TUGAS BESAR GEOLOGI LINGKUNGAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Geologi Lingkungan (TKP 150)
TUGAS BESAR GEOLOGI LINGKUNGAN
ANALISIS ASPEK-ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN
Wilayah penelitian : Kelurahan Ngareanak, Kecamatan Singorejo,
Kabupaten Kendal, Semarang, Jawa Tengah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Geologi Lingkungan (TKP
150)
Dosen pengampu : Ir. Hadi Nugroho, DipLEGS, MT
Disusun oleh :
Velly Destasaminda
21040115120006
Muhammad Fajri Nugraha 21040115120012
Septya Unzillarachma 21040115120026
Muhammad Fajri
21040115120044
Kurniatillah Rafida
21040115120046
Dewi Setaningrum
21040115120062
Evira Yubelta
21040115130120
Novia Windri Rahmawati 21040115140074
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Literatur
2.1.1 Pengertian Geologi Lingkungan
Pengertian geologi lingkungan menurut Bernard W. Pipkin,
dalam buku “Geology and The Environment” (2010), geologi
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
kerja alami bumi yang
secara fisik berlaku pada
permasalahan yang dihadapi dalam menangani lingkungan.
Kajian utama geologi lingkungan yaitu membahas aspekaspek geologi diantaranya : topografi, litologi, stratigrafi,
klimatologi,
geomorfologi,
geologi,
dan
hidrogeologi.
Lingkungan geologis terdiri dari unsur-unsur fisik bumi dan
unsur permukaan bumi, bentang alam, dan proses yang
mempengaruhinya. Bagi kehidupan manusia, lingkungan
geologis tidak hanya memberikan unsur-unsur yang
bermanfaat seperti air bersih, mineral ekonomis, bahan
bangunan, bahan bakar, dan lain sebagainya, tetapi juga
memiliki potensi terjadinya bencana alam seperti gempa
bumi, gunung berapi, longsor, dan banjir. Oleh karena itu,
filosofi utama dari geologi lingkungan adalah konsep
manajemen lingkungan yang didasarkan pada sistem geologi
untuk pembangunan berkelanjutan.
Terapan dari geologi lingkungan pada proses perencanaan
wilayah dan kota sangat diperlukan mengingat apa yang
menjadi objek perencanaan berada di atas permukaan bumi,
yaitu lahan. Perencanaan tata guna lahan atau land use
planning adalah gambaran utama geologi lingkungan dan ilmu
perencanaan wilayah dan kota yang mewakili usaha untuk
memecahkan permasalahan kebutuhan akan penggunaan
lahan dan disaat bersamaan juga melindungi lingkungan itu
sendiri. Menurut Legget (1987), pentingnya geologi dalam
perencanaan fasilitas fisik dan struktur, dan dalam
penggunaan lahan yang bijaksana. Lebih jauh lagi,
pembangunan lahan harus direncanakan dengan penuh
kesadaran akan kekuatan alam yang telah bertahan hingga
saat ini, menyesuaikan diri dengan karakter alam adalah cara
agar pembangunan tidak mengganggu keseimbangan alam
yang mudah rusak, maka semuanya harus diawali dari
perencanaan.
2.1.2 Konsep Geologi Lingkungan
Konsep ilmu geologi lingkungan tidak pernah terlepas dari
pemahaman mengenai bumi beserta isi dan aktivitasnya.
Terdapat tujuh konsep geologi lingkungan yang perlu
dipahami oleh planner dalam perencanaan suatu wilayah.
Secara umum konsep – konsep tersebut menjelaskan bahwa
bumi pada dasarnya merupakan suatu system tertutup; bumi
adalah satu-satunya tempat tinggal paling sesuai dengan
kehidupan manusia, akan tetapi SDA yang dimiliki sangat
terbatas; proses – proses fisik yang terjadi di bumi telah
merubah keadaan bentang alam yang kita miliki; banyak
proses – proses alam yang terjadi di bumi yang
membahayakan umat manusia, bencana alam itu harus kita
kenali dan kita hindari dengan merawat alam serta
meminimalkan penggunaan SDA; perencanaan penggunaan
lahan dan air harus berusaha memperhatikan keseimbangan
ekonomi dan estetis; dampak dari penggunaan lahan
cenderung
bertumpuk;
serta
komponen
fundamental
lingkungan merupakan factor geologi, dan pemahaman
tentang lingkungan memerlukan beberapa pendekatan
melalui ilmu – ilmu kebumian dan disiplin ilmu lain yang
berhubungan.
Konsep pertama menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya
merupakan system tertutup. Maksudnya, di bumi terdapat
berbagai macam peristiwa yang terjadi karena aktivitas –
aktivitas setiap bagian dari bumi. Bumi dikatakan sebagai
sistem dengan empat buah bagian, yaitu atmosfer, hidrosfer,
biosfer, dan litosfer. Di setiap bagian sistem itu terjadi
berbagai macam aktivitas yang saling berkaitan. Hal tersebut
menyebabkan bumi disebut sebagai suatu sistem tertutup.
Konsep kedua yakni menjelaskan bahwa bumi merupakan
satu – satunya tempat yang paling sesuai dengan kehidupan
manusia, akan tetapi sumber daya yang dimiliki sangat
terbatas. Menurut penulis senior dari The Earth and Human
Affairs, Leo F. Laporte, dia mempercayai isi dari konsep kedua
termasuk dua kebenaran pokok. Pertama, bahwa bumi ini
tentu saja satu-satunya tempat tinggal yang bias kita tempati.
Kedua, Sumber Daya Alam (SDA) kita terbatas dan walaupun
ada beberapa SDA yang bias diperbarui, tetapi masih lebih
banyak SDA yang tidak bias diperbarui. Tentunya akan
diperlukan tindakan yang tepat untuk bias memanfaatkannya
dengan baik sekaligus melestarikanya.
Konsep ketiga menjelaskan bahwa proses – proses fisik
yang terjadi di bumi mengubah bentang alam yang kita miliki.
Konsep ini memberikan kita suatu pengetahuan tentang
sejarah geologi mengenai proses yang telah terbentuk pada
masa lalu yang saat ini kita masih bias lihat hasil dari proses –
proses itu. Dengan kata lain, sekarang adalah kunci dari masa
lalu, yang diungkapkan oleh James Hutton (1785). Melalui
kemampuan malihat semua keadaan bentang alam di bumi
saat ini, kita dapat mengetahui proses – proses yang telah
terjadi pada masa lalu.
Konsep keempat yakni menjelaskan tentang banyak
proses alam yang terjadi di bumi yang membahayakan umat
manusia. Sebagai contoh, aktivitas gunung berapi, tsunami,
erosi, longsor, gempa bumi, dan lain sebagainya. Semua
bencana itu merupakan dampak dari proses – proses yang
terjadi di bumi, karena bumi merupakan suatu sistem yang
terus bergerak. Kita sebagai manusia yang tinggal di bumi
harus bias mengenali bencana alam dan menghindarinya
sebisa mungkin, serta kita berkewajiban untuk merawatnya
serta menggunakan potensi yang dimiliki bumi secara tepat
dan bertanggung jawab.
Konsep kelima menjelaskan tentang perencanaan
penggunaan
lahan
dan
pengairan
harus
berusaha
memperhatikan keseimbangan antara pertimbangan segi
ekonomi dan dari segi yang lain seperti estetika. Dewasa ini
pertimbangan sumber daya alam dan evaluasi keindahan
sebuah kawasan sebelum dilakukannya pembangunan
menjadi bagian penting dalam teori environmental impact
atau dampak lingkungan. Sehingga, disamping merencanakan
daerah yang ideal juga memperhatikan aspek keindahan atau
estetika.
Konsep keenam menjelaskan tentang dampak dari
penggunaan lahan yang cenderung bertumpuk. Sehingga, bila
membuat suatu rencana, rencana yang dibuat akan tepat
sasaran.
Konsep
ketujuh
menjelaskan
tentang
komponen
fundamental lingkungan merupakan factor geologi, dan
pemahaman tentang lingkungan memerlukan beberapa
pendekatan melalui ilmu – ilmu kebumian dan disiplin ilmu
yang lain yang berhubungan. Terdapat perbedaan dalam
mempertimbangkan suatu pembangunan sebuah wilayah
yang dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu fisik,
biologis, dan fungsi kedayagunaan. Faktor fisik yaitu
pertimbangan keadaan geografis, proses geografis, proses
hidrologi, tipe batuan dan tanah, serta klimatologi. Faktor
biologis yaitu, pertimbangan aktivitas mahluk hidup terutama
tumbuhan dan hewan, perubahan keadaan biologis atau
proses, spatial analisis terhadap informasi. Faktor fungsi
kedayagunaan yaitu, kegunaan lahan, estetika, keterkaitan
antara aktivitas manusia dengan factor fisik dan biologis, dan
peraturan yang mengatur lingkungan.
2.1.3 Aspek-Aspek Geologi Lingkungan
2.1.3.1
Litologi
Litologi
adalah
ilmu
tentang
batu-batuan
yang
berhubungan dengan sifat fisik, kimia, dan strukturnya.
Bagian dari bumi yang ikut dikaji dalam litologi adalah
litosfer yang tersusun atas lapisan kerak, lapisan
mantel, dan lapisan inti.
a. Batuan
Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam
yang
umumnya
tersusun
oleh
kumpulan
atau
kombinasi dari satu macam mineral atau lebih.
Batuan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut:
1) Batuan Beku
Batuan beku merupakan hasil pendinginan
dari magma pijar. Contoh batuan beku antara lain
adalah andesit dan diorit.
2) Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari endapan
material batuan beku yang terangkut oleh air,
angin, atau es yang kemudian diendapkan di
suatu tempat. Contohnya adalah batu breksi dan
batu gamping.
3) Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan jenis batuan
yang
terbentuk
akibat
proses metamorfisme
yang meliputi proses tekanan, temperatur, serta
aktifitas dari cairan kimia. Contohnya adalah
marmer dan kuarsit.
b. Tanah
Tanah
adalah
terbentuk
lapisan
dari
batuan
pelapukan
gembur
batuan
induk
yang
dan
pembusukan bahan organik. Tanah juga didefinisikan
sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi
yang tersusun dalam horison-horison, yang terdiri
atas bahan mineral, bahan organik, airdan udara.
Berikut merupakan jenis tanah:
1) Tanah Humus
Tanah
organik
hasil
yang
pembusukan
terjadi
secara
bahan-bahan
sempurna
dan
bersifat sangat subur. Tanah humus cocok untuk
tanaman kelapa, nanas, dan padi. Tanah jenis ini
terdapat
di
pulau
Sumatra,
Sulawesi,
Jawa
Barat,Kalimantan, dan Papua.
2) Tanah Pasir
Tanah pasir ialah tanah yang berasal dari
batuan pasir yang telah lapuk, sangat miskin
hara, daya tahan air sangat kurang, dan mudah
tererosi.
Tanah
jenis
ini
terdapat
di
Pulau
Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
a) Tanah Alluvial atau Tanah Endapan
Tanah alluvial adalah tanah yang berasal
dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran
air sungai. Kemampuan meresap air lambat
dan mudah tererosi. Jenis tanah ini terdapat
di semua kepulauan Indonesia, yaitu di
daratan rendah, lembah-lembah, cekungan,
dan di sepanjang aliran besar. Ciri-ciri tanah
alluvial adalah berwarna kelabu dan bersifat
subur. Tanah
ini
dimanfaatkan
untuk
persawahan, perladangan, perkebunan, dan
perikanan. Wilayah ini merupakan daerah
pertanian yang subur dan pusat persebaran
penduduk.
b) Tanah Podzolit
Tanah podzolik merah kuning adalah
tanah yang terjadi dari pelapukan batuan
yang mengandung kuarsa pada iklim basah
dengan curah hujan antara 2.500 - 3.500 mm
per tahun. Sifatnya mudah basah jika kena
air. Tanah padzolit memiliki ciri miskin unsur
hara dan tidak subur. Tanah ini cocok untuk
ditanami kelapa dan jambu mete. Jenis tanah
ini banyak terdapat di pegunungan yang
tinggi seperti di Sumatera, Sulawesi, Papua,
Jawa Barat, Maluku dan Nusa Tenggara. Di
tempat-tempat ini ditemukan persawahan,
perladangan, kebun karet dan kopi.
c) Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis (tanah tuff) adalah tanah
yang terjadi dari pelapukan batuan vulkanis.
Tanah ini bersifat subur karena mengandung
banyak unsur hara. Pada umumnya jenis
tanah ini mudah meresap air, tetapi daya
tahan air sangat kurang sehingga mudah
tererosi.
d) Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah yang banyak
mengandung zat besi dan aluminium, tidak
subur,
tandus,
kekuningan
kering
sampai
dan
merah
berwarna
muda.
Oleh
karena itu, tanah ini sering disebut tanah
merah. Unsur hara yang terkandung pada
tanah ini hilang karena terlarut oleh curah
hujan yang tinggi. Tanah ini cocok ditanami
kelapa
dan
jambu
mete.
Tanah
laterit
terdapat di Jawa Tengah, Lampung, Jawa
Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Barat,
dan Sulawesi Tenggara.
e) Tanah Mediteran atau Tanah Kapur
Tanah
kapur
mengandung
adalah
banyak
zat
tanah
yang
kapur.
