para peneliti kemudian
Hardiyan.
menyeleksi data untuk memilih data mana saja
11. Warga Batu Aji Batam dan Pedagang,
yang penting dan relevan dengan masalah
Zainur.
penelitian.
12. Petugas Kebersihan Batu Aji Batam,
Paino dan Sumarjo
13. Warga Seraya dan Pengusaha, Ahmad
HASIL PENELITIAN
Suhardi.
Penilaian Substansi
14. Petugas Parkir Nagoya Batam, Roy.
Upaya untuk menjadikan tata kehidupan
15. Pengemudi Gojek Batam, Rita dan
Kota Batam yang aman, nyaman dan tentram
Hakim.
serta berkesinambungan telah menjadi tujuan
16. Pedagang, Suwanto.
yang harus dicapai melalui Perda Kota Batam
Melalui data sekunder para peneliti
memanfaatkan
internet
sarana
dicapai mengingat posisi Batam yang dinilai
mendapatkan literatur terkait topik penelitian.
strategis dalam hal iklim usaha di Indonesia
melalui triangulasi para peneliti tidak boleh
maupun dunia. Iklim usaha yang kondusif telah
mengandalkan satu sumber (web) saja ketika
menjadi syarat Kota Batam untuk menjadi Kota
mengutip sumber informasi, para peneliti harus
yang maju karena faktor pertama dalam
membandingkan
pertimbangan investor yang akan menanamkan
dan
sebagai
nomor 2 tahun 2007. Tujuan tersebut ingin
mengecek
kebenaran
informasi tersebut melalui sumber lain.
Dalam
peneliti
daerah. Pada akhirnya apa yang ingin dicapai
menggunakan teknik analisis secara kualitatif. 3
dari kondusifitas tersebut ialah bermaksud
hal yang dilakukan melalui teknik tersebut
untuk memposisikan Kota Batam sebagai
yakni
kawasan yang kompetitif di Asia-Pasifik.
reduksi
menganalisis
data,
data,
modalnya di suatu daerah adalah keamanan
penyajian data,
dan
verifikasi. Reduksi data yaitu proses pemilihan,
penyederhanaan,
mengabstrakkan,
Selain
dan
dengan
itu,
maksud
kebijakan
sebagai
ini
dibentuk
ketentuan
yang
mengubah data kasar yang muncul dari cacatan
mengatur
terulis yang dihasilkan ketika berada di
keamanan melalui kamera pengaman di objek
lapangan.
vital, fasilitas umum, dan kawasan tertentu di
Penyajian
data
yaitu
aktivitas
114
tentang
penyelenggaraan
sistem
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
Kota Batam. Hal ini bermakna sebagai upaya
substansi
untuk
bahwasanya kebijakan ini perlu diteruskan.
menyinergikan
kebijakan
sistem
yang
telah
dipaparkan
dinilai
keamanan melalui kamera pengaman diseluruh
tempat yang dimiliki oleh setiap orang dan/atau
Penilaian Implementasi
badan hukum yang menempati atau memiliki
Implementasi dari Perda Kota Batam
objek vital, fasilitas umum, dan kawasan
nomor 2 tahun 2007 menjadi tugas utama
tertentu. Sinergisitas ini menjadi faktor penting
Pemko Batam melalui Diskominfo Kota Batam
agar pengaturan penempatan kamera pengaman
karena BKP Kota Batam belum terbentuk.
menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat
Mengenai
mewujudkan Kota Batam berkonsep smart city
ditemukan bahwasanya pertama, pengadaan
bidang keamanan.