Pada
umumnya, tanah ini terdapat di pegunungan
kapur tua. Meskipun tidak subur, tanah kapur
dapat ditanami pohon jati seperti tanah di
pegunungan kapur Pulau Jawa. Tanah ini
terdapat di Jawa Tengah, Jawa Tenggara,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Tanah kapur
atau mediteran dibagi menjadi:
Tanah Renzina atau Mollisols
Tanah hasil proses pelapukan batuan
kapur pada daerah dengan curah hujan
tinggi. Tanah ini memiliki ciri berwarna
hitam dan miskin zat hara. Sebagian
besar tanah renzina terdapat di daerah
berkapur
seperti
Gunungkidul
(Yogyakarta)
Tanah Mediteran
Tanah hasil proses pelapukan batuan
kapur keras dan batuan sedimen. Warna
tanah ini kemerahan sampai coklat dan
bersifat kurang subur namun cocok untuk
tanaman palawija, jati, tembakau, dan
jambu mete.
f) Tanah Andosol
Tanah andosol terbentuk dari endapan
abu
vulkanik
pelapukan
yang
sehingga
telah
mengalami
menghasilkan
tanah
yang subur. Jenis tanah ini berwarna cokelat
kehitaman, tersebar di pulau-pulau yang
memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra
bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa
Tenggara.
Tanah
ini
cocok
digunakan
untukpertanian tanaman palawija (seperti
jagung), tembakau, dan buah-buahan.Tanah
jenis ini banyak ditemukan di dataran tinggi
bersuhu sedang hingga dingin. Oleh karena
itu, jenis tanah ini banyak dikembangkan
untuk tanaman perkebunan dan hortikultura.
2.1.3.2
Klimatologi
Klimatologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Klima
yang berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke
lintang tempat dan Logos yang berarti Ilmu. Definisi
klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan
penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai
tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara
iklim dengan aktivitas manusia.
Udara mempunyai sifat yang sangat dinamis, suhu
dan kelembaban udara akan berubah dari waktu ke
waktu.
Intensitas
cahaya
yang
diteruskan
ke
permukaan bumi setelah melalui lapisan atmosfer akan
selalu berubah, tergantung keadaan penyebaran dan
ketebalan
awan.
Demikian
kecepatan
angin.
Kondisi
pula
atmosfer
halnya
dengan
yang
dinamis,
berubah-ubah dalam waktu singkat disebut dengan
cuaca. Karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang
didasarkan atas data yang terkumpul selama kurun
waktu yang lama, sekitar 30 tahun terakhir, disebut
iklim. Berdasarkan perbedaan karakteristik cuaca antarwilayah di muka bumi, maka ahli-ahli klimatologi
membuat klasifikasi iklim, misalnya zona iklim tropika
basah yang karakteristik utamanya adalah curah hujan
tinggi, kelembaban udara tinggi, dan suhu rata-rata
yang juga tinggi.
Variasi dari unsur-unsur iklim ini dijadikan dasar
klasifikasi iklim. Iklim merupakan salah satu faktor
(selain tanah) yang akan mempengaruhi distribusi
tumbuhan.
Beberapa
sistem
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
klasifikasi
iklim
di
a.
Sistem Klasifikasi Koppen (1846-1940)
Seorang ahli klimatologi Jerman, Waladimir Koppen,
memperkenalkan lima tipe iklim utama yaitu:
1) Iklim tropika basah (Rainy tropical climate).
2) Iklim kering (Dry climate).
3) Iklim hujan suhu sedang (Warm temperatare
rainy climate).
4) Iklim hutan bersalju dingin (Cold snowy forest
climate).
5) Iklim kutub (Polar climate).
b. Sistem Klasfikasi Mohr (1933)
Klasifikasi iklim Mohr didasarkan atas jumlah
bulan basah dan bulan kering dalam setahun. Bulan
basah dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan
total curah hujan kumulatif lebih dari 100 mm,
sedangkan bulan kering memiliki total curah hujan
kumulatif kurang dari 60 mm.
c. Sistem Klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951).
Klasifikasi
iklim
Schmidt-Ferguson
ini
didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan kering
dan jumlah bulan basah dalam setahun. Nisbah ini
diberi simbol Q.
Q=
Jumla h bulan kering
Jumla h bulanbasa h
Berdasarkan nilai Q ini, maka wilayah
Indonesia mungkin untuk dibedakan menjadi 8 zona
iklim.
Tabel 1.1
Zona Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidt
dan Ferguson
Zo
Bulan
Nilai Q
Kondisi Iklim
na
A
Kering
< 1,5
10,5
7,00
>7,00
Luar biasa kering (extremely
F
dry)
Sumber : Dasar-dasar klimatologi, 1997
d. Sistem Klasifikasi Oldeman (1974)
Mempertimbangkan
fakta
bahwa
padi
merupakan tanaman pangan yang paling pentingdi
Indonesia,maka L.R. Oldeman menyusun klasifikasi
iklim Indonesia berdasarkan jumlah bulan basah
yang berlangsung secara berturut-turut. Berbeda
dengan Mohr, dalam klasifikasi Oldeman, bulan
basah adalah bulan dengan total curah hujan
kumulatif lebih dari 200 mm dan bulan kering
adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif
kurang dari 100 mm. Kriteria bulan basah dan bulan
kering ini dikatikan dengan kebutuhan air konsumtif
untuk tanaman padi yang ditaksir sekitar 160 mm
pada musim kemarau dan sekitar 110 mm pada
musim hujan. Jumlah air yang dibutuhkan ini
dihitung berdasarkan laju kehilangan air melalui
proses evaportranspirasi pada pertanaman padi.
Berdasarkan jumlah bulan basah berturut- turut,
Oldeman membuat 5 zona agroklimat utama, istilah
agroklimat digunakan untuk mencerminkan zona
iklim yang dikaitkan dengan kebutuhan budi daya
pertanian.
2.1.3.4
Stratigrafi
Stratigrafi adalah salah satu cabang dari ilmu
geologi, yang berasal dari bahasa Latin, Strata yang
berarti perlapisanatau hamparan, dan Grafia yang
artinya memberikan atau menggambarkan. Pengertian
stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang
lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan
itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan
untuk
mendapatkan
pengetahuan
tentang
sejarah
bumi.Prinsip-prinsip dasar stratigrafi, digunakan dalam
penentuan urut-urutan kejadian geologi adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip Superposisi
Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak
bumi tempat diendapkannya sedimen, lapisan yang
paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali
pada
lapisan-lapisan
yang
telah
mengalami
pembalikan.
b. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)
Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen
dipengaruhi oleh gravitasi akan membentuk lapisan
yang
mendatar
(horizontal).
Implikasi
dari
pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring
atau
terlipatkan,
terjadi
setelah
proses
pengendapan.
Pengecualian
lingkungan
pada
delta,
keadaan
pantai,
tertentu
seperti
batugamping,
dan
terumbu dapat terjadi pengendapan miring yang
disebut Kemiringan Asli (original dip) dan disebut
clinoform.
c. Azas Pemotongan (Cross Cutting)
Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau
tubuh intrusi haruslah berusia lebih muda dari
batuan yang diterobosnya.
d. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus
dan berkesinambungan sampai batas cekungan
sedimentasinya.
Penerusan
bidang
perlapisan
adalah penerusan bidang kesamaan waktu atau
merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi.
Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak
mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba,
kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan
terhentinya kesinambungan lateral, yaitu:
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi
cekungan sedimentasinya
Perubahan Fasies, perbedaan sifat litologi dalam
suatu garis waktu pengendapan yang sama
atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang
sama (menjemari).
Pemotongan karena Ketidakselarasan, dijumpai
pada
jenis
ketidakselarasan
Angular
Unconformity di mana urutan batuan di bawah
bidang
ketidakselarasan
membentuk
sudut
dengan batuan diatasnya. Pemancungan atau
pemotongan terjadi pada lapisan batuan di
bawah bidang ketidakselarasan.
Dislokasi
karena
batuan
karena
sesar,
gaya
pergeseran
lapisan
tektonik
yang
menyebabkan terjadinya sesar atau patahan.
e.
Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)
Penggunaan fosil dalam penentuan umur
geologi berdasarkan dua asumsi dalam evolusi
organik.Asumsi
senantiasa
pertama
berubah
adalah
sepanjang
organisme
waktu
dan
perubahan yang telah terjadi pada organisme
tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah
geologi adalah jumlah dari seluruh kejadian yang
telah terjadi sebelumnya. Asumsi kedua adalah
kenampakan-kenampakan
anatomis
dapat
ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua
yang mewakili kondisi primitif organisme tersebut.
f.
Teori Katastrofisme (Catastrophism)
Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang
kebangsaan
Perancis
pada
tahun
1830.
berpendapat bahwa flora dan fauna dari
Ia
setiap
zaman itu berjalan tidak berubah, dan sewaktu
terjadinya revolusi maka hewan-hewan ini musnah.
Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul
hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih
umum disebut dengan teori Malapetaka.
g. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)
Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini
berbunyi “The Present is The Key to The Past“,
yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang
adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada
zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang
ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat
dan
proses
yang
berkesinambungan
seragam
dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal
ini menjelaskan bahwa rangkaian pegununganpegunungan besar, lembah serta tebing curam
tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba,
akan tetapi melalui proses alam yang berjalan
dengan
sangat
lambat.Kesimpulan
dari
teori
Uniformitarianisme adalah :
Proses-proses
alam
berlangsung
secara
berkesinambungan.
Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini,
terjadi pula pada masa lampau namun dengan
intensitas yang berbeda.
h. Siklus Geologi
Siklus geologi terdiri dari proses Orogenesa
(Pembentukan
Gliptogenesa
Deretan
(Proses-
Pegunungan),
proses
Eksogen
proses
atau
Denudasi) dan proses litogenesa (Pembentukan
Lapisan Sedimen). Bumi tercatat telah mengalami
sembilan kali siklus geologi dan yang termuda
adalah pembentukan deretan pegunungan Alpen.
Susunan stratigrafi menurut RE. Thden, dkk :1996
adalah sebagai berikut:
a. Endapan Aluvium (Qa)
Merupakan
endapan
endapan
alluvium pantai,
yang
terdiri
sungai dan
dari
danau.
Endapan pantai sebagian besar litologinya terdiri
dari
lempung,
lanau,
pasir
dan
campuran
diantaranya mencapai ketebalan 50 meter atau
lebih. Sedangkan endapan sungai dan danau
terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lanau yang
memiliki ketebalan mencapai antara 1-3 meter,
yang bongkahannya tersusun dari andesit, batu
lempungan dan sedikit batu pasir, dan makin
kearah pantai makin bersifat lempung.
b. Batuan Gunungapi Gajah Mungkur (Qhg)
Batuannya berupa lava andesit berwarna
abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin,
komposisi terdiri dari feldspar, hornblende, dan
augit, bersifat keras dan kompak. Memperlihatkan
struktur kekar berlembar (sheeting joint).
c. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
Batuannya berupa lava basalt, berwarna abuabu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri
dari feldspar, olivine dan augit, sangat keras.
d. Formasi Jongkong (Qpj)
Breksi andesit hornblende dan aliran lava.
Breksi
andesit
komponen
berwarna
berukuran
1-50,
coklat
kehitaman,
porositas
sedang,
kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu
tua, berbutir halus dan memperlihatkan struktur
vasikuler.
e. Formasi Damar (QTd)
Formasi ini dibagi lagi menjadi tiga macam
yaitu formasi damar bagian bawah, bagian tengah,
dan bagian atas.
Formasi Damar Bagian Bawah
Terdiri dari tufa pasiran warna abu-abu, batu
pasir tufaan, berlapis, putih keabu-abuandan
konglomerat
Konglomerat
dari
batuan
yang
keras
tersebut
dan
kompak.
komponennya
andesit
dan
terdiri
kadang-kadang
batuan andesit basaltik. Komponen rata-rata
berdiameter 5 cm, bentuk agak bulat, sebagai
matriknya batuan tufaan.
Formasi Damar Bagian Tengah
Pada bagian bawah terdiri dari breksi tufa
yang tidak kompak dan berlapis. Breksi tufa
komponennya terdiri atas andesit dan andesit
basaltic. Komponennya berdiameter 2-7 cm.
Di atas lapisan breksi tufa ini terdapat lapisan
batupasir tufaan dan batupasir konglomerat
yang kompak. Bagian atas terdiri dari formasi
damar bagian tengah yang terdiri dari breksi
tufa. Umur dari formasi damar bagian tengah
adalah plestosen bawah.
Formasi Damar Bagian Atas
Terdiri dari lapisan berselang-seling antara
batupasir tufaan, tufa, lempungan dan tufa
konglomerat.
Batupasir
tufaan
umumnya
berwarna coklat tua, tebalnya 0,5-2,5 m.
Pengendapan formasi damar
terus berlanjut
hingga plestosen tengah dengan komposisi
batuannya
berupa
konglomerat dan breksi.
lempung
tufaan,
f.
Formasi Kaligetas (Qpkg)
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar
dengan sisipan lava dan tufa halus sampai kasar,
setempat dibawahnya ditemukan batu lempung.
g. Formasi Kalibening (Tmkl)
Batuanterdiri dari napal, batupasirtufaan dan
batuangamping.
h. Formasi Kerek (Tmk)
Perselingan batu gamping, napal, batu pasir, tufaan,
konglomerat, breksi vulkanik danbatu lempung. Unsur –
unsur stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun,
yaitu:
Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih
diperdalam untuk dipelajari adalah batuan sedimen,
karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang
batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam
kapasitas yang sedikit.
Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu
sifat batuan sedimen yang disebabkan oleh proses
pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas
antara lapisan satu dengan yang
lainnya yang
merepresentasikan perbedaan waktu atau periode
pengendapan.
Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu
proses sedimentasi yang berupa:
1) Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan
kemudian
dilanjutkan
oleh
pengendapan
sedimen yang lain.
2) Perubahan
warna
material
batuan
yang
diendapkan.
3) Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan
ukuran dan bentuk butir).
4) Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke
lapisan lainnya.
5) Perubahan
kandungan
material
dalam
tiap
lapisan (komposisi mineral, kandungan fosil,
dll).
Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang
batas antara satu lapisan dengan lapisan yang lain.
Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar
lapisan.Terdapat dua macam kontak antar lapisan,
yaitu :
1) Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu
dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan
sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat
dengan mudah diamati perbedaannya antara
satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan
mencolok tersebut salah satu contohnya berupa
perubahan litologi.
2) Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan
yang perubahannya bergradasi sehingga batas
kedua
lapisan
menentukannya
tidak
jelas
dan
mempergunakan
untuk
cara–cara
tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur,
yaitu:
a) Kontak Progradasi
b) Kontak Interkalasi
c) Kontak erosional, merupakan kontak antar
lapisan
dengan
kenampakan
bidang
perlapisan yang tergerus atau tererosi baik
oleh
arus
maupun
oleh
material
yang
terbawa oleh arus. Skala yang lebih luas,
kontak antar formasi ataupun antar satuan
batuan yang memiliki karakteristik yang
sama,
dikenal
dengan
istilah
hubungan
stratigrafi. Kontak atau hubungan stratigrafi
ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras
dan kontak tidak selaras.
d) Kontak
Selaras
atau
disebut
conformity
yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan
yang
sejajar
dengan
volume
interupsi
pengendapan yang kecil atau tidak ada
sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua,
yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.
e) Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut
unconformity yaitu merupakan suatu bidang
ketidakselarasan
empat
macam
antar
bidang
lapisan.
Terdapat
ketidakselarasan,
yaitu:
Angular
Unconformity,
ketidakselarasan
disebut
sudut,
juga
merupakan
ketidakselarasan yang kenampakannya
menunjukan suatu lapisan yang telah
terlipatkan dan tererosi, kemudian di
atas
lapisan
tersebut
diendapkan
lapisan lain.
Disconformity, kenampakannya berupa
suatu lapisan yang telah tererosi dan di
atas bidang erosi tersebut diendapkan
lapisan lain.
Paraconformity,
disebut
juga
keselarasan semu, yang menunjukkan
suatu lapisan di atas dan di bawahnya
yang
sejajar,
ketidakselarasannya
dibidang
tidak
terdapat
tanda-tanda fisik untuk membedakan
bidang sentuh dua lapisan berbeda.
Untuk menentukan perbedaannya harus
dilakukan analisis Paleontologi (dengan
memakai kisaran umur fosil).
Nonconformity,
merupakan
ketidakselarasan
yang
yang
terjadi
dimana terdapat kontak jelas antara
batuan
beku,
batuan
sedimen
dan
batuan metamorf.
Hubungan
diobservasi
stratigrafi
dalam
ini,
skala
sangat
singkapan.
sulit
untuk
Hubungan
stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola
jurus. Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini
merupakan suatu kenampakan yang terdapat pada
batuan
sedimen
disebabkan
oleh
di
mana
proses
kenampakannya
sedimentasi
pada
itu
batuan
tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas biogenik
(oleh hewan dan tumbuhan) serta aliran gravitasi
sedimen. Struktur sedimen ini harus dianalisa langsung
di
lapangan,
lingkungan
dengan
tujuan
pengendapan
untuk
batuan
menentukan
serta
untuk
menentukan posisi atas dan bawah dari suatu lapisan.
2.1.3.5
Hidrogeologi
Hidrogeologi dapat diartikan menjadi geologi air
(the geology of water). Secara definitif dapat dikatakan
merupakan suatu studi dari interaksi antara batuan dan
air tanah. Termasuk di dalamnya terdapat transportasi
massa. Material, reaksi kimia, perubahan temperatur,
perubahan topografi, dan lainnya. Proses ini terjadi
dalam skala waktu harian (daily time scale). Sedangkan
gerakan air di dalam tanah melalui sela-sela dari
kerangka batuan dikenal juga dengan istilah aliran air
tanah (groundwater flow).
Definisi air tanah adalah sejumlah air di bawah
permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan
sumur-sumur, terowongan, atau sistem drainase. Dapat
juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke
permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.Ilmu
hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi
dan ilmu hidrolika yang dititik beratkan pada gerakan
atau aliran air di dalam tanah secara hidrolik. Gabungan
dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit
pengertian geologi dari air. Sebagai salah satu sumber
alam
yang
dimanfaatkan
untuk
berbagai
macam
keperluan bagi umat manusia.
Hal yang cukup yaitu bahwa gerakan aliran dalam
tanah hampir selalu mengikuti prinsip gerakan laminer.
Hal ini penting dikemukakan karena merupakan suatu
batas
(boundary)
pengkajian
dalam
menganalisa
gerakan aliran dalam tanah ini. Biasanya turbulensi
hanya terjadi di sekitar sumur bilamana pengambilan
air tanah memakai sumur pompa baik itu sumur
dangkal maupun dalam. Hal di atas merupakan salah
satu fenomena yang menunjukkan bahwa hidrogeologi
juga dikenal dengan sebutan hidrolika media porous.
Beberapa istilah penting yang merupakan bagian dari
hidrogeologi dijelaskan definisinya, yaitu:
a. Akuifer
Akuifer adalah suatu lapisan, formasi, atau
kelompok formasi satuan geologi yang permeable
baik
yang
terkonsolidasi
(misalnya
lempung)
maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan
kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran
konduktivitas
hidraulik
(K)
sehingga
dapat
membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah
yang ekonomis.
b. Aquiclude (impermeable layer)
Aquiclude
adalah
suatu
lapisan
lapisan,
formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang
impermable dengan nilai konduktivitas hidraulik
yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air
melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan
lapisan pambatas atas dan bawah suatu confined
aquifer.
c. Aquitard (semi impervious layer)
Aquitard adalah suatu lapisan, formasi, atau
kelompok formasi suatu geologi yang permable
dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil
namun masih memungkinkan air melewati lapisan
ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat
dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas
dan bawah suatu semi confined aquifer.
d. Confined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air yang
dibatasi
oleh
lapisan
atas
dan
bawahnya
merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih
besar
dari
tekanan
atmosfir.
Pada
lapisan
pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).
e. Semi Confined (leaky) Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air yang
dibatasi oleh lapisan atas berupa aquitard dan
lapisan
bawahnya
merupakan
aquiclude.
Pada
lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat
aquitard masih ada air yang mengalir ke akuifer
tersebut
(influx)
walaupun
hidraulik
konduktivitasnya
jauh
lebih
kecil
dibandingkan
hidrolik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada
akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir.
f.
Unconfined Aquifer
Merupakan
akuifer
jenuh
lapisan pembatasnya merupakan
air
(satured),
aquitard, hanya
pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas
aquitard dilapisan atasnya, batas di lapisan atas
berupa
muka
air
tanah.
Dengan
kata
lain
merupakan akuifer yang mempunyai muka air
tanah.
g. Semi Unconfined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air (satured)
yang
dibatasi
hanya
lapisan
bawahnya
yang
merupakan aquitard. Pada bagian atasnya ada
pembatas yang mempunyai hidrolik konduktivitas
lebih kecil daripada hidrolik konduktivitas dari
akuifer. Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah
yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.
h. Artesian Aquifer
Merupakan
ketinggian
confined
hidroliknya
aquifer
(potentiometric
dimana
surface)
lebih tinggi daripada muka tanah. Oleh karena itu
apabila pada akuifer ini dilakukan pengeboran
maka akan timbul pancaran air (spring), karena air
yang keluar dari pengeboran ini berusaha mencapai
ketinggian hidrolik tersebut.
2.1.3.6
Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air
bumi, terjadinya peredaran, sifat-sifat kimia dan fisik,
dan reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungannya
dengan makhluk-makhluk hidup (Internatinal Glossary
of
Hidrology,
1974)
[ErsinSeyhan,1990].
Akibat
perkembangan yang ada maka ilmu hidrologi telah
berkembang menjadi ilmu yang mempelajari sirkulasi
air. Jadi dapat dikatakan, hidrologi adalah ilmu untuk
mempelajari; presipitasi (precipitation), evaporasi dan
transpirasi (evaporation), aliran permukaan (surface
stream flow), dan air tanah (groun water).
2.1.3.7
Struktur Geologi
Dikutip dari buku Geologi untuk Perencanaan karya
Djauhari Noor (2011), geologi struktur adalah bagian
dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.
Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk
dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang
bekerja di dalam bumi dan menghasilkan ‘Tektonik
Lempeng’. Deformasi pada batuan dapat berbentuk
lipatan, patahan/sesar, dan kekar.
a. Lipatan (Fold)
Lipatan adalah suatu deformasi batuan yang
berbentuk gelombang sinusoidal dimana gaya yang
bekerja pada batuan tidak melampaui batas
elastisitasnya, sehingga batuan tidak mengalami
pensesaran. Lipatan sinklin adalah bentuk lipatan
yang cekung ke arah bawah, sedangkan lipatan
antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Berdasarkan kemiringan sayap-sayap suatu lipatan,
maka lipatan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Lipatan Simetri adalah lipatan yang kemiringan
lapisan batuan pada kedua sayapnya memiliki
sudut yang sama besarnya.
Lipatan Asimetri adalah lipatan yang kemiringan
lapisan batuan pada kedua sayapnya tidak
sama besar.
Lipatan Rebah (overturne fold/ recumbent fold)
adalah lipatan yang kedua sayapnya telah
mengalami pembalikan arah kemiringan lapisan
batuannya.
Lipatan Sersan (chevron fold) adalah lipatan
yang berbentuk seperti segitiga.
b. Patahan/Sesar (Fault)
Patahan/sesar adalah pergeseran sebagian
massa atau tubuh batuan dari kedudukan semula
yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada
batuan tersebut. Struktur sesar dalam geologi
dikenal ada 3 jenis, yaitu:
1. Sesar Mendatar (Strike Slip Fault) adalah sesar
yang pergerakannya sejajar, blok bagian kiri
relatif bergeser ke arah yang berlawanan
dengan blok bagian kanannya. Berdasarkan
arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar
dapat dibagi menjadi dua jenis sesar, yaitu:
- Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar
menganan)
yaitu
sesar
yang
arah
pergerakannya
searah
dengan
arah
perputaran jarum jam.
- Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar
mengiri)
yaitu
sesar
yang
arah
pergerakkannya berlawanan dengan arah
jarum jam. Pergeseran pada sesar mendatar
dapat sejajar dengan permukaan sesar atau
pergeseran sesarnya dapat membentu sudut
(dip-slip/oblique).
Sedangkan
bidang
sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun
menyudut dengan bidang horizontal.
2. Sesar Naik (Thrust fault/reverse fault) adalah
sesar dimana salah satu blok batuan bergeser
ke arah atas dan blok bagian lainnya bergeser
kearah bawah di sepanjang bidang sesarnya.
Pada umumnya bidang sesar naik mempunyai
kemiringan lebih kecil dari 450C.
3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang
terjadi karena pergeseran blok batuan akibat
pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar
normal terjadi sebgai akibat dari hilangnya
pengaruh gaya sehingga batuan menuju ke
posisi seimbang. Sesar normal dapat terjadi dari
kekar tension, release maupun kekar gerus.
c. Kekar (Fracture)
Kekar adalah struktur retakan/ rekahan
terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum
mengalami pergeseran. Secara umum, struktur
kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang
bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah
sebagai berikut:
1. Shear Joint ( Kekar Gerus) adalah retakan/
rekahan
yang
membentuk
pola
saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan
arah gaya utama. Kekar jenis shear joint
umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint
adalah retakan/rekahan yang
berpola sejajar dengan arah gaya utama.
Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension
Joint
(release
joint)
adalah
retakan/rekahan yang berpola tegak lurus
dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan
umumnya terbuka.
2.1.3.8
Gambar 2.1 Diagram Kekar dan Sesar
Sumber: Stratigrafi dan struktur
geologi, 1995
Bahaya Geologi
Bahaya
geologi
merupakan
bencana
yang
disebabkan oleh proses-proses geologi. Bahaya yang
disebabkan oleh proses-proses geologi antara lain,
yaitu:
a. Bahaya Longsoran Tanah
Longsoran tanah atau gerakan tanah adalah
proses perpindahan masa batuan/ tanah akibat
gaya berat (gaya gravitasi). Longsoran tanah
banyak menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
harta benda. Tidak jarang pemukiman yang
dibangun
di
sekitar
perbukitankurang
memperhatikan masalah kestabilan lereng, struktur
batuan, dan proses-proses geologi yang terjadi di
kawasan tersebut sehingga secara tidak sadar
potensi bahaya longsoran tanah setiap saat
mengancam
jiwanya.
Berdasarkan
tipenya,
longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu:
1. Gerakan tanah tipe aliran lambat (slow
flowage) terdiri dari:
Rayapan (Creep)
Rayapan tanah (Soil creep)
Rayapan talus (Talus creep)
Rayapan batuan (Rock creep)
Rayapan batuan glacier (Rock-glacier
creep)
Solifluction/ Liquefaction
2. Gerakan tanah tipe aliran cepat (rapid
flowage) terdiri dari:
Aliran lumpur (Mudflow)
Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow)
Aliran campuran masa tanah dan batuan
(Debris avalanche)
3. Gerakan tanah tipe luncuran (landslide) terdiri
dari:
Nendatan (Slump)
Luncuran dari campuran masa tanah dan
batuan (Debris slide)
Gerakan jatuh bebas dari campuran masa
tanah dan batuan (Debris fall)
Luncuran masa batuan (Rock slide)
Gerakan jatuh bebasa masa batuan (Rock
fall)
Amblesan (Subsidence)
Faktor-faktor yang mempengaruhi longsoran
tanah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
faktor yang bersifat pasif dan faktor yang bersifat
aktif.
Faktor yang bersifat pasif pada longsoran tanah
adalah:
a) Litologi: material yang tidak terkonsolidasi
atau rentan dan mudah meluncur karena
basah akibat masuknya air ke dalam tanah.
b) Susunan Batuan (stratigrafi): pelapisan
batuan dan perselingan batuan antara batuan
lunak dan batuan impermeable.
c) Struktur geologi: jarak antara rekahan/ joint
pada batuan, patahan, zona hancuran,
bidang foliasi, dan kemiringan lapisan batuan
yang besar.
d) Topografi: lereng yang terjal atau vertical.
e) Iklim: perubahan temperature tahunan yang
ekstrim dengan frekuansi hujan yang intensif.
f) Material organik: lebat atau jarangnya
vegetasi.
Faktor yang bersifat aktif pada longsoran tanah
adalah:
a) Gangguan yang terjadi secara alamiah
ataupun buatan.
b) Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena
aliran air.
c) Pengisian air ke dalam tanah yang melebihi
kapasitasnya, sehingga tanah menjadi jenuh
air.
d) Getaran-getaran tanah yang diakibatkan oleh
seismisitas atau kendaraan berat.
b. Bahaya Erupsi Gunung Api
Bahaya gunung api adalah bahaya yang
disebabkan oleh letusan/kegiatan gunung api,
berupa benda padat, cair, dan gas serta campuran
diantaranya yang mengancam atau cenderung
merusak dan menimbulkan korban jiwa serta
kerugian harta benda dan tatanan (lingkungan)
kehidupan manusia.Dampak letusan gunung api
terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang
bersifat negatif dan positif. Beberapa dampak
negatif dari letusan gunung api adalah:
1. Bahaya yang langsung, terjadi pada saat
letusan
(lava,
awan
panas,
jatuhan
piroklastik/ bom, lahar letusan dan gas
beracun).
2. Bahaya tidak langsung, terjadi setelah
letusan (lahar hujan, kelaparan akibat
rusaknya
lahan
pertanian/perkebunan/perikanan), kepanikan,
pencemaran udara/air oleh gas racun: gigi
kuning/keropos, endemic gondok, kecebolan
dan sebagainya.
Sedangkan dampak positif dari letusan gunung api
adalah:
1. Bahan galian: seperti batuan dan pasir bahan
bangunan, peralatan rumah tangga, patung
dan lain-lain.
2. Mineral: belerang, gypsum, zeolit, dan juga
emas (epitermal gold).
3. Energi panas bumi: listrik, pemanas ruangan,
agribisnis.
4. Mata
air
panas:
pengobatan/terapi
kesehatan.
5. Daerah wisata: keindahan alam.
6. Lahan
yang
subur,
pertanian
dan
perkebunan.
7. Sumberdaya air: air minum, pertanian/
peternakan dan lain-lain.
c. Bahaya Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran dalam bumi
yang terjadi sebagai akibat dari terlepasnya energi
yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan yang
mengalami
deformasi.
Gempabumi
dapat
didefinisikan sebagai rambatan gelombang pada
masa batuan/tanah yang berasal dari hasil
pelepasan energi kinetik yang berasal dari dalam
bumi. Sumber energi yang dilepaskan dapat berasal
dari hasil tumbukan lempeng, letusan gunung api,
atau longsoran masa batuan/tanah. Hampir seluruh
kejadian gempa berkaitan dengan suatu patahan,
yaitu satu tahapan deformasi batuan atau aktivitas
tektonik dan dikenal dengan gempa tektonik.
Sebaran pusat-pusat gempa (episentrum) di
dunia tersebar di sepanjang batas-batas lempeng
(divergen, convergen, maupun transform), oleh
karena itu terjadinya gempabumi sangat berkaitan
dengan Teori Tektonik Lempeng. Di samping gempa
tektonik, ada juga gempa minoryang disebabkan
oleh longsoran tanah, letusan gunung api, dan
aktivitas manusia. Gempa minor umumnya hanya
dirasakan secara lokal dan getarannya tidak
menyebabkan kerusakan atau kerugian harta
benda maupun jiwa.
Intensitas dan magnitude gempa yang terjadi
di permukaan bumi dapat diketahui melalui alat
seismograf, yaitu suatu alat pencatat getaran
seismik yang sangat peka yang ditempatkan
diberbagai lokasi di bumi. Alat seismograf akan
mencatat setiap getaran seismik yang sampai ke
alat tersebut. Rambatan gelombang seismik yang
berasal dari energi yang dilepaskan dari hasil
pergerakan lempeng dapat menimbulkan bencana.
Tingkat kerusakan akibat bencana gempabumi ini
ditentukan oleh besarnya magnitude dan intensitas
serta waktu dan lokasi pusat gempa. Bencana
akibat gempa bumi dapat berupa:
1. Rekahan atau patahan di permukaan bumi
(Ground rupture)
2. Getaran/guncangan
permukaan
tanah
(Ground shaking)
3. Longsoran tanah (Mass movement)
4. Kebakaran
5. Perubahan
pengairan
(Drainage
modifications)
6. Perubahan air bawah tanah ( Ground water
modifications)
7. Tsunami.
Gambar 2.2 Proses Terjadinya Gempa
Sumber: Stratigrafi dan struktur geologi, 1995
Mitigasi bencana geologi pada hakekatnya
adalah mengurangi resiko bencana geologi
terhadap harta benda maupun jiwa manusia.
Mitigasi merupakan suatu upaya kerjasama antar
ahli-ahli teknik dan para pembuatan kebijakan dan
menghasilkan peraturan-peraturan pembangunan
untuk suatu wilayah yang rentan bahaya geologi.
Usaha-usaha penanggulangan bencana untuk
meminimalkan kerugian, baik kerugian harta benda
ataupun jiwa manusia yang disebabkan oleh
gempabumi dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain ialah:
1. Melakukan pemetaan penyebaran lokasi-lokasi
gempa yang disajikan dalam bentuk Peta Rawan
Bencana Gempabumi/ Seismik.
2. Membuat peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan desain stuktur bangunan tahan gempa
guna mencegah runtuhnya bangunan ketka
terjadi gempa.
3. Tidak membangun bangunan di wilayah yang
rawan bencana gempabumi.
4. Menghindari lahan-lahan yang rawan gempa
untuk areal pemukiman dan aktivitas manusia.
5. Melakukan penataan ruang baik yang berada di
sekitar pantau ataupun di daratan guna
mencegah dan menghindari terjadinya korban
jiwa dan harta serta dampak yang mungkin
timbul ketika bencana itu terjadi.
6. Memasang Sistem Peringatan Dini (Early
Warning System)
d. Bahaya Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran
air yang berlebihan sehingga merendam daratan.
Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan
air seperti sungai atau danau yang meluap atau
menjebol bendungan sehingga air keluar dari
batasan alaminya. Ukuran badan air terus berubahubah sesuai perubahan curah hujan dan atau
pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi
tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang
dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan
permukiman lain. Banjir juga dapat terjadi di
sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran
air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering
mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan
yang dibangun di sekitar sungai. Berikut ini jenisjenis dan penyebab utama banjir:
1. Sungai
Banjir dapat disebabkan oleh endapan dari
hujan atau pencairan salju cepat melebihi
kapasitas saluran sungai yang diakibatkan oleh
hujan. Gangguan drainase tidak terduga
seperti tanah
longsor, es,
atau puingpuing dapat mengakibatkan banjir perlahan di
bagian hulu. Ada pula banjir bandang akibat
curah hujan konvektif (badai petir besar) atau
pelepasan mendadak endapan hulu yang
terbentuk
di
belakang bendungan, tanah
longsor, atau gletser.
2. Muara
Banjir muara biasanya diakibatkan oleh
penggabungan pasang laut yang diakibatkan
angin badai.
3. Pantai
Banjir di sekitar pantai diakibatkan badai laut
besar atau bencana lain seperti tsunami .
4. Malapetaka
Banjir jenis ini diakibatkan oleh peristiwa
mendadak seperti jebolnya bendungan atau
bencana lain seperti gempa bumi dan letusan
gunung berapi.
5. Manusia
Banjir yang disebebkan oleh manusia contohnya
kerusakan
tidak
disengaja
oleh
pekerja
terowongan atau pipa.
6. Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan
endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian
terpisah dari endapan dan terangkut sebagai
materi tetap atau penumpukan dasar sungai.
Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai
mencapai daerah berpenghuni.
7. Lainnya
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di
permukaan kedap air (misalnya akibat hujan)
dan tidak dapat terserap dengan cepat
(orientasi lemah atau penguapan rendah).
e. Bencana Buatan
Bencana
buatan
adalah
bencana
yang
ditimbulkan oleh perbuatan dan aktivitas manusia.
Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia
selain memberikan dampak positif, juga dapat
menimbulkan dampak negatif dan membahayakan
kehidupan manusia. Bencana buatan antara lain
tewujud dan terpicu atau meningkatkan bahaya
geologi serta kerusakan lingkungan termasuk
pencemaran. Beberapa contoh bencana geologi
buatan yang kemungkinan dapat ditimbulkan oleh
kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan:
1. Tekanan yang besar terhadap sumberdaya air,
terutama air bersih.
2. Pencemaran air permukaan dan air tanah dari
tempat pembuangan sampah, limbah rumah
tangga, limbah industri, dan limbah fasilitas
perkotaan lainnya.
3. Perubahan bentang alam.
4. Perubahan neraca air.
5. Tekanan yang besar terhadap sumberdaya
bahan bangunan.
6. Amblesan dan perusakan air
7. Penyusupan air laut untuk daerah pantai.
8. Longsor dan erosi tanah di daerah perbukitan
dan
longsoran
karena
kurang
tepatnya
bangunan.
2.1.4 Tata Guna Lahan
2.1.4.1
Pengertian Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan adalah suatu upaya dalam
merencanakan penggunaan lahan suatu kawasan,
meliputi pembagian wilayah peruntukan yang nantinya
akan difungsikan menurut fungsi dan kegunaannya
masing-masing. Seperti misalnya fungsi pemukiman,
pendidikan, perkantoran, dll. Rencana tata guna lahan
merupakan sebuah kerangka kerja yang menetapkan
keputusan dan kebijakan terkait tentang lokasi,
kapasitas, dan . Tata guna lahan merupakan hal yang
paling penting dan harus menjadi perhatian utama
dalam proses pembangunan dan perkembangan suatu
wilayah, karena dari perencanaan tata guna lahannya
lah yang menentukan apakah suatu wilayah tersebut
nantinya dapat semakin maju, mengalami stagnasi,
atau
bahkan
kemungkinan
terburuknya
adalah
mengalami kemunduran.
2.1.4.2 Konsep Tata Guna Lahan
Perencanaan tata guna lahan merupakan suatu hal
yang menjadi ‘otak’ dari praktek perencanaan suatu
wilayah.
Sesuai
dengan
kedudukannya
dalam
perencanaan fungsional, perencanaan tata guna lahan
merupakan kunci untuk mengarahkan pembangunan
kota. Hal itu ada hubungannya denagn anggapan lama
bahwa seorang perencana perkotaan adalah “seorang
yang berpengatahuan secara umum tetapi memiliki
suatu pengetahuan khusus.” Pengetahuan khusus
kebanyakan perencana perkotaan ialah perencana tata
guna lahan. Pengembangan tata guna lahan yang
sesuai akan meningkatkan perekonomian suatu kota
atau wilayah.
2.1.4.3 Tujuan Tata Guna Lahan
Tata guna lahan bertujuan untuk menggunakan
lahan secara efisien, sama rata (equal) dan
berkelanjutan (sustainability). Penggunaan lahan yang
efisien
merupakan
upaya
untuk
menghasilkan
keuntungan-keuntungan bersih yang berasal dari
modal-modal rendah, sehingga dapat dikatakan dalam
hal
ini
terdapat
unsur
ekonomi.
Selanjutnya
penggunaan lahan harus diperlakukan sama terhadap
semua
orang,
sehingga
ANALISIS ASPEK-ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN
Wilayah penelitian : Kelurahan Ngareanak, Kecamatan Singorejo,
Kabupaten Kendal, Semarang, Jawa Tengah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Geologi Lingkungan (TKP
150)
Dosen pengampu : Ir. Hadi Nugroho, DipLEGS, MT
Disusun oleh :
Velly Destasaminda
21040115120006
Muhammad Fajri Nugraha 21040115120012
Septya Unzillarachma 21040115120026
Muhammad Fajri
21040115120044
Kurniatillah Rafida
21040115120046
Dewi Setaningrum
21040115120062
Evira Yubelta
21040115130120
Novia Windri Rahmawati 21040115140074
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Literatur
2.1.1 Pengertian Geologi Lingkungan
Pengertian geologi lingkungan menurut Bernard W. Pipkin,
dalam buku “Geology and The Environment” (2010), geologi
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
kerja alami bumi yang
secara fisik berlaku pada
permasalahan yang dihadapi dalam menangani lingkungan.
Kajian utama geologi lingkungan yaitu membahas aspekaspek geologi diantaranya : topografi, litologi, stratigrafi,
klimatologi,
geomorfologi,
geologi,
dan
hidrogeologi.