kamera pengaman yang berjalan lambat. Pada
implementasi
kebijakan
ini
Penilaian berdasarkan substansi yang
poin ini ditemukan bahwasanya Diskominfo
telah dijelaskan sebelumnya menilai kebijakan
Kota Batam selama ini baru pada tahun 2017
ini telah memiliki suatu maksud dan tujuan
memasuki proses tahap pengadaan kamera
yang dirasa sesuai dengan potensi daerahnya
pengaman
yakni memiliki posisi yang strategis untuk iklim
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
usaha di Indonesia maupun dunia. Dari hal
Kota Batam dengan Pemko Batam yakni
tersebut, evaluasi kebijakan dari penilaian
berjumlah 36 kamera pengaman di 20 titik.
yang
disetujui
bersama
antara
Titik-titik tersebut terletak pada tabel berikut:
Tabel 20 Titik Kamera Pengaman
No
Nama Lokasi
Posisi Tiang
1
2
Atap Kantor Walikota Batam
Pos Satpol DPRD Kota Batam / Depan
Kantor Walikota Batam
Simpang Lampu Merah Kejaksaan
Batam Center
Gerbang Selatan Engku Puteri Batam
Center
Gerbang Utara Engku Puteri Batam
Center/Depan Hotel Harris
Bundaran Madani
Simpang Kuda Sei Panas
Depan Pasar Induk Jodoh
Lantai Atap Kantor Walikota
Sebelah Pos Satpol Depan
DPRD Kota Batam
Samping Kantor Kejaksaan
Negeri Batam
Di Pojok Pagar Masjid Raya
3
4
5
6
7
8
9
10
Di Samping Pos Satpol Jaga
Di Taman
Di Dalam Taman
Di Median Jalan Depan Pintu
Masuk Pasar Induk
Samping Nagoya Plaza
Di Median Jalan Depan Arah
Masuk Nagoya Hill
Jalur Lambat Depan Perumahan Sukajadi Pinggir
Jalan
Pintu
Keluar/Masuk Sukajadi
115
JIPAGS, Volume 01 Nomor 02 Juli Tahun 2017, 110 - 119
11
Depan Perumahan Casablanca
Di Median Jalan dekat Plang
Penunjuk arah Jalan
12 Simpang Pertemuan Sei Ladi
Di Median Jalan
13 Depan Pura/Restauran Bali Sei Ladi
Median Jalan
14 Tanjakan Southlink
Pinggir Jalan Dekat Tiang
Listrik
15 Simpang Pelabuhan Domestik Sekupang Di Median Jalan
16 Depan Perumahan Delta Villa Sei Median Jalan Depan Perumahan
Harapan
17 Depan Mata Kucing
Median Jalan Depan Pintu
Masuk Mata Kucing
18 Depan SP Plaza Batu Aji
Median Jalan Depan Pintu
Masuk/Keluar SP Plaza Batu aji
19 Depan Pelabuhan Punggur
Pinggir Jalan Depan Pelabuhan
Provinsi Kepri
20 Pertigaan Sambau
Pinggir Jalan
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batam, 2017
Kedua , kebijakan tidak berjalan sinergi
dalam
menciptakan
sistem
tersebut
keamanan.
yang
pengamannya
telah
memiliki
masing-masing
secara
kamera
tidak
Berdasarkan hasil temuan, kebijakan sistem
langsung telah menjalankan kebijakan selama
keamanan berbasis teknologi kamera pengaman
ini.
di Kota Batam pada dasarnya secara tidak
Ketiga, belum terbentuknya BKP Kota
langsung telah dijalankan secara eksternal dan
Batam. Badan ini terdiri dari unsur Pemko
internal oleh beberapa instansi berkepentingan.