Lingkungan geologis terdiri dari unsur-unsur fisik bumi dan
unsur permukaan bumi, bentang alam, dan proses yang
mempengaruhinya. Bagi kehidupan manusia, lingkungan
geologis tidak hanya memberikan unsur-unsur yang
bermanfaat seperti air bersih, mineral ekonomis, bahan
bangunan, bahan bakar, dan lain sebagainya, tetapi juga
memiliki potensi terjadinya bencana alam seperti gempa
bumi, gunung berapi, longsor, dan banjir. Oleh karena itu,
filosofi utama dari geologi lingkungan adalah konsep
manajemen lingkungan yang didasarkan pada sistem geologi
untuk pembangunan berkelanjutan.
Terapan dari geologi lingkungan pada proses perencanaan
wilayah dan kota sangat diperlukan mengingat apa yang
menjadi objek perencanaan berada di atas permukaan bumi,
yaitu lahan. Perencanaan tata guna lahan atau land use
planning adalah gambaran utama geologi lingkungan dan ilmu
perencanaan wilayah dan kota yang mewakili usaha untuk
memecahkan permasalahan kebutuhan akan penggunaan
lahan dan disaat bersamaan juga melindungi lingkungan itu
sendiri. Menurut Legget (1987), pentingnya geologi dalam
perencanaan fasilitas fisik dan struktur, dan dalam
penggunaan lahan yang bijaksana. Lebih jauh lagi,
pembangunan lahan harus direncanakan dengan penuh
kesadaran akan kekuatan alam yang telah bertahan hingga
saat ini, menyesuaikan diri dengan karakter alam adalah cara
agar pembangunan tidak mengganggu keseimbangan alam
yang mudah rusak, maka semuanya harus diawali dari
perencanaan.
2.1.2 Konsep Geologi Lingkungan
Konsep ilmu geologi lingkungan tidak pernah terlepas dari
pemahaman mengenai bumi beserta isi dan aktivitasnya.
Terdapat tujuh konsep geologi lingkungan yang perlu
dipahami oleh planner dalam perencanaan suatu wilayah.
Secara umum konsep – konsep tersebut menjelaskan bahwa
bumi pada dasarnya merupakan suatu system tertutup; bumi
adalah satu-satunya tempat tinggal paling sesuai dengan
kehidupan manusia, akan tetapi SDA yang dimiliki sangat
terbatas; proses – proses fisik yang terjadi di bumi telah
merubah keadaan bentang alam yang kita miliki; banyak
proses – proses alam yang terjadi di bumi yang
membahayakan umat manusia, bencana alam itu harus kita
kenali dan kita hindari dengan merawat alam serta
meminimalkan penggunaan SDA; perencanaan penggunaan
lahan dan air harus berusaha memperhatikan keseimbangan
ekonomi dan estetis; dampak dari penggunaan lahan
cenderung
bertumpuk;
serta
komponen
fundamental
lingkungan merupakan factor geologi, dan pemahaman
tentang lingkungan memerlukan beberapa pendekatan
melalui ilmu – ilmu kebumian dan disiplin ilmu lain yang
berhubungan.
Konsep pertama menjelaskan bahwa bumi pada dasarnya
merupakan system tertutup. Maksudnya, di bumi terdapat
berbagai macam peristiwa yang terjadi karena aktivitas –
aktivitas setiap bagian dari bumi. Bumi dikatakan sebagai
sistem dengan empat buah bagian, yaitu atmosfer, hidrosfer,
biosfer, dan litosfer. Di setiap bagian sistem itu terjadi
berbagai macam aktivitas yang saling berkaitan. Hal tersebut
menyebabkan bumi disebut sebagai suatu sistem tertutup.
Konsep kedua yakni menjelaskan bahwa bumi merupakan
satu – satunya tempat yang paling sesuai dengan kehidupan
manusia, akan tetapi sumber daya yang dimiliki sangat
terbatas. Menurut penulis senior dari The Earth and Human
Affairs, Leo F. Laporte, dia mempercayai isi dari konsep kedua
termasuk dua kebenaran pokok. Pertama, bahwa bumi ini
tentu saja satu-satunya tempat tinggal yang bias kita tempati.
Kedua, Sumber Daya Alam (SDA) kita terbatas dan walaupun
ada beberapa SDA yang bias diperbarui, tetapi masih lebih
banyak SDA yang tidak bias diperbarui. Tentunya akan
diperlukan tindakan yang tepat untuk bias memanfaatkannya
dengan baik sekaligus melestarikanya.
Konsep ketiga menjelaskan bahwa proses – proses fisik
yang terjadi di bumi mengubah bentang alam yang kita miliki.
Konsep ini memberikan kita suatu pengetahuan tentang
sejarah geologi mengenai proses yang telah terbentuk pada
masa lalu yang saat ini kita masih bias lihat hasil dari proses –
proses itu. Dengan kata lain, sekarang adalah kunci dari masa
lalu, yang diungkapkan oleh James Hutton (1785). Melalui
kemampuan malihat semua keadaan bentang alam di bumi
saat ini, kita dapat mengetahui proses – proses yang telah
terjadi pada masa lalu.
Konsep keempat yakni menjelaskan tentang banyak
proses alam yang terjadi di bumi yang membahayakan umat
manusia. Sebagai contoh, aktivitas gunung berapi, tsunami,
erosi, longsor, gempa bumi, dan lain sebagainya. Semua
bencana itu merupakan dampak dari proses – proses yang
terjadi di bumi, karena bumi merupakan suatu sistem yang
terus bergerak. Kita sebagai manusia yang tinggal di bumi
harus bias mengenali bencana alam dan menghindarinya
sebisa mungkin, serta kita berkewajiban untuk merawatnya
serta menggunakan potensi yang dimiliki bumi secara tepat
dan bertanggung jawab.
Konsep kelima menjelaskan tentang perencanaan
penggunaan
lahan
dan
pengairan
harus
berusaha
memperhatikan keseimbangan antara pertimbangan segi
ekonomi dan dari segi yang lain seperti estetika. Dewasa ini
pertimbangan sumber daya alam dan evaluasi keindahan
sebuah kawasan sebelum dilakukannya pembangunan
menjadi bagian penting dalam teori environmental impact
atau dampak lingkungan. Sehingga, disamping merencanakan
daerah yang ideal juga memperhatikan aspek keindahan atau
estetika.
Konsep keenam menjelaskan tentang dampak dari
penggunaan lahan yang cenderung bertumpuk. Sehingga, bila
membuat suatu rencana, rencana yang dibuat akan tepat
sasaran.
Konsep
ketujuh
menjelaskan
tentang
komponen
fundamental lingkungan merupakan factor geologi, dan
pemahaman tentang lingkungan memerlukan beberapa
pendekatan melalui ilmu – ilmu kebumian dan disiplin ilmu
yang lain yang berhubungan. Terdapat perbedaan dalam
mempertimbangkan suatu pembangunan sebuah wilayah
yang dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu fisik,
biologis, dan fungsi kedayagunaan. Faktor fisik yaitu
pertimbangan keadaan geografis, proses geografis, proses
hidrologi, tipe batuan dan tanah, serta klimatologi. Faktor
biologis yaitu, pertimbangan aktivitas mahluk hidup terutama
tumbuhan dan hewan, perubahan keadaan biologis atau
proses, spatial analisis terhadap informasi. Faktor fungsi
kedayagunaan yaitu, kegunaan lahan, estetika, keterkaitan
antara aktivitas manusia dengan factor fisik dan biologis, dan
peraturan yang mengatur lingkungan.
2.1.3 Aspek-Aspek Geologi Lingkungan
2.1.3.1
Litologi
Litologi
adalah
ilmu
tentang
batu-batuan
yang
berhubungan dengan sifat fisik, kimia, dan strukturnya.
Bagian dari bumi yang ikut dikaji dalam litologi adalah
litosfer yang tersusun atas lapisan kerak, lapisan
mantel, dan lapisan inti.
a. Batuan
Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam
yang
umumnya
tersusun
oleh
kumpulan
atau
kombinasi dari satu macam mineral atau lebih.
Batuan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut:
1) Batuan Beku
Batuan beku merupakan hasil pendinginan
dari magma pijar. Contoh batuan beku antara lain
adalah andesit dan diorit.
2) Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari endapan
material batuan beku yang terangkut oleh air,
angin, atau es yang kemudian diendapkan di
suatu tempat. Contohnya adalah batu breksi dan
batu gamping.
3) Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan jenis batuan
yang
terbentuk
akibat
proses metamorfisme
yang meliputi proses tekanan, temperatur, serta
aktifitas dari cairan kimia. Contohnya adalah
marmer dan kuarsit.
b. Tanah
Tanah
adalah
terbentuk
lapisan
dari
batuan
pelapukan
gembur
batuan
induk
yang
dan
pembusukan bahan organik. Tanah juga didefinisikan
sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi
yang tersusun dalam horison-horison, yang terdiri
atas bahan mineral, bahan organik, airdan udara.
Berikut merupakan jenis tanah:
1) Tanah Humus
Tanah
organik
hasil
yang
pembusukan
terjadi
secara
bahan-bahan
sempurna
dan
bersifat sangat subur. Tanah humus cocok untuk
tanaman kelapa, nanas, dan padi. Tanah jenis ini
terdapat
di
pulau
Sumatra,
Sulawesi,
Jawa
Barat,Kalimantan, dan Papua.
2) Tanah Pasir
Tanah pasir ialah tanah yang berasal dari
batuan pasir yang telah lapuk, sangat miskin
hara, daya tahan air sangat kurang, dan mudah
tererosi.
Tanah
jenis
ini
terdapat
di
Pulau
Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
a) Tanah Alluvial atau Tanah Endapan
Tanah alluvial adalah tanah yang berasal
dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran
air sungai. Kemampuan meresap air lambat
dan mudah tererosi. Jenis tanah ini terdapat
di semua kepulauan Indonesia, yaitu di
daratan rendah, lembah-lembah, cekungan,
dan di sepanjang aliran besar. Ciri-ciri tanah
alluvial adalah berwarna kelabu dan bersifat
subur. Tanah
ini
dimanfaatkan
untuk
persawahan, perladangan, perkebunan, dan
perikanan. Wilayah ini merupakan daerah
pertanian yang subur dan pusat persebaran
penduduk.
b) Tanah Podzolit
Tanah podzolik merah kuning adalah
tanah yang terjadi dari pelapukan batuan
yang mengandung kuarsa pada iklim basah
dengan curah hujan antara 2.500 - 3.500 mm
per tahun. Sifatnya mudah basah jika kena
air. Tanah padzolit memiliki ciri miskin unsur
hara dan tidak subur. Tanah ini cocok untuk
ditanami kelapa dan jambu mete. Jenis tanah
ini banyak terdapat di pegunungan yang
tinggi seperti di Sumatera, Sulawesi, Papua,
Jawa Barat, Maluku dan Nusa Tenggara. Di
tempat-tempat ini ditemukan persawahan,
perladangan, kebun karet dan kopi.
c) Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis (tanah tuff) adalah tanah
yang terjadi dari pelapukan batuan vulkanis.
Tanah ini bersifat subur karena mengandung
banyak unsur hara. Pada umumnya jenis
tanah ini mudah meresap air, tetapi daya
tahan air sangat kurang sehingga mudah
tererosi.
d) Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah yang banyak
mengandung zat besi dan aluminium, tidak
subur,
tandus,
kekuningan
kering
sampai
dan
merah
berwarna
muda.
Oleh
karena itu, tanah ini sering disebut tanah
merah. Unsur hara yang terkandung pada
tanah ini hilang karena terlarut oleh curah
hujan yang tinggi. Tanah ini cocok ditanami
kelapa
dan
jambu
mete.
Tanah
laterit
terdapat di Jawa Tengah, Lampung, Jawa
Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Barat,
dan Sulawesi Tenggara.
e) Tanah Mediteran atau Tanah Kapur
Tanah
kapur
mengandung
adalah
banyak
zat
tanah
yang
kapur.
Pada
umumnya, tanah ini terdapat di pegunungan
kapur tua. Meskipun tidak subur, tanah kapur
dapat ditanami pohon jati seperti tanah di
pegunungan kapur Pulau Jawa. Tanah ini
terdapat di Jawa Tengah, Jawa Tenggara,
Nusa Tenggara, dan Maluku. Tanah kapur
atau mediteran dibagi menjadi:
Tanah Renzina atau Mollisols
Tanah hasil proses pelapukan batuan
kapur pada daerah dengan curah hujan
tinggi. Tanah ini memiliki ciri berwarna
hitam dan miskin zat hara. Sebagian
besar tanah renzina terdapat di daerah
berkapur
seperti
Gunungkidul
(Yogyakarta)
Tanah Mediteran
Tanah hasil proses pelapukan batuan
kapur keras dan batuan sedimen. Warna
tanah ini kemerahan sampai coklat dan
bersifat kurang subur namun cocok untuk
tanaman palawija, jati, tembakau, dan
jambu mete.
f) Tanah Andosol
Tanah andosol terbentuk dari endapan
abu
vulkanik
pelapukan
yang
sehingga
telah
mengalami
menghasilkan
tanah
yang subur. Jenis tanah ini berwarna cokelat
kehitaman, tersebar di pulau-pulau yang
memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra
bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa
Tenggara.
Tanah
ini
cocok
digunakan
untukpertanian tanaman palawija (seperti
jagung), tembakau, dan buah-buahan.Tanah
jenis ini banyak ditemukan di dataran tinggi
bersuhu sedang hingga dingin. Oleh karena
itu, jenis tanah ini banyak dikembangkan
untuk tanaman perkebunan dan hortikultura.
2.1.3.2
Klimatologi
Klimatologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Klima
yang berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke
lintang tempat dan Logos yang berarti Ilmu. Definisi
klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan
penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai
tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara
iklim dengan aktivitas manusia.
Udara mempunyai sifat yang sangat dinamis, suhu
dan kelembaban udara akan berubah dari waktu ke
waktu.
Intensitas
cahaya
yang
diteruskan
ke
permukaan bumi setelah melalui lapisan atmosfer akan
selalu berubah, tergantung keadaan penyebaran dan
ketebalan
awan.
Demikian
kecepatan
angin.
Kondisi
pula
atmosfer
halnya
dengan
yang
dinamis,
berubah-ubah dalam waktu singkat disebut dengan
cuaca. Karakteristik cuaca pada suatu wilayah yang
didasarkan atas data yang terkumpul selama kurun
waktu yang lama, sekitar 30 tahun terakhir, disebut
iklim. Berdasarkan perbedaan karakteristik cuaca antarwilayah di muka bumi, maka ahli-ahli klimatologi
membuat klasifikasi iklim, misalnya zona iklim tropika
basah yang karakteristik utamanya adalah curah hujan
tinggi, kelembaban udara tinggi, dan suhu rata-rata
yang juga tinggi.
Variasi dari unsur-unsur iklim ini dijadikan dasar
klasifikasi iklim. Iklim merupakan salah satu faktor
(selain tanah) yang akan mempengaruhi distribusi
tumbuhan.
Beberapa
sistem
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
klasifikasi
iklim
di
a.
Sistem Klasifikasi Koppen (1846-1940)
Seorang ahli klimatologi Jerman, Waladimir Koppen,
memperkenalkan lima tipe iklim utama yaitu:
1) Iklim tropika basah (Rainy tropical climate).
2) Iklim kering (Dry climate).
3) Iklim hujan suhu sedang (Warm temperatare
rainy climate).
4) Iklim hutan bersalju dingin (Cold snowy forest
climate).
5) Iklim kutub (Polar climate).
b. Sistem Klasfikasi Mohr (1933)
Klasifikasi iklim Mohr didasarkan atas jumlah
bulan basah dan bulan kering dalam setahun. Bulan
basah dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan
total curah hujan kumulatif lebih dari 100 mm,
sedangkan bulan kering memiliki total curah hujan
kumulatif kurang dari 60 mm.
c. Sistem Klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951).
Klasifikasi
iklim
Schmidt-Ferguson
ini
didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan kering
dan jumlah bulan basah dalam setahun. Nisbah ini
diberi simbol Q.
Q=
Jumla h bulan kering
Jumla h bulanbasa h
Berdasarkan nilai Q ini, maka wilayah
Indonesia mungkin untuk dibedakan menjadi 8 zona
iklim.
Tabel 1.1
Zona Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidt
dan Ferguson
Zo
Bulan
Nilai Q
Kondisi Iklim
na
A
Kering
< 1,5
10,5
7,00
>7,00
Luar biasa kering (extremely
F
dry)
Sumber : Dasar-dasar klimatologi, 1997
d. Sistem Klasifikasi Oldeman (1974)
Mempertimbangkan
fakta
bahwa
padi
merupakan tanaman pangan yang paling pentingdi
Indonesia,maka L.R. Oldeman menyusun klasifikasi
iklim Indonesia berdasarkan jumlah bulan basah
yang berlangsung secara berturut-turut. Berbeda
dengan Mohr, dalam klasifikasi Oldeman, bulan
basah adalah bulan dengan total curah hujan
kumulatif lebih dari 200 mm dan bulan kering
adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif
kurang dari 100 mm. Kriteria bulan basah dan bulan
kering ini dikatikan dengan kebutuhan air konsumtif
untuk tanaman padi yang ditaksir sekitar 160 mm
pada musim kemarau dan sekitar 110 mm pada
musim hujan. Jumlah air yang dibutuhkan ini
dihitung berdasarkan laju kehilangan air melalui
proses evaportranspirasi pada pertanaman padi.
Berdasarkan jumlah bulan basah berturut- turut,
Oldeman membuat 5 zona agroklimat utama, istilah
agroklimat digunakan untuk mencerminkan zona
iklim yang dikaitkan dengan kebutuhan budi daya
pertanian.
2.1.3.4
Stratigrafi
Stratigrafi adalah salah satu cabang dari ilmu
geologi, yang berasal dari bahasa Latin, Strata yang
berarti perlapisanatau hamparan, dan Grafia yang
artinya memberikan atau menggambarkan. Pengertian
stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang
lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan
itu dengan lapisan batuan yang lainnya yang bertujuan
untuk
mendapatkan
pengetahuan
tentang
sejarah
bumi.Prinsip-prinsip dasar stratigrafi, digunakan dalam
penentuan urut-urutan kejadian geologi adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip Superposisi
Prinsip ini sangat sederhana, yaitu pada kerak
bumi tempat diendapkannya sedimen, lapisan yang
paling tua akan diendapkan paling bawah, kecuali
pada
lapisan-lapisan
yang
telah
mengalami
pembalikan.
b. Hukum Datar Asal (Original Horizontality)
Prinsip ini menyatakan bahwa material sedimen
dipengaruhi oleh gravitasi akan membentuk lapisan
yang
mendatar
(horizontal).
Implikasi
dari
pernyataan ini adalah lapisan-lapisan yang miring
atau
terlipatkan,
terjadi
setelah
proses
pengendapan.
Pengecualian
lingkungan
pada
delta,
keadaan
pantai,
tertentu
seperti
batugamping,
dan
terumbu dapat terjadi pengendapan miring yang
disebut Kemiringan Asli (original dip) dan disebut
clinoform.
c. Azas Pemotongan (Cross Cutting)
Prinsip ini menyatakan bahwa sesar atau
tubuh intrusi haruslah berusia lebih muda dari
batuan yang diterobosnya.
d. Prinsip Kesinambungan Lateral (Continuity)
Lapisan sedimen diendapkan secara menerus
dan berkesinambungan sampai batas cekungan
sedimentasinya.
Penerusan
bidang
perlapisan
adalah penerusan bidang kesamaan waktu atau
merupakan dasar dari prinsip korelasi stratigrafi.
Dalam keadaan normal suatu lapisan sedimen tidak
mungkin terpotong secara lateral dengan tiba-tiba,
kecuali oleh beberapa sebab yang menyebabkan
terhentinya kesinambungan lateral, yaitu:
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi
cekungan sedimentasinya
Perubahan Fasies, perbedaan sifat litologi dalam
suatu garis waktu pengendapan yang sama
atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang
sama (menjemari).
Pemotongan karena Ketidakselarasan, dijumpai
pada
jenis
ketidakselarasan
Angular
Unconformity di mana urutan batuan di bawah
bidang
ketidakselarasan
membentuk
sudut
dengan batuan diatasnya. Pemancungan atau
pemotongan terjadi pada lapisan batuan di
bawah bidang ketidakselarasan.
Dislokasi
karena
batuan
karena
sesar,
gaya
pergeseran
lapisan
tektonik
yang
menyebabkan terjadinya sesar atau patahan.
e.
Azas Suksesi Fauna (Faunal Succesions)
Penggunaan fosil dalam penentuan umur
geologi berdasarkan dua asumsi dalam evolusi
organik.Asumsi
senantiasa
pertama
berubah
adalah
sepanjang
organisme
waktu
dan
perubahan yang telah terjadi pada organisme
tersebut tidak akan terulang lagi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa suatu kejadian pada sejarah
geologi adalah jumlah dari seluruh kejadian yang
telah terjadi sebelumnya. Asumsi kedua adalah
kenampakan-kenampakan
anatomis
dapat
ditelusuri melalui catatan fosil pada lapisan tertua
yang mewakili kondisi primitif organisme tersebut.
f.
Teori Katastrofisme (Catastrophism)
Teori ini dicetuskan oleh Cuvier, seorang
kebangsaan
Perancis
pada
tahun
1830.
berpendapat bahwa flora dan fauna dari
Ia
setiap
zaman itu berjalan tidak berubah, dan sewaktu
terjadinya revolusi maka hewan-hewan ini musnah.
Sesudah malapetaka itu terjadi, maka akan muncul
hewan dan tumbuhan baru, sehingga teori ini lebih
umum disebut dengan teori Malapetaka.
g. Teori Uniformitarianisme (Uniformitarianism)
Teori ini dicetuskan oleh James Hutton, teori ini
berbunyi “The Present is The Key to The Past“,
yang berarti kejadian yang berlangsung sekarang
adalah cerminan atau hasil dari kejadian pada
zaman dahulu, sehingga segala kejadian alam yang
ada sekarang ini, terjadi dengan jalan yang lambat
dan
proses
yang
berkesinambungan
seragam
dengan proses-proses yang kini sedang berlaku. Hal
ini menjelaskan bahwa rangkaian pegununganpegunungan besar, lembah serta tebing curam
tidak terjadi oleh suatu malapetaka yang tiba-tiba,
akan tetapi melalui proses alam yang berjalan
dengan
sangat
lambat.Kesimpulan
dari
teori
Uniformitarianisme adalah :
Proses-proses
alam
berlangsung
secara
berkesinambungan.
Proses-proses alam yang terjadi sekarang ini,
terjadi pula pada masa lampau namun dengan
intensitas yang berbeda.
h. Siklus Geologi
Siklus geologi terdiri dari proses Orogenesa
(Pembentukan
Gliptogenesa
Deretan
(Proses-
Pegunungan),
proses
Eksogen
proses
atau
Denudasi) dan proses litogenesa (Pembentukan
Lapisan Sedimen). Bumi tercatat telah mengalami
sembilan kali siklus geologi dan yang termuda
adalah pembentukan deretan pegunungan Alpen.
Susunan stratigrafi menurut RE. Thden, dkk :1996
adalah sebagai berikut:
a. Endapan Aluvium (Qa)
Merupakan
endapan
endapan
alluvium pantai,
yang
terdiri
sungai dan
dari
danau.
Endapan pantai sebagian besar litologinya terdiri
dari
lempung,
lanau,
pasir
dan
campuran
diantaranya mencapai ketebalan 50 meter atau
lebih. Sedangkan endapan sungai dan danau
terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lanau yang
memiliki ketebalan mencapai antara 1-3 meter,
yang bongkahannya tersusun dari andesit, batu
lempungan dan sedikit batu pasir, dan makin
kearah pantai makin bersifat lempung.
b. Batuan Gunungapi Gajah Mungkur (Qhg)
Batuannya berupa lava andesit berwarna
abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin,
komposisi terdiri dari feldspar, hornblende, dan
augit, bersifat keras dan kompak. Memperlihatkan
struktur kekar berlembar (sheeting joint).
c. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
Batuannya berupa lava basalt, berwarna abuabu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri
dari feldspar, olivine dan augit, sangat keras.
d. Formasi Jongkong (Qpj)
Breksi andesit hornblende dan aliran lava.
Breksi
andesit
komponen
berwarna
berukuran
1-50,
coklat
kehitaman,
porositas
sedang,
kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu
tua, berbutir halus dan memperlihatkan struktur
vasikuler.
e. Formasi Damar (QTd)
Formasi ini dibagi lagi menjadi tiga macam
yaitu formasi damar bagian bawah, bagian tengah,
dan bagian atas.
Formasi Damar Bagian Bawah
Terdiri dari tufa pasiran warna abu-abu, batu
pasir tufaan, berlapis, putih keabu-abuandan
konglomerat
Konglomerat
dari
batuan
yang
keras
tersebut
dan
kompak.
komponennya
andesit
dan
terdiri
kadang-kadang
batuan andesit basaltik. Komponen rata-rata
berdiameter 5 cm, bentuk agak bulat, sebagai
matriknya batuan tufaan.
Formasi Damar Bagian Tengah
Pada bagian bawah terdiri dari breksi tufa
yang tidak kompak dan berlapis. Breksi tufa
komponennya terdiri atas andesit dan andesit
basaltic. Komponennya berdiameter 2-7 cm.
Di atas lapisan breksi tufa ini terdapat lapisan
batupasir tufaan dan batupasir konglomerat
yang kompak. Bagian atas terdiri dari formasi
damar bagian tengah yang terdiri dari breksi
tufa. Umur dari formasi damar bagian tengah
adalah plestosen bawah.
Formasi Damar Bagian Atas
Terdiri dari lapisan berselang-seling antara
batupasir tufaan, tufa, lempungan dan tufa
konglomerat.
Batupasir
tufaan
umumnya
berwarna coklat tua, tebalnya 0,5-2,5 m.
Pengendapan formasi damar
terus berlanjut
hingga plestosen tengah dengan komposisi
batuannya
berupa
konglomerat dan breksi.
lempung
tufaan,
f.
Formasi Kaligetas (Qpkg)
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar
dengan sisipan lava dan tufa halus sampai kasar,
setempat dibawahnya ditemukan batu lempung.
g. Formasi Kalibening (Tmkl)
Batuanterdiri dari napal, batupasirtufaan dan
batuangamping.
h. Formasi Kerek (Tmk)
Perselingan batu gamping, napal, batu pasir, tufaan,
konglomerat, breksi vulkanik danbatu lempung. Unsur –
unsur stratigrafi terdiri dari beberapa elemen penyusun,
yaitu:
Elemen Batuan, pada stratigrafi batuan yang lebih
diperdalam untuk dipelajari adalah batuan sedimen,
karena batuan ini memiliki perlapisan, terkadang
batuan beku dan metamorf juga dipelajari dalam
kapasitas yang sedikit.