Batam, BP Batam, Polresta Barelang, Kodim
Secara
Batam
0316/Batam, dan Kejari Batam. BKP Kota
bekerjasama dengan Polres yang memiliki 37
Batam memiliki wewenang dalam menetapkan
kamera pengaman yang tersebar di lampu lalu
kebijakan
lintas di Kota Batam. Kamera pengaman ini
sistem keamanan melalui kamera pengaman
dinyatakan sesuai kriteria Perda Kota Batam
serta melakukan pemeriksaan rutin, monitoring
nomor 2 tahun 2007 karena menyangkut
dan
penempatannya di fasilitas umum yakni jalan.
peralatan, dan kondisi jaringan. Dari poin-poin
Secara internal, objek vital pada dasarnya
implementasi tersebut, evaluasi kebijakan dari
mencerminkan bangunan yang dimiliki Pemko
penilaian implementasi dinilai bahwasanya
Batam, DPRD Kota Batam, Diskominfo Kota
kebijakan ini perlu diteruskan dengan suatu
Batam, BP
perbaikan.
eksternal,
Dishub
Kota
Batam, Dishub Kota Batam,
operasional
pengawasan
Polresta Barelang, Kodim 0316/Batam, Kejari
Batam, dan perusahaan-perusahaan tertentu
Penilaian Dampak
yang menempati objek vital. Instansi-instansi
116
dalam
terhadap
pelaksanaan
pengelolaan,
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
Kompleksnya permasalahan yang telah
dijelaskan sebelumnya pada poin penilaian
Analisis Evaluasi Kebijakan
implementasi menjadikan penilaian dampak
Penilaian berdasarkan substansi, implementasi,
dirasa sudah akan mendapat jawabannya yakni
dan dampak yang telah dijelaskan sebelumnya
tidak berdampak sama sekali. Pembuktian
memunculkan
jawaban tersebut ditemukan perolehan dari
berdasarkan filosofi roda gigi dimana jika ada
anggapan-anggapan
kalangan
salah satu roda gigi yang rusak, maka
masyarakat di Kota Batam sebagi pihak diluar
keseluruhan roda gigi akan rusak pula. Dari
instansi pemerintahan serta yang dilayani
filosofi
dengan selaras menjawab bahwasanya Perda
penilaiannya menjadi faktor utama kegagalan
Kota Batam nomor 2 tahun 2007 belum
kebijakan yang telah berjalan selama 10 tahun
berdampak dalam mewujudkan substansi yang
sehingga perlu perbaikan khusus pada poin ini.
telah dijelaskan sebelumnya. Dari hal tersebut,
Adapun
evaluasi kebijakan dari penilaian dampak yang
kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
berbagai
tersebut,
gambaran
telah dipaparkan dinilai bahwasanya kebijakan
ini perlu diteruskan dengan suatu perbaikan.
Gambar Analisis Evaluasi Kebijakan
Sumber: Hasil Penelitian, 2017
117
analisis
evaluasi
kebijakan
implementasi
dari
analisis
dalam
evaluasi
JIPAGS, Volume 01 Nomor 02 Juli Tahun 2017, 110 - 119
sinergisitas merupakan langkah awal yang tepat
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
untuk dilakukan. Hal tersebut karena perlu
pembahasan yang telah dipaparkan bahwasanya
dipahami bersama bahwasanya kebijakan ini
pertama, pada poin penilaian substansi Perda
merupakan tanggung jawab semua pihak yang
Kota Batam Nomor 2 Tahun 2007 memiliki
memiliki kamera pengaman di objek vital,
tujuan serta maksud yang besar dan telah sesuai
fasilitas umum, dan kawasan tertentu di Kota
sehingga dari poin ini kebijakan tersebut dinilai
Batam.
Sinergisitas yang telah dibangun lalu
layak untuk diteruskan.
penilaian
diikuti dengan strategi kontemporer dengan
implementasi kebijakan ini memiliki berbagai
menciptakan pusat kontrol kamera pengaman
masalah yang kompleks berupa pengadaan
modern yang akan dijalankan oleh Badan
kamera
Koordinasi Pengaman (BKP) Kota Batam akan
Kedua ,
pada
poin
pengaman
yang
tidak
berjalan
kebijakan
berjalan
lambat,
sinergi
dalam
menjadi
rekomendasi
handal
dalam
menciptakan sistem keamanan, dan belum
mewujudkan Batam sebagai smart city bidang
terbentuknya BKP Kota Batam sehingga dari
keamanan di kawasan Asia-Pasifik.
poin ini dinilai kebijakan perlu diteruskan
__________________
dengan perbaikan.
Ketiga , pada poin penilaian dampak
*) Naskah Versi awal dipresentasikan pada
kebijakan ini tidak menunjukkan dampak yang
seminar
direncanakan
berbagai
Conference on Humanity and Society (ICHaS-
kalangan masyarakat sehingga pada poin ini
2017)”, Universitas Lancang Kuning dalam
dinilai kebijakan perlu diteruskan dengan
kolaborasi bersama National University of
perbaikan.
Malaysia dan University of Malaya, Ruang
dapat
terasa
oleh
Dari simpulan yang telah dijelaskan,
internasional,
“International
Lantai 1 Perpustakaan Utama Universitas
rekomendasi yang dapat diberikan kepada
Lancang Kuning, Pekanbaru, 25 Juli 2017
Pemerintah Kota Batam adalah mengkaji ulang
kebijakan
ini
instansi-instansi
dengan
melibatkan
pemerintahan
seluruh
DAFTAR PUSTAKA
yang
Buku
berkepentingan sehingga dapat menciptakan
Faisal,
Senapiah.
sinergisitas yang menghasilkan keselarasan
Penelitian
penilaian akan substansi, implementasi, dan
Aplikasi.
dampak
Persada.
yang
layak
untuk
diteruskan.
Implementasi menjadi faktor utama kegagalan
dari kebijakan ini dan pembangunan pada poin
118
(2010).
Sosial,
Jakarta:
Format-format
Dasar-dasar
PT
dan
RajaGrafindo
Siregar, dkk., Kebijakan Sistem Keamanan Berbasis Teknologi
(kepri.antaranews.com). Diakses pada 7
Kusumanegara, Solahuddin. (2010). Model dan
Oktober 2016 pukul 00.11 WIB
Aktor dalam Proses Kebijakan Publik.
Rohmadi,
Yogyakarta: Gava Media.
Ahmad.
(2015).
CCTv
Hanya
Martono, Nanang. (2015). Metode Penelitian
Termaktub
Sosial: Konsep-konsep Kunci. Jakarta:
Terpasang
PT RajaGrafindo Persada.
(batam.batamtoday.com). Diakses pada
di
Perda
Tapi
Persimpangan
Tak
Jalan.
7 Oktober 2016 pukul 00.30 WIB.
Suntoro, Irawan dan Hasan Hariri. (2015).
Taslimahudin. (2015). Pemkot Batam Akan
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Pasang CCTV Di Wilayah Rawan
Winarno, Budi. (2016). Kebijakan Publik Era
Tindak
Kriminal.
(infopublik.id).
Globalisasi Teori, Proses, dan Studi
Diakses pada 7 Oktober 2016 pukul
Komparatif. Yogyakarta: CAPS.
00.04 WIB.
Jurnal
Kawengian, Debby D. V dan Joyce Jacinta
Rares.
(2015).
Pencegahan
Evaluasi
dan
Perdagangan
Kebijakan
Pemberantasan
Manusia
(Trafficking)
terutama Perempuan dan Anak di
Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi
Sulawesi
Utara.
e-journal
“Acta
Diurna”, 4 (5), 1-15.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun
2007
Tentang
Sistem
Keamanan
Melalui Kamera Pengaman Di Objek
Vital, Fasilitas Umum Dan Kawasan
Tertentu Di Kota Batam.
Internet
Anonim.
(2016).
Bulan
Ini,
Proyek
Pemasangan 32 Titik CCTv di Batam
Dilelang.
(batampos.co.id).
Diakses
pada 7 Oktober 2016 pukul 00.36 WIB
Larno.
di
(2015).
Laksanakan
Pemkot
Batam
Perda
Diimbau
CCTV.
119