Unsur Perlapisan (Waktu), merupakan salah satu
sifat batuan sedimen yang disebabkan oleh proses
pengendapan sehingga menghasilkan bidang batas
antara lapisan satu dengan yang
lainnya yang
merepresentasikan perbedaan waktu atau periode
pengendapan.
Bidang perlapisan merupakan hasil dari suatu
proses sedimentasi yang berupa:
1) Berhentinya suatu pengendapan sedimen dan
kemudian
dilanjutkan
oleh
pengendapan
sedimen yang lain.
2) Perubahan
warna
material
batuan
yang
diendapkan.
3) Perubahan tekstur batuan (misalnya perubahan
ukuran dan bentuk butir).
4) Perubahan struktur sedimen dari satu lapisan ke
lapisan lainnya.
5) Perubahan
kandungan
material
dalam
tiap
lapisan (komposisi mineral, kandungan fosil,
dll).
Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang
batas antara satu lapisan dengan lapisan yang lain.
Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar
lapisan.Terdapat dua macam kontak antar lapisan,
yaitu :
1) Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu
dengan lainnya yang menunjukkan perbedaan
sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat
dengan mudah diamati perbedaannya antara
satu lapisan dengan lapisan lain. Perbedaan
mencolok tersebut salah satu contohnya berupa
perubahan litologi.
2) Kontak Berangsur, merupakan kontak lapisan
yang perubahannya bergradasi sehingga batas
kedua
lapisan
menentukannya
tidak
jelas
dan
mempergunakan
untuk
cara–cara
tertentu. Terdapat dua jenis kontak berangsur,
yaitu:
a) Kontak Progradasi
b) Kontak Interkalasi
c) Kontak erosional, merupakan kontak antar
lapisan
dengan
kenampakan
bidang
perlapisan yang tergerus atau tererosi baik
oleh
arus
maupun
oleh
material
yang
terbawa oleh arus. Skala yang lebih luas,
kontak antar formasi ataupun antar satuan
batuan yang memiliki karakteristik yang
sama,
dikenal
dengan
istilah
hubungan
stratigrafi. Kontak atau hubungan stratigrafi
ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras
dan kontak tidak selaras.
d) Kontak
Selaras
atau
disebut
conformity
yaitu kontak yang terjadi antara dua lapisan
yang
sejajar
dengan
volume
interupsi
pengendapan yang kecil atau tidak ada
sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua,
yaitu kontak tajam dan kontak berangsur.
e) Kontak Lapisan Tidak Selaras atau disebut
unconformity yaitu merupakan suatu bidang
ketidakselarasan
empat
macam
antar
bidang
lapisan.
Terdapat
ketidakselarasan,
yaitu:
Angular
Unconformity,
ketidakselarasan
disebut
sudut,
juga
merupakan
ketidakselarasan yang kenampakannya
menunjukan suatu lapisan yang telah
terlipatkan dan tererosi, kemudian di
atas
lapisan
tersebut
diendapkan
lapisan lain.
Disconformity, kenampakannya berupa
suatu lapisan yang telah tererosi dan di
atas bidang erosi tersebut diendapkan
lapisan lain.
Paraconformity,
disebut
juga
keselarasan semu, yang menunjukkan
suatu lapisan di atas dan di bawahnya
yang
sejajar,
ketidakselarasannya
dibidang
tidak
terdapat
tanda-tanda fisik untuk membedakan
bidang sentuh dua lapisan berbeda.
Untuk menentukan perbedaannya harus
dilakukan analisis Paleontologi (dengan
memakai kisaran umur fosil).
Nonconformity,
merupakan
ketidakselarasan
yang
yang
terjadi
dimana terdapat kontak jelas antara
batuan
beku,
batuan
sedimen
dan
batuan metamorf.
Hubungan
diobservasi
stratigrafi
dalam
ini,
skala
sangat
singkapan.
sulit
untuk
Hubungan
stratigrafi ini dapat diketahui dari rekonstruksi peta pola
jurus. Elemen Struktur Sedimen, struktur sedimen ini
merupakan suatu kenampakan yang terdapat pada
batuan
sedimen
disebabkan
oleh
di
mana
proses
kenampakannya
sedimentasi
pada
itu
batuan
tersebut, seperti aliran air, deformasi, aktivitas biogenik
(oleh hewan dan tumbuhan) serta aliran gravitasi
sedimen. Struktur sedimen ini harus dianalisa langsung
di
lapangan,
lingkungan
dengan
tujuan
pengendapan
untuk
batuan
menentukan
serta
untuk
menentukan posisi atas dan bawah dari suatu lapisan.
2.1.3.5
Hidrogeologi
Hidrogeologi dapat diartikan menjadi geologi air
(the geology of water). Secara definitif dapat dikatakan
merupakan suatu studi dari interaksi antara batuan dan
air tanah. Termasuk di dalamnya terdapat transportasi
massa. Material, reaksi kimia, perubahan temperatur,
perubahan topografi, dan lainnya. Proses ini terjadi
dalam skala waktu harian (daily time scale). Sedangkan
gerakan air di dalam tanah melalui sela-sela dari
kerangka batuan dikenal juga dengan istilah aliran air
tanah (groundwater flow).
Definisi air tanah adalah sejumlah air di bawah
permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan
sumur-sumur, terowongan, atau sistem drainase. Dapat
juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke
permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.Ilmu
hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu geologi
dan ilmu hidrolika yang dititik beratkan pada gerakan
atau aliran air di dalam tanah secara hidrolik. Gabungan
dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit
pengertian geologi dari air. Sebagai salah satu sumber
alam
yang
dimanfaatkan
untuk
berbagai
macam
keperluan bagi umat manusia.
Hal yang cukup yaitu bahwa gerakan aliran dalam
tanah hampir selalu mengikuti prinsip gerakan laminer.
Hal ini penting dikemukakan karena merupakan suatu
batas
(boundary)
pengkajian
dalam
menganalisa
gerakan aliran dalam tanah ini. Biasanya turbulensi
hanya terjadi di sekitar sumur bilamana pengambilan
air tanah memakai sumur pompa baik itu sumur
dangkal maupun dalam. Hal di atas merupakan salah
satu fenomena yang menunjukkan bahwa hidrogeologi
juga dikenal dengan sebutan hidrolika media porous.
Beberapa istilah penting yang merupakan bagian dari
hidrogeologi dijelaskan definisinya, yaitu:
a. Akuifer
Akuifer adalah suatu lapisan, formasi, atau
kelompok formasi satuan geologi yang permeable
baik
yang
terkonsolidasi
(misalnya
lempung)
maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan
kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran
konduktivitas
hidraulik
(K)
sehingga
dapat
membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah
yang ekonomis.
b. Aquiclude (impermeable layer)
Aquiclude
adalah
suatu
lapisan
lapisan,
formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang
impermable dengan nilai konduktivitas hidraulik
yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air
melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan
lapisan pambatas atas dan bawah suatu confined
aquifer.
c. Aquitard (semi impervious layer)
Aquitard adalah suatu lapisan, formasi, atau
kelompok formasi suatu geologi yang permable
dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil
namun masih memungkinkan air melewati lapisan
ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat
dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas
dan bawah suatu semi confined aquifer.
d. Confined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air yang
dibatasi
oleh
lapisan
atas
dan
bawahnya
merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih
besar
dari
tekanan
atmosfir.
Pada
lapisan
pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux).
e. Semi Confined (leaky) Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air yang
dibatasi oleh lapisan atas berupa aquitard dan
lapisan
bawahnya
merupakan
aquiclude.
Pada
lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat
aquitard masih ada air yang mengalir ke akuifer
tersebut
(influx)
walaupun
hidraulik
konduktivitasnya
jauh
lebih
kecil
dibandingkan
hidrolik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada
akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir.
f.
Unconfined Aquifer
Merupakan
akuifer
jenuh
lapisan pembatasnya merupakan
air
(satured),
aquitard, hanya
pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas
aquitard dilapisan atasnya, batas di lapisan atas
berupa
muka
air
tanah.
Dengan
kata
lain
merupakan akuifer yang mempunyai muka air
tanah.
g. Semi Unconfined Aquifer
Merupakan akuifer yang jenuh air (satured)
yang
dibatasi
hanya
lapisan
bawahnya
yang
merupakan aquitard. Pada bagian atasnya ada
pembatas yang mempunyai hidrolik konduktivitas
lebih kecil daripada hidrolik konduktivitas dari
akuifer. Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah
yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.
h. Artesian Aquifer
Merupakan
ketinggian
confined
hidroliknya
aquifer
(potentiometric
dimana
surface)
lebih tinggi daripada muka tanah. Oleh karena itu
apabila pada akuifer ini dilakukan pengeboran
maka akan timbul pancaran air (spring), karena air
yang keluar dari pengeboran ini berusaha mencapai
ketinggian hidrolik tersebut.
2.1.3.6
Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air
bumi, terjadinya peredaran, sifat-sifat kimia dan fisik,
dan reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungannya
dengan makhluk-makhluk hidup (Internatinal Glossary
of
Hidrology,
1974)
[ErsinSeyhan,1990].
Akibat
perkembangan yang ada maka ilmu hidrologi telah
berkembang menjadi ilmu yang mempelajari sirkulasi
air. Jadi dapat dikatakan, hidrologi adalah ilmu untuk
mempelajari; presipitasi (precipitation), evaporasi dan
transpirasi (evaporation), aliran permukaan (surface
stream flow), dan air tanah (groun water).
2.1.3.7
Struktur Geologi
Dikutip dari buku Geologi untuk Perencanaan karya
Djauhari Noor (2011), geologi struktur adalah bagian
dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.
Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk
dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang
bekerja di dalam bumi dan menghasilkan ‘Tektonik
Lempeng’. Deformasi pada batuan dapat berbentuk
lipatan, patahan/sesar, dan kekar.
a. Lipatan (Fold)
Lipatan adalah suatu deformasi batuan yang
berbentuk gelombang sinusoidal dimana gaya yang
bekerja pada batuan tidak melampaui batas
elastisitasnya, sehingga batuan tidak mengalami
pensesaran. Lipatan sinklin adalah bentuk lipatan
yang cekung ke arah bawah, sedangkan lipatan
antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Berdasarkan kemiringan sayap-sayap suatu lipatan,
maka lipatan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Lipatan Simetri adalah lipatan yang kemiringan
lapisan batuan pada kedua sayapnya memiliki
sudut yang sama besarnya.
Lipatan Asimetri adalah lipatan yang kemiringan
lapisan batuan pada kedua sayapnya tidak
sama besar.
Lipatan Rebah (overturne fold/ recumbent fold)
adalah lipatan yang kedua sayapnya telah
mengalami pembalikan arah kemiringan lapisan
batuannya.
Lipatan Sersan (chevron fold) adalah lipatan
yang berbentuk seperti segitiga.
b. Patahan/Sesar (Fault)
Patahan/sesar adalah pergeseran sebagian
massa atau tubuh batuan dari kedudukan semula
yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada
batuan tersebut. Struktur sesar dalam geologi
dikenal ada 3 jenis, yaitu:
1. Sesar Mendatar (Strike Slip Fault) adalah sesar
yang pergerakannya sejajar, blok bagian kiri
relatif bergeser ke arah yang berlawanan
dengan blok bagian kanannya. Berdasarkan
arah pergerakan sesarnya, sesar mendatar
dapat dibagi menjadi dua jenis sesar, yaitu:
- Sesar Mendatar Dextral (sesar mendatar
menganan)
yaitu
sesar
yang
arah
pergerakannya
searah
dengan
arah
perputaran jarum jam.
- Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar
mengiri)
yaitu
sesar
yang
arah
pergerakkannya berlawanan dengan arah
jarum jam. Pergeseran pada sesar mendatar
dapat sejajar dengan permukaan sesar atau
pergeseran sesarnya dapat membentu sudut
(dip-slip/oblique).
Sedangkan
bidang
sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun
menyudut dengan bidang horizontal.
2. Sesar Naik (Thrust fault/reverse fault) adalah
sesar dimana salah satu blok batuan bergeser
ke arah atas dan blok bagian lainnya bergeser
kearah bawah di sepanjang bidang sesarnya.
Pada umumnya bidang sesar naik mempunyai
kemiringan lebih kecil dari 450C.
3. Sesar Turun (Normal fault) adalah sesar yang
terjadi karena pergeseran blok batuan akibat
pengaruh gaya gravitasi. Secara umum, sesar
normal terjadi sebgai akibat dari hilangnya
pengaruh gaya sehingga batuan menuju ke
posisi seimbang. Sesar normal dapat terjadi dari
kekar tension, release maupun kekar gerus.
c. Kekar (Fracture)
Kekar adalah struktur retakan/ rekahan
terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum
mengalami pergeseran. Secara umum, struktur
kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang
bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah
sebagai berikut:
1. Shear Joint ( Kekar Gerus) adalah retakan/
rekahan
yang
membentuk
pola
saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan
arah gaya utama. Kekar jenis shear joint
umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint
adalah retakan/rekahan yang
berpola sejajar dengan arah gaya utama.
Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension
Joint
(release
joint)
adalah
retakan/rekahan yang berpola tegak lurus
dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan
umumnya terbuka.
2.1.3.8
Gambar 2.1 Diagram Kekar dan Sesar
Sumber: Stratigrafi dan struktur
geologi, 1995
Bahaya Geologi
Bahaya
geologi
merupakan
bencana
yang
disebabkan oleh proses-proses geologi. Bahaya yang
disebabkan oleh proses-proses geologi antara lain,
yaitu:
a. Bahaya Longsoran Tanah
Longsoran tanah atau gerakan tanah adalah
proses perpindahan masa batuan/ tanah akibat
gaya berat (gaya gravitasi). Longsoran tanah
banyak menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
harta benda. Tidak jarang pemukiman yang
dibangun
di
sekitar
perbukitankurang
memperhatikan masalah kestabilan lereng, struktur
batuan, dan proses-proses geologi yang terjadi di
kawasan tersebut sehingga secara tidak sadar
potensi bahaya longsoran tanah setiap saat
mengancam
jiwanya.
Berdasarkan
tipenya,
longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu:
1. Gerakan tanah tipe aliran lambat (slow
flowage) terdiri dari:
Rayapan (Creep)
Rayapan tanah (Soil creep)
Rayapan talus (Talus creep)
Rayapan batuan (Rock creep)
Rayapan batuan glacier (Rock-glacier
creep)
Solifluction/ Liquefaction
2. Gerakan tanah tipe aliran cepat (rapid
flowage) terdiri dari:
Aliran lumpur (Mudflow)
Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow)
Aliran campuran masa tanah dan batuan
(Debris avalanche)
3. Gerakan tanah tipe luncuran (landslide) terdiri
dari:
Nendatan (Slump)
Luncuran dari campuran masa tanah dan
batuan (Debris slide)
Gerakan jatuh bebas dari campuran masa
tanah dan batuan (Debris fall)
Luncuran masa batuan (Rock slide)
Gerakan jatuh bebasa masa batuan (Rock
fall)
Amblesan (Subsidence)
Faktor-faktor yang mempengaruhi longsoran
tanah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
faktor yang bersifat pasif dan faktor yang bersifat
aktif.
Faktor yang bersifat pasif pada longsoran tanah
adalah:
a) Litologi: material yang tidak terkonsolidasi
atau rentan dan mudah meluncur karena
basah akibat masuknya air ke dalam tanah.
b) Susunan Batuan (stratigrafi): pelapisan
batuan dan perselingan batuan antara batuan
lunak dan batuan impermeable.
c) Struktur geologi: jarak antara rekahan/ joint
pada batuan, patahan, zona hancuran,
bidang foliasi, dan kemiringan lapisan batuan
yang besar.
d) Topografi: lereng yang terjal atau vertical.
e) Iklim: perubahan temperature tahunan yang
ekstrim dengan frekuansi hujan yang intensif.
f) Material organik: lebat atau jarangnya
vegetasi.
Faktor yang bersifat aktif pada longsoran tanah
adalah:
a) Gangguan yang terjadi secara alamiah
ataupun buatan.
b) Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena
aliran air.
c) Pengisian air ke dalam tanah yang melebihi
kapasitasnya, sehingga tanah menjadi jenuh
air.
d) Getaran-getaran tanah yang diakibatkan oleh
seismisitas atau kendaraan berat.
b. Bahaya Erupsi Gunung Api
Bahaya gunung api adalah bahaya yang
disebabkan oleh letusan/kegiatan gunung api,
berupa benda padat, cair, dan gas serta campuran
diantaranya yang mengancam atau cenderung
merusak dan menimbulkan korban jiwa serta
kerugian harta benda dan tatanan (lingkungan)
kehidupan manusia.Dampak letusan gunung api
terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang
bersifat negatif dan positif. Beberapa dampak
negatif dari letusan gunung api adalah:
1. Bahaya yang langsung, terjadi pada saat
letusan
(lava,
awan
panas,
jatuhan
piroklastik/ bom, lahar letusan dan gas
beracun).
2. Bahaya tidak langsung, terjadi setelah
letusan (lahar hujan, kelaparan akibat
rusaknya
lahan
pertanian/perkebunan/perikanan), kepanikan,
pencemaran udara/air oleh gas racun: gigi
kuning/keropos, endemic gondok, kecebolan
dan sebagainya.
Sedangkan dampak positif dari letusan gunung api
adalah:
1. Bahan galian: seperti batuan dan pasir bahan
bangunan, peralatan rumah tangga, patung
dan lain-lain.
2. Mineral: belerang, gypsum, zeolit, dan juga
emas (epitermal gold).
3. Energi panas bumi: listrik, pemanas ruangan,
agribisnis.
4. Mata
air
panas:
pengobatan/terapi
kesehatan.
5. Daerah wisata: keindahan alam.
6. Lahan
yang
subur,
pertanian
dan
perkebunan.
7. Sumberdaya air: air minum, pertanian/
peternakan dan lain-lain.
c. Bahaya Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran dalam bumi
yang terjadi sebagai akibat dari terlepasnya energi
yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan yang
mengalami
deformasi.
Gempabumi
dapat
didefinisikan sebagai rambatan gelombang pada
masa batuan/tanah yang berasal dari hasil
pelepasan energi kinetik yang berasal dari dalam
bumi. Sumber energi yang dilepaskan dapat berasal
dari hasil tumbukan lempeng, letusan gunung api,
atau longsoran masa batuan/tanah. Hampir seluruh
kejadian gempa berkaitan dengan suatu patahan,
yaitu satu tahapan deformasi batuan atau aktivitas
tektonik dan dikenal dengan gempa tektonik.
Sebaran pusat-pusat gempa (episentrum) di
dunia tersebar di sepanjang batas-batas lempeng
(divergen, convergen, maupun transform), oleh
karena itu terjadinya gempabumi sangat berkaitan
dengan Teori Tektonik Lempeng. Di samping gempa
tektonik, ada juga gempa minoryang disebabkan
oleh longsoran tanah, letusan gunung api, dan
aktivitas manusia. Gempa minor umumnya hanya
dirasakan secara lokal dan getarannya tidak
menyebabkan kerusakan atau kerugian harta
benda maupun jiwa.
Intensitas dan magnitude gempa yang terjadi
di permukaan bumi dapat diketahui melalui alat
seismograf, yaitu suatu alat pencatat getaran
seismik yang sangat peka yang ditempatkan
diberbagai lokasi di bumi. Alat seismograf akan
mencatat setiap getaran seismik yang sampai ke
alat tersebut. Rambatan gelombang seismik yang
berasal dari energi yang dilepaskan dari hasil
pergerakan lempeng dapat menimbulkan bencana.
Tingkat kerusakan akibat bencana gempabumi ini
ditentukan oleh besarnya magnitude dan intensitas
serta waktu dan lokasi pusat gempa. Bencana
akibat gempa bumi dapat berupa:
1. Rekahan atau patahan di permukaan bumi
(Ground rupture)
2. Getaran/guncangan
permukaan
tanah
(Ground shaking)
3. Longsoran tanah (Mass movement)
4. Kebakaran
5. Perubahan
pengairan
(Drainage
modifications)
6. Perubahan air bawah tanah ( Ground water
modifications)
7. Tsunami.
Gambar 2.2 Proses Terjadinya Gempa
Sumber: Stratigrafi dan struktur geologi, 1995
Mitigasi bencana geologi pada hakekatnya
adalah mengurangi resiko bencana geologi
terhadap harta benda maupun jiwa manusia.
Mitigasi merupakan suatu upaya kerjasama antar
ahli-ahli teknik dan para pembuatan kebijakan dan
menghasilkan peraturan-peraturan pembangunan
untuk suatu wilayah yang rentan bahaya geologi.
Usaha-usaha penanggulangan bencana untuk
meminimalkan kerugian, baik kerugian harta benda
ataupun jiwa manusia yang disebabkan oleh
gempabumi dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain ialah:
1. Melakukan pemetaan penyebaran lokasi-lokasi
gempa yang disajikan dalam bentuk Peta Rawan
Bencana Gempabumi/ Seismik.
2. Membuat peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan desain stuktur bangunan tahan gempa
guna mencegah runtuhnya bangunan ketka
terjadi gempa.
3. Tidak membangun bangunan di wilayah yang
rawan bencana gempabumi.
4. Menghindari lahan-lahan yang rawan gempa
untuk areal pemukiman dan aktivitas manusia.
5. Melakukan penataan ruang baik yang berada di
sekitar pantau ataupun di daratan guna
mencegah dan menghindari terjadinya korban
jiwa dan harta serta dampak yang mungkin
timbul ketika bencana itu terjadi.
6. Memasang Sistem Peringatan Dini (Early
Warning System)
d. Bahaya Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran
air yang berlebihan sehingga merendam daratan.
Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan
air seperti sungai atau danau yang meluap atau
menjebol bendungan sehingga air keluar dari
batasan alaminya. Ukuran badan air terus berubahubah sesuai perubahan curah hujan dan atau
pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi
tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang
dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan
permukiman lain. Banjir juga dapat terjadi di
sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran
air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering
mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan
yang dibangun di sekitar sungai. Berikut ini jenisjenis dan penyebab utama banjir:
1. Sungai
Banjir dapat disebabkan oleh endapan dari
hujan atau pencairan salju cepat melebihi
kapasitas saluran sungai yang diakibatkan oleh
hujan. Gangguan drainase tidak terduga
seperti tanah
longsor, es,
atau puingpuing dapat mengakibatkan banjir perlahan di
bagian hulu. Ada pula banjir bandang akibat
curah hujan konvektif (badai petir besar) atau
pelepasan mendadak endapan hulu yang
terbentuk
di
belakang bendungan, tanah
longsor, atau gletser.
2. Muara
Banjir muara biasanya diakibatkan oleh
penggabungan pasang laut yang diakibatkan
angin badai.
3. Pantai
Banjir di sekitar pantai diakibatkan badai laut
besar atau bencana lain seperti tsunami .
4. Malapetaka
Banjir jenis ini diakibatkan oleh peristiwa
mendadak seperti jebolnya bendungan atau
bencana lain seperti gempa bumi dan letusan
gunung berapi.
5. Manusia
Banjir yang disebebkan oleh manusia contohnya
kerusakan
tidak
disengaja
oleh
pekerja
terowongan atau pipa.
6. Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan
endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian
terpisah dari endapan dan terangkut sebagai
materi tetap atau penumpukan dasar sungai.
Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai
mencapai daerah berpenghuni.
7. Lainnya
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di
permukaan kedap air (misalnya akibat hujan)
dan tidak dapat terserap dengan cepat
(orientasi lemah atau penguapan rendah).
e. Bencana Buatan
Bencana
buatan
adalah
bencana
yang
ditimbulkan oleh perbuatan dan aktivitas manusia.
Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia
selain memberikan dampak positif, juga dapat
menimbulkan dampak negatif dan membahayakan
kehidupan manusia. Bencana buatan antara lain
tewujud dan terpicu atau meningkatkan bahaya
geologi serta kerusakan lingkungan termasuk
pencemaran. Beberapa contoh bencana geologi
buatan yang kemungkinan dapat ditimbulkan oleh
kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan:
1. Tekanan yang besar terhadap sumberdaya air,
terutama air bersih.
2. Pencemaran air permukaan dan air tanah dari
tempat pembuangan sampah, limbah rumah
tangga, limbah industri, dan limbah fasilitas
perkotaan lainnya.
3. Perubahan bentang alam.
4. Perubahan neraca air.
5. Tekanan yang besar terhadap sumberdaya
bahan bangunan.
6. Amblesan dan perusakan air
7. Penyusupan air laut untuk daerah pantai.
8. Longsor dan erosi tanah di daerah perbukitan
dan
longsoran
karena
kurang
tepatnya
bangunan.
2.1.4 Tata Guna Lahan
2.1.4.1
Pengertian Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan adalah suatu upaya dalam
merencanakan penggunaan lahan suatu kawasan,
meliputi pembagian wilayah peruntukan yang nantinya
akan difungsikan menurut fungsi dan kegunaannya
masing-masing. Seperti misalnya fungsi pemukiman,
pendidikan, perkantoran, dll. Rencana tata guna lahan
merupakan sebuah kerangka kerja yang menetapkan
keputusan dan kebijakan terkait tentang lokasi,
kapasitas, dan . Tata guna lahan merupakan hal yang
paling penting dan harus menjadi perhatian utama
dalam proses pembangunan dan perkembangan suatu
wilayah, karena dari perencanaan tata guna lahannya
lah yang menentukan apakah suatu wilayah tersebut
nantinya dapat semakin maju, mengalami stagnasi,
atau
bahkan
kemungkinan
terburuknya
adalah
mengalami kemunduran.
2.1.4.2 Konsep Tata Guna Lahan
Perencanaan tata guna lahan merupakan suatu hal
yang menjadi ‘otak’ dari praktek perencanaan suatu
wilayah.
Sesuai
dengan
kedudukannya
dalam
perencanaan fungsional, perencanaan tata guna lahan
merupakan kunci untuk mengarahkan pembangunan
kota. Hal itu ada hubungannya denagn anggapan lama
bahwa seorang perencana perkotaan adalah “seorang
yang berpengatahuan secara umum tetapi memiliki
suatu pengetahuan khusus.” Pengetahuan khusus
kebanyakan perencana perkotaan ialah perencana tata
guna lahan. Pengembangan tata guna lahan yang
sesuai akan meningkatkan perekonomian suatu kota
atau wilayah.
2.1.4.3 Tujuan Tata Guna Lahan
Tata guna lahan bertujuan untuk menggunakan
lahan secara efisien, sama rata (equal) dan
berkelanjutan (sustainability). Penggunaan lahan yang
efisien
merupakan
upaya
untuk
menghasilkan
keuntungan-keuntungan bersih yang berasal dari
modal-modal rendah, sehingga dapat dikatakan dalam
hal
ini
terdapat
unsur
ekonomi.
Selanjutnya
penggunaan lahan harus diperlakukan sama terhadap
semua
orang,
sehingga